Anda di halaman 1dari 16

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap

Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Teknologi Dasar Otomotif (TDO)
Kelas X Jurusan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif (TKRO) di SMK Negeri 2
Tulungagung

Rizaldi Ilham Zaky1), Syarif Suhartadi2), dan Partono3)


1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Negeri Malang
2,3)
Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang
e-mail: rizaldiilhamzaky_ptoum@yahoo.com

Ringkasan : Pembelajaran di SMK bertujuan untuk menyiapkan siswa memasuki


dunia kerja, sehingga diperlukan model pembelajaran yang sesuai dengan
orientasi pada dunia kerja. Pada kenyataannya, masih banyak ditemui
permasalahan yang mengindikasikan belum optimalnya pembelajaran dalam
membentuk pemahaman dan keterampilan siswa yang sesuai dengan dunia kerja.
Berdasarkan hal tersebut, perlu digunakan model pembelajaran yang mampu
membentuk kondisi belajar yang sesuai dengan kondisi dunia kerja. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji signifikansi perbedaan hasil belajar mata pelajaran
Teknologi Dasar Otomotif antara kelompok siswa yang dikenakan model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan kelompok siswa yang
dikenakan model Pembelajaran Konvensional.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimental Design.
Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya
untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mungkin mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen. Quasi Experimental Design, digunakan karena pada
kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk
penelitian. Dalam penelitian ini, pengaruh adanya treatment dianalisis dengan uji
beda rerata menggunakan statistik t-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar mata pelajaran
Teknologi Dasar Otomotif siswa yang menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang menggunakan model
Pembelajaran Konvensional. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa rata-rata hasil
belajar siswa yang dikenai model Problem Based Learning (PBL) sebesar 79,43,
dan rata-rata hasil belajar siswa yang dikenai model Pembelajaran Konvensional
sebesar 67,86. Nilai tertinggi yang didapatkan pada kelas yang dikenai model
Problem Based Learning (PBL) sebesar 95 dan yang terendah sebesar 50,
sedangakan nilai tertinggi yang didapatkan pada kelas yang dikenai model
Pembelajaran Konvensional sebesar 90 dan yang terendah sebesar 40.

Kata Kunci : Media Pembelajaran, Sistem Pengapian Konvensional, Standar


Sarana
PENDAHULUAN berbasis karakter dan kompetensi
harus melibatkan semua komponen
Kurikulum 2013 merupakan
(stakeholders), termasuk komponen-
rancangan dari Kementerian
komponen yang ada dalam sistem
Pendidikan Nasional yang diterapkan
pendidikan (Sudjimat, 2014 : 29).
dan diimplementasikan secara
menyeluruh di semua jenjang Sebagai warga sekolahyang
pendidikan, baik sekolah dasar, terlibat langsung dalam proses
sekolah menengah pertama, sekolah perencanaan pembelajaran serta
menengah atas bahkan sampai proses pembelajaran, guru
perguruan tinggi. Penerapan merupakan komponen yang sangat
kurikulum ini dimulai pada tahun penting dalam implementasi
2014. Kurikulum 2013 dinilai kurikulum 2013. Perannya dalam
mampu menciptakan kehidupan kurikulum 2013 bisa menjadi
pendidikan yang lebih baik bagi penentu berhasil atau tidaknya proses
siswa. Hal tersebut ditunjukkan belajar siswa. Oleh sebab itu, guru
dengan berbagai pengembangan dan juga harus bertransformasi untuk
perubahan kurikulum yang terdahulu menunjang implementasi kurikulum
dan bertransformasi menjadi 2013. Wujud transformasi tersebut
kurikulum 2013sepertisekarangini. lebih ditekankan pada pola
pendidikan atau pusat pendidikan
Menurut Peraturan Menteri
dan kreativitas guru dalam bentuk
Pendidikan dan Kebudayaan
pemilihan model maupun
Republik Indonesia Nomor 70 Tahun
penggunaan media pembelajaran.
2013, kurikulum 2013
dikembangkan atas teori “pendidikan Dari uraian di atas
berdasarkan standar” (standard- kurikulum 2013 yang berbasis
based education), dan teori karakter dan kompetensi ingin
kurikulum berbasis kompetensi mengubah pola pendidikan dari
(competency-based curriculum). orientasi terhadap hasil dan materi ke
Dengan demikian, kurikulum 2013 pendidikan sebagai proses, melalui
merupakan kurikulum yang berbasis pendekatan tematik integratif dengan
pada karakter dan kompetensi. contextual teaching and learning.
Implementasi kurikulum 2013 yang Oleh karena itu, pembelajaran harus
sebanyak mungkin melibatkan siswa, Ada lima langkah dalam
agar mereka mampu bereksplorasi pendekatan saintifik, yaitu:
untuk membentuk kompetensi mengamati, menanya,
dengan menggali berbagai potensi, mengeksplorasi, mengasosiasi,dan
dan kebenaran secara ilmiah. Dalam mengkomunikasikan (Sudjimat,
kerangka inilah perlunya kreativitas 2014 : 271). Pendekatan saintifik
guru, agar mereka mampu menjadi dengan runtutan kegiatannya
fasilitator, dan mitra belajar bagi tersebut, menuntut guru untuk
siswa. Tugas guru tidak hanya menampilkan sebuah permasalahan
menyampaikan informasi kepada terlebih dulu terkait dengan materi
siswa, tetapi harus kreatif pembelajaran yang akan dibahas. Hal
memberikan layanan dan kemudahan ini disebabkan karena siswa dituntut
belajar kepada seluruh siswa. untuk mengamati serta menanya dan
kemudian menalar, dimana hal
Guru yang kreatif dan
tersebut hanya bisa dilakukan jika
mampu mendukung implementasi
terlebih dahulu ditampilkan objek
kurikulum 2013 harus mampu
yang berhubungan dengan materi
memilih dan menggunakan metode
pembelajaran. Objek tersebut berupa
pembelajaran yang sesuai dengan
gambar, benda nyata atau kejadian
kurikulum 2013. Jika membicarakan
yang ada di sekitar siswa. Objek-
metode, maka tidak akan terlepas
objek inilah yang kemudian dibuat
dari membicarakan model
menjadi permasalahan-permasalahan
pembelajaran serta pendekatan yang
yang akan diselesaikan melalui
digunakan. Permendikbud Nomor 65
kegiatan pembelajaran.
Tahun 2013 tentang standar proses,
telah mengungkapkan bahwa
kurikulum 2013 menggunakan
pendekatan saintifik. Dengan
demikianmodel pembelajaran yang
digunakan harus mampu menunjang
dan berintegrasi dengan pendekatan
saintifik.
Pada sekolah menengah sekolah menengah kejuruandan
kejuruan (SMK) terutama program sederajat yakni mampu memahami,
keahlian teknik otomotif, ini tentu menerapkan, menganalisis dan
juga mengalami perubahan seiring mengevaluasi pengetahuan faktual,
dengan perubahan kurikulum konseptual, prosedural, dan
menjadi kurikulum 2013. Dimana metakognitif berdasarkan rasa ingin
dalam pendekatan pembelajarannya tahunya tentang ilmu pengetahuan,
yang juga harus mengikuti teknologi, seni, budaya, dan
pendekatan saintifik. humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan,
Kurikulum 2013 pada
kenegaraan, dan peradaban terkait
Peraturan Menteri Pendidikan dan
penyebab fenomena dan kejadian,
Kebudayaan nomor 64 tahun 2013
serta menerapkan pengetahuan
tentang Standar Isi, memberikan
prosedural pada bidang kajian yang
deskripsi kompetensi untuk tingkat
spesifik sesuai dengan bakat dan
kompetensi 5 yakni kelas X dan XI
minatnya untuk memecahkan
sekolah menengah kejuruan dan
masalah.
sederajat yakni mampu memahami,
menerapkan, dan menganalisis Berdasarkan kurikulum
pengetahuan faktual, konseptual, 2013 tersebut, terlihat bahwa adanya
prosedural, dan metakognitif kemampuan menyelesaikan masalah
berdasarkan rasa ingin tahunya yang harus dimiliki oleh setiap siswa
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dengan tingkat kompetensi 5 dan 6
seni, budaya, dan humaniora dengan atau siswa yang sedang menempuh
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, jenjang sekolah menengah kejuruan
kenegaraan, dan peradaban terkait dan sederajat. Kemampuan
penyebab fenomena dan kejadian, memecahkan masalah atau
serta menerapkan pengetahuan pemecahan masalah ini berlaku
prosedural pada bidang kajian yang untuk semua jurusanatau program
spesifik sesuai dengan bakat dan studi keahlian yang ada, tidak
minatnya untuk memecahkan terkecuali pada program studi
masalah. Kemudian untuk tingkat keahlian teknik otomotif.
kompetensi 6 yakni kelas XII
Pendekatan Saintifik dan berintegrasi dengan pendekatan
kemampuan pemecahan masalah Saintifik.
yang harus dicapai oleh siswa
Berdasarkan uraian tersebut,
sekolah menengah kejuruan
peneliti mengambil model PBL atau
membuat guru harus memiliki
Problem Based Learning yang
kreativitas dalam memilih dan
menjadi model untuk diteliti
menggunakan model pembelajaran
pengaruhnya terhadap hasil belajar
yang benar-benar tepat dan bisa
siswa teknik kendaraan ringan
menunjang serta berintegrasi dengan
otomotif utamanya pada
kedua hal tersebut. Salah satu model
matapelajaran teknologi dasar
pembelajaran yang mampu
otomotif bagi siswa SMK. Peneliti
berintegrasi dengan pendekatan
ingin melihat, bagaimana pengaruh
saintifik adalah model pembelajaran
model yang mampu berintegrasi
jenis PBM (Pembelajaran
dengan hasil belajar siswa pada
Berdasarkan
kurikulum 2013 ini diterapkan pada
Masalah)atauseringjugadisebutProbl
siswa SMK kelas X. Sekolah yang
em-Based Learning (PBL). Dengan
peneliti ambil adalah sekolah SMK
demikian, maka PBL atau Problem
yang sudah menerapkan kurikulum
Based Learning dinilai mampu
2013, yaitu SMK Negeri 2
Tulungagung.

Model pembelajaran menurut tujuan belajar tertentu dan berfungsi


Mashudi; Safi’I; dan Purwowidodo sebagai pedoman bagi para
(2013) adalah kerangka konseptual perancang pembelajaran dan para
yang melukiskan prosedur yang pengajar dalam merencanakan dan
sistematis dalam mengorganisasikan melaksanakan aktivitas belajar
pengalaman belajar untuk mencapai mengajar.

Pengertian Problem Based belajar dan lingkungan, lingkungan


Learning menurut Dewey (dalam memberi masukan kepada siswa
Trianto, 2010: 91) adalah interaksi berupa bantuan dan masalah,
antara stimulus dengan respons, ini sedangkan sistem saraf otak
merupakan hubungan antara dua arah berfungsi menafsirkan bantuan itu
secara efektif sehingga masalah yang akan memberikan variasi yang tepat
dihadapi dapat diselidiki, dinilai, terhadap kegiatan pembelajaran di
dianalisis, serta dicari pemecahannya Sekolah Menengah Kejuruan
dengan baik. Dengan penggunaan (Sudjimat, 2014).
model pembelajaran ini, diharapkan

Hasil belajar adalah kemam- (Sudjana, 2004: 22). Dari pendapat


puan-kemampuan yang dimiliki tersebut dapat disimpulkan
siswa setelah menerima pengalaman bahwa, hasil belajar adalah
belajarnya (Sudjana, 2004: 22). kemampuan keterampilan, sikap dan
Sedangkan menurut Horwart keterampilan yang diperoleh siswa
Kingsley dalam bukunya Sudjana setelah menerima perlakuan yang
membagi tiga macam hasil belajar diberikan oleh guru sehingga dapat
mengajar: (1) Keterampilan dan mengkonstruksikan pengetahuan itu
kebiasaan; (2) Pengetahuan dan dalam kehidupan sehari-hari.
pengarahan; (3) Sikap dan cita-cita

Mata pelajaran Teknologi materi-materi dasar atau pengenalan


Dasar Otomotif merupakan mata tentang otomotif yang nantinya
pelajaran wajib pada siswa SMK sebagai penunjang siswa menuju ke
jurusan Teknik Kendaraan Ringan kelas atau semester berikutnya, mata
Otomotif (TKRO) kelas X, mata pelajaran ini terdiri dari 15
pelajaran ini di dalamnya terdiri dari Kompetensi Dasar (KD).

METODE PENELITIAN faktor lain yang mengganggu.


Eksperimen selalu dilakukan dengan
Penelitian ini dilaksanakan
maksud melihat akibat suatu
dengan metodeeksperimen. Menurut
perlakuan.
Arikunto (2010) penelitian
eksperimen adalah suatu cara untuk Mukhadis (2016)
mencari hubungan sebab akibat menjelaskan bahwa, penggunaan
(hubungan kausal) antara dua faktor rancangan penelitian eksperimental
yang sengaja ditimbulkan oleh lebih bertujuan untuk
peneliti dengan mengeliminasi atau mengungkapkan dan menguji
mengurangi atau menyisihkan faktor- signifikansi hubungan atau
perbedaan dari fenomena sebab- pengembangan dari True
akibat antar variabel dengan Eksperimental Desain, yang sulit
melakukan manipulasi suatu dilaksanakan. Desain ini mempunyai
fenomena yang diperankan sebagai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat
variabel bebas. Wujud konkret berfungsi sepenuhnya untuk
manipulasi variabel bebas dalam mengontrol variabel-variabel luar
rancangan jenis ini sebagai suatu yang mempengaruhi pelaksanaan
bentuk perlakuan (treatment) eksperimen. Quasi Experimental
alternatif yang akan diuji signifikansi Design, digunakan karena pada
pengaruhnya terhadap variabel kenyataannya sulit mendapatkan
terikat. kelompok kontrol yang digunakan
untuk penelitian. Dalam penelitian
Jenis penelitian yang
sesungguhnya, pengaruh adanya
digunakan adalah Quasi
treatment dianalisis dengan uji beda,
Experimental Design. Bentuk desain
menggunakan statistik t-test
eksperimen ini merupakan
(Sugiyono, 2010 : 112).

Teknik pengumpulan data serta alat lain yang digunakan untuk


yang digunakan dalam penelitian ini mengukur keterampilan,
adalah tesAkhir (Posttest). Arikunto pengetahuan intelegensi, kemampuan
(2010) menyatakan bahwa tes adalah atau bakat yang dimiliki oleh
serentetan pertanyaan atau latihan individu atau kelompok.

Analisis data hasil belajar perhitungan dilakukan dengan


yang digunakan dilakukan secara Microsoft Office Excel dan Software
kuantitatif. Uji statistik yang SPSS Teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini digunakan mengunakan teknik
adalah uji beda rata-rata dan analisis deskriptif dan inferensial.

Teknik Analisis Data Deskriptif


Kualifikasi hasil belajar terhadap skor maksimal pada posttest dapat
dikualifikasikan sebagai berikut:

Tabel 1. Kualifikasi hasil belajar

No. Nilai Kriteria


1 ≥ 95,00 Istimewa
2 80,00-94,99 Amat baik
3 65,00-79,99 Baik
4 55,00-64,99 Cukup
5 40,00-54,99 Kurang
6 < 40,00 Amat kurang
Hasil dari penelitian ini juga hitung untuk data kuantitatif yang
dijelaskan menggunakan mean (rata- terdapat dalam sebuah sampel
rata). Mean merupakan teknik dihitung dengan jalan membagi
penjelasan yang didasarkan atas nilai jumlah nilai data dengan banyak
rata-rata dari kelompok tersebut. data.
Rata-rata atau lengkapnya rata-rata

Rumus untuk rata-rata adalah (Sugiono, 2010):

x́=
∑ xi
n

Dimana: x́ = Mean (rata-rata)

n = Jumlah individu

Σ = Sigma (baca jumlah)

xi = Nilai x ke 1 sampai n

Teknik Analisis Data Inferensial

(1) Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan


untuk mengetahui data hasil
penelitian kelas sampel berdistribusi
normal atau tidak. Uji ini dilakukan dilakukan dua uji pendahuluan, yakni
untuk menentukan jenis statistik uji normalitas dan uji homogenitas.
yang akan digunakan, statistik Untuk melakukan uji beda biasa
parametris atau nonparamateris. menggunakan uji-t jika data
Dalam penelitian ini uji normalitas berdistribusi normal atau uji U
data hasil penelitian dianalisis Mann-Whitney jika data tidak
dengan uji Kolmogorov-Smirnov. berdistribusi normal (Sugiyono,
Hipotesis pengujian adalah sebagai 2010).
berikut:
Uji t
 H 0: sampel berasal dari populasi
Uji t digunakan apabila data
berdistribusi normal.
berdistribusi normal. Uji t bertujuan
 H 1: sampel berasal dari populasi
untuk mengetahui hubungan rata-rata
yang tidak berdistribusi normal. dari dua variabel. Akan dilihat
Kriteria pengujian adalah apakah kedua data tersebut memiliki
sebagai berikut: rata-rata yang sama ataukah berbeda.
Perumusan hipotesis untuk uji t
 H 0 diterima jika p-value uji
adalah sebagai berikut:
Kolmogorov-Smirnov > α.
 H 0ditolak jika p-value uji  H 0: Tidak ada perbedaan rata-

Kolmogorov-Smirnov < α. rata yang signifikan.

 α: Taraf Signifikansi 0,05  H 1: Ada perbedaan rata-rata


yang signifikan.
(2) Uji Beda
Kriteria pengujian adalah
Uji beda dilakukan untuk
sebagai berikut:
mengetahui apakah terdapat
perbedaan yang signifikan antara  H 0 diterima jika p-value uji t >

rata-rata hasil belajar sebelum α.


diberikan perlakuan dengan sesudah  H 0ditolak jika p-value uji t < α.
diberikan perlakuan. Sebelum  α: Taraf Signifikansi 0,05
melakukan uji beda, terlebih dulu

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang


telah dilakukan, diperoleh data hasil
belajar siswa yang menggunakan diperoleh berupa nilai siswa kelas
model pembelajaran konvensional eksperimen dan kelaskontrol melalui
dan model pengajaran Problem satu tahap yaitu melalui posttest.
Based Learning (PBL). Data yang

Tabel 2. Distribusi frekuensi hasil belajarsiswa pada posttest

Kelas Kelas Kontrol


Nilai Eksperimen Keterangan
f % f %
≥ 95,00 2 5,7 0 0,0 Istimewa
80,00-94,99 20 57,1 6 17,2 Amat Baik
65,00-79,99 12 34,3 20 57,1 Baik
55,00-64,99 1 2,9 7 20,0 Cukup
40,00-54,99 0 0,0 2 5,7 Kurang
< 40,00 0 0,0 0 0,0 Amat Kurang
Jumlah 35 100,0 35 100,0

Berdasarkan Tabel 2, konvensional, masih ada dua orang


diketahui dari 35 siswa kelas siswa yang berada pada kategori
eksperimen yang mengikuti kurang. Ini menunjukkan bahwa ada
pembelajaran dengan model PBL, perbedaan hasil belajar antara kelas
ada satu siswa yang mendapatkan eksperimen dan kelas kontrol. Hasil
nilai pada kriteria cukup. Pada kelas data distribusi frekuensi di atas jika
kontrol, dengan jumlah siswa yang digambarkan dengan grafik adalah
sama yang mengikuti pembelajaran sebagai berikut.
25

20

15

Frekuensi 10

5 eksperimen
kontrol
0

Nilai

Frekuensi tertinggi berada dengan prosentase sebesar 57,1%.


pada kriteria amatbaik, untuk kelas Nilai terendah dan tertinggi dari
eksperimen yaitu sebesar 57,1%. kedua kelas dapat dilihat pada tabel
Untuk kelas kontrol, kriteria baik 3.
menjadi letak frekuensi tertinggi

Analisis posttest hasil belajar siswa

Tabel 3. Deskripsi hasil belajar siswa pada posttest

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Nilai Terendah 50 40
Nilai Tertinggi 95 90
Rata-rata 79,43 67,86

Berdasarkan Tabel 3, dapat rata-rata tersebut menunjukkan


dilihat bahwa nilai rata-rata kelas bahwa rata-rata kelas eksperimen
eksperimen lebih tinggi dari kelas dan kelas kontrol berada pada
kontrol dengan selisih sebesar 11,57. kriteria baik. Berikut adalah gambar
yakni 79,43 untuk kelas eksperimen grafik nilai tertingi, terendah, dan
dan 67,86 untuk kelas kontrol. Kedua rata-rata dari kedua kelas.

Uji normalitas
Uji normalitas terhadap  H 0: sampel berasal dari populasi
hasil posttestdua kelas tersebut berdistribusi normal.
dilakukan menggunakan program  H 1: sampel berasal dari populasi
SPSS yaitu uji One Sample yang tidak berdistribusi normal.
Kolmogorov Smirnov pada taraf
Kriteria pengujian adalah sebagai
signifikansi 0,05. Setelah dilakukan
berikut:
pengolahan data, tampilan output
dapat dilihat pada Tabel 4.  H 0 diterima jika p-value uji
Kolmogorov-Smirnov > α.
Hipotesis untuk uji normalitas adalah
 H 0 ditolak jika p-value uji
sebagai berikut:
Kolmogorov-Smirnov < α.
 α: Taraf Signifikansi 0,05

Tabel 4. Output uji normalitas posttest

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


PBL KONVENSION
AL
N 35 35
Mean 79.4286 67.8571
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 9.53102 10.50460
Absolute .152 .136
Most Extreme Differences Positive .079 .105
Negative -.152 -.136
Kolmogorov-Smirnov Z .902 .803
Asymp. Sig. (2-tailed) .390 .540
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan Tabel 4 diatas, (KONVENSIONAL) sebesar 0,540.
nilai signifikansi data nilai posttest Nilai signifikansi kedua kelas lebih
pada kelas eksperimen (PBL) dari taraf signifikansi, sehingga H 0
sebesar 0,390 dan kelas kontrol diterima. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa data nilai berdistribusi normal, maka dilakukan
posttest kedua kelas tersebut uji lanjutan, yaitu uji beda (uji T)
berdistribusi normal. Karena data yang akan digunakan.

Uji beda dengan menggunakan program SPSS


yaitu uji T atau Independent Sample
Berdasarkan penjelasan
T-Test pada taraf signifikansi 0,05.
sebelumnya, diketahui bahwa data
Setelah dilakukan pengolahan data,
hasil posttest berdistribusi normal.
tampilan output dapat dilihat pada
Oleh karena itu, uji beda dilakukan
tabel 5 berikut.

Tabel 5. Output SPSS

Independent Samples Test


Levene's t-test for Equality of Means
Test for
Equality of
Variances
F Sig. t df Sig. Mean Std. 95% Confidence
(2- Differenc Error Interval of the
tailed e Differen Difference
) ce
Lower Upper
Equal
variances .090 .766 4.826 68 .000 11.57143 2.39754 6.78721 16.35565
NI assumed
LA Equal
I variances
4.826 67.367 .000 11.57143 2.39754 6.78640 16.35646
not
assumed
Hipotesis statistik untuk uji beda ini Kriteria pengujian adalah sebagai
adalah sebagai berikut: berikut:

 H 0: Tidak ada perbedaan rata-  H 0 diterima jika p-value uji t >


rata yang signifikan. α.
 H 1: Ada perbedaan rata-rata  H 0 ditolak jika p-value uji t < α.
yang signifikan.  α: Taraf Signifikansi
Berdasarkan output secara belajar siswa kelas eksperimen yang
lengkap hasi ldari SPSS pada menggunakan model pembelajaran
lampiran 80, nilai signifikansi data PBL yakni 79,43 berbeda secara
nilai posttest pada kedua kelas signifikan dengan nilai rata-rata hasil
sebesar 0,000. Nilai signifikansi belajar siswa kelas kontrol yang
tersebut kurang dari taraf menggunakan model pembelajaran
signifikansi, sehingga H 0 ditolak dan konvensional, dimana nilainya
H1 diterima. Artinya terdapat adalah 67,86. Dengan demikian

perbedaan yang signifikan antara dapat disimpulkan bahwa nilai rata-

rata-rata hasil belajar siswa kelas rata hasil belajar siswa kelas

eksperimen dan rata-rata hasil eksperimen lebih tinggi secara

belajar siswa kelas kontrol. signifikan dibanding nilai rata-rata


hasil belajar siswa kelas kontrol.
Berdasarkan uji beda yang
telah dilakukan, nilai rata-rata hasil

DAFTAR RUJUKAN Hosnan, M. 2014. Pendekatan


Saintifik dan Kontekstual
Arikunto, S. 2010. Prosedur
dalam Pembelajaran Abad 21.
Penelitian: Suatu Pendekatan
Ghalia Indonesia.
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Joyce. 1992. Model Of Teaching.
Clark.1981. Pengertian Definisi
Boston: Allyn dan Bacon.
Hasil Belajar. (online), (http://
aadsanjaya.blogspot.com/2011/ Mashudi; Safi’i, Asrof; &
03), diaksespada 23 April Purwowidodo, Agus. 2013.
2018. Desain Model Pembelajaran
Inovatif
Dimyati & Mudjiono. 2013. Belajar
BerbasisKontruktivisme.
dan Pembelajaran. Jakarta :
Tulungagung:STAINTulungag
Rineka Cipta.
ung Press.
Direktorat Pembinaan Sekolah
Mukhadis, A. 2015. Kiat Menulis
Menengah Atas. 2009.
Karya Ilmiah. Malang: Aditya
Perangkat Pembelajaran
Media Publishing.
KTSP SMA. –
Mukhadis, A. 2016. Metodologi Kejuruan. Lembaran Negara
Penelitian Kuantitatif. Malang: RI Tahun 2013. Menteri
Aditya Media Publishing. Pendidikan dan Kebudayaan.
Jakarta.
Nurulwati. 2000. Model-model
Pembelajaran. Surabaya: Sari, Vicky PraticaEvita. 2017.
Universitas Negeri Surabaya. Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis
Republik Indonesia. 2013. Peraturan
Masalah Dengan Gallery
Menteri Pendidikan dan
Project dan Lokus Kendali
Kebudayaan Nomor 64 Tahun
Terhadap Hasil Belajar Siswa
2013 tentang Standar Isi
Kelas X Mata Pelajaran
Pendidikan Dasar dan
Pekerjaan Dasar Teknik
Menengah. LembaranNegara
Otomotif Jurusan Teknik
RI Tahun 2013. Menteri
Kendaraan Ringan
Pendidikan dan Kebudayaan.
SMK.Skripsi tidak diterbitkan.
Jakarta.
Malang: Teknik Universitas
Republik Indonesia. 2013. Peraturan Negeri Malang.
Menteri Pendidikan dan
Slameto. 2010. Belajar & Faktor-
Kebudayaan Nomor 65 Tahun
faktor yang Mempengaruhinya.
2013 tentang Standar Proses
Jakarta : Rineka Cipta.
Pendidikan Dasar dan
Menengah. Lembaran Negara Sudjana. 2005. Metoda Statistika.
RI Tahun 2013. Menteri Tarsito, Bandung.
Pendidikan dan Kebudayaan.
Sudjimat, Dwi Agus. 2014.
Jakarta.
Perencanaan Pembelajaran
Republik Indonesia. 2013. Peraturan Kejuruan. Malang: UM
Menteri Pendidikan dan PRESS.
Kebudayaan Nomor 70 Tahun
Sugiyono. 2010. Metodologi
2013 tentang Kerangka Dasar
Penelitian Pendidikan.
dan Struktur Kurikulum
Bandung : Alfabeta.
Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah
Suprianto, Achmad Doni. 2013. Suyono dan Harianto. 2012. Belajar
Pengaruh Model Problem dan Pembelajaran. Bandung:
Based Learning Dan Bakat RemajaRosdakarya.
Mekanik Terhadap Hasil
Trianto. 2010. Mendesain Model
Belajar Siswa Kelas X Mata
Pembelajaran Inovetif-
Pelajaran Sistem Bahan Bakar
Progresif (Konsep, Landasan,
Sepeda Motor Program
dan Implementasinya pada
Keahlian Teknik Sepeda Motor
Kurikulum Tingkat Satuan
di SMK PGRI 3 Malang.
Pendidikan (KTSP). Kencana:
Skripsi tidak diterbitkan.
Jakarta.
Malang: Teknik Universitas
Negeri Malang. VEDC.1999. Modul Pelatihan
Sepeda Motor.Malang :
PPPPTK VEDC Malang.

Anda mungkin juga menyukai