(1Yoh. 4:16).
1
1. Pendahuluan..............................................................................................................7
2. Krisis Iman dan Identitas Umat Israel Di Babel ...............................................9
3. Krisis Iman dan Identitas Para Murid Yesus ....................................................17
4. Krisis Iman Dan Identitas Umat Katolik ........................................................ 26
5. Kabar Baik Dan Identitas Umat Katolik...........................................................36
Pengantar..................................................................................................................... 61
I. Allah Adalah Kasih (1Yohanes 4:7-21) ................................................................63
II. Yesus Adalah Anak Manusia, Raja Kerajaan Surga (Matius 25:31-46) . 70
III. Orang Berdosa Namun Dipercaya Oleh Tuhan (Lukas 5:1-11)................. 78
IV. Bangga Menjadi Orang Katolik (Kisah Para Rasul 2:37-47) ..................... 86
Pengantar.................................................................................................................... 95
I. Allah Adalah Sumber Cinta Kasihku (1Yohanes 4:7-21) ............................... 97
II. Yesus Rajaku (Matius 25:31-46)........................................................................ 102
III. Aku Utusan Yesus (Lukas 5:1-11) ........................................................................ 107
IV. Aku Bersaudara Seperti Jemaat Perdana (Kisah Para Rasul 2:37-47)..... 112
2
Kata Pengantar
Dalam Pertemuan Nasional Lembaga Biblika Indonesia pada tanggal 18-
22 Juli 2016 di Bogor, para pakar Kitab Suci dan para Delegatus Kitab
Suci Keuskupan sepakat untuk mengangkat tema besar “Mewartakan
Injil di tengah Arus Zaman” sebagai arahan untuk empat tahun ke
depan. Tema itu kemudian dijabarkan dalam empat tema yang akan
direnungkan dalam Bulan Kitab Suci Nasional selama empat tahun
berikutnya. Adapun keempat tema itu adalah sebagai berikut:
a. Mewartakan Kabar Gembira dalam Gaya Hidup Modern (2017)
b. Mewartakan Kabar Gembira dalam Kemajemukan (2018)
c. Mewartakan Kabar Gembira dalam Krisis Lingkungan Hidup
(2019)
d. Mewartakan Kabar Gembira dalam Krisis Iman dan Identitas
(2020)
Tema pertama sampai dengan ketiga sudah kita renungkan dalam
bulan September 2017 - 2019. Dalam Bulan Kitab Suci Nasional 2020 ini
kita akan merenungkan tema yang keempat, “Mewartakan Kabar
Gembira dalam Krisis Iman dan Identitas.”
Hal yang sama akan kita lakukan dalam Bulan Kitab Suci Nasional ini.
Kita diajak untuk melihat kembali kebenaran mengenai Allah dan siapa
Umat Kristiani di hadapan Allah itu. Dalam empat pertemuan kita akan
3
mendalami adalah siapa Allah yang dipercaya oleh Umat Kristiani dan
siapa sesungguhnya Umat Kristiani di hadapan Allah. Kebenaran
mengenai Allah ini sesungguhnya adalah kabar gembira yang diajarkan
oleh Yesus. Dari kebenaran mengenai Allah inilah Umat Kristiani
memperoleh identitasnya. Kesadaran mengenai identitasnya ini akan
mendatangkan sukacita bagi orang yang percaya dan menuntun cara
hidupnya selama tinggal di dunia.
4
Bulan Kitab Suci Nasional
(1Yoh. 4:16).
5
6
Identitas kita merupakan kesadaran akan siapa diri kita dan kesadaran
ini akan mempengaruhi bagaimana kita menjalani kehidupan,
bagaimana kita bertindak, bersikap, dan berbicara. Sejak dibaptis kita
mendapatkan identitas sebagai pengikut Yesus dan anggota Gereja
Katolik. Kita mengikuti Yesus dalam Gereja Katolik. Dalam perjalanan
waktu kesadaran diri sebagai pengikut Yesus dan anggota Gereja
Katolik ini mengalami perkembangan. Dalam Gereja Katolik Umat
diajak untuk memahami dilatih untuk menjadi pengikut Yesus dan
anggota Gereja Katolik dan bagaimana menjalani kehidupan (bersikap
dan berperilaku) sesuai dengan jatidirinya.
7
setiap orang beriman sehingga dapat hidup menurut kehendak Allah,
khususnya dalam memberi kesaksian itu.
8
Di zaman Perjanjian Lama Umat Allah pernah menghadapi krisis besar
yang menyangkut iman mereka akan YHWH dan identitas mereka
sebagai Umat Pilihan. Krisis ini terjadi ketika kerajaan mereka
dikalahkan oleh kerajaan lain dan negeri mereka dihancurkan. Iman
mereka goyah dan identitas mereka nyaris musnah. Tetapi, nyatanya
mereka dapat mempertahankan iman mereka dan dapat menjaga
identitas mereka. Kita dapat belajar dari mereka bagaimana
menghadapi krisis seperti yang pernah mereka alami.
9
Yerusalem, Yoyakhin dan seluruh penduduk Yerusalem harus
menghadapi bahaya yang sangat serius. Jika Babel mengepung
Yerusalem dalam waktu yang lama, seluruh penduduk Yerusalem akan
menghadapi bahaya kelaparan yang dapat mengakibatkan kematian.
Tetapi, jika dapat menerobos tembok kota itu, pasukan Babel akan
membunuh banyak orang yang tinggal di dalamnya dan
menghancurkan seluruh kota itu.
10
peladang. Yehuda sekarang menjadi wilayah kekuasaan Babel, dan hasil
bumi yang keluar dari negeri itu menjadi milik orang Babel.
Selain mengangkut penduduk Yerusalem, pasukan Babel juga
merampas harta benda yang ada di dalam kota itu. Pasukan Babel
masuk ke dalam Bait Allah dan mengambil perlengkapan ibadah yang
terbuat dari logam. Sesudah itu, pasukan Babel membakar Bait Allah,
istana, dan semua rumah yang ada di Yerusalem. Bait Allah dan istana
yang megah, penuh harta yang berharga, dan dianggap suci itu
sekarang tinggal sebagai reruntuhan. Mereka merobohkan tembok kota
Yerusalem sehingga kota tidak dapat menjadi tempat berlindung lagi.
Nebukadnezar mengangkat Gedalya menjadi gubernur Yehuda untuk
memimpin penduduk yang masih tinggal di negeri itu. Ia
menganjurkan agar orang Yehuda tunduk kepada Babel agar dapat
hidup dengan tenang di negeri mereka sendiri. Tetapi, Orang-orang
Yehuda yang setia pada bangsanya membunuh dia karena
menganggapnya sebagai boneka Babel. Sadar bahwa tindakan mereka
dapat membangkitkan amarah Nebukadnezar, mereka melarikan diri
ke Mesir.
11
tentang situasi terbaru setelah Zedekia memberontak. Pasukan Babel
kembali menaklukkan Yerusalem dan akibat yang ditimbulkan oleh
serbuan itu jauh lebih mengerikan. Pasukan Babel telah
menghancurkan Yerusalem, termasuk istana dan Bait Allah. Berita ini
semakin melemahkan pengharapan orang Yehuda yang telah sepuluh
tahun menunggu di tanah pembuangan. Harapan untuk kembali ke
tanah air mereka pun sirna. Babel terlalu kuat bagi orang-orang Yehuda
yang telah menjadi orang buangan itu. Karena itu, mustahil bagi
mereka untuk dapat melakukan perlawanan terhadap Babel atau
melarikan diri dari kekuasaan mereka. Tidak ada yang dapat mereka
lakukan selain menerima kenyataan yang pahit ini.
12
mereka sudah dikalahkan dewa-dewa Babel, tidak mampu bangkit
melawan mereka untuk membebaskan umat-Nya. Mereka hidup di
tanah asing, jauh tersembunyi dari YHWH, sementara Ia tidak berkuasa
untuk membebaskan mereka dan mengembalikan hak mereka sebagai
bangsa yang merdeka.
13
keberadaan mereka sebagai umat YHWH akan musnah dan mereka
akan melebur ke dalam bangsa-bangsa lain. Tetapi, para nabi
menyatakan bahwa apa yang mereka percaya itu keliru. YHWH tidak
pernah kalah dan tidak dapat dikalahkan oleh siapa pun. Kalau mereka
dibuang, itu bukan karena Allah sudah dikalahkan oleh dewa-dewi
Babel. Yang sebenarnya sedang terjadi adalah bahwa YHWH sedang
menghukum orang Israel karena mereka telah berdosa kepada-Nya. Ia
menggunakan kerajaan asing untuk melaksanakan hukuman atas
Umat-Nya sendiri. Setelah masa penghukuman itu selesai, YHWH akan
membawa mereka pulang ke tanah air mereka.
14
manusia lalu ditempatkan di kuil, dan dari pohon yang sama sebagian
kayu dibakar untuk memanaskan diri dan membakar roti dan daging
yang mereka makan. Jadi, ilah yang mereka sembah di dalam kuil itu
dibuat oleh manusia (sama seperti yang menyembahnya) dari kayu
(sama seperti yang mereka gunakan untuk membakar roti dan daging).
Jelas bahwa dewa-dewi itu hanyalah benda mati yang tidak memiliki
kemampuan apa pun.
Sebaliknya, YHWH, Allah Israel, adalah Allah yang hidup dan berkuasa.
Dia adalah satu-satu Allah, dan tidak ada yang lain. YHWH menjadikan
langit dan bumi dan menciptakan manusia (Yes. 45:12). Karena itu, Dia
berkuasa atas semua manusia dan perjalanan sejarah manusia di atas
bumi. Lebih lanjut nabi menyampaikan secara panjang lebar bagaimana
Allah sedang bekerja menggerakkan sejarah. Ia sedang menggerakkan
Koresh, raja Persia, untuk membebaskan orang Israel dari pembuangan
Babel. Ia menyertai Koresh untuk menaklukkan bangsa-bangsa,
termasuk Babel, sehingga semuanya tunduk kepada raja Persia itu.
Dengan kata lain, YHWH yang Mahakuasa itu menggunakan Koresh
untuk melakukan kehendak-Nya, yaitu membawa orang Israel kembali
ke tanah air mereka dan mendirikan kembali Bait Allah (Yes. 44:28).
15
kelompok (sinagoga): umat berkumpul untuk berdoa dan
membaca Kitab Suci.
2. Memberikan arti baru pada praktik keagamaan yang sudah ada.
Hari Sabat dan sunat, yang sudah menjadi kebiasaan di antara
orang Yahudi, diangkat menjadi tanda yang memberikan ciri khas
kepada anggota umat pilihan Allah.
Pembuangan yang dialami oleh Umat Israel juga merintis jalan baru
menuju pandangan yang lebih rohani mengenai kehadiran Allah.
Pengalaman pembuangan itu membuat Umat Israel percaya bahwa
Allah tidak terikat pada tempat tertentu. Bait Allah telah dihancurkan
dan Tabut Perjanjian telah lenyap. Kehadiran YHWH tak dapat lagi
dikaitkan dengan bangunan dan barang jasmani itu. Bait Allah tempat
tabut itu disimpan bukanlah tempat mereka ‘mempunyai’ Allah,
melainkan tempat Allah berkenan menyatakan diri dan bertemu
dengan mereka (bdk. Kel. 33:9-11; Bil. 11:25; 12:5-10). Di tanah
pembuangan itu mereka justru menyadari bahwa Allah hadir dalam
umat yang bersekutu dan beribadah kepada-Nya.
16
Dalam Perjanjian Baru krisis yang menyangkut iman dan identitas
dialami oleh para rasul Yesus, ketika Yesus ditangkap, disalibkan, dan
mati di kayu salib. Mulanya mereka begitu yakin tentang siapa Yesus
dan menaruh harapan mereka kepada-Nya. Tetapi, kematian Yesus
membuat keyakinan mereka terhadap Yesus hancur dan harapan
mereka kepada-Nya musnah. Penampakan Yesus yang telah bangkit
memberikan kepada mereka sebuah kejelasan tentang siapa
sesungguhnya Yesus dan hal ini membuat mereka memahami identitas
mereka.
17
runtuh. Dengan kata lain mereka menantikan datangnya seorang
Mesias sebagai seorang panglima yang setelah mengalahkan pasukan
Romawi akan memerintah sebagai raja. Keyakinan ini pun hidup di
antara para pengikut Yesus. Mereka mengharapkan Yesus bertindak
sebagai pemimpin militer. Dalam kepercayaan mereka, Yesus akan
memimpin orang Yahudi melakukan perlawanan terhadap penguasa
Romawi. Setelah mengalahkan mereka, Yesus akan mendirikan kembali
Kerajaan Israel dan akan memerintah sebagai raja. Semua orang Yahudi
akan tinggal dalam kesejahteraan di bawah pemerintahan Yesus, Sang
Mesias.
Pemahaman Yesus sebagai Mesias yang akan menjadi raja Israel ini juga
tampak dalam permintaan Yakobus dan Yohanes kepada Yesus.
Keduanya meminta kepada Yesus agar diperkenankan duduk dalam
kemuliaan-Nya kelak, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang
seorang di sebelah kiri-Nya. Permintaan ini jelas berkaitan dengan
pemahaman mereka tentang Yesus sebagai Mesias. Mereka ingin
menjadi pendamping Yesus yang telah bertakhta sebagai raja dalam
kemuliaan-Nya, sesudah Ia memimpin orang Yahudi mengalahkan
penjajah Romawi dan mendirikan kembali Kerajaan Israel. Mendengar
permintaan itu, Yesus bertanya kepada mereka, “Dapatkah kamu
meminum cawan yang harus Kuminum atau dibaptis dengan baptisan
yang harus Kuterima?” Sama seperti cawan (bdk. Mrk. 14:36), baptisan
ini juga melambangkan penderitaan yang sudah mendekat. Yesus akan
18
meminum cawan itu dan menerima baptisan itu, yakni menanggung
segala penderitaan sampai pada kematian-Nya, untuk masuk dalam
kemuliaan. Kedua murid itu menyatakan kesanggupan mereka, tetapi
mereka tidak tahu apa yang mereka minta (Mrk. 14:38).
Dari Getsemani Yesus dibawa ke rumah Imam Besar Kayafas (18-36 M).
Mendengar bahwa Yesus telah dibawa ke sana, para imam kepala, tua-
tua, dan ahli Taurat datang ke rumah imam besar itu. Para pemimpin
Yahudi menangkap Yesus pada malam hari dan langsung mengadili-
Nya, bukan di tempat pertemuan resmi mereka di kompleks Bait Allah,
melainkan di rumah imam besar. Seperti niat mereka semula, para
19
pemimpin agama Yahudi mau menyingkirkan Yesus secara diam-diam,
tanpa sepengetahuan para pengikut-Nya. Petrus mengikuti Yesus dari
jauh, sampai ke halaman rumah imam besar. Ia tetap tidak memahami
apa yang sedang terjadi dengan Yesus walaupun sebelumnya telah
diberitahu oleh Yesus (Mrk. 8:31-32). Dalam situasi seperti ini Petrus
menyangkal Yesus sampai tiga kali: Ia tidak berani mengakui bahwa ia
adalah pengikut Yesus. Ketika Yesus mengajar, menyembuhkan orang
sakit, membungkam para pemimpin Yahudi, para murid bangga
menjadi murid-Nya. Ketika Yesus menyatakan bahwa Ia harus
menderita mereka menolak hal itu dan menyatakan siap mati bersama
Yesus (Mrk. 14:31). Namun, sekarang Petrus tidak berani mengakui diri
sebagai murid Yesus, bahkan mengatakan bahwa ia tidak mengenal
Yesus.
Tidak ada murid Yesus yang mengikuti Yesus sampai ke Golgota, hanya
para perempuan yang mengikuti Yesus sejak dari Galilea. Mereka inilah
yang juga mengurus jenazah Yesus sampai dengan penguburannya.
Sementara itu, para rasul yang sudah sekian lama mengikuti Yesus
justru pergi meninggalkan-Nya sendirian menanggung penderitaan
sampai dengan kematian-Nya. Kematian Yesus membuat para rasul
kehilangan semangat serta menjadi takut dan bingung. Mereka tidak
dapat menerima kenyataan ini karena apa yang terjadi dengan Yesus
sama sekali tidak seperti yang mereka pikirkan. Orang yang mereka
anggap sebagai Mesias, yang akan menjadi raja Israel itu, mati dengan
cara yang sangat menyedihkan. Mereka bersembunyi dan tinggal di
suatu ruangan yang terkunci karena takut kepada para pemuka Yahudi
yang terlibat dalam pembunuhan Yesus (Yoh. 20:19).
Dua orang murid (tidak termasuk dalam kelompok dua belas rasul)
yang pergi ke Emaus memberikan gambaran tentang kekecewaan yang
harus dihadapi oleh para murid begitu mengetahui kematian Yesus.
Para pengikut Yesus menyangka bahwa sebagai Mesias Yesus akan
bertindak seperti yang diharapkan oleh orang Yahudi. Mereka
memandang Yesus adalah seorang nabi yang berkuasa dalam perkataan
dan pekerjaan di hadapan Allah dan di depan seluruh Israel. Tetapi,
“imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami” telah
menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-
Nya. Apa yang terjadi dengan Yesus ini bertentangan dengan harapan
mereka. Orang yang mereka yakini sebagai nabi itu mati di kayu salib,
20
padahal “kami dahulu mengharapkan bahwa Dialah yang datang untuk
membebaskan bangsa Israel” (Luk. 24:21). Mereka sulit untuk
menerima pemberitahuan Yesus bahwa Ia akan menanggung
penderitaan sampai mati tetapi kemudian akan bangkit. Mereka begitu
kecewa melihat orang yang mereka yakini sebagai Mesias itu mati di
kayu salib.
Pada hari yang sama Yesus menampakkan diri kepada dua orang murid
yang berjalan ke Emaus. Menjelang malam, ketika Yesus singgah di
rumah mereka dan makan malam, barulah mereka mengenali Dia (Luk.
24:13-35). Kedua orang itu kembali ke Yerusalem pada malam itu juga
dan menceritakan kepada kesebelas murid perjumpaan dengan Yesus.
Ketika mereka sedang berkumpul, Yesus menampakkan diri dan berdiri
di tengah-tengah mereka (Luk. 24:36-49). Melihat mereka ragu-ragu
Yesus berkata, “Aku sendirilah ini,” sambil memperlihatkan tangan dan
kaki-Nya kepada mereka. Ketika mereka belum percaya karena
girangnya, Yesus meminta makanan dan makan sepotong ikan goreng
di hadapan mereka.
21
dibangkitkan dari antara orang mati (Mat. 17:9). Setelah Petrus
menyampaikan pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias, tiga kali Yesus
menyatakan kepada para murid-Nya bahwa Anak Manusia akan
menderita, dibunuh, dan bangkit dari kematian (Mrk. 8:31-9:1; Mrk.
9:30-32; Mrk. 10:32-34). Mereka tidak dapat memahami pernyataan
Yesus ini: Tidak ada dalam benak mereka pribadi yang mereka yakini
sebagai Mesias itu akan mati.
22
Anak Manusia adalah pribadi yang datang dari langit, dari surga, dan
bukan seorang manusia yang datang dari dunia. Allah memberikan
kepadanya kekuasaan, kemuliaan, dan kekuasaan sebagai raja. Kerajaan
yang berada di bawah kuasa Anak Manusia itu tidak akan musnah. Jelas
bahwa kerajaan ini bukanlah kerajaan duniawi karena semua kerajaan
duniawi pasti musnah. Kerajaan yang tidak akan musnah ini adalah
kerajaan surgawi yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Anak
Manusia itu sendiri akan menjadi raja yang kekal: Dia tidak akan mati
dan tidak akan ada yang menggantikannya, seperti yang biasa terjadi
dalam kerajaan duniawi. Selama-lamanya ia akan memegang kuasa
sebagai raja atas kerajaan surgawi.
23
kerajaan surgawi. Ia menghendaki agar semua manusia masuk dalam
kerajaan-Nya yang memberikan kebahagiaan abadi kepada manusia.
Yesus memang Mesias, bukan dalam arti bahwa Ia menyelamatkan
orang Israel dari penjajah Romawi, tetapi bahwa Ia membebaskan
manusia dari kekuasaan dosa. Semua manusia telah berdosa dan
hukuman yang layak untuk manusia yang berdosa adalah kematian.
Kematian yang dimaksudkan bukanlah kematian fisik, melainkan
keterpisahan dari Allah. Manusia yang dikuasai oleh dosa tidak
mungkin hidup bersama dengan Allah. Yesus mati (=terpisah dari
Allah) untuk menanggung hukuman yang seharusnya ditanggung oleh
manusia supaya manusia layak tinggal bersama Allah dalam kehidupan
surgawi.
Semua manusia telah berdosa dan hukuman yang layak untuk manusia
yang berdosa adalah kematian (Rm. 6:23). Karena dosa-dosanya,
24
manusia tidak layak menerima kebahagiaan abadi di surga. Dengan
kematian-Nya di kayu salib Yesus telah menanggung hukuman yang
seharusnya ditanggung oleh semua manusia karena dosa-dosa mereka
sehingga kematian Kristus itu justru menjadi tanda kasih Allah (Rm.
5:8; 8:3,32). Kristus melakukan hal ini agar manusia memperoleh
kebangkitan bersama-sama Dia (1Tes. 4:14) dan hidup dalam kemuliaan
surgawi. Dengan demikian, di dalam Kristus manusia menemukan jalan
menuju keselamatan Allah. Janji keselamatan Allah yang disampaikan
dalam Kitab Suci, yakni kebangkitan dari kematian, telah dipenuhi
dalam diri Kristus. Berkat karya penyelamatan Kristus itu, manusia
dapat diterima dalam kerajaan surgawi dan tinggal bersama Dia dalam
kebahagiaan dan kemuliaan abadi.
25
Selanjutnya kita akan melihat situasi iman umat Katolik. Harus diakui
bahwa kehidupan iman dalam dunia modern ini harus menghadapi
tantangan serius yang datang dari kemajuan dalam ilmu pengetahuan
dan teknologi. Kemajuan ini telah membawa perubahan besar dalam
kehidupan manusia, termasuk dalam hal iman. Sementara itu, di antara
umat Katolik sendiri ada banyak hal yang menyangkut iman yang perlu
mendapat perhatian. Kita juga akan melihat apa yang harus dilakukan
ketika menghadapi situasi seperti ini.
Penghayatan hidup yang dangkal dan spontan itu juga membuat orang
dengan mudah dikuasai oleh egoisme dan keangkuhan. Orang akan
menghargai orang lain kalau orang itu memiliki kedudukan yang lebih
tinggi, dalam hal ekonomi, sosial, maupun keagamaan. Akibatnya,
orang-orang yang secara ekonomi, sosial, dan keagamaan dipandang
lemah, miskin, dan tidak berarti, seringkali tidak dihargai dan tidak
diperhatikan. Karena itu, banyak orang amat mudah dikuasai oleh
semangat materialisme. Mereka menganggap bahwa materi adalah
satu-satunya yang penting untuk hidup mereka. Selama hidup di dunia
26
orang memerlukan materi, untuk melakukan kehendak Tuhan pun
diperlukan materi. Tetapi, orang yang dikuasai oleh semangat
materialisme mengejar materi sebagai satu-satunya harapan hidup
mereka. Mereka mengerahkan seluruh dirinya untuk mengejarnya, dan
mengabaikan hal-hal yang lain (lihat EG art.2). Tidak memikirkan
makna kehidupan, hanya mengejar apa yang dianggap sebagai
kesenangan. Melakukan apa yang menyenangkan, bukan apa yang
bernilai atau berkenan kepada Tuhan.
Telah dikatakan bahwa situasi yang melanda dunia ini juga melanda
Gereja. Para anggota Gereja tidak steril dari pengaruh negatif yang
memancar dari kemajuan dunia ini. Arus materialisme ini membuat
manusia memiliki pandangan yang keliru tentang Tuhan: Ia dijadikan
sebagai sarana untuk memenuhi keinginan. Allah tidak dipandang
sebagai Tuhan yang harus disembah, tetapi diperlakukan sebagai
hamba yang serba bisa yang harus memenuhi segala sesuatu yang
diminta oleh orang yang mengaku percaya kepada-Nya. Tidak ada
kebanggaan kalau dapat melakukan sesuatu untuk Tuhan dan sesama,
27
bahkan hal-hal seperti ini tidak dipikirkan. Orang hanya bangga kalau
Tuhan melakukan hal-hal yang diinginkannya untuk dirinya sendiri.
28
Gereja lain. Memandang ajaran agama lain dan pemeluknya lebih hebat
lalu tidak berani berbicara tentang iman Katolik ketika situasi
memintanya berbicara. Lebih dari itu, banyak orang Katolik goyah
imannya lalu memutuskan untuk meninggalkan Gereja Katolik, tanpa
merasa ada yang keliru dengan tindakannya, tanpa merasa sedang
mengalami kerugian, dan tanpa kesedihan. Setelah meninggalkan
Gereja Katolik, ada yang menampakkan sikap memandang rendah
Gereja Katolik.
29
Menghadapi krisis iman dan identitas orang Israel di pembuangan, ada
beberapa hal yang disampaikan oleh para pemuka Israel dan para nabi
kepada kaum buangan:
30
4.3. Belajar Dari Pengalaman Para Rasul
Mulanya para rasul yakin bahwa Dia adalah Mesias, keturunan Daud
yang akan mendirikan kembali Kerajaan Israel lalu memerintah orang
Israel. Di hadapan Yesus para rasul memiliki pandangan tentang diri
mereka dan menemukan identitas mereka berkaitan dengan Yesus.
Lalu mereka bersikap dan berperilaku sesuai dengan identitas mereka.
Mereka memandang diri mereka sebagai pengikut Mesias, yang sedang
dalam proses untuk mendirikan Kerajaan Israel. Jika nanti Yesus sudah
berkuasa sebagai raja, para rasul akan menikmati kemuliaan-Nya.
Tetapi, sekarang mereka harus mendampingi Yesus dalam perjuangan
ini. Bahkan, mereka menyatakan siap mati bersama-sama dengan Yesus
(Mat. 26:35).
31
pengikut Yesus. Mereka adalah orang-orang yang percaya kepada
Yesus sebagai Anak Manusia dan Mesias, Raja Abadi dalam
Kerajaan Surga. Karena mereka percaya kepada Yesus, mereka pun
akan menikmati kebahagiaan bersama Dia di dalam kerajaan-Nya.
Kita dapat menerapkan ketiga hal ini untuk menanggapi krisis iman
dan identitas yang dihadapi oleh orang Katolik. Karena itu, kita perlu
menegaskan kembali:
1. Kebenaran mengenai Allah. Kebenaran ini menjelaskan siapa
sesungguhnya Allah yang kita percaya dan apa yang
dikehendakinya. Kebenaran ini menentukan identitas orang yang
percaya kepada-Nya.
32
2. Identitas orang beriman. Di hadapan Allah yang kita percaya,
kita dapat mengenal diri kita. Dengan melihat kebenaran tentang
Allah, kita dapat melihat relasi kita dengan Allah.
3. Cara hidup menurut identitas. Identitas kita sebagai orang yang
percaya kepada Allah akan menentukan cara hidup kita.
Kesadaran akan identitas ini akan menuntun kita untuk menjalani
hidup dengan benar.
33
kembali dengan-Nya. Dalam Perjanjian Lama hal ini dilakukan dengan
mempersembahkan kurban yang membawa pengampunan (Im. 4:20).
Yesus adalah Anak Allah dan imam besar yang agung (Ibr. 9:25-28).
Sebagai Anak Allah, Yesus bersih dari segala dosa. Di kayu salib Yesus
mempersembahkan diri sebagai kurban untuk menghapus dosa
manusia sehingga hubungan manusia dengan Allah dipulihkan dan
manusia dipandang layak untuk menerima kehidupan kekal bersama
Dia di surga.
Cara hidup menurut identitas. Identitas kita yang kita peroleh dari
Allah akan menggerakkan kehidupan kita dan kita menjalani
kehidupan sesuai dengan identitas kita. Karena identitas kita itu kita
peroleh dari pengenalan akan Allah, kesadaran tentang siapa Allah dan
siapa kita di hadapan Allah akan menentukan cara hidup kita. Kita
adalah pribadi yang dikasihi oleh Allah dan Yesus telah mengajarkan
bagaimana kita harus menanggapi kasih Allah dan bagaimana orang
yang percaya kepada-Nya harus hidup sesuai dengan kasih Allah itu.
Yesus memberikan perintah baru kepada para murid, yaitu supaya
“kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu
34
demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yoh. 13:31-35; lihat juga
1Yoh. 4:11). Yang membuat perintah ini menjadi baru adalah
motivasinya, yaitu kasih Allah (bdk. Im. 19:18).
35
Pada bagian sebelumnya kita telah melihat bagaimana banyak orang
beriman, khususnya orang Katolik, menghadapi krisis yang
menyangkut iman dan identitasnya. Bisa jadi kita bukanlah orang yang
sedang menghadapi krisis identitas. Tetapi, di antara kita orang-orang
Katolik banyak yang sedang menghadapi krisis itu. Banyak juga yang
sebenarnya sedang menghadapi krisis identitas, tetapi tidak
menyadarinya. Dalam empat pertemuan di Bulan Kitab Suci Nasional
ini kita akan membaca Sabda Tuhan untuk melihat kebenaran tentang
Allah yang kita percaya. Kebenaran mengenai Allah inilah yang
merupakan kabar baik bagi manusia. Dengan melihat kebenaran
mengenai Allah ini, kita dapat menyadari kembali identitas kita sebagai
orang beriman di hadapan Allah yang kita imani. Kesadaran akan
dirinya ini akan mendatangkan sukacita dan semua ini akan
mendorong kita untuk hidup menurut identitas kita. Kalau kita sendiri
menyadari hal ini, kita pun dapat membantu saudara-saudara kita yang
sedang menghadapi krisis iman dan identitas. Dengan demikian,
mereka tahu kepada siapa mereka percaya dan menemukan kembali
identitas mereka sehingga dapat menjalani kehidupan dengan benar
sampai akhirnya bersatu dengan Allah di surga.
Ada empat bacaan yang akan kita renungkan untuk melihat kebenaran
tentang Allah dan identitas orang beriman di hadapan-Nya:
1. Allah adalah Kasih (1Yoh. 4:7-21). Dalam perikop ini kita akan
melihat bahwa Allah yang kita percaya adalah Kasih dan kita
adalah manusia yang dikasihi-Nya. Allah adalah kasih dan karena
kita adalah orang yang percaya kepada-Nya, kita pun mengasihi
sesama.
2. Yesus, Anak Manusia (Mat. 25:31-46). Dalam perikop ini kita
akan melihat bahwa Yesus yang kita imani adalah Anak Manusia
yang berkuasa atas Kerajaan Surga. Sebagai orang yang percaya
kepada-Nya, kita akan melihat bagaimana bersikap sesuai dengan
kehendak-Nya.
3. Orang Berdosa yang Dipercaya oleh Tuhan (Luk. 5:1-11). Dalam
perikop ini kita akan belajar dari Petrus: Mengakui bahwa kita
adalah orang yang berdosa, tidak pantas untuk berdekatan dengan
36
Tuhan. Tetapi, Tuhan justru mengutus kita yang berdosa ini untuk
mengajak sesama percaya kepada Tuhan.
4. Persekutuan Orang Beriman (Kis. 2:37-47). Melalui perikop ini
kita akan diajak untuk menyadari bahwa kita adalah orang yang
telah dibaptis dan masuk dalam persekutuan orang yang percaya
kepada Yesus. Kita akan melihat apa yang harus kita lakukan
sebagai anggota persekutuan ini.
37
Allah tidak hanya mengasihi atau memiliki kasih, tetapi Ia sendiri
adalah kasih. Segala aktivitas Allah adalah laku kasih dan Ia
menyatakan diri dalam kasih kepada manusia.
38
dipersembahkan oleh Kristus di kayu salib untuk menghapus dosa
manusia. Di kayu salib Kristus bertindak sebagai Imam Besar yang
mencurahkan darah-Nya sendiri mempersembahkan diri-Nya sebagai
kurban untuk menghapus dosa semua manusia (Ibr. 9:13-14,25-28).
Karena dosanya telah dihapus dan ia sendiri telah didamaikan dengan
Allah, manusia dipandang layak untuk tinggal bersama dengan Allah di
surga.
Pencurahan Roh Kudus (ay. 13) itu akan mendorong orang untuk
memberi kesaksian tentang apa yang telah dilakukan Allah Bapa lewat
anak-Nya, yang telah diutus sebagai penyelamat dunia. Alasan
pengutusan itu adalah untuk membebaskan manusia dari dosa dan
39
kematian. Semua manusia telah berdosa dan dosa mereka telah
memisahkan mereka dari Allah. Yesus mati demi dosa seluruh umat
manusia. Berkat Kristus manusia dapat selamat dan menerima hidup
baru dari Allah. Tindakan Allah ini mengungkapkan betapa besarnya
kasih Allah kepada manusia.
Allah tinggal dalam diri orang-orang yang percaya bahwa Yesus adalah
anak Allah, bahwa Allah telah mengutus-Nya datang ke dunia untuk
menyelamatkan umat manusia. Bila orang percaya pada Tuhan Yesus
mereka akan menerima hidup baru, yakni hidup dalam Allah. Mereka
yang percaya pada Kristus dan pada kasih Allah akan memberikan
kesaksian tentang kehadiran Kristus di dalam dunia dan mewartakan-
Nya sebagai penyelamat dunia. Hidup dan kata kita akan membawa
kesaksian tentang inkarnasi Yesus, karena hidup dan kasih-Nya akan
dinyatakan lewat kita. Ketika kita berbicara, kita mengungkapkan
kebijaksanaan Kristus, ketika kita bertindak kita mengungkapkan
ketaatan pada bimbingan-Nya.
Kita percaya bahwa kasih Allah itu nyata dan kita dapat menyerahkan
diri pada kasih Allah itu. Kita mengetahui bahwa Allah mengasihi kita
dan kasih-Nya tak pernah pudar. Ia mengasihi kita tidak secara umum,
tetapi secara personal. Allah mengasihi setiap orang dan masing-
masing sama berharganya di hadapan-Nya. Sekali lagi dinyatakan
bahwa Allah adalah kasih (lihat ay. 8). Segala yang dilakukannya adalah
laku kasih. Konsekuensinya, setiap orang yang tetap berada dalam
kasih, yakni hidup dalam semangat kasih, “tetap berada dalam Allah
dan Allah di dalam dia.” Allah yang tinggal dalam dirinya membuatnya
sanggup mengasihi sesamanya. Ia akan mengasihi sesamanya seperti
Allah sendiri telah mengasihinya dan mengasihi setiap orang.
Kasih Allah akan menjadi sempurna di dalam diri kita kalau kita
mempunyai keberanian untuk percaya pada hari penghakiman. Kalau
memang kita sudah merasa dikasihi oleh Allah dan telah mengasihi
sesama dalam kehidupan kita, kita tidak takut untuk menghadap
pengadilan Allah. Kita siap untuk “dinilai” oleh Allah karena semua
yang dilakukannya di dunia dilakukan karena ia mengasihi Allah.
Pertemuan dengan Allah dalam penghakiman itu tidak membuatnya
takut karena pada saat itulah Allah akan menyatakan bahwa dia adalah
40
orang yang benar di hadapan-Nya. Orang takut menghadapi pengadilan
Allah bila ia tidak mengasihi Allah, yang berkuasa untuk menjatuhkan
hukuman kepadanya.
*******
41
menyelamatkan mereka dari kekuasaan dosa. Di kayu salib Kristus
bertindak sebagai Imam Besar yang mencurahkan darah-Nya sendiri
mempersembahkan diri-Nya sebagai kurban untuk menghapus dosa
semua manusia (Ibr. 9:13-14,25-28). Karena dosanya telah dihapus dan
ia sendiri telah didamaikan dengan Allah, manusia dipandang layak
untuk tinggal bersama dengan Allah di surga.
42
merupakan bagian dari khotbah, perikop ini mengandung unsur
perumpamaan, yakni sebuah simile tentang seorang gembala yang
memisahkan domba dari kambing (ay. 32b-33). Karena itu, perikop ini
sering kali disebut perumpamaan tentang domba dan kambing.
Perumpamaan ini diawali dengan suasana di tempat penghakiman (ay.
31-33). Kemudian disampaikan tindakan Raja yang bertindak sebagai
hakim terhadap orang-orang yang ditempatkan di sebelah kanan (ay.
34-40) dan terhadap orang-orang yang di sebelah kiri (ay. 41-46).
43
kambing di sebelah kiri merupakan tanda bahwa mereka jauh dari
kehormatan, bahkan mereka akan menerima hukuman.
Pertama, memberi makan orang yang lapar dan memberi minum orang
yang haus. Dua perbuatan ini merupakan kebaikan yang mendasar
karena menyangkut kebutuhan dasar manusia. Orang yang kekurangan
makan dan minum akan menjadi lemah badannya. Hal ini bisa
membuat orang menjadi sakit, dan bila berkepanjangan, orang dapat
kehilangan nyawa.
44
Pada zaman Perjanjian Baru, penjara tidak digunakan sebagai sarana
untuk menghukum orang yang dinyatakan bersalah oleh pengadilan,
tetapi hanya untuk menahan orang yang dituduh bersalah sampai ia
menjalani pengadilan. Kehidupan seorang tahanan di dalam penjara ini
bergantung pada keluarga atau kenalan yang mengirimkan makanan,
minuman, dan lain-lain untuk kehidupannya. Mereka yang berada di
dalam tahanan boleh dikunjungi dan diurus oleh teman-temannya
(Mat. 11:2; Flp. 3:25; 4:18,21; Ibr. 13:3).
45
memberi-Nya pakaian ketika Ia telanjang, tidak melawat-Nya ketika Ia
sakit, dan tidak mengunjungi-Nya ketika Ia di dalam penjara.
*******
46
baik bagi manusia. Dia adalah Anak Manusia yang berkuasa atas
Kerajaan Surga. Kesadaran akan kebenaran mengenai Yesus Kristus ini
membuat orang beriman sadar akan identitasnya di hadapan Kristus.
Orang beriman adalah orang yang percaya kepada Kristus dan setia
kepada-Nya. Pengenalan diri dalam hubungannya dengan Kristus ini
akan mendatangkan kegembiraan. Pengenalan akan identitas di
hadapan Kristus yang diwarnai dengan kegembiraan ini akan
menggerakkan orang beriman untuk melakukan kehendak-Nya.
47
Kita melayani Tuhan dalam diri sesama
Telah dikatakan bahwa Kristus yang mengasihi manusia hadir dalam
diri orang-orang yang menderita. Apa yang dilakukan terhadap orang
yang mengalami penderitaan itu, sebenarnya dilakukan terhadap
Kristus. Tindakan manusia di dunia ini, khususnya yang dilakukan
terhadap orang yang menderita, menjadi dasar pertimbangan dalam
pengadilan di akhir zaman. Karena itu, selama menjalani kehidupan di
dunia ini orang diingatkan untuk memperhatikan sesama yang
menderita dengan keyakinan bahwa apa pun yang dilakukannya
terhadap mereka sebenarnya dilakukan bagi Kristus. Karena, wajah
Kristus tersembunyi dalam wajah orang-orang yang menderita, kita
perlu menyadari bahwa hanya mereka yang membina relasi dengan
Kristus dapat melihat wajah-Nya dengan jelas, sekalipun bagi orang lain
kabur atau tidak tampak. Hubungan pribadi orang beriman dengan
Kristus akan membuat dia menjadi lebih peka terhadap kehadiran-Nya
dan menggerakkan dia untuk mengasihi-Nya.
48
Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai Danau Genesaret yang terletak
di wilayah Galilea (panjang sekitar 21 km dan lebar sekitar 13 km).
Ketiga Injil lain menyebut danau ini Danau Galilea (Mat. 4:18; Mrk. 1:16;
Yoh. 6:1). Banyak orang mengerumuni Yesus hendak mendengarkan
firman Allah yang hendak disampaikan-Nya. Mereka berdesak-desakan
untuk dapat mendekati Dia. Bila orang banyak itu terus mendesak-Nya,
tidak akan ada jarak antara Yesus dengan mereka sehingga Ia tidak
akan dapat berbicara kepada mereka.
Dalam situasi seperti ini, Yesus melihat dua perahu di tepi pantai.
Nelayan-nelayannya telah turun perahu itu dan mereka sedang
membasuh jala. Pada malam sebelumnya mereka telah menggunakan
jala itu dan sekarang mereka membersihkannya agar siap dipakai untuk
waktu selanjutnya. Yesus pun naik ke atas salah satu perahu itu, yang
ternyata adalah milik Simon. Lalu Yesus meminta Simon untuk
mendorong perahunya sedikit jauh dari pantai. Orang banyak tidak
dapat lagi mendesak Yesus dan sekarang ada jarak antara Yesus dengan
mereka. Lalu Ia duduk di atas perahu itu dan mengajar orang banyak.
49
jumlah ikan yang tertangkap. Mereka pun memberi isyarat kepada
teman-teman mereka yang berada di perahu lain. Mereka meminta
orang-orang itu datang untuk membantu menampung ikan yang telah
mereka tangkap. Dua perahu hampir tidak cukup untuk menampung
hasil tangkapan. Kedua perahu itu penuh dengan ikan sampai hampir
tenggelam.
Hal seperti ini berulang kali muncul dalam Perjanjian Lama, termasuk
dalam kisah panggilan Nabi Yesaya. Ia melihat Allah duduk di takhta
yang tinggi menjulang, disertai oleh para makhluk surgawi. Ketika
menyadari bahwa ia telah melihat Allah, Yesaya langsung menyadari
dosanya. “Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis
bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun
mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam” (Yes.
6:5). Tetapi, kemudian Tuhan menyucikan Yesaya dan mengutusnya
menjadi nabi untuk menyampaikan kehendak-Nya.
50
perahu itu bukan karena tertarik pada peristiwa ajaib itu, tetapi karena
mereka memang rekan kerja Simon.
*******
Dalam Pertemuan III ini kita kembali melihat kabar baik yang
bersumber dari Yesus Kristus. Dia adalah Tuhan yang Mahakuasa, yang
sanggup melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Di hadapan-Nya orang
beriman menyadari identitas mereka, yaitu bahwa mereka hanyalah
orang berdosa, tetapi Yesus mempercayakan suatu tugas kepada
mereka. Kesadaran akan identitas ini akan mendatangkan kegembiraan
kepada orang beriman dan menggerakkan mereka untuk melakukan
tugas yang diberikan kepada mereka.
51
Yesus adalah Tuhan yang Mahakuasa
Dalam Pertemuan I kita telah melihat bahwa Allah yang adalah Kasih
menyatakan kasih-Nya dalam diri Yesus. Dalam Pertemuan II kita
melihat bahwa Yesus adalah Raja yang berkuasa atas Kerajaan Surga.
Dalam Pertemuan III ini kita melihat bahwa Yesus adalah Tuhan yang
Mahakuasa, yang dapat melakukan apa pun yang dikehendaki-Nya.
Sudah sepanjang malam ia menebarkan jala tanpa menangkap seekor
ikan pun. Ketika Yesus menyuruhnya kembali menebarkan jala pada
siang hari, Petrus menangkap begitu banyak ikan. Melihat tangkapan
ikan yang tidak masuk akal baginya sebagai seorang nelayan, Simon
langsung menyadari bahwa Yesus bukanlah manusia biasa. Dia yang
Mahakuasa inilah yang kita percaya sebagai Tuhan yang kita ikuti. Ia
sanggup melakukan hal-hal yang mustahil menurut manusia.
52
orang berdosa yang dipercaya dan diberi tugas oleh Tuhan, kita pun
dipanggil untuk memberitakan kasih Allah kepada sesama. Hal ini
dapat dilakukan dengan kata dan dengan perbuatan. Dengan kata-kata
kita memberitakan kasih Allah yang dinyatakan dalam diri Yesus dan
dengan perbuatan kita memberikan teladan untuk hidup sebagai orang
yang percaya kepada Yesus.
Orang-orang yang hadir terkesan pada karunia lahiriah Roh Kudus dan
pada kotbah Petrus tentang perbuatan-perbuatan Allah melalui Yesus.
Beberapa orang lalu menanyakan apa yang harus mereka lakukan
setelah mendengarkan warta tentang Yesus Kristus itu. Petrus
menjawab, “Bertobatlah, ubahlah cara pikir dan tingkah lakumu!”
Mereka diajak untuk berbalik dari sikap dan perilaku mereka yang
jahat, yang mencapai puncaknya ketika mereka membunuh Yesus (ay.
23, 36). Sikap dan perilaku mereka yang demikian itu telah menutup
diri mereka dari karya keselamatan Allah. Namun, Ia memberikan
kesempatan kepada mereka untuk bertobat agar dapat diselamatkan.
Jika dahulu mereka tidak percaya kepada Yesus dan telah membunuh-
Nya, kini mereka diundang untuk percaya kepada Yesus yang telah
dibangkitkan Allah itu. Jika percaya kepada-Nya, mereka akan
diselamatkan.
Untuk itu (caranya), mereka harus mengakui bahwa Yesus yang telah
mereka bunuh itu adalah Tuhan dan Kristus. Pengakuan itu secara
konkret diwujudkan dengan menerima baptisan dalam nama Yesus
53
Kristus. Berkat pengakuan dan pembaptisan itu mereka memperoleh
suatu hubungan baru dengan Yesus yang telah dibangkitkan dan
menempatkan diri mereka di bawah kuasa Yesus yang adalah Tuhan
dan Kristus. Serentak dosa mereka, yang telah memisahkan mereka
dari karya keselamatan Allah, diampuni.
Di luar Bait Allah mereka bertekun dalam pengajaran para rasul. Yang
dimaksudkan dengan pengajaran para rasul itu adalah pengajaran yang
diberikan kepada orang-orang yang baru percaya pada Kristus atau
dengan kata lain baru masuk Kristiani. Dalam pengajaran itu Kitab Suci
ditafsirkan dengan disinari oleh peristiwa Yesus Kristus. Jadi yang
dimaksudkan dengan pengajaran itu bukan pewartaan Injil kepada
orang-orang yang belum percaya kepada Kristus (bdk. Kis. 15:35).
54
dari perjamuan yang sesungguhnya (bdk. 1Kor. 11:20-34). Doa yang
dimaksudkan adalah doa atau sembahyang bersama yang dipimpin
oleh para rasul (Kis. 6:4; contoh doa ini terdapat dalam Kis. 4:24-30).
Kegiatan mereka di luar Bait Allah ini mau tidak mau menunjukkan
bahwa Jemaat Kristiani itu sedikit demi sedikit terpisah dari orang-
orang Yahudi. Di dalam Bait Allah pun orang mendapat kesan bahwa
mereka memisahkan diri dan mengatur pertemuan-pertemuan mereka
sendiri.
Para rasul mengadakan banyak tanda dan mukjizat. Bukan hanya karya
Yesus yang ditandai oleh banyak mukjizat yang menyatakan bahwa
Allah bekerja melalui Dia (Kis. 2:22 dan 11:38). Setelah wafat dan
kebangkitan-Nya, tindakan itu dikerjakan terus oleh Allah, kini melalui
tangan para rasul. Berulang kali dikatakan bahwa mereka mengadakan
banyak tanda dan mukjizat baik di Yerusalem (Kis. 2:43; 5:12-16)
maupun di tempat lain (Kis. 19:11; 28:9). Dengan tanda dan mukjizat itu
Allah menguatkan pewartaan para rasul (Kis. 14:3; 4:30). Bahwa para
rasul mengadakan tanda dan mukjizat itu membuat orang banyak
menjadi takut. Rasa takut ini bukan kekhawatiran, tetapi takut dalam
arti religius. Rasa takut yang dimaksudkan adalah takut karena hormat
55
akan sesuatu yang kudus, yang mereka lihat berkarya dalam tanda dan
mukjizat itu.1
Cara hidup Jemaat yang saling mengasihi dalam satu persekutuan itu
membuat mereka disukai semua orang. Cara hidup mereka yang seperti
itu menarik perhatian banyak orang dan mereka menggabungkan diri
dalam persekutuan itu. Jumlah mereka makin bertambah. Dari
kenyataan ini mereka melihat bahwa “tiap-tiap hari Tuhan menambah
jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.” Nyata bahwa
kehidupan Jemaat itu menjadi sarana pewartaan iman dan bentuk
kesaksian mereka tentang Kristus. Mereka tidak hanya mewartakan
dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan dan seluruh hidup mereka.
Keselamatan para anggota Jemaat Kristiani dalam penghakiman
terakhir dijamin oleh Tuhan (Kis. 2:21 dst; bdk. 13:48 dan surat-surat
Paulus).
*******
1Rasa takut mereka ini dapat dibandingkan dengan rasa takut yang dialami oleh Petrus,
Yakobus, dan Yohanes ketika Yesus memanggil mereka (bdk. Luk. 5:4-10).
56
Bagaimana Hidup Sebagai Anggota Gereja?
Dalam perikop ini kita dapat melihat bagaimana Gereja Perdana, yaitu
Gereja yang dibangun oleh para rasul di Yerusalem, menampakkan cara
hidup yang khas. Kita, para anggota Gereja perlu memahami cara hidup
Gereja Perdana untuk belajar bagaimana hidup menurut identitas
sebagai anggota Gereja. Apa saja yang dapat diteladan oleh Gereja di
zaman sekarang?
57
diundang untuk membantu sesama yang berkekurangan. Para anggota
Gereja secara bersama-sama juga membantu para anggota lain yang
mengalami kesulitan di bidang pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.
58
Bulan Kitab Suci Nasional
(1Yoh. 4:16).
59
60
Identitas merupakan kesadaran akan siapa diri kita dan kesadaran ini akan
mempengaruhi bagaimana kita menjalani kehidupan, bagaimana kita
bertindak, bersikap, dan berbicara. Sejak dibaptis kita mendapatkan
identitas sebagai pengikut Yesus dan anggota Gereja Katolik. Kita
mengikuti Yesus dalam Gereja Katolik. Sejak menerima baptisan,
menerima komuni, menerima Sakramen Penguatan, kita dilatih menjadi
pengikut Yesus dan anggota Gereja Katolik. Kita juga dilatih menjalani
kehidupan (bersikap dan berperilaku) sesuai dengan jatidiri kita.
Tidak semua orang Katolik dapat melewati proses itu dengan mudah
sehingga banyak yang menghadapi krisis iman dan identitas. Ada yang
sudah dibaptis tetapi tidak memahami iman Katolik sehingga tidak hidup
secara Katolik. Ada yang sudah dibaptis tetapi tidak berani mengaku
sebagai orang Katolik di hadapan orang banyak. Ada yang tidak lagi
percaya kepada Tuhan walaupun sudah menerima baptisan. Ada juga yang
tidak peduli akan identitasnya sebagai orang Katolik lalu menjalani
kehidupan semata-mata mengikuti kesenangan ragawi, dan sama sekali
tidak berpikir tentang makna dan tujuan hidup. Ada juga yang
meninggalkan Gereja Katolik karena tidak memahami keyakinan Katolik
dan melihat tampaknya ajaran dari agama/Gereja lain lebih baik dan lebih
masuk di akalnya.
Berhadapan dengan krisis iman dan identitas, kita dapat belajar dari orang
Yahudi di pembuangan dan dari para rasul yang ditinggalkan oleh Yesus:
1. Orang Yahudi menghadapi krisis iman dan identitas ketika kerajaan
mereka dihancurkan, Bait Allah diruntuhkan, dan mereka diangkut
ke pembuangan. Menghadapi krisis ini, pemuka Israel menunjukkan
kepada mereka kebenaran mengenai Allah mereka. Dialah yang
menciptakan segala sesuatu, yang dapat melakukan hal yang
mustahil, yaitu membawa mereka kembali ke tanah air. Dengan cara
demikian, orang Yahudi di pembuangan menyadari identitas mereka,
yaitu umat yang percaya kepada Allah Pencipta dan Mahakuasa.
Kesadaran akan identitas ini membuat mereka menjalani kehidupan
sebagai orang percaya di tanah pembuangan.
2. Para Rasul Yesus menghadapi krisis iman dan identitas ketika Yesus
ditangkap dan disalibkan. Dalam situasi krisis ini, Yesus yang bangkit
dari kematian menjumpai mereka dan menunjukkan siapa
61
sebenarnya Dia. Dengan kebangkitan-Nya Yesus membukti-kan
bahwa Dia adalah Anak Manusia berkuasa atas Kerajaan Surga. Ia
berkuasa memasukkan orang ke dalam kerajaan-Nya atau
menolaknya. Dengan mengenal identitas Yesus, para murid dapat
mengenal identitas mereka, yaitu sebagai pengikut Anak Manusia
yang akan mewarisi Kerajaan Surga, dan dapat hidup sesuai dengan
identitas mereka itu.
Dalam kedua pengalaman tersebut, kita melihat tiga hal yang harus
disadari ketika orang menghadapi krisis iman dan identitas:
1. Kebenaran mengenai Allah. Kebenaran ini menjelaskan siapa Allah
yang kita percaya dan apa yang dikehendaki-Nya. Kebenaran
mengenai Allah inilah kabar baik yang perlu disadari oleh orang yang
menghadapi krisis iman dan identitas.
2. Identitas orang beriman. Di hadapan Allah yang kita percaya, kita
dapat mengenal diri kita dan menemukan identitas kita. Dengan
melihat kebenaran tentang Allah, kita dapat melihat relasi kita
dengan Allah.
3. Cara hidup menurut identitas. Identitas kita sebagai orang yang
percaya kepada Allah akan menentukan cara hidup kita. Kesadaran
akan identitas ini menuntun kita untuk menjalani hidup dengan
benar.
Waktu: 90 Menit
Gagasan Dasar
▪ Allah adalah kasih. Iman Kristiani didasarkan pada kenyataan bahwa
Allah mengasihi manusia, yang diciptakan-Nya. Untuk memahami
kebenaran mengenai Allah ini, kita perlu memahami bagaimana
mengasihi. Orang yang mengasihi orang lain memiliki dua ciri: 1).
menghendaki orang yang dikasihinya berbahagia dan 2). rela berkurban
demi kebahagiaan orang yang dikasihinya.
63
▪ Hanya mereka yang telah mengalami kasih Allah secara nyata dapat
membagikan kasih itu kepada sesamanya. Allah telah mengasihi kita, jadi
sewajarnya kita membalas-Nya dengan mengasihi Dia. Tetapi, bagaimana
kita harus mengasihi Allah karena Ia tidak kelihatan dan tidak seorang
pun pernah melihat Allah? Allah memang tidak tampak, tetapi kehadiran-
Nya dapat dialami. Allah tersembunyi, namun dalam diri orang yang
percaya Ia hadir dan berkarya. Ia hadir bila kita saling mengasihi. Kita
mengalami kehadiran-Nya ketika kita saling mengasihi sesama. Kalau
orang ingin mengasihi Allah, ia harus mengasihi sesama. Jika orang
mengatakan bahwa ia mengasihi Allah tetapi membenci saudaranya, ia
berdusta karena tidak mungkin mencintai Allah yang tidak kelihatan
tanpa mencintai sesama yang kelihatan (1Yoh. 4:20). Siapa yang mengasihi
Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya (1Yoh. 4:21).
I. PEMBUKA
A. Lagu Pembuka
Petugas mengajak para peserta menyanyikan lagu dari MB 402 atau PS 498 atau
lagu lain yang sesuai.
C. Pengantar
Fasilitator menyampaikan/membacakan Gagasan Dasar dari Pertemuan I.
Sesudah itu, Fasilitator menyampaikan kata pengantar berikut ini untuk
memberikan penjelasan tentang apa yang hendak dicapai dalam pertemuan ini.
Selamat datang bapak/ibu/saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan
Yesus Kristus. Kita kembali berkumpul untuk mendengarkan dan
mendalami Sabda Allah. Dalam Bulan Kitab Suci Nasional 2020 ini, kita
akan mendalami tema: “Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman
Dan Identitas.” Kita akan mendalami teks-teks Kitab Suci yang berisi
kabar baik bagi orang-orang yang menghadapi krisis iman dan
identitas. Dalam kabar baik ini kita akan melihat kebenaran mengenai
Allah yang kita Imani dan memahami identitas kita di hadapan Allah.
Dengan pemahaman ini kita dapat menolong saudara-saudara kita yang
64
sedang mengalami krisis iman dan identitas sebagai orang Katolik.
Dalam Pertemuan I ini kita akan mendalami 1Yoh 4:7-21 yang
menegaskan bahwa Allah adalah Kasih. Marilah kita siapkan hati untuk
mendengarkan Sabda Allah.
D. Doa Pembuka
P. Marilah berdoa. Allah Bapa Yang Maha Pengasih, puji dan syukur
kami haturkan kepada-Mu karena segala berkat-Mu, terutama
karena Engkau telah mengasihi kami. Kami hendak mendengarkan
Sabda-Mu yang mengajak kami untuk melihat Dikau sebagai kasih.
Kami mohon utuslah Roh Kudus-Mu untuk membantu kami
memahami Sabda-Mu dan berikanlah kami kesanggupan untuk
mengasihi Dikau dan sesama di dalam kehidupan kami setiap hari.
Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U. Amin.
65
B. Pendalaman
Fasilitator meminta peserta membaca kembali teks Alkitab sambil
memperhatikan pertanyaan di bawah ini. Para peserta dapat dibagi dalam
kelompok dan setiap kelompok mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu
di dalam teks Alkitab.
1. Siapakah Allah yang diperkenalkan dalam perikop ini? (ay. 8)
2. Bagaimana Allah mengasihi manusia? (ay. 9-10)
3. Mengapa kita harus mengasihi sesama? (ay. 11, 19)
4. Mengapa di dalam kasih tidak ada ketakutan? (ay. 18)
5. Apa yang harus kita lakukan setelah dikasihi oleh Allah? (ay. 21)
C. Penjelasan
Fasilitator menyampaikan penjelasan di bawah ini. Fasilitator dapat
menambahkan penjelasan yang diambil dari penjelasan yang terdapat dalam
Gagasan Pendukung.
1. Perikop ini menyatakan bahwa Allah adalah Kasih. Pernyataan ini
bukanlah definisi tentang Allah melainkan deskripsi tentang Allah.
Allah tidak hanya mengasihi atau memiliki kasih, tetapi Ia sendiri
adalah kasih. Yohanes tidak sekedar menyatakan bahwa Allah
66
mengasihi, karena mengasihi bukanlah salah satu perbuatan dari
perbuatan-perbuatan yang dilakukan Allah. Segala aktivitas Allah
adalah laku kasih dan Ia menyatakan diri dalam kasih kepada
manusia.
3. Dasar dari ajakan untuk saling mengasihi ini adalah identitas Allah
yang diimaninya: Allah adalah kasih. Kasih sejati lahir dari iman
akan Kristus, yang diutus oleh Allah Bapa untuk menyelamatkan
manusia. Iman itulah yang mendorong orang untuk mengasihi
orang lain. “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi
kita.” Hanya mereka yang telah mengalami kasih Allah secara
nyata dapat membagikan kasih itu kepada sesamanya.
4. Kasih Allah akan menjadi sempurna di dalam diri kita kalau kita
mempunyai keberanian untuk percaya pada hari penghakiman.
Kalau memang kita sudah merasa dikasihi oleh Allah dan telah
mengasihi sesama dalam kehidupan kita, kita tidak takut untuk
menghadap pengadilan Allah. Kita siap untuk “dinilai” oleh Allah
karena semua yang dilakukannya di dunia dilakukan karena ia
mengasihi Allah. Pertemuan dengan Allah dalam penghakiman itu
tidak membuatnya takut karena pada saat itulah Allah akan
menyatakan bahwa dia adalah orang yang benar di hadapan-Nya.
Orang takut menghadapi pengadilan Allah bila ia tidak mengasihi
Allah, yang berkuasa untuk menjatuhkan hukuman kepadanya.
67
merupakan tanggapan atas kasih Allah yang tak terbatas dan abadi.
Tanggapan ini hanya mungkin diberikan bila kita mengerti bahwa
Allah telah mengasihi kita dengan kasih yang sedemikian besar.
Kita mengasihi sesama karena Allah sudah lebih dahulu mengasihi
kita. Jika orang mengatakan bahwa ia mengasihi Allah tetapi
membenci saudaranya, ia berdusta karena tidak mungkin
mencintai Allah yang tidak kelihatan tanpa mencintai sesama yang
kelihatan. Siapa yang mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi
saudaranya.
• Identitas kita: Inilah identitas kita sebagai orang Katolik kita peroleh
dari Allah yang kita percaya. Dalam arti umum percaya berarti
menerima suatu kebenaran tertentu dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan kebenaran ini. Karena itu, kita perlu memiliki
pemahaman yang benar mengenai Allah yang kita percaya.
• Cara hidup kita: Sebagai orang yang dikasihi Allah, kita pun
mengasihi sesama. Dalam kasih tidak ada hitungan bisnis mengenai
untung dan ruginya mengasihi seseorang. Kasih itu bukan soal kata
atau lidah, tetapi soal perbuatan. Orang yang mengasihi sesama
menghendaki orang yang dikasihinya berbahagia dan ia berani
berkurban demi kebahagiaan orang yang dikasihinya itu.
Fasilitator mengajukan pertanyaan di bawah ini dan memberi kesempatan
kepada peserta untuk memberikan jawabannya. Jawaban dari pertanyaan ini
ditulis dan dibacakan satu per satu.
68
Fasilitator mengajukan pertanyaan di bawah ini dan memberi kesempatan
kepada peserta untuk memberikan jawabannya. Jawaban dari pertanyaan ini
ditulis dan dibacakan satu per satu.
1. Contoh-contoh orang yang mengalami krisis iman dan identitas
sebagai orang Katolik?
2. Apa makna kasih Allah kepada manusia, khususnya bagi orang-
orang yang sedang menghadapi krisis iman dan identitas?
3. Bagaimana menyampaikan pesan kasih Allah kepada orang yang
mengalami krisis
E. Doa Umat
Setelah mendengarkan pesan dari Allah melalui Sabda yang tertulis dalam
Alkitab, seluruh peserta diajak menanggapi Sabda itu dengan doa. Fasilitator
mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis sebagai tanggapan
atas Sabda yang baru didengarkan. Doa itu bisa berupa pujian, syukur,
permohonan, niat, dan sebagainya, dan semuanya berkaitan dengan tema yang
direnungkan dalam pertemuan ini. Kemudian satu demi satu peserta diminta
untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Setelah semua menyampaikan
doa, fasilitator mengajak para peserta untuk mendoakan “Bapa Kami.”
III. PENUTUP
A. Doa Penutup
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan Allah agar
sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan.
P Marilah berdoa. Allah Bapa Yang Maha Pengasih, kami bersyukur
atas Sabda-Mu yang telah kami dengarkan dalam pertemuan ini.
Kami mohon, bantulah kami dengan Roh Kudus-Mu agar kami
dapat mengasihi sesama sebagai wujud kasih kami terhadap-Mu.
Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U Amin.
B. Tanda Salib
P Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus.
U Amin.
C. Lagu Penutup
Petugas mengajak para peserta untuk menyanyikan lagu dari MB 400 atau lagu
lain yang sesuai.
69
Tujuan:
▪ Peserta menyadari bahwa Yesus adalah Anak Manusia atau Raja Surga
yang akan menghakimi manusia pada akhir zaman.
▪ Peserta menyadari diri sebagai hamba-hamba yang setia dari Yesus Raja
Surga.
▪ Peserta melaksanakan perbuatan baik terhadap sesama yang menderita
sebagai pelayanan kepada Yesus Raja Surga.
Waktu: 90 Menit
Gagasan Dasar:
▪ Yesus seringkali menyebut diri sebagai Anak Manusia (Mat. 8:20).
Pemahaman mengenai Anak Manusia muncul dalam penglihatan yang
dialami oleh Daniel (Dan. 7:13-14). Anak Manusia adalah pribadi yang
datang dari langit, dari surga, dan bukan seorang manusia yang datang
dari dunia. Allah memberikan kepada-Nya kekuasaan dan kemuliaan
sebagai raja. Kerajaan yang berada di bawah kuasa Anak Manusia itu tidak
akan musnah. Kerajaan ini adalah kerajaan surga yang tidak terikat pada
tempat dan waktu. Anak Manusia itu sendiri akan menjadi raja yang
kekal. Selama-lamanya Ia akan memegang kuasa sebagai raja atas kerajaan
surga. Yesus itulah Anak Manusia yang dinubuatkan dalam Kitab Daniel.
Ia memegang kuasa atas kerajaan abadi dan pada akhir zaman Ia akan
menggunakan kuasa-Nya untuk menentukan siapa yang layak masuk
dalam kerajaan-Nya. Semua orang dari segala bangsa akan dibawa ke
hadapan Anak Manusia dan setiap orang akan diadili menurut
perbuatannya.
▪ Kita, para pengikut Kristus, adalah orang-orang yang percaya bahwa Yesus
adalah Anak Manusia, yang berkuasa atas Kerajaan Surga. Kalau Yesus
adalah Raja Kerajaan Surga, kita adalah hamba-hamba-Nya yang setia
kepada-Nya dan senantiasa siap melayani-Nya. Bagaimana kita dapat
melayani Dia? Kristus, Sang Raja yang berkuasa atas Kerajaan Surga itu
hadir di dalam diri orang-orang yang mengalami penderitaan. Ia adalah
Raja atas surga dan bumi, tetapi hadir di dalam dunia ini, dalam diri
orang-orang yang menderita. Karena itu, tindakan yang dilakukan
terhadap orang yang mengalami penderitaan itu, sebenarnya dilakukan
terhadap Kristus. Tindakan manusia di dunia ini, khususnya yang
dilakukan terhadap orang yang menderita, menjadi dasar pertimbangan
dalam pengadilan di akhir zaman itu.
70
▪ Karena itu, selama menjalani kehidupan di dunia ini kita harus
memperhatikan sesama yang menderita dengan keyakinan bahwa apa pun
yang dilakukannya terhadap mereka sebenarnya dilakukan bagi Kristus.
Pelayanan terhadap orang-orang yang menderita adalah tanda kesetiaan
sebagai hamba-hamba Kristus, Raja Surga. Tetapi, wajah Kristus
tersembunyi dalam wajah orang-orang yang menderita sehingga banyak
orang mengalami kesulitan untuk memandang wajah Kristus yang
tersembunyi itu. Akibatnya, banyak orang tidak melayani Kristus yang
hadir dalam diri orang-orang yang malang itu. Kalau kita membina relasi
dengan Kristus, kita dapat melihat wajah-Nya dengan jelas, sekalipun bagi
orang lain kabur atau tidak tampak. Hubungan pribadi kita dengan
Kristus akan membuat kita menjadi lebih peka terhadap kehadiran-Nya
dan menggerakkan kita untuk mengasihi-Nya dalam diri orang-orang
yang menderita.
I. PEMBUKA
A. Lagu Pembuka
Petugas mengajak para peserta menyanyikan lagu dari MB 456 atau lagu lain
yang sesuai.
C. Pengantar
Fasilitator menyampaikan/membacakan Gagasan Dasar dari Pertemuan II.
Sesudah itu, Fasilitator menyampaikan kata pengantar berikut ini untuk
memberikan penjelasan tentang apa yang hendak dicapai dalam pertemuan ini
71
akhir zaman Ia akan menggunakan kuasa-Nya untuk menentukan siapa
yang layak masuk dalam kerajaan-Nya. Marilah kita membuka hati dan
budi kita untuk mendengarkan Sabda Tuhan.
D. Doa Pembuka
P Marilah berdoa. Allah Bapa yang Mahakuasa, kami bersyukur
kepada-Mu karena Engkau telah memanggil kami untuk percaya
bahwa Putra-Mu, Yesus Kristus, adalah Raja Kerajaan Surga. Dialah
yang menunjukkan jalan bagi kami untuk mencapai kebahagiaan
abadi bersama-Mu. Utuslah Roh Kudus-Mu agar kami dapat
memahami Sabda-Mu dan bukalah hati kami bagi Sabda-Mu agar
dapat menerima Sabda yang Kausampaikan kepada kami. Demi
Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U Amin.
72
B. Pendalaman
Fasilitator meminta peserta membaca kembali teks Alkitab sambil
memperhatikan pertanyaan di bawah ini. Para peserta dapat dibagi dalam
kelompok dan setiap kelompok mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu
di dalam teks Alkitab.
1. Siapakah Anak Manusia itu? (ay. 31)
2. Apa yang dilakukan-Nya pada akhir zaman? Apa yang menjadi
dasar penghakiman-Nya? (ay. 31-33)
3. Siapakah yang diumpamakan dengan domba dan kambing? Apa
yang mereka lakukan? (ay. 35-36, 42-43)
4. Apa yang dilakukan oleh Anak Manusia terhadap mereka yang di
kanan dan sebelah kiri? (ay. 34, 41)
73
C. Penjelasan
Fasilitator menyampaikan penjelasan di bawah ini. Fasilitator dapat
menambahkan penjelasan yang diambil dari penjelasan yang terdapat dalam
Gagasan Pendukung.
74
Surga itu, sehingga apa yang dilakukan terhadap mereka
sebenarnya dilakukan terhadap Dia.
75
manusia, melainkan untuk Iblis dan para malaikatnya. Tetapi, apa
yang mereka lakukan selama hidup di dunia telah membawa
mereka ke tempat itu.
▪ Kabar baik untuk manusia: Tuhan Yesus yang kita imani adalah
Raja yang berkuasa atas Kerajaan Surga selamanya. Ia memegang
kuasa atas kerajaan abadi dan memiliki kuasa untuk menentukan
siapa yang layak masuk dalam kerajaan-Nya. Sekalipun Ia adalah
Raja atas surga, Tuhan Yesus dekat dengan manusia di dunia ini
karena Ia hadir dalam diri orang-orang yang menderita.
76
1. Siapakah orang-orang yang mengalami penderitaan yang dapat
aku temui di sekitarku?
2. Apa yang harus aku lakukan untuk mereka? Bagaimana aku harus
melakukannya?
F. Doa Umat
Setelah mendengarkan pesan dari Allah melalui Sabda yang tertulis dalam
Alkitab, seluruh peserta diajak menanggapi Sabda itu dengan doa. Fasilitator
mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis sebagai tanggapan
atas Sabda yang baru didengarkan. Doa itu bisa berupa pujian, syukur,
permohonan, niat, dan sebagainya, dan semuanya berkaitan dengan tema yang
direnungkan dalam pertemuan ini. Kemudian satu demi satu peserta diminta
untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Setelah semua menyampaikan
doa, fasilitator mengajak para peserta untuk mendoakan “Bapa Kami.”
III. PENUTUP
A. Doa Penutup
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan Allah agar
sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan.
B. Tanda Salib
P Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus.
U Amin.
C. Lagu Penutup
Petugas mengajak para peserta untuk menyanyikan lagu dari MB 463 atau lagu
lain yang sesuai.
77
Tujuan:
▪ Peserta memahami bahwa Yesus adalah Allah yang hidup dan berkuasa.
▪ Peserta menyadari bahwa kita adalah orang yang berdosa namun
dipercaya oleh Tuhan untuk memberitakan kasih Allah kepada sesama.
▪ Peserta melaksanakan tugas perutusannya menjadi berkat dari Allah
dengan memberitakan kasih-Nya.
Waktu: 90 Menit
Gagasan Pokok
▪ Kisah panggilan para murid ini merupakan kisah penampakan dari Yang
Ilahi (epifani), tetapi dalam peristiwa yang sangat manusiawi. Mulanya
Petrus mengenal Yesus sebagai guru yang dikagumi oleh orang banyak.
Ketika Yesus berada di pantai Danau Galilea, begitu banyak orang
mendengarkan-Nya sampai-sampai Ia harus naik ke perahu dan mengajar
dari atas perahu. Petrus merelakan perahunya untuk menjadi tempat
duduk Yesus. Terdengar aneh bagi Petrus, ketika Yesus menyuruhnya
bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jala untuk menangkap
ikan. Sudah sepanjang malam ia menebarkan jala tanpa menangkap
seekor ikan pun. Hanya karena rasa hormatnya kepada Yesus, ia
melakukannya.
▪ Melihat tangkapan ikan yang tidak masuk akal baginya sebagai seorang
nelayan, Simon langsung menyadari bahwa Yesus bukanlah manusia
biasa. Peristiwa ini menunjukkan kepadanya bahwa Allah menyatakan diri
dalam diri Yesus yang menyuruh mereka menebarkan jala pada siang hari.
Berhadapan dengan Yesus, Simon sujud dan meminta Yesus pergi karena
dia orang berdosa. Kesadaran akan siapa dirinya di hadapan Tuhan
membuat Petrus pun menyadari siapa dirinya: di hadapan-Nya, Petrus
hanyalah seorang berdosa. Kesadaran ini menggerakkan Petrus untuk
melakukan apa yang dikehendaki oleh Tuhan karena Dialah yang
berkuasa atas dirinya. Tuhan memanggilnya untuk mengikuti Dia dan
menjadi penjala manusia. Seluruh diri Petrus hanya tertuju kepada Tuhan
sehingga meninggalkan segala sesuatu lalu mengikuti Yesus.
▪ Simon Petrus adalah teladan bagi orang-orang yang percaya pada Kristus.
Di hadapan Tuhan yang Mahakudus, kita menyadari diri sebagai orang
berdosa. Tetapi, Tuhan berkenan menjumpai kita dan memberikan tugas
kepada kita untuk memberitakan kasih-Nya kepada sesama. Kesadaran
78
bahwa kita adalah manusia yang berdosa akan mendorong kita untuk
melakukan tugas itu dengan penuh kesungguhan. Walaupun berdosa, kita
diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk menjadi utusan-Nya.
I. PEMBUKA
A. Lagu Pembuka
Petugas mengajak para peserta menyanyikan lagu dari MB 452 atau lagu lain
yang sesuai.
C. Pengantar
Fasilitator menyampaikan/membacakan Gagasan Dasar dari Pertemuan III.
Sesudah itu, Fasilitator menyampaikan kata pengantar berikut ini untuk
memberikan penjelasan tentang apa yang hendak dicapai dalam pertemuan ini.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, terima kasih
untuk kehadiran saudara semua dalam Pendalaman Kitab Suci ini.
Dalam Pertemuan II yang lalu kita telah melihat kebenaran tentang
“Yesus, Anak Manusia Adalah Raja Kerajaan Surga.” Dalam Pertemuan
III ini kita akan mendalami kebenaran lain mengenai iman kita, yaitu
“Kita Orang Berdosa Namun Dipercaya Oleh Tuhan.” Belajar dari
pengalaman panggilan Petrus dan kawan-kawannya dalam Luk. 5:1-11,
kita diajak untuk mengenal Yesus, Tuhan kita, dan mengenal diri kita
di hadapan-Nya. Marilah kita membuka hati kita bagi Sabda Tuhan
yang kita dengarkan dalam pertemuan ini.
D. Doa Pembuka
P Ya Allah yang Maharahim, kami bersyukur atas kasih setia-Mu yang
senantiasa menyertai kami, khususnya di saat kami berada dalam
kesulitan hidup. Terima kasih karena pada kesempatan ini Engkau
telah mengumpulkan kami kembali sebagai saudara seiman. Kami
hendak membaca dan merenungkan Sabda-Mu. Terangi kami
79
semua dengan kuasa Roh Kudus-Mu agar kami dapat memahami
kebenaran Sabda-Mu agar kami dapat mengatur hidup kami seturut
kehendak-Mu. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami.
U Amin.
80
B. Pendalaman
Fasilitator meminta peserta membaca kembali teks sambil memperhatikan
pertanyaan di bawah. Para peserta dapat dibagi dalam kelompok dan setiap
kelompok mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu di dalam teks
Alkitab.
1. Di mana peristiwa itu terjadi? (ayat 1)
2. Setelah Yesus selesai mengajar, apa yang diperintahkan Yesus
kepada Simon dan bagaimana reaksi Simon? (ayat 4)
3. Apa yang terjadi ketika Simon menebarkan jala?
4. Melihat kejadian itu, apa yang dilakukan Simon Petrus? (ayat 8)
5. Apa yang dikatakan Yesus kepada Simon ketika mendengar
perkataan Simon? (ayat 10)
C. Penjelasan
Fasilitator menyampaikan penjelasan di bawah ini. Fasilitator dapat
menambahkan penjelasan yang diambil dari penjelasan cerita yang terdapat
dalam gagasan pendukung.
81
Petrus tidak setuju dengan Yesus, tetapi ia melakukan apa yang
dikatakan-Nya.
82
meninggalkan negeri mereka untuk melaksanakan tugas ini. Agar
dapat menjalankan tugas ini, sekarang mereka harus mengikuti
Yesus untuk menjalani kehidupan sebagai murid sehingga dapat
mengenal Dia dan memahami kehendak-Nya.
83
2. Bagaimana seharusnya sikap kita, manusia yang berdosa ini, di
hadapan Allah yang Mahakuasa? Bagaimana sikap Allah terhadap
manusia yang berdosa?
Fasilitator mengajukan pertanyaan di bawah ini dan memberi kesempatan
kepada peserta untuk memberikan jawabannya. Jawaban dari pertanyaan ini
ditulis dan dibacakan satu per satu.
1. Apa makna “menjadi penjala manusia” untuk umat Katolik di
zaman sekarang?
2. Bagaimana kita sebagai orang Katolik dapat menjalankan tugas
yang dipercayakan Tuhan kepada kita itu?
E. Doa Umat
Setelah mendengarkan pesan dari Allah melalui Sabda yang tertulis dalam
Alkitab, seluruh peserta akan menanggapi Sabda itu dengan doa. Fasilitator
mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis sebagai tanggapan
atas Sabda yang baru didengarkan. Doa itu bisa berupa pujian, syukur,
permohonan, niat, dan sebagainya. Kemudian satu demi satu peserta diminta
untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Setelah semua menyampaikan
doa, fasilitator mengajak para peserta untuk mendoakan “Bapa Kami.”
III. PENUTUP
A. Doa Penutup
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan Allah agar
sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan.
B. Tanda Salib
P Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus.
U Amin.
84
C. Lagu Penutup
Petugas mengajak para peserta untuk menyanyikan lagu “Betapa Kita Tidak
Bersyukur” dari MB 518 atau lagu lain yang sesuai.
85
Tujuan :
▪ Peserta mengetahui adanya krisis dalam hidup beriman.
▪ Peserta menyadari ada persekutuan orang beriman.
▪ Peserta merasakan bahwa dengan hidup bersama dalam persekutuan
orang beriman imannya semakin teguh dan berbuah.
Waktu: 90 Menit
Gagasan Pokok
▪ Para rasul memberitakan karya penyelamatan yang dilakukan oleh Yesus
Kristus kepada orang-orang Yahudi di Yerusalem. Banyak orang yang
percaya kepada pemberitaan mereka lalu dibaptis. Semua orang yang
telah dibaptis membentuk persekutuan yang kemudian disebut
Jemaat/Gereja. Gereja yang telah dimulai oleh para rasul itu berkembang
dari zaman ke zaman.
▪ Gereja, umat Allah adalah persekutuan para murid Kristus, yang dibangun di
atas dasar para rasul. Gereja adalah kumpulan orang-orang yang percaya
kepada Kristus dan, mengikatkan diri dan hidup dalam persekutuan orang
beriman. Kita yang percaya kepada Kristus dan telah dibaptis dalam nama
Tritunggal masuk dalam persekutuan para murid Kristus dan menjadi
anggota Gereja Katolik. Dengan demikian, dalam diri kita melekat identitas
sebagai pengikut Kristus dan anggota Gereja Katolik.
▪ Dalam perikop ini kita dapat melihat bagaimana Gereja Perdana, yaitu
Gereja yang dibangun oleh para rasul di Yerusalem, menampakkan cara
hidup yang khas. Sebagai anggota Gereja kita perlu memahami cara hidup
Gereja Perdana untuk belajar bagaimana hidup menurut identitas sebagai
anggota Gereja.
a) Bertekun dalam pengajaran para rasul: Agar dapat hidup sesuai dengan
kehendak Tuhan yang mereka imani, Jemaat selalu mendengarkan
ajaran Tuhan Yesus yang disampaikan oleh para rasul.
b) Hidup dalam persekutuan. Orang-orang yang percaya kepada Kristus
menjadi sebuah keluarga di mana para anggotanya saling mengasihi.
c) Memecahkan roti dan berdoa. Para anggota Gereja Perdana memecahkan
roti untuk mengenangkan karya penyelamatan yang dilakukan oleh
Tuhan Yesus.
d) Milik bersama. Para anggota Gereja Perdana tidak mementingkan diri
sendiri, tetapi memperhatikan kebutuhan sesama. Mereka menyerahkan
86
apa yang mereka miliki untuk membantu para anggota yang
berkekurangan.
e) Hidup dalam sukacita. Para anggota Gereja Perdana mengalami sukacita
karena telah menerima kabar keselamatan Kristus. Mereka telah
mengalami karya penyelamatan itu dan bersyukur atas semua yang
telah dilakukan oleh Kristus bagi mereka.
I. PEMBUKA
A. Lagu Pembuka
Petugas mengajak para peserta menyanyikan lagu dari MB 402 atau PS 498 atau
lagu lain yang sesuai.
C. Pengantar
Fasilitator menyampaikan/membacakan Gagasan Dasar dari Pertemuan IV.
Sesudah itu, Fasilitator menyampaikan kata pengantar berikut ini untuk
memberikan penjelasan tentang apa yang hendak dicapai dalam pertemuan ini.
Bapak/Ibu/Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus,
kita bersyukur karena Allah membimbing kita semua sampai pada
pertemuan terakhir di Bulan Kitab Suci Nasional 2020. Dalam
Pertemuan I-III kita telah melihat identitas orang beriman dalam
kaitannya dengan Allah yang menyatakan diri dalam Yesus Kristus: (1)
87
Kita adalah orang yang percaya bahwa Allah adalah Kasih, (2) Kita
adalah pengikut Yesus, Anak Manusia adalah Raja Kerajaan Surga, dan
(3) Kita adalah orang berdosa namun dipercaya oleh Tuhan. Dalam
Pertemuan IV ini kita melihat identitas kita sebagai anggota Gereja
Katolik, persekutuan orang yang percaya kepada Yesus yang
merupakan pernyataan kasih Allah. Kita akan belajar untuk “Bangga
Menjadi Orang Katolik.” Dengan hidup bersama dalam persekutuan
orang beriman, kita mendapatkan kekuatan dan peneguhan iman. Mari
kita siapkan hati untuk mendengarkan Sabda Tuhan.
D. Doa Pembuka
P Marilah berdoa, Ya Allah Bapa Yang Maha kasih, kami bersyukur
atas anugerah cinta kasih-Mu yang boleh kami rasakan dalam
kehidupan bersama dengan saudara-saudara dalam iman. Kami
mohon utuslah Roh Kudus-Mu untuk membimbing kami untuk
memahami Sabda-Mu dalam Kitab Suci. Berilah kami kekuatan
untuk membangun persekutuan orang beriman sebagai ciri khas
murid-murid Yesus Putra-Mu. Dialah Tuhan dan pengantara kami,
kini dan sepanjang masa.
U Amin.
88
B. Pendalaman
Fasilitator meminta peserta membaca kembali teks sambil memperhatikan
pertanyaan di bawah. Para peserta dapat dibagi dalam kelompok dan setiap
kelompok mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu di dalam teks
Alkitab.
1. Apa jawaban Petrus ketika orang banyak bertanya “Apakah yang
harus kami perbuat, saudara-saudara”? (ay. 38-39)
2. Bagaimana cara hidup jemaat yang pertama? (ay. 42)
3. Dengan cara hidupnya yang khas jemaat Kristiani perdana
Yerusalem disukai semua orang. Apa yang dilakukan Allah
terhadap mereka? (ay. 47)
C. Penjelasan
Fasilitator menyampaikan penjelasan di bawah ini. Fasilitator dapat
menambahkan penjelasan yang diambil dari penjelasan cerita yang terdapat
dalam gagasan pendukung.
1. Orang-orang yang hadir terkesan pada karunia lahiriah Roh Kudus
dan pada kotbah Petrus tentang perbuatan-perbuatan Allah
melalui Yesus. Beberapa orang lalu menanyakan apa yang harus
mereka lakukan setelah mendengarkan warta tentang Yesus
89
Kristus itu. Petrus menjawab, “Bertobatlah, ubahlah cara pikir dan
tingkah lakumu!” Mereka diajak untuk berbalik dari sikap dan
perilaku mereka yang jahat, yang mencapai puncaknya ketika
mereka membunuh Yesus. Sikap dan perilaku mereka yang
demikian itu telah menutup diri mereka dari karya keselamatan
Allah. Namun, Ia memberikan kesempatan kepada mereka untuk
bertobat agar dapat diselamatkan.
90
Mereka tidak hanya mewartakan dengan kata-kata tetapi dengan
perbuatan dan seluruh hidup mereka.
91
3. Bagaimana kita sebagai orang Katolik mengungkapkan
kebanggaan kita itu?
Fasilitator mengajukan pertanyaan di bawah ini dan memberi kesempatan
kepada peserta untuk memberikan jawabannya. Jawaban dari pertanyaan ini
ditulis dan dibacakan satu per satu.
F. Doa Umat
Setelah mendengarkan pesan dari Allah melalui Sabda yang tertulis dalam
Alkitab, seluruh peserta akan menanggapi Sabda itu dengan doa. Fasilitator
mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis sebagai tanggapan
atas Sabda yang baru didengarkan. Doa itu bisa berupa pujian, syukur,
permohonan, niat, dan sebagainya. Kemudian satu demi satu peserta diminta
untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Setelah semua menyampaikan
doa, fasilitator mengajak para peserta untuk mendoakan “Bapa Kami.”
III. PENUTUP
A. Doa Penutup
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan Allah agar
sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan.
B. Tanda Salib
P Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus.
U Amin.
C. Lagu Penutup
Petugas mengajak para peserta untuk menyanyikan lagu dari MB 463 atau lagu
lain yang sesuai.
92
Bulan Kitab Suci Nasional
(1Yoh. 4:16).
93
94
Aku bangga menjadi anak Katolik dan siap menjadi murid Yesus yang
setia, adalah seruan yang harus terus kita tanamkan dalam diri anak-
anak. Sejak dini anak-anak harus mengenal Tuhan yang diimaninya
sekaligus juga harus mampu mengekspresikan imannya. Sumber utama
bagi anak untuk berjumpa dan mengenal Yesus yang diimaninya
sekaligus nasihat-nasihat-Nya untuk hidup mereka adalah Kitab Suci.
Tema bulan Kitab Suci Nasional tahun 2020 adalah “Mewartakan Kabar
Baik di Tengah Krisis Iman dan Identitas.” Anak-anak yang hidup pada
zaman ini sangat dipengaruhi oleh tumbuh kembangnya media online.
Mereka lebih mengenal tokoh-tokoh dalam game yang mereka
mainkan atau tokoh-tokoh dalam youtube yang mereka tonton. Mereka
lebih suka bermain game atau menonton film/apa saja di youtube dari
pada mengikuti perayaan Ekaristi dan kegiatan rohani di gereja.
Dampak dari semuanya ini adalah anak-anak dapat mengalami krisis
iman dan identitas diri. Mereka tidak dapat mengenal Yesus dengan
baik, dan juga susah membangun relasi dengan sesamanya.
Melalui bacaan-bacaan yang akan kita dalami dalam BKSN 2020 ini,
kita diajak untuk melihat kabar baik tentang siapa Allah? Berdasarkan
pemahaman tentang Allah itu, kita menyadari identitas kita di hadapan
95
Allah Dan apa yang akan kita lakukan dengan identitas kita itu. Ada
empat bacaan yang akan kita renungkan dalam empat pertemuan:
3. Aku Utusan Tuhan (Luk. 5:1-11). Dalam perikop ini kita akan
belajar dari Petrus: Mengakui bahwa kita adalah orang yang
berdosa, tidak pantas untuk berdekatan dengan Tuhan. Tetapi,
Tuhan justru mengutus kita yang berdosa ini untuk mengajak
sesama percaya kepada Tuhan.
96
Tujuan :
▪ Para remaja memahami bahwa Allah adalah kasih
▪ para remaja menyadari sebagai anak-anak Allah yang terdorong untuk
melakukan kasih seperti Yesus mengasihi.
PEMBUKA
Lagu Pembuka
Pilih lagu yang sesuai; misalnya, MB no. 400, atau kasih-Nya seperti sungai,
Yesus pokok dan kita carangnya, dll.
Tanda Salib
Doa Pembuka
Fasilitator mengajak peserta untuk menyiapkan hati dan berdoa bersama.
Pengantar
Fasilitator menyampaikan “Pendahuluan” untuk memberikan penjelasan tentang
tema Bulan Kitab Suci Nasional dan sasaran yang dituju dengan pembahasan
tema tersebut. Sesudah itu menyampaikan pengantar berikut ini.
97
sabda Tuhan yang akan membantu kita untuk mengasihi seperti
Kristus.
98
Pendalaman
Fasilitator membagi peserta ke dalam beberapa kelompok. Di dalam kelompok
peserta diajak untuk membaca teks secara keseluruhan sambil melihat
pertanyaan – pertanyaan pendalaman di bawah ini, kemudian menuliskan
jawaban pertanyaan. Kemudian diadakan sharing di kelompok. Sesudah sharing
di kelompok, perwakilan kelompok diminta untuk membagikan hasil sharing
kepada yang lainnya dalam pleno.
1. Siapakah Allah menurut teks Kitab Suci ini?
2. Bagaimana Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita?
3. Apa yang diharapkan Allah dari kita?
4. Bagaimana kita menunjukkan kasih kita kepada Allah?
Penjelasan
Sesudah sharing, fasilitator memberikan penegasan berdasarkan sharing peserta
atau seperti di bawah ini dan bisa menambahkan berdasarkan gagasan
pendukung
1. Allah adalah kasih. Orang yang mengasihi memiliki dua ciri: 1).
Menghendaki orang yang dikasihinya berbahagia dan 2). berani
berkurban demi kebahagiaan orang yang dikasihinya. Orangtua
yang mengasihi anak-anaknya menginginkan anak-anaknya
menjadi orang yang sukses dan berbahagia. Demi kebahagiaan
anak-anaknya itu, orangtua mengurbankan banyak hal untuk
menyekolahkan mereka, mengobatinya bila anaknya sakit, dan
sebagainya. Allah mengasihi kita, sehingga Ia menghendaki
“supaya kita hidup oleh-Nya” (ay. 9). “Hidup” yang dimaksud
dalam ayat ini adalah hidup kekal di surga. Allah menghendaki
kita berbahagia dalam kehidupan kekal di surga bersama Dia.
2. Kasih Allah kepada kita itu nyata dalam diri Yesus Kristus, Putra-
Nya. Supaya kita berbahagia bersama-Nya di dalam surga, Allah
mengutus Putra-Nya untuk menyelamatkan kita. Ia menjadi
manusia lalu menderita dan wafat di salib untuk menebus kita.
Setelah ditebus oleh Yesus, kita pun diangkat menjadi anak-anak
Allah, yang akan mewarisi Kerajaan Surga. Pengurbanan Yesus di
kayu salib untuk menyelamatkan kita itu jelas menunjukkan
betapa Ia mengasihi kita. Ia sendiri pernah mengatakan bahwa
99
tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang
menyerahkan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yoh. 15:13).
Penerapan
Fasilitator mengajak peserta untuk membuat aksi nyata untuk satu minggu ke
depan sebagai tindak lanjut dari pertemuan ini
1. Apa saja yang dapat kalian lakukan untuk mengingat kasih Tuhan
kepada kita? Contoh: mengenakan kalung salib, memasang salib di
kamar, membuat tanda salib dengan khidmat, dan sebagainya.
2. Sebagai tanggapan nyata atas kasih Tuhan, buatlah aksi nyata yang
menunjukkan kasihmu pada orang lain! Misalnya, membantu
orangtua mengurus rumah, mengunjungi teman yang sakit,
memberikan makanan kepada orang miskin, dan sebagainya.
Doa Umat
Doa menjadi alat ukur apakah peserta memahami isi teks Kitab Suci dan
tergerak oleh Sabda Allah.
• Persiapan: Siapkan salib yang cukup besar (yang ada corpus-nya) dengan
lilin yang menyala.
100
• Fasilitator mengajak peserta untuk membuat doa secara tertulis berkaitan
dengan sabda Tuhan yang telah direnungkan tadi. Dalam hal ini peserta
diajak untuk mengungkapkan syukur karena Tuhan sudah mengasihi dan
menyampaikan niat untuk mengasihi Tuhan dengan mengasihi sesama.
• Sesudah itu, fasilitator meminta peserta untuk berdiri berbaris di depan
salib. Lalu fasilitator meminta para peserta satu demi satu maju, berlutu
menghadap salib, dan membacakan doa yang sudah ditulisnya itu.
• Sesudah semua membacakan doanya, fasilitator mengajak semua peserta
untuk bersama-sama mendoakan doa Bapa Kami.
PENUTUP
Doa Penutup
Fasilitator mengajak peserta untuk menutup rangkaian pendalaman iman
dengan doa berikut.
Bapa yang Mahakasih, kami telah mendengarkan sabda-Mu, dan kami
tahu bahwa Engkau adalah kasih. Utuslah Roh Kudus-Mu agar kami
dapat mengasihi-Mu dalam diri sesama kami seperti Engkau telah
mengasihi kami. Dengan demikian, kami menunjukkan diri sebagai
murid-murid Yesus Kristus, Putra-Mu dan menghadirkan kasih-Mu
kepada sesama kami. Demi Kristus Tuhan kami, kini dan sepanjang
masa. Amin.
Tanda Salib
Lagu Penutup
MB. No. 402 atau lagu lain yang sesuai.
101
Tujuan :
▪ Agar remaja mengenal Yesus sebagai Raja yang berkuasa di surga.
▪ Agar remaja mengenal identitasnya sebagai hamba yang melayani Tuhan
dalam diri sesama yang menderita.
PEMBUKA
Lagu Pembuka
MB. 520 “Dari Yerikho ke Yerusalem.”
Tanda Salib
Doa Pembuka
Allah Bapa Raja surgawi, Engkau mengutus Kristus Putra-Mu yang
tunggal, turun ke dunia untuk menyelamatkan kami. Ia menderita, dan
wafat, namun kemudian bangkit dengan mulia dan naik ke surga. Ia
menjadi Raja surgawi yang berkuasa untuk menghakimi manusia. Saat
ini kami berkumpul di sini untuk mendalami sabda-Mu. Berkatilah
kami dengan terang Roh Kudus-Mu, agar dapat memahaminya dan
melaksanakannya dalam hidup harian kami. Demi Kristus, Tuhan dan
Pengantara kami. Amin.
Pengantar
Fasilitator menyampaikan kata pengantar kepada para peserta untuk
menjelaskan kaitan pertemuan ini dengan pertemuan sebelumnya serta tujuan
dari pendalaman Kitab Suci pada pertemuan kedua ini.
Sub tema BKSN Minggu pertama, kita diajak untuk meneladan Allah
Sang sumber kasih sejati. Sesudah mengenal Allah Sang sumber kasih
sejati, kita diajak untuk menegaskan kembali identitas kita sebagai
orang Kristiani, hamba-hamba Allah dengan mengenal kembali Kristus
Raja Surgawi, yang turun ke dunia untuk melaksanakan tindakan
102
penyelamatan, dan membawa kembali manusia ke surga, seperti yang
janjikan-Nya.
103
Pendalaman
• Sesudah para peserta membaca teks Kitab Suci, Fasilitator membagi para
peserta beberapa kelompok.
• Setiap kelompok diminta untuk mendalami teks dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini. Jawaban dipersiapkan secara tertulis.
Waktu yang disediakan untuk pendalaman ini adalah 30 menit.
• Sesudah permenungan dalam kelompok, perwakilan setiap kelompok
diminta untuk membagikan hasil permenungannya kepada yang lain dalam
pleno.
Penjelasan
Sesudah pleno Fasilitator memberi penjelasan tema Pertemuan 3 berdasarkan
panduan berikut ini. Untuk melengkapi penjelasan ini Fasilitator dapat
mengambil bahan dari Yesus Kristus, Anak Manusia hal 21-24 dan hal 43-48 yang
terdapat dalam Gagasan Pendukung.
1. Yesus seringkali menyebut diri sebagai Anak Manusia. Anak
Manusia adalah pribadi yang datang dari langit, dari surga, dan
bukan seorang manusia yang datang dari dunia. Allah memberikan
kepada-Nya kekuasaan, kemuliaan, dan kekuasaan sebagai raja.
Kerajaan yang berada di bawah kuasa Anak Manusia itu tidak akan
musnah. Kristus yang menyatakan diri sebagai Anak Manusia,
104
turun ke dunia manusia untuk menjalankan tugas
penyelamatan. Sesudah menyelesaikan tugas-Nya, Ia akan
menjalankan peran-Nya sebagai Raja Surgawi yang berkuasa untuk
menentukan siapa yang akan masuk dan siapa yang tidak akan
masuk ke dalam kerajaan-Nya.
3. Kita telah dibaptis dan percaya kepada Tuhan Yesus. Kalau Yesus
adalah Raja, kita adalah hamba-Nya, yang melayani Dia dengan
sepenuh hati. Tuhan Yesus hadir dalam diri orang-orang yang
mengalami kesulitan dan penderitaan. Karena itu, kita melayani
Tuhan dengan melayani sesama yang sedang mengalami kesulitan
dan sedang menderita.
Penerapan
Fasilitator mengajak peserta untuk membuat aksi nyata untuk satu minggu ke
depan sebagai tindak lanjut dari pertemuan ini.
105
menderita, putus asa, dalam penjara), membutuhkan makanan,
pakaian, dsb.
2. Buatlah aksi solidaritas untuk mereka! Bisa secara perorangan atau
kelompok.
Doa Umat
Doa menjadi alat ukur apakah peserta memahami isi teks Kitab Suci dan
tergerak oleh Sabda Allah. Fasilitator mengarahkan para peserta untuk
menuliskan doa kepada Tuhan. Dalam doa itu peserta diminta untuk
mendoakan teman agar dapat menjadi hamba Tuhan yang setia, yang
selalu siap melayani Tuhan yang hadir dalam diri sesama. Kemudian
Fasilitator meminta para peserta secara bergiliran menyampaikan doa-doa yang
telah ditulisnya dengan menumpangkan tangannya di pundak teman sebelahnya.
Sesudah itu, Fasilitator mengajak para peserta untuk bersama-sama mendoakan
“Bapa Kami”.
PENUTUP
Doa Penutup
Fasilitator mengajak peserta untuk bersama-sama menyampaikan Doa Penutup.
Tanda Salib
Lagu Penutup
MB No. 529 “Yang kau perbuat bagi saudaraku” atau No. 533 “Tingkatkan karya
serta karsa.”
106
Tujuan
▪ Para remaja memahami Yesus sebagai Allah yang berkuasa.
▪ Para remaja menyadari diri sebagai orang berdosa di hadapan Allah
▪ Para remaja siap melaksanakan tugas perutusan dari Tuhan Yesus
PEMBUKA
Lagu Pembuka
Dipilih sesuai tema
Tanda Salib
Kata Pengantar
Fasilitator menyampaikan kata pengantar berikut ini untuk memberikan
penjelasan tentang apa yang hendak dicapai dalam pertemuan ini.
Doa Pembuka
P Marilah berdoa. Allah Yang Mahakuasa, kami bersyukur atas rahmat
kasih dan kebaikan-Mu yang tak terhingga bagi kami, anak-anak-
Mu ini. Kami bersyukur pula atas anugerah nafas kehidupan yang
masih kami nikmati hingga saat ini. Kami berkumpul untuk
mendengarkan Sabda-Mu dan kami mohon kepada-Mu, utuslah
Roh Kudus-Mu ke dalam diri kami masing-masing sehingga kami
dapat memahami Sabda-Mu dan mengenal Engkau dengan baik.
107
Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami, kini dan sepanjang segala
masa.
U Amin.
108
Pendalaman
Fasilitator meminta peserta membaca kembali teks sambil memperhatikan
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini. Para peserta dapat dibagi dalam kelompok
dan setiap kelompok mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu di dalam
teks Kitab Suci.
1. Apa yang diperintahkan Yesus kepada Simon? Bagaimana reaksi
Simon?
2. Apa hasil yang diperoleh ketika mengikuti perintah Yesus dan
bagaimana reaksi Simon?
3. Tugas apa yang kemudian diberikan Yesus kepada Simon?
4. Bagaimana Simon menanggapi tugas yang diberikan Yesus?
Penjelasan
Fasilitator menyampaikan penjelasan di bawah ini. Fasilitator dapat
menambahkan penjelasan yang diambil dari Gagasan Pendukung.
1. Yesus memerintahkan Simon untuk bertolak ke tempat yang
dalam dan menebarkan jalanya. Tentu saja Simon protes terhadap
Yesus, “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami
tidak menangkap apa-apa.” Reaksi Simon ini masuk akal karena
dia yang adalah seorang nelayan, tahu persis kapan waktu yang
tepat, dan di mana tempat yang baik untuk menangkap ikan. Dan
sebagai nelayan profesional, dia telah bekerja keras dan dia gagal,
tidak menangkap apa-apa. Sekarang Yesus yang bukan seorang
nelayan, memintanya untuk menebarkan jala di siang hari. Ini hal
yang tidak masuk akal. Tetapi, berhadapan dengan Yesus, dia
akhirnya mengikuti perintah Yesus dan menebarkan jala juga.
109
3. Ungkapan kesadaran diri Simon tidak sedikit pun membatasi
rencana dan kehendak Yesus, bahkan Yesus memberikan
penguatan kepadanya dengan berkata: ”Jangan Takut, mulai
sekarang engkau akan menjadi penjala manusia.” Simon dipanggil
Yesus untuk beralih pekerjaan dari menjala ikan kepada menjala
manusia.
5. Kita orang yang tidak luput dari dosa, tetapi Yesus juga mengajak
kita yang berdosa ini untuk ambil bagian dalam tugas perutusan-
Nya yaitu mengajak sesama untuk datang kepada Yesus, mengenal
Yesus dan menjadi pengikut Yesus. Mari kita melaksanakan tugas
perutusan kita dengan kebanggaan dan kegembiraan.
Penerapan
Fasilitator mengajak peserta untuk membuat aksi nyata sebagai tindak lanjut
dari pertemuan ini, sebagai jawaban atas sabda Tuhan.
Doa Umat
Fasilitator menghimbau agar setiap peserta menulis doa. Dalam doa ini mereka
diminta untuk memohon agar (1) mereka dapat menjadi utusan Tuhan yang setia
menjalankan tugas dan (2) teman-teman sebanya mereka juga mendengarkan
panggilan Tuhan untuk menjadi utusan-Nya. Kemudian setiap peserta diminta
menyampaikan doa-doa itu secara bergiliran dan rangkaian doa ditutup dengan
“Bapa Kami.”
PENUTUP
Doa Penutup
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan Allah agar
sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan.
110
P Marilah berdoa. Ya Allah Bapa Yang Mahakuasa, kami bersyukur
kepada-Mu karena Engkau telah membimbing kami semua untuk
mendengarkan Sabda-Mu. Bantulah kami agar Sabda yang kami
renungkan bersama ini dapat menyadarkan kami bahwa Engkau
memanggil dan mengutus kami untuk meneruskan kabar gembira
kepada teman-teman kami. Karena itu, utuslah Roh Kudus-Mu agar
mendampingi kami sehingga kami mampu menjadi utusan-Mu,
yang mewartakan kasih dan kebaikan-Mu dalam cara hidup kami.
Demi Kristus Tuhan kami kini dan sepanjang segala masa.
U Amin.
Tanda Salib
Lagu Penutup
Pilihlah lagu yang sesuai dengan tema.
111
Tujuan:
▪ Para remaja menyadari keberadaan mereka sebagai suatu persekutuan
orang beriman yang telah dibaptis yaitu anggota Gereja Katolik
▪ Para remaja melaksanakan hidup sebagai anggota Gereja Katolik dengan
bercermin pada pola hidup jemaat perdana.
PEMBUKA
Lagu Pembuka
Dalam Yesus Kita (bersaudara). Catatan: Kata “kita bersaudara” dalam lagu ini
dapat diganti dengan: “saling mengasihi,” “saling berbagi,” “saling menolong,” dll.
Tanda Salib
Doa Pembuka
Fasilitator mengajak para peserta untuk bersama-sama menyampaikan doa
pembuka berikut ini:
P Marilah kita berdoa. Allah Bapa yang penuh kasih, Engkau telah
berkenan memanggil kami anak-anak-Mu dan mempersatukan
kami lewat baptisan suci. Melalui Yesus Putra-Mu, Engkau telah
memanggil kami kepada keselamatan. Pada kesempatan ini, kami
hendak menimba kekuatan dari sabda-Mu, kami mohon bukalah
kiranya hati kami untuk terbuka mendengarkan bisikan-Mu. Demi
Kristus Tuhan dan pengantara kami, kini dan sepanjang segala
masa.
U Amin.
Pengantar
Fasilitator menyampaikan kata pengantar kepada para peserta untuk
menjelaskan kaitan pertemuan ini dengan pertemuan sebelumnya serta tujuan
dari pendalaman Kitab Suci pada Pertemuan IV ini.
112
Teman-teman, Pada pertemuan kita yang keempat ini kita akan melihat
keberadaan kita sebagai suatu persekutuan orang beriman yang telah
dibaptis, yaitu anggota Gereja Katolik. Kita akan belajar dari Jemaat
Perdana yang didirikan oleh para rasul sebagaimana diceritakan dalam
Kisah Para Rasul 2:37-47. Sebagai murid-murid Kristus yang telah
dipersatukan lewat baptisan, kita diajak untuk menata hidup secara
lebih baik terutama dalam menghadapi tantangan dunia modern ini.
Mari kita dengarkan Sabda Tuhan yang akan membimbing kita untuk
menjadi murid Yesus yang sejati.
113
Pendalaman
• Sesudah para peserta membaca teks Kitab Suci fasilitator membagi para
peserta dalam beberapa kelompok
• Setiap kelompok diminta untuk mendalami teks dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang telah disiapkan (secara tertulis). Waktu yang disediakan
untuk pendalaman ini adalah 30 menit.
• Sesudah permenungan dalam kelompok perwakilan setiap kelompok diminta
untuk membagikan hasil permenungannya kepada yang lain dalam pleno.
Penjelasan
Sesudah pleno, fasilitator memberi penjelasan tema pertemuan IV berdasarkan
panduan berikut ini.
1. Orang-orang Yahudi setelah mendengar khotbah Petrus, menjadi
terbuka hatinya dan bersedia untuk menerima Yesus. Mereka
datang kepada Petrus dan menanyakan apa yang harus mereka
lakukan? Ini adalah suatu sikap baru, setelah sebelumnya mereka
selalu berusaha untuk menolak Yesus dan juga membenci
pengajaran-Nya. Kesediaan mereka untuk percaya kepada Yesus
juga merupakan suatu bentuk keterbukaan untuk menerima karya
keselamatan Allah yang dinyatakan-Nya lewat Putra-Nya Yesus
Kristus.
114
terima. Ketertutupan (dosa) membuat mereka terasing dari
communio sebagai anak-anak Allah. Ketertutupan membuat
mereka mengalami krisis hidup dan krisis identitas di hadapan
bangsa-bangsa lain. Maka pola pikir baru yang Petrus tawarkan
adalah jalan pertobatan dari semua pola pikir lama itu. Dengan
itu, mereka dapat menemukan kembali identitas mereka sebagai
anak-anak Allah yang berhak untuk menerima keselamatan dari
Bapa.
4. Dengan cara hidup yang demikian akan menjadi daya tarik bagi
orang lain untuk menggabungkan diri dalam persekutuan kita
sebagai murid-murid Yesus.
Penerapan
Fasilitator memberikan pengarahan kepada para peserta untuk melakukan
tindakan sesuai dengan tema, sebagai tindak lanjut dari pertemuan ini, sebagai
jawaban atas sabda Tuhan.
115
1. Membuat suatu kesepakatan bersama untuk selalu berkumpul
bersama satu minggu sekali untuk melakukan Doa Rosario atau
membaca kitab suci.
2. Mengingatkan kesediaan untuk mau membagikan apa yang
dimiliki untuk menolong teman yang mengalami kekurangan.
Doa Umat
Doa menjadi alat ukur apakah peserta memahami isi teks Kitab Suci dan
tergerak oleh sabda Allah. Fasilitator mengarahkan para peserta untuk
menuliskan doa kepada Tuhan. Dalam doa itu, peserta diminta untuk
menyampaikan kepada Allah kesediaan untuk hidup sebagai anggota Gereja
Katolik, yang tekun berkumpul untuk berdoa, mendalami iman, dan menolong
sesama. Kemudian fasilitator meminta para peserta secara bergiliran
menyampaikan doa-doa yang telah ditulisnya. Sesudah itu, fasilitator mengajak
para peserta untuk sama-sama mendoakan “Bapa Kami.”
PENUTUP
Doa Penutup
Fasilitator mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan Allah agar
sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan
ini.
Tanda Salib
Lagu Penutup
Pilihlah lagu yang sesuai dengan tema.
116
Bulan Kitab Suci Nasional
(1Yoh. 4:16).
117
118
“Aku bangga menjadi anak Katolik dan siap menjadi murid Yesus yang
setia.” Seruan yang harus terus kita tanamkan dalam diri anak-anak.
Sejak dini anak-anak harus mengenal Tuhan yang diimaninya dan
mengenal diri mereka sebagai pribadi yang percaya kepada Tuhan
Yesus dan mengikuti-Nya. Anak-anak juga perlu dibantu agar mereka
mampu mengungkapkan iman mereka dan menampilkan jatidiri
mereka sebagai murid Yesus. Sumber utama bagi anak untuk berjumpa
dan mengenal Yesus yang diimaninya sekaligus nasihat-nasihat-Nya
untuk hidup mereka adalah Kitab Suci.
Tema bulan Kitab Suci Nasional tahun 2020 adalah “Mewartakan Kabar
Baik di Tengah Krisis Iman dan Identitas.” Anak-anak yang hidup pada
zaman ini sangat dipengaruhi oleh tumbuh kembangnya media online.
Mereka lebih mengenal tokoh-tokoh dalam game yang mereka
mainkan atau tokoh-tokoh dalam youtube yang mereka tonton. Mereka
lebih suka bermain game atau menonton film/apa saja di youtube dari
pada mengikuti perayaan Ekaristi dan kegiatan rohani di gereja.
Dampak dari semuanya ini adalah anak-anak dapat mengalami krisis
iman dan identitas diri. Mereka tidak dapat mengenal Yesus dengan
baik, dan juga susah membangun relasi dengan sesamanya.
Dalam Bulan Kitab Suci Nasional ini, selama empat minggu anak-anak
kembali dituntun untuk menegaskan iman dan identitas diri mereka:
1. Minggu I: anak-anak diajak untuk mengenal Allah yang adalah
kasih. Mereka semua adalah anak Allah. Sebagai Anak Allah,
mereka berkewajiban untuk membagikan kasih Allah itu kepada
sesama.
2. Minggu II: anak-anak dibantu untuk solider dengan sesama. Yesus
adalah raja yang hadir dalam diri sesama, terutama yang
menderita. Dengan berbuat baik kepada sesama yang menderita
itu berarti mereka telah berbuat baik kepada Yesus.
3. Minggu III: anak-anak diajak untuk menyadari bahwa berkat
Sakramen Baptis mereka telah diberi tugas oleh Yesus untuk
menjadi saksi-Nya yakni membawa kabar sukacita kepada sesama.
119
4. Minggu IV: anak-anak dibantu untuk menyadari bahwa mereka
adalah anggota Gereja. Sebagai anggota Gereja, mereka harus terlibat
dalam kegiatan Gereja, seperti doa bersama, misa, dan misdinar.
120
Tujuan:
1. Anak menyadari bahwa Allah adalah kasih.
2. Anak menyadari bahwa dirinya adalah anak Allah yang siap hidup sesuai
dengan kehendak Allah yakni berbagi kasih kepada sesama.
PEMBUKA
Lagu Pembuka
Pendamping mengajak anak-anak menyanyikan Lagu Pembuka untuk
mengarahkan mereka pada tema yang hendak dibahas.
Tanda Salib
Pendamping mengajak anak-anak untuk membuat tanda salib dengan dilagukan.
Notasi untuk lagu tanda salib ini menggunakan lagu “ Jari Manis Pake Cincin.”
5 3 4 5 6 /5. . 0/ 4 2 3 4 5/ 4. . o/
Dalam na-ma Ba-pa, da-lam na-ma Pu-tra,
3 1 2 3 4 / 3 . 5 5 / 6 . 7/ i . . o //
dan da-lam Roh Ku-dus, a- min, a - min
121
Doa Pembuka
Pendamping mengajak anak-anak untuk berdoa. Pendamping mengucapkan
frasa demi frasa lalu ditirukan oleh anak-anak.
122
Permainan “Menyusun Kata”
Setelah pembacaan teks Kitab Suci, proses pendalaman teks dibuat dalam
permainan yakni menyusun kata dengan menggunakan ayat-ayat dari 1Yohanes
4:7-21.
Persiapan:
• Pendamping memilih dan mengetik ayat-ayat kitab suci (Ayat-ayat
yang perlu disiapkan ay. 7, 10, 16, dan 20).
• Menggunting kata-kata dari ayat-ayat tersebut.
Proses bermain:
• Para peserta dibagi dalam beberapa kelompok; satu kelompok
terdiri dari 4 atau 5 anak.
• Pendamping membagikan ayat-ayat Kitab Suci yang sudah
dipotong kepada setiap kelompok.
• Pendamping membaca ulang ayat-ayat tersebut.
• Pendamping mengumumkan waktu untuk menyusun ayat, yaitu
satu menit.
• Setelah anak-anak selesai menyusunnya, Pendamping meminta
mereka membacakannya.
Pesan
Pendamping menyampaikan kepada anak-anak pesan yang terdapat dalam
perikop yang dibahas. Pesan ini disampaikan dengan kalimat-kalimat yang
sederhana, disertai dengan contoh-contoh, supaya dapat dipahami oleh anak-
anak.
1. Adik-adik yang terkasih, Allah adalah kasih. Allah mengasihi kita
melalui orangtua, guru-guru, teman-teman. Juga melalui matahari,
bulan, udara yang kita hirup, dan sebagainya.
123
2. Kalian sudah dibaptis. Melalui pembaptisan, kita telah diangkat
menjadi anak-anak Allah, sehingga kita dalam Doa “Bapa Kami”
kita memanggil Allah dengan panggilan “Bapa.”
3. Karena kita adalah anak-anak Allah yang selalu mengasihi kita,
kita pun diajak untuk mengasihi sesama.
Aksi
Pendamping mengajak anak-anak untuk menerapkan pesan Tuhan dalam
kehidupan mereka. Pendamping mengajak anak-anak untuk memikirkan hal-hal
konkret yang dapat dilakukan sebagai penerapan pesan itu. Pendamping
menyampaikan pertanyaan di bawah ini dan membantu anak-anak
menjawabnya:
Doa
Pendamping meminta anak-anak menyusun doa secara tertulis untuk mendoakan
orangtua, guru, dan teman. Pendamping perlu memberikan contoh doa. Lalu
Pendamping meminta anak-anak membacakan doa-doa itu satu demi satu. Sesudah
itu, Pendamping mengajak anak-anak mendoakan doa “Bapa Kami.”
PENUTUP
Doa Penutup
Pendamping mengajak anak-anak untuk perdoa. Pendamping mengucapkan
frasa demi frasa lalu ditirukan oleh anak-anak.
Jari jempol, jari telunjuk, jari tengah di tengah
Jari manis pake cincin, jari kelingking kusayang
Kuberhitung satu, dua, tiga, empat dan lima
Katup tangan, tutup mata, mari kita berdoa
5 3 4 5 6 /5. . 0/ 4 2 3 4 5/ 4. . o/
Dalam na-ma Ba-pa, da-lam na-ma Pu-tra,
3 1 2 3 4 / 3 . 5 5 / 6 . 7/ i . . o //
dan da-lam Roh Ku-dus, a- min, a - min
124
Pendamping mengajak anak-anak untuk berdoa. Pendamping mengucapkan
frasa demi frasa lalu ditirukan oleh anak-anak.
Lagu Penutup
Pendamping mengajak anak-anak menyanyikan Lagu Penutup untuk membantu
mereka mengingat pesan Tuhan yang sudah mereka dengarkan.
125
Tujuan:
1. Anak mengenal Yesus sebagai Anak Manusia, Raja yang berkuasa
menerimanya di surga.
2. Anak menyadari bahwa mereka adalah hamba-hamba Yesus yang setia.
3. Anak mampu melihat wajah Tuhan Yesus dalam diri sesamanya, dan
terbuka hati untuk menolong.
PEMBUKA
Lagu Pembuka
Pendamping mengajak anak-anak menyanyikan Lagu Pembuka untuk
mengarahkan mereka pada tema yang hendak dibahas.
DALAM YESUS
Dalam Yesus kita bersaudara
Dalam Yesus kita bersaudara
Dalam Yesus kita bersaudara sekarang dan selamanya
Dalam Yesus kita bersaudara
Bait II
Dalam Yesus ada cinta kasih (Ulang seperti di atas)
Bait III
Dalam Yesus ada kemenangan.
Tanda Salib
Pendamping mengajak anak-anak untuk membuat tanda salib dengan dilagukan.
5 3 4 5 6 /5. . 0/ 4 2 3 4 5/ 4. . o/
Dalam na-ma Ba-pa, da-lam na-ma Pu-tra,
3 1 2 3 4/3. 5 5 / 6 . 7/ i . . o //
dan da-lam Roh Ku-dus, a- min,a - min
126
Doa Pembuka
Pendamping mengajak anak-anak untuk berdoa. Pendamping mengucapkan
frasa demi frasa lalu ditirukan oleh anak-anak.
Ya, Bapa yang Baik, Kami anak-anak-Mu berkumpul lagi di tempat ini
untuk merenungkan sabda-Mu. Tuntunlah kami sepanjang pertemuan
ini, sehingga apa yang akan kami dengar lewat Sabda-Mu saat ini, dapat
membuka wawasan dan pikiran kami. Semoga apa yang kami perbuat
sejalan dengan kehendak-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus,
Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan
Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
127
Pendalaman dalam Kelompok
• Pendamping membagi anak-anak ke dalam dua kelompok yaitu kelompok
kambing dan domba.
• Pendamping meminta setiap kelompok untuk menemukan ayat-ayat teks
kitab suci yang berkaitan dengan kelompoknya masing-masing.
• Pendamping meminta anak-anak menulis pertanyaan untuk dijawab dalam
kelompok secara tertulis.
• Setelah selesai, perwakilan setiap kelompok diminta untuk membacakan
jawabannya dengan menunjuk ayat yang diacu.
Penjelasan
Pada akhir zaman nanti, Tuhan Yesus akan datang ke dunia untuk
menghakimi semua orang. Ia akan mengutus para malaikat untuk
128
mengumpulkan semua orang dari seluruh dunia. Setelah itu para
malaikat akan memisahkan mereka menjadi dua, seperti gembala
memisahkan domba dan kambing. Orang-orang yang dilambangkan
dengan domba ditempatkan di sebelah kanan, sedangkan orang-orang
yang dilambangkan dengan kambing ditempatkan di sebelah kiri.
Pesan
• Tuhan Yesus adalah Raja Kerajaan Surga dan kita semua adalah
hamba-hamba-Nya. Tuhan Yesus mengingatkan agar kita terus
menjadi Kelompok Domba supaya pada akhirnya dapat masuk ke
dalam Kerajaan Surga.
• Supaya dapat menjadi Kelompok Domba apa yang harus
dilakukan? Kita harus mengasihi Tuhan. Tetapi, Tuhan tidak
kelihatan. Lalu apa yang harus dilakukan? Tuhan Yesus menyebut
orang-orang yang miskin, sakit, tidak punya pakaian, dan
menderita itu saudara-saudara-Nya. Jadi, untuk mengasihi Tuhan,
kita diajak untuk mengasihi orang-orang yang mengalami
kesulitan itu.
• Sebagai hamba Yesus Kristus kita harus mampu melihat wajah
Yesus yang hadir dalam diri sesama kita, terutama sesama kita
yang menderita. Karena itu, hati kita terbuka untuk mau
menolong.
129
Aksi
Pendamping mengajak anak-anak untuk menerapkan pesan firman Tuhan dalam
kehidupan mereka dengan melakukan hal-hal konkret. Pendamping mengajak
anak-anak untuk Bersama-sama mengunjungi orang sakit, orang lanjut usia, dan
sebagainya. Pendamping juga dapat mengajak anak-anak untuk membantu
teman-teman yang memerlukan bantuan. Misalnya, alat tulis.
PENUTUP
Doa Penutup
5 3 4 5 6 /5. . 0/ 4 2 3 4 5/ 4. . o/
Dalam na-ma Ba-pa, da-lam na-ma Pu-tra,
3 1 2 3 4 / 3 . 5 5 / 6 . 7/ i . . o //
dan da-lam Roh Ku-dus, a- min, a - min
Pendamping mengajak anak-anak untuk berdoa. Pendamping mengucapkan
frasa demi frasa lalu ditirukan oleh anak-anak.
Lagu Penutup
Pendamping mengajak anak-anak menyanyikan Lagu Penutup untuk membantu
mereka mengingat pesan Tuhan yang sudah mereka dengarkan.
“KUKASIHI KAU”
Kukasihi kau dengan kasih Tuhan
Kukasihi kau dengan kasih Tuhan
Kulihat di wajahmu kemuliaan Tuhan
Kukasihi kau dengan kasih Tuhan
130
Tujuan:
1. Anak mengenal Yesus sebagai Tuhan Yang Mahakuasa.
2. Anak menyadari bahwa Tuhan memberi tugas untuk membawa sukacita
bagi orang lain.
PEMBUKA
Lagu Pembuka
Pendamping mengajak anak-anak menyanyikan Lagu Pembuka untuk
mengarahkan mereka pada tema yang hendak dibahas.
Tuhan selalu melihat apa yang kita perbuat
Apa yang baik maupun yang jahat
Oleh sebab itulah jangan berbuat jahat
Tuhan melihat (2x)
Tanda Salib
Pendamping mengajak anak-anak untuk membuat tanda salib dengan dilagukan.
Notasi untuk lagu tanda salib ini menggunakan lagu “Ampar-ampar Pisang.”
Doa Pembuka
Tuhan Yesus, dengan penuh cinta Engkau telah melaksanakan tugas
dan tanggung jawab-Mu sebagai utusan Bapa yang penuh kasih.
Tuntunlah kami anak-anak-Mu agar melaksanakan kehendak Bapa
seperti Engkau. Bantulah kami agar dapat menjalani kehidupan sesuai
dengan teladan cinta kasih-Mu, agar nama-Mu semakin dimuliakan di
seluruh bumi. Sebab Engkaulah yang berkuasa, kini dan sepanjang
masa. Amin.
131
PENDALAMAN KITAB SUCI
Membaca
Pendamping mempersiapkan salah seorang anak untuk membacakan teks ini
dengan gaya “bertutur Kitab Suci” agar menarik untuk disimak.
Pendalaman
Pendamping membantu anak-anak untuk memahami teks dengan pertanyaan-
pertanyaan penuntun berikut ini:
132
3. Apa yang dikatakan Simon Petrus, ketika melihat hasil tangkapan
yang berkelimpahan? (Tuhan, pergilah dari padaku karena aku ini
seorang berdosa, ayat 8)
4. Apa kata Yesus kepada Simon Petrus setelah mendengarkan
ungkapan penyesalan Simon Petrus? (Jangan takut! Mulai dari
sekarang Engkau akan menjala manusia, ayat 10b)
Kalimat yang digunakan untuk pertemuan ini diambil dari ayat 10:
“Jangan takut! Mulai dari sekarang Engkau akan menjala manusia.”
Cara Bermain:
1. Pendamping membagi anak dalam dua atau tiga kelompok.
2. Setiap kelompok mengatur barisan memanjang berbentuk seperti
kereta api.
3. Salah satu peserta yang berdiri paling depan akan mendapat ayat
Kitab Suci dan ayat itu harus dihafal untuk disampaikan ke teman
yang berdiri di belakangnya seterusnya hingga peserta terakhir
dalam kelompok. Penyampaian pesan tersebut disampaikan secara
lisan.
4. Jika pesan yang disampaikan itu dari peserta ke peserta lain
bunyinya konsisten sesuai dengan ayat Kitab Suci hingga peserta
terakhir, maka kelompok itu dinyatakan sebagai pemenang.
Pesan
Pendamping menyampaikan kepada anak-anak pesan yang terdapat dalam perikop
yang dibahas. Pesan ini disampaikan dengan kalimat-kalimat yang sederhana,
disertai dengan contoh-contoh, supaya dapat dipahami oleh anak-anak.
Aksi
Pendamping mengajak anak-anak untuk menerapkan pesan firman Tuhan dalam
kehidupan mereka dengan melakukan hal-hal konkret. Pendamping memberi
133
tugas kepada anak-anak membuat komitmen untuk mengajak orang-orang di
sekitarnya untuk lebih dekat dengan Tuhan.
PENUTUP
Doa Penutup
Pendamping mengajak anak-anak untuk membuat tanda salib dengan dilagukan
dengan notasi “Ampar-ampar Pisang.”
Lagu Penutup
Pendamping mengajak anak-anak menyanyikan Lagu Penutup untuk membantu
mereka mengingat pesan Tuhan yang sudah mereka dengarkan.
PENJALA ORANG
Marilah kau ikuti Aku
Ikut Aku, ikut Aku
Marilah kau ikut aku kan kujadikan
Penjala orang, penjala orang
Marilah kau ikut aku, menjala orang.
134
Tujuan:
1. Anak menyadari bahwa mereka dibaptis dan menjadi anggota Gereja Katolik.
2. Anak memahami cara hidup sebagai anggota Gereja Katolik.
PEMBUKA
Lagu Pembuka
Pendamping mengajak anak-anak menyanyikan Lagu Pembuka untuk
mengarahkan mereka pada tema yang hendak dibahas.
Tanda Salib
Pendamping mengajak anak-anak untuk membuat tanda salib dengan dilagukan.
Notasi untuk lagu tanda salib ini menggunakan lagu “Balonku Ada Lima.”
5 3 4 5 6 /5. . 0/ 4 2 3 4 5/ 4. . o/
Dalam na-ma Ba-pa, da-lam na-ma Pu-tra,
3 1 2 3 4 / 3 . 5 5 / 6 . 7/ i . . o //
dan da-lam Roh Ku-dus, a- min, a - min.
Doa Pembuka
Tuhan Yesus, kami berterima kasih untuk berkat dan penyertaan-Mu
bagi kami. Kami bersyukur karena kami telah dibaptis dan menjadi
135
anggota Gereja-Mu. Bantulah kami agar selalu setia dalam persekutuan
Gereja-Mu. Terpujilah nama-Mu, kini dan sepanjang masa. Amin.
Membaca
Pendamping mengajak anak-anak untuk membacakan teks secara bersama.
Mendalami
Pendamping membantu anak-anak untuk memahami teks dengan pertanyaan-
pertanyaan penuntun berikut ini:
1. Apa yang dijawab oleh Petrus ketika orang bertanya tentang apa
yang harus mereka perbuat? (Bertobatlah! Dan hendaklah kamu
masing-masing memberi dirimu dibaptis, dalam nama Yesus
136
Kristus, untuk pengampunan dosamu maka kamu akan menerima
karunia Roh Kudus (ayat 38)).
2. Menurut teks tadi, apa yang dilakukan oleh orang-orang yang
telah dibaptis oleh para Rasul? (Mereka bertekun dalam pengajaran
rasul-rasul dan dalam persekutuan. Mereka selalu berkumpul untuk
memecahkan roti dan berdoa (ayat 42))
Cara bermain:
1. Pendamping membagi peserta dalam dua atau tiga kelompok
2. Setiap kelompok berjuang membuat “jalan tol” terpanjang dengan
menggunakan seluruh atribut yang mereka miliki (contoh: sandal,
jaket, ikat pinggang, rantai, buku, dan sebagainya) dan dilarang
menggunakan atribut lain yang tidak mereka miliki.
3. Kelompok yang berhasil membuat jalan tol panjang dinyatakan
sebagai pemenang.
Pesan
Pendamping menyampaikan kepada anak-anak pesan yang terdapat dalam perikop
yang dibahas. Pesan ini disampaikan dengan kalimat-kalimat yang sederhana,
disertai dengan contoh-contoh, supaya dapat dipahami oleh anak-anak.
Adik-adik, melalui permainan ini, kita belajar untuk rela berkorban dan
mau berbagi dari apa yang kita miliki kepada sesama kita. Dalam
bacaan yang sudah kita dengarkan, kita belajar dari pengalaman hidup
Jemaat Perdana. Mereka senantiasa berkumpul, berdoa, dan berbagi
harta kekayaan kepada sesama. Sebagai anggota gereja Katolik kita rajin
mengikuti Perayaan Ekaristi, berdoa bersama, membaca Kitab Suci, dan
mengikuti kegiatan bina iman anak. Kita diajak untuk menghidupi
semangat 2D2K (doa, derma, korban dan kesaksian).
Aksi
Pendamping mengajak anak-anak untuk menerapkan pesan firman Tuhan dalam
kehidupan mereka dengan melakukan hal-hal konkret. Pendamping mengajak
peserta untuk setia mengikuti kegiatan rohani di Gereja dan mau berderma.
137
• Memberi derma untuk berbagai kepentingan pengembangan gereja:
seperti derma untuk orang sakit, pendidikan calon imam, dll.
PENUTUP
Doa Penutup
Pendamping mengajak anak-anak untuk membuat tanda salib dengan dilagukan.
Notasi untuk lagu tanda salib ini menggunakan lagu “Balonku Ada Lima.”
Tanganku ada dua
Lima-lima jarinya
Ku katup bersama-sama
Bila aku berdoa
5 3 4 5 6 /5. . 0/ 4 2 3 4 5/ 4. . o/
Dalam na-ma Ba-pa, da-lam na-ma Pu-tra,
3 1 2 3 4 / 3 . 5 5 / 6 . 7/ i . . o //
dan da-lam Roh Ku-dus, a- min, a - min
Pendamping mengajak anak-anak untuk berdoa. Pendamping mengucapkan
frasa demi frasa lalu ditirukan oleh anak-anak.
Lagu Penutup
Pendamping mengajak anak-anak menyanyikan Lagu Penutup untuk membantu
mereka mengingat pesan Tuhan yang sudah mereka dengarkan.
138
HARI MINGGU KITAB SUCI NASIONAL
(Minggu Biasa XXIII – Tahun A, 6 September 2020)
RITUS PEMBUKA
Perarakan Masuk
Disarankan pada hari Minggu Kitab Suci ini, sebaiknya dilaksanakan perarakan
masuk meriah dengan urutan sebagai berikut: pembawa pendupaan (pengisian
dupa hendaknya pada pintu masuk), pembawa salib diapit dua pembawa lilin
bernyala, pembawa Kitab Injil (Evangeliarium), Kitab Suci edisi Mimbar dan
diikuti Imam. Dan setelah diarak, Kitab Injil (Evangeliarium) dan Kitab Suci
diletakkan di atas altar. Kemudian Imam mendupai altar.
Pengantar
I Saudara-saudari yang terkasih, pada hari Minggu ini, kita memasuki
Hari Minggu pertama dalam Bulan Kitab Suci Nasional 2020. Setiap
bulan September, Gereja Katolik secara khusus mengajak umatnya
untuk mengarahkan perhatian lebih kepada Kitab Suci. Gereja
mengajak umat untuk lebih dekat dengan kitab suci, melalui
kegiatan-kegiatan baik secara pribadi maupun bersama dalam
kelompok atau komunitas. Gereja mengajak kita untuk
menyediakan waktu lebih untuk membaca dan merenungkan kitab
suci. Dalam upaya untuk mengenal lebih dalam tentang Kitab Suci,
gereja mengajak kita untuk bersama merenungkan tema utama
Bulan Kitab Suci tahun ini, yakni “Mewartakan Kabar Gembira
dalam Krisis Iman dan Identitas Kristiani.” Tema ini mengajak kita
sekalian untuk menyadari betapa perubahan zaman berpengaruh
139
besar dalam hidup keseharian kita. Sadar atau tidak kita bahkan
nyaris kehilangan iman dan identitas diri kita sendiri hanya karena
terlena dan ikut hanyut dalam arus zaman yang berubah dan
bergerak setiap hari, setiap jam bahkan setiap menit. Dalam terang
Sabda Allah, kita diajak untuk bagaimana menyikap perkembangan
zaman ini sehingga kita tetap menjadi saksi-saksi Kristus yang tidak
lupa diri, yang tidak hilang iman kita karena tergerus perubahan
zaman. Karena pada hakikatnya Sabda Allah senantiasa
menghadirkan sukacita, kedamaian, ketenangan, kasih dan
kegembiraan yang tidak hilang ditelan perubahan zaman. Dengan
demikian hidup dan karya kita senantiasa memancarkan terang
kemuliaan Allah bagi banyak orang di mana saja kita berada.
Seruan Tobat
I Saudara-saudari terkasih, di hadapan Tuhan yang kini hadir di
tengah-tengah kita, marilah menyesali dan mengakui segala dosa,
serta memohon ampun atas segala kekurangan kita, supaya pantas
bertemu dengan Dia dan layak merayakan Sabda penyelamatan-
Nya. Saya mengaku ...
U Saya Mengaku kepada Allah yang Mahakuasa ...
I Semoga Allah yang Mahakuasa, mengasihani kita, mengampuni
dosa kita dan menghantar kita pada kehidupan yang kekal.
U Amin.
Kemuliaan
Doa Pembuka
I Marilah berdoa. Ya Allah, Engkau telah menebus kami dan
mengangkat kami menjadi anak-anak-Mu. Pandanglah anak-anak
kesayangan-Mu dengan rela hati, supaya semua orang yang percaya
kepada Kristus memperoleh kebebasan sejati serta warisan abadi.
Bukalah mata hati dan telinga kami untuk mendengarkan Sabda-
Mu. Berilah kami kekuatan untuk menjadi saksi Injil-Mu di tengah
dunia ini. dengan perantaraan Kristus, Tuhan kami, yang bersama
dengan Dikau dan dalam persatuan dengan Roh Kudus, hidup dan
berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
U Amin.
140
LITURGI SABDA
141
2. Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan
Tuhan yang menjadikan kita. Sebab, Dialah Allah kita; kita ini
umat gembalaan-Nya serta kawanan domba-Nya.
3. Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara-Nya, janganlah
bertegar hati seperti di Meriba, seperti waktu berada di Masa di
padang gurun, ketika nenek moyangmu mencobai dan menguji
Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku.
142
Injil: Mat. 18:15-20
I Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas.
U Dimuliakanlah Tuhan
I “Jika seorang berdosa mendengarkan nasihatmu, engkau telah
mendapatnya kembali.”
Homili
Umat duduk. Beberapa gagasan yang disarankan untuk disampaikan dalam
Homili dapat dilihat dalam poin-poin di bawah ini.
143
Berkaitan dengan Tema “Mewartakan Kabar Gembira dalam Krisis
Iman dan Identitas Kristiani”:
• Kita bersyukur dan bangga atas Sabda Tuhan yang menjadi
pedoman dan penuntun hidup kita.
• Kehadiran Yesus dan Sabda-Nya adalah bukti kehadiran Allah di
tengah-tengah kita. Yesus memberi perintah untuk saling
mengasihi satu sama lain. Semoga dalam hidup ini, kita pun tetap
mengutamakan kasih di tengah zaman ini. Semoga kekatolikan
kita tidak luntur oleh pengaruh tantangan zaman ini.
• Di tengah krisis iman dan identitas diri dewasa ini, kita perlu
menyadari bahwa kita dikasihi Allah, dimampukan untuk
mengasihi dan melayani, dipercaya untuk menjadi pewarta Injil,
dan dipersatukan dalam Gereja yang satu, kudus, katolik dan
apostolik.
Credo
Doa Umat
I Saudara-saudari yang terkasih, marilah menyampaikan permohonan
kepada Allah Bapa yang telah bersabda melalui Putera-Nya, Yesus
Kristus, tuhan kita. Kita percaya bahwa Bapa yang Maharahim
mendengarkan doa-doa kita dan menganugerahkan yang terbaik
bagi kita.
L Bagi Gereja Masa Sekarang. Ya Bapa, tabahkanlah Gereja-Mu
pada masa sekarang ini, agar berani menyuarakan peringatannya
terhadap ketidakadilan dan kekerasan yang berkecamuk di tengah
masyarakat.
U Semoga umat-Mu semakin teguh memperjuangkan keadilan dan
kebenaran dalam Kristus.
L Bagi semua yang mencari kebenaran. Ya Bapa, bimbinglah
mereka yang mencari kebenaran, semoga perjumpaan dengan umat-
Mu membawa mereka pada Kristus, Sang Kebenaran sejati.
U Semoga umat-Mu semakin teguh memperjuangkan keadilan dan
kebenaran dalam Kristus.
L Bagi Kaum Muda, Remaja dan Anak-anak. Ya Bapa, berkati
kaum muda, remaja dan anak-anak kami yang adalah masa depan
gereja-Mu, agar mereka tetap setia pada iman mereka akan Kristus
Yesus, meski dipengaruhi oleh tantangan zaman ini. Dampingilah
144
mereka dengan Roh Kudus-Mu agar mereka teguh dan bertahan
menjadi saksi cinta dan kasih di tengah-tengah dunia ini.
U Semoga umat-Mu semakin teguh memperjuangkan keadilan dan
kebenaran dalam Kristus.
L Bagi Kita semua yang hadir di sini. Ya Bapa, semoga hati kami
terbuka menerima Sabda-Mu, dan mampukanlah kami untuk berani
bersaksi tentang iman kami kepada sesama kami.
U Semoga umat-Mu semakin teguh memperjuangkan keadilan dan
kebenaran dalam Kristus.
LITURGI EKARISTI
Persiapan Persembahan
Doa Persiapan Persembahan
Prefasi
Kudus
Doa Syukur Agung
Bapa Kami
Doa Damai
Anak Domba Allah
Persiapan Komuni
Komuni
145
RITUS PENUTUP
Pengumuman
Berkat
I Tuhan sertamu
U Dan sertamu juga.
I Semoga Allah Bapa membuka budi dan hati kita agar dapat
memahami Sabda-Nya yang tertulis dalam Kitab Suci dengan baik.
U Amin.
I Semoga Allah Putera memperkuat iman kita supaya kita dapat
melaksanakan Sabda-Nya.
U Amin.
I Semoga Roh Kudus menerangi dan mengangkat hati kita sehingga
dapat memahami kehendak Bapa dan menganugerahkan kekuatan
supaya kita dapat melaksanakannya.
U Amin.
I Semoga saudara sekalian diberkati oleh Allah yang Mahakuasa: Bapa
dan Putera dan Roh Kudus
U Amin.
I Saudara sekalian, dengan ini perayaan ekaristi, pembukaan Bulan
Kitab Suci Nasional sudah selesai.
U Syukur Kepada Allah
I Marilah pergi, kita diutus untuk membawa kabar gembira di tengah
dunia.
U Amin.
Perarakan Keluar
146