Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 9 - 18, Maret 2018 ISSN : 2085-1049 (Cetak)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal ISSN : 2549-8118 (Online)


Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 9 - 18, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

PENGARUH KEPEMIMPINAN YANG BERINTEGRITAS TERHADAP


KINERJA PERAWAT
Sri Temu1
1
Perawat RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang
Email: temusri5@gmail.com

ABSTRAK
Peranan pemimpin dalam rangka meningkatkan kualitas suatu lembaga sangat besar
pengaruhnya. Wujud kepemilikan integritas diri itu muncul dalam bentuk kinerja atau hasil
kerja baik. Integritas berperan mengarahkan kompetensi untuk menghasilkan kinerja baik
dan berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan yang
berintegritas terhadap kinerja perawat. Penelitian menggunakan metode Library Research,
melalui wawancara kepada perawat di ruangan rawat inap di RSJD dr Amino Gondohutomo.
Sampel dalam penelitian ini adalah kepala ruang rawat inap dengan kepemimpinan
terintergrasi yang berjumlah 15 kepala ruang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemimpin di ruang rawat inap masih kurang konsisten dalam contoh kedisiplinan, kurang
memahami kesulitan stafnya, pemimpin masih banyak berorientasi pada tugas saja, kurang
berkomunikasi yang membangun saat menegur dan membina staf yang melakukan
pelanggaran, cenderung permisif saat staf beberapa kali melakukan pelanggaran. Kepala
ruang rawat inap diharapkan mampu melakukan supervisi secara berkala untuk
meningkatkan kinerja perawat dalam pelayanan.

Kata kunci : Kepemimpinan, Integritas, Kinerja Perawat

THE EFFECT OF LEADERSHIP IS INTEGRATED TOWARDS


NURSE PERFORMANCE

ABSTRACT
The role of leaders in order to improve the quality of an institution is very big influence. The form of
ownership of self-integrity arises in the form of performance or good work. Integrity plays a direct
role of competence to produce good performance and quality. This study aims to analyze the
influence of leadership with integrity to the performance of nurses. Research using Library Research
method, through interviews to nurses in the inpatient room in RSJD dr Amino Gondohutomo. The
sample in this research is head of inpatient ward with integrated leadership which amounted to 15
head of space. The results show that the leaders in the inpatient room are still less consistent in the
discipline example, lack of understanding of the staff's difficulties, the leader is still task-oriented,
lack of communicative constructive when admonishing and coaching the staff who committed the
offense, permissive when the staff violates several times . The head of the inpatient room is expected
to supervise periodically to improve the nurse's performance in the service.

Keywords: Leadership, Integrity, Nurse Performance

PENDAHULUAN sumber daya manusia.Untuk meningkatkan


Perubahan sistem pemerintahan daerah kinerja sumber daya manusia, perlu ditempuh
berimplikasi pada perubahan UU Nomor 8 melalui berbagai cara diantaranya melalui
Tahun 1974 menjadi UU No. 43 Tahun 1999 kepemimpinan, integritas perilaku dan
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, yang kepercayaan (Yulianti & Wuryanti, 2015).
lebih berorientasi kepada profesionalisme
SDM aparatur pegawai negeri sipil (PNS) yang Peningkatan kinerja karyawan secara terus
bertugas memberikan pelayanan kepada menerus juga diterapkan pada organisasi yang
masyarakat. Salah satu kinerja organisasi bergerak di bidang jasa seperti rumah sakit.
dalam organisasi ditunjukan dengan kinerja Rumah sakit selalu dituntut untuk memberikan

9
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 9 - 18, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

pelayanan optimal kepada pasien dan dan peduli segala kesulitan stafnya. Tetapi
meningkatkan serta mempertahankan kinerja fenomena yang didapat dari wawancara
karyawannya agar selalu baik. Mengingat tersebut, bahwa pemimpin mereka masih
kinerja karyawan tidak selalu mengalami kurang konsisten dalam contoh kedisiplinan,
kenaikan, ada kalanya kinerja karyawan juga kurang memahami kesulitan stafnya,
mengalami penurunan. Pada sumber daya yang pemimpin masih banyak berorientasi pada
dimiliki oleh rumah sakit yaitu perawat dimana tugas saja, kurang bisa berkomunikasi yang
selalu dituntut untuk dapat memberikan membangun saat menegur dan membina staf
pelayanan optimal kepada pasien. Rumah sakit yang melakukan pelanggaran, juga cenderung
yang baik selalu mengutamakan kepentingan permisif ketika staf beberapa kali melakukan
pasien dan selalu berusaha untuk memberikan pelanggaran.
pelayanan terbaik kepada pasien (Bawono &
Nugraheni, 2015). Berdasarkan latar belakang PEMBAHASAN
tersebut penliti tertarik melakukan penelitian Peranan pemimpin dalam rangka
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh meningkatkan kualitas suatu lembaga sangat
kepemimpinan terintegrasi terhadap kinerja besar pengaruhnya, walaupun buka merupakan
perawat. satu satunya faktor, para pemimpin melakukan
kontak secara langsung maupun tidak langsung
METODE dengan stafnya. Kepemimpinan merupakan
Penelitian dilakukan dengan Library Research, kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain,
melalui wawancara. Studi pustaka yang keberhasilan seorang pemimpin tergantung
dilakukan dengan menggunakan sumber- kepada kemampuannya untuk mempengaruhi.
sumber bacaan yang relevan dan tersedia. Menurut George R.Terry (1998)
Buku atau artikel jurnal yang berkaitan dengan kepemimpinan adalah hubungan yang ada
topik yang dibahas dijadikan sebagai sumber dalam diri seseorang atau pemimpin dalam
bacaan, baik untuk memahami dengan baik mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara
buah pikiran dari tokoh yang buah pikirannya sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai
menjadi materi bahasan dalam tulisan ini tujuan yang ditentukan.
maupun berbagai kajian atau tanggapan
penting dan serius atas buah pikiran tersebut. Pemimpin yang dipercaya adalah pemimpin
Dari berbagai sumber bacaan yang digunakan yang mempunyai integritas, kompetensi dan
itu, tulisan ilmiah ini dikembangkan, termasuk loyalitas yang tinggi terhadap bawahan dan
ikut memberi tanggapan atau komentar kritis juga tehadap pekerjaannya. Teori peran Erving
yang disampaikan di berbagai bagian dari Goffman menganalogikan situasi kehidupan
tulisan, khususnya pada bagian simpulan. nyata dalam organisasi dengan sandiwara
Sampel penelitian ini adalah kepala ruang diatas panggung, orang dalam organisasi
rawat inap di RSJD Dr Amino Gondohutomo mempunyai peran tertentu untuk dilaksanakan.
Semarang dengan jumlah 15 orang. Teori ini dipergunakan untuk menjelaskan
peran ganda seorang pemimpin. Seorang
HASIL pemimpin melaksanakan sejumlah peran
Berdasarkan hasil wawancara dengan 15 staf dalam kehidupanya sehari-hari. Serta
perawatan yang mewakili 15 ruangan rawat mempunyai peran dalam organisasinya sebagai
inap yang mewakili staf dari masing-masing kepala, manajer atau pemimpin (Zahra, 2011).
kepala ruang di RSJD dr Amino
Gondohutomo, bahwa pemimpin diruangan Diluar organisasi, kepala ruang mempunyai
mereka dituntut untuk memiliki keselarasan atau melaksanakan sejumlah peran sebagai
apa yang dikatakan dan dilakukan antara lain individu dengan kehidupan pribadi, kepala
keyakinan yang kuat, selalu optimis, mampu ruang berperan sebagai seorang individual,
berkomunikasi yang membangun, tegas, jujur, suami, isteri atau orangtua anak-anaknya,
tidak ragu dalam membuat keputusan, percaya kepala ruang dapat juga mempunyai usaha
diri dalam menjalankan tugasnya dalam pribadi dan berperan sebagai anggota
memberi contoh kedisplinan, mampu masyarakat ditempat tinggalnya. Kepala ruang
beradaptasi diri dengan cepat terhadap masalah dapat juga berperan sebagai penganut agama
yang dihadapi maupun mempengaruhi dan kepercayaan pemimpin harus mampu
motivasi staf dalam bekerja, mampu melihat membedakan semua peran tersebut, kapan
10
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 9 - 18, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

kepala ruang berperan sebagai penganut agama dimiliki seseorang tidak otomatis atau menjadi
dan kepercayaannya. Pemimpin harus mampu jaminan bahwa orang itu akan menghasilkan
membedakan semua peran tersebut, kapan kinerja baik. Hanya ketika orang itu memiliki
kepala ruang berperan sebagai pemimpin dan integritas maka kompetensi yang dimilikinya
kapan kepala ruang berperan sebagai membuahkan kinerja baik. Oleh karena itu
individual dalam kehidupan pribadinya. seseorang, terlebih seorang pemimpin, harus
(Wirawan, 2003). memiliki integritas. Hanya dengan itu semua
kemampuan memimpin yang dimilikinya dapat
Integritas didukung oleh 6 pilar karakter yang terarah untuk menghasilkan kinerja
terdiri dari kejujuran, keadilan, kepedulian, kepemimpinan etis, kepemimpinan yang
kearifan, hemat, dan tanggung jawab. Dari berintegritas (Gea, 2014).
keenam pilar integritas tersebut, kepedulian
merupakan kunci dalam menyelesaikan Seseorang yang memiliki integritas adalah
masalah integritas bangsa pada umumnya dan manusia yang utuh, mereka dapat
perusahaan khususnya. Seorang yang berperan diidentifikasikan oleh pemikiran tunggal
sebagai pemimpin dalam organisasi yang mereka. Orang dengan integritas tidak
mempunyai bawahan, tentu saja menginginkan menyembunyikan sesuatu dan tidak gentar
bawahannya memiliki integritas, kompetensi terhadap apapun juga, hidup mereka seperti
dan loyalitas yang tinggi terhadap buku yang terbuka. Integritas bukanlah apa
pekerjaannya kepada pemimpinnya begitu juga yang kita lakukan tetapi siapa kita, dan
sebaliknya pemimpin harus memiliki sebaliknya kita menentukan apa yang kita
integritas, kompetensi dan loyalitas yang tinggi lakukan. System nilai menetapkan prioritas
terhadap pekerjaannya sebagai seorang dalam hidup kita dan menentukan apa yang
pemimpin apabila pemimpin dan bawahan kita terima atau kita tolak. Berdasarkan
mempunyai integritas kompetensi dan loyalitas pendapat beberapa ahli tentang, integritas,
yang tinggi terhadap pekerjaannya, maka akan maka dapat disimpulkan bahwa, integritas
menimbulkan kepercayaan kedua belah pihak. dalam suatu kepemimpinan adalah suatu
Saling percaya antara pemimpin dan bawahan perilaku yang utuh, konsisten, komitmen, dari
akan dapat meningkatkan kinerja dan suasana seorang pemimpin dalam perkataan sama
kerja yang kondusif (Zahra, 2011). dengan tindakannya, memiliki kemampuan dan
system nilai yang dianutnya, yang
Umumnya kata integritas lebih banyak ditampakkan dalam sikap hidupnya sehari-hari
dikaitkan dengan kepemimpinan–entah dalam dimanapun ia berada dan dengan siapapun
bidang apapun: dalam dunia bisnis, lingkup terutama dalam tugas dan fungsinya sebagai
pemerintahan, lingkup organisasi, atau pemimpin (Zahra, 2011).
kemasyarakatan. Itu tidak berarti bahwa yang
dituntut memiliki integritas itu hanyalah Perawat adalah komponen sumber daya
mereka yang berada di posisi kepemimpinan. manusia (SDM) dengan jumlah terbanyak
Semua orang, khususnya orang-orang dewasa, (hampir 50%) di Rumah Sakit. Perawat Kepala
teristimewa yang berpendidikan diharapkan ruang mempunyai peranan yang strategis untuk
memiliki integiritas (Gea, 2014). Dalam dunia meningkatkan kinerja pelayanan khususnya,
kerja, termasuk dibidang kesehatan, wujud dan rumah sakit umumnya, karena
kepemilikan integritas diri itu muncul dalam berhubungan langsung dengan perawat
bentuk kinerja atau hasil kerja baik. Agar pelaksana dalam memberikan pelayanan
memiliki kinerja baik diperlukan kompetensi. keperawatan kepada pasien. Diperlukan
Integritas berperan mengarahkan kompetensi eksekutif perawat yang tidak hanya berfungsi
untuk menghasilkan kinerja baik dan sebagai manajer, tapi juga sebagai pemimpin
berkualitas. Dalam kenyataan pelaksanaan dalam manajemen keperawatan ruangan yang
pada umumnya terdapat kekurang-pahaman berfungsi memberikan pelayanan berorientasi
tentang hubungan antara integritas dan kinerja. mutu.
Integritas dipahami tanpa mengaitkannya
dengan kinerja. Sebaliknya juga kinerja Pelayanan keperawatan di rumah sakit
dipahami tanpa mengaitkannya dengan merupakan suatu faktor penentu bagi mutu
integritas. Padahal sesungguhnya kedua hal itu pelayanan dan citra rumah sakit di mata
memiliki kaitan erat. Kompetensi baik yang masyarakat (Hasnita dan Sanusi, 2006).
11
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 9 - 18, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Kinerja seorang perawat dapat dilihat dari yang mengharuskan seseorang untuk
mutu asuhan keperawatan yang diberikan pada berintegritas, tetapi karena individu tersebut
pasien. Pada dasarnya yang dijadikan acuan memahami dengan baik bahwa memiliki
dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan integritas adalah bagian dari proses untuk
adalah dengan menggunakan standar praktik membangun sesuatu yang lebih baik di dalam
keperawatan. Standar praktik keperawatan ini keluarga, organisasi, atau Negara (Dwi
menjadi pedoman bagi perawat dalam Prawani Sri Redjeki dan Jefri Heridiansyah,
melaksanakan asuhan keperawatan (Nursalam, 2013).
2007). Namun demikian, saat ini rumah sakit
justru mengalami berbagai masalah yang Integritas adalah sesuatu yang terkait langsung
berhubungan dengan tenaga keperawatan dan dengan individu, bukan dengan kelompok atau
pelayanan keperawatan. Masalah-masalah organisasi. Kepemilikan integritas hanya bisa
tersebut berhubungan dengan ketidakpuasan dikatakan kepada individu, bukan kepada
kerja perawat, kepemimpinan yang kerap tidak keluarga, orangtua atau saudara. Integritas
adil dalam memberikan reward dan seorang ayah tidak serta merta menjadi
punishment, lingkungan kerja yang buruk yang integritas anaknya. Dalam cerita tersebut,
pada akhirnya mempengaruhi kepada kinerja kerapian kerja kelompok, berhasil membangun
perawat. Adanya ketidakselarasan antara apa tembok yang baik dan kuat, tidak serta merta
yang dikatakan dengan apa yang dilakukan menjamin bahwa individu-individu yang ada di
pada kasus diatas, sedikit banyaknya dalamnya juga otomatis memiliki ketahanan
dipengaruhi oleh faktor gaya kepemimpinan. diri yang kuat. Penguatan utama yang mesti
Menurut Yukl (2001), Kepemimpinan adalah dilakukan adalah penguatan diri individu, yang
proses mempengaruhi orang lain untuk menguatkan diri masing-masing aggota
memahami dan setuju dengan apa yang perlu kelompok atau generasi berikutnya, untuk
dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan memiliki integritas diri yang baik dan kuat
secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi (Gea, 2014).
upaya individu dan kolektif untuk mencapai
tujuan bersama. Integritas harus dapat menyumbang pada
perbaikan kehidupan, dan dalam konteks dunia
Hersey dan Blanch dalam Pasalong (2008) kerja berarti perbaikan kinerja. Itu berarti
mengemukakan gaya kepemimpinan adalah integritas tidak hanya bersifat negatif saja,
pola-pola perilaku konsisten yang mereka sekadar untuk tidak berbohong, tidak curang,
terapkan dalam bekerja dengan dan melalui atau tidak melakukan hal-hal yang tidak
orang lain seperti dipersepsikan orang-orang bermoral. Integritas harus juga memiliki sifat
itu. Gaya kepemimpinan banyak berpengaruh positif, yakni berbuat sesuatu untuk
terhadap keberhasilan seorang pemimpin menghasilkan sesuatu, dengan suatu kualitas
dalam mempengaruhi perilaku pengikut- moral di dalamnya. Integritas diri harus
pengikutnya. Gaya merupakan kebiasaan yang mendorong pencapaian hasil baik dari diri
melekat pada diri seseorang yang melekat sendiri, entah berupa kinerja baik atau
dalam melaksanakan tugas-tugas pencapaian hal-hal baik dalam kehidupan. Jadi
kepemimpinannya. Stoner dalam Pasolong sifat negatif dan positif itu harus berjalan
(2008) mengatakan gaya kepemimpinan adalah bersama. Seraya seseorang berusaha untuk
berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh tidak berbohong, tidak curang (mengendalikan
pemimpin dalam proses mengarahkan dan diri), dia juga harus berbuat sesuatu untuk
mempengaruhi pekerja. memperlihatkan hasil atau pencapaian yang
baik. Hal yang pertama, yang sifatnya negatif
Berbicara tentang integritas berarti berbicara itu, suatu tindakan menaham dan
tentang konsistensi antara dua hal, yaitu mengendalikan diri itu, barulah tahap minimal
pikiran dan tindakan dalam bentuk dari perwujudan integritas, tahap maksimalnya
pengambilan keputusan. Integritas sering justu dicapai ketika sifat positifnya itu muncul,
dipahami dalam konteks perilaku dan perilaku berupa tindakan-tindakan baik yang
integritas pada umumnya dipahami dalam menghasilkan sesuatu dengan kualitas baik.
kaitannya dengan etika dan moral. Keadaan Umumnya dianggap bahwa tahap minimal itu
berperilaku dengan integritas diharapkan berupa penghindaran (menahan dan
muncul bukan hanya karena tuntutan pekerjaan mengendalikan diri) untuk berbuat yang tidak
12
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 9 - 18, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

baik merupakan hal utama dalam hal integritas organisasi. Pemimpinan dengan gaya
dan sifatnya wajib, sedangkan tahap kepemimpinan transformasional membantu
maksimalnya, suatu tindakan menghasilan untuk mempromosikan hasil kinerja
sesuatu yang berkualitas, merupakan harapan bawahannya.
atau himbauan. Tapi dalam kaitan dengan
dunia kerja, maka tahap maksimal itu bukan Upaya peningkatan kinerja kepemimpinan
hanya himbauan atau harapan saja, melainkan ditempuh dengan peningkatan keterampilan
suatu tuntutan, keharusan (Gea, 2014). Dengan kepemimpinan serta perilaku kepemimpinan.
demikian, ada berbagai sifat-sifat pribadi dan Sebagai seorang manajer sekaligus pemimpin
kemampuan tertentu yang mesti digabungkan di ruangan perawatan, ciri, keterampilan dan
dengan kejujuran dan berbagai sikap positip perilaku kepemimpinan yang harus dimiliki
lainnya untuk bisa menghasilan apa yang seorang kepala ruang adalah berkomunikasi
disebut integrity. Semuanya itu akan dengan efektif, konsistensi perilaku,
menghantar pada keberhasilan di tempat kerja. melibatkan semua karyawan, memberikan
Jadi perihal kompetensi dalam bidangnya motivasi dan berkomitmen terhadap hasil
merupakan juga bagian dari integrity. Tanpa kerja. Terkait dengan variabel kinerja, Robbins
adanya kompetensi maka sulit untuk (2001) mengatakan bahwa, persepsi tugas
menunjukkan integritas itu sendiri, sementara merupakan petunjuk dimana individu percaya
kompetensi sendiri akan sulit berwujud kinerja bahwa mereka dapat mewujudkan usaha-usaha
baik tanpa disertai bagian-bagian dari karakter, mereka dalam pekerjaan. Menurut Drucker
yang mendorongnya untuk bisa mencapai hasil (2001: 237-242) terdapat lima dimensi dalam
yang baik dan dengan cara yang baik. mengendalikan kinerja karyawan/ pegawai,
yaitu: (1) Dimensi fisiologis menyatakan
Rumah Sakit dewasa ini menjadi salah satu bahwa seseorang akan bekerja dengan baik
pilar dalam fungsi kesehatan baik promotif, jika orang tersebut bekerja dengan berbagai
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Rumah konfigurasi operasional, yaitu bekerja dengan
Sakit adalah satu bentuk bisnis yang padat berbagai macam tugas dan ritme kecepatan
modal, padat sumber daya. Sumber daya yang disesuaikan dengan keadaan fisiknya. (2)
dapat cepat usang adalah sumber daya Dimensi psikologis, bekerja merupakan
manusia. Sumber daya manusia yang terbesar ungkapan kepribadian. Bekerja merupakan
di rumah sakit adalah tenaga paramedis ungkapan kepribadian. Seorang akan
keperawatan. Perawat adalah karyawan lini memperoleh kepuasan dari pekerjaannya
terdepan yang kontak secara langsng dengan dengan menampilkan kinerja yang lebih baik
pasien, sehingga kinerja perawat berperan daripada mereka yang tidak menyenangi
penting dalam menentukan keberhasilan rumah pekerjaannya. (3) Dimensi sosial, yaitu bekerja
sakit dalam mencapai tujuan yang telah adalah suatu ungkapan hubungan sosial
ditetapkan dalam kontrak kinerja tahunan yang diantara sesama karyawan. Suasana konflik
telah ditetapkan. Peran integritas diantara karyawan dapat menurunkan kinerja,
kepemimpinan sangat erat kaitannya dengan baik secara individu maupun kelompok. (4)
kepercayaan pada pemimpin yang akhirnya Dimensi ekonomi, yaitu imbalan jasa yang
menimbulkan kepuasan kinerja dan diperoleh dapat menghambat atau mendorong
dampaknya meningkatkan kinerja pegawai. karyawan untuk berprestasi. (5) Dimensi
keseimbangan, hal ini keseimbangan yang
Hasil penelitian Murtiningsih (2015) diperoleh dari pekerjaan dengan kebutuhan
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang hidup akan memacu seseorang untuk bekerja
signifikan kepemimpinan transformasional lebih baik guna mencapai keseimbangan
terhadap kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa tersebut.
semakin besar pengaruh kepemimpinan
transformasional semakin baik pula kinerja Menurut Kimsean, seperti yang dikutip
soerang perawat (Murtiningsih, 2015). Hasil Brahmasari (2008) ada lima indikator dalam
penelitian ini didukung pula penelitian yang kinerja yaitu: (1) Senantiasa bekerja
dilakukan oleh Dr.Hsin Kuang Chi (2015) berdasarkan ketepatan waktu.
yang menemukan bahwa kepemimpinan (2)Melaksanakan tugas sesuai dengan
transformasional mempunyai pengaruh / prosedur. (3)Menyelesaikan tugas yang
dampak yang positif terhadap kinerja diberikan dengan baik. (4)Memenuhi standar
13
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 9 - 18, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

kualifikasi. Oleh karena itu indikator kinerja perilaku individu yang sesungguhnya sangat
sumber daya manusia meliputi: (1)Senantiasa dicela oleh banyak orang, tetap ada saja orang
bekerja berdasarkan ketepatan waktu. atau kelompok atau budaya tertentu yang
(2)Melaksanakan tugas sesuai dengan menganggapnya sebagai hal yang terpuji.
prosedur. (3)Menyelesaikan tugas yang Relativisme moral seperti ini tidak dapat
diberikan dengan baik. (4)Memenuhi standar dipertahankan. Sesuatu yang dianggap baik itu
kualifikasi. harus bisa dibuka dan tahan uji atas penilaian
masyarakat umum. Harus bisa ditemukan
Kepemimpinan transformasional mampu alasan rasional dan masuk akal sehat atas suatu
menginspirasi pengikut untuk melakukan hal sikap atau perilaku yang dinilai sebagai baik,
yang melebihi kepentingan pribadi mereka yang mengatasi berbagai pandangan terbatas
demi kepentingan perusahaan dan mampu individu atau budaya tertentu. Demikian juga
memberikan dampak mendalam dan luar biasa sebaliknya, harus bisa diberikan alasan yang
kepada para karyawan; dapat mengubah pola masuk akal mengapa suatu perbuatan dianggap
pikir karyawan dari pola pikir yang tidak baik dari sudut etis, dan tidak boleh
menyelesaikan masalah dengan cara lama berhenti pada alasan karena kebiasaan semata.
diubah menjadi penyelesaian masalah dengan Perihal integritas tidak hanya berdasarkan
cara baru yang lebih baik, selain itu pemimpin kebiasaan, melainkan lebih sebagai pilihan
transformasional mampu membuat karyawan sadar dan disengaja, dengan maksud dan
bergairah dalam bekerja, membangkitkan tujuan tertentu. Ketika sesuatu hal sering
semangat dan membuat karyawan melakukan dilakukan memang akan berkembang menjadi
upaya ekstra untuk mencapai tujuan kebiasaan. Namun berhubung setiap situasi
perusahaan (Murtiningsih, 2015). Guna adalah unik, maka kebiasaan itu tidak
memelihara dan meningkatkan kepercayaan diterapkan secara sama. Selalu ada tanggung
publik, setiap anggota harus memenuhi jawab pribadi untuk setiap situasi harus
tanggung jawab profesionalnya dengan memilih untuk bertindak apa berdasarkan
integritas setinggi mungkin. Prinsip integritas prinsip-prinsip etis yang umum diterima (Gea,
mewajibkan setiap Praktisi untuk tegas, jujur, 2014). Demikian juga halnya bisa terjadi orang
dan adil dalam hubungan profesional dan dengan sengaja melakukan tindakan tidak baik
hubungan bisnisnya (Haryono, 2014). namun dengan tujuan yang baik. Ilustrasinya
Integritas merupakan kualitas yang mendasari dapat dilihat dalam film Robin Hood, yang
kepercayaan publik dan merupakan patokan mencuri demi menolong orang-orang miskin.
(benchmark) bagi anggota dalam menguji Dia mencuri kepada orang-orang kaya,
semua keputusan yang diambilnya. Integritas sehingga tindakannya itu tidak selalu
berpengaruh terhadap kualitas kinerja mendatangkan penderitaan kepada orang-orang
(Wardana dan Ariyanto, 2016). Integritas kaya itu, karena yang dapat dicurinya itu hanya
mengharuskan seorang anggota untuk bersikap sedikit saja dan barangkali tidak terlalu berarti
jujur dan berterus terang tanpa harus bagi mereka. Namun hasil curiannya itu
mengorbankan rahasia penerima jasa. menjadi sangat berarti bagi orang-orang miskin
Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh yang menerimanya. Dalam sejarah pemikiran
dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas moral sikap seperti ini pernah dianggap
dapat menerima kesalahan yang tidak sebagai sikap moral yang baik, finis instificat
disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, medium, tujuan menghalalkan cara, tujuan
tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau yang baik membuat cara yang ditempuh untuk
peniadaan prinsip. Integritas mengharuskan itu menjadi baik. Dalam pandangan seperti ini
anggota untuk menaati baik bentuk maupun menilai suatu tindakan yang secara umum
jiwa standar teknis dan etika. Mabruri dan kelihatan buruk tidak bisa secara langsung
Winarma (2010) menghasilkan objektivitas dijadikan dasar untuk menilai pelaku tindakan
dan integritas auditor berpengaruh positif itu sebagai manusia buruk juga, karena
signifikan terhadap kualitas audit. penentu utama adalah niat atau motif di balik
atau yang melatarbelakangi tindakan yang
Penilaian terhadap integritas tidak bisa hanya kelihatan itu. Hal yang penting bukanlah
didasarkan pada tolok ukur yang digunakan tindakan, melainkan niatnya mau menjadi
oleh masing-masing individu atau kelompok orang baik, yang berusaha mencapai tujuan
atau budaya saja. Ada bahaya ketika suatu baik. Bukan terutama what should I do?
14
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 9 - 18, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

melainkan what kind of person should I be? Setiap karyawan harus memiliki integritas
Jadi bukan hanya bahwa perbuatan saya baik, yang baik. Karena intergritas adalah kualitas
melainkan lebih dari itu bahwa saya sendiri yang paling dibutuhkan bagi keberhasilan
orang baik (Gea, 2014). suatu bisnis (Lupiyoadi, 2007). Integritas akan
membantu karyawan untuk tetap konsisten
Kepemimpinan mengandung arti yaitu dimanapun berada. Karyawan yang memiliki
kemampuan mempengaruhi, menggerakkan integritas akan berbuat untuk kepentingan
dan mengarahkan suatu tindakan pada diri orang banyak, bukan untuk kepentingan
seseorang atau sekelompok orang, untuk pribadi, dimana karyawan dipercaya karena
mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu. karakter yang mampu mengubah lingkungan
Dengan demikian dari seorang pemimpin dapat sekitarnya dengan memberdayakan
berpengaruh terhadap kinerja. Kepemimpinan keunggulan, prestasi, dan potensi yang dimiliki
memiliki pengaruh positif pada kinerja, dengan lingkungan tempat bekerja. Kepercayaan
hadirnya kepemimpinan yang tentunya merupakan faktor yang sangat penting bagi
memiliki integritas dan transformasional, seorang karyawan yang akan membuatnya
kinerja dapat terlaksana dengan baik. berpengaruh serta merupakan perekat dalam
Berdasarkan hasil penelitian Bawono (2015) hubungan kebersamaan, berkaitan dengan
dengan analisis pengujian hipotesis (H2) kepribadian dan sikap karyawan.
membuktikan bahwa koefisien regresi
pengaruh variabel Kepemimpinan terhadap Kinerja (performance) adalah nilai yang
Kinerja Perawat diperoleh hasil sebesar 0,759. diperoleh dari suatu perilaku
Nilai koefisien regresi tersebut memberikan karyawan/pegawai, baik secara positif maupun
makna bahwa variabel Kepemimpinan yang negatif, untuk mencapai tujuan organisasi
lebih baik akan dapat meningkatkan Kinerja (Colquitt, et al, 2009). Dalam kaitannya
Perawat. Hasil pengujian hipotesis dengan kinerja manajemen. Kreitner dan
menghasilkan nilai t hitung sebesar 11,208 Kinicki mengemukakan bahwa kinerja
dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai manajemen adalah suatu sistem perluasan
signifikansi hasil tersebut lebih kecil dari 0,05. organisasi dimana manajer mengintegrasikan
Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis 2 aktivitas untuk mencapai tujuan, monitoring
dalam penelitian ini diterima, yang artinya dan evaluasi, memberikan masukan dan
bahwa secara parsial variabel Kepemimpinan melatih karyawan secara berkesinambungan
mempunyai pengaruh positif terhadap Kinerja (Kreitner dan Kinicki, 2007).
Perawat. Serta adanya pengaruh yang
signifikan antara variabel Kepemimpinan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulianti
dengan Kinerja perawat di RSUD Kota dan Wuryanti (2015) menunjukkan bahwa ada
Semarang. pengaruh yang signifikan antara Integritas
Perilaku terhadap Kepercayaan kepada
Pengelolaan pelayanan keperawatan pimpinan. Jika Integritas Perilaku SDM pada
membutuhkan sistem manajerial keperawatan BLHKP, BKPPD dan BPMPD Kabupaten
yang tepat untuk mengarahkan seluruh sumber Konawe Selatan baik maka akan berpengaruh
daya keperawatan dalam menghasilkan terhadap peningkatan kepercayaan kepada
pelayanan keperawatan yang prima dan pimpinan sehingga memberikan pengaruh
berkualitas. Manajemen keperawatan terhadap kinerja pegawai dalam bekerja. Ini
merupakan koordinasi dan integrasi dari berarti bahwa para pegawai pada BLHKP,
sumber - sumber keperawatan dengan BKPPD dan BPMPD Kabupaten Konawe
menerapkan proses manajemen untuk Selatan dalam bekerja harus senantiasa
mencapai tujuan pelayanan keperawatan. Hal memiliki Integritas perilaku yang baik agar
ini tentu perlu didukung oleh seorang tercipta Kepercayaan yang tinggi.
pimpinan yang mempunyai kemampuan Sebagaimana diketahui bahwa Integritas
manajerial yang handal dan mempunyai Perilaku menyangkut etika dan moral, maka
integritas yang tinggi untuk melaksanakan keadaan berperilaku dengan integritas bukan
fungsi perencanaan, pengorganisasian, hanya karena tuntutan pekerjaan tapi karena
pengarahan dan pengendalian aktivitas- individu tersebut memahami dengan baik
aktivitas keperawatan. bahwa memiliki integritas adalah bagian dari
proses untuk membangun sesuatu yang lebih
15
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 9 - 18, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

baik didalam organisasi. Hal ini juga berlaku Akuntabilitas terhadap manajemen pelayanan
dalam halnya kinerja perawat di rumah sakit. dapat ditempuh dengan menciptakan sistem
Dalam mencapai kualitas tinggi perlu upaya pengelolaan ruangan yang baik yang menjamin
perbaikan terus menerus. Kualitas yang tinggi pertanggung jawaban setiap tindakan
menjadi tujuan semua perusahaan karena manajemen yang dilakukan, pemberian
meningkatkan kepuasan pelanggan, informasi secara tepat waktu, memadai, jelas,
menurunkan biaya, serta mendorong dan akurat, ramah dan terbuka dalam proses
mempertahankan profitabilitas jangka panjang. operasional, dapat diperbandingkan serta
Bagaimanapun, kepemimpinan sangat mudah diakses oleh stakehoder (pasien,
berperan untuk meningkatkan kinerja dalam perawat pelaksana, atasan maupun direksi
menciptakan produk barang dan jasa rumah sakit) sesuai dengan haknya. Prinsip
berkualitas. keterbukaan informasi tidak mengurangi
kewajiban untuk memenuhi rahasia jabatan
Gagalnya rumah sakit dalam melaksanakan sebagai perawat sesuai undang-undang dan
kegiatan untuk memenuhi harapan pelanggan, etika keperawatan yang berlaku, tidak
baik secara langsung maupun tidak langsung melanggar hak-hak pribadi individu, terutama
pada dasarnya disebabkan oleh minimnya hak pasien sebagai penerima pelayanan.
kemampuan manajemen guna memecahkan Disamping itu, tata kelola yang baik harus
persoalan yang terdapat dalam sebuah melakukan evaluasi kinerja pelayanan
organisasi (Sabarguna, 2007). Guna mencapai keperawatan secara berkala dan teratur, baik
sumber daya manusia yang berkinerja tinggi dilakukan oleh kepala ruangan itu sendiri,
dibutuhkan efektivitas fungsi manajemen. maupun oleh atasan yang lebih tinggi dengan
Membicarakan manajemen berarti memberikan. Data yang jujur dan independen
membicarakan kepemimpinan, sebab pada sesuai prinsip profesionalisme keperawatan
dasarnya inti dari manajemen adalah dan fairness (kejujuran), tanpa ada yang
kepemimpinan. Kepemimpinan dan ditutupi atau dimanipulasi.
manajemen adalah ibarat dua sisi mata uang
yang tidak dapat dipisahkan. Manakala Tata kelola yang baik juga memastikan bahwa
pemimpin memiliki kemampuan manajerial setiap pelayanan keperawatan yang diberikan
yang baik kegiatan manajemen rumah sakit kepada pasien sudah dilakukan antisipasi
untuk mencapai tujuan organisasi yang resiko atau dampak negatif pelayanan. Hal ini
berkinerja tinggi akan dapat dilakukan secara dapat terlaksana dengan melakukan pelayanan
efektif (Sulistiani, 2004). sesuai Standar prosedur (SOP) keperawatan
yang sudah disosialisasikan sebelumnya
Kepala ruang sebagai ujung tombak kepada perawat pelaksana. Hal ini dilakukan
tercapainya tujuan pelayanan keperawatan di bekerja sama dengan manajemen resiko dan
rumah sakit harus mempunyai kemampuan keselamatan pasien di rumah sakit. Tata kelola
melakukan supervisi untuk mengelola asuhan keperawatan ruang berdampak pada
keperawatan sehingga meningkatkan kinerja kemampuan untuk mempertanggung-jawabkan
perawat dalam pelayanan. Supervisi yang mutu pelayanan keperawatan di ruangan secara
dilakukan kepala ruang berperan untuk terus menerus dengan menjaga standar
mempertahankan segala kegiatan yang telah pelayanan klinik yang bermutu tinggi dengan
direncanakan dapat dilaksanakan sesuai menciptakan lingkungan kerja yang kondusif.
standar. Supervisi memerlukan peran aktif Artinya semakin baik tata kelola yang
semua perawat yang terlibat dalam kegiatan dijalankan kepala ruangan, semakin baik
pelayanan keperawatan sebagai mitra kerja kinerja kepala ruang tersebut yang akan
yang memiliki ide, pendapat dan pengalaman membawa dampak bagi peningkatan mutu
yang perlu didengar, dihargai, dan diikut pelayanan dan kinerja rumah sakit. Mutu
sertakan dalam proses perbaikan pemberian asuhan keperawatan dapat dicapai bila dalam
asuhan keperawatan dan pendokumentasian bekerja dipenuhinya standar profesi dalam
asuhan keperawatan. Kepemimpinan yang baik pelayanan pasien, terwujudnya hasil (outcome)
akan menghasilkan pengikut yang cerdas yang seperti yang diharapkan menyangkut asuhan
akan berdampak bagi kinerja kepemimpinan pasien, diagnosis serta prosedur dan tindakan
dan pada akhirnya membawa dampak bagi keperawatan.
peningkatan kinerja organisasi.
16
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 9 - 18, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Hasil penelitian Astiena (2010), menyebutkan DAFTAR PUSTAKA


bahwa tanggung jawab sosial mempunyai Astiena. (2010). Pengaruh Kepemimpinan
dampak langsung yang kecil dan koefisien Senior, Tata Kelola Dan Tanggung Jawab
jalur yang tidak signifikan terhadap kinerja Sosial Terhadap Kinerja Kepala Ruang
kepala ruang, sehingga secara teori statistik Rawat Inap Rumah Sakit Karya Bhakti
dapat dikeluarkan dari model. Namun, secara Kota Bogor Tahun 2008. Majalah
substantif, tanggung jawab sosial memiliki Kedokteran Andalas Vol.34. No.2. Juli-
peranan yang penting dalam mempengaruhi Desember 2010. 148-159.
kinerja kepala ruang, sehingga tetap
dipertahankan dalam model akhir. Meskipun Bawono DC dan Nugraheni R. (2015). Analisis
hasil yang didapatkan tidak berarti apa-apa Pengaruh Pemberian Insentif,
dibandingkan pengaruh kepemimpinan dan Kepemimpian Dan Beban Kerja Terhadap
tata kelola terhadap kinerja, sebenarnya Kinerja Perawat. Diponegoro Journal of
tanggung jawab sosial ini diperankan oleh Management 2015, Vol.4 No.3: 1-14.
perawat pelaksana yang akan berdampak
terhadap mutu pelayanan yang diberikan. Colquitt, Jason A., Jefferey A. Lepine, and
Tanggung jawab keperawatan meliputi upaya Michael J. Wesson. (2009). Organiztional
pemberian asuhan paripurna (biopsiko-sosial Behavior, Improving Performance and
mental dan spritual) kepada pasien sebagai Commitment in The Workplace. McGraw
tugas pokok perawat, menghargai kepercayaan Hill International Edition.
dan nilai-nilai dan kebiasaan pasien,
mempertahankan standar asuhan keperawatan Dharma, Surya. (2003). Manajemen Kinerja.
yang tinggi, memprakarsai dan mendukung Edisi ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
berbagai kegiatan guna memenuhi hubungan
masyarakat, memelihara hubungan baik Dubrin, (2005). Leadership (Terjemahan), Edisi
dengan sesama perawat dan tenaga kesehatan Kedua. Jakarta: Prenada Media.
lainnya, serta berpartisipasi dalam pendidikan
keperawatan dan organisasi profesi. Dwi Prawani Sri Redjeki dan Jefri Heridiansyah.
(2013). Memahami sebuah Konsep
SIMPULAN DAN SARAN Integritas. Jurnal Stie Semarang, Vol 5,
Simpulan No.3, Edisi Oktober2013 (ISSN : 2252-
Bagian keperawatan dihadapkan dengan 7826).
permasalahan kinerja perawat tentang
pemberian asuhan keperawatan yang belum Gea AA. Integritas Personal Dan
optimal, hal ini dikeluhkan oleh pasien, Kepemimpinan Etis. HUMANIORA
keluarga, dan profesi lain yang bekerja di 2014, Vol.5 No.2: 950-959.
rumah sakit. Kondisi ini harus mendapat
Haryono Al. (2014). Auditing (Pengauditan
perhatian kepala ruangan sebagai manajer yang
Berbasis ISA). Edisi Ke II. Yogyakarta:
bertanggung jawab langsung terhadap asuhan
Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu
keperawatan yang diberikan oleh perawat
Ekonomi YKPN.
pelaksana.
Hasibuan SP. (2005). Manajemen Sumber Daya
Saran
Manusia Edisi Revisi. Jakarta: Bumi
Kepala ruangan harus dapat menjalankan
Aksara.
fungsi manajerial yaitu bimbingan dan
pengarahan dengan melakukan supervisi
Kreitner, Robert. Angelo, Kicki. (2007).
terhadap perawat pelaksana agar melaksanakan
Organizational Behavior, Seventh Edition.
asuhan keperawatan secara optimal. Pemberian
New York: McGraw Hill International
asuhan keperawatan yang optimal diharapkan
Edition.
dapat memenuhi harapan konsumen untuk
memperoleh pelayanan yang terbaik selama Li, Chung-Kai dan Chia-Hung, H. (2009). The
dirawat di rumah sakit dan secara tidak Influence of Transformational Leadership
langsung mendukung tujuan rumah sakit. on Workplace Relationships and Job

17
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 9 - 18, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Performance. Taiwan: Ling Tung Management History, Vol. 13 No. 1, pp


University. 74-93.

Murtiningsih. (2015). Pengaruh Gaya Wardana MA, Ariyanto D. (2016). Pengaruh


Kepemimpinan Transformasional Pada Gaya Kepemimpinan Transformasional,
Kinerja Perawat Rumah Sakit Islam Siti Objektivitas, Integritas Dan Etika Auditor
Aisyah Madiun. Jurnal Ekonomi Terhadap Kualitas Audit. E-Jurnal
Manajemen Sumber Daya Vol. 17, No. 2, Akuntansi Universitas Udayana.14.2
Desember 2015. Februari (2016). 948- 976.

Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan: Wirawan. (2003). Teori Kepemimpinan. Jakarta:


Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan Uhamka Press.
Profesional. Edisi kedua. Jakarta: Salemba
Medika. Yuki, Gary. (2001). Leadership in Organization.
Alih Bahasa Budi Supriyanto.
Pasolong, Harbani. (2008). Kepemimpinan Kepemimpinan Dalam Organisasi, Edisi
Birokrasi. Bandung: Alfabeta. Kelima. Jakarta : PT. Indeks.

Robbin.S.P. (2001). Organization Behavior Yulianti, Wuryanti. (2015). Pengaruh


Concept, Controversies and Application. 6 Kepemipinan Transformasional,
Edition Englewood Chiffs, Prentice-Hall. Integritas Perilaku Dan Kepercayaan
Terhadap Pimpinan Dalam Peningkatan
Sabarguna, Boy. (2007). Knowledge Kinerja SDM. Unissula Conference in
Management untuk Rumah Sakit. Jakarta: Business, Accounting, and Management
Sagung Seto. Vol.2 No.1: 282-300.

Sulistiani, Ambar Teguh. (2004). Memahami Zahra E. (2011). Pengaruh Integritas,


Good Governance dalam Perspektif Kompetensi Dan Loyalitas Kepemimpinan
Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Gaya Terhadap Kepercayaan Para Bawahan Di
Media. Sbu Perkapalan Pt. Pusri Palembang.
Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis, VI. 122-132.
Trevinyo-Rodríguez, R. N. (2007). “Integrity: A
Systems Theory Classification”, Journal of

18

Anda mungkin juga menyukai