Peran dan fungsi perawat jiwa saat ini telah berkembang secara kompleks dari elemen
historis aslinya (Stuart, 2002). Peran perawat jiwa sekarang mencakup parameter kompetensi
klinik, advokasi pasien, tanggung jawab fiskal (keuangan), kolaborasi profesional, akuntabilitas
(tanggung gugat) sosial, serta kewajiban etik dan legal. Dengan demikian, dalam memberikan
asuhan keperawatan jiwa perawat dituntut melakukan aktivitas pada tiga area utama yaitu:
1. aktivitas asuhan langsung,
2. aktivitas komunikasi, dan
3. aktivitas pengelolaan/penatalaksanaan manajemen keperawatan.
1. Kompetensi klinik.
2. Advokasi klien dan keluarga
3. Tanggung jawab keuangan
4. Kerja sama antar disiplin ilmu di bidang keperawatan
5. Tanggung gugat sosial
6. Parameter etik-legal.
Standar praktik klinik keperawatan jiwa menguraikan tingkat kompetensi dan kinerja perawat yang terlibat di
tiap tatanan praktik keperawatan kesehatan jiwa. Standar ini ditujukan kepada perawat yang memenuhi
persyaratan pendidikan dan pengalaman praktik baik pada tingkat dasar atau tingkat lanjut keperawatan
kesehatan jiwa (Stuart, 2007). Oleh karena beberapa aktivitas keperawatan sangat bergantung pada variabel
seperti situasi pasien, tatanan klinik, dan penilaian individual yang cepat, maka istilah seperti “sebagaimana
mestinya”, “bila memungkinkan”, dan “bila dapat diterapkan” digunakan untuk mengakui suatu keadaan
yang mungkin terjadi pengecualian.
1. Standart pengkajian: Perawat kesehatan jiwa mengumpulkan data kesehatan pasien /R: Wawancara
pengkajian yang memerlukan keterampilan komunikasi efektif secara linguistik dan kultural,
wawancara, observasi perilaku, tinjauan catatan-catatan data dasar, serta pengkajian komprehensif
terhadap pasien dan sistem yang relevan memungkinkan perawat kesehatan jiwa-psikiatri untuk
membuat penilaian klinis dan rencana tindakan yang tepat dengan pasien.
2. Diagnostic /R Landasan untuk pemberian asuhan keperawatan kesehatan jiwa adalah pengenalan dan
pengidentifikasian pola respons terhadap masalah kesehatan jiwa atau penyakit psikiatri yang aktual
dan potensial
3. Identifikasi hasil //R: Dalam konteks pemberian asuhan keperawatan, tujuan yang paling utama adalah
memengaruhi hasil kesehatan dan meningkatkan status kesehatan pasien
4. Perencanaan /R: Rencana asuhan digunakan untuk memandu intervensi terapeutik secara sistematis
dan mencapai hasil pasien yang diharapkan.
5. Implementasi /R: Dalam mengimplementasikan rencana asuhan, perawat kesehatan jiwa
menggunakan intervensi yang dirancang untuk mencegah penyakit fisik dan mental, meningkatkan,
mempertahankan, serta memulihkan kesehatan fisik dan mental. Perawat kesehatan jiwa-psikiatri
memilih intervensi sesuai dengan tingkat praktiknya. Pada tingkat dasar, perawat dapat memilih
konseling, terapi lingkungan, aktivitas asuhan mandiri, intervensi psikobiologis, penyuluhan
kesehatan, manajemen kasus, peningkatan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan, serta berbagai
pendekatan lain untuk memenuhi kebutuhan kesehatan mental pasien. Selain pilihan intervensi yang
tersedia untuk perawat kesehatan jiwa-psikiatri tingkat dasar, pada tingkat lanjut spesialis yang diakui
(yang mempunyai sertifikasi) boleh memberikan konsultasi, terlibat dalam psikoterapi, dan
menentukan agen farmakologis sesuai dengan peraturan negara bagian.
6. Konseling: Perawat kesehatan jiwa menggunakan intervensi konseling untuk membantu pasien
meningkatkan atau memperoleh kembali kemampuan koping, memelihara kesehatan mental, dan
mencegah penyakit atau ketidakmampuan mental.
7. Terapi lingkungan: Perawat kesehatan jiwa memberikan, membentuk, serta mempertahankan suatu
lingkungan yang terapeutik dalam kolaborasinya dengan pasien dan pemberi pelayanan kesehatan
lain.
8. Aktivitas asuhan mandiri: Perawat kesehatan jiwa membentuk intervensi sekitar aktivitas kehidupan
sehari-hari pasien untuk memelihara asuhan mandiri dan kesejahteraan jiwa dan fisik.
9. Interveisi psikobiologi: Perawat kesehatan jiwa menggunakan pengetahuan intervensi psikobiologis
dan menerapkan keterampilan klinis untuk memulihkan kesehatan pasien dan mencegah
ketidakmampuan lebih lanjut.
10. Penyuluhan kesehatan: Perawat kesehatan jiwa, melalui penyuluhan kesehatan, serta membantu pasien
dalam mencapai pola kehidupan yang memuaskan, produktif, dan sehat.
11. Menejemen kasus: Perawat kesehatan jiwa menyajikan manajemen kasus untuk mengoordinasi
pelayanan kesehatan yang komprehensif serta memastikan kesinambungan asuhan.
12. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan: Perawat kesehatan jiwa menerapkan strategi dan intervensi
untuk meningkatkan, memelihara kesehatan jiwa, serta mencegah penyakit jiwa
13. Psikoterapi: Spesialis yang bersertifikasi dalam keperawatan kesehatan jiwa menggunakan psikoterapi
individu, psikoterapi kelompok, psikoterapi keluarga, psikoterapi anak, serta pengobatan terapeutik
lain untuk membantu pasien untuk memelihara kesehatan jiwa, mencegah penyakit jiwa dan
ketidakmampuan, serta memperbaiki atau mencapai kembali status kesehatan dan kemampuan
fungsional pasien.
14. Preskripsi agen farmakologi: Spesialis yang bersertifikasi menggunakan preskripsi agen farmakologis
sesuai dengan peraturan praktik keperawatan negara bagian, untuk mengatasi gejala-gejala gangguan
jiwa dan meningkatkan status kesehatan fungsional
15. Konsultasi: Spesialis yang bersertifikasi memberikan konsultasi kepada pemberi pelayanan kesehatan
dan lainnya untuk memengaruhi rencana asuhan kepada pasien, dan memperkuat kemampuan yang
lain untuk memberikan pelayanan kesehatan jiwa dan psikiatri serta membawa perubahan dalam
sistem pelayanan kesehatan jiwa dan psikiatri.
16. evaluasi