5 Literasi Keuangan
3. Sains 4. Digital
rasi 5. Ke
me u
an
Rp
u
2. N
gan
ra 6. Buda
ast y
ad
hasa dan S
an Kewargaa
. Ba
1 n
Keenam literasi di atas sudah dikembangkan dalam Kurikulum 2013. Naskah ini
pada dasarnya merupakan kajian konsep terhadap pengembangan literasi dalam
Kurikulum 2013, khususnya literasi Keuangan. Di dalam naskah ini disajikan
tentang de inisi, misi pedagogis, tujuan, kompetensi, dan penjenjangan literasi.
Naskah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu, saran dan masukan sangat
diharapkan dari pembaca.
Dari perspektif pedagogi, literasi tidak hanya merupakan satu entitas mata
pelajaran, melainkan menjadi indikator dari keberhasilan implementasi
kurikulum. Literasi dalam Kurikulum Australia merupakan proses untuk
mencapai tahap pemaknaan (interpreting) teks melalui mendengar, membaca,
dan mencermati. Meskipun pende inisian literasi tersebut berada dalam konteks
pengajaran bahasa, tetapi ruang lingkup dari de inisi tersebut dapat berlaku untuk
mata pelajaran lain. PISA (The Programme for International Studet Assessment)
mende inisikan literasi keuangan sebagai re leksi kompetensi kognitif dari
proses penerjemahan atas struktur dan karakteristik penyajian tekstual sampai
dengan pemahaman pengetahuan tentang fenomena alam. Dalam upaya untuk
mengembangkan pemahaman pengetahuan tersebut, kompetensi metakognitif
menjadi sarana penerjemahan, baik pada tahap pemahaman terhadap struktur
dan penyajian tekstual sampai dengan pemahaman pengetahuan tentang
fenomena alam. Pengajaran bahasa merupakan titik tolak menuju literasi bidang
lain. Frasa dan paragraf dalam bahasa mengekspresikan struktur logika bahasa
dan sekaligus struktur logika cabang ilmu pengetahuan lainnya.
Salah satu ranah literasi adalah ranah keuangan. Dalam konteks ini, literasi
keuangan dapat diartikan sebagai kecakapan atau kesanggupan dalam hal
keuangan. Secara sederhana, literasi keuangan adalah kondisi seseorang yang
memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang keuangan. The President’s
Advisory Council on Financial Literacy (2008), mende inisikan literasi
keuangan sebagai “Kemampuan menggunakan pengetahuan dan keterampilan
untuk mengelola sumber daya keuangan secara efektif untuk kesejahteraan
keuangan jangka panjang (seumur hidup).” Menurut Otoritas Jasa Keuangan
Indonesia (OJK), literasi keuangan adalah rangkaian proses atau aktivitas
untuk meningkatkan pengetahuan, keyakinan dan keterampilan konsumen
dan masyarakat luas sehingga mereka mampu mengelola keuangan dengan
baik. Literasi keuangan mencakup pemahaman mengenai prinsip dan konsep
keuangan seperti perencanaan keuangan, bunga berbunga, pengelolaan hutang,
teknik penghematan yang menguntungkan dan nilai waktu dari uang.
Lebih jauh, OJK mengklasi ikasi tingkat literasi keuangan penduduk Indonesia
menjadi empat bagian, yakni:
Kelas IV
Kelas V
Kelas V
Kelas VII
Kelas VIII
Kelas IX
Kelas X
Kelas X
4. Financial Landscape.
Contoh di bawah ini adalah KD IPS aspek Financial Landscape pada
tahap aspek mengetahui.
Kelas X
Kelas XI
Kelas XII
Pada saat mempelajari IPS, maka semua konsep, teori dan pendekatan
dalam menjelaskan literasi keuangan akan menggunakan konsep IPS.
Dipihak lain literasi keuangan dapat digunakan untuk beberapa mata
pelajaran selain mata pelajaran ekonomi.
2. Bahasa Indonesia.
Literasi keuangan dalam pelajaran Bahasa Indonesia akan memberikan
pengetahuan faktual dengan konsep berbahasa yang jelas dan logis.
Dengan demikian literasi keuangan dibentuk dalam format yang baku,
mudah dimengerti dan diterapkan. Penggunaan Bahasa Indonesia
untuk menyampaikan penjelasan berupa gambar dan tulisan tentang
literasi keuangan, misalkan menyajikan data, gagasan dalam bentuk
teks deskripsi.
3. Matematika
Mata pelajaran matematika sangat erat hubungannya dengan penerapan
literasi keuangan, karena matematika adalah alat untuk menjelaskan
hubungan antara variabel dalam konsep keuangan. Kompetensi dasar
pelajaran matematika yaitu menyelesaikan masalah penaksiran dari
jumlah, selisih, hasil kali, dan hasil bagi dua bilangan cacah maupun
pecahan dan desimal. Dalam pemahaman uang dan penggunaannya,
pelajaran matematika digunakan untuk mengenali pecahan uang,
melakukan penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian uang.
5. Sosiologi
Pelajaran sosiologi adalah menerapkan konsep-konsep dasar Sosiologi
untuk memahami ragam gejala sosial di masyarakat. Ragam gejala
sosial misalnya adalah: buta huruf, pendidikan rendah, pengangguran,
kemiskinan, kesenjangan pendapatan erat kaitannya dengan minimnya
pengetahuan perihal literasi keuangan. Sesuai dengan kompetensi
memahami pengetahuan dasar Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
yang berfungsi untuk mengkaji gejala sosial di masyarakat, digunakan
sebagai pendekatan untuk penerapan uang dan penggunaannya.
6. PPKn
Mata pelajaran PPKn memiliki kompetensi memahami pengetahuan
faktual dengan cara mengamati ( mendengar, melihat, membaca) dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, mahluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya dan benda-benda yang dijumpainya di rumah
dan di sekolah. Sebagai mata pelajaran mengenai pendidikan Pancasila
dan kewarganegaraan, siswa mempelajari simbol-simbol dan falsafah
dari Pancasila. Pancasila ada urat nadi, dasar dan falsafah bangsa
Indonesia yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian literasi keuangan adalah harus berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, yang dituangkan dalam matapelajaran
PPKn.
19
Jenjang / Kelas 1-3 Kelas 4-6 Kelas 7-9 Kelas 10 -12
20
Aspek (Level 1) (Level 2) (Level 3) (Level 4)
Perenca- 1. Memahami perbe- 1. Menghargai nilai 1. Mampu menyusun 1. Mengetahui cara
naan dan daan antara membe- suatu barang dan perencanaan keuangan mengelola hutang dan
pengelo- lanjakan, menabung, mampu menggunak- pribadi yang meliputi pegeluaran secara
laan uang dan berbagi uang annya secara ber- pendapatan dan penge- efektif
tanggung jawab. luaran
2. Memahami penting- 2. Mengetahui cara
nya menabung 2. Mampu membuat 2. Memahami manfaat menghitung kapasitas
perencanaan mena- perencanaan untuk pengeluaran keuangan
3. Membandingkan menentukan tindakan
bung secara seder- (maksimal)
harga barang-barang keuangan yang lebih
yang ingin dibeli hana
bijak 3. Membandingkan
4. Mampu menetapkan 3. Memahami perbe- antara pendapatan
3. Memahami alasan
21
lingkungan.
Jenjang / Kelas 1-3 Kelas 4-6 Kelas 7-9 Kelas 10 -12
22
Aspek (Level 1) (Level 2) (Level 3) (Level 4)
Financial 1. Memahami bagaima- 1. Memahami bagaima- 1. Memahami faktor-fak- 1. Peduli terhadap keja-
Landscape/ na keluarga dan ma- na seseorang me- tor yang dapat mem- hatan keuangan dan
Lanskap syarakat disekitarnya miliki pilihan dalam pengaruhi keputusan mengetahui upaya-
menggunakan uang menggunakan uang pengeluaran. upaya pencegahannya.
Keuangan
yang dimilikinya.
2. Mengidenti ikasi 2. Memahami setiap neg- 2. Dapat mengenali
lembaga keuangan 2. Dapat menunjukkan ara memiliki jenis, jum- faktor-faktor penye-
di lingkungan seki- dan mengidenti ikasi lah dan kualitas sumber bab kemiskinan dan
tarnya. perbedaan beberapa daya yang berbeda. pendapatan yang
lembaga keuangan tidak merata.
3. Mengetahui barang- 3. Memahami bahwa
di lingkungannya
barang yang dijual produksi dan distribusi 3. Dapat mengidenti i-
berdasarkan produk
dimasyarakat. barang/jasa harus me- kasi pemberi layanan
Literasi keuangan adalah salah satu literasi yang dikembangkan untuk kepen ngan
pendidikan di sekolah, khususnya, dan kemajuan pendidikan Indonesia, pada
umumnya. Dengan demikian, pendidikan dapat memenuhi kriteria dan capaian
yang diharapkan dan dapat memperbaiki kehidupan bangsa. Dengan literasi yang
baik, diharapkan agar bangsa Indonesia mampu bersaing menyejajarkan diri di
dunia internasional. Keberhasilan pencapaian literasi harus didukung oleh seluruh
komponen yang ada di dunia pendidikan, terutama peran pendidik di sekolah yang
berupaya membimbing, mengarahkan, mendidik, mengevaluasi, memfasilitasi
berkembangnya potensi peserta didik sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.
Konsep literasi keuangan ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman bagi
pendidik dalam mencapai kompetensi literasi. Konsep literasi ini dapat membawa
perubahan terhadap pemahaman peserta didik sebagaimana literasi yang
sebenarnya diterapkan dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Curren, Randal (2010). Education for Global Citizenship and Survival dalam
Yvonne Raley and Gerhard Preyer (Ed). Philosophy of Education in
the Era of Globalization. New York: Routledge. Hlm 67-90
Dale, Philip S. and Thoreson, Catherine Crain (March 1999), Language
and Literacy in a Developmental Perspective. Journal of Behavioral
Education, 9, 1. Hlm. 23-33.
Korkmaz, Sedat and Korkmaz, Şule Çelik (2013). Contextualization or de-
contextualization: student teachers’ perceptions about teaching a
language in context. Social and Behavioral Sciences, 93. Hlm, 895 –
899.
Pole, D. The Concept of Reason. (1972), dalam R.F.Dearden P.H.Hirst and
R.S.Peters (Eds). Education and the development of reason. London:
Routledge. Hlm. 112-130.
Trilling, Bernie and Fadel, Charles (2009). 21st Century Skills: Learning for
Life in Our Times. San Fransisco: John Wiley & Sons, Inc.
Freudenthal Institute, Utrecht University – the Netherlands.
Gerakan Nasional Literasi_ppt_2016
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2016). Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang
Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada
Kurikulum 2013. Jakarta, Indonesia: Kemendikbud.
Pusat Kurikulum dan Perbukuan (2013). Naskah Akademik Kurikulum 2013.
Jakarta, Indonesia: Puskurbuk.
Pusat Kurikulum dan Perbukuan (2016). Silabus Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia SD, SMP, SMA. Jakarta, Indonesia: Puskurbuk.
The Australian Curriculum_General Capabilities_Numeracy
“The Plurality of Literacy and its implications for Policies and
Programs”. UNESCO Education Sector Position Paper: 13. 2004
Sumber: https://www.nationalnumeracy.org.uk/essentials-numeracy-all
Konsep Literasi Keuangan dalam K-13
24
Konsep Literasi Keuangan dalam K-13
25