Anda di halaman 1dari 146

Bulan Kitab Suci Nasional

MEWARTAKAN KABAR BAIK


DI TENGAH KRISIS
IMAN DAN IDENTITAS
“Kita telah mengenal dan telah percaya
akan kasih Allah kepada kita”

(1Yoh. 4:16).

LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA


2020

1
1. Pendahuluan..............................................................................................................7
2. Krisis Iman dan Identitas Umat Israel Di Babel ...............................................9
3. Krisis Iman dan Identitas Para Murid Yesus ....................................................17
4. Krisis Iman Dan Identitas Umat Katolik ........................................................ 26
5. Kabar Baik Dan Identitas Umat Katolik...........................................................36

Pengantar..................................................................................................................... 61
I. Allah Adalah Kasih (1Yohanes 4:7-21) ................................................................63
II. Yesus Adalah Anak Manusia, Raja Kerajaan Surga (Matius 25:31-46) . 70
III. Orang Berdosa Namun Dipercaya Oleh Tuhan (Lukas 5:1-11)................. 78
IV. Bangga Menjadi Orang Katolik (Kisah Para Rasul 2:37-47) ..................... 86

Pengantar.................................................................................................................... 95
I. Allah Adalah Sumber Cinta Kasihku (1Yohanes 4:7-21) ............................... 97
II. Yesus Rajaku (Matius 25:31-46)........................................................................ 102
III. Aku Utusan Yesus (Lukas 5:1-11) ........................................................................ 107
IV. Aku Bersaudara Seperti Jemaat Perdana (Kisah Para Rasul 2:37-47)..... 112

Kata Pengantar .......................................................................................................... 119


I. Aku Anak Allah (1Yohanes 4:7-21) ..................................................................... 121
II. Aku Solider Dengan Sesama (Matius 25:31-46) ........................................... 126
III. Aku Diberi Tugas Oleh Tuhan (Lukas 5:1-11) ............................................... 131
IV: Aku Anggota Gereja Katolik (Kisah Para Rasul 2:37-47)...........................135

2
Kata Pengantar
Dalam Pertemuan Nasional Lembaga Biblika Indonesia pada tanggal 18-
22 Juli 2016 di Bogor, para pakar Kitab Suci dan para Delegatus Kitab
Suci Keuskupan sepakat untuk mengangkat tema besar “Mewartakan
Injil di tengah Arus Zaman” sebagai arahan untuk empat tahun ke
depan. Tema itu kemudian dijabarkan dalam empat tema yang akan
direnungkan dalam Bulan Kitab Suci Nasional selama empat tahun
berikutnya. Adapun keempat tema itu adalah sebagai berikut:
a. Mewartakan Kabar Gembira dalam Gaya Hidup Modern (2017)
b. Mewartakan Kabar Gembira dalam Kemajemukan (2018)
c. Mewartakan Kabar Gembira dalam Krisis Lingkungan Hidup
(2019)
d. Mewartakan Kabar Gembira dalam Krisis Iman dan Identitas
(2020)
Tema pertama sampai dengan ketiga sudah kita renungkan dalam
bulan September 2017 - 2019. Dalam Bulan Kitab Suci Nasional 2020 ini
kita akan merenungkan tema yang keempat, “Mewartakan Kabar
Gembira dalam Krisis Iman dan Identitas.”

Banyak orang Kristiani menghadapi krisis yang menyangkut iman


mereka dan sekaligus identitas mereka. Bisa jadi kita bukan orang yang
mengalami krisis, tetapi tetap perlu belajar untuk menolong saudara-
saudara kita yang sedang menghadapi krisis. Kita akan belajar dari
pengalaman orang Yahudi yang diangkut ke pembuangan di Babel dan
para murid Yesus yang ditinggalkan oleh Yesus ketika Ia ditangkap dan
disalibkan. Kedua komunitas yang mengalami krisis iman dan identitas
ini berhasil melewati krisis yang mereka alami. Apa yang mereka
lakukan ketika menghadapi krisis itu? Ternyata kedua kelompok itu
melakukan hal yang sama, yaitu menegaskan kembali identitas mereka.
Bagaimana mereka dapat memahami identitas mereka? Dari hubungan
mereka dengan Allah. Orang-orang Yahudi melihat kembali siapa
sesungguhnya Allah yang mereka percaya dan melihat siapa mereka di
hadapan Allah. Para murid Yesus melihat kembali siapa sesungguhnya
Yesus yang mereka ikuti dan melihat siapa mereka di hadapan Yesus.

Hal yang sama akan kita lakukan dalam Bulan Kitab Suci Nasional ini.
Kita diajak untuk melihat kembali kebenaran mengenai Allah dan siapa
Umat Kristiani di hadapan Allah itu. Dalam empat pertemuan kita akan

3
mendalami adalah siapa Allah yang dipercaya oleh Umat Kristiani dan
siapa sesungguhnya Umat Kristiani di hadapan Allah. Kebenaran
mengenai Allah ini sesungguhnya adalah kabar gembira yang diajarkan
oleh Yesus. Dari kebenaran mengenai Allah inilah Umat Kristiani
memperoleh identitasnya. Kesadaran mengenai identitasnya ini akan
mendatangkan sukacita bagi orang yang percaya dan menuntun cara
hidupnya selama tinggal di dunia.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah


mempersiapkan bahan-bahan untuk mendalami tema ini. Gagasan
Pendukung dipersiapkan oleh Bapak YM Seto Marsunu, sedangkan
bahan Pendalaman Kitab Suci dan Liturgi dipersiapkan bersama oleh
Komisi Kerasulan Kitab Suci Regio Nusa Tenggara. Bahan Pendalaman
Kitab Suci disiapkan untuk orang dewasa dan kaum muda, remaja, dan
anak-anak. Pada tahun ini untuk Kaum Muda tidak disiapkan bahan
pendalaman tersendiri. Kaum muda dan orang dewasa menggunakan
bahan pendalaman yang sama.

Kami berharap bahan-bahan yang disediakan dapat membantu seluruh


umat untuk mendengarkan Sabda Tuhan dan memahami kehendak-
Nya. Dengan demikian, seluruh umat tetap menikmati kehidupan
bersama dengan Allah dan menjalani kehidupan sesuai dengan
kehendak-Nya.

Lembaga Biblika Indonesia

4
Bulan Kitab Suci Nasional

MEWARTAKAN KABAR BAIK


DI TENGAH KRISIS
IMAN DAN IDENTITAS
“Kita telah mengenal dan telah percaya
akan kasih Allah kepada kita”

(1Yoh. 4:16).

LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA


2020

5
6
Identitas kita merupakan kesadaran akan siapa diri kita dan kesadaran
ini akan mempengaruhi bagaimana kita menjalani kehidupan,
bagaimana kita bertindak, bersikap, dan berbicara. Sejak dibaptis kita
mendapatkan identitas sebagai pengikut Yesus dan anggota Gereja
Katolik. Kita mengikuti Yesus dalam Gereja Katolik. Dalam perjalanan
waktu kesadaran diri sebagai pengikut Yesus dan anggota Gereja
Katolik ini mengalami perkembangan. Dalam Gereja Katolik Umat
diajak untuk memahami dilatih untuk menjadi pengikut Yesus dan
anggota Gereja Katolik dan bagaimana menjalani kehidupan (bersikap
dan berperilaku) sesuai dengan jatidirinya.

Anak-anak yang lahir dalam keluarga Katolik dibaptis ketika masih


bayi. Orangtua memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak-
anaknya secara Katolik. Oleh orangtuanya ia diperkenalkan pada Yesus:
diajar untuk menyebut nama Yesus, membuat tanda salib dan berdoa,
pergi ke gereja dan mengikuti Ekaristi, dan sebagainya. Anak-anak pun
dilatih untuk mengasihi: menolong, memberi, dan sebagainya.

Selanjutnya anak-anak mengikuti pelajaran untuk persiapan menerima


Komuni Pertama. Mereka belajar untuk lebih memahami Iman Katolik
dari para pendamping yang dipercaya oleh Gereja untuk mengajarkan
iman kepada anak-anak. Mereka belajar mengenai Tuhan Yesus yang
mereka ikuti dalam Gereja Katolik dan bagaimana Ia hadir dalam
Perayaan Ekaristi. Kesadaran diri sebagai orang Katolik pun
berkembang dan seiring dengan perkembangan ini perilaku anak pun
berkembang. Ia menjadi lebih rajin berdoa secara pribadi, membaca
Kitab Suci, mengikuti Perayaan Ekaristi (khususnya pada Hari Minggu),
dan sebagainya.

Pada tahap berikutnya orang Katolik akan diajak mempersiapkan diri


untuk menerima Sakramen Penguatan. Sakramen ini menandai seorang
Katolik sudah dewasa dalam iman dan siap menjadi saksi Kristus.
Dalam persiapan ini mereka belajar lebih sungguh-sungguh tentang isi
iman Katolik, yang berpusat pada kabar baik yang dibawa oleh Tuhan
Yesus, dan bagaimana menjadi saksi Kristus di dunia. Mereka juga
dibantu untuk lebih menyadari kehadiran Roh Kudus yang menyertai

7
setiap orang beriman sehingga dapat hidup menurut kehendak Allah,
khususnya dalam memberi kesaksian itu.

Tetapi dalam perjalanan hidup, tidak semua orang Katolik dapat


melewati proses itu dengan mudah. Banyak yang harus menghadapi
krisis identitas sebagai orang Katolik. Ada yang sudah dibaptis dan
mengaku diri Katolik tetapi tidak memahami iman Katolik. Akibatnya,
ada yang tidak mengetahui bagaimana hidup sebagai orang Katolik dan
tidak berani mengaku sebagai orang Katolik di hadapan orang banyak.
Ada yang tidak lagi percaya kepada Tuhan walaupun sudah menerima
baptisan. Ada yang percaya akan adanya Tuhan tetapi tidak hidup
menurut kepercayaan itu. Ada juga yang tidak peduli akan identitasnya
sebagai orang Katolik lalu menjalani kehidupan semata-mata mengikuti
kesenangan ragawi, dan sama sekali tidak berpikir tentang makna dan
tujuan hidup. Ada juga yang meninggalkan Gereja Katolik karena tidak
memahami keyakinan Katolik dan melihat tampaknya ajaran dari
agama/Gereja lain lebih baik dan lebih masuk di akalnya.

Apa yang harus dilakukan? Berhadapan dengan krisis identitas yang


dialami oleh banyak orang Katolik, kita tidak memilih perikop atau ayat
yang dapat digunakan sebagai senjata untuk mengatasinya. Tetapi, kita
akan belajar dari dua komunitas tentang bagaimana menghadapi krisis
identitas yang mereka alami sehingga mereka dapat melewati krisis itu.
Bahkan, mereka mendapatkan banyak keuntungan dari krisis yang
mereka alami. Pertama-tama kita akan belajar dari komunitas orang
Yahudi yang diangkut ke pembuangan di Babel. Selanjutnya kita akan
belajar dari para rasul yang mengikuti Yesus Sang Mesias, tetapi
kemudian “ditinggal mati” oleh Yesus.

8
Di zaman Perjanjian Lama Umat Allah pernah menghadapi krisis besar
yang menyangkut iman mereka akan YHWH dan identitas mereka
sebagai Umat Pilihan. Krisis ini terjadi ketika kerajaan mereka
dikalahkan oleh kerajaan lain dan negeri mereka dihancurkan. Iman
mereka goyah dan identitas mereka nyaris musnah. Tetapi, nyatanya
mereka dapat mempertahankan iman mereka dan dapat menjaga
identitas mereka. Kita dapat belajar dari mereka bagaimana
menghadapi krisis seperti yang pernah mereka alami.

2.1. Hancurnya Yerusalem


Setelah Salomo meninggal, Kerajaan Israel terpecah menjadi dua.
Sepuluh suku yang tinggal di wilayah utara memisahkan diri dari
kerajaan keluarga Daud dan membentuk kerajaan sendiri, dengan
nama Kerajaan Israel. Keturunan Daud hanya berkuasa di wilayah
selatan dan kerajaannya diberi nama Kerajaan Yehuda karena mayoritas
rakyatnya berasal dari suku Yehuda. Pada tahun 722 SM Kerajaan Israel
dikalahkan oleh Kerajaan Asyur dan seluruh penduduknya diangkut ke
pembuangan. Mereka tidak pernah kembali lagi ke negeri mereka
sehingga yang tertinggal hanyalah Kerajaan Yehuda. Rakyat Yehudalah
yang melanjutkan identitas sebagai Umat Israel, umat pilihan YHWH.

Pada tahun 605 SM Nebukadnezar, raja Babel, mengalahkan Mesir


sehingga menguasai wilayah Siria dan Palestina (2Raj. 24:1; Yer. 46:2-
28). Karena itu, Yehuda yang sebelumnya takluk kepada Mesir,
menaklukkan diri kepada Babel dan selama tiga tahun membayar upeti
pada Babel. Selama tiga tahun ini Babel dan Mesir masih berada dalam
situasi perang. Yoyakim memberontak terhadap Babel dengan
mengharapkan bantuan dari Mesir, tetapi bantuan yang diharapkan itu
tak kunjung datang. Pada bulan Desember 598 SM pasukan Babel
menyerang dan mengepung Kota Yerusalem. Dalam pengepungan itu
Yoyakim meninggal dan digantikan oleh Yoyakhin, anaknya.
Yoyakhin (2Raj. 24:8-17) menyadari bahwa pasukan Yehuda tidak akan
sanggup menghadapi serbuan Babel. Jika tetap bertahan di dalam Kota

9
Yerusalem, Yoyakhin dan seluruh penduduk Yerusalem harus
menghadapi bahaya yang sangat serius. Jika Babel mengepung
Yerusalem dalam waktu yang lama, seluruh penduduk Yerusalem akan
menghadapi bahaya kelaparan yang dapat mengakibatkan kematian.
Tetapi, jika dapat menerobos tembok kota itu, pasukan Babel akan
membunuh banyak orang yang tinggal di dalamnya dan
menghancurkan seluruh kota itu.

Yoyakhin mengambil keputusan yang dapat menyelamatkan negeri dan


rakyatnya. Pada bulan Maret 597 SM Yoyakhin bersama ibunya, para
pegawai, dan pembesarnya menyerahkan diri ke tangan Nebukadnezar.
Raja bersama keluarganya diangkut sebagai orang buangan ke Babel.
Dalam pembuangan ini tercatat 10.000 orang tawanan (panglima dan
tentara) dan semua tukang dan pandai besi (bdk. Yer. 52:28). Hanya
orang-orang lemah ditinggalkan di negeri itu (2Raj. 24:8-17). Semua
harta benda yang ada di Bait Allah dan di istana raja diangkut ke Babel.
Benar bahwa Yehuda harus kehilangan banyak harta benda dan para
pemimpin mereka diangkut ke pembuangan, tetapi mereka semua
tetap hidup dan kota-kota mereka selamat dari penghancuran.
Sebagai pengganti Yoyakhin, raja Babel mengangkat Zedekia (paman
Yoyakhin) menjadi raja Yehuda (2Raj. 24:18-25:26). Ia memberontak
melawan Babel dan sebagai balasannya pada bulan Januari 588 SM
pasukan Babel menduduki Yehuda dan mengepung Yerusalem selama
kurang lebih dua tahun (Yer. 21:3-7). Pada bulan Juli 587 SM pertahanan
kota itu dihancurkan oleh pasukan Babel. Walaupun orang-orang Babel
mengepung kota itu, Zedekia dan orang-orangnya nekat melarikan diri
meninggalkan kota. Mereka berlari menuju Araba-Yordan, tetapi ketika
sampai di dataran Yerikho pasukan Babel berhasil menangkap Zedekia
dan membawanya ke hadapan raja Babel. Anak-anak Zedekia
disembelih di hadapannya dan ia sendiri diangkut ke Babel dengan
tangan terbelenggu setelah matanya dibutakan (Yer. 39:6).
Orang-orang yang tetap hidup dan selamat dari serbuan pasukan Babel
ini diangkut ke pembuangan. Tetapi, dalam perjalanan ke tanah
pembuangan di Babel, banyak pemimpin politik dan agama yang
ditawan oleh pasukan Babel dibunuh. Demikianlah, sekali lagi
penduduk Yehuda dibuang ke Babel sehingga jumlah orang Yehuda di
pembuangan Babel berlipat jumlahnya. Hanya orang-orang miskin
ditinggalkan di negeri itu untuk menjadi tukang kebun anggur dan

10
peladang. Yehuda sekarang menjadi wilayah kekuasaan Babel, dan hasil
bumi yang keluar dari negeri itu menjadi milik orang Babel.
Selain mengangkut penduduk Yerusalem, pasukan Babel juga
merampas harta benda yang ada di dalam kota itu. Pasukan Babel
masuk ke dalam Bait Allah dan mengambil perlengkapan ibadah yang
terbuat dari logam. Sesudah itu, pasukan Babel membakar Bait Allah,
istana, dan semua rumah yang ada di Yerusalem. Bait Allah dan istana
yang megah, penuh harta yang berharga, dan dianggap suci itu
sekarang tinggal sebagai reruntuhan. Mereka merobohkan tembok kota
Yerusalem sehingga kota tidak dapat menjadi tempat berlindung lagi.
Nebukadnezar mengangkat Gedalya menjadi gubernur Yehuda untuk
memimpin penduduk yang masih tinggal di negeri itu. Ia
menganjurkan agar orang Yehuda tunduk kepada Babel agar dapat
hidup dengan tenang di negeri mereka sendiri. Tetapi, Orang-orang
Yehuda yang setia pada bangsanya membunuh dia karena
menganggapnya sebagai boneka Babel. Sadar bahwa tindakan mereka
dapat membangkitkan amarah Nebukadnezar, mereka melarikan diri
ke Mesir.

2.2. Krisis Kaum Buangan


Tidak dapat dipungkiri bahwa pembuangan merupakan pengalaman
berat bagi orang Yehuda. Mereka diangkut dari negeri mereka sendiri
dan tinggal di tanah asing. Tetapi, pada masa awal pembuangan mereka
masih sangat yakin bahwa pembuangan itu hanya akan berlangsung
sementara. Mereka yakin akan segera meninggalkan tanah
pembuangan dan kembali ke tanah air untuk menggabungkan diri
dalam perjuangan saudara-saudara sebangsa. Pengharapan ini
mendapat dukungan dari para nabi palsu yang rupanya bekerja di
antara mereka (Yeh. 13). Para nabi palsu menghibur orang Yehuda
dengan menyatakan bahwa mereka adalah umat YHWH sehingga tidak
mungkin YHWH menghukum mereka, sekalipun telah berdosa.

Tetapi, yang terjadi justru berlawanan dengan yang mereka harapkan.


Sepuluh tahun setelah mereka tinggal di pembuangan, orang-orang
Yehuda tidak kunjung pulang ke negeri mereka; justru saudara-saudara
mereka dari Yehuda menyusul ke pembuangan, termasuk Raja Zedekia,
yang tiba di pembuangan dalam keadaan buta. Mereka bercerita

11
tentang situasi terbaru setelah Zedekia memberontak. Pasukan Babel
kembali menaklukkan Yerusalem dan akibat yang ditimbulkan oleh
serbuan itu jauh lebih mengerikan. Pasukan Babel telah
menghancurkan Yerusalem, termasuk istana dan Bait Allah. Berita ini
semakin melemahkan pengharapan orang Yehuda yang telah sepuluh
tahun menunggu di tanah pembuangan. Harapan untuk kembali ke
tanah air mereka pun sirna. Babel terlalu kuat bagi orang-orang Yehuda
yang telah menjadi orang buangan itu. Karena itu, mustahil bagi
mereka untuk dapat melakukan perlawanan terhadap Babel atau
melarikan diri dari kekuasaan mereka. Tidak ada yang dapat mereka
lakukan selain menerima kenyataan yang pahit ini.

Orang Yehuda harus hidup sebagai orang asing di tanah pembuangan


dan taat penuh kepada bangsa yang telah mengalahkan mereka.
Menurut ukuran zaman itu pembuangan yang dialami orang Yehuda
itu tidak begitu berat. Penguasa Babel membiarkan orang Yehuda
leluasa bergerak, menjalani kehidupan biasa, dan mengembangkan
tradisi kehidupan mereka, baik dalam kehidupan religius maupun
kemasyarakatan, asalkan tidak melarikan diri. Sebagian dari mereka
berhasil dalam kehidupan ekonominya dan menjadi kaya. Situasi
orang-orang yang terbuang itu cukup baik dan ada kemungkinan untuk
menetap di tanah pembuangan bila mau menjadi bagian dari bangsa
yang membuang mereka itu.

Walaupun demikian, secara religius pembuangan ini menghadapkan


orang Yehuda pada masalah yang serius. Masa pembuangan menjadi
masa yang sulit bagi mereka untuk mempertahankan identitas sebagai
sebuah bangsa. Kerajaan mereka sudah dihancurkan dan dikuasai
orang asing, sementara raja, keluarganya, orang-orang terkemuka
bangsa itu, bahkan rakyat, ditawan dan dibuang di tanah asing. Lebih
dari itu, Bait Allah yang menjadi pusat kehidupan keagamaan mereka
telah dihancurkan. Dalam pemahaman zaman itu semua ini
menunjukkan bahwa YHWH, Allah mereka, telah dikalahkan oleh
dewa/i Babel. Orang Yehuda sudah kehilangan harapan karena negeri
mereka telah hancur dan mereka sendiri tinggal sebagai orang buangan
di negeri asing, jauh dari tanah air mereka dan “jauh” dari YHWH.
Tidak ada pengharapan bagi mereka untuk bebas dan kembali ke tanah
air mereka sendiri. Babel terlalu kuat bagi mereka dan sebaliknya,
mereka terlalu lemah untuk melawan Babel. YHWH, yang menurut

12
mereka sudah dikalahkan dewa-dewa Babel, tidak mampu bangkit
melawan mereka untuk membebaskan umat-Nya. Mereka hidup di
tanah asing, jauh tersembunyi dari YHWH, sementara Ia tidak berkuasa
untuk membebaskan mereka dan mengembalikan hak mereka sebagai
bangsa yang merdeka.

2.3. YHWH, Allah Pencipta


Para pemuka Israel sampai pada keyakinan tentang siapa sesungguhnya
YHWH, Allah yang mereka sembah. Pada masa pembuangan ini, para
pemuka Israel dapat menyelesaikan penulisan Kitab Taurat (Kejadian
s.d. Ulangan) sehingga menjadi seperti yang sekarang ini. Studi tentang
sejarah penulisan Alkitab menunjukkan bahwa beberapa teks yang
penting dalam Taurat justru lahir di tengah situasi pembuangan ini.
Salah satu yang penting untuk disebut di sini adalah Kisah Penciptaan
yang ditempatkan pada awal Kitab Taurat (Kejadian 1). Kisah ini tidak
ditulis untuk menjelaskan proses terbentuknya langit dan bumi dan
seluruh isinya. Kisah ini disampaikan untuk menegaskan kepada orang
Israel bahwa Allah yang mereka sembah adalah pencipta alam semesta
dan manusia yang tinggal di dalamnya. YHWH, Allah yang disembah
oleh Israel, adalah Allah yang Mahakuasa. Hanya dengan firman-Nya Ia
dapat melakukan semua yang dikehendaki-Nya. Benda-benda alam
(matahari, bulan, dan bintang) yang disembah sebagai dewa-dewi oleh
bangsa-bangsa lain dan diyakini berkuasa atas hidup manusia
sesungguhnya hanyalah ciptaan Allah. Semua itu diciptakan oleh Allah
bukan untuk disembah oleh manusia, tetapi untuk melayani
kepentingan manusia.

Para nabi yang berkarya di antara kaum buangan di Babel


membangkitkan pengharapan mereka sehingga mereka tidak putus asa.
Dua di antara mereka adalah Nabi Yehezkiel dan nabi yang kemudian
dikenal dengan sebutan Deutero-Yesaya. Kedua nabi ini menegaskan
kepada orang Israel siapa sesungguhnya Allah yang mereka sembah.
Orang Israel mengatakan bahwa pembuangan yang mereka alami itu
adalah bukti bahwa YHWH sudah dikalahkan oleh dewa-dewi Babel.
Kalau Allah mereka saja sudah kalah, tidak ada harapan bagi mereka
untuk dapat bebas dari pembuangan dan kembali ke tanah Yehuda.
Mereka hanya dapat menerima kenyataan bahwa negeri mereka sudah
hancur, keberadaan mereka sebagai bangsa dan kerajaan sudah sirna,

13
keberadaan mereka sebagai umat YHWH akan musnah dan mereka
akan melebur ke dalam bangsa-bangsa lain. Tetapi, para nabi
menyatakan bahwa apa yang mereka percaya itu keliru. YHWH tidak
pernah kalah dan tidak dapat dikalahkan oleh siapa pun. Kalau mereka
dibuang, itu bukan karena Allah sudah dikalahkan oleh dewa-dewi
Babel. Yang sebenarnya sedang terjadi adalah bahwa YHWH sedang
menghukum orang Israel karena mereka telah berdosa kepada-Nya. Ia
menggunakan kerajaan asing untuk melaksanakan hukuman atas
Umat-Nya sendiri. Setelah masa penghukuman itu selesai, YHWH akan
membawa mereka pulang ke tanah air mereka.

Nabi Yehezkiel menyatakan bahwa keadaan umat di pembuangan itu


sebenarnya memang sudah tidak ada harapan lagi. Tidak ada
kemungkinan untuk dapat kembali ke tanah Israel dan kembali
menjadi sebuah bangsa dan kerajaan yang merdeka. Mereka itu seperti
tulang belulang yang kering di kuburan. “… tulang-tulang ini adalah
seluruh kaum Israel. Sungguh, mereka sendiri mengatakan: Tulang-
tulang kami sudah menjadi kering, dan pengharapan kami sudah
lenyap, kami sudah hilang” (Yeh. 37:11). Tidak mungkin dapat hidup
kembali dan tidak ada harapan untuk menjadi manusia lagi. Tulang
belulang itu akan makin kering dan hancur. Tetapi, Yehezkiel
menyatakan bahwa YHWH akan melakukan hal yang mustahil itu: Ia
akan membuka kubur-kubur mereka dan membangkitkan mereka, lalu
membawa mereka kembali ke Tanah Israel. Saat YHWH melakukan
semua ini, mereka kan mengetahui “Akulah YHWH” (Yeh. 37:12-13).
YHWH menunjukkan Dia adalah yang hidup dan berkuasa, yang dapat
melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Ia sama sekali tidak dikalahkan
oleh dewa-dewi Babel, bahkan sanggup menunjukkan kuasa-Nya di
wilayah kekuasaan dewa-dewi Babel. Jika mengetahui siapa YHWH,
Allah yang mereka sembah, orang Israel akan memahami diri mereka
sendiri. Mereka adalah umat yang percaya kepada Allah yang
Mahakuasa, yang sanggup melakukan hal-hal yang mustahil di mata
manusia.

Deutero-Yesaya melangkah lebih jauh ketika membandingkan YHWH


dengan dewa-dewi Babel. Ia menyatakan bahwa dewa-dewi yang
disembah oleh orang-orang Babel itu hanyalah patung yang dibuat oleh
tangan manusia (Yes. 44:9-20). Patung berhala itu dibuat oleh tukang
dari kayu: pohon ditebang, batang kayu dibentuk menjadi patung

14
manusia lalu ditempatkan di kuil, dan dari pohon yang sama sebagian
kayu dibakar untuk memanaskan diri dan membakar roti dan daging
yang mereka makan. Jadi, ilah yang mereka sembah di dalam kuil itu
dibuat oleh manusia (sama seperti yang menyembahnya) dari kayu
(sama seperti yang mereka gunakan untuk membakar roti dan daging).
Jelas bahwa dewa-dewi itu hanyalah benda mati yang tidak memiliki
kemampuan apa pun.

Sebaliknya, YHWH, Allah Israel, adalah Allah yang hidup dan berkuasa.
Dia adalah satu-satu Allah, dan tidak ada yang lain. YHWH menjadikan
langit dan bumi dan menciptakan manusia (Yes. 45:12). Karena itu, Dia
berkuasa atas semua manusia dan perjalanan sejarah manusia di atas
bumi. Lebih lanjut nabi menyampaikan secara panjang lebar bagaimana
Allah sedang bekerja menggerakkan sejarah. Ia sedang menggerakkan
Koresh, raja Persia, untuk membebaskan orang Israel dari pembuangan
Babel. Ia menyertai Koresh untuk menaklukkan bangsa-bangsa,
termasuk Babel, sehingga semuanya tunduk kepada raja Persia itu.
Dengan kata lain, YHWH yang Mahakuasa itu menggunakan Koresh
untuk melakukan kehendak-Nya, yaitu membawa orang Israel kembali
ke tanah air mereka dan mendirikan kembali Bait Allah (Yes. 44:28).

2.4. Umat Pilihan Allah


Pemahaman tentang Allah yang diterima oleh orang Israel di tanah
pembuangan ini membuat mereka sadar akan identitas mereka. Mereka
adalah Umat yang percaya kepada YHWH, satu-satunya Allah.
Kesadaran akan identitas mereka inilah yang menyatukan kaum
buangan dan dengan berbagai cara menegaskan bahwa mereka tidak
seperti bangsa-bangsa lain yang ada di sekitar mereka. Para imam yang
bertindak sebagai pemimpin umat harus berjuang keras untuk
mempertahankan identitas Bangsa Israel. Mereka tidak menginginkan
kepercayaan dan identitas mereka sebagai umat Allah hilang karena
percampuran dengan bangsa-bangsa lain. Paling tidak ada dua hal yang
dilakukan oleh para pemimpin umat Allah itu untuk menjaga
kepercayaan dan identitas mereka di tengah bangsa-bangsa lain:

1. Menciptakan praktik-praktik keagamaan yang baru untuk


menggantikan praktik ibadah yang tidak dapat mereka kerjakan
lagi. Misalnya, upacara kurban digantikan dengan ibadah

15
kelompok (sinagoga): umat berkumpul untuk berdoa dan
membaca Kitab Suci.
2. Memberikan arti baru pada praktik keagamaan yang sudah ada.
Hari Sabat dan sunat, yang sudah menjadi kebiasaan di antara
orang Yahudi, diangkat menjadi tanda yang memberikan ciri khas
kepada anggota umat pilihan Allah.

Pembuangan yang dialami oleh Umat Israel juga merintis jalan baru
menuju pandangan yang lebih rohani mengenai kehadiran Allah.
Pengalaman pembuangan itu membuat Umat Israel percaya bahwa
Allah tidak terikat pada tempat tertentu. Bait Allah telah dihancurkan
dan Tabut Perjanjian telah lenyap. Kehadiran YHWH tak dapat lagi
dikaitkan dengan bangunan dan barang jasmani itu. Bait Allah tempat
tabut itu disimpan bukanlah tempat mereka ‘mempunyai’ Allah,
melainkan tempat Allah berkenan menyatakan diri dan bertemu
dengan mereka (bdk. Kel. 33:9-11; Bil. 11:25; 12:5-10). Di tanah
pembuangan itu mereka justru menyadari bahwa Allah hadir dalam
umat yang bersekutu dan beribadah kepada-Nya.

Keyakinan akan kehadiran Allah ini berkaitan erat dengan sinagoga.


Kata “sinagoga” mempunyai dua arti: 1). bangunan tempat ibadah orang
Yahudi dan 2). persekutuan orang-orang Yahudi yang berkumpul di
tempat itu. Setelah Bait Allah dibangun kembali (pada masa sesudah
Pembuangan), Bait Allah dan sinagoga menjadi tempat ibadah mereka.
Sinagoga tidak menggantikan Bait Allah. Rumah Allah hanya ada satu
di Yerusalem dan hanya di tempat ini orang dapat mempersembahkan
kurban kepada Allah. Selama sekitar 50 tahun orang Yehuda tinggal di
pembuangan. Identitas mereka sebagai warga sebuah kerajaan telah
sirna, tetapi mereka tetap mempertahankan identitas mereka sebagai
umat YHWH.

16
Dalam Perjanjian Baru krisis yang menyangkut iman dan identitas
dialami oleh para rasul Yesus, ketika Yesus ditangkap, disalibkan, dan
mati di kayu salib. Mulanya mereka begitu yakin tentang siapa Yesus
dan menaruh harapan mereka kepada-Nya. Tetapi, kematian Yesus
membuat keyakinan mereka terhadap Yesus hancur dan harapan
mereka kepada-Nya musnah. Penampakan Yesus yang telah bangkit
memberikan kepada mereka sebuah kejelasan tentang siapa
sesungguhnya Yesus dan hal ini membuat mereka memahami identitas
mereka.

3.1. Mengikuti Yesus Mesias


Allah pernah berjanji kepada Daud bahwa takhta serta kerajaannya
akan berdiri kokoh selamanya dan keturunannya akan memerintah
sebagai raja. “Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-
lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya”
(2Sam. 7:16). Tetapi, kerajaan Daud mengalami perpecahan (1Raj. 12)
menjadi Kerajaan Israel dan Yehuda. Kedua kerajaan ini kemudian
mengalami kehancuran: Kerajaan Israel dihancurkan oleh Asyur (2Raj.
17:1-6) dan Kerajaan Yehuda dikuasai oleh Babel (2Raj. 25). Kehancuran
yang dialami oleh orang Israel tidak membuat mereka kehilangan
kepercayaan kepada Allah. Kerajaan mereka memang telah hancur,
tetapi pengharapan mereka tidak sirna. Mereka tetap percaya kepada
janji Allah: suatu saat nanti Allah akan mendirikan kembali Kerajaan
Israel dan mengangkat seorang keturunan Daud menjadi rajanya
dengan menyandang gelar “Mesias,” (yaitu raja yang diurapi dan dipilih
oleh Allah).
Pada zaman Yesus orang Yahudi dijajah oleh Roma dan dalam situasi
seperti ini penantian akan datangnya seorang keturunan Daud yang
akan memimpin mereka mengalahkan penguasa Romawi dan
mendirikan Kerajaan Israel sangat kuat. Allah akan mengambil
tindakan untuk menyelamatkan umat pilihan-Nya. Ia akan mengirim
seorang utusan yang akan memimpin orang Yahudi mengalahkan
penguasa Romawi lalu mendirikan kembali Kerajaan Israel yang telah

17
runtuh. Dengan kata lain mereka menantikan datangnya seorang
Mesias sebagai seorang panglima yang setelah mengalahkan pasukan
Romawi akan memerintah sebagai raja. Keyakinan ini pun hidup di
antara para pengikut Yesus. Mereka mengharapkan Yesus bertindak
sebagai pemimpin militer. Dalam kepercayaan mereka, Yesus akan
memimpin orang Yahudi melakukan perlawanan terhadap penguasa
Romawi. Setelah mengalahkan mereka, Yesus akan mendirikan kembali
Kerajaan Israel dan akan memerintah sebagai raja. Semua orang Yahudi
akan tinggal dalam kesejahteraan di bawah pemerintahan Yesus, Sang
Mesias.

Kepercayaan ini membuat Petrus keberatan ketika Yesus menyatakan


bahwa Ia harus menanggung banyak penderitaan lalu dibunuh dan
bangkit (Mrk. 8:31-32). Tidak ada dalam pemahaman Petrus Mesias
mengalami penderitaan sampai mati. Karena itu, Petrus menegur
Yesus, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali
takkan menimpa Engkau” (Mrk. 16:22). Namun Yesus berpaling dan
menegur Petrus, “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa
yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Petrus
disebut Iblis karena apa yang dikatakannya itu merupakan cobaan bagi
Yesus. Seolah-olah Petrus mencegah Yesus agar tidak menempuh jalan
penderitaan dan dengan demikian membujuk Yesus untuk melawan
kehendak Bapa. Walaupun, ia sendiri tidak bermaksud mencobai Yesus
karena perkataannya didasarkan pada pemahamannya sendiri
mengenai Mesias, yang berbeda dari pandangan Yesus.

Pemahaman Yesus sebagai Mesias yang akan menjadi raja Israel ini juga
tampak dalam permintaan Yakobus dan Yohanes kepada Yesus.
Keduanya meminta kepada Yesus agar diperkenankan duduk dalam
kemuliaan-Nya kelak, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang
seorang di sebelah kiri-Nya. Permintaan ini jelas berkaitan dengan
pemahaman mereka tentang Yesus sebagai Mesias. Mereka ingin
menjadi pendamping Yesus yang telah bertakhta sebagai raja dalam
kemuliaan-Nya, sesudah Ia memimpin orang Yahudi mengalahkan
penjajah Romawi dan mendirikan kembali Kerajaan Israel. Mendengar
permintaan itu, Yesus bertanya kepada mereka, “Dapatkah kamu
meminum cawan yang harus Kuminum atau dibaptis dengan baptisan
yang harus Kuterima?” Sama seperti cawan (bdk. Mrk. 14:36), baptisan
ini juga melambangkan penderitaan yang sudah mendekat. Yesus akan

18
meminum cawan itu dan menerima baptisan itu, yakni menanggung
segala penderitaan sampai pada kematian-Nya, untuk masuk dalam
kemuliaan. Kedua murid itu menyatakan kesanggupan mereka, tetapi
mereka tidak tahu apa yang mereka minta (Mrk. 14:38).

3.2. Kematian Sang Mesias


Orang-orang yang diutus oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan
tua-tua datang untuk menangkap Yesus. Mereka datang dengan
membawa pedang dan pentung seolah-olah akan menangkap seorang
penjahat yang sangat berbahaya. Ketika orang-orang itu maju dan
menangkap-Nya, salah seorang murid Yesus berusaha melawan. Ia
menghunus pedangnya dan ayunan pedangnya mengenai telinga
hamba Imam Besar sampai putus. Sekali lagi tindakan murid ini
menunjukkan bahwa ia tidak memahami kata-kata Yesus tentang
Mesias yang menderita (Mrk. 8:31-32). Ia tetap berkeyakinan bahwa
Mesias harus memimpin gerakan militer. Ketika melihat pemimpinnya
terancam, murid itu langsung memberikan perlawanan.

Yesus bereaksi secara lain karena memang Ia telah bersiap untuk


menghadapi semuanya. Ia tidak berusaha lari, tetapi menyerahkan diri
ke tangan mereka. “Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang
lengkap dengan pedang dan pentung untuk menangkap Aku?” Yesus
menambahkan bahwa setiap hari Ia ada di tengah-tengah mereka,
karena Ia mengajar di Bait Allah. Walaupun demikian, mereka tidak
menangkap-Nya. Kini, ketika Ia sedang sendirian, mereka justru
mencari untuk menangkap-Nya. Melihat orang banyak menangkap
Yesus, para murid ketakutan dan melarikan diri meninggalkan Yesus
sendirian. Mereka lupa akan niat mereka untuk berani mati bersama
Yesus dan untuk tidak menyangkal-Nya (Mrk. 14:31). Ketakutan yang
mereka rasakan jauh lebih besar daripada niat yang pernah mereka
katakan.

Dari Getsemani Yesus dibawa ke rumah Imam Besar Kayafas (18-36 M).
Mendengar bahwa Yesus telah dibawa ke sana, para imam kepala, tua-
tua, dan ahli Taurat datang ke rumah imam besar itu. Para pemimpin
Yahudi menangkap Yesus pada malam hari dan langsung mengadili-
Nya, bukan di tempat pertemuan resmi mereka di kompleks Bait Allah,
melainkan di rumah imam besar. Seperti niat mereka semula, para

19
pemimpin agama Yahudi mau menyingkirkan Yesus secara diam-diam,
tanpa sepengetahuan para pengikut-Nya. Petrus mengikuti Yesus dari
jauh, sampai ke halaman rumah imam besar. Ia tetap tidak memahami
apa yang sedang terjadi dengan Yesus walaupun sebelumnya telah
diberitahu oleh Yesus (Mrk. 8:31-32). Dalam situasi seperti ini Petrus
menyangkal Yesus sampai tiga kali: Ia tidak berani mengakui bahwa ia
adalah pengikut Yesus. Ketika Yesus mengajar, menyembuhkan orang
sakit, membungkam para pemimpin Yahudi, para murid bangga
menjadi murid-Nya. Ketika Yesus menyatakan bahwa Ia harus
menderita mereka menolak hal itu dan menyatakan siap mati bersama
Yesus (Mrk. 14:31). Namun, sekarang Petrus tidak berani mengakui diri
sebagai murid Yesus, bahkan mengatakan bahwa ia tidak mengenal
Yesus.

Tidak ada murid Yesus yang mengikuti Yesus sampai ke Golgota, hanya
para perempuan yang mengikuti Yesus sejak dari Galilea. Mereka inilah
yang juga mengurus jenazah Yesus sampai dengan penguburannya.
Sementara itu, para rasul yang sudah sekian lama mengikuti Yesus
justru pergi meninggalkan-Nya sendirian menanggung penderitaan
sampai dengan kematian-Nya. Kematian Yesus membuat para rasul
kehilangan semangat serta menjadi takut dan bingung. Mereka tidak
dapat menerima kenyataan ini karena apa yang terjadi dengan Yesus
sama sekali tidak seperti yang mereka pikirkan. Orang yang mereka
anggap sebagai Mesias, yang akan menjadi raja Israel itu, mati dengan
cara yang sangat menyedihkan. Mereka bersembunyi dan tinggal di
suatu ruangan yang terkunci karena takut kepada para pemuka Yahudi
yang terlibat dalam pembunuhan Yesus (Yoh. 20:19).

Dua orang murid (tidak termasuk dalam kelompok dua belas rasul)
yang pergi ke Emaus memberikan gambaran tentang kekecewaan yang
harus dihadapi oleh para murid begitu mengetahui kematian Yesus.
Para pengikut Yesus menyangka bahwa sebagai Mesias Yesus akan
bertindak seperti yang diharapkan oleh orang Yahudi. Mereka
memandang Yesus adalah seorang nabi yang berkuasa dalam perkataan
dan pekerjaan di hadapan Allah dan di depan seluruh Israel. Tetapi,
“imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami” telah
menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-
Nya. Apa yang terjadi dengan Yesus ini bertentangan dengan harapan
mereka. Orang yang mereka yakini sebagai nabi itu mati di kayu salib,

20
padahal “kami dahulu mengharapkan bahwa Dialah yang datang untuk
membebaskan bangsa Israel” (Luk. 24:21). Mereka sulit untuk
menerima pemberitahuan Yesus bahwa Ia akan menanggung
penderitaan sampai mati tetapi kemudian akan bangkit. Mereka begitu
kecewa melihat orang yang mereka yakini sebagai Mesias itu mati di
kayu salib.

3.3. Kebangkitan Yesus


“Pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu,” para perempuan yang
bertugas untuk merawat jenazah Yesus menemui kubur telah kosong
dan jenazah Yesus tidak ada lagi (Luk. 23:56b-24:12). Malaikat yang
menjumpai mereka mengingatkan mereka pada perkataan yang pernah
diucapkan Yesus waktu di Galilea, “… Anak Manusia harus diserahkan
ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada
hari yang ketiga” (Luk. 24:7). Para perempuan itu (Maria dari Magdala,
Yohana, dan Maria ibu Yakobus) memberitahukan hal itu kepada para
rasul, tetapi mereka tidak percaya dan menganggap perkataan para
perempuan itu hanya omong kosong (Luk. 24:10-11).

Pada hari yang sama Yesus menampakkan diri kepada dua orang murid
yang berjalan ke Emaus. Menjelang malam, ketika Yesus singgah di
rumah mereka dan makan malam, barulah mereka mengenali Dia (Luk.
24:13-35). Kedua orang itu kembali ke Yerusalem pada malam itu juga
dan menceritakan kepada kesebelas murid perjumpaan dengan Yesus.
Ketika mereka sedang berkumpul, Yesus menampakkan diri dan berdiri
di tengah-tengah mereka (Luk. 24:36-49). Melihat mereka ragu-ragu
Yesus berkata, “Aku sendirilah ini,” sambil memperlihatkan tangan dan
kaki-Nya kepada mereka. Ketika mereka belum percaya karena
girangnya, Yesus meminta makanan dan makan sepotong ikan goreng
di hadapan mereka.

Perjumpaan dengan Yesus yang telah bangkit dari kematian membuat


mereka berubah, seolah-olah mereka memperoleh kembali kehidupan
mereka. Mereka menjadi sadar siapa sebenarnya Yesus yang mereka
ikuti. Bagi para murid kebangkitan Yesus itu membuktikan bahwa Dia
adalah Anak Manusia. Ketika Yesus masih berkarya dan mengajar
berulang kali Ia menyatakan bahwa Anak Manusia akan tinggal dalam
rahim bumi selama tiga hari tiga malam (Mat. 12:40), tetapi akan

21
dibangkitkan dari antara orang mati (Mat. 17:9). Setelah Petrus
menyampaikan pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias, tiga kali Yesus
menyatakan kepada para murid-Nya bahwa Anak Manusia akan
menderita, dibunuh, dan bangkit dari kematian (Mrk. 8:31-9:1; Mrk.
9:30-32; Mrk. 10:32-34). Mereka tidak dapat memahami pernyataan
Yesus ini: Tidak ada dalam benak mereka pribadi yang mereka yakini
sebagai Mesias itu akan mati.

Tetapi, kebangkitan Yesus yang telah dibunuh oleh para pemuka


Yahudi itu membuktikan bahwa apa yang dikatakan Yesus mengenai
diri-Nya itu benar. Yesus sungguh-sungguh telah mati, tetapi Ia
mengalahkan kematian dan bangkit dari antara orang mati. Hal ini
tidak terjadi sebagai peristiwa yang kebetulan, karena memang Yesus
telah mengatakan semua itu sebelumnya: Anak manusia akan
menderita, dibunuh, dan bangkit dari antara orang mati. Apa yang
terjadi dengan Yesus itu sesuai dengan apa yang telah dikatakan-Nya.
Karena itu, menjadi jelas bahwa Yesus bukanlah Mesias seperti yang
mereka pikirkan, melainkan Anak Manusia seperti yang telah
dinyatakan-Nya sendiri. Menjadi jelas bagi para murid sekarang bahwa
Yesus, yang selama ini mereka ikuti, adalah Anak Manusia yang
mempunyai kuasa atas Kerajaan Surga.

3.4. Yesus Kristus, Anak Manusia


Sepanjang karya pelayanan-Nya, Yesus seringkali menyebut diri sebagai
Anak Manusia. Kepada seorang ahli Taurat yang ingin mengikuti-Nya,
Yesus menyatakan bahwa Anak Manusia tidak mempunyai tempat
untuk meletakkan kepala-Nya (Mat. 8:20). Kepada ahli Taurat yang
dalam hati menuduh-Nya telah menghujat Allah, Yesus menyatakan
bahwa Anak Manusia berkuasa untuk mengampuni dosa (Mat. 9:6).
Anak manusia makan dan minum sehingga dituduh sebagai pelahap
dan peminum (Mat. 11:19). Yesus menjanjikan kepada Natanael bahwa
ia akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik
kepada Anak Manusia (Yoh. 1:51). Kepada para murid-Nya Yesus
menyebut diri Anak Manusia, tetapi mereka menyebut Yesus sebagai
Mesias (Mat. 16:13).

Siapakah sebenarnya Anak Manusia itu? Pemahaman mengenai Anak


Manusia muncul dalam penglihatan yang dialami oleh Daniel:

22
Anak Manusia adalah pribadi yang datang dari langit, dari surga, dan
bukan seorang manusia yang datang dari dunia. Allah memberikan
kepadanya kekuasaan, kemuliaan, dan kekuasaan sebagai raja. Kerajaan
yang berada di bawah kuasa Anak Manusia itu tidak akan musnah. Jelas
bahwa kerajaan ini bukanlah kerajaan duniawi karena semua kerajaan
duniawi pasti musnah. Kerajaan yang tidak akan musnah ini adalah
kerajaan surgawi yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Anak
Manusia itu sendiri akan menjadi raja yang kekal: Dia tidak akan mati
dan tidak akan ada yang menggantikannya, seperti yang biasa terjadi
dalam kerajaan duniawi. Selama-lamanya ia akan memegang kuasa
sebagai raja atas kerajaan surgawi.

Dengan menyatakan diri sebagai Anak Manusia, Yesus menyatakan diri


sebagai Pribadi yang datang dari surga, yang memiliki kuasa atas
Kerajaan Surga. Ia memang berasal dari surga, tetapi sekarang menjadi
manusia untuk menjalankan tugas penyelamatan. Sesudah
menyelesaikan tugas-Nya, Ia akan menjalankan peran-Nya sebagai Raja
Surgawi. Sebagai Raja Surga, Anak Manusia berkuasa untuk
menentukan siapa yang akan masuk dan siapa yang tidak akan masuk
ke dalam kerajaan-Nya. Pada akhir zaman Anak Manusia akan datang
sebagai raja surga dalam segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya untuk
membalas setiap orang menurut perbuatannya (Mat. 16:27-28). Dengan
kekuasaan-Nya Ia akan menyuruh para malaikat untuk mengumpulkan
semua manusia dari seluruh penjuru bumi. Ia sendiri akan duduk di
atas takhta kemuliaan-Nya lalu mengadili mereka. Mereka yang
berkenan kepada-Nya akan dibawa-Nya masuk ke dalam Kerajaan
Surga sedangkan yang tidak berkenan kepada-Nya akan dienyahkan-
Nya ke dalam api yang kekal (Mat. 24:30-31; 25:31-46).

Kebangkitan Yesus dari antara orang mati juga memberikan


pemahaman yang baru mengenai identitas Yesus sebagai Mesias. Yesus
memang raja, keturunan Daud, tetapi kerajaan-Nya bukan dari dunia
ini. Ia bukan raja dalam pengertian politis dan kerajaan-Nya adalah

23
kerajaan surgawi. Ia menghendaki agar semua manusia masuk dalam
kerajaan-Nya yang memberikan kebahagiaan abadi kepada manusia.
Yesus memang Mesias, bukan dalam arti bahwa Ia menyelamatkan
orang Israel dari penjajah Romawi, tetapi bahwa Ia membebaskan
manusia dari kekuasaan dosa. Semua manusia telah berdosa dan
hukuman yang layak untuk manusia yang berdosa adalah kematian.
Kematian yang dimaksudkan bukanlah kematian fisik, melainkan
keterpisahan dari Allah. Manusia yang dikuasai oleh dosa tidak
mungkin hidup bersama dengan Allah. Yesus mati (=terpisah dari
Allah) untuk menanggung hukuman yang seharusnya ditanggung oleh
manusia supaya manusia layak tinggal bersama Allah dalam kehidupan
surgawi.

Yesus memahami identitas-Nya sebagai Mesias, Juruselamat,


berdasarkan nubuat yang tercantum dalam Kitab Nabi Yesaya tentang
seorang hamba Tuhan yang menderita (Yes. 52:13-53:12). Ia adalah
orang yang penuh kesengsaraan dan orang yang biasa menderita
penyakit. Orang merasa jijik dan tidak mau melihatnya. Ia dianiaya,
tetapi tidak membuka mulutnya terhadap orang-orang yang
menganiayanya, seperti anak domba yang tempat pembantaian untuk
disembelih. Orang yang melihatnya menyangka bahwa penyakit dan
penderitaan yang dialaminya adalah hukuman yang dijatuhkan Tuhan
kepadanya karena dosa dan kesalahannya. Mereka menyangka bahwa
hamba itu adalah seorang yang berdosa yang sedang menanggung
hukuman Allah.

Tetapi, sebenarnya ia mengalami semua itu sama sekali bukan karena


dosanya sendiri. Sebenarnya penderitaan yang dialaminya itu adalah
hukuman yang seharusnya mereka tanggung akibat pemberontakan
dan kejahatan mereka (kepada Tuhan). Mereka sendirilah yang pantas
menanggung kesengsaraan itu karena mereka telah berdosa kepada
Tuhan dan layak mendapatkan hukuman. Tetapi, hamba itu
menggantikan mereka menanggung hukuman. Ia mau menanggung
semua hukuman itu supaya mereka mendapatkan ganjaran dan
keselamatan. Semua ini dilakukan oleh hamba itu karena Tuhan sendiri
menghendakinya, Tuhan sendirilah yang menimpakan semua itu
kepadanya.

Semua manusia telah berdosa dan hukuman yang layak untuk manusia
yang berdosa adalah kematian (Rm. 6:23). Karena dosa-dosanya,

24
manusia tidak layak menerima kebahagiaan abadi di surga. Dengan
kematian-Nya di kayu salib Yesus telah menanggung hukuman yang
seharusnya ditanggung oleh semua manusia karena dosa-dosa mereka
sehingga kematian Kristus itu justru menjadi tanda kasih Allah (Rm.
5:8; 8:3,32). Kristus melakukan hal ini agar manusia memperoleh
kebangkitan bersama-sama Dia (1Tes. 4:14) dan hidup dalam kemuliaan
surgawi. Dengan demikian, di dalam Kristus manusia menemukan jalan
menuju keselamatan Allah. Janji keselamatan Allah yang disampaikan
dalam Kitab Suci, yakni kebangkitan dari kematian, telah dipenuhi
dalam diri Kristus. Berkat karya penyelamatan Kristus itu, manusia
dapat diterima dalam kerajaan surgawi dan tinggal bersama Dia dalam
kebahagiaan dan kemuliaan abadi.

25
Selanjutnya kita akan melihat situasi iman umat Katolik. Harus diakui
bahwa kehidupan iman dalam dunia modern ini harus menghadapi
tantangan serius yang datang dari kemajuan dalam ilmu pengetahuan
dan teknologi. Kemajuan ini telah membawa perubahan besar dalam
kehidupan manusia, termasuk dalam hal iman. Sementara itu, di antara
umat Katolik sendiri ada banyak hal yang menyangkut iman yang perlu
mendapat perhatian. Kita juga akan melihat apa yang harus dilakukan
ketika menghadapi situasi seperti ini.

4.1. Krisis Iman Dan Identitas Di Antara Umat Katolik


Iman dalam Dunia Modern. Banyak orang dalam kehidupan modern
ini, termasuk orang Katolik, hanya mengikuti saja apa yang terjadi di
sekitar mereka, dan tidak bersikap kritis terhadapnya. Karena
membiarkan diri dikuasai oleh kecenderungan ini, banyak orang hanya
mengambil tindakan menurut pertimbangan spontan, menarik,
menyenangkan, dan memberi keuntungan bagi diri sendiri, tanpa
peduli jika hal itu merugikan orang lain. Sebaliknya, mereka akan
menghindari tindakan yang menurut mereka berat, melelahkan, dan
memerlukan kesungguhan. Mereka tidak lagi mendengarkan suara hati,
tidak mempertanyakan apakah tindakan itu benar atau salah, baik atau
buruk. Lebih dari itu, mereka mengabaikan apa yang dikehendaki Allah
dan tidak bertanya apakah tindakan saya ini sesuai dengan ajaran
Kristus atau tidak.

Penghayatan hidup yang dangkal dan spontan itu juga membuat orang
dengan mudah dikuasai oleh egoisme dan keangkuhan. Orang akan
menghargai orang lain kalau orang itu memiliki kedudukan yang lebih
tinggi, dalam hal ekonomi, sosial, maupun keagamaan. Akibatnya,
orang-orang yang secara ekonomi, sosial, dan keagamaan dipandang
lemah, miskin, dan tidak berarti, seringkali tidak dihargai dan tidak
diperhatikan. Karena itu, banyak orang amat mudah dikuasai oleh
semangat materialisme. Mereka menganggap bahwa materi adalah
satu-satunya yang penting untuk hidup mereka. Selama hidup di dunia

26
orang memerlukan materi, untuk melakukan kehendak Tuhan pun
diperlukan materi. Tetapi, orang yang dikuasai oleh semangat
materialisme mengejar materi sebagai satu-satunya harapan hidup
mereka. Mereka mengerahkan seluruh dirinya untuk mengejarnya, dan
mengabaikan hal-hal yang lain (lihat EG art.2). Tidak memikirkan
makna kehidupan, hanya mengejar apa yang dianggap sebagai
kesenangan. Melakukan apa yang menyenangkan, bukan apa yang
bernilai atau berkenan kepada Tuhan.

Hal yang senada disampaikan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam


nasihat apostolik yang diberi judul “Christifideles Laici” pada tanggal 30
Desember 1988:

Telah dikatakan bahwa situasi yang melanda dunia ini juga melanda
Gereja. Para anggota Gereja tidak steril dari pengaruh negatif yang
memancar dari kemajuan dunia ini. Arus materialisme ini membuat
manusia memiliki pandangan yang keliru tentang Tuhan: Ia dijadikan
sebagai sarana untuk memenuhi keinginan. Allah tidak dipandang
sebagai Tuhan yang harus disembah, tetapi diperlakukan sebagai
hamba yang serba bisa yang harus memenuhi segala sesuatu yang
diminta oleh orang yang mengaku percaya kepada-Nya. Tidak ada
kebanggaan kalau dapat melakukan sesuatu untuk Tuhan dan sesama,

27
bahkan hal-hal seperti ini tidak dipikirkan. Orang hanya bangga kalau
Tuhan melakukan hal-hal yang diinginkannya untuk dirinya sendiri.

Di Tengah Umat Beragama Lain. Di banyak tempat di negeri ini,


Umat Katolik tinggal di antara atau bersama dengan umat yang
menganut agama dan kepercayaan lain. Lebih dari itu, Umat Katolik
hanya menjadi kelompok minoritas yang memiliki banyak kekurangan
dan kelemahan. Tanpa disengaja, bahkan tanpa disadari, banyak orang
Katolik mendengar informasi tentang ajaran agama lain, menyimpan
informasi itu dalam ingatannya, dan menerimanya begitu saja sebagai
kebenaran. Informasi-informasi seperti itu hanya dapat disaring bila
kita memiliki cukup pengetahuan tentang iman Katolik.

Sayangnya, orang Katolik pada umumnya kurang memahami imannya.


Tidak perlu membuat survei tentang hal ini, tetapi cukup mengajukan
beberapa pertanyaan dan kita dapat melihat kenyataannya. Apa itu
kebangkitan badan dan apakah sama dengan kebangkitan mayat? Apa
yang dimaksud dengan Yesus itu adalah Kristus, Tuhan, Penebus,
Juruselamat, Anak Allah, dan Anak Manusia? Jika orang Katolik ditanya
tentang hal-hal yang menyangkut imannya sendiri, banyak yang
memang tidak dapat menjawabnya. Situasi menjadi lebih sulit ketika
orang dari agama atau Gereja lain mengajukan pertanyaan. Banyak
yang tidak sanggup menjawabnya, bahkan menganggap Gereja Katolik
miskin pengetahuan dan banyak unsur dalam ajaran Katolik itu salah.

Kurangnya pemahaman mengenai ajaran Katolik membuat banyak


orang Katolik mengatakan bahwa semua agama itu sama. Yang
dimaksudkan sebenarnya hanyalah: kepercayaan bahwa semua agama
mengajarkan supaya para penganutnya berlaku baik terhadap sesama.
Hal seperti ini jelas muncul bukan dari studi yang serius, tetapi sekedar
mengucapkan apa yang pernah didengar. Orang Katolik yang ikut-
ikutan berkata demikian itu tidak memahami imannya sendiri. Gereja
Katolik memiliki pengalaman akan Tuhan dan keyakinan yang berbeda
dari agama lain, bahkan dari Gereja-gereja lain. Mungkin aneh, tetapi
memang banyak orang Katolik yang tidak dapat membedakan isi
imannya sendiri dengan isi iman yang diyakini dalam agama dan Gereja
lain.

Kurangnya pemahaman ini membuat banyak orang Katolik menjadi


rendah diri ketika berhadapan dengan orang-orang dari agama dan

28
Gereja lain. Memandang ajaran agama lain dan pemeluknya lebih hebat
lalu tidak berani berbicara tentang iman Katolik ketika situasi
memintanya berbicara. Lebih dari itu, banyak orang Katolik goyah
imannya lalu memutuskan untuk meninggalkan Gereja Katolik, tanpa
merasa ada yang keliru dengan tindakannya, tanpa merasa sedang
mengalami kerugian, dan tanpa kesedihan. Setelah meninggalkan
Gereja Katolik, ada yang menampakkan sikap memandang rendah
Gereja Katolik.

4.2. Belajar Dari Kaum Buangan


Sebelum zaman Pembuangan Babel, Bait Allah menjadi pusat hidup
keagamaan orang Israel. Tabut Perjanjian yang menjadi sarana
kehadiran Allah ditempatkan di dalamnya. Mereka percaya bahwa
Allah hadir dan tinggal di Bait Allah. Kehadiran Allah di tengah
mereka, di negeri mereka, membuat orang Israel merasa aman dan
tenteram. Mereka memandang diri sebagai umat pilihan Allah, yang
selalu dimanjakan-Nya. Mereka percaya bahwa Allah senantiasa
melindungi mereka dari orang-orang yang memiliki niat jahat dan
memberikan jaminan keamanan kepada mereka. Bahkan, ketika
berdosa pun, mereka yakin Tuhan tidak akan menghukum mereka.
Tidak mungkin Tuhan akan menghukum umat-Nya sendiri. Akibatnya,
mereka melakukan banyak dosa dan seruan para nabi supaya mereka
bertobat pun tidak mereka perhatikan.

Kekalahan yang mereka alami dan kehancuran negeri mereka membuat


orang Israel mengalami krisis iman dan identitas. Tempat kehadiran
Tuhan telah roboh dan orang Israel diangkut sebagai tawanan lalu
tinggal di tanah asing. Kekalahan yang mereka alami dan hancurnya
Bait Allah menjadi tanda bagi mereka bahwa Allah mereka telah
dikalahkan oleh ilah bangsa yang mengalahkan mereka. Mereka
memandang Allah mereka sebagai Allah yang kalah. Identitas mereka
sebagai umat pilihan Allah pun tidak dapat mereka pertahankan:
mereka menjadi orang-orang yang percaya pada Allah yang lemah dan
tak berdaya di hadapan para dewa-dewi. Identitas mereka sebagai
sebuah bangsa dan kerajaan pun musnah, mereka hanya menjadi orang
buangan yang tidak memiliki kebanggaan di hadapan bangsa lain.

29
Menghadapi krisis iman dan identitas orang Israel di pembuangan, ada
beberapa hal yang disampaikan oleh para pemuka Israel dan para nabi
kepada kaum buangan:

a. Menunjukkan kebenaran mengenai Allah Israel. Para pemuka


Israel menyatakan bahwa Allah Israel adalah penguasa manusia
dan alam semesta. Dialah yang menciptakan langit dan bumi serta
segala isinya, termasuk manusia. Dewa-dewi yang disembah oleh
orang Babel itu hanyalah benda mati yang tidak mempunyai
kemampuan apa pun. Allah tidak pernah dikalahkan oleh dewa-
dewi Babel. Allah yang Mahakuasa itu akan menunjukkan kuasa-
Nya dengan menggerakkan kerajaan lain untuk membebaskan
orang Israel dari pembuangan dan membawa mereka kembali ke
tanah air. Kenyataan bahwa Allah bertindak untuk orang Israel itu
memberikan keyakinan tentang siapa sesungguhnya Allah mereka,
yaitu Allah yang menguasai seluruh manusia di bumi.

b. Menunjukkan siapa sebenarnya mereka (Identitas mereka di


hadapan Allah). Para pemuka Israel menunjukkan bahwa
kebenaran mengenai Allah Israel itu memberikan identitas yang
benar kepada orang-orang buangan: mereka adalah orang-orang
percaya kepada Allah yang Mahakuasa. Kalau mereka dikalahkan
dan dibuang, itu bukan karena Allah sudah kalah, tetapi Allah
sedang menghukum Umat-Nya karena dosa-doa mereka. Setelah
masa penghukuman selesai, Allah akan mengembalikan mereka ke
negeri mereka sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan
sebagai Umat Allah di tanah yang dijanjikan-Nya.

c. Menunjukkan cara hidup menurut identitas mereka.


Berdasarkan identitas umat ini, para pemuka Israel menunjukkan
bagaimana mereka harus menjalani kehidupan menurut identitas
mereka. Para pemuka menunjukkan bahwa anak-anak yang lahir
harus disunat sebagai tanda bahwa anak itu adalah anggota Umat
Allah. Selain itu, mereka menunjukkan supaya orang Israel
bersekutu untuk menyembah Allah dan mempelajari kehendak-
Nya pada hari Sabat di sinagoga. Sebagai umat Allah mereka pun
kemudian pulang ke tanah air yang diberikan oleh Allah kepada
mereka dan giat membangun Bait Allah.

30
4.3. Belajar Dari Pengalaman Para Rasul
Mulanya para rasul yakin bahwa Dia adalah Mesias, keturunan Daud
yang akan mendirikan kembali Kerajaan Israel lalu memerintah orang
Israel. Di hadapan Yesus para rasul memiliki pandangan tentang diri
mereka dan menemukan identitas mereka berkaitan dengan Yesus.
Lalu mereka bersikap dan berperilaku sesuai dengan identitas mereka.
Mereka memandang diri mereka sebagai pengikut Mesias, yang sedang
dalam proses untuk mendirikan Kerajaan Israel. Jika nanti Yesus sudah
berkuasa sebagai raja, para rasul akan menikmati kemuliaan-Nya.
Tetapi, sekarang mereka harus mendampingi Yesus dalam perjuangan
ini. Bahkan, mereka menyatakan siap mati bersama-sama dengan Yesus
(Mat. 26:35).

Mereka harus berhadapan dengan krisis yang menyangkut iman


mereka kepada Yesus dan identitas mereka sebagai murid-Nya, ketika
Yesus membiarkan diri ditangkap, disalibkan, dan mati di kayu salib.
Mereka tidak berani mengaku sebagai pengikut Yesus yang mereka
yakini sebagai Mesias, seperti yang dialami oleh Simon Petrus. Mereka
melarikan diri meninggalkan Yesus dan membiarkan Dia sendirian
menghadapi orang-orang yang menangkap-Nya. Sesudah itu, mereka
menyembunyikan diri mereka dan tidak mau terlihat di hadapan orang
banyak.

Sesudah bangkit dari kematian, Yesus menjumpai para murid-Nya.


Kebangkitan Yesus ini dapat dipandang sebagai tanggapan terhadap
krisis yang dihadapi oleh para murid-Nya. Dari perjumpaan mereka
dengan Yesus, para murid dapat memahami hal-hal yang penting untuk
iman mereka:

a. Kebenaran Mengenai Yesus. Dengan kebangkitan-Nya dari


antara orang mati, Yesus menunjukkan siapa sebenarnya Yesus.
Kebangkitan Yesus membuat para rasul mengenal siapa
sebenarnya Yesus. Perjumpaan para rasul dengan Yesus yang
bangkit dari kematian membuktikan kepada mereka bahwa Yesus
adalah Anak Manusia dan Mesias yang memiliki kuasa atas
Kerajaan Surga. Ia berkuasa untuk memasukkan orang untuk
masuk ke dalam kerajaan-Nya yang abadi atau untuk menolaknya.

b. Identitas Para Murid. Dengan mengenal identitas Yesus, para


murid dapat mengenal identitas mereka karena mereka adalah

31
pengikut Yesus. Mereka adalah orang-orang yang percaya kepada
Yesus sebagai Anak Manusia dan Mesias, Raja Abadi dalam
Kerajaan Surga. Karena mereka percaya kepada Yesus, mereka pun
akan menikmati kebahagiaan bersama Dia di dalam kerajaan-Nya.

c. Cara Hidup Menurut Identitas. Identitas mereka ini


menggerakkan mereka untuk menjalani kehidupan sebagai
pengikut Yesus, khususnya menjadi pewarta Injil. Mereka pergi ke
berbagai penjuru dunia untuk memberitakan karya penyelamatan
yang dikerjakan oleh Yesus supaya manusia di dunia ini
menikmati kehidupan abadi di surga.

4.4. Kabar Baik Di Tengah Krisis


Telah dikatakan bahwa banyak orang Katolik menghadapi krisis yang
menyangkut iman mereka kepada Allah serta identitas mereka sebagai
pengikut Yesus dan anggota Gereja Katolik. Apa yang harus dilakukan
ketika kita sendiri menghadapi krisis seperti itu atau ketika berhadapan
dengan orang Katolik yang sedang menghadapi krisis yang sama? Kita
dapat belajar dari para pemuka Yahudi yang harus menghadapi umat
yang sedang mengalami krisis dalam pembuangan dan dari pengalaman
perjumpaan para rasul dengan Yesus yang telah bangkit. Ada tiga hal
yang disampaikan kedua komunitas ini untuk menghadapi krisis iman
dan identitas, yaitu kebenaran mengenai siapa Allah, siapa mereka di
hadapan Allah atau identitas mereka di hadapan Allah, dan cara hidup
sesuai identitas ini. Kita perlu memahami identitas kita karena
menentukan perilaku dan cara kita menjalani kehidupan. Selanjutnya,
cara kita menjalani kehidupan di dunia ini menentukan nasib kita di
dunia yang akan datang.

Kita dapat menerapkan ketiga hal ini untuk menanggapi krisis iman
dan identitas yang dihadapi oleh orang Katolik. Karena itu, kita perlu
menegaskan kembali:
1. Kebenaran mengenai Allah. Kebenaran ini menjelaskan siapa
sesungguhnya Allah yang kita percaya dan apa yang
dikehendakinya. Kebenaran ini menentukan identitas orang yang
percaya kepada-Nya.

32
2. Identitas orang beriman. Di hadapan Allah yang kita percaya,
kita dapat mengenal diri kita. Dengan melihat kebenaran tentang
Allah, kita dapat melihat relasi kita dengan Allah.
3. Cara hidup menurut identitas. Identitas kita sebagai orang yang
percaya kepada Allah akan menentukan cara hidup kita.
Kesadaran akan identitas ini akan menuntun kita untuk menjalani
hidup dengan benar.

Kebenaran mengenai Allah. Pertama-tama kita perlu menyampaikan


kebenaran tentang Allah yang kita percaya. Yohanes 3:16 dapat
dipandang sebagai isi dari seluruh Alkitab dan mengungkapkan
kebenaran mengenai Allah:

Terdorong oleh kasih-Nya, Allah menghendaki manusia hidup


berbahagia bersama Dia di surga. Kehidupan manusia di dunia ini
berlangsung selama jangka waktu tertentu dan berakhir dengan
kematian. Hanya raga manusia yang mati, membusuk dan hancur,
tetapi jiwa manusia tidak ikut hancur bersama tubuh itu, tetapi akan
terus hidup. Allah memberikan kepada manusia tubuh rohaniah atau
tubuh surgawi. Dengan kata lain, sesudah tubuh alamiah manusia mati,
ia akan menerima tubuh surgawi yang mulia dan tidak dapat mati.
Mereka akan menikmati kebahagiaan abadi bersama Allah, yang tiada
tara, melampaui semua gambaran yang dapat dipikirkan oleh manusia
(1Kor. 2:9; KGK 1027).

Tetapi, dosa menghalangi manusia untuk bersatu dengan Allah. Semua


orang telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah (Rm. 3:23). Kalau
orang kehilangan kemuliaan Allah, ini berarti bahwa ia tidak
diperkenankan tinggal bersama Allah. Seharusnya mereka dijatuhi
hukuman mati (Rm. 6:23) dan tidak layak menerima ganjaran
keselamatan. Dosa memisahkan manusia dari Allah; manusia yang
berdosa tidak dapat tinggal bersama dengan Allah. Manusia yang
terpisah dari Allah dapat disebut “mati secara rohani” dan kematian
rohani ini dilambangkan dengan kematian badaniah.

Karena dosa merusak hubungan manusia dengan Allah, hubungan


manusia dengan Allah harus dipulihkan dan manusia harus didamaikan

33
kembali dengan-Nya. Dalam Perjanjian Lama hal ini dilakukan dengan
mempersembahkan kurban yang membawa pengampunan (Im. 4:20).
Yesus adalah Anak Allah dan imam besar yang agung (Ibr. 9:25-28).
Sebagai Anak Allah, Yesus bersih dari segala dosa. Di kayu salib Yesus
mempersembahkan diri sebagai kurban untuk menghapus dosa
manusia sehingga hubungan manusia dengan Allah dipulihkan dan
manusia dipandang layak untuk menerima kehidupan kekal bersama
Dia di surga.

Identitas orang beriman. Kebenaran tentang Allah yang kita percaya


menentukan identitas kita yang percaya kepada-Nya. Dengan
memahami siapa Allah yang sebenarnya, kita pun akan mengenal siapa
kita sesungguhnya. “Saya adalah orang yang percaya kepada Allah yang
mengasihi manusia.” Saya adalah pribadi yang diciptakan oleh Allah,
dikasihi-Nya, dan akan hidup abadi bersama Dia di surga. Saya adalah
orang berdosa dan untuk sayalah Tuhan Yesus telah datang ke dunia. Ia
mempersembahkan diri di kayu salib untuk menghapus dosa-dosa saya.
Yesus menantikan saya di surga dan, sesudah saya mati, Ia akan
membangkitkan saya lalu membawa saya ke tempat kediaman-Nya
yang abadi.

Orang-orang yang percaya kepada Allah yang menyatakan diri dalam


Yesus Kristus itu membentuk komunitas, yang disebut Gereja. Semua
orang yang percaya kepada Yesus dan dibaptis dalam nama Allah
Tritunggal menjadi anggota Gereja. Karena saya telah percaya kepada
Kristus dan telah menerima baptisan, saya adalah anggota Gereja
Katolik, bersama dengan seluruh anggota Gereja Katolik di seluruh
dunia. Saya hidup sebagai anggota Gereja dan di mana pun saya berada,
saya menjadi bagian dari Gereja Katolik.

Cara hidup menurut identitas. Identitas kita yang kita peroleh dari
Allah akan menggerakkan kehidupan kita dan kita menjalani
kehidupan sesuai dengan identitas kita. Karena identitas kita itu kita
peroleh dari pengenalan akan Allah, kesadaran tentang siapa Allah dan
siapa kita di hadapan Allah akan menentukan cara hidup kita. Kita
adalah pribadi yang dikasihi oleh Allah dan Yesus telah mengajarkan
bagaimana kita harus menanggapi kasih Allah dan bagaimana orang
yang percaya kepada-Nya harus hidup sesuai dengan kasih Allah itu.
Yesus memberikan perintah baru kepada para murid, yaitu supaya
“kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu

34
demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yoh. 13:31-35; lihat juga
1Yoh. 4:11). Yang membuat perintah ini menjadi baru adalah
motivasinya, yaitu kasih Allah (bdk. Im. 19:18).

Allah telah mengasihi kita, jadi sewajarnya kita membalasnya dengan


mengasihi-Nya. Tanggapan ini hanya mungkin diberikan bila manusia
mengerti bahwa Allah telah mengasihinya dengan kasih yang
sedemikian besar. Tetapi, bagaimana kita harus mengasihi Allah karena
Ia tidak kelihatan dan tidak ada seorang pun yang melihat Allah?
Dengan mengasihi sesama! Jika orang mengatakan bahwa ia mengasihi
Allah tetapi membenci saudaranya, ia berdusta karena tidak mungkin
mencintai Allah yang tidak kelihatan tanpa mencintai sesama yang
kelihatan (1Yoh. 4:20). Siapa yang mengasihi Allah, ia harus juga
mengasihi saudaranya (1Yoh. 4:21).

Ketiga hal yang menyangkut kebenaran mengenai Allah yang kita


percaya, identitas kita di hadapan Allah, dan cara hidup kita sebagai
orang yang percaya kepada Allah ini sesungguhnya merupakan sukacita
yang sesungguhnya. Kebenaran mengenai Allah yang mengasihi
manusia ini merupakan kabar baik bagi manusia sepanjang zaman.
Manusia itu lemah dan memiliki kecenderungan kepada dosa, tetapi
Allah mengasihinya dan menjanjikan kebahagiaan abadi bersama Dia di
tempat kediamannya yang abadi. Kabar baik ini akan membawa
sukacita bagi orang yang percaya kepada Allah: ia menyadari bahwa
dirinya adalah pribadi yang berharga di hadapan Allah dan dikasihi-
Nya. Sukacita ini akan menggerakkan orang untuk mengasihi Allah
yang hadir dalam diri sesama.

35
Pada bagian sebelumnya kita telah melihat bagaimana banyak orang
beriman, khususnya orang Katolik, menghadapi krisis yang
menyangkut iman dan identitasnya. Bisa jadi kita bukanlah orang yang
sedang menghadapi krisis identitas. Tetapi, di antara kita orang-orang
Katolik banyak yang sedang menghadapi krisis itu. Banyak juga yang
sebenarnya sedang menghadapi krisis identitas, tetapi tidak
menyadarinya. Dalam empat pertemuan di Bulan Kitab Suci Nasional
ini kita akan membaca Sabda Tuhan untuk melihat kebenaran tentang
Allah yang kita percaya. Kebenaran mengenai Allah inilah yang
merupakan kabar baik bagi manusia. Dengan melihat kebenaran
mengenai Allah ini, kita dapat menyadari kembali identitas kita sebagai
orang beriman di hadapan Allah yang kita imani. Kesadaran akan
dirinya ini akan mendatangkan sukacita dan semua ini akan
mendorong kita untuk hidup menurut identitas kita. Kalau kita sendiri
menyadari hal ini, kita pun dapat membantu saudara-saudara kita yang
sedang menghadapi krisis iman dan identitas. Dengan demikian,
mereka tahu kepada siapa mereka percaya dan menemukan kembali
identitas mereka sehingga dapat menjalani kehidupan dengan benar
sampai akhirnya bersatu dengan Allah di surga.

Ada empat bacaan yang akan kita renungkan untuk melihat kebenaran
tentang Allah dan identitas orang beriman di hadapan-Nya:
1. Allah adalah Kasih (1Yoh. 4:7-21). Dalam perikop ini kita akan
melihat bahwa Allah yang kita percaya adalah Kasih dan kita
adalah manusia yang dikasihi-Nya. Allah adalah kasih dan karena
kita adalah orang yang percaya kepada-Nya, kita pun mengasihi
sesama.
2. Yesus, Anak Manusia (Mat. 25:31-46). Dalam perikop ini kita
akan melihat bahwa Yesus yang kita imani adalah Anak Manusia
yang berkuasa atas Kerajaan Surga. Sebagai orang yang percaya
kepada-Nya, kita akan melihat bagaimana bersikap sesuai dengan
kehendak-Nya.
3. Orang Berdosa yang Dipercaya oleh Tuhan (Luk. 5:1-11). Dalam
perikop ini kita akan belajar dari Petrus: Mengakui bahwa kita
adalah orang yang berdosa, tidak pantas untuk berdekatan dengan

36
Tuhan. Tetapi, Tuhan justru mengutus kita yang berdosa ini untuk
mengajak sesama percaya kepada Tuhan.
4. Persekutuan Orang Beriman (Kis. 2:37-47). Melalui perikop ini
kita akan diajak untuk menyadari bahwa kita adalah orang yang
telah dibaptis dan masuk dalam persekutuan orang yang percaya
kepada Yesus. Kita akan melihat apa yang harus kita lakukan
sebagai anggota persekutuan ini.

5.1. Allah Adalah Kasih (1Yoh. 4:7-21)


Allah adalah Kasih. Inilah kebenaran utama mengenai Allah yang
terdapat dalam Alkitab. Ajaran mengenai Allah inilah yang menjadi
dasar dari semua ajaran lain yang terkandung di dalam Alkitab. Ada
banyak perikop yang menyampaikan ajaran tentang Allah yang
mengasihi manusia, tetapi dalam Pertemuan I ini kita akan membaca
salah satu di antaranya, yaitu 1Yohanes 4:7-21. Dalam perikop ini
Yohanes menyampaikan ajakan untuk saling mengasihi dan dasar dari
ajakan ini, yaitu Allah adalah kasih (ay. 7-12). Selanjutnya ia
menyatakan bahwa orang yang percaya akan kasih Allah bersatu
dengan Dia (ay. 13-16). Akhirnya, ia menyatakan bahwa kasih Allah
sempurna di dalam kita jika kita berani percaya pada hari penghakiman
(ay. 17-21).

Yohanes mengajak para pembaca untuk saling mengasihi. Kasih itu


bukan soal kata, melainkan soal perbuatan (1Yoh. 3:18). Orang yang
mengasihi memiliki dua ciri: 1). menghendaki orang yang dikasihinya
berbahagia dan 2). berani berkurban demi kebahagiaan orang yang
dikasihinya. Kasih itu tampak dalam diri orang Samaria yang baik hati
yang menolong orang telah dirampok itu. Ia mengasihi korban
perampokan itu dengan menolongnya. Ia hanya mengharapkan agar
orang itu bisa sehat kembali. Ia rela mengurbankan banyak hal yang
dimilikinya supaya keadaan orang itu bisa pulih.

Kasih menjadi tanda apakah seseorang mengenal Allah atau tidak.


Setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah tetapi
siapa yang tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah. Karena, Allah
adalah kasih dan setiap orang yang mengasihi ambil bagian dalam kasih
Allah. Apa sebenarnya maksud pernyataan bahwa Allah adalah kasih?

37
Allah tidak hanya mengasihi atau memiliki kasih, tetapi Ia sendiri
adalah kasih. Segala aktivitas Allah adalah laku kasih dan Ia
menyatakan diri dalam kasih kepada manusia.

Kemudian Yohanes menyatakan bagaimana Allah menyatakan kasih-


Nya kepada manusia. Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi
Allah yang telah mengasihi kita. Kasih Allah dinyatakan kepada
manusia dengan mengutus anak tunggal-Nya ke dunia “supaya kita
hidup oleh-Nya.” Besarnya kasih Allah itu ditekankan dengan
menyatakan bahwa Ia menyerahkan anak tunggal-Nya demi manusia
(bdk. Yoh. 3:16-17).

Allah menghendaki kita berbahagia, yaitu supaya kita hidup. Hidup


yang dimaksudkan di sini bukanlah hidup duniawi, melainkan
kehidupan kekal di surga. Tuhan Yesus menggambarkan kehidupan
surgawi itu sebagai sebuah kerajaan, yang seringkali disebut Kerajaan
Surga atau Kerajaan Allah. Di dalamnya manusia akan menikmati
kebahagiaan abadi bersama Allah, yang tiada tara. Kebahagiaan itu
datang dari Allah yang hadir di tengah mereka. Hidup dalam surga
adalah hidup dalam persekutuan kasih yang sempurna dengan Allah.
Kebahagiaan itu adalah kebahagiaan yang tertinggi karena di dalamnya
manusia akan melihat Allah yang menciptakan dan mengasihinya.
Kehidupan surgawi berarti “hidup bersama dengan Kristus” (bdk. Yoh.
17:3; Flp. 1:23; 1Tes. 4:17; KGK 1025) dan mengambil bagian dalam
kemuliaan-Nya.

Allah menghendaki manusia berbahagia bersama Dia di surga. Tetapi,


dosa menghalangi manusia untuk bersatu dengan Allah. Dosa
membuat mereka tidak layak untuk bersatu dengan Allah yang kudus
di dalam kehidupan surgawi. Allah “berani berkurban” supaya manusia
menikmati kebahagiaan surgawi itu, yaitu dengan mengutus Putra-Nya
untuk menyelamatkan mereka dari kekuasaan dosa. Untuk memahami
hal ini, kita perlu melihat Upacara Pendamaian yang dilakukan untuk
menghapus dosa Umat Israel (Im. 16). Dalam upacara ini Imam Besar
memercikkan darah binatang kurban itu pada Tutup Pendamaian
(tutup Tabut Perjanjian). Ia juga mempersembahkan lembu jantan dan
domba jantan sebagai kurban untuk menghapus dosa para imam dan
dosa seluruh umat. Dengan cara demikian, dosa imam dan umat
dihapuskan dan semuanya didamaikan kembali dengan Allah. Gereja
melihat bahwa semua ini adalah kiasan dari kurban yang

38
dipersembahkan oleh Kristus di kayu salib untuk menghapus dosa
manusia. Di kayu salib Kristus bertindak sebagai Imam Besar yang
mencurahkan darah-Nya sendiri mempersembahkan diri-Nya sebagai
kurban untuk menghapus dosa semua manusia (Ibr. 9:13-14,25-28).
Karena dosanya telah dihapus dan ia sendiri telah didamaikan dengan
Allah, manusia dipandang layak untuk tinggal bersama dengan Allah di
surga.

Selanjutnya, Yohanes mengingatkan, “… jikalau Allah sedemikian


mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.” Kesadaran
dan sukacita yang kita alami karena Allah telah mengasihi kita akan
mendorong kita untuk mengasihi sesama. Jika para anggota Jemaat
saling mengasihi, Allah hadir dalam diri mereka. Hal ini tidak berarti
bahwa Allah tinggal dalam diri kita karena kita saling mengasihi, tetapi
kita saling mengasihi karena Allah tinggal dalam kita. Allah memang
tidak tampak, tetapi kehadiran-Nya dapat dialami. Kita mengalami
kehadiran-Nya ketika kita saling mengasihi. Kasih kepada sesama,
bukan kasih kepada Allah, yang menjadi bukti bahwa Allah tinggal
dalam diri kita. Allah tersembunyi, namun dalam diri orang yang
percaya Ia hadir dan berkarya.

Allah telah mencurahkan Roh Kudus kepada kita untuk terus


membawa kesaksian akan kehadiran Allah dalam hidup kita. Dengan
Roh yang telah dikaruniakan Allah, kita dapat mengetahui bahwa Allah
tinggal di dalam kita (1Yoh. 3:24). Sementara terus berdoa dan berjalan
dalam Roh Kudus, kita memiliki jaminan bahwa kita berada dalam
Allah dan Allah di dalam kita. Pernyataan “kita berada di dalam Allah
dan Dia di dalam kita” mengungkapkan persatuan kita dengan Allah.
Orang yang bersatu dengan Allah memandang segala sesuatu menurut
pandangan Allah. Ia berkata dan bertindak semata-mata menurut
kehendak Allah karena Ia menguasai seluruh hidupnya. Ia tidak berkata
atau bertindak menurut keinginannya sendiri tetapi selalu
menyesuaikannya dengan kehendak Allah.

Pencurahan Roh Kudus (ay. 13) itu akan mendorong orang untuk
memberi kesaksian tentang apa yang telah dilakukan Allah Bapa lewat
anak-Nya, yang telah diutus sebagai penyelamat dunia. Alasan
pengutusan itu adalah untuk membebaskan manusia dari dosa dan

39
kematian. Semua manusia telah berdosa dan dosa mereka telah
memisahkan mereka dari Allah. Yesus mati demi dosa seluruh umat
manusia. Berkat Kristus manusia dapat selamat dan menerima hidup
baru dari Allah. Tindakan Allah ini mengungkapkan betapa besarnya
kasih Allah kepada manusia.

Allah tinggal dalam diri orang-orang yang percaya bahwa Yesus adalah
anak Allah, bahwa Allah telah mengutus-Nya datang ke dunia untuk
menyelamatkan umat manusia. Bila orang percaya pada Tuhan Yesus
mereka akan menerima hidup baru, yakni hidup dalam Allah. Mereka
yang percaya pada Kristus dan pada kasih Allah akan memberikan
kesaksian tentang kehadiran Kristus di dalam dunia dan mewartakan-
Nya sebagai penyelamat dunia. Hidup dan kata kita akan membawa
kesaksian tentang inkarnasi Yesus, karena hidup dan kasih-Nya akan
dinyatakan lewat kita. Ketika kita berbicara, kita mengungkapkan
kebijaksanaan Kristus, ketika kita bertindak kita mengungkapkan
ketaatan pada bimbingan-Nya.

Kita percaya bahwa kasih Allah itu nyata dan kita dapat menyerahkan
diri pada kasih Allah itu. Kita mengetahui bahwa Allah mengasihi kita
dan kasih-Nya tak pernah pudar. Ia mengasihi kita tidak secara umum,
tetapi secara personal. Allah mengasihi setiap orang dan masing-
masing sama berharganya di hadapan-Nya. Sekali lagi dinyatakan
bahwa Allah adalah kasih (lihat ay. 8). Segala yang dilakukannya adalah
laku kasih. Konsekuensinya, setiap orang yang tetap berada dalam
kasih, yakni hidup dalam semangat kasih, “tetap berada dalam Allah
dan Allah di dalam dia.” Allah yang tinggal dalam dirinya membuatnya
sanggup mengasihi sesamanya. Ia akan mengasihi sesamanya seperti
Allah sendiri telah mengasihinya dan mengasihi setiap orang.

Kasih Allah akan menjadi sempurna di dalam diri kita kalau kita
mempunyai keberanian untuk percaya pada hari penghakiman. Kalau
memang kita sudah merasa dikasihi oleh Allah dan telah mengasihi
sesama dalam kehidupan kita, kita tidak takut untuk menghadap
pengadilan Allah. Kita siap untuk “dinilai” oleh Allah karena semua
yang dilakukannya di dunia dilakukan karena ia mengasihi Allah.
Pertemuan dengan Allah dalam penghakiman itu tidak membuatnya
takut karena pada saat itulah Allah akan menyatakan bahwa dia adalah

40
orang yang benar di hadapan-Nya. Orang takut menghadapi pengadilan
Allah bila ia tidak mengasihi Allah, yang berkuasa untuk menjatuhkan
hukuman kepadanya.

MewartaJelas bahwa “bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi


Allah yang telah mengasihi kita.” Allah tidak menunggu manusia
mengasihi diri-Nya dan baru kemudian Ia mau mengasihi mereka.
Kasih Allah kepada manusia sama sekali bukan balasan atau imbalan
atas kasih manusia kepada Allah, tetapi kasih manusia merupakan
tanggapan atas kasih Allah yang tak terbatas dan abadi. Tanggapan ini
hanya mungkin diberikan bila manusia mengerti bahwa Allah telah
mengasihinya dengan kasih yang sedemikian besar. Kita mengasihi
sesama karena Allah sudah lebih dahulu mengasihi kita. Jika orang
mengatakan bahwa ia mengasihi Allah tetapi membenci saudaranya, ia
berdusta karena tidak mungkin mencintai Allah yang tidak kelihatan
tanpa mencintai sesama yang kelihatan (ay. 20). Siapa yang mengasihi
Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya (ay. 21).

*******

Perikop ini menyampaikan kabar baik bagi manusia, yang menyangkut


kebenaran mengenai Allah, yaitu siapa Dia sesungguhnya. Dia adalah
Allah yang mengasihi manusia. Kesadaran akan kebenaran mengenai
Allah ini membuat orang beriman sadar akan identitasnya di hadapan
Allah. Orang beriman adalah orang-orang yang menyadari bahwa
mereka dikasihi oleh Allah. Pengenalan diri dalam hubungannya
dengan Allah ini akan mendatangkan kegembiraan. Pengenalan akan
identitas di hadapan Allah yang diwarnai dengan kegembiraan ini akan
menggerakkan orang untuk melakukan kehendak Allah, yaitu
mengasihi sesama.

Allah adalah Kasih


Allah adalah kasih. Terdorong oleh kasih-Nya, Allah menghendaki
manusia berbahagia bersama Dia di surga. Tetapi, dosa menghalangi
manusia untuk bersatu dengan Allah. Dosa membuat mereka tidak
layak untuk bersatu dengan Allah yang kudus di dalam kehidupan
surgawi. Allah “berani berkurban” supaya manusia menikmati
kebahagiaan surgawi itu, yaitu dengan mengutus Putra-Nya untuk

41
menyelamatkan mereka dari kekuasaan dosa. Di kayu salib Kristus
bertindak sebagai Imam Besar yang mencurahkan darah-Nya sendiri
mempersembahkan diri-Nya sebagai kurban untuk menghapus dosa
semua manusia (Ibr. 9:13-14,25-28). Karena dosanya telah dihapus dan
ia sendiri telah didamaikan dengan Allah, manusia dipandang layak
untuk tinggal bersama dengan Allah di surga.

Kita adalah orang yang dikasihi Allah


Di hadapan Allah yang begitu mengasihi manusia itu, kita dapat
melihat diri kita hanyalah orang berdosa yang lemah dan memiliki
kecenderungan kepada dosa. Jika kita terus dikuasai oleh dosa, jiwa kita
tidak dapat hidup abadi. Tetapi, kita yang berdosa ini dikasihi oleh
Allah. Ia tidak membiarkan diri kita dikuasai oleh dosa dan mengalami
kematian abadi. Kita begitu dikasihi oleh Allah, sehingga Allah
mengutus Anak-Nya untuk menyelamatkan kita. Untuk kitalah Yesus
datang ke dunia dan untuk menghapus dosa kitalah Ia
mempersembahkan diri di kayu salib.

Dikasihi Allah, maka Mengasihi Sesama


Allah telah mengasihi kita dengan kasih yang sedemikian besar. Bila
kita menyadari bahwa kita adalah pribadi yang dikasihi oleh Allah, kita
pun mengasihi sesama. Kasih itu bukan soal kata, melainkan soal
perbuatan. Orang yang mengasihi memiliki dua ciri: 1). menghendaki
orang yang dikasihinya berbahagia dan 2). berani berkurban demi
kebahagiaan orang yang dikasihinya. Kita dapat melihat contoh
perbuatan kasih dalam diri orang Samaria yang baik hati yang
menolong orang telah dirampok itu. Ia mengasihi korban perampokan
itu dengan menolongnya. Ia hanya mengharapkan agar orang itu bisa
sehat kembali. Ia rela mengurbankan banyak hal yang dimilikinya
supaya keadaan orang itu bisa pulih keadaannya.

5.2. Yesus, Anak Manusia (Mat. 25:31-46)


Perikop ini merupakan bagian terakhir dari khotbah tentang akhir
zaman yang terdapat dalam Injil Matius (Mat. 24-25). Dalam rangkaian
khotbah tentang akhir zaman ini juga terdapat perumpamaan tentang
hamba yang setia dan bijaksana (Mat. 24:45-51), tentang sepuluh gadis
(Mat. 25:1-13), dan tentang talenta (Mat. 25:14-30). Walaupun

42
merupakan bagian dari khotbah, perikop ini mengandung unsur
perumpamaan, yakni sebuah simile tentang seorang gembala yang
memisahkan domba dari kambing (ay. 32b-33). Karena itu, perikop ini
sering kali disebut perumpamaan tentang domba dan kambing.
Perumpamaan ini diawali dengan suasana di tempat penghakiman (ay.
31-33). Kemudian disampaikan tindakan Raja yang bertindak sebagai
hakim terhadap orang-orang yang ditempatkan di sebelah kanan (ay.
34-40) dan terhadap orang-orang yang di sebelah kiri (ay. 41-46).

Pada akhir zaman, Kristus, Anak Manusia, akan datang dalam


kemuliaan-Nya dengan diiringi oleh para malaikat-Nya. Lalu Ia akan
bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Karena bersemayam di atas
takhta, dapat dikatakan bahwa ia adalah seorang raja (ay. 34).
Pernyataan pada ay. 31 ini mengingatkan pada Anak Manusia yang
dilihat oleh Daniel (Dan. 7:13-14). Ia melihat seorang seperti anak
manusia menerima kuasa dan kemuliaan dalam kerajaan yang abadi.
Matius menunjukkan bahwa Yesus itulah Anak Manusia yang
dinubuatkan dalam Kitab Daniel. Ia memegang kuasa atas kerajaan
abadi dan pada akhir zaman Ia akan menggunakan kuasa-Nya untuk
menentukan siapa yang layak masuk dalam kerajaan-Nya.

Pada waktu itu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan Anak


Manusia untuk diadili. Walaupun yang disebut adalah semua bangsa,
pengadilan ini dilakukan kepada setiap orang, bukan kepada setiap
bangsa. Dengan kata lain, semua orang dari segala bangsa akan dibawa
ke hadapan Anak Manusia dan setiap orang akan diadili.

Dalam pengadilan itu, Anak Manusia akan memisahkan seorang dari


yang lain, seperti seorang gembala memisahkan domba dari kambing:
Ia menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya, sedangkan
kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Gambaran ini diambil dari
kehidupan peternakan di Timur Tengah. Kambing dan domba memang
biasa digembalakan bersama. Tetapi, pada waktu-waktu tertentu
mereka harus dipisahkan. Misalnya, ketika kambing-kambing itu harus
diperah susunya atau ketika domba-domba harus digunting bulunya.
Menempatkan domba di sebelah kanan merupakan tanda bahwa
mereka mendapatkan tempat kehormatan. Sebaliknya, penempatan

43
kambing di sebelah kiri merupakan tanda bahwa mereka jauh dari
kehormatan, bahkan mereka akan menerima hukuman.

Anak Manusia, yang juga adalah Raja, menyebut mereka yang


ditempatkan di sebelah kanan-Nya sebagai orang-orang “yang diberkati
oleh Bapa-Ku.” Ia juga menyatakan bahwa mereka akan menerima
Kerajaan yang telah disediakan bagi mereka sejak dunia dijadikan.
Mereka layak menerimanya karena selama hidup di dunia mereka telah
melakukan kebaikan-kebaikan kepada Tuhan yang hadir dalam diri
orang-orang miskin dan menderita. Atau, sebaliknya, kebaikan yang
dilakukan terhadap orang yang miskin dan menderita itu dilakukan
bagi Tuhan. Ada enam kebaikan yang disebutkan dalam pengadilan ini,
yang dapat dikelompokkan menjadi tiga.

Pertama, memberi makan orang yang lapar dan memberi minum orang
yang haus. Dua perbuatan ini merupakan kebaikan yang mendasar
karena menyangkut kebutuhan dasar manusia. Orang yang kekurangan
makan dan minum akan menjadi lemah badannya. Hal ini bisa
membuat orang menjadi sakit, dan bila berkepanjangan, orang dapat
kehilangan nyawa.

Kedua, memberi tumpangan kepada orang asing dan memberi pakaian


kepada orang yang telanjang. Tempat untuk berteduh dan pakaian
membantu orang untuk bertahan dalam cuaca, apalagi di malam hari
atau pada musim dingin. Orang asing tidak mempunyai tempat untuk
berlindung dan orang telanjang tidak mempunyai pakaian untuk
menutup tubuhnya. Perbuatan baik kepada kedua kelompok orang ini
dapat menyelamatkan mereka dari kesulitan yang muncul karena
cuaca.

Ketiga, melawat orang sakit dan mengunjungi orang yang dipenjara.


Kunjungan kepada orang sakit mungkin tidak dapat menyembuhkan si
sakit dan kunjungan kepada orang yang sedang dipenjara mungkin
tidak dapat membebaskannya dari situ. Tetapi, kehadiran dan
perhatian kepada kedua kelompok orang ini dapat mendatangkan
kegembiraan bagi mereka dan meringankan penderitaan yang mereka
alami. Semangat dan kegembiraan yang muncul dari orang yang datang
mengunjungi itu dapat membuat orang sakit dan orang yang dipenjara
sanggup bertahan menghadapi kesulitan yang sedang mereka hadapi.

44
Pada zaman Perjanjian Baru, penjara tidak digunakan sebagai sarana
untuk menghukum orang yang dinyatakan bersalah oleh pengadilan,
tetapi hanya untuk menahan orang yang dituduh bersalah sampai ia
menjalani pengadilan. Kehidupan seorang tahanan di dalam penjara ini
bergantung pada keluarga atau kenalan yang mengirimkan makanan,
minuman, dan lain-lain untuk kehidupannya. Mereka yang berada di
dalam tahanan boleh dikunjungi dan diurus oleh teman-temannya
(Mat. 11:2; Flp. 3:25; 4:18,21; Ibr. 13:3).

Orang-orang yang ditempatkan di sebelah kanan Raja itu heran


mendengar pernyataan yang diucapkan-Nya karena merasa tidak
melakukan semua itu. Mereka tidak melihat Raja itu lapar, haus,
telanjang, sakit, atau ditahan di dalam penjara. Yang mereka lihat
hanyalah orang-orang yang menderita dan mengalami kesulitan, lalu
mereka mengulurkan tangan dan melakukan sesuatu bagi mereka.
Karena itu, mereka bertanya kepada Sang Raja kapan sebenarnya
mereka melihat Dia lapar dan haus, menjadi orang asing dan telanjang,
serta sakit dan dipenjara lalu melakukan perbuatan baik kepada-Nya.

Menanggapi pertanyaan itu, Raja menyatakan, “Sesungguhnya Aku


berkata kepadamu, segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah
seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah
melakukannya untuk Aku“ (ay. 40) Kebaikan yang mereka lakukan
selama hidup di dunia, ternyata mempunyai nilai yang abadi. Apa pun
yang mereka lakukan terhadap orang-orang yang paling hina
sebenarnya mereka lakukan untuk Tuhan karena Ia hadir di dalam diri
mereka.

Sebaliknya, orang-orang yang dilambangkan dengan kambing yang


ditempatkan di sebelah kiri-Nya itu akan dienyahkan “ke dalam api
yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.” Api
yang kekal itu sebenarnya tidak disediakan bagi manusia, melainkan
untuk Iblis dan para malaikatnya. Tetapi, apa yang mereka lakukan
selama hidup di dunia telah membawa mereka ke tempat itu. Karena,
mereka tidak pernah memperhatikan apalagi mengasihi Tuhan yang
hadir dalam diri orang-orang miskin dan menderita. Mereka tidak
memberi-Nya makan ketika Ia lapar, tidak memberi-Nya minum ketika
Ia haus, tidak memberi-Nya tumpangan ketika Ia seorang asing, tidak

45
memberi-Nya pakaian ketika Ia telanjang, tidak melawat-Nya ketika Ia
sakit, dan tidak mengunjungi-Nya ketika Ia di dalam penjara.

Mereka merasa bahwa selama hidup di dunia belum pernah melihat


Raja itu menahan lapar dan haus, menjadi orang asing, telanjang, sakit,
atau berada di dalam penjara. Karena itu, mereka pun tidak melayani-
Nya. Seandainya mereka melihat Sang Raja dalam keadaan seperti itu,
tentu mereka akan melayani-Nya: menyediakan makanan dan
minuman, memberi tumpangan, mengunjungi-Nya, dan sebagainya.
Tentu saja mereka melihat orang-orang yang mengalami berbagai
penderitaan itu, tetapi mereka mengambil keputusan untuk tidak
melakukan apa-apa bagi orang-orang itu.

Menanggapi perkataan mereka, Sang Raja menjawab, “Sesungguhnya


Aku berkata kepadamu, segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk
salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga
untuk Aku” (ay. 45). Kepada mereka pun, Raja menyatakan bahwa Ia
hadir di dalam diri orang-orang yang sedang mengalami penderitaan,
sekalipun mereka tidak melihatnya. Setelah berhadapan dengan
pengadilan ini barulah mereka menyadari bahwa keputusan untuk
tidak mengulurkan tangan kepada orang-orang yang mengalami
penderitaan itu keliru dan membawa konsekuensi buruk bagi mereka.

Akhirnya, Sang Raja menyatakan bahwa orang-orang yang ada di


sebelah kiri-Nya itu akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, yang
pada ay. 41 disebut sebagai api yang kekal yang disediakan bagi Iblis
dan para malaikatnya. Kedua gambaran ini menjelaskan keadaan orang
jahat yang tidak akan tinggal bersama dengan Allah. Mereka akan
terpisah jauh dari Allah dan keadaan ini sama sekali tidak
mengenakkan. Sebaliknya, orang benar akan masuk ke dalam hidup
yang kekal, yang juga disebut sebagai Kerajaan yang telah disediakan
bagi mereka (ay. 34). Demikianlah orang benar akan tinggal bersama
Allah dalam kebahagiaan abadi.

*******

Dalam Pertemuan I kita telah melihat Allah yang mengasihi manusia


dan mewujudkan kasih-Nya melalui Yesus Kristus. Dalam Pertemuan II
ini kita melihat kebenaran mengenai Yesus Kristus, yang menjadi kabar

46
baik bagi manusia. Dia adalah Anak Manusia yang berkuasa atas
Kerajaan Surga. Kesadaran akan kebenaran mengenai Yesus Kristus ini
membuat orang beriman sadar akan identitasnya di hadapan Kristus.
Orang beriman adalah orang yang percaya kepada Kristus dan setia
kepada-Nya. Pengenalan diri dalam hubungannya dengan Kristus ini
akan mendatangkan kegembiraan. Pengenalan akan identitas di
hadapan Kristus yang diwarnai dengan kegembiraan ini akan
menggerakkan orang beriman untuk melakukan kehendak-Nya.

Tuhan kita adalah Raja Surga


Yesus Kristus, Tuhan yang kita imani, menjadi manusia dan mati di
kayu salib untuk menyatakan kasih-Nya kepada kita. Ia mati untuk
menghapus dosa kita supaya kita layak hidup bersama Dia di surga.
Setelah menyelesaikan tugas penyelamatan ini, Ia kembali ke surga.
Kelak Ia akan datang sebagai Raja yang berkuasa atas Kerajaan Surga. Ia
berkuasa untuk menentukan siapa yang akan masuk ke dalam kerajaan-
Nya untuk menikmati kebahagiaan abadi Bersama Dia dan siapa yang
tidak boleh masuk ke dalamnya.

Ia menghakimi setiap orang menurut perbuatan yang dilakukan


terhadap saudara-saudara-Nya, yaitu orang-orang yang menderita.
Sekalipun memegang kuasa atas Kerajaan Surga, Kristus, Sang Raja dan
Anak Manusia hadir di dalam diri orang-orang yang mengalami
penderitaan. Ia adalah Raja atas surga dan bumi, tetapi hadir di dalam
dunia ini dalam diri orang-orang yang menderita.

Kita adalah hamba-hambanya


Kalau Yesus adalah Tuhan kita, di hadapan-Nya kita yang percaya
kepada-Nya menempatkan diri sebagai hamba-hamba-Nya. Kesadaran
diri sebagai hamba Tuhan ini mendorong kita untuk melakukan apa
yang dikehendaki-Nya dan tidak memandang tindakan kita sebagai jasa
yang layak mendapat imbalan. Kita hanya dapat mengatakan bahwa
kita adalah orang berdosa yang dikasihi oleh Allah dan percaya kepada-
Nya. Karena itu, kita melakukan kehendak Tuhan itu dengan
kegembiraan tanpa mengharapkan upah.

47
Kita melayani Tuhan dalam diri sesama
Telah dikatakan bahwa Kristus yang mengasihi manusia hadir dalam
diri orang-orang yang menderita. Apa yang dilakukan terhadap orang
yang mengalami penderitaan itu, sebenarnya dilakukan terhadap
Kristus. Tindakan manusia di dunia ini, khususnya yang dilakukan
terhadap orang yang menderita, menjadi dasar pertimbangan dalam
pengadilan di akhir zaman. Karena itu, selama menjalani kehidupan di
dunia ini orang diingatkan untuk memperhatikan sesama yang
menderita dengan keyakinan bahwa apa pun yang dilakukannya
terhadap mereka sebenarnya dilakukan bagi Kristus. Karena, wajah
Kristus tersembunyi dalam wajah orang-orang yang menderita, kita
perlu menyadari bahwa hanya mereka yang membina relasi dengan
Kristus dapat melihat wajah-Nya dengan jelas, sekalipun bagi orang lain
kabur atau tidak tampak. Hubungan pribadi orang beriman dengan
Kristus akan membuat dia menjadi lebih peka terhadap kehadiran-Nya
dan menggerakkan dia untuk mengasihi-Nya.

5.3. Orang Berdosa Yang Dipercaya Oleh Tuhan (Luk.


5:1-11)
Lukas menceritakan panggilan murid-murid pertama setelah Yesus
sudah agak lama mengajar dan mengerjakan mukjizat. Ini berarti
bahwa sebelumnya Ia hanya sendirian: ketika mengajar di rumah-
rumah ibadat di Galilea (Luk. 4:14-15), ketika ditolak di Nazaret (Luk.
4:16-30), ketika mengajar di Kapernaum dan mengusir setan (Luk. 4:31-
37), menyembuhkan ibu mertua Simon dan orang-orang lain (Luk.
4:38-41), dan ketika mengajar di kota-kota di Yudea (Mrk. 4:42-44).

Dalam perikop ini Lukas menyampaikan tiga hal. Pertama-tama ia


menyampaikan catatan mengenai tempat dan pewartaan Yesus (ay. 1-3).
Ia sedang mengajar di pantai Danau Galilea. Selanjutnya Lukas
mengisahkan penangkapan ikan yang ajaib (ay. 4-10a). Ia menunjukkan
bahwa mukjizat penangkapan ikan ini merupakan pernyataan diri
Yesus kepada orang-orang yang hendak di panggil-Nya. Selanjutnya,
Lukas merangkainya dengan kisah panggilan Simon dan orang-orang
yang bersama dia (ay. 10b-11).

48
Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai Danau Genesaret yang terletak
di wilayah Galilea (panjang sekitar 21 km dan lebar sekitar 13 km).
Ketiga Injil lain menyebut danau ini Danau Galilea (Mat. 4:18; Mrk. 1:16;
Yoh. 6:1). Banyak orang mengerumuni Yesus hendak mendengarkan
firman Allah yang hendak disampaikan-Nya. Mereka berdesak-desakan
untuk dapat mendekati Dia. Bila orang banyak itu terus mendesak-Nya,
tidak akan ada jarak antara Yesus dengan mereka sehingga Ia tidak
akan dapat berbicara kepada mereka.

Dalam situasi seperti ini, Yesus melihat dua perahu di tepi pantai.
Nelayan-nelayannya telah turun perahu itu dan mereka sedang
membasuh jala. Pada malam sebelumnya mereka telah menggunakan
jala itu dan sekarang mereka membersihkannya agar siap dipakai untuk
waktu selanjutnya. Yesus pun naik ke atas salah satu perahu itu, yang
ternyata adalah milik Simon. Lalu Yesus meminta Simon untuk
mendorong perahunya sedikit jauh dari pantai. Orang banyak tidak
dapat lagi mendesak Yesus dan sekarang ada jarak antara Yesus dengan
mereka. Lalu Ia duduk di atas perahu itu dan mengajar orang banyak.

Setelah selesai menyampaikan pengajaran kepada orang banyak itu,


Yesus meminta Simon bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan
jala di situ untuk menangkap ikan. Perintah ini terdengar aneh di
telinga Simon. Ia adalah nelayan yang sudah terbiasa mencari ikan di
Danau Galilea. Pada malam sebelumnya Simon dan teman-temannya
telah bekerja keras untuk mencari ikan, tetapi tidak menangkap apa-
apa. Malam hari adalah waktu yang cocok untuk menangkap ikan dan
Simon adalah nelayan yang memahami situasi di danau itu. Sepanjang
malam ia telah bekerja keras, tetapi tidak mendapatkan apa-apa,
rasanya tidak ada gunanya untuk menebarkan jala pada siang hari.
Kalau kemudian ia bertolak untuk menebarkan jala, hal itu semata-
mata dilakukannya hanya karena mengikuti perkataan Yesus. Bisa jadi
Petrus tidak setuju dengan Yesus, tetapi ia melakukan apa yang
dikatakan-Nya.

Apa yang kemudian dialami oleh Simon benar-benar di luar dugaannya.


Jala yang mereka tebarkan ternyata menangkap sejumlah besar ikan.
Bahkan, jala itu mulai koyak karena tidak dapat menahan banyaknya

49
jumlah ikan yang tertangkap. Mereka pun memberi isyarat kepada
teman-teman mereka yang berada di perahu lain. Mereka meminta
orang-orang itu datang untuk membantu menampung ikan yang telah
mereka tangkap. Dua perahu hampir tidak cukup untuk menampung
hasil tangkapan. Kedua perahu itu penuh dengan ikan sampai hampir
tenggelam.

Simon Petrus menyadari bahwa apa yang sedang dialaminya bukanlah


peristiwa biasa. Dia dan teman-temannya takjub menyaksikan
banyaknya ikan yang mereka tangkap, padahal mereka menebarkan jala
pada siang hari, atas perintah seorang guru. Sesampainya di darat, ia
mendekati Yesus dan sujud di depan-Nya lalu berkata “Tuhan, pergilah
dari hadapanku, karena aku ini seorang berdosa.” Ketika hendak
bertolak untuk menebarkan jala, Simon memanggil Yesus dengan
sebutan “guru” (Yun. “epistata,” sebutan untuk memanggil orang yang
dihormati karena memiliki kuasa). Setelah peristiwa penangkapan ikan
ini, Simon memanggilnya “Tuhan.” Kenyataan yang dialami Simon
membuat dia sadar siapa pribadi yang sedang dihadapinya. Hal ini juga
membuatnya sadar bahwa dirinya adalah orang berdosa sehingga tidak
layak ada di dekat-Nya. Karena itu, Simon meminta Yesus pergi
meninggalkannya.

Hal seperti ini berulang kali muncul dalam Perjanjian Lama, termasuk
dalam kisah panggilan Nabi Yesaya. Ia melihat Allah duduk di takhta
yang tinggi menjulang, disertai oleh para makhluk surgawi. Ketika
menyadari bahwa ia telah melihat Allah, Yesaya langsung menyadari
dosanya. “Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis
bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun
mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam” (Yes.
6:5). Tetapi, kemudian Tuhan menyucikan Yesaya dan mengutusnya
menjadi nabi untuk menyampaikan kehendak-Nya.

Memang hanya Simon yang bersujud di hadapan Yesus dan berbicara


kepada-Nya. Tetapi, semua orang yang bersama-sama dengan dia dan
menyaksikan kejadian itu merasa takjub. Apa yang mereka lihat pada
waktu itu sungguh tidak masuk di akal mereka, tetapi mereka
melihatnya secara langsung, bahkan mengalaminya. Termasuk di
antara yang melihat mukjizat itu adalah teman-teman Simon, yaitu
Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus. Mereka ada di dalam

50
perahu itu bukan karena tertarik pada peristiwa ajaib itu, tetapi karena
mereka memang rekan kerja Simon.

Tetapi, Yesus berkata kepada Simon, “Jangan takut, mulai sekarang


engkau akan menjala manusia.” Ia meminta Simon untuk tidak merasa
takut. Benar bahwa Allah telah menyatakan diri dalam pribadi Yesus,
tetapi hal itu dilakukan bukan untuk membuat mereka hancur dan
binasa. Bahkan, Yesus memanggil mereka untuk menjadi penjala
manusia. “Menjala manusia” merupakan kiasan untuk
mencari/membawa orang menjadi pengikut Yesus. Dalam praktiknya
hal ini nantinya baru akan mereka lakukan setelah Yesus naik ke surga.
Mereka akan memberitakan karya penyelamatan yang dilakukan oleh
Kristus kepada orang Yahudi dan bukan Yahudi. Mereka bahkan harus
meninggalkan negeri mereka untuk melaksanakan tugas ini. Agar dapat
menjalankan tugas ini, sekarang mereka harus mengikuti Yesus untuk
menjalani kehidupan sebagai murid sehingga dapat mengenal Dia dan
memahami kehendak-Nya.

Simon dan rekan-rekannya menarik perahu mereka ke darat, lalu


meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Yesus. Mulanya mereka
terpesona dengan banyaknya ikan yang mereka tangkap. Tetapi,
sekarang mereka terpesona dengan Pribadi yang membuat begitu
banyak ikan itu datang ke jala mereka. Kesadaran akan Pribadi Yesus
inilah yang membuat mereka mengambil keputusan untuk mengikuti
Yesus. Konsekuensinya, mereka meninggalkan segala sesuatu yang
mereka miliki: perahu, usaha, keluarga, termasuk hasil tangkapan
terbesar yang mereka peroleh selama hidup mereka itu. Mulai saat itu,
mereka senantiasa bersama dengan Yesus.

*******

Dalam Pertemuan III ini kita kembali melihat kabar baik yang
bersumber dari Yesus Kristus. Dia adalah Tuhan yang Mahakuasa, yang
sanggup melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Di hadapan-Nya orang
beriman menyadari identitas mereka, yaitu bahwa mereka hanyalah
orang berdosa, tetapi Yesus mempercayakan suatu tugas kepada
mereka. Kesadaran akan identitas ini akan mendatangkan kegembiraan
kepada orang beriman dan menggerakkan mereka untuk melakukan
tugas yang diberikan kepada mereka.

51
Yesus adalah Tuhan yang Mahakuasa
Dalam Pertemuan I kita telah melihat bahwa Allah yang adalah Kasih
menyatakan kasih-Nya dalam diri Yesus. Dalam Pertemuan II kita
melihat bahwa Yesus adalah Raja yang berkuasa atas Kerajaan Surga.
Dalam Pertemuan III ini kita melihat bahwa Yesus adalah Tuhan yang
Mahakuasa, yang dapat melakukan apa pun yang dikehendaki-Nya.
Sudah sepanjang malam ia menebarkan jala tanpa menangkap seekor
ikan pun. Ketika Yesus menyuruhnya kembali menebarkan jala pada
siang hari, Petrus menangkap begitu banyak ikan. Melihat tangkapan
ikan yang tidak masuk akal baginya sebagai seorang nelayan, Simon
langsung menyadari bahwa Yesus bukanlah manusia biasa. Dia yang
Mahakuasa inilah yang kita percaya sebagai Tuhan yang kita ikuti. Ia
sanggup melakukan hal-hal yang mustahil menurut manusia.

Aku Orang Berdosa tetapi Dipercaya oleh-Nya


Berhadapan dengan Yesus, Simon sujud dan meminta Yesus pergi
karena dia orang berdosa. Kesadaran akan siapa dirinya di hadapan
Tuhan membuat Petrus pun menyadari siapa dirinya: di hadapan-Nya,
Petrus hanyalah seorang berdosa. Namun, Tuhan Yesus meminta
Petrus untuk mengikuti-Nya dan Tuhan akan memberikan kepadanya
tugas untuk menjala manusia. Secara konkret Petrus dipanggil untuk
mengikuti Yesus ke mana pun Ia pergi, mendengarkan apa yang
dikatakan-Nya, dan melihat apa yang dilakukan-Nya. Nantinya Petrus
akan menjala manusia dengan memberitakan kasih Allah yang
dinyatakan dalam diri Yesus supaya orang percaya kepada-Nya dan
memperoleh keselamatan. Seperti Petrus ketika berhadapan dengan
Yesus, kita pun menyadari bahwa kita hanyalah orang yang berdosa.
Namun, Tuhan memilih kita dan memberikan tugas kepada kita untuk
mewartakan kasih-Nya kepada sesama manusia.

Aku harus melaksanakan tugas yang diberikan-Nya kepadaku


Kesadaran akan dirinya sendiri dan akan Tuhan yang memanggilnya,
menggerakkan Petrus untuk melakukan apa yang dikehendaki-Nya.
Tuhan yang berkuasa atas diri Petrus telah memanggilnya untuk
mengikuti Dia dan menjadi penjala manusia. Seluruh diri Petrus hanya
tertuju kepada Tuhan sehingga meninggalkan segala sesuatu lalu
mengikuti Yesus. Kita pun diajak untuk berlaku seperti Petrus: sebagai

52
orang berdosa yang dipercaya dan diberi tugas oleh Tuhan, kita pun
dipanggil untuk memberitakan kasih Allah kepada sesama. Hal ini
dapat dilakukan dengan kata dan dengan perbuatan. Dengan kata-kata
kita memberitakan kasih Allah yang dinyatakan dalam diri Yesus dan
dengan perbuatan kita memberikan teladan untuk hidup sebagai orang
yang percaya kepada Yesus.

5.4. Persekutuan Orang Beriman (Kis. 2:37-47)


Pada Hari Raya Pentakosta para rasul memberitakan karya
penyelamatan Kristus di Yerusalem. Banyak orang percaya pada berita
yang mereka sampaikan dan pada hari itu para rasul membaptis 3000
orang Yahudi yang percaya pada Kristus. Mereka membentuk Gereja
Perdana di Yerusalem. Mereka masih tetap hidup sebagai orang Yahudi
dan beribadah di Bait Allah, tetapi mereka juga mengadakan
perkumpulan sendiri di rumah-rumah para anggota Jemaat. Kutipan
yang dibacakan dalam pertemuan ini terdiri dari tiga bagian: pewartaan
dan pembaptisan (ay. 37-40), persekutuan orang yang telah dibaptis
(ay. 41-42), dan cara hidup mereka (ay. 43-47)

Orang-orang yang hadir terkesan pada karunia lahiriah Roh Kudus dan
pada kotbah Petrus tentang perbuatan-perbuatan Allah melalui Yesus.
Beberapa orang lalu menanyakan apa yang harus mereka lakukan
setelah mendengarkan warta tentang Yesus Kristus itu. Petrus
menjawab, “Bertobatlah, ubahlah cara pikir dan tingkah lakumu!”
Mereka diajak untuk berbalik dari sikap dan perilaku mereka yang
jahat, yang mencapai puncaknya ketika mereka membunuh Yesus (ay.
23, 36). Sikap dan perilaku mereka yang demikian itu telah menutup
diri mereka dari karya keselamatan Allah. Namun, Ia memberikan
kesempatan kepada mereka untuk bertobat agar dapat diselamatkan.
Jika dahulu mereka tidak percaya kepada Yesus dan telah membunuh-
Nya, kini mereka diundang untuk percaya kepada Yesus yang telah
dibangkitkan Allah itu. Jika percaya kepada-Nya, mereka akan
diselamatkan.

Untuk itu (caranya), mereka harus mengakui bahwa Yesus yang telah
mereka bunuh itu adalah Tuhan dan Kristus. Pengakuan itu secara
konkret diwujudkan dengan menerima baptisan dalam nama Yesus

53
Kristus. Berkat pengakuan dan pembaptisan itu mereka memperoleh
suatu hubungan baru dengan Yesus yang telah dibangkitkan dan
menempatkan diri mereka di bawah kuasa Yesus yang adalah Tuhan
dan Kristus. Serentak dosa mereka, yang telah memisahkan mereka
dari karya keselamatan Allah, diampuni.

Selain mendatangkan pengampunan dosa, pembaptisan menurun-kan


anugerah Roh Kudus. Roh Kudus diterima oleh orang yang mau
mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Kristus. Roh Kudus yang mereka
terima ini sama dengan Roh Kudus yang telah dicurahkan oleh Yesus
atas para rasul pada hari Pentakosta. Pembaptisan itu ditawarkan baik
kepada bangsa Yahudi maupun kepada bangsa non-Yahudi, tanpa
kecuali. Kotbah Petrus, yang berisi ajakan untuk bertobat itu,
membawa hasil: kira-kira 3000 orang dibaptis.

Ke-3000 orang yang dibaptis pada Hari Raya Pentakosta itu


membentuk Jemaat Perdana di Yerusalem. Jemaat yang baru saja
terbentuk itu terdiri dari orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi
yang baru saja menjadi Kristiani ini tentu masih menaruh hormat yang
besar pada Bait Allah di Yerusalem. Mereka masih berpegang pada
kebiasaan berdoa dan menyembah Tuhan di Bait Allah. Mereka
menyanyikan mazmur dan mendengarkan pembacaan Kitab Taurat dan
Kitab Para Nabi.

Di luar Bait Allah mereka bertekun dalam pengajaran para rasul. Yang
dimaksudkan dengan pengajaran para rasul itu adalah pengajaran yang
diberikan kepada orang-orang yang baru percaya pada Kristus atau
dengan kata lain baru masuk Kristiani. Dalam pengajaran itu Kitab Suci
ditafsirkan dengan disinari oleh peristiwa Yesus Kristus. Jadi yang
dimaksudkan dengan pengajaran itu bukan pewartaan Injil kepada
orang-orang yang belum percaya kepada Kristus (bdk. Kis. 15:35).

Selain itu, mereka berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.


Ungkapan “memecahkan roti” ini mengingatkan orang pada perjamuan
Yahudi di mana pemimpin mengucapkan berkat sebelum membagi-
bagikan roti. Tetapi, dalam bahasa Kristiani ungkapan ini menunjuk
pada Perjamuan Ekaristi (1Kor. 10:16; 11:24; Luk. 22: 19). Perjamuan
kudus itu (ay. 46) tidak dirayakan dalam Bait Allah, tetapi dalam salah
satu rumah anggota Jemaat. Acara “memecahkan roti” ini tidak terpisah

54
dari perjamuan yang sesungguhnya (bdk. 1Kor. 11:20-34). Doa yang
dimaksudkan adalah doa atau sembahyang bersama yang dipimpin
oleh para rasul (Kis. 6:4; contoh doa ini terdapat dalam Kis. 4:24-30).

Kegiatan mereka di luar Bait Allah ini mau tidak mau menunjukkan
bahwa Jemaat Kristiani itu sedikit demi sedikit terpisah dari orang-
orang Yahudi. Di dalam Bait Allah pun orang mendapat kesan bahwa
mereka memisahkan diri dan mengatur pertemuan-pertemuan mereka
sendiri.

Persekutuan mereka diwujudkan secara lebih nyata dalam hal harta


milik. Mereka menganggap bahwa “segala kepunyaan mereka adalah
kepunyaan bersama.” Milik pribadi tidak hanya digunakan untuk
kepentingan diri sendiri; anggota umat lain, bahkan seluruh umat
boleh menggunakannya. Tetapi, cara hidup seperti ini tidak dapat
disamakan dengan sistem komunis karena dalam Jemaat Kristiani
Perdana itu harta milik disediakan untuk kepentingan sesama Jemaat
secara sukarela dan dibagikan menurut kebutuhan masing-masing.
Anggota Jemaat yang miskin dan para janda mendapatkan perhatian
utama dalam hal ini. Dengan cara hidup yang demikian, para janda dan
anggota Jemaat yang miskin dapat hidup tanpa kekurangan. Sikap serta
tindakan Jemaat ini mengungkapkan dan meneguhkan kesehatian
Jemaat (ay. 46; Kis. 4:32).

Para rasul mengadakan banyak tanda dan mukjizat. Bukan hanya karya
Yesus yang ditandai oleh banyak mukjizat yang menyatakan bahwa
Allah bekerja melalui Dia (Kis. 2:22 dan 11:38). Setelah wafat dan
kebangkitan-Nya, tindakan itu dikerjakan terus oleh Allah, kini melalui
tangan para rasul. Berulang kali dikatakan bahwa mereka mengadakan
banyak tanda dan mukjizat baik di Yerusalem (Kis. 2:43; 5:12-16)
maupun di tempat lain (Kis. 19:11; 28:9). Dengan tanda dan mukjizat itu
Allah menguatkan pewartaan para rasul (Kis. 14:3; 4:30). Bahwa para
rasul mengadakan tanda dan mukjizat itu membuat orang banyak
menjadi takut. Rasa takut ini bukan kekhawatiran, tetapi takut dalam
arti religius. Rasa takut yang dimaksudkan adalah takut karena hormat

55
akan sesuatu yang kudus, yang mereka lihat berkarya dalam tanda dan
mukjizat itu.1

Cara hidup Jemaat yang saling mengasihi dalam satu persekutuan itu
membuat mereka disukai semua orang. Cara hidup mereka yang seperti
itu menarik perhatian banyak orang dan mereka menggabungkan diri
dalam persekutuan itu. Jumlah mereka makin bertambah. Dari
kenyataan ini mereka melihat bahwa “tiap-tiap hari Tuhan menambah
jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.” Nyata bahwa
kehidupan Jemaat itu menjadi sarana pewartaan iman dan bentuk
kesaksian mereka tentang Kristus. Mereka tidak hanya mewartakan
dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan dan seluruh hidup mereka.
Keselamatan para anggota Jemaat Kristiani dalam penghakiman
terakhir dijamin oleh Tuhan (Kis. 2:21 dst; bdk. 13:48 dan surat-surat
Paulus).

*******

Dalam pertemuan I-III kita telah melihat identitas orang beriman


dalam kaitannya dengan Allah yang menyatakan diri dalam Yesus
Kristus. Dalam Pertemuan IV ini kita melihat identitas kita sebagai
anggota Gereja Katolik, persekutuan orang yang percaya kepada Yesus
yang merupakan pernyataan kasih Allah.

Aku Adalah Anggota Gereja Katolik


Para rasul memberitakan karya penyelamatan yang dilakukan oleh
Yesus Kristus kepada orang-orang Yahudi di Yerusalem. Banyak orang
yang percaya kepada pemberitaan mereka lalu dibaptis. Semua orang
yang telah dibaptis membentuk persekutuan yang kemudian disebut
Jemaat/Gereja. Gereja yang telah dimulai oleh para rasul itu
berkembang dari zaman ke zaman. Kita yang percaya kepada Kristus
dan telah dibaptis dalam nama Tritunggal masuk dalam persekutuan
para murid Kristus dan menjadi anggota Gereja Katolik. Dengan
demikian, dalam diri kita melekat identitas sebagai pengikut Kristus
dan anggota Gereja Katolik.

1Rasa takut mereka ini dapat dibandingkan dengan rasa takut yang dialami oleh Petrus,
Yakobus, dan Yohanes ketika Yesus memanggil mereka (bdk. Luk. 5:4-10).

56
Bagaimana Hidup Sebagai Anggota Gereja?
Dalam perikop ini kita dapat melihat bagaimana Gereja Perdana, yaitu
Gereja yang dibangun oleh para rasul di Yerusalem, menampakkan cara
hidup yang khas. Kita, para anggota Gereja perlu memahami cara hidup
Gereja Perdana untuk belajar bagaimana hidup menurut identitas
sebagai anggota Gereja. Apa saja yang dapat diteladan oleh Gereja di
zaman sekarang?

1. Bertekun dalam pengajaran para rasul. Agar dapat hidup sesuai


dengan kehendak Tuhan yang mereka imani, Jemaat selalu
mendengarkan ajaran Tuhan Yesus yang disampaikan oleh para rasul.
Ajaran Tuhan Yesus itu sekarang telah tertulis dalam Kitab Suci. Gereja
di zaman sekarang tetap bertekun dalam ajaran Tuhan Yesus dengan
membaca dan merenungkan Sabda Tuhan yang tertulis dalam Kitab
Suci. Dalam Ekaristi, ibadah sabda, dan kegiatan lainnya, Kitab Suci
dibacakan dan umat mendengarkannya.

2. Hidup dalam persekutuan. Orang-orang yang percaya kepada Kristus


tidak sekedar berkumpul tanpa saling mengasihi. Sebaliknya, mereka
menjadi sebuah keluarga di mana para anggotanya saling mengasihi.
Para anggota Gereja di zaman sekarang pun tidak sekedar berkumpul di
gereja tanpa saling mengenal dan memperhatikan. Para anggota Gereja
telah disatukan oleh Kristus dan menjadi keluarga orang-orang yang
percaya kepada-Nya. Seperti Kristus telah mengasihi semua orang, para
anggota Gereja pun diundang untuk saling mengasihi.

3. Memecahkan roti dan berdoa. Para anggota Gereja Perdana


memecahkan roti untuk mengenangkan karya penyelamatan yang
dilakukan oleh Tuhan Yesus. Hal ini sekarang dilakukan dalam
perayaan Ekaristi. Di dalam perayaan ini para anggota Gereja
berkumpul bersama sebagai satu keluarga untuk mengenangkan karya
penyelamatan yang dilakukan oleh Kristus. Di dalam perayaan ini
mereka juga menyampaikan doa-doa kepada Allah untuk kehidupan
mereka sendiri dan untuk keselamatan semua manusia.

4. Milik bersama. Para anggota Gereja Perdana tidak mementingkan


diri sendiri, tetapi memperhatikan kebutuhan sesama. Mereka
menyerahkan apa yang mereka miliki untuk membantu para anggota
yang berkekurangan. Hal ini juga dilakukan dalam Gereja sekarang.
Para anggota Gereja yang memiliki kemampuan lebih dari yang lain

57
diundang untuk membantu sesama yang berkekurangan. Para anggota
Gereja secara bersama-sama juga membantu para anggota lain yang
mengalami kesulitan di bidang pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.

5. Hidup dalam sukacita. Para anggota Gereja Perdana mengalami


sukacita karena telah menerima kabar keselamatan Kristus. Mereka
telah mengalami karya penyelamatan itu dan bersyukur atas semua
yang telah dilakukan oleh Kristus bagi mereka. Para anggota Gereja pun
mewartakan kabar sukacita itu kepada orang-orang di sekitar mereka.
Orang beriman hanya mungkin orang mewartakan sukacita Kristus itu
bila ia sendiri telah mengalaminya.

58
Bulan Kitab Suci Nasional

MEWARTAKAN KABAR BAIK


DI TENGAH KRISIS
IMAN DAN IDENTITAS
“Kita telah mengenal dan telah percaya
akan kasih Allah kepada kita”

(1Yoh. 4:16).

LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA


2020

59
60
Identitas merupakan kesadaran akan siapa diri kita dan kesadaran ini akan
mempengaruhi bagaimana kita menjalani kehidupan, bagaimana kita
bertindak, bersikap, dan berbicara. Sejak dibaptis kita mendapatkan
identitas sebagai pengikut Yesus dan anggota Gereja Katolik. Kita
mengikuti Yesus dalam Gereja Katolik. Sejak menerima baptisan,
menerima komuni, menerima Sakramen Penguatan, kita dilatih menjadi
pengikut Yesus dan anggota Gereja Katolik. Kita juga dilatih menjalani
kehidupan (bersikap dan berperilaku) sesuai dengan jatidiri kita.

Tidak semua orang Katolik dapat melewati proses itu dengan mudah
sehingga banyak yang menghadapi krisis iman dan identitas. Ada yang
sudah dibaptis tetapi tidak memahami iman Katolik sehingga tidak hidup
secara Katolik. Ada yang sudah dibaptis tetapi tidak berani mengaku
sebagai orang Katolik di hadapan orang banyak. Ada yang tidak lagi
percaya kepada Tuhan walaupun sudah menerima baptisan. Ada juga yang
tidak peduli akan identitasnya sebagai orang Katolik lalu menjalani
kehidupan semata-mata mengikuti kesenangan ragawi, dan sama sekali
tidak berpikir tentang makna dan tujuan hidup. Ada juga yang
meninggalkan Gereja Katolik karena tidak memahami keyakinan Katolik
dan melihat tampaknya ajaran dari agama/Gereja lain lebih baik dan lebih
masuk di akalnya.

Berhadapan dengan krisis iman dan identitas, kita dapat belajar dari orang
Yahudi di pembuangan dan dari para rasul yang ditinggalkan oleh Yesus:
1. Orang Yahudi menghadapi krisis iman dan identitas ketika kerajaan
mereka dihancurkan, Bait Allah diruntuhkan, dan mereka diangkut
ke pembuangan. Menghadapi krisis ini, pemuka Israel menunjukkan
kepada mereka kebenaran mengenai Allah mereka. Dialah yang
menciptakan segala sesuatu, yang dapat melakukan hal yang
mustahil, yaitu membawa mereka kembali ke tanah air. Dengan cara
demikian, orang Yahudi di pembuangan menyadari identitas mereka,
yaitu umat yang percaya kepada Allah Pencipta dan Mahakuasa.
Kesadaran akan identitas ini membuat mereka menjalani kehidupan
sebagai orang percaya di tanah pembuangan.
2. Para Rasul Yesus menghadapi krisis iman dan identitas ketika Yesus
ditangkap dan disalibkan. Dalam situasi krisis ini, Yesus yang bangkit
dari kematian menjumpai mereka dan menunjukkan siapa

61
sebenarnya Dia. Dengan kebangkitan-Nya Yesus membukti-kan
bahwa Dia adalah Anak Manusia berkuasa atas Kerajaan Surga. Ia
berkuasa memasukkan orang ke dalam kerajaan-Nya atau
menolaknya. Dengan mengenal identitas Yesus, para murid dapat
mengenal identitas mereka, yaitu sebagai pengikut Anak Manusia
yang akan mewarisi Kerajaan Surga, dan dapat hidup sesuai dengan
identitas mereka itu.

Dalam kedua pengalaman tersebut, kita melihat tiga hal yang harus
disadari ketika orang menghadapi krisis iman dan identitas:
1. Kebenaran mengenai Allah. Kebenaran ini menjelaskan siapa Allah
yang kita percaya dan apa yang dikehendaki-Nya. Kebenaran
mengenai Allah inilah kabar baik yang perlu disadari oleh orang yang
menghadapi krisis iman dan identitas.
2. Identitas orang beriman. Di hadapan Allah yang kita percaya, kita
dapat mengenal diri kita dan menemukan identitas kita. Dengan
melihat kebenaran tentang Allah, kita dapat melihat relasi kita
dengan Allah.
3. Cara hidup menurut identitas. Identitas kita sebagai orang yang
percaya kepada Allah akan menentukan cara hidup kita. Kesadaran
akan identitas ini menuntun kita untuk menjalani hidup dengan
benar.

Dalam Pendalaman Kitab Suci ini kita akan mendalami kebenaran


mengenai Allah yang kita imani diri dan yang menjadi sumber identitas
kita. Kebenaran ini kita temukan dalam Kitab Suci dan kita akan
mendalami empat perikop yang menyatakan kebenaran mengenai Allah
yang menyatakan diri dalam Yesus dan mengenai orang-orang yang
percaya kepada-Nya. Keempat perikop tersebut adalah:
I. 1Yohanes 4:7-21 yang mengungkapkan bahwa Allah adalah Kasih. Ia
mengasihi manusia dan menyatakan kasih-Nya melalui Yesus Kristus.
II. Matius 25:31-46 yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Manusia
yang berkuasa atas Kerajaan Surga.
III. Lukas 5:1-11 yang mengingatkan bahwa di hadapan Tuhan, kita adalah
orang berdosa tetapi dipercaya oleh-Nya.
IV. Kisah Para Rasul 2:37-47 yang mengingatkan kita sebagai anggota
persekutuan orang yang percaya kepada Kristus, yaitu Gereja.

Para pemandu hendaknya menyampaikan Pengantar ini kepada umat


sebelum Pertemuan I dimulai untuk memberikan kerangka untuk seluruh
pertemuan dalam Bulan Kitab Suci tahun ini.
62
Tujuan:
▪ Peserta menyadari dan percaya bahwa Allah adalah kasih.
▪ Peserta menyadari identitasnya sebagai orang-orang yang dikasihi Allah.
▪ Peserta hidup sesuai dengan identitasnya dengan mengasihi Allah dan
sesama.

Waktu: 90 Menit
Gagasan Dasar
▪ Allah adalah kasih. Iman Kristiani didasarkan pada kenyataan bahwa
Allah mengasihi manusia, yang diciptakan-Nya. Untuk memahami
kebenaran mengenai Allah ini, kita perlu memahami bagaimana
mengasihi. Orang yang mengasihi orang lain memiliki dua ciri: 1).
menghendaki orang yang dikasihinya berbahagia dan 2). rela berkurban
demi kebahagiaan orang yang dikasihinya.

▪ Terdorong oleh kasih-Nya kepada manusia, Allah menghendaki manusia


berbahagia bersama Dia di surga selamanya. Dalam 1Yoh 4:7-21
menegaskan bahwa kasih Allah dinyatakan kepada manusia dengan
mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia “supaya kita hidup oleh-Nya.”
Hidup yang dimaksudkan di sini bukanlah hidup dunia, melainkan
kehidupan kekal di surga. Di sana manusia akan hidup dalam persekutuan
kasih yang sempurna dengan Allah. Kebahagiaan itu adalah kebahagiaan
yang tertinggi karena di dalamnya kita akan melihat Allah yang
menciptakan dan mengasihi kita. Kehidupan surgawi berarti “hidup
bersama dengan Kristus dan mengambil bagian dalam kemuliaan-Nya.

▪ Supaya manusia berbahagia dalam kehidupan kekal, Allah “rela


berkurban.” Allah menghendaki agar kita selamat dan tinggal bersama Dia
di surga. Tetapi, dosa menghalangi manusia untuk bersatu dengan Allah.
Dosa membuat kita tidak layak untuk bersatu dengan Allah yang kudus di
dalam kehidupan surgawi. Terdorong oleh kasih-Nya kepada manusia,
Allah mengutus Putra-Nya untuk menyelamatkan manusia dari
kekuasaan dosa. Di kayu salib Yesus Kristus, Anak Allah,
mempersembahkan diri-Nya untuk menghapus dosa kita manusia.
Kematian Yesus di kayu salib menghapuskan dosa kita dan darah-Nya
menyucikan kita (Mat. 26:28). Setelah dosa dihapus oleh kurban Kristus,
manusia dipandang layak untuk tinggal dalam kebahagiaan abadi di
surga. Karena itu, bagi orang beriman surga bukanlah hasil kerja keras,
melainkan karunia yang diberikan oleh Allah yang Mahakasih.

63
▪ Hanya mereka yang telah mengalami kasih Allah secara nyata dapat
membagikan kasih itu kepada sesamanya. Allah telah mengasihi kita, jadi
sewajarnya kita membalas-Nya dengan mengasihi Dia. Tetapi, bagaimana
kita harus mengasihi Allah karena Ia tidak kelihatan dan tidak seorang
pun pernah melihat Allah? Allah memang tidak tampak, tetapi kehadiran-
Nya dapat dialami. Allah tersembunyi, namun dalam diri orang yang
percaya Ia hadir dan berkarya. Ia hadir bila kita saling mengasihi. Kita
mengalami kehadiran-Nya ketika kita saling mengasihi sesama. Kalau
orang ingin mengasihi Allah, ia harus mengasihi sesama. Jika orang
mengatakan bahwa ia mengasihi Allah tetapi membenci saudaranya, ia
berdusta karena tidak mungkin mencintai Allah yang tidak kelihatan
tanpa mencintai sesama yang kelihatan (1Yoh. 4:20). Siapa yang mengasihi
Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya (1Yoh. 4:21).

I. PEMBUKA

A. Lagu Pembuka
Petugas mengajak para peserta menyanyikan lagu dari MB 402 atau PS 498 atau
lagu lain yang sesuai.

B. Tanda Salib dan Salam


P Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus.
U Amin.
P Tuhan beserta kita.
U Sekarang dan selama lamanya.

C. Pengantar
Fasilitator menyampaikan/membacakan Gagasan Dasar dari Pertemuan I.
Sesudah itu, Fasilitator menyampaikan kata pengantar berikut ini untuk
memberikan penjelasan tentang apa yang hendak dicapai dalam pertemuan ini.
Selamat datang bapak/ibu/saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan
Yesus Kristus. Kita kembali berkumpul untuk mendengarkan dan
mendalami Sabda Allah. Dalam Bulan Kitab Suci Nasional 2020 ini, kita
akan mendalami tema: “Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman
Dan Identitas.” Kita akan mendalami teks-teks Kitab Suci yang berisi
kabar baik bagi orang-orang yang menghadapi krisis iman dan
identitas. Dalam kabar baik ini kita akan melihat kebenaran mengenai
Allah yang kita Imani dan memahami identitas kita di hadapan Allah.
Dengan pemahaman ini kita dapat menolong saudara-saudara kita yang

64
sedang mengalami krisis iman dan identitas sebagai orang Katolik.
Dalam Pertemuan I ini kita akan mendalami 1Yoh 4:7-21 yang
menegaskan bahwa Allah adalah Kasih. Marilah kita siapkan hati untuk
mendengarkan Sabda Allah.

D. Doa Pembuka
P. Marilah berdoa. Allah Bapa Yang Maha Pengasih, puji dan syukur
kami haturkan kepada-Mu karena segala berkat-Mu, terutama
karena Engkau telah mengasihi kami. Kami hendak mendengarkan
Sabda-Mu yang mengajak kami untuk melihat Dikau sebagai kasih.
Kami mohon utuslah Roh Kudus-Mu untuk membantu kami
memahami Sabda-Mu dan berikanlah kami kesanggupan untuk
mengasihi Dikau dan sesama di dalam kehidupan kami setiap hari.
Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U. Amin.

II. PENDALAMAN KITAB SUCI

A. Pembacaan Kitab Suci


Fasilitator meminta beberapa peserta membaca teks per alinea, satu orang satu
alinea, dengan suara lantang dan tidak tergesa-gesa. Peserta yang lain
mendengarkan dengan penuh perhatian sambil mengikutinya dalam Alkitab
masing-masing.

ALLAH ADALAH KASIH (1YOHANES 4:7-21)

65
B. Pendalaman
Fasilitator meminta peserta membaca kembali teks Alkitab sambil
memperhatikan pertanyaan di bawah ini. Para peserta dapat dibagi dalam
kelompok dan setiap kelompok mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu
di dalam teks Alkitab.
1. Siapakah Allah yang diperkenalkan dalam perikop ini? (ay. 8)
2. Bagaimana Allah mengasihi manusia? (ay. 9-10)
3. Mengapa kita harus mengasihi sesama? (ay. 11, 19)
4. Mengapa di dalam kasih tidak ada ketakutan? (ay. 18)
5. Apa yang harus kita lakukan setelah dikasihi oleh Allah? (ay. 21)

C. Penjelasan
Fasilitator menyampaikan penjelasan di bawah ini. Fasilitator dapat
menambahkan penjelasan yang diambil dari penjelasan yang terdapat dalam
Gagasan Pendukung.
1. Perikop ini menyatakan bahwa Allah adalah Kasih. Pernyataan ini
bukanlah definisi tentang Allah melainkan deskripsi tentang Allah.
Allah tidak hanya mengasihi atau memiliki kasih, tetapi Ia sendiri
adalah kasih. Yohanes tidak sekedar menyatakan bahwa Allah

66
mengasihi, karena mengasihi bukanlah salah satu perbuatan dari
perbuatan-perbuatan yang dilakukan Allah. Segala aktivitas Allah
adalah laku kasih dan Ia menyatakan diri dalam kasih kepada
manusia.

2. Allah menghendaki manusia berbahagia bersama Dia di surga


selamanya. Di sana manusia akan hidup dalam persekutuan kasih
yang sempurna dengan Allah. Tetapi, dosa menghalangi manusia
untuk bersatu dengan Allah. Dosa membuat kita tidak layak untuk
bersatu dengan Allah yang kudus di dalam kehidupan surgawi.
Terdorong oleh kasih-Nya kepada manusia, Allah mengutus Putra-
Nya untuk menyelamatkan manusia dari kekuasaan dosa. Di kayu
salib Yesus Kristus, Anak Allah, mempersembahkan diri-Nya
untuk menghapus dosa kita manusia. Setelah dosa dihapus oleh
kurban Kristus, manusia dipandang layak untuk tinggal dalam
kebahagiaan abadi di surga.

3. Dasar dari ajakan untuk saling mengasihi ini adalah identitas Allah
yang diimaninya: Allah adalah kasih. Kasih sejati lahir dari iman
akan Kristus, yang diutus oleh Allah Bapa untuk menyelamatkan
manusia. Iman itulah yang mendorong orang untuk mengasihi
orang lain. “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi
kita.” Hanya mereka yang telah mengalami kasih Allah secara
nyata dapat membagikan kasih itu kepada sesamanya.

4. Kasih Allah akan menjadi sempurna di dalam diri kita kalau kita
mempunyai keberanian untuk percaya pada hari penghakiman.
Kalau memang kita sudah merasa dikasihi oleh Allah dan telah
mengasihi sesama dalam kehidupan kita, kita tidak takut untuk
menghadap pengadilan Allah. Kita siap untuk “dinilai” oleh Allah
karena semua yang dilakukannya di dunia dilakukan karena ia
mengasihi Allah. Pertemuan dengan Allah dalam penghakiman itu
tidak membuatnya takut karena pada saat itulah Allah akan
menyatakan bahwa dia adalah orang yang benar di hadapan-Nya.
Orang takut menghadapi pengadilan Allah bila ia tidak mengasihi
Allah, yang berkuasa untuk menjatuhkan hukuman kepadanya.

5. Allah tidak menunggu kita mengasihi diri-Nya dan baru kemudian Ia


mau mengasihi kita. Kasih Allah kepada kita sama sekali bukan
balasan atau imbalan atas kasih kita kepada-Nya, tetapi kasih kita

67
merupakan tanggapan atas kasih Allah yang tak terbatas dan abadi.
Tanggapan ini hanya mungkin diberikan bila kita mengerti bahwa
Allah telah mengasihi kita dengan kasih yang sedemikian besar.
Kita mengasihi sesama karena Allah sudah lebih dahulu mengasihi
kita. Jika orang mengatakan bahwa ia mengasihi Allah tetapi
membenci saudaranya, ia berdusta karena tidak mungkin
mencintai Allah yang tidak kelihatan tanpa mencintai sesama yang
kelihatan. Siapa yang mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi
saudaranya.

D. Pesan dan Penerapan


Fasilitator menyampaikan pesan yang diambil dari bacaan yang telah
direnungkan berikut ini:

• Kabar baik untuk manusia: Allah adalah Kasih. Allah mengasihi


kita dan menghendaki kita berbahagia di surga bersama Dia
selamanya. Karena itu, Ia mengutus Anak-Nya untuk menghapus
dosa kita sehingga kita layak menerima kebahagiaan abadi itu.

• Identitas kita: Inilah identitas kita sebagai orang Katolik kita peroleh
dari Allah yang kita percaya. Dalam arti umum percaya berarti
menerima suatu kebenaran tertentu dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan kebenaran ini. Karena itu, kita perlu memiliki
pemahaman yang benar mengenai Allah yang kita percaya.

• Cara hidup kita: Sebagai orang yang dikasihi Allah, kita pun
mengasihi sesama. Dalam kasih tidak ada hitungan bisnis mengenai
untung dan ruginya mengasihi seseorang. Kasih itu bukan soal kata
atau lidah, tetapi soal perbuatan. Orang yang mengasihi sesama
menghendaki orang yang dikasihinya berbahagia dan ia berani
berkurban demi kebahagiaan orang yang dikasihinya itu.
Fasilitator mengajukan pertanyaan di bawah ini dan memberi kesempatan
kepada peserta untuk memberikan jawabannya. Jawaban dari pertanyaan ini
ditulis dan dibacakan satu per satu.

1. Hal-hal yang dapat membantu mengingat kasih Allah kepada kita


melalui kematian Yesus di kayu salib?
2. Tindakan yang dapat menunjukkan bahwa kita adalah orang yang
dikasihi oleh Allah?

68
Fasilitator mengajukan pertanyaan di bawah ini dan memberi kesempatan
kepada peserta untuk memberikan jawabannya. Jawaban dari pertanyaan ini
ditulis dan dibacakan satu per satu.
1. Contoh-contoh orang yang mengalami krisis iman dan identitas
sebagai orang Katolik?
2. Apa makna kasih Allah kepada manusia, khususnya bagi orang-
orang yang sedang menghadapi krisis iman dan identitas?
3. Bagaimana menyampaikan pesan kasih Allah kepada orang yang
mengalami krisis

E. Doa Umat
Setelah mendengarkan pesan dari Allah melalui Sabda yang tertulis dalam
Alkitab, seluruh peserta diajak menanggapi Sabda itu dengan doa. Fasilitator
mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis sebagai tanggapan
atas Sabda yang baru didengarkan. Doa itu bisa berupa pujian, syukur,
permohonan, niat, dan sebagainya, dan semuanya berkaitan dengan tema yang
direnungkan dalam pertemuan ini. Kemudian satu demi satu peserta diminta
untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Setelah semua menyampaikan
doa, fasilitator mengajak para peserta untuk mendoakan “Bapa Kami.”

III. PENUTUP

A. Doa Penutup
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan Allah agar
sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan.
P Marilah berdoa. Allah Bapa Yang Maha Pengasih, kami bersyukur
atas Sabda-Mu yang telah kami dengarkan dalam pertemuan ini.
Kami mohon, bantulah kami dengan Roh Kudus-Mu agar kami
dapat mengasihi sesama sebagai wujud kasih kami terhadap-Mu.
Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U Amin.

B. Tanda Salib
P Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus.
U Amin.

C. Lagu Penutup
Petugas mengajak para peserta untuk menyanyikan lagu dari MB 400 atau lagu
lain yang sesuai.

69
Tujuan:
▪ Peserta menyadari bahwa Yesus adalah Anak Manusia atau Raja Surga
yang akan menghakimi manusia pada akhir zaman.
▪ Peserta menyadari diri sebagai hamba-hamba yang setia dari Yesus Raja
Surga.
▪ Peserta melaksanakan perbuatan baik terhadap sesama yang menderita
sebagai pelayanan kepada Yesus Raja Surga.

Waktu: 90 Menit
Gagasan Dasar:
▪ Yesus seringkali menyebut diri sebagai Anak Manusia (Mat. 8:20).
Pemahaman mengenai Anak Manusia muncul dalam penglihatan yang
dialami oleh Daniel (Dan. 7:13-14). Anak Manusia adalah pribadi yang
datang dari langit, dari surga, dan bukan seorang manusia yang datang
dari dunia. Allah memberikan kepada-Nya kekuasaan dan kemuliaan
sebagai raja. Kerajaan yang berada di bawah kuasa Anak Manusia itu tidak
akan musnah. Kerajaan ini adalah kerajaan surga yang tidak terikat pada
tempat dan waktu. Anak Manusia itu sendiri akan menjadi raja yang
kekal. Selama-lamanya Ia akan memegang kuasa sebagai raja atas kerajaan
surga. Yesus itulah Anak Manusia yang dinubuatkan dalam Kitab Daniel.
Ia memegang kuasa atas kerajaan abadi dan pada akhir zaman Ia akan
menggunakan kuasa-Nya untuk menentukan siapa yang layak masuk
dalam kerajaan-Nya. Semua orang dari segala bangsa akan dibawa ke
hadapan Anak Manusia dan setiap orang akan diadili menurut
perbuatannya.

▪ Kita, para pengikut Kristus, adalah orang-orang yang percaya bahwa Yesus
adalah Anak Manusia, yang berkuasa atas Kerajaan Surga. Kalau Yesus
adalah Raja Kerajaan Surga, kita adalah hamba-hamba-Nya yang setia
kepada-Nya dan senantiasa siap melayani-Nya. Bagaimana kita dapat
melayani Dia? Kristus, Sang Raja yang berkuasa atas Kerajaan Surga itu
hadir di dalam diri orang-orang yang mengalami penderitaan. Ia adalah
Raja atas surga dan bumi, tetapi hadir di dalam dunia ini, dalam diri
orang-orang yang menderita. Karena itu, tindakan yang dilakukan
terhadap orang yang mengalami penderitaan itu, sebenarnya dilakukan
terhadap Kristus. Tindakan manusia di dunia ini, khususnya yang
dilakukan terhadap orang yang menderita, menjadi dasar pertimbangan
dalam pengadilan di akhir zaman itu.

70
▪ Karena itu, selama menjalani kehidupan di dunia ini kita harus
memperhatikan sesama yang menderita dengan keyakinan bahwa apa pun
yang dilakukannya terhadap mereka sebenarnya dilakukan bagi Kristus.
Pelayanan terhadap orang-orang yang menderita adalah tanda kesetiaan
sebagai hamba-hamba Kristus, Raja Surga. Tetapi, wajah Kristus
tersembunyi dalam wajah orang-orang yang menderita sehingga banyak
orang mengalami kesulitan untuk memandang wajah Kristus yang
tersembunyi itu. Akibatnya, banyak orang tidak melayani Kristus yang
hadir dalam diri orang-orang yang malang itu. Kalau kita membina relasi
dengan Kristus, kita dapat melihat wajah-Nya dengan jelas, sekalipun bagi
orang lain kabur atau tidak tampak. Hubungan pribadi kita dengan
Kristus akan membuat kita menjadi lebih peka terhadap kehadiran-Nya
dan menggerakkan kita untuk mengasihi-Nya dalam diri orang-orang
yang menderita.

I. PEMBUKA

A. Lagu Pembuka
Petugas mengajak para peserta menyanyikan lagu dari MB 456 atau lagu lain
yang sesuai.

B. Tanda Salib dan Salam


P Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus.
U Amin.
P Tuhan beserta kita.
U Sekarang dan selama lamanya.

C. Pengantar
Fasilitator menyampaikan/membacakan Gagasan Dasar dari Pertemuan II.
Sesudah itu, Fasilitator menyampaikan kata pengantar berikut ini untuk
memberikan penjelasan tentang apa yang hendak dicapai dalam pertemuan ini

Bapak/Ibu/Saudara-saudari yang terkasih, kita bersyukur karena Tuhan


kembali menghimpun kita untuk mendengarkan Sabda-Nya. Pada
pertemuan yang lalu kita telah diajak untuk mendalami kebenaran
bahwa Allah adalah Kasih. Kita mengenal Allah dan percaya telah
dikasihi oleh Allah sehingga kita pun mengasihi sesama. Dalam
pertemuan kedua ini, kita akan mendalami Matius 25:31-46. Dalam
perikop ini kita akan melihat bahwa “Yesus adalah Anak Manusia, Raja
Kerajaan Surga.” Ia memegang kuasa atas kerajaan abadi dan pada

71
akhir zaman Ia akan menggunakan kuasa-Nya untuk menentukan siapa
yang layak masuk dalam kerajaan-Nya. Marilah kita membuka hati dan
budi kita untuk mendengarkan Sabda Tuhan.

D. Doa Pembuka
P Marilah berdoa. Allah Bapa yang Mahakuasa, kami bersyukur
kepada-Mu karena Engkau telah memanggil kami untuk percaya
bahwa Putra-Mu, Yesus Kristus, adalah Raja Kerajaan Surga. Dialah
yang menunjukkan jalan bagi kami untuk mencapai kebahagiaan
abadi bersama-Mu. Utuslah Roh Kudus-Mu agar kami dapat
memahami Sabda-Mu dan bukalah hati kami bagi Sabda-Mu agar
dapat menerima Sabda yang Kausampaikan kepada kami. Demi
Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U Amin.

II. PENDALAMAN KITAB SUCI

A. Pembacaan Kitab Suci


Fasilitator meminta beberapa peserta membaca teks per alinea, satu orang satu
alinea, dengan suara lantang dan tidak tergesa-gesa. Peserta yang lain
mendengarkan dengan penuh perhatian sambil mengikutinya dalam Alkitab
masing-masing.

PENGHAKIMAN TERAKHIR (MATIUS 25:31-46)

72
B. Pendalaman
Fasilitator meminta peserta membaca kembali teks Alkitab sambil
memperhatikan pertanyaan di bawah ini. Para peserta dapat dibagi dalam
kelompok dan setiap kelompok mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu
di dalam teks Alkitab.
1. Siapakah Anak Manusia itu? (ay. 31)
2. Apa yang dilakukan-Nya pada akhir zaman? Apa yang menjadi
dasar penghakiman-Nya? (ay. 31-33)
3. Siapakah yang diumpamakan dengan domba dan kambing? Apa
yang mereka lakukan? (ay. 35-36, 42-43)
4. Apa yang dilakukan oleh Anak Manusia terhadap mereka yang di
kanan dan sebelah kiri? (ay. 34, 41)

73
C. Penjelasan
Fasilitator menyampaikan penjelasan di bawah ini. Fasilitator dapat
menambahkan penjelasan yang diambil dari penjelasan yang terdapat dalam
Gagasan Pendukung.

1. Dalam Kitab Daniel dinyatakan bahwa Anak Manusia adalah


pribadi yang datang dari langit, dari surga, dan bukan seorang
manusia yang datang dari dunia (Dan. 7:13-14). Allah memberikan
kepada-Nya kekuasaan dan kemuliaan sebagai raja. Kerajaan yang
berada di bawah kuasa Anak Manusia itu tidak akan musnah.
Kerajaan ini adalah kerajaan surga yang tidak terikat pada tempat
dan waktu dan Anak Manusia itu akan menjadi raja yang kekal.
Anak Manusia yang dinubuatkan dalam Kitab Daniel itu adalah
Yesus. Ia memegang kuasa atas kerajaan abadi dan pada akhir
zaman Ia akan menggunakan kuasa-Nya untuk menentukan siapa
yang layak masuk dalam kerajaan-Nya. Walaupun Dia berkuasa
atas Kerajaan Surga, Anak Manusia itu hadir dalam diri orang-
orang yang menderita. Karena itu, kebaikan yang dilakukan
terhadap orang yang miskin dan menderita itu dilakukan bagi Dia.

2. Pada akhir zaman, Kristus, Anak Manusia, akan datang dalam


kemuliaan-Nya dengan diiringi oleh para malaikat-Nya. Lalu Ia
akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Karena
bersemayam di atas takhta, dapat dikatakan bahwa ia adalah
seorang raja (ay. 34). Pada waktu itu semua bangsa akan
dikumpulkan di hadapan Anak Manusia untuk diadili. Walaupun
yang disebut adalah semua bangsa, pengadilan ini dilakukan
kepada setiap orang, bukan kepada setiap bangsa. Dengan kata
lain, semua orang dari segala bangsa akan dibawa ke hadapan
Anak Manusia dan setiap orang akan dihakimi. Dalam pengadilan
itu, Anak Manusia akan memisahkan seorang dari yang lain,
seperti seorang gembala memisahkan domba dari kambing: Ia
menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya, sedangkan
kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Dasar yang digunakan oleh
Anak Manusia untuk menghakimi adalah perbuatan yang
dilakukan oleh setiap orang dalam kehidupan di dunia. Perbuatan
yang mana? Perbuatan yang dilakukan terhadap orang-orang yang
menderita, yaitu yang lapar, haus, telanjang, sakit, dan dalam
penjara. Mereka adalah saudara dari Anak Manusia, Raja Kerajaan

74
Surga itu, sehingga apa yang dilakukan terhadap mereka
sebenarnya dilakukan terhadap Dia.

3. Domba melambangkan orang benar, yaitu orang yang melakukan


kebaikan selama hidup di dunia. Ada enam kebaikan yang mereka
lakukan, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a) memberi makan orang yang lapar dan memberi minum orang
yang haus. Dua perbuatan ini merupakan kebaikan yang
mendasar karena menyangkut kebutuhan dasar manusia.
Orang yang kekurangan makan dan minum akan menjadi
lemah badannya. Hal ini bisa membuat orang menjadi sakit,
dan bila berkepanjangan, orang dapat kehilangan nyawa.
b) memberi tumpangan kepada orang asing dan memberi
pakaian kepada orang yang telanjang. Tempat untuk
berteduh dan pakaian membantu orang untuk bertahan
dalam cuaca, apalagi di malam hari atau pada musim dingin.
c) melawat orang sakit dan mengunjungi orang yang dipenjara.
Kehadiran dan perhatian kepada kedua kelompok orang ini
dapat mendatangkan kegembiraan bagi mereka dan
meringankan penderitaan yang mereka alami.
Kambing melambangkan orang terkutuk, yang tidak pernah
memperhatikan apalagi mengasihi Tuhan yang hadir dalam diri
orang-orang miskin dan menderita. Mereka tidak memberi-Nya
makan ketika Ia lapar, tidak memberi-Nya minum ketika Ia haus,
tidak memberi-Nya tumpangan ketika Ia seorang asing, tidak
memberi-Nya pakaian ketika Ia telanjang, tidak melawat-Nya
ketika Ia sakit, dan tidak mengunjungi-Nya ketika Ia di dalam
penjara.

4. Anak Manusia menyebut mereka yang ditempatkan di sebelah


kanan-Nya sebagai orang-orang “yang diberkati oleh Bapa-Ku.” Ia
juga menyatakan bahwa mereka akan menerima Kerajaan yang
telah disediakan bagi mereka sejak dunia dijadikan. Demikianlah,
orang benar akan masuk ke dalam hidup yang kekal, yang juga
disebut sebagai Kerajaan, yang telah disediakan bagi mereka.
Sebaliknya, orang-orang yang dilambangkan dengan kambing
yang ditempatkan di sebelah kiri-Nya itu akan dienyahkan “ke
dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-
malaikatnya.” Api yang kekal itu sebenarnya tidak disediakan bagi

75
manusia, melainkan untuk Iblis dan para malaikatnya. Tetapi, apa
yang mereka lakukan selama hidup di dunia telah membawa
mereka ke tempat itu.

D. Pesan dan Penerapan


Kemudian fasilitator mengajukan pertanyaan kepada peserta dan memberi
kesempatan kepada peserta untuk menjawab (dibatasi beberapa orang).

▪ Kabar baik untuk manusia: Tuhan Yesus yang kita imani adalah
Raja yang berkuasa atas Kerajaan Surga selamanya. Ia memegang
kuasa atas kerajaan abadi dan memiliki kuasa untuk menentukan
siapa yang layak masuk dalam kerajaan-Nya. Sekalipun Ia adalah
Raja atas surga, Tuhan Yesus dekat dengan manusia di dunia ini
karena Ia hadir dalam diri orang-orang yang menderita.

▪ Identitas kita: Kita, para pengikut Kristus, adalah orang-orang


yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Manusia, yang berkuasa
atas Kerajaan Surga. Kalau Yesus adalah Raja Kerajaan Surga, kita
adalah hamba-hamba-Nya yang setia kepada-Nya dan senantiasa
siap melayani-Nya.

▪ Cara hidup kita: Karena kita adalah hamba-hamba dari Raja


Kerajaan Surga, kita senantiasa melayani-Nya. Bagaimana kita
melakukan hal ini? Selama menjalani kehidupan di dunia ini kita
dipanggil untuk memperhatikan sesama yang menderita. Karena,
apa pun yang dilakukannya terhadap mereka sebenarnya
dilakukan bagi Kristus, Tuhan yang berkuasa atas Kerajaan Surga.
Pelayanan terhadap orang-orang yang menderita adalah tanda
kesetiaan sebagai hamba-hamba Kristus, Raja Surga.
Fasilitator mengajukan pertanyaan di bawah ini dan memberi kesempatan
kepada peserta untuk memberikan jawabannya. Jawaban dari pertanyaan ini
ditulis dan dibacakan satu per satu.
1. Apa yang selama ini menjadi motivasi bagi kita untuk berbuat baik
kepada sesama, khususnya yang sedang mengalami penderitaan?
2. Setelah membaca teks ini, apa yang seharusnya menjadi motivasi
saya dalam melayani sesama?
Fasilitator mengajukan pertanyaan di bawah ini dan memberi kesempatan
kepada peserta untuk memberikan jawabannya. Jawaban dari pertanyaan ini
ditulis dan dibacakan satu per satu.

76
1. Siapakah orang-orang yang mengalami penderitaan yang dapat
aku temui di sekitarku?
2. Apa yang harus aku lakukan untuk mereka? Bagaimana aku harus
melakukannya?

F. Doa Umat
Setelah mendengarkan pesan dari Allah melalui Sabda yang tertulis dalam
Alkitab, seluruh peserta diajak menanggapi Sabda itu dengan doa. Fasilitator
mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis sebagai tanggapan
atas Sabda yang baru didengarkan. Doa itu bisa berupa pujian, syukur,
permohonan, niat, dan sebagainya, dan semuanya berkaitan dengan tema yang
direnungkan dalam pertemuan ini. Kemudian satu demi satu peserta diminta
untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Setelah semua menyampaikan
doa, fasilitator mengajak para peserta untuk mendoakan “Bapa Kami.”

III. PENUTUP

A. Doa Penutup
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan Allah agar
sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan.

P Marilah berdoa. Allah Bapa, Yang Maha Pengasih, kami bersyukur


kepada-Mu atas Sabda-Mu yang telah Kaunyatakan kepada kami.
Sabda-Mu mengingatkan kami akan kebenaran iman yang kami
terima, yaitu bahwa Yesus, Anak Manusia itu, adalah Raja yang
berkuasa atas Kerajaan Surga. Kami mohon bantulah kami agar
senantiasa menyadari bahwa kami adalah hamba-hamba-Nya, yang
senantiasa setia melayani-Nya dengan perbuatan baik dan
pelayanan kasih terhadap sesama terutama yang menderita. Demi
Kristus, Tuhan kami.
U Amin.

B. Tanda Salib
P Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus.
U Amin.

C. Lagu Penutup
Petugas mengajak para peserta untuk menyanyikan lagu dari MB 463 atau lagu
lain yang sesuai.

77
Tujuan:
▪ Peserta memahami bahwa Yesus adalah Allah yang hidup dan berkuasa.
▪ Peserta menyadari bahwa kita adalah orang yang berdosa namun
dipercaya oleh Tuhan untuk memberitakan kasih Allah kepada sesama.
▪ Peserta melaksanakan tugas perutusannya menjadi berkat dari Allah
dengan memberitakan kasih-Nya.

Waktu: 90 Menit
Gagasan Pokok
▪ Kisah panggilan para murid ini merupakan kisah penampakan dari Yang
Ilahi (epifani), tetapi dalam peristiwa yang sangat manusiawi. Mulanya
Petrus mengenal Yesus sebagai guru yang dikagumi oleh orang banyak.
Ketika Yesus berada di pantai Danau Galilea, begitu banyak orang
mendengarkan-Nya sampai-sampai Ia harus naik ke perahu dan mengajar
dari atas perahu. Petrus merelakan perahunya untuk menjadi tempat
duduk Yesus. Terdengar aneh bagi Petrus, ketika Yesus menyuruhnya
bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jala untuk menangkap
ikan. Sudah sepanjang malam ia menebarkan jala tanpa menangkap
seekor ikan pun. Hanya karena rasa hormatnya kepada Yesus, ia
melakukannya.

▪ Melihat tangkapan ikan yang tidak masuk akal baginya sebagai seorang
nelayan, Simon langsung menyadari bahwa Yesus bukanlah manusia
biasa. Peristiwa ini menunjukkan kepadanya bahwa Allah menyatakan diri
dalam diri Yesus yang menyuruh mereka menebarkan jala pada siang hari.
Berhadapan dengan Yesus, Simon sujud dan meminta Yesus pergi karena
dia orang berdosa. Kesadaran akan siapa dirinya di hadapan Tuhan
membuat Petrus pun menyadari siapa dirinya: di hadapan-Nya, Petrus
hanyalah seorang berdosa. Kesadaran ini menggerakkan Petrus untuk
melakukan apa yang dikehendaki oleh Tuhan karena Dialah yang
berkuasa atas dirinya. Tuhan memanggilnya untuk mengikuti Dia dan
menjadi penjala manusia. Seluruh diri Petrus hanya tertuju kepada Tuhan
sehingga meninggalkan segala sesuatu lalu mengikuti Yesus.

▪ Simon Petrus adalah teladan bagi orang-orang yang percaya pada Kristus.
Di hadapan Tuhan yang Mahakudus, kita menyadari diri sebagai orang
berdosa. Tetapi, Tuhan berkenan menjumpai kita dan memberikan tugas
kepada kita untuk memberitakan kasih-Nya kepada sesama. Kesadaran

78
bahwa kita adalah manusia yang berdosa akan mendorong kita untuk
melakukan tugas itu dengan penuh kesungguhan. Walaupun berdosa, kita
diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk menjadi utusan-Nya.

I. PEMBUKA

A. Lagu Pembuka
Petugas mengajak para peserta menyanyikan lagu dari MB 452 atau lagu lain
yang sesuai.

B. Tanda Salib dan Salam


P Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus.
U Amin.
P Tuhan beserta kita.
U Sekarang dan selama lamanya.

C. Pengantar
Fasilitator menyampaikan/membacakan Gagasan Dasar dari Pertemuan III.
Sesudah itu, Fasilitator menyampaikan kata pengantar berikut ini untuk
memberikan penjelasan tentang apa yang hendak dicapai dalam pertemuan ini.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, terima kasih
untuk kehadiran saudara semua dalam Pendalaman Kitab Suci ini.
Dalam Pertemuan II yang lalu kita telah melihat kebenaran tentang
“Yesus, Anak Manusia Adalah Raja Kerajaan Surga.” Dalam Pertemuan
III ini kita akan mendalami kebenaran lain mengenai iman kita, yaitu
“Kita Orang Berdosa Namun Dipercaya Oleh Tuhan.” Belajar dari
pengalaman panggilan Petrus dan kawan-kawannya dalam Luk. 5:1-11,
kita diajak untuk mengenal Yesus, Tuhan kita, dan mengenal diri kita
di hadapan-Nya. Marilah kita membuka hati kita bagi Sabda Tuhan
yang kita dengarkan dalam pertemuan ini.

D. Doa Pembuka
P Ya Allah yang Maharahim, kami bersyukur atas kasih setia-Mu yang
senantiasa menyertai kami, khususnya di saat kami berada dalam
kesulitan hidup. Terima kasih karena pada kesempatan ini Engkau
telah mengumpulkan kami kembali sebagai saudara seiman. Kami
hendak membaca dan merenungkan Sabda-Mu. Terangi kami

79
semua dengan kuasa Roh Kudus-Mu agar kami dapat memahami
kebenaran Sabda-Mu agar kami dapat mengatur hidup kami seturut
kehendak-Mu. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami.
U Amin.

II. PENDALAMAN KITAB SUCI

A. Pembacaan Kitab Suci


Fasilitator meminta beberapa peserta membaca teks per alinea, satu orang satu
alinea, dengan suara lantang dan tidak tergesa-gesa. Peserta yang lain
mendengarkan dengan penuh perhatian sambil mengikutinya dalam Alkitab
masing-masing.

PENJALA IKAN MENJADI PENJALA MANUSIA (LUKAS 5:1-11)

80
B. Pendalaman
Fasilitator meminta peserta membaca kembali teks sambil memperhatikan
pertanyaan di bawah. Para peserta dapat dibagi dalam kelompok dan setiap
kelompok mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu di dalam teks
Alkitab.
1. Di mana peristiwa itu terjadi? (ayat 1)
2. Setelah Yesus selesai mengajar, apa yang diperintahkan Yesus
kepada Simon dan bagaimana reaksi Simon? (ayat 4)
3. Apa yang terjadi ketika Simon menebarkan jala?
4. Melihat kejadian itu, apa yang dilakukan Simon Petrus? (ayat 8)
5. Apa yang dikatakan Yesus kepada Simon ketika mendengar
perkataan Simon? (ayat 10)

C. Penjelasan
Fasilitator menyampaikan penjelasan di bawah ini. Fasilitator dapat
menambahkan penjelasan yang diambil dari penjelasan cerita yang terdapat
dalam gagasan pendukung.

1. Yesus mengajar orang banyak di pantai Danau Genesaret yang


terletak di wilayah Galilea. Banyak orang mengerumuni Yesus
hendak mendengarkan firman Allah yang hendak disampaikan-
Nya. Mereka berdesak-desakan untuk dapat mendekati Dia. Bila
orang banyak itu terus mendesak-Nya, tidak akan ada jarak antara
Yesus dengan mereka sehingga Ia tidak akan dapat berbicara
kepada mereka.

2. Setelah selesai menyampaikan pengajaran kepada orang banyak


itu, Yesus meminta Simon bertolak ke tempat yang dalam dan
menebarkan jala di situ untuk menangkap ikan. Perintah ini
terdengar aneh di telinga Simon. Ia adalah nelayan yang sudah
terbiasa mencari ikan di Danau Galilea. Pada malam sebelumnya
Simon dan teman-temannya telah bekerja keras untuk mencari
ikan, tetapi tidak menangkap apa-apa. Malam hari adalah waktu
yang cocok untuk menangkap ikan dan Simon adalah nelayan
yang memahami situasi di danau itu. Sepanjang malam ia telah
bekerja keras, tetapi tidak mendapatkan apa-apa, rasanya tidak
ada gunanya untuk menebarkan jala pada siang hari. Kalau
kemudian ia bertolak untuk menebarkan jala, hal itu semata-mata
dilakukannya hanya karena mengikuti perkataan Yesus. Bisa jadi

81
Petrus tidak setuju dengan Yesus, tetapi ia melakukan apa yang
dikatakan-Nya.

3. Simon dan teman-temannya menolakkan perahunya ke tengah


danau lalu mereka menebarkan jala. Apa yang kemudian dialami
oleh Simon benar-benar di luar dugaannya. Jala yang mereka
tebarkan ternyata menangkap sejumlah besar ikan. Bahkan, jala
itu mulai koyak karena tidak dapat menahan banyaknya jumlah
ikan yang tertangkap. Karena itu, mereka memanggil teman-
teman mereka yang ada di perahu lain untuk membantu
menampung ikan yang mereka tangkap. Simon Petrus menyadari
bahwa apa yang sedang dialaminya bukanlah peristiwa biasa. Dia
dan teman-temannya takjub menyaksikan banyaknya ikan yang
mereka tangkap, padahal mereka menebarkan jala pada siang hari,
atas perintah seorang guru.

4. Simon Petrus menyadari bahwa apa yang sedang dialaminya


bukanlah peristiwa biasa. Dia dan teman-temannya takjub
menyaksikan banyaknya ikan yang mereka tangkap, padahal mereka
menebarkan jala pada siang hari, atas perintah seorang guru.
Sesampainya di darat, ia mendekati Yesus dan sujud di depan-Nya
lalu berkata “Tuhan, pergilah dari hadapanku, karena aku ini seorang
berdosa.” Ketika hendak bertolak untuk menebarkan jala, Simon
memanggil Yesus dengan sebutan “guru”. Setelah peristiwa
penangkapan ikan ini, Simon memanggilnya “Tuhan.” Kenyataan
yang dialami Simon membuat dia sadar siapa pribadi yang sedang
dihadapinya. Hal ini juga membuatnya sadar bahwa dirinya adalah
orang berdosa sehingga tidak layak ada di dekat-Nya.

5. Mendengar perkataan Simon, Yesus berkata kepadanya, “Jangan


takut, mulai sekarang engkau akan menjala manusia.” Ia meminta
Simon untuk tidak merasa takut. Benar bahwa Allah telah
menyatakan diri dalam pribadi Yesus, tetapi hal itu dilakukan
bukan untuk membuat mereka hancur dan binasa. Bahkan, Yesus
memanggil mereka untuk menjadi penjala manusia. “Menjala
manusia” merupakan kiasan untuk mencari/membawa orang
menjadi pengikut Yesus. Dalam praktiknya hal ini nantinya baru
akan mereka lakukan setelah Yesus naik ke surga. Mereka akan
memberitakan karya penyelamatan yang dilakukan oleh Kristus
kepada orang Yahudi dan bukan Yahudi. Mereka bahkan harus

82
meninggalkan negeri mereka untuk melaksanakan tugas ini. Agar
dapat menjalankan tugas ini, sekarang mereka harus mengikuti
Yesus untuk menjalani kehidupan sebagai murid sehingga dapat
mengenal Dia dan memahami kehendak-Nya.

D. Pesan dan Penerapan


Fasilitator menyampaikan pesan yang diambil dari bacaan yang telah
direnungkan berikut ini:

• Mukjizat penangkapan ikan yang dialami oleh Simon Petrus


menunjukkan bahwa Yesus yang menyuruhnya menebarkan jala itu
adalah Tuhan yang Mahakuasa. Ia berkuasa untuk “memerintahkan”
alam dan alam pun taat kepada-Nya. Dialah Tuhan yang kita percaya
dan kita sembah. Walaupun demikian, Ia datang dalam kehidupan
manusia di dunia ini dan menyatakan diri kepada kita.

• Di hadapan Tuhan yang Mahakuasa itu, Simon menyadari siapa


dirinya. Ia sujud di depan Yesus lalu berkata, “Tuhan, pergilah dari
hadapanku, karena aku ini seorang berdosa.” Di hadapan Tuhan,
kita hanyalah manusia yang berdosa. Kita mempunyai
kecenderungan kepada dosa dan dengan kekuatan sendiri kita
tidak sanggup mengalahkan dosa.

• Walaupun demikian, Tuhan meminta Simon untuk mengikuti Dia


dan menjadikannya penjala manusia. Ia mempercayakan tugas
kepada Simon untuk memberitakan karya keselamatan yang
dikerjakan-Nya untuk manusia. Hal yang sama berlaku untuk kita
yang percaya kepada Tuhan Yesus. Sekalipun kita adalah orang
yang berdosa, Tuhan telah memanggil kita untuk mengikuti-Nya
dan mempercayakan tugas untuk memberitakan kasih Allah yang
menghendaki keselamatan manusia.

Fasilitator mengajukan pertanyaan di bawah ini dan memberi kesempatan


kepada peserta untuk memberikan jawabannya. Jawaban dari pertanyaan ini
ditulis dan dibacakan satu per satu.

1. Kapan dan bagaimana seorang pengikut Yesus dapat menyadari


bahwa Allah itu Mahakuasa dan bahwa di hadapan Allah dia
hanyalah manusia yang berdosa?

83
2. Bagaimana seharusnya sikap kita, manusia yang berdosa ini, di
hadapan Allah yang Mahakuasa? Bagaimana sikap Allah terhadap
manusia yang berdosa?
Fasilitator mengajukan pertanyaan di bawah ini dan memberi kesempatan
kepada peserta untuk memberikan jawabannya. Jawaban dari pertanyaan ini
ditulis dan dibacakan satu per satu.
1. Apa makna “menjadi penjala manusia” untuk umat Katolik di
zaman sekarang?
2. Bagaimana kita sebagai orang Katolik dapat menjalankan tugas
yang dipercayakan Tuhan kepada kita itu?

E. Doa Umat
Setelah mendengarkan pesan dari Allah melalui Sabda yang tertulis dalam
Alkitab, seluruh peserta akan menanggapi Sabda itu dengan doa. Fasilitator
mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis sebagai tanggapan
atas Sabda yang baru didengarkan. Doa itu bisa berupa pujian, syukur,
permohonan, niat, dan sebagainya. Kemudian satu demi satu peserta diminta
untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Setelah semua menyampaikan
doa, fasilitator mengajak para peserta untuk mendoakan “Bapa Kami.”

III. PENUTUP

A. Doa Penutup
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan Allah agar
sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan.

P Ya Allah Yang Maha Cinta, kami bersyukur atas Sabda-Mu yang


menginspirasi kami. Bantulah kami selalu dengan kuasa Roh Kudus-
Mu agar kami dapat mengenali diri kami di hadapan-Mu dan berani
mempersembahkan hidup kami untuk kerajaan-Mu. Ingatkanlah
kami bahwa dalam keberdosaan kami sekalipun Engkau tetap
merangkul kami dan mempercaya kami untuk melakukan
kehendak-Mu. Demi Kristus Tuhan kami.
U Amin.

B. Tanda Salib
P Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus.
U Amin.

84
C. Lagu Penutup
Petugas mengajak para peserta untuk menyanyikan lagu “Betapa Kita Tidak
Bersyukur” dari MB 518 atau lagu lain yang sesuai.

85
Tujuan :
▪ Peserta mengetahui adanya krisis dalam hidup beriman.
▪ Peserta menyadari ada persekutuan orang beriman.
▪ Peserta merasakan bahwa dengan hidup bersama dalam persekutuan
orang beriman imannya semakin teguh dan berbuah.

Waktu: 90 Menit
Gagasan Pokok
▪ Para rasul memberitakan karya penyelamatan yang dilakukan oleh Yesus
Kristus kepada orang-orang Yahudi di Yerusalem. Banyak orang yang
percaya kepada pemberitaan mereka lalu dibaptis. Semua orang yang
telah dibaptis membentuk persekutuan yang kemudian disebut
Jemaat/Gereja. Gereja yang telah dimulai oleh para rasul itu berkembang
dari zaman ke zaman.

▪ Gereja, umat Allah adalah persekutuan para murid Kristus, yang dibangun di
atas dasar para rasul. Gereja adalah kumpulan orang-orang yang percaya
kepada Kristus dan, mengikatkan diri dan hidup dalam persekutuan orang
beriman. Kita yang percaya kepada Kristus dan telah dibaptis dalam nama
Tritunggal masuk dalam persekutuan para murid Kristus dan menjadi
anggota Gereja Katolik. Dengan demikian, dalam diri kita melekat identitas
sebagai pengikut Kristus dan anggota Gereja Katolik.

▪ Dalam perikop ini kita dapat melihat bagaimana Gereja Perdana, yaitu
Gereja yang dibangun oleh para rasul di Yerusalem, menampakkan cara
hidup yang khas. Sebagai anggota Gereja kita perlu memahami cara hidup
Gereja Perdana untuk belajar bagaimana hidup menurut identitas sebagai
anggota Gereja.
a) Bertekun dalam pengajaran para rasul: Agar dapat hidup sesuai dengan
kehendak Tuhan yang mereka imani, Jemaat selalu mendengarkan
ajaran Tuhan Yesus yang disampaikan oleh para rasul.
b) Hidup dalam persekutuan. Orang-orang yang percaya kepada Kristus
menjadi sebuah keluarga di mana para anggotanya saling mengasihi.
c) Memecahkan roti dan berdoa. Para anggota Gereja Perdana memecahkan
roti untuk mengenangkan karya penyelamatan yang dilakukan oleh
Tuhan Yesus.
d) Milik bersama. Para anggota Gereja Perdana tidak mementingkan diri
sendiri, tetapi memperhatikan kebutuhan sesama. Mereka menyerahkan

86
apa yang mereka miliki untuk membantu para anggota yang
berkekurangan.
e) Hidup dalam sukacita. Para anggota Gereja Perdana mengalami sukacita
karena telah menerima kabar keselamatan Kristus. Mereka telah
mengalami karya penyelamatan itu dan bersyukur atas semua yang
telah dilakukan oleh Kristus bagi mereka.

▪ Dengan hidup bersama dalam persekutuan orang beriman, sambil


menghayati cara hidup jemaat perdana, kita akan merasa bangga sebagai
orang Katolik. Kita bangga mempunyai Allah seperti Yesus, Tuhan yang
berkuasa atas hidup dan mati, atas surga dan bumi. Dengan mengenal
identitas Yesus, kita mengenal identitas kita sebagai pengikut Yesus. Kita
adalah orang-orang yang percaya kepada Yesus sebagai Anak Manusia,
Mesias, Raja Surga. Identitas kita ini menggerakkan kita untuk menjalani
kehidupan sebagai pengikut Yesus, khususnya menjadi pewarta Injil. Kita
pergi ke berbagai penjuru dunia untuk memberitakan karya penyelamatan
yang dikerjakan oleh Yesus supaya manusia di dunia ini menikmati
kehidupan abadi di surga.

I. PEMBUKA

A. Lagu Pembuka
Petugas mengajak para peserta menyanyikan lagu dari MB 402 atau PS 498 atau
lagu lain yang sesuai.

B. Tanda Salib dan Salam


P Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus.
U Amin.
P Tuhan beserta kita.
U Sekarang dan selama lamanya.

C. Pengantar
Fasilitator menyampaikan/membacakan Gagasan Dasar dari Pertemuan IV.
Sesudah itu, Fasilitator menyampaikan kata pengantar berikut ini untuk
memberikan penjelasan tentang apa yang hendak dicapai dalam pertemuan ini.
Bapak/Ibu/Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus,
kita bersyukur karena Allah membimbing kita semua sampai pada
pertemuan terakhir di Bulan Kitab Suci Nasional 2020. Dalam
Pertemuan I-III kita telah melihat identitas orang beriman dalam
kaitannya dengan Allah yang menyatakan diri dalam Yesus Kristus: (1)

87
Kita adalah orang yang percaya bahwa Allah adalah Kasih, (2) Kita
adalah pengikut Yesus, Anak Manusia adalah Raja Kerajaan Surga, dan
(3) Kita adalah orang berdosa namun dipercaya oleh Tuhan. Dalam
Pertemuan IV ini kita melihat identitas kita sebagai anggota Gereja
Katolik, persekutuan orang yang percaya kepada Yesus yang
merupakan pernyataan kasih Allah. Kita akan belajar untuk “Bangga
Menjadi Orang Katolik.” Dengan hidup bersama dalam persekutuan
orang beriman, kita mendapatkan kekuatan dan peneguhan iman. Mari
kita siapkan hati untuk mendengarkan Sabda Tuhan.

D. Doa Pembuka
P Marilah berdoa, Ya Allah Bapa Yang Maha kasih, kami bersyukur
atas anugerah cinta kasih-Mu yang boleh kami rasakan dalam
kehidupan bersama dengan saudara-saudara dalam iman. Kami
mohon utuslah Roh Kudus-Mu untuk membimbing kami untuk
memahami Sabda-Mu dalam Kitab Suci. Berilah kami kekuatan
untuk membangun persekutuan orang beriman sebagai ciri khas
murid-murid Yesus Putra-Mu. Dialah Tuhan dan pengantara kami,
kini dan sepanjang masa.
U Amin.

II. PENDALAMAN KITAB SUCI

A. Pembacaan Kitab Suci


Fasilitator meminta beberapa peserta membaca teks per alinea, satu orang satu
alinea, dengan suara lantang dan tidak tergesa-gesa. Peserta yang lain
mendengarkan dengan penuh perhatian sambil mengikutinya dalam Alkitab
masing-masing.

CARA HIDUP JEMAAT PERTAMA (KISAH 2:37-47)

88
B. Pendalaman
Fasilitator meminta peserta membaca kembali teks sambil memperhatikan
pertanyaan di bawah. Para peserta dapat dibagi dalam kelompok dan setiap
kelompok mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu di dalam teks
Alkitab.
1. Apa jawaban Petrus ketika orang banyak bertanya “Apakah yang
harus kami perbuat, saudara-saudara”? (ay. 38-39)
2. Bagaimana cara hidup jemaat yang pertama? (ay. 42)
3. Dengan cara hidupnya yang khas jemaat Kristiani perdana
Yerusalem disukai semua orang. Apa yang dilakukan Allah
terhadap mereka? (ay. 47)

C. Penjelasan
Fasilitator menyampaikan penjelasan di bawah ini. Fasilitator dapat
menambahkan penjelasan yang diambil dari penjelasan cerita yang terdapat
dalam gagasan pendukung.
1. Orang-orang yang hadir terkesan pada karunia lahiriah Roh Kudus
dan pada kotbah Petrus tentang perbuatan-perbuatan Allah
melalui Yesus. Beberapa orang lalu menanyakan apa yang harus
mereka lakukan setelah mendengarkan warta tentang Yesus

89
Kristus itu. Petrus menjawab, “Bertobatlah, ubahlah cara pikir dan
tingkah lakumu!” Mereka diajak untuk berbalik dari sikap dan
perilaku mereka yang jahat, yang mencapai puncaknya ketika
mereka membunuh Yesus. Sikap dan perilaku mereka yang
demikian itu telah menutup diri mereka dari karya keselamatan
Allah. Namun, Ia memberikan kesempatan kepada mereka untuk
bertobat agar dapat diselamatkan.

2. Mereka bertekun dalam pengajaran para rasul. Yang dimaksudkan


dengan pengajaran para rasul itu adalah pengajaran yang
diberikan kepada orang-orang yang baru percaya pada Kristus atau
dengan kata lain baru masuk Kristiani. Dalam pengajaran itu Kitab
Suci ditafsirkan dengan disinari oleh peristiwa Yesus Kristus. Jadi
yang dimaksudkan dengan pengajaran itu bukan pewartaan Injil
kepada orang-orang yang belum percaya kepada Kristus. Selain
itu, mereka berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.
Ungkapan ”memecahkan roti” menunjuk pada Perjamuan Ekaristi.
Sedangkan doa yang dimaksudkan adalah doa atau sembahyang
bersama yang dipimpin oleh para rasul. Persekutuan mereka
diwujudkan secara lebih nyata dalam hal harta milik. Mereka
menganggap bahwa “segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan
bersama.” Milik pribadi tidak hanya digunakan untuk kepentingan
diri sendiri; anggota umat lain, bahkan seluruh umat boleh
menggunakannya. Tetapi, cara hidup seperti ini tidak dapat
disamakan dengan sistem komunis karena dalam Jemaat Kristiani
Perdana itu harta milik disediakan untuk kepentingan sesama
Jemaat secara sukarela dan dibagikan menurut kebutuhan masing-
masing. Anggota Jemaat yang miskin dan para janda mendapatkan
perhatian utama dalam hal ini.

3. Cara hidup Jemaat yang saling mengasihi dalam satu persekutuan


itu membuat mereka disukai semua orang. Cara hidup mereka
yang seperti itu menarik perhatian banyak orang dan mereka
menggabungkan diri dalam persekutuan itu. Jumlah mereka
makin bertambah. Dari kenyataan ini mereka melihat bahwa “tiap-
tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang
diselamatkan.” Nyata bahwa kehidupan Jemaat itu menjadi sarana
pewartaan iman dan bentuk kesaksian mereka tentang Kristus.

90
Mereka tidak hanya mewartakan dengan kata-kata tetapi dengan
perbuatan dan seluruh hidup mereka.

E. Pesan dan Penerapan


Fasilitator menyampaikan pesan yang diambil dari bacaan yang telah
direnungkan berikut ini:

• Kita dibaptis karena percaya kepada Allah yang menyatakan diri


dalam Yesus Kristus. Kita mempercayakan diri kepada Allah yang
adalah Kasih dan mengikuti Yesus Kristus, Raja Kerajaan Surga.
Dengan menerima baptisan itu, kita pun menjadi anggota Gereja
Katolik, persekutuan orang yang percaya kepada Kristus.
Selayaknya kita bangga mempunyai Allah yang mengasihi kita
melalui Yesus Kristus. Selayaknya juga kita bangga menjadi
anggota Gereja Katolik yang kudus, sebagaimana kita ucapkan
dalam Credo. Kepercayaan akan Kristus dan kesadaran sebagai
anggota Gereja Katolik inilah yang menjadi identitas kita.

• Identitas kita inilah yang menggerakkan kita untuk menjalani


kehidupan sebagai pengikut Yesus seturut cara hidup jemaat
perdana, yakni: 1). Bertekun dalam pengajaran para rasul, yang
sekarang telah tertulis dalam Kitab Suci yang kita baca dan
renungkan. 2), Hidup dalam persekutuan, yakni tidak sekedar
berkumpul, tetapi saling mengasihi. 3), Memecahkan roti dan
berdoa, yakni untuk mengenangkan karya penyelamatan yang
dilakukan oleh Tuhan Yesus, yang sekarang dirayakan dalam
perayaan Ekaristi. 4), Milik bersama, yakni tidak mementingkan
diri sendiri, tetapi memperhatikan kebutuhan sesama. 5), Hidup
dalam sukacita, yakni kita bersukacita karena telah mengalami
karya penyelamatan Kristus dan bersyukur atas semua yang telah
dilakukan-Nya bagi kita.
Fasilitator mengajukan pertanyaan di bawah ini dan memberi kesempatan
kepada peserta untuk memberikan jawabannya. Jawaban dari pertanyaan ini
ditulis dan dibacakan satu per satu.
1. Berilah contoh-contoh yang menggambarkan orang Katolik yang
merasa minder dengan iman dan identitasnya sebagai orang Katolik!
2. Berdasarkan perikop yang telah kita baca, sebutkan dan jelaskan
apa saja yang dapat mengungkapkan kebanggaan kita sebagai
orang yang percaya kepada Kristus dan anggota Gereja Katolik!

91
3. Bagaimana kita sebagai orang Katolik mengungkapkan
kebanggaan kita itu?
Fasilitator mengajukan pertanyaan di bawah ini dan memberi kesempatan
kepada peserta untuk memberikan jawabannya. Jawaban dari pertanyaan ini
ditulis dan dibacakan satu per satu.

• Jelaskan bagaimana kita sebagai persekutuan dalam Lingkungan


dan Komunitas Basis dapat meneladan cara hidup Jemaat Perdana!

F. Doa Umat
Setelah mendengarkan pesan dari Allah melalui Sabda yang tertulis dalam
Alkitab, seluruh peserta akan menanggapi Sabda itu dengan doa. Fasilitator
mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis sebagai tanggapan
atas Sabda yang baru didengarkan. Doa itu bisa berupa pujian, syukur,
permohonan, niat, dan sebagainya. Kemudian satu demi satu peserta diminta
untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Setelah semua menyampaikan
doa, fasilitator mengajak para peserta untuk mendoakan “Bapa Kami.”

III. PENUTUP

A. Doa Penutup
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan Allah agar
sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan.

P Marilah berdoa. Allah Bapa Yang Maha Pengasih, kami bersyukur


atas Sabda-Mu yang telah kami dengarkan dalam pertemuan ini.
Kami mohon, bantulah kami dengan Roh Kudus-Mu agar kami
dapat meneladani cara hidup Jemaat Perdana dalam membangun
persekutuan persaudaraan kami sebagai orang Katolik, sehingga
kami semakin kuat dan tetap setia dalam iman. Demi Kristus, Tuhan
dan Pengantara kami.
U Amin.

B. Tanda Salib
P Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus.
U Amin.

C. Lagu Penutup
Petugas mengajak para peserta untuk menyanyikan lagu dari MB 463 atau lagu
lain yang sesuai.

92
Bulan Kitab Suci Nasional

MEWARTAKAN KABAR BAIK


DI TENGAH KRISIS
IMAN DAN IDENTITAS
“Kita telah mengenal dan telah percaya
akan kasih Allah kepada kita”

(1Yoh. 4:16).

LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA


2020

93
94
Aku bangga menjadi anak Katolik dan siap menjadi murid Yesus yang
setia, adalah seruan yang harus terus kita tanamkan dalam diri anak-
anak. Sejak dini anak-anak harus mengenal Tuhan yang diimaninya
sekaligus juga harus mampu mengekspresikan imannya. Sumber utama
bagi anak untuk berjumpa dan mengenal Yesus yang diimaninya
sekaligus nasihat-nasihat-Nya untuk hidup mereka adalah Kitab Suci.

Tema bulan Kitab Suci Nasional tahun 2020 adalah “Mewartakan Kabar
Baik di Tengah Krisis Iman dan Identitas.” Anak-anak yang hidup pada
zaman ini sangat dipengaruhi oleh tumbuh kembangnya media online.
Mereka lebih mengenal tokoh-tokoh dalam game yang mereka
mainkan atau tokoh-tokoh dalam youtube yang mereka tonton. Mereka
lebih suka bermain game atau menonton film/apa saja di youtube dari
pada mengikuti perayaan Ekaristi dan kegiatan rohani di gereja.
Dampak dari semuanya ini adalah anak-anak dapat mengalami krisis
iman dan identitas diri. Mereka tidak dapat mengenal Yesus dengan
baik, dan juga susah membangun relasi dengan sesamanya.

Kita tidak dapat tinggal diam dan membiarkan anak-anak tenggelam


dalam kemajuan dunia dan mengabaikan iman mereka. Dalam situasi
seperti ini, kita perlu mengajak anak-anak untuk melihat:

1. Kebenaran mengenai Allah. Kebenaran ini menjelaskan siapa


sesungguhnya Allah yang kita percaya dan apa yang
dikehendakinya. Kebenaran ini menentukan identitas orang yang
percaya kepada-Nya.
2. Identitas orang beriman. Di hadapan Allah yang kita percaya,
kita dapat mengenal diri kita. Dengan melihat kebenaran tentang
Allah, kita dapat melihat relasi kita dengan Allah.
3. Cara hidup menurut identitas. Identitas kita sebagai orang yang
percaya kepada Allah akan menentukan cara hidup kita.
Kesadaran akan identitas ini akan menuntun kita untuk menjalani
hidup dengan benar.

Melalui bacaan-bacaan yang akan kita dalami dalam BKSN 2020 ini,
kita diajak untuk melihat kabar baik tentang siapa Allah? Berdasarkan
pemahaman tentang Allah itu, kita menyadari identitas kita di hadapan

95
Allah Dan apa yang akan kita lakukan dengan identitas kita itu. Ada
empat bacaan yang akan kita renungkan dalam empat pertemuan:

1. Allah adalah Sumber cinta Kasihku (1Yoh. 4:7-21). Dalam


perikop ini kita akan melihat siapakah Allah yang kita percaya dan
siapa kita di hadapan-Nya. Allah adalah kasih dan karena kita
adalah orang yang percaya kepada-Nya, kita pun mengasihi
sesama.

2. Yesus Rajaku (Mat. 25:31-46). Dalam perikop ini kita akan


melihat bahwa Yesus yang kita imani adalah Raja yang berkuasa
atas Kerajaan Surga. Sebagai orang yang percaya kepada-Nya, kita
akan melihat bagaimana bersikap sesuai dengan kehendak-Nya.

3. Aku Utusan Tuhan (Luk. 5:1-11). Dalam perikop ini kita akan
belajar dari Petrus: Mengakui bahwa kita adalah orang yang
berdosa, tidak pantas untuk berdekatan dengan Tuhan. Tetapi,
Tuhan justru mengutus kita yang berdosa ini untuk mengajak
sesama percaya kepada Tuhan.

4. Aku Bersaudara seperti Jemaat Perdana (Kis. 2:37-47). Melalui


perikop ini kita akan diajak untuk menyadari bahwa kita adalah
orang yang telah dibaptis dan masuk dalam persekutuan orang
yang percaya kepada Yesus. Kita akan melihat apa yang harus kita
lakukan sebagai anggota persekutuan ini.

Selamat mendengarkan Sabda Tuhan, semoga kita semakin menyadari


identitas kita sebagai murid-murid Yesus dan dengan demikian siap
untuk menunjukkan identitas kita dalam kata, sikap dan perbuatan
kita. tuhan memberkati.

96
Tujuan :
▪ Para remaja memahami bahwa Allah adalah kasih
▪ para remaja menyadari sebagai anak-anak Allah yang terdorong untuk
melakukan kasih seperti Yesus mengasihi.

PEMBUKA

Lagu Pembuka
Pilih lagu yang sesuai; misalnya, MB no. 400, atau kasih-Nya seperti sungai,
Yesus pokok dan kita carangnya, dll.

Tanda Salib

Doa Pembuka
Fasilitator mengajak peserta untuk menyiapkan hati dan berdoa bersama.

Bapa Yang Mahakasih, kami mengucap syukur kepada-Mu, karena


Engkau mengumpulkan kami untuk bersama-sama mempelajari kasih-
Mu kepada kami. Kami mohon utuslah Roh Kudus-Mu untuk
membimbing kami untuk memahami sabda-Mu, sehingga kami dapat
mengasihi sesama seperti kasih-Mu kepada kami. Demi Kristus Tuhan
dan pengantara kami. Amin.

Pengantar
Fasilitator menyampaikan “Pendahuluan” untuk memberikan penjelasan tentang
tema Bulan Kitab Suci Nasional dan sasaran yang dituju dengan pembahasan
tema tersebut. Sesudah itu menyampaikan pengantar berikut ini.

Dalam Pertemuan I ini kita akan mendalami tema, “Allah adalah


sumber cinta kasihku.” Kita diajak untuk melihat bagaimana Allah
mencintai kita. Kalau kita memahami bahwa Allah mengasihi kita, kita
pun menyadari bahwa kita adalah orang-orang yang dikasihi oleh Allah.
Kesadaran ini pun akan menolong kita untuk hidup sebagai orang yang
dikasihi Allah itu. Mari kita mempersiapkan diri untuk mendengarkan

97
sabda Tuhan yang akan membantu kita untuk mengasihi seperti
Kristus.

PENDALAMAN KITAB SUCI

Pembacaan Kitab Suci


Fasilitator meminta setiap peserta membaca teks Kitab Suci secara bergilir, satu
orang satu ayat. Sesudah itu, Fasilitator meminta salah satu peserta untuk
membaca teks Kitab Suci secara keseluruhan dengan suara lantang.

ALLAH ADALAH KASIH (1YOHANES 4:7-12)

98
Pendalaman
Fasilitator membagi peserta ke dalam beberapa kelompok. Di dalam kelompok
peserta diajak untuk membaca teks secara keseluruhan sambil melihat
pertanyaan – pertanyaan pendalaman di bawah ini, kemudian menuliskan
jawaban pertanyaan. Kemudian diadakan sharing di kelompok. Sesudah sharing
di kelompok, perwakilan kelompok diminta untuk membagikan hasil sharing
kepada yang lainnya dalam pleno.
1. Siapakah Allah menurut teks Kitab Suci ini?
2. Bagaimana Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita?
3. Apa yang diharapkan Allah dari kita?
4. Bagaimana kita menunjukkan kasih kita kepada Allah?

Penjelasan
Sesudah sharing, fasilitator memberikan penegasan berdasarkan sharing peserta
atau seperti di bawah ini dan bisa menambahkan berdasarkan gagasan
pendukung
1. Allah adalah kasih. Orang yang mengasihi memiliki dua ciri: 1).
Menghendaki orang yang dikasihinya berbahagia dan 2). berani
berkurban demi kebahagiaan orang yang dikasihinya. Orangtua
yang mengasihi anak-anaknya menginginkan anak-anaknya
menjadi orang yang sukses dan berbahagia. Demi kebahagiaan
anak-anaknya itu, orangtua mengurbankan banyak hal untuk
menyekolahkan mereka, mengobatinya bila anaknya sakit, dan
sebagainya. Allah mengasihi kita, sehingga Ia menghendaki
“supaya kita hidup oleh-Nya” (ay. 9). “Hidup” yang dimaksud
dalam ayat ini adalah hidup kekal di surga. Allah menghendaki
kita berbahagia dalam kehidupan kekal di surga bersama Dia.

2. Kasih Allah kepada kita itu nyata dalam diri Yesus Kristus, Putra-
Nya. Supaya kita berbahagia bersama-Nya di dalam surga, Allah
mengutus Putra-Nya untuk menyelamatkan kita. Ia menjadi
manusia lalu menderita dan wafat di salib untuk menebus kita.
Setelah ditebus oleh Yesus, kita pun diangkat menjadi anak-anak
Allah, yang akan mewarisi Kerajaan Surga. Pengurbanan Yesus di
kayu salib untuk menyelamatkan kita itu jelas menunjukkan
betapa Ia mengasihi kita. Ia sendiri pernah mengatakan bahwa

99
tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang
menyerahkan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yoh. 15:13).

3. Wajarnya kalau orang dikasihi maka ia akan membalasnya dengan


mengasihi orang yang mengasihinya. Karena orangtua saya sudah
mengasihi saya, maka saya pun mengasihi mereka dengan
membuatnya senang. Allah telah mengasihi kita, jadi sewajarnya
kalau kita membalasnya dengan mengasihi-Nya. Kasih menjadi
tanda apakah seseorang mengenal Allah atau tidak. Karena, setiap
orang yang mengasihi ambil bagian dalam kasih Allah.

4. Tetapi, bagaimana kita mewujudkan kasih kepada Allah? Yaitu


dengan mengasihi sesama, mengasihi orang-orang yang ada di
sekitar kita, mengasihi orang-orang yang kita jumpai setiap hari.
“Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci
saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak
mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi
Allah, yang tidak dilihatnya…. Barangsiapa mengasihi Allah, ia
harus juga mengasihi saudaranya (ay. 20-21). Jati diri Allah adalah
kasih, maka kita harus menunjukkan jati diri kita sebagai murid
Yesus dengan saling mengasihi. Identitas kita sebagai murid Yesus
adalah jika kita mengasihi seperti Kristus mengasihi kita.

Penerapan
Fasilitator mengajak peserta untuk membuat aksi nyata untuk satu minggu ke
depan sebagai tindak lanjut dari pertemuan ini

1. Apa saja yang dapat kalian lakukan untuk mengingat kasih Tuhan
kepada kita? Contoh: mengenakan kalung salib, memasang salib di
kamar, membuat tanda salib dengan khidmat, dan sebagainya.

2. Sebagai tanggapan nyata atas kasih Tuhan, buatlah aksi nyata yang
menunjukkan kasihmu pada orang lain! Misalnya, membantu
orangtua mengurus rumah, mengunjungi teman yang sakit,
memberikan makanan kepada orang miskin, dan sebagainya.

Doa Umat
Doa menjadi alat ukur apakah peserta memahami isi teks Kitab Suci dan
tergerak oleh Sabda Allah.
• Persiapan: Siapkan salib yang cukup besar (yang ada corpus-nya) dengan
lilin yang menyala.

100
• Fasilitator mengajak peserta untuk membuat doa secara tertulis berkaitan
dengan sabda Tuhan yang telah direnungkan tadi. Dalam hal ini peserta
diajak untuk mengungkapkan syukur karena Tuhan sudah mengasihi dan
menyampaikan niat untuk mengasihi Tuhan dengan mengasihi sesama.
• Sesudah itu, fasilitator meminta peserta untuk berdiri berbaris di depan
salib. Lalu fasilitator meminta para peserta satu demi satu maju, berlutu
menghadap salib, dan membacakan doa yang sudah ditulisnya itu.
• Sesudah semua membacakan doanya, fasilitator mengajak semua peserta
untuk bersama-sama mendoakan doa Bapa Kami.

PENUTUP

Doa Penutup
Fasilitator mengajak peserta untuk menutup rangkaian pendalaman iman
dengan doa berikut.
Bapa yang Mahakasih, kami telah mendengarkan sabda-Mu, dan kami
tahu bahwa Engkau adalah kasih. Utuslah Roh Kudus-Mu agar kami
dapat mengasihi-Mu dalam diri sesama kami seperti Engkau telah
mengasihi kami. Dengan demikian, kami menunjukkan diri sebagai
murid-murid Yesus Kristus, Putra-Mu dan menghadirkan kasih-Mu
kepada sesama kami. Demi Kristus Tuhan kami, kini dan sepanjang
masa. Amin.

Tanda Salib

Lagu Penutup
MB. No. 402 atau lagu lain yang sesuai.

101
Tujuan :
▪ Agar remaja mengenal Yesus sebagai Raja yang berkuasa di surga.
▪ Agar remaja mengenal identitasnya sebagai hamba yang melayani Tuhan
dalam diri sesama yang menderita.

PEMBUKA

Lagu Pembuka
MB. 520 “Dari Yerikho ke Yerusalem.”

Tanda Salib

Doa Pembuka
Allah Bapa Raja surgawi, Engkau mengutus Kristus Putra-Mu yang
tunggal, turun ke dunia untuk menyelamatkan kami. Ia menderita, dan
wafat, namun kemudian bangkit dengan mulia dan naik ke surga. Ia
menjadi Raja surgawi yang berkuasa untuk menghakimi manusia. Saat
ini kami berkumpul di sini untuk mendalami sabda-Mu. Berkatilah
kami dengan terang Roh Kudus-Mu, agar dapat memahaminya dan
melaksanakannya dalam hidup harian kami. Demi Kristus, Tuhan dan
Pengantara kami. Amin.

Pengantar
Fasilitator menyampaikan kata pengantar kepada para peserta untuk
menjelaskan kaitan pertemuan ini dengan pertemuan sebelumnya serta tujuan
dari pendalaman Kitab Suci pada pertemuan kedua ini.

Sub tema BKSN Minggu pertama, kita diajak untuk meneladan Allah
Sang sumber kasih sejati. Sesudah mengenal Allah Sang sumber kasih
sejati, kita diajak untuk menegaskan kembali identitas kita sebagai
orang Kristiani, hamba-hamba Allah dengan mengenal kembali Kristus
Raja Surgawi, yang turun ke dunia untuk melaksanakan tindakan

102
penyelamatan, dan membawa kembali manusia ke surga, seperti yang
janjikan-Nya.

PENDALAMAN KITAB SUCI

Pembacaan Kitab Suci


Fasilitator meminta setiap peserta membaca teks Kitab Suci secara bergilir, satu
orang satu ayat. Sesudah itu, Fasilitator meminta salah satu peserta untuk
membaca teks Kitab Suci secara keseluruhan dengan suara lantang.

PENGHAKIMAN TERAKHIR (MATIUS 25:31-46)

103
Pendalaman
• Sesudah para peserta membaca teks Kitab Suci, Fasilitator membagi para
peserta beberapa kelompok.
• Setiap kelompok diminta untuk mendalami teks dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini. Jawaban dipersiapkan secara tertulis.
Waktu yang disediakan untuk pendalaman ini adalah 30 menit.
• Sesudah permenungan dalam kelompok, perwakilan setiap kelompok
diminta untuk membagikan hasil permenungannya kepada yang lain dalam
pleno.

1. Siapakah Anak Manusia itu dan apa yang dilakukan-Nya?


2. Apa bedanya kelompok kambing dan domba: Apa yang mereka
lakukan dan bagaimana nasib mereka ?
3. Selama ini aku termasuk dalam kelompok kambing atau domba?
Apa yang harus aku lakukan untuk menjadi hamba yang setia
supaya dapat menjadi kelompok domba yang ada di sebelah kanan
itu?

Penjelasan
Sesudah pleno Fasilitator memberi penjelasan tema Pertemuan 3 berdasarkan
panduan berikut ini. Untuk melengkapi penjelasan ini Fasilitator dapat
mengambil bahan dari Yesus Kristus, Anak Manusia hal 21-24 dan hal 43-48 yang
terdapat dalam Gagasan Pendukung.
1. Yesus seringkali menyebut diri sebagai Anak Manusia. Anak
Manusia adalah pribadi yang datang dari langit, dari surga, dan
bukan seorang manusia yang datang dari dunia. Allah memberikan
kepada-Nya kekuasaan, kemuliaan, dan kekuasaan sebagai raja.
Kerajaan yang berada di bawah kuasa Anak Manusia itu tidak akan
musnah. Kristus yang menyatakan diri sebagai Anak Manusia,

104
turun ke dunia manusia untuk menjalankan tugas
penyelamatan. Sesudah menyelesaikan tugas-Nya, Ia akan
menjalankan peran-Nya sebagai Raja Surgawi yang berkuasa untuk
menentukan siapa yang akan masuk dan siapa yang tidak akan
masuk ke dalam kerajaan-Nya.

2. Anak Manusia, yang juga adalah Raja, menyatakan kepada mereka


yang ditempatkan di sebelah kanan-Nya sebagai orang-orang
“yang diberkati oleh Bapa-Ku”, yang akan menerima Kerajaan yang
telah disediakan bagi mereka sejak dunia dijadikan. Mereka layak
menerimanya karena selama hidup di dunia mereka telah
melakukan kebaikan-kebaikan kepada Tuhan yang hadir dalam
diri orang-orang miskin dan menderita yang berarti juga dilakukan
bagi Tuhan. Kebaikan-kebaikan yang dilakukan adalah memberi
makan orang yang lapar dan haus, memberi tumpangan kepada
orang asing dan pakaian kepada orang yang telanjang, melawat
orang dan mengunjungi yang dalam penjara. Sebaliknya, orang-
orang yang ada di sebelah kiri Sang Raja akan masuk ke tempat
siksaan yang kekal. Gambaran ini menjelaskan keadaan orang
jahat yang tidak akan tinggal bersama dengan Allah. Mereka akan
terpisah jauh dari Allah dan keadaan ini sama sekali tidak
mengenakkan. Karena, selama di dunia mereka tidak pernah
berbuat apa-apa terhadap sesama yang mengalami penderitaan.

3. Kita telah dibaptis dan percaya kepada Tuhan Yesus. Kalau Yesus
adalah Raja, kita adalah hamba-Nya, yang melayani Dia dengan
sepenuh hati. Tuhan Yesus hadir dalam diri orang-orang yang
mengalami kesulitan dan penderitaan. Karena itu, kita melayani
Tuhan dengan melayani sesama yang sedang mengalami kesulitan
dan sedang menderita.

Penerapan
Fasilitator mengajak peserta untuk membuat aksi nyata untuk satu minggu ke
depan sebagai tindak lanjut dari pertemuan ini.

Fasilitator menggerakkan peserta untuk beraksi bersolidaritas dengan


sesama yang membutuhkan

1. Perhatikanlah orang-orang yang di sekitar kita, apakah ada yang


mengalami kesulitan, menderita sakit, yang tertindas (tertekan,

105
menderita, putus asa, dalam penjara), membutuhkan makanan,
pakaian, dsb.
2. Buatlah aksi solidaritas untuk mereka! Bisa secara perorangan atau
kelompok.

Doa Umat
Doa menjadi alat ukur apakah peserta memahami isi teks Kitab Suci dan
tergerak oleh Sabda Allah. Fasilitator mengarahkan para peserta untuk
menuliskan doa kepada Tuhan. Dalam doa itu peserta diminta untuk
mendoakan teman agar dapat menjadi hamba Tuhan yang setia, yang
selalu siap melayani Tuhan yang hadir dalam diri sesama. Kemudian
Fasilitator meminta para peserta secara bergiliran menyampaikan doa-doa yang
telah ditulisnya dengan menumpangkan tangannya di pundak teman sebelahnya.
Sesudah itu, Fasilitator mengajak para peserta untuk bersama-sama mendoakan
“Bapa Kami”.

PENUTUP

Doa Penutup
Fasilitator mengajak peserta untuk bersama-sama menyampaikan Doa Penutup.

Allah Bapa kami, jadikanlah kami tangan-tangan kasih-Mu, bagi sesama


yang membutuhkan. Tolonglah kami agar mampu aksi nyata bagi
sesama yang menderita. Dengan demikian, mereka dapat mengalami
kasih-Mu yang hadir dalam kehidupan ini. Berkatilah kami dan orang-
orang yang akan kami jumpai, agar kami semua dapat mengalami karya
keselamatanmu di dunia ini, dan kelak di surga. Demi Kristus, Tuhan
dan Pengantara kami. Amin.

Tanda Salib

Lagu Penutup
MB No. 529 “Yang kau perbuat bagi saudaraku” atau No. 533 “Tingkatkan karya
serta karsa.”

106
Tujuan
▪ Para remaja memahami Yesus sebagai Allah yang berkuasa.
▪ Para remaja menyadari diri sebagai orang berdosa di hadapan Allah
▪ Para remaja siap melaksanakan tugas perutusan dari Tuhan Yesus

PEMBUKA

Lagu Pembuka
Dipilih sesuai tema

Tanda Salib

Kata Pengantar
Fasilitator menyampaikan kata pengantar berikut ini untuk memberikan
penjelasan tentang apa yang hendak dicapai dalam pertemuan ini.

Teman-teman yang dikasihi Tuhan Yesus. Minggu lalu kita diajak


untuk melihat Tuhan Yesus sebagai Raja kita dan kita sebagai hamba-
Nya. Hari ini kita diajak lagi untuk melihat siapakah Yesus di hadapan
kita dan siapakah kita di hadapan Yesus. Kita akan belajar dari Petrus
yang sadar akan dirinya sebagai orang berdosa setelah berhadapan
dengan Yesus, Tuhan yang Mahakuasa. Setelah menyadari siapa dirinya
di hadapan Yesus, Petrus pun siap untuk melaksanakan tugas yang
diberikan Tuhan kepadanya untuk menjadi penjala manusia.

Doa Pembuka
P Marilah berdoa. Allah Yang Mahakuasa, kami bersyukur atas rahmat
kasih dan kebaikan-Mu yang tak terhingga bagi kami, anak-anak-
Mu ini. Kami bersyukur pula atas anugerah nafas kehidupan yang
masih kami nikmati hingga saat ini. Kami berkumpul untuk
mendengarkan Sabda-Mu dan kami mohon kepada-Mu, utuslah
Roh Kudus-Mu ke dalam diri kami masing-masing sehingga kami
dapat memahami Sabda-Mu dan mengenal Engkau dengan baik.

107
Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami, kini dan sepanjang segala
masa.
U Amin.

PENDALAMAN KITAB SUCI

Pembacaan Kitab Suci


Fasilitator meminta setiap peserta membaca teks Kitab Suci secara bergilir, satu
orang satu ayat. Sesudah itu, Fasilitator meminta salah satu peserta untuk
membaca teks Kitab Suci secara keseluruhan dengan suara lantang.

PENJALA IKAN MENJADI PENJALA MANUSIA (LUK 5:1-11)

108
Pendalaman
Fasilitator meminta peserta membaca kembali teks sambil memperhatikan
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini. Para peserta dapat dibagi dalam kelompok
dan setiap kelompok mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu di dalam
teks Kitab Suci.
1. Apa yang diperintahkan Yesus kepada Simon? Bagaimana reaksi
Simon?
2. Apa hasil yang diperoleh ketika mengikuti perintah Yesus dan
bagaimana reaksi Simon?
3. Tugas apa yang kemudian diberikan Yesus kepada Simon?
4. Bagaimana Simon menanggapi tugas yang diberikan Yesus?

Penjelasan
Fasilitator menyampaikan penjelasan di bawah ini. Fasilitator dapat
menambahkan penjelasan yang diambil dari Gagasan Pendukung.
1. Yesus memerintahkan Simon untuk bertolak ke tempat yang
dalam dan menebarkan jalanya. Tentu saja Simon protes terhadap
Yesus, “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami
tidak menangkap apa-apa.” Reaksi Simon ini masuk akal karena
dia yang adalah seorang nelayan, tahu persis kapan waktu yang
tepat, dan di mana tempat yang baik untuk menangkap ikan. Dan
sebagai nelayan profesional, dia telah bekerja keras dan dia gagal,
tidak menangkap apa-apa. Sekarang Yesus yang bukan seorang
nelayan, memintanya untuk menebarkan jala di siang hari. Ini hal
yang tidak masuk akal. Tetapi, berhadapan dengan Yesus, dia
akhirnya mengikuti perintah Yesus dan menebarkan jala juga.

2. Ternyata dengan mengikuti perintah Yesus, Simon bisa


menangkap ikan dalam jumlah yang sangat banyak. Peristiwa
penangkapan ikan yang terjadi di luar nalar manusia kini menjadi
sebuah fakta yang tidak bisa dihindari oleh Simon. Ia menyadari
bahwa apa yang diperintahkan oleh Yesus untuk menebarkan jala
dan memperoleh hasil tangkapan ikan dalam jumlah besar mau
menunjukkan bahwa kemahakuasaan Allah tampak dalam diri
Yesus. Dengan adanya peristiwa ajaib ini, Simon menyadari bahwa
dia tidak layak di hadapan Tuhan sehingga ia berkata: ”Tuhan,
Pergilah daripadaku sebab aku ini seorang berdosa”.

109
3. Ungkapan kesadaran diri Simon tidak sedikit pun membatasi
rencana dan kehendak Yesus, bahkan Yesus memberikan
penguatan kepadanya dengan berkata: ”Jangan Takut, mulai
sekarang engkau akan menjadi penjala manusia.” Simon dipanggil
Yesus untuk beralih pekerjaan dari menjala ikan kepada menjala
manusia.

4. Simon menanggapi tugas yang diberikan Yesus itu dengan segera


membereskan perahu-perahu mereka dan meninggalkan segala
sesuatu, lalu mengikuti Yesus. Simon dan teman-temannya tidak
lagi memikirkan ikan yang sudah mereka tangkap. Mereka
meninggalkan perahu, jala, dan ikan-ikan itu dan berjalan Bersama
Yesus, mengikuti Dia ke mana pun Dia pergi.

5. Kita orang yang tidak luput dari dosa, tetapi Yesus juga mengajak
kita yang berdosa ini untuk ambil bagian dalam tugas perutusan-
Nya yaitu mengajak sesama untuk datang kepada Yesus, mengenal
Yesus dan menjadi pengikut Yesus. Mari kita melaksanakan tugas
perutusan kita dengan kebanggaan dan kegembiraan.

Penerapan
Fasilitator mengajak peserta untuk membuat aksi nyata sebagai tindak lanjut
dari pertemuan ini, sebagai jawaban atas sabda Tuhan.

Ajaklah teman-teman lain untuk ikut aktif dalam kegiatan gereja


misalnya; misdinar, Putri Sakristi, koor, dll.

Doa Umat
Fasilitator menghimbau agar setiap peserta menulis doa. Dalam doa ini mereka
diminta untuk memohon agar (1) mereka dapat menjadi utusan Tuhan yang setia
menjalankan tugas dan (2) teman-teman sebanya mereka juga mendengarkan
panggilan Tuhan untuk menjadi utusan-Nya. Kemudian setiap peserta diminta
menyampaikan doa-doa itu secara bergiliran dan rangkaian doa ditutup dengan
“Bapa Kami.”

PENUTUP

Doa Penutup
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan Allah agar
sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan.

110
P Marilah berdoa. Ya Allah Bapa Yang Mahakuasa, kami bersyukur
kepada-Mu karena Engkau telah membimbing kami semua untuk
mendengarkan Sabda-Mu. Bantulah kami agar Sabda yang kami
renungkan bersama ini dapat menyadarkan kami bahwa Engkau
memanggil dan mengutus kami untuk meneruskan kabar gembira
kepada teman-teman kami. Karena itu, utuslah Roh Kudus-Mu agar
mendampingi kami sehingga kami mampu menjadi utusan-Mu,
yang mewartakan kasih dan kebaikan-Mu dalam cara hidup kami.
Demi Kristus Tuhan kami kini dan sepanjang segala masa.
U Amin.

Tanda Salib

Lagu Penutup
Pilihlah lagu yang sesuai dengan tema.

111
Tujuan:
▪ Para remaja menyadari keberadaan mereka sebagai suatu persekutuan
orang beriman yang telah dibaptis yaitu anggota Gereja Katolik
▪ Para remaja melaksanakan hidup sebagai anggota Gereja Katolik dengan
bercermin pada pola hidup jemaat perdana.

PEMBUKA

Lagu Pembuka
Dalam Yesus Kita (bersaudara). Catatan: Kata “kita bersaudara” dalam lagu ini
dapat diganti dengan: “saling mengasihi,” “saling berbagi,” “saling menolong,” dll.

Tanda Salib

Doa Pembuka
Fasilitator mengajak para peserta untuk bersama-sama menyampaikan doa
pembuka berikut ini:

P Marilah kita berdoa. Allah Bapa yang penuh kasih, Engkau telah
berkenan memanggil kami anak-anak-Mu dan mempersatukan
kami lewat baptisan suci. Melalui Yesus Putra-Mu, Engkau telah
memanggil kami kepada keselamatan. Pada kesempatan ini, kami
hendak menimba kekuatan dari sabda-Mu, kami mohon bukalah
kiranya hati kami untuk terbuka mendengarkan bisikan-Mu. Demi
Kristus Tuhan dan pengantara kami, kini dan sepanjang segala
masa.
U Amin.

Pengantar
Fasilitator menyampaikan kata pengantar kepada para peserta untuk
menjelaskan kaitan pertemuan ini dengan pertemuan sebelumnya serta tujuan
dari pendalaman Kitab Suci pada Pertemuan IV ini.

112
Teman-teman, Pada pertemuan kita yang keempat ini kita akan melihat
keberadaan kita sebagai suatu persekutuan orang beriman yang telah
dibaptis, yaitu anggota Gereja Katolik. Kita akan belajar dari Jemaat
Perdana yang didirikan oleh para rasul sebagaimana diceritakan dalam
Kisah Para Rasul 2:37-47. Sebagai murid-murid Kristus yang telah
dipersatukan lewat baptisan, kita diajak untuk menata hidup secara
lebih baik terutama dalam menghadapi tantangan dunia modern ini.
Mari kita dengarkan Sabda Tuhan yang akan membimbing kita untuk
menjadi murid Yesus yang sejati.

PENDALAMAN KITAB SUCI

Pembacaan Kitab Suci


Fasilitator meminta para peserta membaca teks Kitab Suci secara bergantian
antara kelompok lai-laki dan perempuan. Sesudah itu, fasilitator meminta salah
satu peserta untuk membaca teks Kitab Suci secara keseluruhan.

CARA HIDUP JEMAAT YANG PERTAMA (KIS. 2:37-47)

113
Pendalaman
• Sesudah para peserta membaca teks Kitab Suci fasilitator membagi para
peserta dalam beberapa kelompok
• Setiap kelompok diminta untuk mendalami teks dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang telah disiapkan (secara tertulis). Waktu yang disediakan
untuk pendalaman ini adalah 30 menit.
• Sesudah permenungan dalam kelompok perwakilan setiap kelompok diminta
untuk membagikan hasil permenungannya kepada yang lain dalam pleno.

1. Apa yang orang Yahudi lakukan setelah mendengar khotbah


Petrus?
2. Apa yang diharapkan Petrus dari mereka?
3. Kebiasaan-kebiasaan baik apakah yang dilakukan oleh Jemaat di
Yerusalem?
4. Bagaimana kita bisa meneladan cara hidup Jemaat Perdana?

Penjelasan
Sesudah pleno, fasilitator memberi penjelasan tema pertemuan IV berdasarkan
panduan berikut ini.
1. Orang-orang Yahudi setelah mendengar khotbah Petrus, menjadi
terbuka hatinya dan bersedia untuk menerima Yesus. Mereka
datang kepada Petrus dan menanyakan apa yang harus mereka
lakukan? Ini adalah suatu sikap baru, setelah sebelumnya mereka
selalu berusaha untuk menolak Yesus dan juga membenci
pengajaran-Nya. Kesediaan mereka untuk percaya kepada Yesus
juga merupakan suatu bentuk keterbukaan untuk menerima karya
keselamatan Allah yang dinyatakan-Nya lewat Putra-Nya Yesus
Kristus.

2. Kepada mereka, Petrus menunjukkan jalan pertobatan dan


perubahan pola pikir dari pola pikir lama yang tidak mengakui
Yesus sebagai Tuhan, kepada pola pikir baru yakni mengakui
Yesus sebagai Tuhan dan penyelamat. Pertobatan adalah jalan
mengatasi krisis yang melanda mereka selama ini. Sebab dengan
ketertutupan mereka, karya keselamatan Allah tidak dapat mereka

114
terima. Ketertutupan (dosa) membuat mereka terasing dari
communio sebagai anak-anak Allah. Ketertutupan membuat
mereka mengalami krisis hidup dan krisis identitas di hadapan
bangsa-bangsa lain. Maka pola pikir baru yang Petrus tawarkan
adalah jalan pertobatan dari semua pola pikir lama itu. Dengan
itu, mereka dapat menemukan kembali identitas mereka sebagai
anak-anak Allah yang berhak untuk menerima keselamatan dari
Bapa.

3. Dari jemaat perdana kita dapat belajar beberapa hal: Pertama,


bertekun dalam pengajaran para Rasul. Agar dapat hidup sesuai
dengan kehendak Tuhan yang kita imani, maka kita harus
mendengarkan ajaran Tuhan Yesus. Ajaran Tuhan itu dapat kita
peroleh dari; membaca Kitab Suci, mendengarkan Khotbah di
Gereja, dari pelajaran agama di Sekolah, dll. Kedua, hidup dalam
persekutuan. Kita juga perlu sering berkumpul dengan teman-
teman bukan hanya sekedar hura-hura, tetapi juga perlu saling
memperhatikan, saling mengasihi, peduli satu sama lain. Seperti
Kristus sendiri telah mengasihi semua orang, kita pun perlu saling
mengasihi. Ketiga, memecahkan roti dan berdoa. Kita perlu juga
berkumpul bersama untuk berdoa dan merayakan Ekaristi
bersama. Setiap perayaan Ekaristi merupakan kesempatan kita
untuk bersatu dengan Yesus dalam komuni kudus. Keempat, kita
perlu juga saling berbagi. Sebagai murid-murid Kristus, kita tidak
saja memperhatikan diri sendiri, tetapi juga perlu memperhatikan
kebutuhan teman-teman lain, seperti membantu teman yang
berkekurangan, bukan hanya sekedar memberi bantuan dalam
bentuk materi tetapi juga dengan membantu teman yang kesulitan
dalam pelajaran dan juga kesulitan lainnya. Kelima, berbagi
sukacita bersama dengan orang lain.

4. Dengan cara hidup yang demikian akan menjadi daya tarik bagi
orang lain untuk menggabungkan diri dalam persekutuan kita
sebagai murid-murid Yesus.

Penerapan
Fasilitator memberikan pengarahan kepada para peserta untuk melakukan
tindakan sesuai dengan tema, sebagai tindak lanjut dari pertemuan ini, sebagai
jawaban atas sabda Tuhan.

115
1. Membuat suatu kesepakatan bersama untuk selalu berkumpul
bersama satu minggu sekali untuk melakukan Doa Rosario atau
membaca kitab suci.
2. Mengingatkan kesediaan untuk mau membagikan apa yang
dimiliki untuk menolong teman yang mengalami kekurangan.

Doa Umat
Doa menjadi alat ukur apakah peserta memahami isi teks Kitab Suci dan
tergerak oleh sabda Allah. Fasilitator mengarahkan para peserta untuk
menuliskan doa kepada Tuhan. Dalam doa itu, peserta diminta untuk
menyampaikan kepada Allah kesediaan untuk hidup sebagai anggota Gereja
Katolik, yang tekun berkumpul untuk berdoa, mendalami iman, dan menolong
sesama. Kemudian fasilitator meminta para peserta secara bergiliran
menyampaikan doa-doa yang telah ditulisnya. Sesudah itu, fasilitator mengajak
para peserta untuk sama-sama mendoakan “Bapa Kami.”

PENUTUP

Doa Penutup
Fasilitator mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan Allah agar
sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan
ini.

P Marilah berdoa. Bapa yang kekal, dengan baptisan yang kami


terima, kami telah dipersatukan sebagai suatu anggota keluarga
umat Allah. Kami telah merenungkan Sabda-Mu dan menimba
kekuatan darinya. Kami mohon berkatilah kami agar dapat hidup di
dalam kasih persaudaraan seperti Jemaat Perdana. Teguhkan selalu
iman, harap dan kasih di dalam hati kami, agar hidup kami selalu
mencerminkan kasih-Mu. Demi Kristus, Tuhan kami, kini dan
sepanjang masa.
U Amin.

Tanda Salib

Lagu Penutup
Pilihlah lagu yang sesuai dengan tema.

116
Bulan Kitab Suci Nasional

MEWARTAKAN KABAR BAIK


DI TENGAH KRISIS
IMAN DAN IDENTITAS
“Kita telah mengenal dan telah percaya
akan kasih Allah kepada kita”

(1Yoh. 4:16).

LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA


2020

117
118
“Aku bangga menjadi anak Katolik dan siap menjadi murid Yesus yang
setia.” Seruan yang harus terus kita tanamkan dalam diri anak-anak.
Sejak dini anak-anak harus mengenal Tuhan yang diimaninya dan
mengenal diri mereka sebagai pribadi yang percaya kepada Tuhan
Yesus dan mengikuti-Nya. Anak-anak juga perlu dibantu agar mereka
mampu mengungkapkan iman mereka dan menampilkan jatidiri
mereka sebagai murid Yesus. Sumber utama bagi anak untuk berjumpa
dan mengenal Yesus yang diimaninya sekaligus nasihat-nasihat-Nya
untuk hidup mereka adalah Kitab Suci.

Tema bulan Kitab Suci Nasional tahun 2020 adalah “Mewartakan Kabar
Baik di Tengah Krisis Iman dan Identitas.” Anak-anak yang hidup pada
zaman ini sangat dipengaruhi oleh tumbuh kembangnya media online.
Mereka lebih mengenal tokoh-tokoh dalam game yang mereka
mainkan atau tokoh-tokoh dalam youtube yang mereka tonton. Mereka
lebih suka bermain game atau menonton film/apa saja di youtube dari
pada mengikuti perayaan Ekaristi dan kegiatan rohani di gereja.
Dampak dari semuanya ini adalah anak-anak dapat mengalami krisis
iman dan identitas diri. Mereka tidak dapat mengenal Yesus dengan
baik, dan juga susah membangun relasi dengan sesamanya.

Dalam Bulan Kitab Suci Nasional ini, selama empat minggu anak-anak
kembali dituntun untuk menegaskan iman dan identitas diri mereka:
1. Minggu I: anak-anak diajak untuk mengenal Allah yang adalah
kasih. Mereka semua adalah anak Allah. Sebagai Anak Allah,
mereka berkewajiban untuk membagikan kasih Allah itu kepada
sesama.
2. Minggu II: anak-anak dibantu untuk solider dengan sesama. Yesus
adalah raja yang hadir dalam diri sesama, terutama yang
menderita. Dengan berbuat baik kepada sesama yang menderita
itu berarti mereka telah berbuat baik kepada Yesus.
3. Minggu III: anak-anak diajak untuk menyadari bahwa berkat
Sakramen Baptis mereka telah diberi tugas oleh Yesus untuk
menjadi saksi-Nya yakni membawa kabar sukacita kepada sesama.

119
4. Minggu IV: anak-anak dibantu untuk menyadari bahwa mereka
adalah anggota Gereja. Sebagai anggota Gereja, mereka harus terlibat
dalam kegiatan Gereja, seperti doa bersama, misa, dan misdinar.

Semoga para pendamping berperan aktif dalam kegiatan katekese ini,


sehingga lewat kegiatan katekese anak-anak sungguh mengenal Yesus
yang mereka imani dan siap menjadi murid-Nya yang setia. Kita
berharap agar pengenalan akan Yesus menolong anak-anak untuk
menjalani kehidupan mereka sepanjang hidup mereka.

120
Tujuan:
1. Anak menyadari bahwa Allah adalah kasih.
2. Anak menyadari bahwa dirinya adalah anak Allah yang siap hidup sesuai
dengan kehendak Allah yakni berbagi kasih kepada sesama.

PEMBUKA

Lagu Pembuka
Pendamping mengajak anak-anak menyanyikan Lagu Pembuka untuk
mengarahkan mereka pada tema yang hendak dibahas.

KASIH YESUS MENGALAHKAN SEGALANYA


Setinggi-tingginya langit, lebih tinggi kasih Yesusku
Sedalam-dalam lautan, lebih indah dalam kasih Yesusku
Seindah-indah pelangi, lebih indah kasih Yesusku
Kasih Yesus o, kasih Yesus, mengalahkan segalanya
Kasih Yesus o, kasih Yesus, mengalahkan segalanya.

Tanda Salib
Pendamping mengajak anak-anak untuk membuat tanda salib dengan dilagukan.
Notasi untuk lagu tanda salib ini menggunakan lagu “ Jari Manis Pake Cincin.”

Jari jempol, jari telunjuk, jari tengah di tengah


Jari manis pake cincin, jari kelingking kusayang
Kuberhitung satu, dua, tiga, empat dan lima
Katup tangan, tutup mata, mari kita berdoa

5 3 4 5 6 /5. . 0/ 4 2 3 4 5/ 4. . o/
Dalam na-ma Ba-pa, da-lam na-ma Pu-tra,

3 1 2 3 4 / 3 . 5 5 / 6 . 7/ i . . o //
dan da-lam Roh Ku-dus, a- min, a - min

121
Doa Pembuka
Pendamping mengajak anak-anak untuk berdoa. Pendamping mengucapkan
frasa demi frasa lalu ditirukan oleh anak-anak.

Tuhan Yesus, sahabat kami, kami bersyukur kepada-Mu, karena kasih-


Mu begitu besar bagi kami. Kami mohon berkatilah dan terangilah akal
budi kami, agar kami mampu memahami sabda-Mu tentang Allah
adalah kasih sehingga kami siap melaksanakannya dalam hidup kami
sehari-hari. Engkaulah yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang
masa. Amin.

PENDALAMAN KITAB SUCI

Mendengarkan Sabda Tuhan


Pendamping membaca dengan pelan-pelan supaya bisa dipahami oleh anak-
anak.

ALLAH ADALAH KASIH (1YOHANES 4:7-21)

122
Permainan “Menyusun Kata”
Setelah pembacaan teks Kitab Suci, proses pendalaman teks dibuat dalam
permainan yakni menyusun kata dengan menggunakan ayat-ayat dari 1Yohanes
4:7-21.
Persiapan:
• Pendamping memilih dan mengetik ayat-ayat kitab suci (Ayat-ayat
yang perlu disiapkan ay. 7, 10, 16, dan 20).
• Menggunting kata-kata dari ayat-ayat tersebut.

Proses bermain:
• Para peserta dibagi dalam beberapa kelompok; satu kelompok
terdiri dari 4 atau 5 anak.
• Pendamping membagikan ayat-ayat Kitab Suci yang sudah
dipotong kepada setiap kelompok.
• Pendamping membaca ulang ayat-ayat tersebut.
• Pendamping mengumumkan waktu untuk menyusun ayat, yaitu
satu menit.
• Setelah anak-anak selesai menyusunnya, Pendamping meminta
mereka membacakannya.

Pesan
Pendamping menyampaikan kepada anak-anak pesan yang terdapat dalam
perikop yang dibahas. Pesan ini disampaikan dengan kalimat-kalimat yang
sederhana, disertai dengan contoh-contoh, supaya dapat dipahami oleh anak-
anak.
1. Adik-adik yang terkasih, Allah adalah kasih. Allah mengasihi kita
melalui orangtua, guru-guru, teman-teman. Juga melalui matahari,
bulan, udara yang kita hirup, dan sebagainya.

123
2. Kalian sudah dibaptis. Melalui pembaptisan, kita telah diangkat
menjadi anak-anak Allah, sehingga kita dalam Doa “Bapa Kami”
kita memanggil Allah dengan panggilan “Bapa.”
3. Karena kita adalah anak-anak Allah yang selalu mengasihi kita,
kita pun diajak untuk mengasihi sesama.

Aksi
Pendamping mengajak anak-anak untuk menerapkan pesan Tuhan dalam
kehidupan mereka. Pendamping mengajak anak-anak untuk memikirkan hal-hal
konkret yang dapat dilakukan sebagai penerapan pesan itu. Pendamping
menyampaikan pertanyaan di bawah ini dan membantu anak-anak
menjawabnya:

Apa yang dapat kalian lakukan untuk mengasihi:


1. Tuhan
2. Orangtua
3. Guru
4. Teman-teman

Doa
Pendamping meminta anak-anak menyusun doa secara tertulis untuk mendoakan
orangtua, guru, dan teman. Pendamping perlu memberikan contoh doa. Lalu
Pendamping meminta anak-anak membacakan doa-doa itu satu demi satu. Sesudah
itu, Pendamping mengajak anak-anak mendoakan doa “Bapa Kami.”

PENUTUP

Doa Penutup
Pendamping mengajak anak-anak untuk perdoa. Pendamping mengucapkan
frasa demi frasa lalu ditirukan oleh anak-anak.
Jari jempol, jari telunjuk, jari tengah di tengah
Jari manis pake cincin, jari kelingking kusayang
Kuberhitung satu, dua, tiga, empat dan lima
Katup tangan, tutup mata, mari kita berdoa

5 3 4 5 6 /5. . 0/ 4 2 3 4 5/ 4. . o/
Dalam na-ma Ba-pa, da-lam na-ma Pu-tra,

3 1 2 3 4 / 3 . 5 5 / 6 . 7/ i . . o //
dan da-lam Roh Ku-dus, a- min, a - min

124
Pendamping mengajak anak-anak untuk berdoa. Pendamping mengucapkan
frasa demi frasa lalu ditirukan oleh anak-anak.

Tuhan Yesus sahabat kami, kami berterima kasih kepada-Mu karena


Engkau telah menyertai kami sepanjang pertemuan ini. Sabda-Mu
mengajar kami agar berbagi kasih kepada sesama. Kami mohon utuslah
Roh Kudus-Mu untuk membimbing kami agar dapat melakukan
kehendak-Mu. Nama-Mu kami puji kini dan sepanjang masa. Amin.

Lagu Penutup
Pendamping mengajak anak-anak menyanyikan Lagu Penutup untuk membantu
mereka mengingat pesan Tuhan yang sudah mereka dengarkan.

JADI ANAK TUHAN


Sayang-sayang disayang aku disayang Tuhan
Aku diangkat jadi anak-Nya aku disayang Tuhan
Glori, glori, glori, alleluya
Glori, glori, glori, alleluya
Glori, glori, glori puji Tuhan.

125
Tujuan:
1. Anak mengenal Yesus sebagai Anak Manusia, Raja yang berkuasa
menerimanya di surga.
2. Anak menyadari bahwa mereka adalah hamba-hamba Yesus yang setia.
3. Anak mampu melihat wajah Tuhan Yesus dalam diri sesamanya, dan
terbuka hati untuk menolong.

PEMBUKA

Lagu Pembuka
Pendamping mengajak anak-anak menyanyikan Lagu Pembuka untuk
mengarahkan mereka pada tema yang hendak dibahas.

DALAM YESUS
Dalam Yesus kita bersaudara
Dalam Yesus kita bersaudara
Dalam Yesus kita bersaudara sekarang dan selamanya
Dalam Yesus kita bersaudara

Bait II
Dalam Yesus ada cinta kasih (Ulang seperti di atas)

Bait III
Dalam Yesus ada kemenangan.

Tanda Salib
Pendamping mengajak anak-anak untuk membuat tanda salib dengan dilagukan.
5 3 4 5 6 /5. . 0/ 4 2 3 4 5/ 4. . o/
Dalam na-ma Ba-pa, da-lam na-ma Pu-tra,

3 1 2 3 4/3. 5 5 / 6 . 7/ i . . o //
dan da-lam Roh Ku-dus, a- min,a - min

126
Doa Pembuka
Pendamping mengajak anak-anak untuk berdoa. Pendamping mengucapkan
frasa demi frasa lalu ditirukan oleh anak-anak.

Ya, Bapa yang Baik, Kami anak-anak-Mu berkumpul lagi di tempat ini
untuk merenungkan sabda-Mu. Tuntunlah kami sepanjang pertemuan
ini, sehingga apa yang akan kami dengar lewat Sabda-Mu saat ini, dapat
membuka wawasan dan pikiran kami. Semoga apa yang kami perbuat
sejalan dengan kehendak-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus,
Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan
Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.

PENDALAMAN KITAB SUCI

Mendengarkan Sabda Tuhan


Pendamping mengajak anak-anak membaca teks Kitab Suci secara bergantian
ayat per ayat; misalnya, putra dan putri.

PENGHAKIMAN TERAKHIR (MATIUS 25:31-46)

127
Pendalaman dalam Kelompok
• Pendamping membagi anak-anak ke dalam dua kelompok yaitu kelompok
kambing dan domba.
• Pendamping meminta setiap kelompok untuk menemukan ayat-ayat teks
kitab suci yang berkaitan dengan kelompoknya masing-masing.
• Pendamping meminta anak-anak menulis pertanyaan untuk dijawab dalam
kelompok secara tertulis.
• Setelah selesai, perwakilan setiap kelompok diminta untuk membacakan
jawabannya dengan menunjuk ayat yang diacu.

Pertanyaan untuk Kelompok Domba:


1. Apa yang dilakukan oleh Anak Manusia itu bila Ia datang?
2. Mengapa Kelompok Domba layak masuk dalam Kerajaan Surga?
3. Bagaimana perasaan Kalian ketika menjadi Kelompok Domba?

Pertanyaan untuk Kelompok Kambing:


1. Apa yang dilakukan oleh Anak Manusia itu bila Ia datang?
2. Mengapa Kelompok Kambing tidak layak masuk dalam Kerajaan
Surga?
3. Bagaimana perasaan Kalian ketika menjadi Kelompok Kambing?

Penjelasan
Pada akhir zaman nanti, Tuhan Yesus akan datang ke dunia untuk
menghakimi semua orang. Ia akan mengutus para malaikat untuk

128
mengumpulkan semua orang dari seluruh dunia. Setelah itu para
malaikat akan memisahkan mereka menjadi dua, seperti gembala
memisahkan domba dan kambing. Orang-orang yang dilambangkan
dengan domba ditempatkan di sebelah kanan, sedangkan orang-orang
yang dilambangkan dengan kambing ditempatkan di sebelah kiri.

Kemudian Tuhan menyuruh orang-orang yang di sebelah kanan itu untuk


masuk ke dalam Kerajaan Surga. Mereka akan berbahagia di dalamnya.
Mengapa? Ketika Tuhan lapar, mereka memberi-Nya makan, ketika Tuhan
haus, mereka memberinya minum, ketika Tuhan tidak mempunyai baju,
mereka memberi-Nya pakaian. Tapi, mereka merasa tidak pernah
melakukan semua itu. Mereka belum pernah melihat Tuhan lapar, haus,
tidak punya pakaian, dan sakit. Lalu Tuhan mengatakan bahwa kalau
mereka menolong orang yang miskin dan sedang mengalami kesulitan,
sebenarnya hal itu mereka lakukan kepada Tuhan.

Sesudah itu, orang-rang yang di sebelah kanan itu dimasukkan ke


dalam api yang kekal. Apinya terus hidup dan orang yang ada di
dalamnya akan menderita selamanya. Mengapa? Ketika melihat orang-
orang yang miskin dan menderita, mereka tidak berbuat apa-apa.
Padahal, apa yang dilakukan kepada orang-orang miskin dan menderita
itu sebenarnya dilakukan kepada Tuhan.

Pesan
• Tuhan Yesus adalah Raja Kerajaan Surga dan kita semua adalah
hamba-hamba-Nya. Tuhan Yesus mengingatkan agar kita terus
menjadi Kelompok Domba supaya pada akhirnya dapat masuk ke
dalam Kerajaan Surga.
• Supaya dapat menjadi Kelompok Domba apa yang harus
dilakukan? Kita harus mengasihi Tuhan. Tetapi, Tuhan tidak
kelihatan. Lalu apa yang harus dilakukan? Tuhan Yesus menyebut
orang-orang yang miskin, sakit, tidak punya pakaian, dan
menderita itu saudara-saudara-Nya. Jadi, untuk mengasihi Tuhan,
kita diajak untuk mengasihi orang-orang yang mengalami
kesulitan itu.
• Sebagai hamba Yesus Kristus kita harus mampu melihat wajah
Yesus yang hadir dalam diri sesama kita, terutama sesama kita
yang menderita. Karena itu, hati kita terbuka untuk mau
menolong.

129
Aksi
Pendamping mengajak anak-anak untuk menerapkan pesan firman Tuhan dalam
kehidupan mereka dengan melakukan hal-hal konkret. Pendamping mengajak
anak-anak untuk Bersama-sama mengunjungi orang sakit, orang lanjut usia, dan
sebagainya. Pendamping juga dapat mengajak anak-anak untuk membantu
teman-teman yang memerlukan bantuan. Misalnya, alat tulis.

PENUTUP

Doa Penutup
5 3 4 5 6 /5. . 0/ 4 2 3 4 5/ 4. . o/
Dalam na-ma Ba-pa, da-lam na-ma Pu-tra,

3 1 2 3 4 / 3 . 5 5 / 6 . 7/ i . . o //
dan da-lam Roh Ku-dus, a- min, a - min
Pendamping mengajak anak-anak untuk berdoa. Pendamping mengucapkan
frasa demi frasa lalu ditirukan oleh anak-anak.

Tuhan Yesus, Raja Surgawi, kami berterima kasih kepada-Mu karena


Engkau telah menyertai kami sepanjang pertemuan ini. Sabda-Mu
mengajarkan kepada kami agar kami terbuka hati untuk menolong
sesama kami, terutama mereka yang menderita. Bantulah kami agar
mampu melaksanakan Sabda-Mu itu dalam hidup kami sehari-hari.
Semuanya ini demi kemuliaan nama-Mu, kini dan sepanjang masa.
Amin.

Lagu Penutup
Pendamping mengajak anak-anak menyanyikan Lagu Penutup untuk membantu
mereka mengingat pesan Tuhan yang sudah mereka dengarkan.

“KUKASIHI KAU”
Kukasihi kau dengan kasih Tuhan
Kukasihi kau dengan kasih Tuhan
Kulihat di wajahmu kemuliaan Tuhan
Kukasihi kau dengan kasih Tuhan

130
Tujuan:
1. Anak mengenal Yesus sebagai Tuhan Yang Mahakuasa.
2. Anak menyadari bahwa Tuhan memberi tugas untuk membawa sukacita
bagi orang lain.

PEMBUKA

Lagu Pembuka
Pendamping mengajak anak-anak menyanyikan Lagu Pembuka untuk
mengarahkan mereka pada tema yang hendak dibahas.
Tuhan selalu melihat apa yang kita perbuat
Apa yang baik maupun yang jahat
Oleh sebab itulah jangan berbuat jahat
Tuhan melihat (2x)

Tanda Salib
Pendamping mengajak anak-anak untuk membuat tanda salib dengan dilagukan.
Notasi untuk lagu tanda salib ini menggunakan lagu “Ampar-ampar Pisang.”

Dalam nama Bapa,


dalam nama Putera,
dan dalam Roh Kudus.
Amin, amin, amin.

Doa Pembuka
Tuhan Yesus, dengan penuh cinta Engkau telah melaksanakan tugas
dan tanggung jawab-Mu sebagai utusan Bapa yang penuh kasih.
Tuntunlah kami anak-anak-Mu agar melaksanakan kehendak Bapa
seperti Engkau. Bantulah kami agar dapat menjalani kehidupan sesuai
dengan teladan cinta kasih-Mu, agar nama-Mu semakin dimuliakan di
seluruh bumi. Sebab Engkaulah yang berkuasa, kini dan sepanjang
masa. Amin.

131
PENDALAMAN KITAB SUCI

Membaca
Pendamping mempersiapkan salah seorang anak untuk membacakan teks ini
dengan gaya “bertutur Kitab Suci” agar menarik untuk disimak.

PENJALA IKAN MENJADI PENJALA MANUSIA (LUKAS 5:1-11)

Pendalaman
Pendamping membantu anak-anak untuk memahami teks dengan pertanyaan-
pertanyaan penuntun berikut ini:

1. Perahu siapa yang digunakan oleh Yesus ketika mengajar di tepi


danau? (Simon Petrus)
2. Apa yang dikatakan Yesus kepada Simon setelah mengajar orang
banyak? (Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah
jalamu ke tempat yang dalam, ayat 4)

132
3. Apa yang dikatakan Simon Petrus, ketika melihat hasil tangkapan
yang berkelimpahan? (Tuhan, pergilah dari padaku karena aku ini
seorang berdosa, ayat 8)
4. Apa kata Yesus kepada Simon Petrus setelah mendengarkan
ungkapan penyesalan Simon Petrus? (Jangan takut! Mulai dari
sekarang Engkau akan menjala manusia, ayat 10b)

Permainan “Pesan Berantai”


Setelah pembacaan teks Kitab Suci, proses pendalaman teks dibuat dalam
permainan untuk mengingat ayat penting dalam perikop ini.

Kalimat yang digunakan untuk pertemuan ini diambil dari ayat 10:
“Jangan takut! Mulai dari sekarang Engkau akan menjala manusia.”

Cara Bermain:
1. Pendamping membagi anak dalam dua atau tiga kelompok.
2. Setiap kelompok mengatur barisan memanjang berbentuk seperti
kereta api.
3. Salah satu peserta yang berdiri paling depan akan mendapat ayat
Kitab Suci dan ayat itu harus dihafal untuk disampaikan ke teman
yang berdiri di belakangnya seterusnya hingga peserta terakhir
dalam kelompok. Penyampaian pesan tersebut disampaikan secara
lisan.
4. Jika pesan yang disampaikan itu dari peserta ke peserta lain
bunyinya konsisten sesuai dengan ayat Kitab Suci hingga peserta
terakhir, maka kelompok itu dinyatakan sebagai pemenang.

Pesan
Pendamping menyampaikan kepada anak-anak pesan yang terdapat dalam perikop
yang dibahas. Pesan ini disampaikan dengan kalimat-kalimat yang sederhana,
disertai dengan contoh-contoh, supaya dapat dipahami oleh anak-anak.

Adik-adik terkasih, melalui permainan tadi kita belajar bahwa Tuhan


Yang Mahakuasa memanggil kita untuk membawa sukacita kepada
sesama. Seperti Simon Petrus, dia diubah dari penjala ikan menjadi
penjala manusia, yakni membawa sesama untuk mengenal Yesus.

Aksi
Pendamping mengajak anak-anak untuk menerapkan pesan firman Tuhan dalam
kehidupan mereka dengan melakukan hal-hal konkret. Pendamping memberi

133
tugas kepada anak-anak membuat komitmen untuk mengajak orang-orang di
sekitarnya untuk lebih dekat dengan Tuhan.

Adik-adik semua, seperti Petrus dipanggil untuk menjadi utusan


Tuhan, kita pun dipanggil untuk melakukan hal yang sama. Kalian
dapat menjadi utusan Tuhan untuk mengajak orangtua, kakak, adik
dan teman-teman untuk lebih dekat dengan Tuhan, dengan rajin
mengikuti Misa, membaca Kitab Suci, dan rajin berdoa.

PENUTUP

Doa Penutup
Pendamping mengajak anak-anak untuk membuat tanda salib dengan dilagukan
dengan notasi “Ampar-ampar Pisang.”

Dalam nama Bapa


dalam nama Putera
dan dalam nama Roh Kudus
amin, amin, amin.
Pendamping mengajak anak-anak untuk berdoa. Pendamping mengucapkan
frasa demi frasa lalu ditirukan oleh anak-anak.

Ya Yesus yang penuh kasih, Engkau telah memilih Simon Petrus


menjadi penjala manusia agar ia mewartakan sabda-Mu. Pilihlah kami
menjadi murid-Mu dan tuntunlah kami agar sanggup mengikuti Dikau
dengan setia. Bantulah kami agar berani melaksanakan Sabda-Mu di
dalam hidup kami setiap hari. Engkaulah yang hidup bersama Bapa dan
Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.

Lagu Penutup
Pendamping mengajak anak-anak menyanyikan Lagu Penutup untuk membantu
mereka mengingat pesan Tuhan yang sudah mereka dengarkan.

PENJALA ORANG
Marilah kau ikuti Aku
Ikut Aku, ikut Aku
Marilah kau ikut aku kan kujadikan
Penjala orang, penjala orang
Marilah kau ikut aku, menjala orang.

134
Tujuan:
1. Anak menyadari bahwa mereka dibaptis dan menjadi anggota Gereja Katolik.
2. Anak memahami cara hidup sebagai anggota Gereja Katolik.

PEMBUKA

Lagu Pembuka
Pendamping mengajak anak-anak menyanyikan Lagu Pembuka untuk
mengarahkan mereka pada tema yang hendak dibahas.

KITA GEREJA TUBUH KRISTUS


Bila kita saling berkumpul di dalam Tuhan
Kristus ada di tengah kita, kita jadi Gereja
Bila kita saling berjumpa menyapa dulu
Hidup Rukun dan sejahtera cita-cita Gereja
Kristus itu kepala kita, kita tubuh-Nya
Kita memang menjadi satu namun macam ragam

Tanda Salib
Pendamping mengajak anak-anak untuk membuat tanda salib dengan dilagukan.
Notasi untuk lagu tanda salib ini menggunakan lagu “Balonku Ada Lima.”

Tanganku ada dua


Lima-lima jarinya
Ku katup bersama-sama
Bila aku berdoa

5 3 4 5 6 /5. . 0/ 4 2 3 4 5/ 4. . o/
Dalam na-ma Ba-pa, da-lam na-ma Pu-tra,
3 1 2 3 4 / 3 . 5 5 / 6 . 7/ i . . o //
dan da-lam Roh Ku-dus, a- min, a - min.

Doa Pembuka
Tuhan Yesus, kami berterima kasih untuk berkat dan penyertaan-Mu
bagi kami. Kami bersyukur karena kami telah dibaptis dan menjadi

135
anggota Gereja-Mu. Bantulah kami agar selalu setia dalam persekutuan
Gereja-Mu. Terpujilah nama-Mu, kini dan sepanjang masa. Amin.

PENDALAMAN KITAB SUCI

Membaca
Pendamping mengajak anak-anak untuk membacakan teks secara bersama.

CARA HIDUP JEMAAT YANG PERTAMA (KISAH 2:37-47)

Mendalami
Pendamping membantu anak-anak untuk memahami teks dengan pertanyaan-
pertanyaan penuntun berikut ini:
1. Apa yang dijawab oleh Petrus ketika orang bertanya tentang apa
yang harus mereka perbuat? (Bertobatlah! Dan hendaklah kamu
masing-masing memberi dirimu dibaptis, dalam nama Yesus

136
Kristus, untuk pengampunan dosamu maka kamu akan menerima
karunia Roh Kudus (ayat 38)).
2. Menurut teks tadi, apa yang dilakukan oleh orang-orang yang
telah dibaptis oleh para Rasul? (Mereka bertekun dalam pengajaran
rasul-rasul dan dalam persekutuan. Mereka selalu berkumpul untuk
memecahkan roti dan berdoa (ayat 42))

Permainan “Tol Kasih”


Setelah pembacaan teks Kitab Suci, proses pendalaman teks dibuat dalam
permainan untuk mengingat ayat penting dalam perikop ini.

Cara bermain:
1. Pendamping membagi peserta dalam dua atau tiga kelompok
2. Setiap kelompok berjuang membuat “jalan tol” terpanjang dengan
menggunakan seluruh atribut yang mereka miliki (contoh: sandal,
jaket, ikat pinggang, rantai, buku, dan sebagainya) dan dilarang
menggunakan atribut lain yang tidak mereka miliki.
3. Kelompok yang berhasil membuat jalan tol panjang dinyatakan
sebagai pemenang.

Pesan
Pendamping menyampaikan kepada anak-anak pesan yang terdapat dalam perikop
yang dibahas. Pesan ini disampaikan dengan kalimat-kalimat yang sederhana,
disertai dengan contoh-contoh, supaya dapat dipahami oleh anak-anak.

Adik-adik, melalui permainan ini, kita belajar untuk rela berkorban dan
mau berbagi dari apa yang kita miliki kepada sesama kita. Dalam
bacaan yang sudah kita dengarkan, kita belajar dari pengalaman hidup
Jemaat Perdana. Mereka senantiasa berkumpul, berdoa, dan berbagi
harta kekayaan kepada sesama. Sebagai anggota gereja Katolik kita rajin
mengikuti Perayaan Ekaristi, berdoa bersama, membaca Kitab Suci, dan
mengikuti kegiatan bina iman anak. Kita diajak untuk menghidupi
semangat 2D2K (doa, derma, korban dan kesaksian).

Aksi
Pendamping mengajak anak-anak untuk menerapkan pesan firman Tuhan dalam
kehidupan mereka dengan melakukan hal-hal konkret. Pendamping mengajak
peserta untuk setia mengikuti kegiatan rohani di Gereja dan mau berderma.

• Terlibat dalam tugas liturgi di gereja: koor, misdinar, lektor,


pemazmur, dll.

137
• Memberi derma untuk berbagai kepentingan pengembangan gereja:
seperti derma untuk orang sakit, pendidikan calon imam, dll.

PENUTUP

Doa Penutup
Pendamping mengajak anak-anak untuk membuat tanda salib dengan dilagukan.
Notasi untuk lagu tanda salib ini menggunakan lagu “Balonku Ada Lima.”
Tanganku ada dua
Lima-lima jarinya
Ku katup bersama-sama
Bila aku berdoa

5 3 4 5 6 /5. . 0/ 4 2 3 4 5/ 4. . o/
Dalam na-ma Ba-pa, da-lam na-ma Pu-tra,
3 1 2 3 4 / 3 . 5 5 / 6 . 7/ i . . o //
dan da-lam Roh Ku-dus, a- min, a - min
Pendamping mengajak anak-anak untuk berdoa. Pendamping mengucapkan
frasa demi frasa lalu ditirukan oleh anak-anak.

Ya Allah Bapa yang Mahakuasa, terima kasih untuk penyertaan-Mu


dalam pertemuan ini. Kuatkan hati kami, anak-anakmu di dalam Gereja
ini. Bantulah kami agar selalu setia dalam iman kepada Dikau melalui
persatuan dan persekutuan dalam Gereja. Demi Kristus Tuhan dan
Pengantara kami. Amin.

Lagu Penutup
Pendamping mengajak anak-anak menyanyikan Lagu Penutup untuk membantu
mereka mengingat pesan Tuhan yang sudah mereka dengarkan.

DI SINI SENANG, DI SANA SENANG


Di sini senang, di sana senang
Di mana-mana hatiku senang
Di Gereja senang, di sekolah (bisa diganti tempat lain, rumah dsb) senang
Di mana-mana hatiku senang-senang
Tangan di lambai-lambai
Pinggul di goyang-goyang
Kaki disentak-sentak
Putar badan 2x

138
HARI MINGGU KITAB SUCI NASIONAL
(Minggu Biasa XXIII – Tahun A, 6 September 2020)

RITUS PEMBUKA

Perarakan Masuk
Disarankan pada hari Minggu Kitab Suci ini, sebaiknya dilaksanakan perarakan
masuk meriah dengan urutan sebagai berikut: pembawa pendupaan (pengisian
dupa hendaknya pada pintu masuk), pembawa salib diapit dua pembawa lilin
bernyala, pembawa Kitab Injil (Evangeliarium), Kitab Suci edisi Mimbar dan
diikuti Imam. Dan setelah diarak, Kitab Injil (Evangeliarium) dan Kitab Suci
diletakkan di atas altar. Kemudian Imam mendupai altar.

Tanda Salib dan Salam


I Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
U Amin.
I Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan persekutuan
Roh Kudus besertamu.
U Dan sertamu juga.

Pengantar
I Saudara-saudari yang terkasih, pada hari Minggu ini, kita memasuki
Hari Minggu pertama dalam Bulan Kitab Suci Nasional 2020. Setiap
bulan September, Gereja Katolik secara khusus mengajak umatnya
untuk mengarahkan perhatian lebih kepada Kitab Suci. Gereja
mengajak umat untuk lebih dekat dengan kitab suci, melalui
kegiatan-kegiatan baik secara pribadi maupun bersama dalam
kelompok atau komunitas. Gereja mengajak kita untuk
menyediakan waktu lebih untuk membaca dan merenungkan kitab
suci. Dalam upaya untuk mengenal lebih dalam tentang Kitab Suci,
gereja mengajak kita untuk bersama merenungkan tema utama
Bulan Kitab Suci tahun ini, yakni “Mewartakan Kabar Gembira
dalam Krisis Iman dan Identitas Kristiani.” Tema ini mengajak kita
sekalian untuk menyadari betapa perubahan zaman berpengaruh

139
besar dalam hidup keseharian kita. Sadar atau tidak kita bahkan
nyaris kehilangan iman dan identitas diri kita sendiri hanya karena
terlena dan ikut hanyut dalam arus zaman yang berubah dan
bergerak setiap hari, setiap jam bahkan setiap menit. Dalam terang
Sabda Allah, kita diajak untuk bagaimana menyikap perkembangan
zaman ini sehingga kita tetap menjadi saksi-saksi Kristus yang tidak
lupa diri, yang tidak hilang iman kita karena tergerus perubahan
zaman. Karena pada hakikatnya Sabda Allah senantiasa
menghadirkan sukacita, kedamaian, ketenangan, kasih dan
kegembiraan yang tidak hilang ditelan perubahan zaman. Dengan
demikian hidup dan karya kita senantiasa memancarkan terang
kemuliaan Allah bagi banyak orang di mana saja kita berada.

Seruan Tobat
I Saudara-saudari terkasih, di hadapan Tuhan yang kini hadir di
tengah-tengah kita, marilah menyesali dan mengakui segala dosa,
serta memohon ampun atas segala kekurangan kita, supaya pantas
bertemu dengan Dia dan layak merayakan Sabda penyelamatan-
Nya. Saya mengaku ...
U Saya Mengaku kepada Allah yang Mahakuasa ...
I Semoga Allah yang Mahakuasa, mengasihani kita, mengampuni
dosa kita dan menghantar kita pada kehidupan yang kekal.
U Amin.

Kemuliaan

Doa Pembuka
I Marilah berdoa. Ya Allah, Engkau telah menebus kami dan
mengangkat kami menjadi anak-anak-Mu. Pandanglah anak-anak
kesayangan-Mu dengan rela hati, supaya semua orang yang percaya
kepada Kristus memperoleh kebebasan sejati serta warisan abadi.
Bukalah mata hati dan telinga kami untuk mendengarkan Sabda-
Mu. Berilah kami kekuatan untuk menjadi saksi Injil-Mu di tengah
dunia ini. dengan perantaraan Kristus, Tuhan kami, yang bersama
dengan Dikau dan dalam persatuan dengan Roh Kudus, hidup dan
berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
U Amin.

140
LITURGI SABDA

Bacaan Pertama: Yeh. 33:7-9


L Pembacaan dari Nubuat Yehezkiel: “Jika engkau tidak berkata apa-
apa kepada orang jahat, Aku akan menuntut pertanggungjawaban
atas nyawanya dari padamu.”

Beginilah Firman Tuhan, “Wahai engkau anak manusia, Aku


menetapkan engkau menjadi penjaga bagi kaum Israel. Bilamana
engkau mendengar suatu Firman dari-Ku, peringatkanlah mereka demi
nama-Ku. Kalau aku berfirman kepada orang jahat: Hai orang jahat,
engkau pasti mati! Dan engkau tidak berkata apa-apa untuk
memperingatkan orang jahat itu supaya bertobat dari hidupnya, maka
orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi darimu Aku akan
menuntut pertanggungjawaban atas nyawanya. Sebaliknya, jikalau
engkau memperingatkan orang jahat itu supaya ia bertobat dari
hidupnya, tetapi ia tidak mau bertobat, ia akan mati dalam
kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu.”

Demikianlah Sabda Tuhan.

U Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan (Mzm. 95:1-2,6-7, 8-9)


Pemazmur menyanyikan/mendaraskan/mengucapkan mazmur sambil berdiri
pada mimbar atau di tempat yang pantas.

Ayat oleh pemazmur:

1. Marilah kita bernyanyi-nyanyi bagi Tuhan, bersorak-sorai bagi


gunung batu keselamatan kita. Biarlah kita memandang wajah-
Nya dengan lagu syukur, bersorak-sorai bagi-Nya dengan mazmur.

141
2. Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan
Tuhan yang menjadikan kita. Sebab, Dialah Allah kita; kita ini
umat gembalaan-Nya serta kawanan domba-Nya.
3. Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara-Nya, janganlah
bertegar hati seperti di Meriba, seperti waktu berada di Masa di
padang gurun, ketika nenek moyangmu mencobai dan menguji
Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku.

Bacaan Kedua: Rm. 13:8-10


L Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma: “Kasih
itu kegenapan Hukum Taurat.”

Saudara-saudara, janganlah berhutang apa-apa kepada siapa pun, tetapi


hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi
sesamanya manusia, ia sudah memenuhi Hukum Taurat. Karena
Firman berikut ini: Jangan berzina, jangan membunuh, jangan mencuri,
jangan mengingini serta segala Firman lain mana pun juga, sudah
tersimpul dalam Firman ini: Kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri! Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia.
Karena itu, kasih adalah kegenapan Hukum Taurat.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U Syukur kepada Allah.

Alleluya/Bait Pengantar Injil

142
Injil: Mat. 18:15-20
I Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas.
U Dimuliakanlah Tuhan
I “Jika seorang berdosa mendengarkan nasihatmu, engkau telah
mendapatnya kembali.”

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Apabila


saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia di bawah empat mata. Jika ia
mendengar nasihatmu, engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia
tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lain,
supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak
disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah
soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan
jemaat, pandanglah dia sebagai orang yang tidak mengenal Allah atau
seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sungguh, apa yang
kamu ikat di dunia ini akan terikat di surga, dan apa yang kamu
lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga. Dan lagi Aku berkata
kepadamu: Jika dua orang di antaramu di dunia ini sepakat meminta
apa pun, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di
surga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul demi nama-Ku,
Aku hadir di tengah-tengah mereka.”

I Berbahagialah orang yang mendengarkan Sabda Tuhan dan tekun


melaksanakannya.
U Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Homili
Umat duduk. Beberapa gagasan yang disarankan untuk disampaikan dalam
Homili dapat dilihat dalam poin-poin di bawah ini.

Mengingatkan kepada umat tentang tujuan BKSN:


• Untuk mendekatkan dan memperkenalkan umat dengan Sabda
Allah
• Untuk mendorong umat memiliki Kitab Suci, menggunakannya
sebagai pegangan hidup.
• BKSN menjadi kesempatan untuk lebih dekat dengan Kitab Suci,
membaca Kitab Suci, mengerti dan menghidupinya. Diharapkan
umat terlibat aktif pada pertemuan pendalaman Kitab Suci.

143
Berkaitan dengan Tema “Mewartakan Kabar Gembira dalam Krisis
Iman dan Identitas Kristiani”:
• Kita bersyukur dan bangga atas Sabda Tuhan yang menjadi
pedoman dan penuntun hidup kita.
• Kehadiran Yesus dan Sabda-Nya adalah bukti kehadiran Allah di
tengah-tengah kita. Yesus memberi perintah untuk saling
mengasihi satu sama lain. Semoga dalam hidup ini, kita pun tetap
mengutamakan kasih di tengah zaman ini. Semoga kekatolikan
kita tidak luntur oleh pengaruh tantangan zaman ini.
• Di tengah krisis iman dan identitas diri dewasa ini, kita perlu
menyadari bahwa kita dikasihi Allah, dimampukan untuk
mengasihi dan melayani, dipercaya untuk menjadi pewarta Injil,
dan dipersatukan dalam Gereja yang satu, kudus, katolik dan
apostolik.

Credo

Doa Umat
I Saudara-saudari yang terkasih, marilah menyampaikan permohonan
kepada Allah Bapa yang telah bersabda melalui Putera-Nya, Yesus
Kristus, tuhan kita. Kita percaya bahwa Bapa yang Maharahim
mendengarkan doa-doa kita dan menganugerahkan yang terbaik
bagi kita.
L Bagi Gereja Masa Sekarang. Ya Bapa, tabahkanlah Gereja-Mu
pada masa sekarang ini, agar berani menyuarakan peringatannya
terhadap ketidakadilan dan kekerasan yang berkecamuk di tengah
masyarakat.
U Semoga umat-Mu semakin teguh memperjuangkan keadilan dan
kebenaran dalam Kristus.
L Bagi semua yang mencari kebenaran. Ya Bapa, bimbinglah
mereka yang mencari kebenaran, semoga perjumpaan dengan umat-
Mu membawa mereka pada Kristus, Sang Kebenaran sejati.
U Semoga umat-Mu semakin teguh memperjuangkan keadilan dan
kebenaran dalam Kristus.
L Bagi Kaum Muda, Remaja dan Anak-anak. Ya Bapa, berkati
kaum muda, remaja dan anak-anak kami yang adalah masa depan
gereja-Mu, agar mereka tetap setia pada iman mereka akan Kristus
Yesus, meski dipengaruhi oleh tantangan zaman ini. Dampingilah

144
mereka dengan Roh Kudus-Mu agar mereka teguh dan bertahan
menjadi saksi cinta dan kasih di tengah-tengah dunia ini.
U Semoga umat-Mu semakin teguh memperjuangkan keadilan dan
kebenaran dalam Kristus.
L Bagi Kita semua yang hadir di sini. Ya Bapa, semoga hati kami
terbuka menerima Sabda-Mu, dan mampukanlah kami untuk berani
bersaksi tentang iman kami kepada sesama kami.
U Semoga umat-Mu semakin teguh memperjuangkan keadilan dan
kebenaran dalam Kristus.

LITURGI EKARISTI
Persiapan Persembahan
Doa Persiapan Persembahan
Prefasi
Kudus
Doa Syukur Agung
Bapa Kami
Doa Damai
Anak Domba Allah
Persiapan Komuni
Komuni

Doa Sesudah Komuni


I Marilah kita berdoa. Ya Allah, Engkau telah menyegarkan dan
menghidupkan kami dengan santapan Sabda dan sakramen surgawi.
Semoga berkat anugerah Putera-Mu yang sedemikian besar, kami
dapat bertumbuh dalam iman agar layak mendapat bagian yang
tetap dalam hidup-Nya. Dialah Tuhan dan pengantara kami, yang
hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa.
U Amin.

145
RITUS PENUTUP

Pengumuman

Berkat
I Tuhan sertamu
U Dan sertamu juga.
I Semoga Allah Bapa membuka budi dan hati kita agar dapat
memahami Sabda-Nya yang tertulis dalam Kitab Suci dengan baik.
U Amin.
I Semoga Allah Putera memperkuat iman kita supaya kita dapat
melaksanakan Sabda-Nya.
U Amin.
I Semoga Roh Kudus menerangi dan mengangkat hati kita sehingga
dapat memahami kehendak Bapa dan menganugerahkan kekuatan
supaya kita dapat melaksanakannya.
U Amin.
I Semoga saudara sekalian diberkati oleh Allah yang Mahakuasa: Bapa
dan Putera dan Roh Kudus
U Amin.
I Saudara sekalian, dengan ini perayaan ekaristi, pembukaan Bulan
Kitab Suci Nasional sudah selesai.
U Syukur Kepada Allah
I Marilah pergi, kita diutus untuk membawa kabar gembira di tengah
dunia.
U Amin.

Perarakan Keluar

146

Anda mungkin juga menyukai