Anda di halaman 1dari 86

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Keluarga
1. Defenisi

Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup

bersama melalui ikatan perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-

masing mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga (M. Isra, 2017).

Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan

perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,

mental, emosional dan sosial setiap anggota (Nuniek Nizmah Fajriyah,

2016).

Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga

sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah,

ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga,

berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta

mempertahankan budaya.

Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh

hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga

selalu berinteraksi satu sama lain (Harnilawati,2013).

Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit

terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan

beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu

atap dalam keadaan saling ketergantungan.

8
9

Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua

orang atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,

hubungan darah, hidup dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan

emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang saling ketergantungan

untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam

rangka mencapai tujuan bersama.

2. Fungsi Keluarga

Friedman, (2010) mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga, yaitu:

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal

keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif

berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Fungsi afektif

berhubungan fungsi internal keluarga diantaranya perlindungan

psikososial dan dukungan terhadap anggotanya. Sejumlah penelitian

penting dilakukan untuk memastikan pengaruh positif kepribadian

yang sehat dan ikatan keluarga pada kesehatan serta kesejahteraan

individu.

b. Fungsi sosialisasi dan status sosial

Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan

menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta

memberikan status pada anggota keluarga.


10

c. Fungsi reproduksi

Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa

generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.

d. Fungsi ekonomi

Untuk memenuhi sandang, papan, pangan maka keluarga

memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dijalankan pada

keluarga dibawah garis kemiskinan. Perawat bertanggung jawab

mencari sumber - sumber masyarakat yang dapat digunakan untuk

meningkatkan status kesehatan klien.

e. Fungsi perawatan kesehatan

Yaitu menyediakan kebutuhan fisik makanan, pakaian, tempat

tinggal, perawatan kesehatan. Fungsi keperawatan kesehatan bukan

hanya fungsi esensial dan dasar keluarga namun fungsi yang

mengemban fokus sentral dalam keluarga yang berfungsi dengan baik

dan sehat. Akan tetapi, memenuhi fungsi perawatan kesehatan bagi

semua anggota keluarga dapat sulit akibat tantangan eksternal dan

internal. Pratt (1976, 1982) menunjukan bahwa alasan keluarga

mengalami kesulitan memberikan perawatan keluarga bagi anggota

mereka terletak pada (a) struktur keluarga dan (b) sistem pelayanan

kesehatan. Pratt meneukan bahwa saat keluarga memiliki asosiasi

yang luas dengan organisasi, terlibat dalam aktivitas umum, dan

menggunakan sumber komunitas, mereka memanfaatkan pelayanan

perawatan kesehatan dengan lebih cepat. Selain itu praktik kesehatan

personal meningkat saat suami secara aktif terlibat dalam urusan


11

internal keluarga , termasuk masalah yang berkenaan dengan sistem

pelayanan kesehatan.

Selain fungsi diatas ada beberapa fungsi keluarga yang lain

menurut Effendy (1998, dalam Setiadi, 2008), yang dapat dijalankan

keluarga yaitu sebagai berikut :

a. Fungsi biologis

1) Untuk meneruskan keturunan

2) Memelihara dan membesarkan anak

3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

4) Memelihara dan merawat anggota keluarga

b. Fungsi Psikologi

1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman

2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

4) Memberikan identitas keluarga

c. Fungsi Sosiologi

1) Membina sosialisasi pada anak

2) Membantu norma-norma tingkah laku sesuai dengan

tingkat perkembangan anak.

3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

d. Fungsi Ekonomi

1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.
12

2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk

memenuhi kebutuhan lingkungan.

3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga

dimana yang akan datang, misalnya : pendidikan anak-

anak, jaminan hari tua dan sebagainya.

e. Fungsi Pendidikan

1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,

keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan

bakat dan minat yang dimilikinya.

2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan

datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa.

3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangan

3. Tipe Keluarga

a. Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga,

yaitu :

1) Keluarga Tradisional

a) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan

anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.

b) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya

dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian,

pisah, atau ditinggalkan.

c) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa

anak atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.


13

d) Bujang dewasa yang tinggal sendiri.

e) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari

nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau

bekerja.

f) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau

lebih atau anggota yang tidak menikah hidup berdekatan

dalam daerah geografis.

2) Keluarga Non Tradisional

a) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak

menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).

b) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah

mempunyai anak.

c) Keluarga gay/lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin

sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.

d) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih

satu pasangan monogami dengan anak-anak, secara bersama

menggunakan fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman

yang sama.

b. Menurut Jhonson L dan Lenny R (2010)

1) Keluarga Tradisional

a) Keluarga Inti (nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri dari

suami, istri, dan anak kandung atau anak angkat.

b) Dyad family , yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri

tanpa anak yang hidup dalam satu rumah


14

c) Keluarga usila, yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami

istri yang berusia lanjut dengan anak yang sudah memisahkan

diri

d) The Childless family , yaitu keluarga tanpa anak karena

terlambt menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat

waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan

yang terjadi pada wanita

e) Keluarga besar (extended family), yaitu keluarga inti ditambah

dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah,

misalnya kakek, nenek, paman, dan bibi.

f) Single parent, yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang

tua dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan

karena perceraian atau kematian.

g) Commuter Family, yaitu kedua orang tua bekerja di kota yang

berbeda, tetapi salah satu kota tersebut menjadi tempat tinggal

dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul pada

anggota keluarga pada akhir pekan

h) Multygenerational family, keluarga dengan beberapa generasi

atau kelompok umur yang tinggal dalam satu rumah

i) Kin-network family, yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal

dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling

menggunakan barang barang dengan pelayanan yang sama


15

j) Blended family, yaitu keluarga yang dibentuk oleh duda atau

janda yang menikah kembali dan membesarkan anak dari

perkawinan sebelumnya

k) Single adult, yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari

seorang dewasa saja yang hidup sendiri karena perceraian

2) Keluarga Non Tradisional

a) Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian

darah hidup serumah.

b) The unmarried teenage, Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada

ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah.

c) Gay and lesbian familys, yaitu dua individu yang sejenis

kelamin hidup bersama dalam satu rumah tangga.

d) The stepparent family, yaitu keluarga dengan orang tua tiri

e) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang

hidup bersama berganti ganti pasangan tanpa pernikahan

f) Cohabiting couple, orang dewasa diluar ikatan perkawinan

yang tinggal bersama

g) Group marriage family, beberapa orang dewasa yang

menggunakan alat rumah tangga bersama yang merasa telah

saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu

termasuk sexual

h) Group network family, keluarga inti yang dibatasi oleh aturan


16

c. Menurut Allender dan Spradley (2001)

1) Keluarga Tradisional

a) Keluarga Inti (nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri dari

suami, istri, dan anak kandung atau anak angkat.

b) Keluarga besar (extended family), yaitu keluarga inti ditambah

dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah,

misalnya kakek, nenek, paman, dan bibi.

c) Keluarga dyad, yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami

istri tanpa anak.

d) Single parent, yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang

tua dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan

karena perceraian atau kematian.

e) Single adult, yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari

seorang dewasa saja.

f) Keluarga usia lanjut, yaitu rumah tangga yang terdiri dari

suami istri yang berusia lanjut.

2) Keluarga Non Tradisional

a) Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian

darah hidup serumah.

b) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan

anak hidup bersama dalam satu rumah.

c) Homoseksual, yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup

bersama dalam satu rumah tangga.


17

c. Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988)

1) Keluarga berantai (sereal family), yaitu keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan

satu keluarga inti.

2) Keluarga berkomposisi, yaitu keluarga yang perkawinannya

berpoligami dan hidup secara bersama-sama.

3) Keluarga kabitas, yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan.

4. Struktur Keluarga

Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga

melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat sekitarnya yang diadopsi

Friedman, mengatakan ada empat elemen struktur keluarga, yaitu:.

a. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing- masing

anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya ditingkat

masyarakat atau peran formal dan informal

b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma keluarga

yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang

berhubungan dengan kesehatan.

c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola

komunikasi ayah dan ibu (orangtua), orang tua dengan anak-anak, anak

dengan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga

inti.
18

d. Struktur kekuatan keluarga, merupakan kemampuan diri individu untuk

mengembalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain

kearah yang positif.

Dalam Setiadi (2008), struktur keluarga terdiri dari bermacam – macam,

diantarannya adalah :

a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui

jalur garis ayah.

b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui

jalur garis ibu.

c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga

sedarah istri.

d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga

sedarah suami.

e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi

pembina keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

Menurut Friedman (1998), struktur keluarga terdiri atas :

a. Pola dan Proses Komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila

dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, dan ada hierarki

kekuatan. Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada

yang tidak, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada
19

dalam komponen komunikasi seperti : sender, chanel-media, message,

environtment, dan reciever. Komunikasi dalam keluarga yang

berfungsi adalah:

1) Karakteristik pengirim yang berfungsi, yaitu yakin ketika

menyampaikan pendapat, jelas dan berkualitas, meminta feedback,

mene-rima feedback.

2) Pengirim yang tidak berfungsi

a) Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan

dasar/data yang obyektif)

b) Ekspresi yang tidak jelas (contoh : marah yang tidak diikuti

ekspresi wajahnya)

c) Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang

memutuskan/menyatakan sesuatu yang tidak didasari

pertimbangan yang matang

d) Tidak mampu mengemukakan kebutuhan

e) Komunikasi yang tidak sesuai.

3) Karakteristik penerima yang berfungsi

a) Mendengar

b) Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengala-man)

c) Memvalidasi

4) Penerima yang tidak berfungsi

a) Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar

b) Diskualifikasi

c) Offensive (menyerang bersifat negatif)


20

d) Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi)

e) Kurang memvalidasi.

5) Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi

a) Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira

b) Komunikasi terbuka dan jujur

c) Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga

d) Konflik keluarga dan penyelesaiannya.

6) Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi

a) Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu)

b) Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi

c) Kurang empati

d) Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri

e) Tidak mampu memfokuskan pada satu isu

f) Komunikasi tertutup

g) Bersifat negatif

h) Mengembangkan gosip.

b. Struktur Kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan (potensi dan aktual) dari

individu untuk mengontrol, mempengaruhi, atau mengubah perilaku

orang lain ke arah positif. Ada beberapa macam tipe stuktur kekuatan,

yaitu :

1) Legitimate power (power)

2) Referent power (ditiru)

3) Reward power (hadiah)


21

4) Coercive power (paksa)

5) Affective power

6) Expert power (keahlian)

c. Struktur Peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai

dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi

atau status adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status

sebagai istri/suami atau anak.

d. Struktur Norma dan Nilai

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan dan mengikat

anggota keluarga dalam budaya tertentu. Norma adalah pola perilaku

yang diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga,

dan lingkungan sekitar masyarakat keluarga.

5. Tugas Keluarga

Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan

dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan.

Asuhan keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai

paparan etiologi/penyebab masalah. Lima tugas keluarga yang dimaksud,

yaitu :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana

persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian,

tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap

masalah yang dialami keluarga.


22

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh

mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah,

bagaimana masalah dirasakan keluarga, bagaimana keluarga

menanggapi masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat

atau adakah sifat negatif dari keluarga terhadap masalah kesehatan,

bagaimana sistem pengambilan keputusan yag dilakukan keluarga

terhadap anggota keluarga yang sakit.

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,

seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan

perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada

dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang

sakit.

d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti

pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit

yang dilakukan keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan yang

dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata

lingkungan dalam dan lingkungan luar rumah yang berdampak

terhadap kesehatan keluarga.

e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan

dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang

ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan,

apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah

pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.


23

6. Peran Keluarga

Peran keluarga menggambarkan seperangkat interpersonal, sifat

kegiatan yang berhubungan dengan individu dengan posisi dan situasi

tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola

perilaku keluarga, kelompok dan masyarakat.. Berbagai peran yang

terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut :

a. Ayah berperan sebagai pencari nafkah, pendidik dan pemberi rasa

aman, sebagai kepala keluarga dan sebagai anggota dan kelompok

sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkungannya.

b. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai

pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung sebagai salah satu

kelompok dalam peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat

dan lingkungannya, disamping itu juga. ibu dapat berperan sebagai

pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

c. Anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial, spiritual.


24

7. Tingkatan Keperawatan Keluarga

Ada empat tingkatan keperawatan keluarga, yaitu:

a. Level I

Keluarga menjadi latar belakang individu/anggota keluarga dan

fokus pelayanan keperawatan di tingkat ini adalah individu yang akan

dikaji dan diintervensi.

b. Level II

Keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya,

masalah kesehatan/keperawatan yang sama dari masing-masing anggota

akan diintervensi bersamaan, masing-masing anggota dilihat sebagai

unit yang terpisah.

c. Level III

Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah sub-sistem

dalam keluarga, anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit yang

berinteraksi, fokus intervensi: hubungan ibu dengan anak; hubungan

perkawinan; dll.

d. Level IV

Seluruh keluarga dipandang sebagai klien dan menjadi fokus utama

dari pengkajian dan perawatan, keluarga menjadi fokus dan individu

sebagai latar belakang, keluarga dipandang sebagai interaksional

system, fokus intervensi: dinamika internal keluarga; struktur dan

fungsi keluarga; hubungan sub-sistem keluarga dengan lingkungan luar.


25

8. Tahap Perkembangan Keluarga

Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya

secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang

sama yaitu melalui tahapan sebagai berikut :

a. Tahap I : Pasangan Baru (Keluarga Baru)

1) Dimulai saat individu laki-laki atau /perempuan membentuk

keluarga melalui perkawinan

2) Meninggalkan keluarga mereka masing- masing

Tugas Perkembangannya :

1) Membina hubungan intim yang memuaskan

2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial

3) Mendiskusikan rencana memiliki anak ( KB)

Masalah Kesehatan Yang Muncul :

1) Penyesuaian seksual dan peran perkawinan, aspek luas tentang KB,

Penyakit kelamin baik sebelum/sesudah menikah.

2) Konsep perkawinan tradisional : dijodohkan,hukum adat

Tugas Perawat :

1) Membantu setiap kel utk saling memahami satu sama lain.

b. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama

1) Dimulai dr kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bln ( 2,5

tahun). Klg menanti kelahiran & mengasuh anak.

Tugas Perkembangan Keluarga:

1) Persiapan menjadi orang tua


26

2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi dan

hubungan seksual

3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

Masalah Kesehatan Keluarga :

1) Pendidikan maternitas fokus keluarga, perawatan bayi, imunisasi,

konseling perkembangan anak, KB,pengenalan dan penanganan

masalah keshatan fisik secara dini.

2) Inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas perawatan ibu dan

anak.

c. Tahap III : Keluarga Anak Usia Pra-Sekolah

1) Dimulai dengan anak pertama berusia 2,5 - 5 tahun. Keluarga lebih

majemuk dan berbeda.

Tugas Perkembangan Keluarga:

1) Memenuh kebutuhan anggota keluarga seperti : tempat tinggal,

privasi dan rasa aman, membantu anak untuk sosialisasi.

2) Adaptasi dengan anak yang baru lahir dan kebutuhan anak yang lain

3) Mempertahankan hubungan yang sehat in/ekternal keluarga,

pembagian tanggung jawab anggota keluarga

4) Stimulasi tumbang anak ( paling repot )

Masalah Kesehatan Keluarga :

1) Masalah kesehatan fisik : penyakit menular, jatuh, luka bakar,

keracunan dan kecelakaan dan lain-lain.


27

d. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah

1) Dimulai dengan anak pertama berusia 6-13 tahun

2) Keluarga mencapai jumlah anggota yang maksimal ,keluarga sangat

sibuk

3) Aktivitas sekolah,anak punya aktivitas masing-masing

4) Orang tua berjuang dengan tuntutan ganda : perkembangan anak &

dirinya

5) Orang tua belajar menghadapi/membiarkan anak pergi ( dengan

teman sebayanya )

6) Orang tua mulai merasakan tekanan dari komunitas di luar rumah

( sistem sekolah )

Tugas Perkembangan Keluarga :

1) Membantu sosialisasi anak : meningkatak prestasi belajar anak.

2) Mepertahankan hubungan perkawinan yang bahagia.

3) Memenuhi kebutuhan & biaya kehidupan yg semakin meningkat

termasuk biaya kesehatan.

e. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja

1) Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun-19/20 tahun)

2) Tujuan keluarga tahap ini adalah melonggarkan ikatan yg

memungkinkan tanggung jawab dan kebebasan yang lebih optimal

bagi remaja untuk menjadi dewasa muda.

Konflik Perkembangan :

1) Otonomi yg meningkat ( kebebasan anak remaja )


28

2) Budaya anak remaja ( perkembangan dengan teman sebaya )

3) Kesenjangan antar generasi ( beda nilai-nilai dengan orang tua )

Tugas Perkembangan :

1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja

menjadi dewasa dan semakin mandiri

2) Menfokuskan hubungan perkawinan

3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dengan anak anak-

anak

f. Tahap VI : Keluarga Melepas Anak Usia Dewasa Muda

1) Dimulai Anak pertama meninggalkan rumah

Tahap ini bisa singkat bisa lama tergantung jumlah anak ( biasa

berlangsung 6 - 7 tahun ), faktor ekonomi juga menjadi kendala.

Tugas Perkembangan :

1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga

baru dari perkawianan anak-anaknya.

2) Melanjutkan utk memperbarui dan menyesuaikan kembali hubungan

perkawinan

3) Membantu orang tua lansia yg sakit-sakitan dari pihak suami

maupun istri.

4) Membantu kemandirian keluarga

Masalah Kesehatan :

1) Masalah komunikasi anak dengan orang tua (jarak),

2) Perawatan usia lanjut, masalah penyakit kronis: Hipertensi,

Kolesterol, Obesitas dan Menopause.


29

g. Tahap VII : Keluarga Orang Tua Usia Pertengahan

1) Dimulai anak terakhir keluar dan berakhir sampai pensiun atau

kematian pasangan.

2) Biasanya dimulai saat orang tua berusia 45-55 tahun dan berakhir

saat masuk pensiun 16-18 tahun kemudian

Tugas Perkembangan :

1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan

2) Mempertahankan hubungan yg memuaskan dan penuh arti dengan

para orang tua lansia, teman sebaya dan anak-anak.

3) Memperkokoh hubungan perkawinan

Masalah Kesehatan :

1) Kebutuhan Promosi Kesh : istirahat cukup, kegiatan waktu luang dan

tidur, nutrisi, olah raga teratur ,BB harus ideal,no smoking,

pemeriksaan berkala.

2) Masalah hubungan perkawinan, komunikasi dengan anak-anak dan

teman sebaya, masalah ketergantungan perawatan diri.

h. Tahap VIII : Keluarga Masa Pensiun dan Lansia

1) Dimulai salah satu atau keduanya pensiun sampai salah satu atau

keduanya meninggal.

2) Kehilangan yg lazim pada usia ini : ekonomi dan pekerjaan

(pensiun), perumahan ( pindah ikut anak atau panti ) , sosial

( kematian pasangan dan teman-temannya),Kesehatan (penurunan

kemamp fisik )
30

Tugas Perkembangan :

1) Mempertahankan pengaturan hidup yg memuaskan

2) Menyesuaikan dengan pendapatan yg menurun

3) Mempertahankan hubungan perkawinan

4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan

integrasi hidup )

9. Peran Perawat Keluarga

a. Pendidik

Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :

1) Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga

secara mandiri

2) Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga

b. Koordinator

Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang

komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk

mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar

tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan

c. Pelaksana

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah,

klinik maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan

perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui


31

anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada

keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga

nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang

sakit

d. Pengawas kesehatan

Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite

atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau

melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga

e. Konsultan

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi

masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada

perawat, maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik,

perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya

f. Kolaborasi

Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan

rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap

kesehatan keluarga yang optimal

g. Fasilitator

Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk

meningkatkan derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran

fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui

sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dan lain-lain)

h. Penemu kasus

Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak


terjadi ledakan atau wabah.
32

10. Keluarga Kelompok Resiko Tinggi


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,

yang menjadi prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang risiko tinggi

dalam bidang kesehatan, meliputi:

a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan

masalah sebagai berikut:

1) Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah.

2) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan

sendiri.

3) Kelurga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan

penyakit keturunan.

b. Keluarga dengan ibu risiko tinggi kebidanan. Waktu hamil:

1) Umur ibu (kurang 16 tahun atau lebih 35 tahun).

2) Menderita kekurangan gizi atau anemia.

3) Menderita hipertensi.

4) Primipara atau multipara.

5) Riwayat persalinan dengan komplikasi.

c. Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena:

1) Lahir prematur atau BBLR.

2) Lahir dengan cacat bawaan.

3) ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.

4) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau

anaknya.
33

d. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota

keluarga:

1) Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan

2) Tidak Ada Kesesuaiana Pendapat Antara Anggota Keluarga Dan

Sering cekcok dan tegang.

3) Ada anggota keluarga yang sering sakit.

4) Salah satu orang tua (suami atau istri) meninggal, atau lari

meninggalkan keluarga.

B. Konsep Komplementer

1. Pengertian Konsep Complementary dan Alternatif Terapi

Terapi non-konvensional merupakan salah satu dari terapi medis

alternatif atau komplementer. Terapi komplementer (complementary

therapies) adalah semua terapi yang digunakan sebagai tambahan untuk

terapi konvensional yang direkomendasikan oleh penyelenggaraan

pelayanan kesehatan individu (Perry, Potter, 2009). Definisi CAM yang

disepakati adalah suatu bentuk penyembuhan yang bersumber pada

berbagai sistim, modalitas dan praktek kesehatan, yang didukung oleh

teori dan kepercayaan. Termasuk didalamnya latihan atau usaha untuk

menyembuhkan diri sendiri. CAM digunakan untuk mencegah dan

menyembuhkan penyakit atau juga untuk meningkatkan taraf kesehatan.

Walaupun demikian ada perbedaan antara alternatif dan

komplementer.Terapi alternatif adalah terapi di luar terapi konvensional.

Sementara komplementer berarti pelengkap bagi terapi konvensional yang


34

ada dan telah terbukti bermanfaat. Terapi alternatif (alternative therapies)

meliputi intervensi yang sama dengan terapi komplementer, tetapi sering

kali menjadi pengobatan primer yang mengganti pelayanan medis

alopatik. Kedua terapi alternatif dan komplementer bervariasi derajatnya di

mana mereka cocok dengan pengobatan alopatik.

2. Tipe Terapi Alternatif dan Komplementer

A. Sistem medis alternatif-Dibangun di antara sistem teori dan praktik

yang lengkap

a) Akupuntur :  suatu metode tradisional china yang menghasilkan

analgesia atau perubahan fungsi sistem tubuh dengan cara

memasukan jarum tipis di sepanjang rangkaian garis atau jalur

yang disebut meridian. Manipulasi jarum langsung pada meridian

energi akan mempengaruhi organ internal dalam dengan

pengalihan qi (shi).

b) Ayurveda : sistem pengobatan tradisional hindu yang digunakan di

India sejak abad pertama AD. Suatu kombinasi obat seperti herbal,

obat pencahar, dan minyak gosok untuk mengobati penyakit.

c)  Pengobatan Homeopatik : sistem pengobatan medis didasari pada

teori bahwa penyakit tertentu dapat diobati dengan memberikan

dosis kecil substansi yang pada individu sehat akan menghasilkan

gejala seperti penyakit. Substansi yang dianjurkan tersebut adalah

obat yang dibuat dari tumbuh-tumbuhan alami, hewan, atau

substansi mineral.
35

d) Praktik Amerika Latin :  sistem medis curanderismo, di mana

memasukan suatu model humonal untuk mengklasifikasikan

makanan, aktifitas, obat-obatan, dan penyakit serta rangkaian

penyakit masyarakat.

e) Praktik Amerika Asli : terapi termasuk keringat dan pembersihan,

obat-obatan herbal, dukun sihir (dukun membuat hubungan dengan

roh untuk menanyakan petunjuk dalam memberikan pengobatan

kepada individu).

f) Pengobatan Naturopatik : sistem terapeutik didasarkan pada

makanan alami, cahaya, kehangatan, pijatan, air segar, olahraga

teratur, dan menghindari pengobatan. Mengenali kemampuan

penyembuhan alami tubuh. Pengobatan menggabungkan terapi

tradisional alami dengan ilmu pengetahuan diagnostik terkini

termasuk pengobatan botanikal (tumbuh-tumbuhan).

g) Pengobatan tradisional China (Asian) : kumpulan teknik dan

metode sitematik termasuk akupuntur, pengobatan herbal, pijatan,

akupresur, muxibistion (menggunakan panas dari herbal yang

dibakar).

B. Terapi secara Biologis-Menggunakan Substansi dari Alam, seperti

Herbal, Makanan, dan Vitamin

a) Zona : program diet yang memerlukan makanan berprotein,

karbohidrat, dan lemak dalam perbandingan 30:40:30% kalori dari

protein, 40% dari karbohidrat, dan 30% dari lemak. Digunakan


36

untuk menyeimbangkan insulin dan hormon lain untuki kesehatan

yang optimal.

b) Diet Makribiotik : diutamakan diet vegetarian (tidak ada produk

hewan kecuali ikan ). Awalnya digunakan dalam manajemen

berbagai kanker. Penekanan pada semua biji-bijian padi, sayur-

sayuran, dan makanan yang tidak diawetkan.

c) Pengobatan ortomelekular (megavitamin) : meningkatkan masukan

nutrisi seperti vitamin C dan beta karoten. Diet mengobati kanker,

skizofrenia, penyakit autis, dan penyakit kronis tertentu seperti

hiperkolesterolemia dan penyakit arteri koroner.

d) European phytomedicines :  produk yang dikembangkan di bawah

kontrol kualitas yang ketat pada pabrik farmasi yang

berpengalaman, dibungkus secara profesional dalam tablet atau

kapsul. Contoh obat-obatan herbal yang telah diteliti dengan baik

adalah gingko biloba, susu dari tanaman liar, dan bilberry.

e) Obat-obatan tradisional herbal China : lebih dari 50.000 jenis

tabaman obat, banyak yang telah diteliti secara luas. Herbal

dipertimbangkan sebagai tulang belakang pengobatan.

f) Herbal Ayuveda : sistem herbal tradisional Hindu yang telah

digunakan lebih dari 2000 tahun.

C. Manipulasi dan Metode Didasari Tubuh-Didasari pada Manipulasi

dan/ atau Pergerakan dari Satu atau lebih Bagian Tubuh

a) Akupresur : teknik terapeitik mempergunakanj tekanan digital

dalam cara tertentu pada titik yang dibuat pada tubuh untuk
37

mengurangi rasa nyeri, menghasilkan analgesia, atau mengatur

fungsi tubuh.

b) Pengobatan kiropraktik : sistem terapi yang melibatkan

manipulasi kolumna spinalis dan memasukan fisioterapi dan

terapi diet.

c) Metode Feldenkrais : terapi alternatif yang didasarkan pada citra

tubuh yang baik melalui perbaikan pergerakan tubuh. Teknik ini

mengintegrasikan pemahaman fisika tentang pola pergerakan

tubuh dengan kewaspadaan seseorang dalam mempelajari gerak,

sikap, dan interaksi.

d) Tai Chi : teknik yang menggabungkan pernapasan, gerakan, dan

meditasi untuk membersihkan, memperkuat, dan sirkulasi energi

dan darah kehidupan yang penting. Terapi merangsang sistem

imun dan mempertahankan keseimbangan internal dan eksternal.

e) Terapi pijat : manipulasi jaringan ikat melalui pukulan, gosokan,

atau meremes untuik meningkatkan sirkulasi, memperbaiki sifat

otot, dan relaksasi.

f) Sentuhan ringan : sentuhan pada klien dengan cara yang tepat dan

halus untuk membuat hubungan, menunjukan penerimaan, dan

memberikan penghargaan.

D. Intervensi Tubuh dan Pikiran-Menggunakan Berbagai Teknik yang

Dibuat untuk Meningkatkan Kapasitas Pikiran untuk Memengaruhi

Tubuh
38

a) Terapi Seni : penggunaan seni untuk mendamaikan konflik

emosional, meningkatkan kewaspadaan diri, dan mengungkapkan

masalah yang tidak dikatakan dan disadari klien tentang penyakit

mereka.

b) Umpan balik biologis : suatu proses yang memberikan individu

dengan informasi visual dan suara tentang fungsi fisiologis

otonom tubuh, seperti tegangan otot, suhun tubuh, dan aktivitas

gelombang otak, melalui penggunaan alat-alat.

E. Intervensi Tubuh-Pikiran-Menggunakan Berbagai Teknik yang

Dibuat untuk Meningkatkan Kapasitas Pikiran guna Memengaruhi

Fungsi dan Gejala Tubuh.

a) Terapi dansa : sarana memperdalam dan memperkuat terapi

karena merupakan ekspresi langsung dari pikiran dan tubuh.

Terapi ini mampu mengobati individu dengan masalah sosial,

emosional, kognitif, atau fisik.

b) Terapi pernapasan : menggunakan segala jenis pola pernapasan

untuk merelaksasi, memperkuat, atau membuka jalur emosional.

c) Imajinasi terbimbing : teknik terapeutik untuk mengobati kondisi

patologis dengan berkonsentrasi pada imajinasi atau serangkaian

gambar.

d) Meditasi : praktik yang ditujukan pada diri untuk merelaksasi

tubuh dan Menenangkan pikiran menggunakan ritme pernapasan

yang berfokus.
39

e) Terapi musik : menggunakan musik untuk menunjukan kebutuhan

fisik, psikologis, kognitif, dan sosial individu yang menderita

cacat dan penyakit. Terapi memperbaiki gerakan dan atau

komunikasi fisik, mengembangkan ekspresi emosional,

memperbaiki ingatan, dan mengalihkan rasa nyeri.

f) Usaha pemulihan (doa) : berbagai teknik yang digunakan dalam

budaya menggabungkan pelayanan, kesabaran, cinta, atau empati

dengan target doa.

g)  Psikoterapi : pengobatan kelainan mental dan emosional dengan

teknik psikologi.

h) Yoga : teknik yang berfokus pada susunan otot, postur,

mekanisme pernapasan, dan kesadaran tubuh. Tujuan yoga adalah

memperoleh kesejahteraan mental dan fisik melalui pencapaian

kesempurnaan tubuh dengan olahraga, mempertahankan postur

tubuh, pernapasan yang benar, dan meditasi.

F. Terapi Energi-Melibatkan Penggunaan Medan Energi

a) Terapi Reiki : terapi yang berasal dari praktik Buddha kuno di

mana praktisi menempatkan tangannya pada atau di atas bagian

tubuh dan memindahkan “energi kehidupan semesta” kepada

klien. Energi ini memberikan kekuatan.

b)  Sentuhan terapeutik : pengobatan melibatkan pedoman

keseimbangan energi praktisi dalam suatu cara yang disengaja

terhadap semua klien. Termasuk peletakan tangan praktisi pada

atau dekat tubuh klien (Perry, Potter,2009).


40

3. Jenis-jenis Terapi yang Dapat Diakses Keperawatan

Beberapa terapi dan teknis medis alternatif dan komplementer

bersifat umum dan menggunakan proses alami (pernapasan, pikiran dan

konsentrasi, sentuhan ringan, pergerakan, dan lain-lain) untuk membanti

individu merasa lebih baik dan beradaptasi dengan kondisi akut dan akut.

Berikut jenis-jenis terapi yang dapat diakses keperawatan, yaitu :

A. Terapi Relaksasi

Respon relaksasi merupakan bagian dari penurunan umum

kognitif, fisiologis, dan stimulasi perilaku. Relaksasi juga melibatkan

penurunan stimulasi. Proses relaksasi memperpanjuang serat otot,

mengurangi pengiriman impuls neural ke otak, dan selanjutnya

mengurangi aktivitas otak juga sistem tubuh lainnya. Relaksasi

membantu individu membangun keterampilan kognitif untuk

mengurangi cara yang negatif dalam merespon situasi dalam

lingkungan mereka. Keterampilan kognitif adalah seperti sebagai

berikut :

1) Fokus (kemampuan untuk mengidentifikasi, membedakan,

mempertahankan perhatian pada, dan mengembalikan perhatian

pada rangsangan ringan untuk periode yang lama).

2) Pasif (kemampuan untuk menghentikan aktivitas analisis dan

tujuan yang tidak berguna).

3) Kesediaan (kemampuan untuk menoleransi dan menerima

pengalaman yang tidak pasti, tidak dikenal, atau berlawanan).


41

Tujuan dari relaksasi jangka panjang adalah agar individu

memonitor dirinya secara terus-menerus terhadap indikator ketegangan,

serta untuk membiarkan dan melepaskan dengan sadar ketegangan yang

terdapat di berbagai bagian tubuh.

B. Meditasi dan Pernapasan

Meditasi adalah segala kegiatan yang membatasi masukan

rangsangan dengan perhatian langsung pada suatu rangsangan yang

berulang atau tetap (Rakel dan Faas, 2006). Ini merupakan terminasi

umum untuk jangkauan luas dari praktik yang melibatkan relaksasi

tubuh dan ketegangan pikiran. Menurut Benson, komponen relaksasi

sangat sederhana, yaitu : (1) ruangan yang tenang, (2) posisi yang

nyaman, (3) sikap mau menerima, dan (4) fokus perhatian. Praktik

meditasi tidak membutuhkan seorang pengajar, banyak individu

mempelajari prosesnya dari buku atau kaset, dan mudah untuk diajarkan

(Fontaine, 2005). Sebagian besar teknik meditasi melibatkan

pernapasan, biasanya pernapasan perut yang dalam, relaks, dan

perlahan. Meditasi menimbulkan keadaan santai, menurunkan konsumsi

oksigen, mengurangi frekuensi pernapasan dan denyut jantung, serta

menghasilkan laporan penurunan kecemasan.

Ada banyak indikasi untuk meditasi, diantaranya adalah sebagai

berikut:

1) Kecemasan atau suasana yang menegangkan

2)  Rasa kehilangan yang kronis

3) Sindroma kelelahan kronis


42

4) Rasa nyeri kronis

5) Penyalahgunaan obat (alkohol atau tembakau)

6) Hipertensi

7) Kegelisahan

8) Harga diri rendah atau menyalahkan

9) Depresi ringan

10) Gangguan tidur

Meskipun meditasi telah menunjukan perbaikan dalam bebragai

penyakit psikologis, meditasi merupakan kontraindikasi bagi beberapa

individu. Sebagai contoh, individu yang memiliki ketakutan akan

kehilangan kontrol dapat menerima meditasi sebagai bentuk

pengontrolan pikiran dan mungkin menolak untuk mempelajari teknik

tersebut.

C. Imajinasi

Imajinasi atau teknik visualisasi yang menggunakan kesadaran

pikiran untuk menciptakan gambaran mental agar menstimulasi

perubahan fisik dalam tubuh, memperbaiki kesejahteraan, dan

meningkatkan kesadaran diri. Biasanya imajinasi dikombinasi dengan

beberapa bentuk latihan relaksasi yang memfasilitasi efek dari teknik

relaksasi. Imajinasi bersifat ditujukan pada diri, di mana individu

menciptakan gambaran mental dirinya sendiri, atau bersifat terbimbing,

dimana selama seorang praktisi memimpin individu melalui skenario

tertentu.
43

Imajinasikan sering menimbulkan respons psikofisiologis yang

kuat seperti perubahan dalam fungsi imun (Fontaine, 2005). Banyak

teknik imajinasi melibatkan imajinasi visual, tapi mereka juga

melibatkan indera pendengaran, proprioseptif, pengecap, dan

penciuman. Visualisasi kreatif adalah satu bentuk imajinasi yang

ditujukan pada diri yang didasari pada prinsip hubungan tubuh-pikiran.

Imajinasi memiliki aplikasi pada sejumlah populasi klien. Imajinasi

telah digunakan untuk visualisasi sel kanker yang telah dihancurkan

oleh sel sistem imun, untuk mengontrol atau mengurangi rasa nyeri, dan

untuk mencapai ketenangan dan ketentraman. Imajinasi juga membantu

dalam pengobatan kondisi kronis seperti asma, hipertensi, gangguan

fungsi berkemih, sindrom prementasi dan menstruasi, gangguan

gastrointestinal ulceratif colotis, dan rheumatoid arthritis.

4. Terapi Latihan Spesifik

Terapi latihan spesifik merupakan pengobatan medis alternatif atau

komplementer di mana perawat yang boleh melakukannya hanya perawat

yang telah menyelesaikan suatu pelatihan atau kursus pelajaran khusus.

Perawat harus memiliki sertifikat, gelar, atau ijazah di luar izin perawat

RN untuk dapat memberikan sebagian besar terapi tersebut. Beberapa

terapi latihan spesifik (misalnya umpan balik biologis dan sentuhan

terapeutik) sangat efektif dan direkomendasikan oleh praktisi pelayanan

kesehatan Eropa. Berikut jenis-jenis terapi latihan spesifik adalah sebagai

berikut :
44

A. Umpan Balik Biologis

Selain digunakan untuk intervensi relaksasi, teknik umpan balik

biologis juga dapat membantu individu dalam mempelajari bagaimana

mengontrol respons sistem saraf otonom tertentu. Umpan balik biologis

(biofeedback) merupakan suatu kelompok prosedur terapeutik yang

menggunakan alat elektronik atau elektromekanik untuk mengukur,

memproses, dan memberikan informasi bagi individu tentang aktivitas

sistem saraf otonom dan neuromuskular. Informasi, atau umpan balik,

diberikan dalam bentuk tanda fisik, fisiologis, pendengaran, dan umpan

balik (Rakel dan Faas, 2006).

Umpan balik biologis merupakan penambahan yang efektif pada

program relaksasi karena dapat menunjuk dengan cepat kepada klien

kemampuan mereka untuk mengontrol beberapa respons fisiologis.

Berbagai bentuk umpan balik fisiologis diaplikasikan dalam berbagai

situasi. Umpan balik biologis telah berhasil mengobati migraine

headache, rasa nyeri lainnya, stroke, dan berbagai kelainan

gastrointestinal dan traktus urinarius. Meskipun umpan balik biologis

atelah menunjukan efektifitas pada sejumlah populasi klien, ada

beberapa tindakan pencegahan. Selama relaksasi atau latihan umpan

balik biologis, emosi atau perasaan yang ditekan terkadang

memperlihatkan bahwa klien tidak dapat beradaptasi dengan dirinya

sendiri. Karena alasan ini, praktisi yang menawarkan umpan balik

biologis harus melatih metode psikologis atau memiliki profesional

yang berkualitas yang berguna untuk rujukan (Potter, Perry. 2009).


45

B. Sentuhan Terapeutik

Sentuhan terapeutik (therapeutik touch)  adalah terapi latihan

spesifik yang dikembangkan oleh perawat. Meskipun asumsi

keagamaan dan filosofi terhadap sentuhan terapeutik berbeda dari

teknik penyembuhan Eropa, tetapi sentuhan terapeutik juga melibatkan

profesional pelayanan kesehatan terlatih yang berusaha untuk

menunjukan keseimbangan diri mereka sendiri dalam cara yang

bermotivasi atau disengaja terhadap semua klien.

Sentuhan terapeutik merupakan suatu potensi alami manusia yang

terdiri dari meletakkan tangan praktisi pada atau dekat dengan tubuh

seseorang. Proses sentuhan terapeutik melibatkan dimana praktisi

melihat tubuh secara sekilas dan mendiagnosis daerah tempat

terakumulasinya tegangan. Praktisi kemudian mencoba mengarahkan

energi tersebut untuk membawa individu kembali masuk ke dalam

keseimbangan energi yang sama dengan praktisi. Sentuhan terpeutik

terdiri dari lima fase, yaitu : pemusatan, pengkajian, penenangan,

pengobatan, dan evaluasi.

Beberapa penelitian klasik terdahulu mendapatkan bahwa sentuhan

terapeutik meningkatkan kadar hemoglobin (Hb) pada beberapa klien.

Penelitian lain menemukan bahwa sentuhan terapeutik mampu

mengurangi tingkat kecemasan pada klien yang dirawat yang dirawat di

rumah sakit dengan penyakit kardiovaskuler, menurunkan rasa nyeri

sakit kepala, dan memperbaiki suasana hati pada individu dewasa yang

berduka cita. Meskipun beberapa penelitian telah menunjukan hasil


46

yang positif dari sentuhan terapeutik, beberapa yang lainnya tidak.

Alasan untuk kurangnya respons ini adalah hilangnya kontak mata dan

wajah selama sesi terapeutik dan sesi yang terlalu singkat.

C. Terapi Kiropraktik

Terapi Kiropraktik merupakan suatu seni penyembuhan manual,

dikembangkan pada tahun 1895 di Lowa. Praktisi kiropraktik lulus dari

program persipan yang didirikan sederajat dengan sekolah kedokteran.

Terapi kiropraktik merupakan terapi holistik yang biasanya tidak

menggunakan obat-obatan atau operasi. Terapi kiropraktik

mempromosikan diet alami dan olahraga yang teratur sebagai

komponen penting agar tubuh dapat berfungsi dengan baik (Fontaine,

2005).

Tujuan dasar terapi kiropraktik berfokus pada perbaikan struktur

dan keseimbangan fungsional. Salah satu gangguan struktur mayor

yang diobati oleh praktisi kiropraktik adalah subluksasio vertebra, di

mana gerakan sendi menurun disebabkan oleh sedikit perubahan pada

posisi persambungan tulang dan gejala subjektif seperti rasa nyeri.

Beberapa penyakit atau kelainan sendi tidak harus diobati dengan

manipulasi. Kontraindikasi terapi kiropraktik adalah mielopati akut,

patah tulang (fraktur), dislokasi, arthritis rheumatoid, dan osteoporosis.

D. Pengobatan Tradisional China

Pengobatan tradisional china  (Traditional Chinese Medicina)

terdiri dari beberapa modalitas, termasuk herbal, akupuntur,


47

moxibustion, diet, olahraga, dan meditasi. TCM sudah berusia ribuan

tahun dan berakar dari Taoisme. Ada beberapa konsep utama yang

merupakan pengobatan China. Konsep yang paling adalah Yin-Yang

yang menggambarkajn fenomena berlawanan yang saling melengkapi

dan berada dalam keseimbangan yang dinamis. Qi (di baca Chi)

didefinisikan sebagai energi vital dari tubuh manusia. Penyakit

diklasifikasikan dalam tiga kategori utama, yaitu : penyebab eksternal,

penyebab internal, dan bukan penyebab internal maupun eksternal

(Perry, Potter, 2009 ).

Elemen, yaitu terdiri atas : bumi, logam, air, kayu, dan api.

Berbagai fenomena kesehatan disususn menurutfase tersebut dan saling

berhubungan satu sama lain. Berikut jenis-jenis pengobatan tradisional

China, yaitu :

a) Akupuntur : akupuntur merupakan metode stimulasi titik tertentu

(akupoin) pada tubuh dengan memasukan jarum khusus untuk

memodifikasi persepsi rasa nyeri. Menormalkan fungsi fisiologis,

serta mengobati atau mencegah penyakit. Akupuntur mengatur atau

meluruskan kembali aliran qi. Menurut pengobatan tradisional

China, jarum akupuntur melepskan obstruksi energi dan

membangun kembali aliran qi melalui meridian, selanjutnya

menstimulasi dan mengaktifkan mekanisme penyembuhan diri oleh

tubuh. Penggunaan arus listrik lemah dan kuat meningkatkan efek

dari jarum tersebut (Fontaine, 2005).


48

Akupuntur merupakan modalitas pengobatan primer yang

digunakan oleh praktisi pengobatan China. Masalah terbanyak

yang dapat diobati dengan akupuntur meliputi nyeri punggung

bagian bawah, nyeri pada otot wajah, sakit kepala ringan dan

migrain, linu panggul, nyeri bahu, osteoarthritis, salah urat pada

leher, dan keseleo musculoskeletal (Rakel dan Faass, 2006).

Akupuntur merupakan terapi yang aman jika praktisi telah

menjalani pelatihan yang sesuai dan menggunakan jarum yang

steril. Meskipun telah ditemukan komplikasi, tetapi masih jarang

terjadi jika praktisi melakukan  langkah-langkah yang benar untuk

menjamin keamanan alat dan klien komplikasi meliputi infeksi

karena sterilisasi jarum yang tidak adekuat atau jarum yang

ditinggalkan dalam tempat untuk waktu yang lama, jarum yang

patah, kebocoran organ internal, perdarahan, pingsan, kejang,

keguguran, dan perasaan mengantuk pascapengobatan (Fontaine,

2005).

b) Terapi Herbal : peneliti memperkirakan sekitar 25.000 jenis

tumbuhan digunakan secara medis di seluruh dunia. Ini merupakan

bentuk pengobatan lama yang diketahui untuk manusia, dan bukti

arkeologi mengatakan bahw a Belanda menggunakan obat herbal

sejak 60.000 tahun yang lalu (Fontaine, 2005).

The Federal Food, Drug, and Cosmetic Art mengharuskan

semua obat dibuktikan keamanan dan efektifitasnya sebelum dijual

ke masyarakat. Karena pengobatan herbal tidak menjalani


49

penelitian dengan teliti yang sama secara farmasi, mayoritas tidak

menerima persetujuan untuk menggunakannya sebagai obat dan

tidak diatur oleh The Food and Drug Admistration (FDA).

Substansi herbal pengobatan China berasal dari tanaman, hewan,

atau mineral. Sedangkan pengobatan Barat menggunakan herbal

yang dipersiapkan secara primer dari materi tanaman. Sejumlah

herbal aman dan efektif untuk berbagai kondisi, sebagai contoh :

susu dari tanaman liar efektif untuk mengobati sejumlah gangguan

hati dan kendung kemih (Perry, Potter, 2009).

Meskipun pengobatan herbal memberikan efek yang

berguna bagi berbagai kondisi, sejumlah masalah timbul. Ketika

pengobatan herbal dikembangkan, konsentrasi bahan-bahan aktif

beragam bentuknya. Kontaminasi dengan herbal atau bahan kimia

lain, termasuk pestisida dan logam berat juga terjadi.  Beberapa

herbal juga mengandung produk yang sangat toksik dan dapat

menyebabkan kanker (Fontaine, 2005).

5. Peran Keperawatan dalam Terapi Alternatif dan Latihan

Ketertarikan pada terapi medis alternatif dan komplementer

meningkat secara signifikan pada 20 tahun terakhir. Pendekatan

kedokteran terintegrasi konsisten dengan pendekatan holistik yang

dipelajari perawat untuk dipraktikkan. Perawat memiliki potensi untuk

menjadi partisipan utama dalam jenis filosofi pelayanan kesehatan ini.

Banyak perawat sudah mempraktikkan manfaat sentuhan. Pahami terapi

medis alternatif atau komplementer untuk membuat rekomendasi yang


50

tepat kepada penyelenggaraan pelayanan primer alopatik tentang terapi

mana yang bermanfaat bagi klien. Selain itu, berikan nasihat kepada klien

tentang kapan waktu yang tepat untuk mencari terapi konvensional atau

terapi medis alternatif dan komplementer.

Perawat bekerja sangat dekat dengan klien mereka dan berada

dalam posisi mengenali titik pandang budaya spiritual klien. Perawat

biasanya dapat menentukan terapi medis alternatif atau komplementer

mana yang lebih sesuai dengan kepercayaan dan menawarkan

rekomendasi yang sesuai (Potter, Perry, 2009).

C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat

untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan menangani norma-

norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan system

terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya. (Effendy,

1998)

Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode :

a. Wawancara keluarga

b. Observasi fasilitas rumah

c. Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga (dari ujung rambut ke ujung

kaki)

d. Data sekunder, seperti contoh : hasil laboratorium, hasil X-Ray, pap

semar dan lain-lain)


51

Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut teori/model

Family Centre Nursing Friedman (1988), meliputi 7 komponen

pengkajian, yaitu :

a. Data Umum

1) Nama kepala keluarga

2) Alamat

3) Telepon

4) Pekerjaan kepala keluarga

5) Pendidikan kepala keluarga

6) Komposisi anggota keluarga

7) Genogram

8) Tipe Keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau

masalah – masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut

9) Suku Bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta

mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan

kesehatan

10) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan

yang dapat mempengaruhi kesehatan

11) Status Sosial Ekonomi Keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik

dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu


52

status social ekonomi ditentukan pula oleh kebutuhan –

kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang – barang

yang dimiliki oleh keluarga, dan siapa yang mengatur keuangan.

12) Aktivitas Rekreasi Keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi

bersama – sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu,

namun dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga

merupakan aktivitas rekreasi

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak

tertua dari keluarga tersebut

2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum

terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas

perkembangan tersebut belum terpenuhi

3) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga

inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan

masing – masing anggota keluarga, sumber pelayanan kesehatan

yang biasa digunakan keluarga, serta pengalaman – pengalaman

terhadap pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya


53

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga

dari pihak suami dan istri.

c. Pengkajian Lingkungan

1) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifiksai dengan melihat luas

rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan

ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank,

jarak septic tank dengan sumber air minum yang digunakan, serta

denah rumah

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan

komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,

aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang

mempengaruhi kesehatan

3) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan

keluarga berpindah tempat

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu digunakannya keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada sejauh mana

interaksinya dengan masyarakat

5) Sistem pendukung keluarga

Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah

jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas – fasilitas yang


54

dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup

fasilitas fisik, fasilitas psikologi atau dukungan dari anggota

keluarga, dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat

setempat.

d. Struktur Keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antara anggota

keluarga

2) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi

orang lain untuk merubah perilaku

3) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing – masing anggota keluarga baik

secara formal maupun informal

4) Nilai dan norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga,

yang berhubungan dengan kesehatan.

e. Fungsi Keluarga

1) Fungsi afektif

Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota

keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,

dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana


55

kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana

keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

2) Fungsi sosialisasi

Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau

hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar

disiplin, norma, budaya, dan perilaku.

3) Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,

pakaian, perlindungan, serta merawat anggota keluarga yang sakit,

sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.

4) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah

b) Berapa jumlah anak

c) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak

d) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya

mengendalikan jumlah anggota keluarga

5) Fungsi ekonomi

Hal yang perlu dikaji adalah

a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, papan,

maupun pangan

b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di

dalam masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan

keluarga
56

f. Tugas Perawatan Keluarga

1) Mengenal masalah keluarga

2) Mengambil keputusan

3) Merawat anggota keluarga yang sakit

4) Memelihara lingkungan

5) Menggunakan fasilitas / pelayanan kesehatan

g. Stress dan Koping Keluarga

1) Stressor jangka pendek dan panjang

a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga

yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6

bulan

b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga

yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor

3) Strategi koping yang digunakan

Strategi yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan

4) Strategi adaptasi disfungsional

h. Pemeriksaan Fisik

1) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan.

2) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga.

3) Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala,

mata, mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan

bawah, sistem genetalia.


57

4) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik.

i. Harapan keluarga

1) Terhadap masalah kesehatan keluarga

2) Terhadap petugas kesehatan yang ada

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan

menggambarkan respons manusia. Dimana keadaan sehat atau perubahan

pola interaksi potensial/aktual dari individu atau kelompok dimana

perawat dapat menyusun intervensi-intervensi definitif untuk

mempertahankan status kesehatan atau untuk mencegah perubahan

(Carpenito, 2008). Untuk menegakkan diagnosa dilakukan 2 hal, yaitu :

a. Analisa Data

Mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan

dengan standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.

b. Perumusan Diagnosa Keperawatan

Komponen rumusan diagnosa keperawatan meliputi :

1) Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya

kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota

keluarga.

2) Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan objektif.

3) Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang

diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak

langsung atau tidak yang mendukung masalah dan penyebab.


58

Dalam penyusunan masalah kesehatan dalam perawatan keluarga

mengacu pada tipologi diagnosis keperawatan keluarga yang

dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu :

1) Diagnosa Sehat/Wellness/Potensial

Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah mampu

memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber

penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat digunakan.

Perumusan diagnosa potensial ini hanya terdiri dari komponen

problem (P).

2) Diagnosa Ancaman/Risiko

Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa

ini dapat menjadi masalah aktual bila tidak segera ditanggulangi.

Perumusan diagnosa risiko ini terdiri dari komponen problem (P)

dan etiologi (E).

3) Diagnosa Nyata/Aktual/Gangguan

Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh

keluarga dan memerlukan bantuan dengan cepat. Perumusan

diagnosa aktual terdiri dari problem (P), etiologi (E), dan

sign/symptom (S).

Perumusan problem (P) merupakan respon terhadap gangguan

pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi mengacu pada 5

tugas keluarga.
59

Etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan hasil

pengkajian dari tugas perawatan kesehatan keluarga. Khusus untuk

mendiagnosis keperawatan potensial (sejahtera / “wellness”) boleh

menggunakan/ tidak menggunakan etiologi.

Skoring :

1) Tentukan skore untuk setiap kriteria

2) Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot :

Skore

X Bobot

Angka tertinggi

3) Jumlahkanlah skore untuk semua criteria

3. Intervensi

Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat

untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan

yang telah diidentifikasi (Efendy,1998). Penyusunan rencana perawatan

dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana

perawatan (Suprajitno, 2004).

a. Menentukan prioritas masalah keperawatan

Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai

skor tinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor

terendah. Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan

keperawatan keluarga harus didasarkan beberapa kriteria sebagai

berikut :
60

1) Sifat masalah (aktual, risiko, potensial)

2) Kemungkinan masalah dapat diubah

3) Potensi masalah untuk dicegah

4) Menonjolnya masalah

Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan

telah dari satu proses skoring menggunakan skala yang telah

dirumuskan oleh Bailon dan Maglay (1978) dalam Effendy (1998).

Tabel 2.1
Proses Skoring

Kriteria Skor Bobot


Sifat masalah :
a. Aktual 3
1
b. Risiko 2
c. Potensial 1
KemuKemungkinan masalah untuk dipecahkan :
 Mudah 2
1 2
 Sebagian
 Tidak dapat 0
Potensi masalah untuk dicegah :
 Tinggi 3
2 1
 Cukup
 Rendah 1
Menonjolnya masalah :
 Masalah berat, harus segera ditangani 2
1 1
 Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani
 Masalah tidak dirasakan 0

Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :

1) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.

2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot.

3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria.

4) Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5).


61

b. Merumuskan Rencana

Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan

keperawatan. Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi

serta meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga

tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis

pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis

pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis

pertahanan tersier (Anderson & Fallune, 2000).

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka

pendek. Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi

problem/masalah (P) di keluarga. Sedangkan penetapan tujuan jangka

pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi

pada lima tugas keluarga. Adapun bentuk tindakan yang akan

dilakukan dalam intervensi nantinya adalah sebagai berikut :

1) Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga

mengenai masalah.

2) Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum

diketahui dan meluruskan mengenai intervensi/interpretasi yang

salah.

3) Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga

tentang faktor-faktor penyebab, tanda dan gejala, cara menangani,

cara perawatan, cara mendapatkan pelayanan kesehatan dan

pentingnya pengobatan secara teratur.


62

4) Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk

kesehatan.

5) Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang

telah diketahui dan apa yang telah dilaksanakan.

4. Implementasi

Implementasi dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah

disusun. Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan terhadap keluarga, yaitu :

a. Sumber daya keluarga

b. Tingkat pendidikan keluarga

c. Adat istiadat yang berlaku

d. Respon dan penerimaan keluarga

e. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal di bawah ini :

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah

dan kebutuhan kesehatan dengan cara :

1) Memberikan informasi

2) Mengidentifikasikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.

3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,

dengan cara:

1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan.

2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.


63

3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit, dengan cara :

1) Mendemonstrasikan cara perawatan.

2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.

3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat, dengan cara :

1) Menentukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.

2) Melakukan perubahan lingkyngan keluarga seoptimal mungkin.

3) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

ada, dengan cara :

4) Mengenakan fasilitas kesehatan yabg ada dilingkungan keluarga.

5) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

5. Evaluasi

Pada umumnya, tahap evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

evaluasi kuantitatif dimana evaluasi ini menekankan pada jumlah

pelayanan atau kegiatan yang telah diberikan. Sedangkan evaluasi

kualitatif adalah evaluasi yang difokuskan pada tiga dimensi yang saling

berkaitan yaitu: evaluasi struktur yaitu berhubungan dengan tenaga atau

bahan yang diperlukan dalam suatu kegiatan, evaluasi proses adalah

evaluasi yang dilakukan selama kegiatan berlangsung dan evaluasi basil

merupakan basil dan pemberian asuhan keperawatan.


64

Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah

tujuan dari tindakan keperawatan yang telah tercapai adalah sebagai

berikut :

a. Observasi langsung metode ini merupakan metode yang paling

valid untuk menentukan adanya perubahan yaitu bila interpretasi yang

subyektif dan pengamat dapat dikurangi dan menggunakan instrument

yang tepat dan tujuan yang telah ditetapkan mengenai proses atau hasil.

b. Memeriksa laporan atau record mengenai test diagnostik yang

menunjukkan perubahan dalam status kesehatan klien

c. Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku

yang rumit, wawancara dapat disusun dan diberikan kepada keluarga

yang berperan penting.

d. Latihan stimulasi, berguna untuk menentukan perkembangan

kesanggupan untuk mengerti seperti kecakapan dalam membuat

keputusan, menanggapi masalah dan menganalisa masalah.

Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan keperawatan

yang diberikan pada keluarga adalah dengan pedoman SOAP sebagai

tuntunan perawat dalam melakukan evaluasi adalah:

Subyektif: Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain

tentang perubahan yang dirasakan baik kemajuan atau kemunduran setelah

diberikan tindakan keperawatan.

Obyektif: Data yang bisa diamati dan diukur memalui teknik

observasi, palpasi, perkusi dan auskultasi, sehingga dapat dilihat kemajuan


65

atau kemunduran pada sasaran perawatan sebelum dan setelah diberikan

tindakan keperawatan.

Analisa: Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana masalah

keperawatan ditanggulangi.

Planning: Rencana yang ada dalam catatan perkembangan

merupakan rencana tindakan hash evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak

rencana tersebut sehingga diperlukan inovasi dan modifikasi bagi perawat

C. KONSEP PENYAKIT KELUARGA

1. Defenisi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan

darah tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140

mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit

darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara

kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah

untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes

Irianto, 2014).

Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan

kardiovaskular. Apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan

gagal ginjal, stroke, dimensia, gagal jantung, infark miokard, gangguan

penglihatan dan hipertensi (Andrian Patica N E- journal keperawatan

volume 4 nomor 1, Mei 2016).


66

2. Jenis Hipertensi

Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri

tetapi sering dijumpai dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris,

obesitas, dan diabetes militus. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi

dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu (WHO, 2014) :

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak

diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menemukan

hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik)

dengan resiko menderita penyakit ini. Selain itu juga para pakar

menunjukan stres sebagai tertuduh utama, dan faktor lain yang

mempengaruhinya. Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam

penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan, kelainan

metabolisme, intra seluler, dan faktor-faktor ynag meningkatkan

resikonya seperti obesitas, merokok, konsumsi alkohol, dan kelainan

darah.

b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder

Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya sudah

diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung,

ginjal, penyakit pembuluh darah atau berhubungan dengan

kehamilan. Kasus yang sering terjadi adalah karena tumor kelenjar

adrenal. Garam dapur akan memperburuk resiko hipertensi tetapi

bukan faktor penyebab.


67

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa

Kategori Sistolik Diastolik


mmHg mmHg
Normal < 130 < 85
mmHg mmHg
Normal Tinggi 130-139 85-89
mmHg mmHg
Stadium 1 140-159 90-99
(HipertensiRingan) mmHg mmHg
Stadium 2 160-179 100-109
(HipertensiSedang) mmHg mmHg
Stadium 3 180-209 110-119
(HipertensiBerat) mmHg mmHg
Stadium 4 201 120
(HipertensiSangatBeratatauMaligna) mmHg mmHg
atau lebih atau lebih
Sumber : Heniwati, 2008

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi

Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :

a. Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita.

Wanita diketahui mempunyai tekanan darah lebih rendah

dibandingkan pria ketika berusia 20-30 tahun. Tetapi akan mudah

menyerang pada wanita ketika berumur 55 tahun, sekitar 60%

menderita hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal ini dikaitkan

dengan perubahan hormon pada wanita setelah menopause (Endang

Triyanto, 2014).

b. Umur

Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan

berubah di usia 20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih


68

meningkat secara cepat. Sehingga, semakin bertambah usia

seseorang maka tekanan darah semakin meningkat. Jadi seorang

lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih tinggi

dibandingkan diusia muda (Endang Triyanto, 2014).

c. Keturunan (genetik)

Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap

keluarga yang telah menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini

terjadi adanya peningkatan kadar sodium intraseluler dan

rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium individu

sehingga pada orang tua cenderung beresiko lebih tinggi menderita

hipertensi dua kali lebih besar dibandingan dengan orang yang

tidak mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi (Buckman,

2010)

d. Pendidikan

Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi

tekanan darah. Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan yang

rendah, kemungkinan kurangnya pengetahuan dalam menerima

informasi oleh petugas kesehatan sehingga berdampak pada

perilaku atau pola hidup sehat (Armilawaty, Amalia H, Amirudin

R., 2007).
69

Faktor resiko hipertensi yang dapat dikontrol

a. Obesitas

Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung

kurangnya melakukan aktivitas sehingga asupan kalori

mengimbangi kebutuhan energi, sehingga akan terjadi

peningkatan berat badan atau obesitas dan akan memperburuk

kondisi (Anggara, F.H.D., & N. Prayitno, 2013).

b. Kurang olahraga

Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk

mengurangi peningkatan tekanan darah tinggi yang akan

menurunkan tahanan perifer, sehigga melatih otot jantung untuk

terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih berat karena adanya

kondisi tertentu.

c. Kebiasaan merokok

Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini

dikarenakan di dalam kandungan nikotik yang dapat menyebabkan

penyempitan pembuluh darah.

d. Konsumsi garam berlebihan

WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat

mengurangi peningkatan hipertensi. Kadar sodium yang

direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4


70

gram sodium atau 6 gram) (H. Hadi Martono Kris Pranaka, 2014-

2015).

e. Minum alkohol

Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan

menyebabkan peningkatan tekanan darah yang tergolong parah

karena dapat menyebabkan darah di otak tersumbat dan

menyebabkan stroke.

f. Minum kopi

Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana

dalam satu cangkir kopi dapat meningkatakan tekanan darah 5- 10

mmHg.

g. Kecemasan

Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan

meningkatkan frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi

vaskuler, efek samping ini akan meningkatkan tekanan darah.

Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan darah sebesar 30

mmHg. Jika individu meras cemas pada masalah yang di hadapinya

maka hipertensi akan terjadi pada dirinya. Hal ini dikarenakan

kecemasan yang berulang-ulang akan mempengaruhi detak jantung

semakin cepat sehingga jantung memompa darah keseluruh tubuh

akan semakin cepat.


71

4. Patofisiologi Hipertensi

Pada dasarnya hipertensi merupakan penyakit multifaktorial

yang timbul akibat berbagai interaksi faktor-faktor resiko tertentu.

Faktor-faktor resiko yang mendorong timbulnya kenaikan.3 Mekanisme

yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di

pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis

dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks

dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk

impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia

simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,

yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah

kapiler, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan

konstriksi pembuluh darah kapiler ()

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap

norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis

merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar

adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas

vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang

menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan

steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh


72

darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke

ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu

vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi

aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi

natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume

intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan

hipertensi. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh

darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang

terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,

hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot

polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan

distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan

arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume

darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan

penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.


73

2.1 Pathway

Sumber : Rico Naza Putra

Pada dasarnya, tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan

tekanan perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan

tekanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam

yang tinggi, faktor genetik, stres, obesitas, faktor endotel. Selain curah

jantung dan tahanan perifer sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga

oleh tebalnya atrium kanan, tetapi tidak mempunyai banyak pengaruh.

Dalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi mencegah perubahan

tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi

yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam

jangka panjang. Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks.

Pengendalian dimulai dari sistem yang bereaksi dengan cepat misalnya

reflek kardiovaskuler melalui sistem saraf, reflek kemoreseptor, respon


74

iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis

otot polos. Dari sistem pengendalian yang bereaksi sangat cepat diikuti

oleh sistem pengendalian yang bereaksi kurang cepat, misalnya

perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang

dikontrol hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan

sistem yang poten dan berlangsung dalam jangka panjang misalnya

kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang dipertahankan oleh

sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai

organ. Peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer dipengaruhi

oleh beberapa faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada ginjal

dan membran sel, aktivitas saraf simpatis dan renin, angiotensin yang

mempengaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium dan

metabolisme natrium dalam ginjal serta obesitas dan faktor endotel.

Akibat yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain

penyempitan arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini

disebabkan karena jaringan otak kekurangan oksigen akibat

penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak dan akan

mengakibatkan kematian pada bagian otak yang kemudian dapat

menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu rasa sakit ketika berjalan

kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada organ mata yang dapat

mengakibatkan kebutaan, sakit kepala, Jantung berdebar-debar, sulit

bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban kerja, mudah

lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering


75

buang air kecil terutama di malam hari telingga berdering (tinnitus) dan

dunia terasa berputar.

5. Manifestasi Klinis

Hipertensi Gambaran klinis pasien hipertensi meliputi nyeri

kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat

peningkatan tekanan darah intrakranial. Penglihatan kabur akibat

kerusakan retina akibat hipertensi. Ayunan langkah yang tidak mantap

karena kerusakan susunan saraf pusat. Nokturia karena peningkatan

aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus. Edema dependen dan

pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang

umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah,

sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa

pegal dan lain lain.

6. Diagnosis Hipertensi

Berdasarkan anamnesis, sebagian besar pasien hipertensi

bersifat asimptomatik. Beberapa pasien mengalami keluhan berupa

sakit kepala, rasa seperti 8 berputar, atau penglihatan kabur. Hal yang

dapat menunjang kecurigaan ke arah hipertensi sekunder antara lain

penggunaan obat-obatan seperti kontrasepsi hormonal, kortikosteroid,

dekongestan maupun NSAID, sakit kepala paroksismal, berkeringat

atau takikardi serta adanya riwayat penyakit ginjal sebelumnya. Pada

anamnesis dapat pula digali mengenai faktor resiko kardiovaskular

seperti merokok, obesitas, aktivitas fisik yang kurang, dislipidemia,


76

diabetes milletus, mikroalbuminuria, penurunan laju GFR, dan riwayat

keluarga.

Berdasarkan pemeriksaan fisik, nilai tekanan darah pasien

diambil rerata dua kali pengukuran pada setiap kali kunjungan ke dokter.

Apabila tekanan darah ≥ 140/90 mmHg pada dua atau lebih kunjungan

maka hipertensi dapat ditegakkan. Pemeriksaaan tekanan darah harus

dilakukan dengan alat yang baik, ukuran dan posisi manset yang tepat

(setingkat dengan jantung) serta teknik yang benar. Pemeriksaan

penunjang dilakukan untuk memeriksa komplikasi yang telah atau

sedang terjadi seperti pemeriksaan laboratorium seperti darah lengkap,

kadar ureum, kreatinin, gula darah, elektrolit, kalsium, asam urat dan

urinalisis. Pemeriksaan lain berupa pemeriksaan fungsi jantung berupa

elektrokardiografi, funduskopi, USG ginjal, foto thoraks dan

ekokardiografi. Pada kasus dengan kecurigaan hipertensi sekunder dapat

dilakukan pemeriksaan sesuai indikasi dan diagnosis banding yang

dibuat. Pada hiper atau hipotiroidisme dapat dilakukan fungsi tiroid

(TSH, FT4, FT3), hiperparatiroidisme (kadar PTH, Ca2+),

hiperaldosteronisme primer berupa kadar aldosteron plasma, renin

plasma, CT scan abdomen, peningkatan kadar serum Na, penurunan K,

peningkatan eksresi K dalam urin ditemukan alkalosis metabolik. Pada

feokromositoma, dilakukan kadar metanefrin, CT scan/MRI abdomen.

Pada sindrom cushing, dilakukan kadar kortisol urin 24 jam. Pada

hipertensi renovaskular, dapat dilakukan CT angiografi arteri renalis,

USG ginjal, Doppler Sonografi.


77

7. Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan hipertensi meliputi modifikasi gaya hidup namun

terapi antihipertensi dapat langsung dimulai untuk hipertensi derajat 1

dengan penyerta dan hipertensi derajat 2. Penggunaan antihipertensi harus

tetap disertai dengan modifikasi gaya hidup.

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:

a. Target tekanan darah <150/90 mmHg, untuk individu dengan diabetes,

gagal ginjal dan individu dengan usian >60 tahun <140/90 mmHg.

1. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.

Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor resiko

atau kondisi penyerta lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia

juga harus dilaksanakan hingga mencaoai target terapi masing-masing

kondisi.

Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfakmakologis dan

farmakologis. Terpai nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua

pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan

mengendalikan faktor-faktor resiko penyakit penyerta lainnya.

Modifikasi gaya hidup berupa penurunan berat badan (target indeks

massa tubuh dalam batas normal untuk Asia-Pasifik yaitu 18,5-22,9

kg/m2 ), kontrol diet berdasarkan DASH mencakup konsumsi buah-

buahan, sayur-sayuran, serta produk susu rendah lemak jenuh/lemak

total, penurunan asupan garam dimana konsumsi NaCl yang disarankan


78

adalah < 6 g/hari. Beberapa hal lain yang disarankan adalah target

aktivitas fisik minimal 30 menit/hari dilakukan paling tidak 3 hari

dalam seminggu serta pembatasan konsumsi alkohol. Terapi

farmakologi bertujuan untuk mengontrol tekanan darah hingga

mencapai tujuan terapi pengobatan. Berdasarkan JNC VIII pilihan

antihipertensi didasarkan pada ada atau tidaknya usia, ras, serta ada atau

tidaknya gagal ginjal kronik. Apabila terapi antihipertensi sudah

dimulai, pasien harus rutin kontrol dan mendapat pengaturan dosis

setiap bulan hingga target tekanan darah tercapai. Perlu dilakukan

pemantauan tekanan darah, LFG dan elektrolit.

Jenis obat antihipertensi:

1. Diuretik Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan

tubuh (lewat kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang

mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan berefek pada

turunnya tekanan darah. Contoh obat-obatan ini adalah:

Bendroflumethiazide, chlorthizlidone, hydrochlorothiazide, dan

indapamide.

2. ACE-Inhibitor Kerja obat golongan ini menghambat pembentukan zat

angiotensin II (zat yang dapat meningkatkan tekanan darah). Efek samping

yang sering timbul adalah 10 batuk kering, pusing sakit kepala dan lemas.

Contoh obat yang tergolong jenis ini adalah Catopril, enalapril, dan

lisinopril.
79

3. Calsium channel blocker Golongan obat ini berkerja menurunkan

menurunkan daya pompa jantung dengan menghambat kontraksi otot

jantung (kontraktilitas). Contoh obat yang tergolong jenis obat ini adalah

amlodipine, diltiazem dan nitrendipine.

4. ARB Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat

angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya

pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk golongan ini adalah

eprosartan, candesartan, dan losartan.

5. Beta blocker Mekanisme obat antihipertensi ini adalah melalui

penurunan daya pompa jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada

penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernafasan seperti

asma bronchial. Contoh obat yang tergolong ke dalam beta blocker adalah

atenolol, bisoprolol, dan beta metoprolol.

D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Menurut Effendy (1998, hal 46). Pengkajian adalah

sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur

keadaan klien (keluarga) dengan memakai norma-norma kesehatan

keluarga maupun sosial, yang merupakan sistem yang terintegrasi dan

kesanggupan keluarga untuk megatasinya.


80

Norma yang digunakan untuk menentukan status kesehatan

keluarga adalah, seperti yang dijelaskan oleh Effendy (1998, hal 46)

dan tambahan isi format pengkajian keluarga :

a) Data umum

Data umum, yaitu meliputi nama keluarga, alamat dan

telepon, komposisi kleuarga (dilengkapi dengan genogran

keluarga), tipe keluarga, suku (dikaji data yang berhubungan

dengan suku kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan suku

seseorang atau keluarga), agama (dikaji tentang agama yang

dianut), aktifitas rekreasi keluarga (dikaji data tentang kebiasaan

dan pendapatan keluarga), status ekonomi keluarga (dikaji data

tentang besarnya penghasilan atau pendapatan keluarga).

b) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan saat ini

Dikaji tentang tahap perkembangan tertinggi yang saat ini

dicapai oleh keluarga.

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi saat ini.

Dikaji tentang maladaptif dari tengah pertumbuhan dan

perkembangan keluarga yang terpenuhi.

c) Riawayat kesehatan keluarga inti

Menjelaskan riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat

kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap

upaya dan pengalaman keluarga terhadap pelayanan kesehatan

dalam rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan, meliputi keluhan,


81

berapa lama sudah terjadi, apa upaya yang dilakukan untuk

menanggulangi dan bagaimana hasilnya.

d) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Menjelaskan riwayat kesehatan diatas orang tentang riwayat

penyakit keturunan, upaya generasi tersebut tentang upaya

peanggulangan penyakit, upaya kesehatan yang di pertahankan

sampai saati ini.

e) Lingkungan

1) Karakteristik rumah

Dikaji tentang ukuran rumah, jumlah kamar, ventilasi, sumber

air, jumlah keliarga, saluran pembuangan limbah, jamban

keluarga, pembuangan sampah dan kandang ternak.

2) Karakteristik tentang komunikasi

Meliputi tentang jenis pekerjaan yang dominan dari tetangga

diawali yang terdekat dengan kleuarga.

3) Mobilitas keluarga

Bagaimana perpindahan tempat tinggal yang terjadi dalam

keluarga.

4) Perkumpulan keluarga dan Interaksi dengan masyarakat

meliputi data keefketifan dalam berinteraksi dengan masyarakat.

5) Sistem pendukung keluarga

Meliputi tentang sumbe pendukung eperti orang tua, mertua,

saudara, teman dan lain-lain.

f) Struktur keluarga
82

1) Pola komunikasi keluarga

Meliputi data tentang sifat komunikasi dalam keluarga.

2) Struktur kekuatan keluarga

Meliputi data tentang kemampuan komunikasi keluarga.

3) Struktur peran

Meliputi data tentang peran anggota keluarga misalnya, ayah

berperan sebagai kepala keluarga.

4) Nilai dan norma kebudayaan

Meliputi data tentang nilai dan aturan yang ada dalam keluarga.

g) Fungsi keluarga

1) Fungsi efektif

Meliputi sikap dan perhatian masing-masing keluarga terhadap

anggota keluarga yang lain.

2) Fungsi sosialisasi

Meliputi bagaimana keluarga mengajarkan anak-anak untuk

bersosialisasi dengan orang lain.

h) Fungsi peran kesehatan

Menjelaskan kemampuan keluarga mengenai masalah kesehatan

dan mengambil keputusan terhadap masalah kesehatan atau

manfaat fasilitas pelayanan kesehatan.

i) Stresor dan koping keluarga

1) Stresor jangka panjang dan pendek


83

Kekuatan keluarga memikirkan tentang penyakit yang terjadi

pada keluarga.

2) Kemapuan keluarga berespon terhadap masalah

3) Strategi koping yang digunakan

Meliputi mekanisme pertanahan diri yang digunakan oleh

keluarga jika mendapatkan masalah/stressor.

4) Strategi adaptasi dsifungsional

Meliputi data tentang mekanisme pertahanan diri (koping)

keluarga yang maladaptif.

j) Pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan head to toe untuk

semua anggota keluarga baik sehat maupun yang sakit. Biasanya

pasien mengeluhkan nyeri tekan abdomen, Dehidrasi ( perubahan

turgor kulit, membran mukosa kering), Gangguan sistemik yang

dapat diketahui menjadi penyebab gastritis.

k) Harapan keluarga

Meliputi tentang apa yang diharapkan keluarga dengan bantuan

yang diberikan oleh perawat keluarga.

l) Tabel skoring, menurt Effendy (1998, hal 53)

m)Skala Prioritas Masalah Keperawatan

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Seitawan dan Dermawan (2008, hal 40) diagnosa keperawatan

adalah kumpulan pernyataan, uraian dari hasil wawancara, pengamatan


84

langsung, dan pengukuran dengan menunjukkan status kesehatan mulai

dari potensial, resiko tinggi, sampai masalah aktual.

Setelah mengumpulkan data dan menganalisa, maka diagnosa keperawatan

keluarga yang mungkin terjadi pada keluarga dengan masalah gastritis

menurut klasifikasi NANDA dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Ketidakefektifan Managemen regimen

terapeutik keluarga

2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

3. Prilaku kesehatan cendrung beresiko

4. Hambatan Pemeliharaan rumah

5. Ketidakefektifan kontrol impuls

6. Kesiapan meningkatkan komunikasi

7. Kesiapan meningkatkan pemberian ASI

8. Ketegangan peran pemberi asuhan

9. Ketidakmampuan menjadi orang tua

10. Resiko ketidakmampuan memjadi orang tua

11. Resiko gangguan perlekatan

12. Disfungsi proses keluarga

13. Gangguan proses keluarga

14. Kesiapan meningkatkan proses keluarga

15. Ketidakefektifan hubungan

16. Kesiapan meningkatkan hubungan

17. Resiko ketidakefektifan hubungan

18. Konflik peran orang tua


85

19. Ketidakefektifan performa peran

20. Hambatan interaksi sosial

21. Penurunan koping keluarga

22. Ketidakmapuan koping keluarga

23. Kesiapan meningkatkan koping keluarga

24. Resiko ketidakefektifan perencanaan

aktifitas

25. Kesiapan meningkatkan penyesuaian

26. Konflik pengambilan keputusan

27. Resiko hambatan religiositas

28. Kesiapan meningkatkan pengambilan

keputusan

29. Kontaminasi

30. Resiko kontaminasi

31. Resiko Pertumbuhan tidak proporsional

32. Resiko keterlambatan perkembangan

33. Stres pada pemberi asuhan

34. Resiko stres pada pemberi asuhan

35. Gangguan kemampuan untuk melakukan

perawatan

36. Resiko gangguan kemampuan untuk

melaukan perawatan

37. Gangguan Komunikasi

38. Gangguan status psikologis


86

39. Masalah ketenagakerjaan

40. Gangguan proses keluarga

41. Kurangnya dukungan keluarga

42. Masalah dukungan sosial

43. Masalah Hubungan

44. Resiko gangguan koping keluarga

45. Kemampuan untuk mempertahankan

kesehatan

46. Gangguan mempertahankan kesehatan

47. Resiko bahaya lingkungan

48. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit

49. Gangguan kemampuan untuk memanajemen

pengobatan

50. Gangguan kerumahtanggaan

51. Kekerasan rumah tangga

52. Keselamatan lingkungan yang efektif

53. Masalah keselamatan lingkungan

54. Resiko terjadinya penyalahgunaan

55. Resiko terjadinya Pelecehan anak

56. Resiko terjadinya pengabaian anak

57. Resiko terjadinya pengabaian lansia

58. Resiko untuk jatuh

59. Resiko terinfeksi

60. Resiko terjadinya pengabaian


87

61. Masalah Financial

62. Tinggal dirumah

63. Masalah perumahan

64. Pendapatan yang tidak memadai

65. Kurangnya dukungan sosial.

a. Menentukan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga

Tabel 2.2
Cara Membuat Skor Penentuan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga
(Friedman, 2003)

No Kriteria Bobot Nilai Pembenaran


1 Sifat Masalah : 1
Skala :
 Tidak/ Kurang sehat/ Aktual 3
 Ancaman Kesehatan/ Resiko 2
1
 Keadaan Sejahtera/ Potensial
2 Kemungkinan Masalah dapat diubah 2
Skala :
 Mudah 2
 Sebagian 1
0
 Tidak Dapat
3 Potensial Masalah untuk Dicegah 1
Skala :
 Tinggi 3
 Cukup 2
1
 Rendah
4 Menonjolnya Masalah 1
Skala :
 Masalah berat, harus segera 2
ditangani 1
 Ada masalah tetapi tidak perlu 0
ditangani
 Masalah tidak dirasakan

Skoring = Skor x Bobot

Angka Tertinggi

Catatan : Skor dihitung bersama dengan keluarga


88

b. Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas :

1) Kriteria 1 : Sifat masalah bobot yang lebih berat diberikan pada

tidak/kurang sehat karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan

biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.

2) Kriteria 2 : Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu

memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut : Pengetahuan

yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah,

Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga, Sumber

daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu,

Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam

masyarakat dan dukungan masyarakat.

3) Kriteria 3 : Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu

diperhatikan : Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit

atau masalah, lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu

masalah itu ada, tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-

tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah, adanya kelompok 'high

risk" atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah

masalah.

4) Kriteria 4 : Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau

bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor

tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga.

3. Intervensi Keperawatan Keluarga

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan,


89

yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan

kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik

tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan

tujuan khusus yang ditetapkan (Friedman, 2003). Penyusunan rencana

perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan

rencana perawatan (Suprajitmo, 2004). Langkah pertama yang dilakukan

adalah merumuskan tujuan keperawatan.

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.

Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi

problem/masalah (P) di keluarga, sedangkan penetapan tujuan jangka

pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi pada

lima tugas keluarga.

4. Implementasi Keperawatan Keluarga

Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan

perencanaan mengenai diagnosis yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan

keperawatan terhadap keluarga mencakup lima tugas kesehatan keluarga

menurut Friedman, 2003), yaitu:

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah

dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,

mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan dan

endorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

dengan cara mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan,


90

mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga,

mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan

alat dan fasilitas yang ada di rumah, mengawasi keluarga melakukan

perawatan.

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber

yang dapat digunakan keluarga, melakukan perubahan lingkungan

dengan seoptimal mungkin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

dengan cara memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di

lingkungan keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas

kesehatan yang ada.

Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

terhadap keluarga yaitu sumber daya keluarga, tingkat pendidikan keluarga,

adat istiadat yang berlaku, respon dan penerimaan keluarga dan sarana dan

prasarana yang ada pada keluarga.

5. Evaluasi Keperawatan Keluarga

Evaluasi merupakan komponen terakhir dari proses keperawatan.

Evaluasi merupakan upaya untuk menentukan apakah seluruh proses

sudah berjalan dengan baik atau belum. Apabila hasil tidak mencapai

tujuan maka pelaksanaan tindakan diulang kembali dengan melakukan


91

berbagai perbaikan.

Sebagai suatu proses evaluasi ada empat dimensi yaitu :

a. Dimensi keberhasilan, yaitu evaluasi dipusatkan untuk mencapai

tujuan tindakan keperawatan.

b. Dimensi ketepat gunaan: yaitu evaluasi yang dikaitkan sumber daya

c. Dimensi kecocokan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecocokan

kemampuan dalam pelaksanan tindakan keperawatan.

d. Dimensi kecukupan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecukupan

perlengkapan dari tindakan yang telah dilaksanakan (Effendy, 1998)

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilannya. Kerangka kerja evaluasi sudah terkandung dalam

rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang

spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai kriteria evaluasi bagi tingkat

aktivitas yang telah dicapai Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP

secara operasional. Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan

sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama proses asuhan keperawatan,

sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir. (Friedman,2003).

Evaluasi disusun menggunakan SOAP, (Suprajitno, 2004) :

 S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif

oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

 O: Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat

menggunakan pengamatan yang obyektif.

 A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif


92

dan obyektif.

 P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analis

E. Konsep Dasar Keperawatan Komplementer

1. Pengertian keperawatan komplementer

Terapi non-konvensional merupakan salah satu dari terapi medis

alternatif atau komplementer. Terapi komplementer (complementary

therapies) adalah semua terapi yang digunakan sebagai tambahan untuk

terapi konvensional yang direkomendasikan oleh penyelenggaraan

pelayanan kesehatan individu (Perry & Potter, 2009).

Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan

komplementer adalah pengobatan nonkonvensional yang bukan berasal

dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya,

bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan

pengobatan tradisional.

2. Klasifikasi Terapi Komplementer

a. Mind-body therapy : intervensi dengan teknik untuk memfasilitasi

kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi berpikir

yang mempengaruhi fisik dan fungsi tubuh (imagery, yoga, terapi

musik, berdoa, biofeedback, humor, tai chi, dan hypnoterapy).

b. Alternatif sistem pelayanan yaitu system pelayanan kesehatan yang

mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis (cundarismo,

homeopathy, nautraphaty).

c. Terapi biologis yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilya

misalnya herbal, dan makanan.


93

d. Terapi manipulatif dan sistem tubuh (didasari oleh manupulasi dan

pergerakan tubuh misalnya kiropraksi, macam-macam pijat, rolfiing,

terapi cahaya dan warna, serta hidroterapi.

e. Terapi energi : terapi yang berfokus pada energy tubuh (biofields)

atau mendapatkan energi dari luat tubuh (terapetik sentuhan,

pengobatan sentuhan, reiki, external qi gong magnet) terapi ini

kombinasi antar energi dan bioelektromagnetik.

3. Terapi komplementer yang di terapkan pada keluarga dengan kasus

Hipertensi

a) Pemberian Air Kelapa Muda untuk menurunkan Tekanan Darah

pada Hipertensi

b) Pemberian Air Rebusan Bawah Putih untuk menurunkan Hipertensi

c) Pemberian Hidroterapi Rendan kaki Air hangat terhadap penurunan

Tekanan Darah

Anda mungkin juga menyukai