Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat


dan karunia yang telah diberikan kepada kami sehingga bisa menyelesaikan
Laporan Kelompok Keperawatan Jiwa II tentang “Resiko Perilaku Kekerasan”

Dalam penyusunan Tugas ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.


Namun kami menyadari bahwa  dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan dari beberapa orang, sehingga kendala-kendala
yang kami hadapi teratasi.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik


pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini dan bila
untuk makalah selanjutnya. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi
sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Aamiin

Palembang, 25 Oktober 2019

Penulis 

DAFTAR ISI

1
KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..................................................................................3
C. Manfaat Penulisan................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................5

A. Definisi Resiko Perilaku Kekerasan.....................................................5


B. Rentang Respon Resiko Perilaku Kekerasan........................................6
C. Etiologi Resiko Perilaku Kekerasan.....................................................7
D. Tanda dan Gejala Resiko Perilaku Kekerasan......................................10
E. Pohon Masalah Resiko Perilaku Kekerasan.........................................11
F. Akibat Resiko Perilaku Kekerasan.......................................................11
G. Masalah Keperawatan...........................................................................11
H. Diagnosa...............................................................................................11
I. Intervensi..............................................................................................11

BAB III RESUME KASUS............................................................................12

BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................18

BAB V PENUTUP..........................................................................................19

A. Kesimpulan ..........................................................................................19
B. Saran.....................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................20

LAMPIRAN JURNAL...................................................................................

BAB I

2
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan
benci atau marah yang bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Gangguan jiwa perilaku kekerasan dapat terjadi pada setiap orang memiliki
tekanan batin yang berupa kebencian terhadap seseorang. Maka seseorang
yang memiliki gangguan jiwa perilaku kekerasan ini perlu mendapatkan
perhatian khususnya dalam perawatan supaya resiko tindakan yang dapat
membahayakan diri sendiri dan orang lain bisa diperkecil. (Yosep, 2007)

Salah satu bentuk gangguan jiwa adalah perilaku amuk. Amuk


merupakan respon kemarahan yang palin maladaftif yang ditandai dengan
perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol,
dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
(Keliat, 2010)

Tingkah laku amuk dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain model
teori importation yang mencerminkan kedudukan klien dalam membawa
atau mengadopsi nilai-nilai tertentu. Model teori yang kedua yaitu model
situasionisme, amuk adalah respon terhadap keunikan, kekuatan dan
lingkungan rumah sakit yang terbatas yang membuat klien merasa tidak
berharga dan tidak diperlakukan secara manusiawi. Model selanjutnya yaitu
model interaksi, model ini menguraikan bagaimana proses interaksi yang
terjadi antara klien dan perawat dapat memicu atau menyebabkan terjadinya
tingkah laku amuk. Amuk merupakan respon marah terhadap adanya stress,
cemas, harga diri rendah, rasa bersalah, putus asa dan ketidakberdayaan.
Respon ini dapat diekspresikan secara internal maupun eksternal.Secara
internal dapat berperilaku yang tidak asertif dan merusak diri, sedangkan
secara eksternal dapat berupa perilaku destruktifagresif. Adapun respon
marah diungkapkan melalui 3 cara yaitu secara verbal, menekan dan
menantang (Keliat, 2010).

3
World health organization (WHO) Global Campaign for Violence
Prevention tahun 2003, menginformasikan bahwa 1,6 juta penduduk dunia
kehilangan hidupnya karena tindak kekerasan dan penyebab utama kematian
pada mereka yang berusi antara 15 hingga 44 tahun. Sementara itu, jutan
anak-anak di dunia dianiaya dan ditelantarkan oleh orangtua mereka atau
yang seharusnya mengasuh mereka. Terjadi 57.000 kematian karena tindak
kekerasan terhadap anak di bawah usia 15 tahun pada tahun 2000, dan anak
berusia 0-4 tahun lebih dari dua kali lebih banyak dari anak berusia 5-14
tahun yang mengalami kematian. Terdapat 4-6% lansia mengalami
penganiayaan di rumah. Defisir kapasitas mental tau retardasi mental 34%,
disfungsi mental misalnya kecemasan, depresi, dan sebagainya 16,2%,
sedang disintegrasi mental atau psikosis 5,8%. (Hamid, 2009)

Menurut Yosep, Keliat, dan Hamid, perilaku kekerasan adalah suatu


keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan
secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, ataupun terhadap
lingkungan sekitar.

RSJD Surakarta merupakan satu-satunya Rumah sakit jiwa di


karesidenan Surakarta, dan merupakan rumah sakit pendidikan.Serta
memiliki pasien dari berbagai daerah di Surakrta dan sekitarnya.Dampak
perkembangan zaman dan dewasa ini juga menjadi faktor peningkatan
permasalahan kesehatan yang ada, menjadikan banyaknya masalah
kesehatan fisik juga masalah mental/spiritual.Kesehatan jiwa (mental health)
menurut Undang-Undang No.3 tahun 1996 adalah suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan psikis, intelektual dan emosional yang
optimal. (http: www.warmasif.co.id/kesehatan online, diakses tanggal 7 Juni
2011)

Perbandingan gangguan jiwa perilaku kekerasan yang ada di RSJD


Surakarta kurang lebih 34%, jika dibandingkan dengan ganggua jiwa
lainnya. Diantaranya halusinasi 42%, harga diri rendah 14,5%, defisit

4
perawatan diri 5,6% dan menarik diri 3,9%. Gangguan perilaku kekerasan
yang terjadi dikarenakan anggapan sebagian orang merupakan pengaruh
magis.Sehingga masyarakat lebih percaya dengan memanfaatkan
pengobatan supranatural atau dukun dibandingkan dengan pengobatan
medis.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, penulis ingin


memberikan asuhan keperawatan jiwa khususnya perilaku kekerasan dengan
pelayanan secar holistik dan komunikasi terapeutik dalam meningkatkan
kesejahteraan serta mencapai tujuan yang diharapkan.

Menurut hasil survey Kesehatan Mental 1995 ditemukan 185 per 1000
penduduk di Indonesia menunjukan adanya gejala gangguan jiwa. Hal ini
didukung data dari depkes RI yang melaporkan bahwa di Indonesia jumlah
penderita penyakit jiwa berat sekitar 6 juta orang atau sekitar 2,5% dari total
penduduk Indonesia. Perilaku kekerasan merupakan salah satu penyakit jiwa
yang ada di Indonesia, dan hingga saat ini diperkirakan jumlah penderitanya
mencapai 2 juta orang.Hal ini didukung oleh data dari catatan medical
record RSJD Surakarta pada tahun 2002.

(http://www.Jurnal Penelitian Sains & Teknologi.com, diakses tanggal 7


Juni 2011)

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum :
Mendapatkan gambaran, mengambil keputusan untuk menerapkan
asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa sesuai dengan
masalah utama gangguan perilaku kekerasan.
2. Tujuan khusus :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan jiwa perilaku
kekerasan
b. Merumuskan dan menegakkan diagnosa keperawatan pada klien
dengan gangguan perilaku kekerasan.

5
c. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien dengan
gangguan jiwa perilaku kekerasan
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan
jiwa perilaku kekerasan
e. Melaksanakan penilaian pada klien dengan gangguan jiwa perilaku
kekerasan

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan
informasi dan pemecahan masalah keperawatan jiwa tentang asuhan
keperawatan jiwa perilaku kekerasan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan yang diperlukan dan pelaksanaan praktik
pelayanan keperawatan pada keperawatan jiwa khususnya.
b. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan acuan dalam kegiatan proses belajar mengajar
tentang asuhan keperawatan jiwa khususnya perilaku kekerasan.
c. Bagi Penulis
Sebagai sarana dan alat untuk menambah pengetahuan dan
memperoleh pengalaman khususnya di bidang keperwatan jiwa.
d. Bagi Keluarga
Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang perawatan
gangguan jiwa terutama pada anggota keluarga khususnya dengan
klien yang mengalami gangguan jiwa perilaku kekerasan.

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Risiko Perilaku Kekerasan

Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai


reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai
ancaman, pengungkapan marah yang konstruktif dapat membuat perasaan
lega. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku
yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis
(Riyadi & Purwanto, 2009). Perilaku kekerasan menurut Kusumawati dan
Hartono (2011) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri
maupun orang lain, disertai dengan amuk dan aduh, gelisah yang
tidakterkontrol.

Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang


dihadapi seseorang yang ditunjukan dengan perilaku aktual melakukan
kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain secara fisik maupun
psikologis (Berkowits, 2000 dalam Yosep, 2011). Perilaku kekerasan
adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat
membahayakan diri sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan barang-
barang (Maramis, 2009).

Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa


perilaku kekerasan adalah suatu tindakan dengan tenaga yang dapat
membahyakan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan yang bertujuan
untuk melukai yang disebabkan karena adanya konflik dan permasalahan
pada seseorang baik secara fisik maupun psikologis.

7
B. Rentang Respon
Perilaku kekerasan dianggap suatu akibat yang ekstrem dari marah.
Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering di pandang sebagai rentang
di mana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan di sisi yang lain.
Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, dan marah.
Hal ini akan mempengaruhi perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan
emosi secara mendalam tersebut terkadang perilaku agresif atau melukai
karena menggunakan koping yang tidak baik.

Responadaptif Respon Maladaptif

Asertif frustasi pasif agresif amuk

Gambar II. 1 Rentang Respon (Sumber : Yosep, 2011)

Perilaku yang ditampakan mulai dari yang adaptif sampai maladaptif:


Keterangan:
1. Asertif: individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan
orang lain dan memberikankenyamanan
2. Frustasi: individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat mrah dan
tidak dapat menemukanalternatif
3. Pasif: individu tidak dapat mengungkapkanperasaannya
4. Agresif : perilaku yang menyertai marahdan bermusuhan yang kuat
serta hilangnya kontrol
5. Amuk : suatu bentuk kerusakan yang menimbulkankerusuhan(Yosep,
2011)

8
C. Etiologi
1. Faktorpredisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor yang mendasari atau mempermudah
terjadinya perilaku yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, nilai-
nilai kepercayaan maupun keyakinan berbagai pengalaman yang
dialami setiap orang merupakan faktor predisposisi artinya mungkin
terjadi mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan (Direja, 2011).

a. Faktorbiologis
Beberapa hal yang dapat mmpengaruhi seseorang melakukan
perilaku kekerasan yaitu sebagai berikut:
1) Pengaruh neurofisiologi, beragam komponen sistem neurulogis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat
impulsagresif.
2) Pengaruh biokimia yaitu berbagai neurotransmiter (epineprin,
noreineprin, dopamin, asetil kolin dan serotonin sangat
berperan dalam menfasilitasi danmengahambat impulsnegatif).
3) Pengaruh genetik menurut riset Murakami (2007) dalam gen
manusia terdapat doman (potensi) agresif yang sedang tidur
dan akan bangun jika terstimulasi oleh faktoreksternal.
4) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan
gangguan sistem serebral, tumor otak, trauma otak, penyakit
enchepalits epilepsi terbukti berpengaruh terhadap perilaku
agresif dan tindakkekerasan.

b. Faktor psikologis menurut Direja(2011)


1) Terdapat asumsi bahwa sesorang untuk mencapai tujuan
mengalami hambatan akan timbul serangan agresif yang
memotivasi perilaukekerasan.

9
2) Berdasarkan mekanisme koping individu yang masa kecil
tidakmenyenangkan.
3) Rasa frustasi
4) Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga,
ataulingkungan.
5) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak
terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengkibatkan
tidak berkembangnya ego dan dapat membuat konsep diri yang
rendah. Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan
yang dapat meningkatkan citra diri serta memberi arti
dalamkehidupan.
6) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupak perilaku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap
perilaku kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh
contoh peran eksternal dibanding anak-anak tanpa faktor
predisposisi biologik.

c. Faktor SosioKultural
1) Social environment theory (teorilingkungan)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas
terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah
perilaku kekerasan di terima.
2) Social learning theory (teori belajarsosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun
melalui proses sosialisasi.
(Direja,2011)

2. FaktorPresipitasi

Faktor-faktor yang dapat mencetus perilaku kekerasan sering kali


berkaitan dengan :
a. Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau simbol

10
solidarotas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola,
geng sekolah, perkelahian masal, danlain-lain.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi
sosialekonomi.
c. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidak
mampuan menempatkan diri sebagai seorang yangdewasa.
d. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat
dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada
saat menghadapi rasafrustasi.
e. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan
pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap
perkembangankeluarga.

3. Mekanisme Koping

Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme orang lain. Mekanisme


koping klien sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan
mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan
marahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah
mekanisme pertahanan ego seperti displancement, sublimasi,
proyeksi, depresi, dan reaksi formasi.
a. Displacement
Melepaskan perasaan tertekannya bermusuhan pada objek yang
begitu seperti pada mulanya yang membangkitkan emosi.
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai keinginannya yang tidak baik.
c. Depresi
Menekan perasaan yang menyakitkan atau konflik ingatan dari
kesadaran yang cenderung memperluas mekanisme ego lainnya.
d. Reaksi formasi
Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan
dengan apa yang benar-benar di lakukan orang lain.

11
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala perilaku kekerasan menurut Direja (2011) sebagai
berikut :
1. Fisik
Mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,
wjah merah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kasar, bicara dengan nada
keras, kasar, dan ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak
lingkungan, amuk/ agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan, dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dn jarang
mengeluarkan kata- kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
Merasa dirinya berkuasa, merasa dirinya benar, keragu-raguan, tidak
bermoral, dan kreativitas terhambat.

7. Sosial

Menarik diri, pengasingan, penolakan, ejekan, dan sindiran.

8. Perhatian

Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual.

E. Pohon Masalah

12
Risiko mencederai diri sendiri, orang lain,danlingkungan

Risiko perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri : Hargadiri rendah

(sumber : Keliat, 2006)

F. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Resiko mencederai
merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai atau
membahayakan diri, orang lain, dan lingkungan.

G. Masalah Keperawatan
1. Perilaku Kekerasan
2. Harga DiriRendah
3. IsolasiSosial

H. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kekerasan terhadap orang lain b/d pola perilaku kekerasan
terhadap orang lain
2. Harga diri rendah b/d ketidaksesuaian spiritual
3. Isolasi Sosial b/d sumber personal yang tidak adekuat

13
BAB III

RESUME KASUS

A. Pengkajian
Ruang Rawat : Cendrawasih
Tanggal Di Rawat : Kamis, 17 Oktober 2019
I. Identitas Klien
Inisial : Tn A (L)
Tanggal Pengkajian : 22 Oktober 2019
Umur : 35 Tahun
No. Rm :-
Informan : Tn A
II. Alasan Masuk Rumah Sakit :
Karena memukul ibunya dan membanting barang
III. Keluhan Utama :
Memukul ibunya, marah, membanting barang
IV. Faktor Predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu
Ya √ Tidak

2. Pengobatan sebelumnya

- Berhasil - Kurang - Tidak


berhasil berhasil

3. Aniaya Fisik
Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia

√ 35

Jelaskan: Sebelum masuk Rumah Sakit klien memukul ibu


kandungnya.

14
Masalah Keperawatan: Resiko tinggi kekerasan

V. Psikososial
1. Konsep Diri
 Gambaran Diri : Tidak senang dengan bentuk tubuh
 Identitas : Dirinys seorang laki-laki
 Peran : Klien anak kedua & mengetahui perannya
sebagai anak
 Ideal Diri : Klien tau pentingya minum obat
 Harga Diri : Klien terlihat tidak percaya diri dan
menutup diri serta tidak ada kontak mata

Masalah Keperawatan: Harga Diri Rendah Kronik

2. Hubungan Sosial
 Peran Serta Dalam Kegiatan Kelompok / Masyarakat :
Klien tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok/masyarakat
 Hambatan Dalam Berhubungan Dengan Orang Lain
Klien lebih suka diam dan menarik diri dari pergaulan

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

3. Spiritual
 Nilai dan keyakinan :Klien mengatakan agamanya budha
 Kegiatan Ibadah :Klien mengetahui tentang ibadahnya
yaitu sembahyang

Masalah Keperawatan : -

VI. Status Mental

15
1. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap

Apatis √ Lambat Membisu

Inkoheren √ Tidak mampu memulai


pembicaraan
Jelaskan: Klien menjawab pertanyaan dengan respon yang lambat,
ditanya 2-3 kali baru menjawab dan tidak memulai
pembicaraan, hanya menjawab saja, tidak ada
pertanyaan.

Masalah Keperawatan: Kerusakan komunikasi verbal

2. Aktivitas Motorik
Lesu √ Tegang √ Gelisah

Tik Tremor √ Agitasi

Grimasen Kompulsif

Jelaskan: Raut muka klien nampak tegang dan gelisah, serta gerak
tubuh seperti tidak nyaman

Masalah Keperawatan: Resiko tinggi kekerasan

3. Interaksi Selama Wawancara


a. Kontak Mata :Tidak ada kontak mata
b. Defensif :Klien selalu berusaha mempertahankan
pendapat dan kebenaran dirinya

Masalah Keperawatan : -

16
4. Tingkat Kesadaran

√ Stupor √ Bingung Sedasi

Jelaskan: Saat berbicara klien merasa canggung


Masalah Keperawatan: Resiko tinggi cedera

5. Memori
√ Gangguan daya ingat jangka pendek

Gangguan daya ingat jangka panjang

Jelaskan: Klien tidak mengingat alasan masuk RS

Masalah Keperawatan: Perubahan pola pikir

VII. Mekanisme Koping

√ Mencederai diri √ Reaksi lambat

√ Merusak barang dengan membanting

Masalah Keperawatan: Mekanisme koping maladaptif

B. Analisa Data
Data Analisa Masalah
Data Subjektif : Perilaku Kekerasan
1. Klien mengatakan tidak pernah marah,
memukul, dan membanting barang
(menyangkal)
2. Klien mengatakan mengetahui akibat dari
memukul, marah, dan membanting barang

17
3. Klien mengatakan tidak tahu penyebab marah
(menyangkal)
Data Objektif :
1. Tatapan mata tajam
2. Tidak ada kontak mata
3. Mimik muka menunjukkan kegelisahan
4. Wajah klien nampak ketuh

C. Tindakan Keperawatan

18
D. Implementasi Evaluasi
Hari/Tanggal
Diagnosa Implementasi Evaluasi
/Jam
Penerapan SP 1 S:
Fisik 1 : Tarik Napas Dalam  Pasien mengatakan tidak pernah memukul
1. Menyapa klien dengan ibunya
 Pasien mengatakan tidak pernah
ramah
membanting barang
2. Menanyakan keadaan  Pasien mengatakan tidak pernah marah
klien  Pasien mengatakan tidak tahu penyebab
3. Mengidentifikasi tanda marah
 Pasien mengatakan perasaannya biasa saja
& gejala, penyebab, PK
saat marah
yang dilakukan, akibat  Pasien mengatakan gemetar saat tidak
PK tersebut. minum obat
O:
Perilaku 4. Membuat kontrak waktu
kekerasan & tempat  Pasien tenang dan kooperatif
 Pasien tampak menunduk dan tidak mau
terhadap orang 5. Mengajarkan cara
Selasa, 22- menatap perawat
lain b/d pola mengontrol PK dengan  Kontak mata kurang
10-19
perilaku teknik tarik napas dalam A :
09.00 WIB
kekerasan 6. Melatih teknik napas  Klien masih belum mampu menyebutkan
alasan mengapa dia ada di RSJ
terhadap orang dalam klien
 Sudah terbina hubungan saling percaya
lain 7. Menanyakan keadaan yaitu dengan senyuman yang ditunjukkan
klien sesudah melakukan klien
teknik nafas dalam  Klien sudah mampu mempraktikan napas
dalam dengan benar
8. Menyuruh klien untuk
mengulang teknik
P :
tersebut
 Membuat kontrak untuk pertemuan
9. Membantu klien berikutnya
memasukkan dalam  Ulangi penjelasan, ajarkan teknik napas
jadwal kegiatan harian dalam
 Intervensi dilanjutkan, SP2 – SP4.
10. Membuat kontrak waktu
untuk SP selanjutnya
BAB IV

19
PEMBAHASAN

Dari observasi lapangan di ruang cendrawasih RS Ernaldi Bahar, kami


melakukan tindakanSP 1 Fisik 1 : Tarik Napas Dalam kepada Tn A yang
didampingi Ners Widiana. Kami menemukanadanya persamaan antara tindakan
SP 1 Fisik 1 : Tarik Napas Dalam yang dilakukan dilapangan, teori dan jurnal
yang kami baca. Dimana dijelaskan dalam teori dan jurnal bahwa dalam SP 1
terdapat tiga fase yaitu fase orientasi (5S, perkenalan, identifikasi tanda dan
gejala marah, identifikasi penyebab marah, identifikasi perilaku kekerasan yang
dilakukan, identifikasi akibat perilaku kekerasan, menjelaskan prosedur dan
tujuan tindakan, informed consent, serta kontrak waktu dan tempat),fase
kerja(menanyakan keadaan, melatih cara mengontrol marah dengan teknik napas
dalam) , dan fase terminasi(mengevaluasi perasaan klien setelah melakukan
tindakan tersebut, mengulang tindakan yang dilakukan, menyusun jadwal harian,
membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya). Adapun yang dilakukan oleh
Ners Widiana saat melaksanakan SP 1 Fisik 1 : Tarik Napas Dalam kepada Tn A
adalah sama dengan teori yang kami pelajari serta jurnal yang kami baca

Hanya saja yang menjadi perbedaan adalah jawaban klien. Dimana jika
dalam teori dan jurnal percakapan akan mulus saja, sedangkan fakta dilapangan
klien banyak menyangkal bahwa ia pernah memukul ibu kandungnya,
membanting barang, bahkan ia menyangkal pernah marah, dan ia pun tidak tahu
kenapa ia dibawa ke RSJ. Dari reaksi tersebut, kami sudah mencoba untuk
memancing klien, tapi klien tetap menyangkal, padahal data awal/keluhan klien
masuk RSJ adalah karenamemukul ibu kandungnya.

20
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang


dihadapi seseorang yang ditunjukan dengan perilaku aktual melakukan
kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain secara fisik maupun
psikologis. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana klien
mengalami perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri, lingkungan
termasuk orang lain dan barang-barang. Dari beberapa pengertian diatas
penulis menyimpulkan bahwa perilaku kekerasan adalah suatu tindakan
dengan tenaga yang dapat membahyakan diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan yang bertujuan untuk melukai yang disebabkan karena adanya
konflik dan permasalahan pada seseorang baik secara fisik maupun
psikologis.

B. Saran

Seorang perawat hendaknya menguasai asuhan keperawatan pada


klien dengan masalah perilaku kekerasan sehingga bisa membantu klien dan
keluarga dalam mengatasi masalahnya.
Kemampuan perawat dalam menangani  klien dengan masalah
perilaku kekerasan meliputi keterampilan dalam pengkajian, diagnosa,
perencanaan, intervensi dan evaluasi. Salah satu contoh intervensi
keperawatan yang dapat dilakukan pada klien dengan masalah perilaku
kekerasan adalah dengan mengajarkan teknik napas dalam atau memukul
kasur/bantal agar klien dapat meredam kemarahannya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, AH.. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :


SalembaMedika

Keliat, AB. (2005). Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa. Jakarta :


EGC

Stuart, GW. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika

Aditama, FM. (1996). Keperawatan Jiwa.Yogyakarta :Graha Ilmu

Kusumawati, F. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :Salemba


Medika

Saswati, N. (2016). Pengaruh Penerapan Standar Asuhan Keperawatan


Perilaku Kekerasan. Jurnal Keperawatan Sriwijaya. 3(2), 1-7.

22

Anda mungkin juga menyukai