Anda di halaman 1dari 20

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

HIPERTENSI PADA PEKERJA SEKTOR INFORMAL


DI PASAR BERINGHARJO KOTA YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
Dwi Lestari Ratna Ningsih
1610104364

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2017
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
HIPERTENSI PADA PEKERJA SEKTOR INFORMAL
DI PASAR BERINGHARJO KOTA YOGYAKARTA

Dwi Lestari Ratna Ningsih, Indriani


Dwilestarirn@gmail.com

Latar Belakang: Asia menyumbang 54% kematian global akibat hipertensi.


Tingginya angka kematian hipertensi diakibatkan perkembangan sosial ekonomi
yang pesat, globalisasi, dan urbanisasi yang menyebabkan perubahan prilaku atau
gaya hidup tidak sehat sehingga kurangnya mengkonsumsi sayuran, buah, biji-
bijian, dan berbagai sumber protein, dan mudahnya akses makanan cepat saji
Dampak dari penyakit hipertensi diantaranya adalah penyakit serangan jantung,
penyakit stroke, gangguan pernafasan kronis seperti penyakit paru obstruktif kronik
dan asma, kanker dan penyakit diabetes melitus.
Tujuan : untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
Hipertensi pada Pekerja Sektor Informal di Pasar Beringharjo Kota Yogyakarta 2017.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain penelitian Survey
Analitik dengan pendekatan Cross sectional, metode pengambilan sampel
menggunakan Accidental Sampling . Jumlah responden sebanyak 320 responden dan
alat pengumpulan data yang digunakan kuesioner. Dan data antopometri diambil
dengan menggunakan timbangan injak, pengukur tinggi badan, Spynomanometer dan
Stetoskop digunakan untuk mengukur tekanan darah.
Hasil: Hasil Angka kejadian hipertensi pada pekerja sektor informla di Pasar
Beringharjo di Kota Yogyakarta sebanyak 180 responden (56,3%). Rata-rata Usia
responden mayoritas ≥40 tahun yaitu 297 responden (92,5%), Jenis Kelamin
mayoritas perempuan sebanyak 226 (70,6%), Pendidikan paling banyak dalam
kelompok rendah 206 (64,4%), Jenis Pekerjaan responden mayoritas pemilik kios
167 responden (52,2%), Asal tempat tinggal rata-rata Kota Yogyakarta 105 (32,8%).
Penghasilan responden terbanyak rendah yaitu 175 (54,4%), mayoritas responden
tidak menyukai makanan asin yaitu 171 (53,2%), dan tidak menyukai makanan
berlemak 163 responden (50,3%), responden rata-rata tidak mengkonsumsi alkohol
yaitu 315 ( (98,4%), tidak mengkonsumsi rokok sebanyak 240 (75%), aktivitas fisik
kurang sebanyak 137 responden (43,8%) akses layanan kesehatan > 60 menit yitu
165 responden (51,6%) dan rata-rat responden memiliki pengetahuan yang rendah
yaitu 152 responden (47,5%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi pada pekerja sektor usia (p=0,000), jenis kelamin (p=0,003), pekerjaan
(p=0,001), pendapatan (p=0,000), pendidikan (p=0,000), riwayat hipertensi keluarga
(p=0,000), akses kelayanan kessehatan (p=0,030), pola konsumsi makanan asin
(p=0,000), pola konsumsi makanan berlemak (p=0,000), pola aktivitas fisik
(p=0,000),pengetahuan (p=0,011) dan faktor-faktor yang tidak berhubungan dengan
kejadian hipertensi yaitu asal (p=0,825), konsumsi alkohol (p=0,70).
Simpulan dan Saran : Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
hiperteni pda pekerja sektor informal di Pasar Beringharjo Kota Yogyakarta
diantarany usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan, pendidikan, riwayat
hipertensi keluarga, akses kelayanan kessehatan, pola konsumsi makanan asin, pola
konsumsi makanan berlemak, pola aktivitas fisik, pengetahuan, konsumsi alkohol
dan asal tempat tinggal tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi. Diharapkan
agar pemerintah (Puskesmas) untuk melakukan intervensi hipertensi pada kelompok
masyarakat Pasar yang ada di Indonesia, karena Pasar merupakan komunitas yang
cukup besar, sehingga bisa berkoordinasi antar instansi kesehatan dengan petugas
pasar atau universitas.

LATAR BELAKANG

Noncommunicable Disease (Kementrian Kesehatan Republik


(NCD) atau penyakit tidak menular, Indonesia/Kemenkes RI, 2013).
penyebab kematian global yang Pada tahun 2025 diproyeksikan
merupakan tantangan bagi masyarakat 29% dari populasi dunia atau sebanyak
pada abad ke 21. Pada tahun 2012, NCD 1,56 miliar orang dewasa akan
menyebabkan kematian secara global mengalami hipertensi (Pawar, Lokhande,
yaitu 68%, apabila tidak di tangani 2014).
diproyeksikan kematian akibat NCD Di Amerika Serikat kejadian
akan meningkat menjadi 52 juta pada hipertensi meningkat dari 31% menjadi
2030. Asia menyumbang 54% dari 48,2%, dan di India angka kejadian
kematian global akibat NCD (World hipertensi meningkat dari 32% menjadi
Health Organisation, 2014). 44% (Khanam, Lindeboom, Razzaque,
Tingginya angka kematian akibat Niessen, & Milton, 2015).
NCD di Asia diakibatkan karena Menurut WHO (2014) Dampak
perkembangan sosial ekonomi yang dari penyakit hipertensi diantaranya
pesat, globalisasi, dan urbanisasi yang adalah penyakit serangan jantung,
menyebabkan perubahan prilaku atau penyakit stroke, gangguan pernafasan
gaya hidup tidak sehat sehingga kronis seperti penyakit paru obstruktif
kurangnya mengkonsumsi sayuran, kronik dan asma, kanker dan penyakit
buah, biji-bijian, dan berbagai sumber diabetes melitus.
protein, dan mudahnya akses makanan Angka kejadian hipertensi di Uni
cepat saji yang berisiko meningkatkan Emirat Arab (UEA) banyak terjadi pada
NCD (World Population Prospects, perempuan yaitu sebanyak 54%
2015). dibandingkan dengan laki-laki yaitu
Data global status report on sebesar 47% dari 510 responden,
Noncommunicable Disease tahun 2010 prevalensi hipertensi di UEA disebabkan
dari WHO menyebutkan bahwa karena obesitas yang berdampak juga
sebanyak 40% negera berkembang pada penyakit diabetes tipe 2 (Mussa,
mengalami hipertensi, sedangkan negara Abduallah, & Abusnana, 2016).
maju hanya 35% untuk kejadian Di Sub-Sahara Afrika banyak
hipertensi. Kawasan Afrika menempati masyarakat yang mengkonsumsi
posisi hipertensi tertinggi yaitu sebanyak makanan dengan kadar garam yang
46%, disusul Asia Tenggara yang tinggi yang digunakan untuk
mengalami hipertensi sebanyak 36% dan mengawetkan makanan dan hal ini
dikawasan Amerika dengan kejadian meningkatkan risiko untuk terkena
hipertensi sebanyak 35%. penyakit hipertensi (Naik, Reshma, et al
Di Indonesia angka kejadian 2015).
hipertensi yaitu sebanyak 31,7%, Urbanisasi di Etophia berdampak
sehingga 1 dari 3 orang dewasa pada perubahan gaya hidup seperti pola
mengalami hipertensi, sebanyak 76% makan, dan kurangnya aktivitas fisik
orang dewasa tidak menyadari bahwa yang menyebabkan terjadinya obesitas.
dirinya sudah terkena hipertensi Prevalensi obesitas di Ethopia menjadi
salah satu faktor yang menyebabkan
meningkatnya penyakit hipertensi, sekunder meliputi deteksi dini faktor
sebanyak 43% atau sekitar 109.400 dari risiko penyakit hipertensi pada
254.420 responden mengalami hipertensi kelompok umum dan kelompok khusus.
(Abebe, Berhane, Worku, & Getachew, Upaya pengendalian tersier adalah
2015). penatalaksanaan penderita hipertensi di
Hipertensi dapat dikendalikan fasyankes untuk mencegah komplikasi
dengan meningkatkan kualitas hidup (Dinkes DIY, 2015).
penderita hipertensi. Dalam upaya Di Daerah Istimewa Yogyakarta
primer seperti promosi kesehatan sebanyak 54,13% penduduk DIY bekerja
diantaranya diet yang sehat dengan cara di sektor informal dan mengalami
makan cukup sayur dan buah, rendah kenaikan sebesar 4,24% dari tahun 2016
garam dan lemak, rajin melakukan menjadi 58,37 % (Badan Pusat Statistik
aktifitas dan tidak merokok. Cara DIY, 2016)
pencegahan sekunder seperti kegiatan Daerah Istimewa Yogyakarta
deteksi dini untuk menemukan penyakit, (DIY) merupakan salah satu provinsi
tersier dilaksanakan melalui tindak lanjut yang menempati urutan ke 3 dengan
dini dan pengelolaan hipertensi yang angka kejadian hipertensi tertinggi di
tepat serta minum obat teratur agar Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga
tekanan darah dapat terkontrol dan tidak kesehatan yaitu 12,8% dimana urutan ke
memberikan komplikasi seperti penyakit 1 di duduki Provinsi Sulawesi Utara
ginjal kronik, stroke dan jantung 15,0%, urutan ke 2 Provinsi Kalimantan
(Kemenkes RI, 2012). Selatan 13,1% (Riset Kesehatan
WHO (2011) menyarankan untuk Dasar/Riskesdas RI, 2013).
usia 16-64 tahun melakukan aktifitas Di Kota Yogyakarta angka
fisik sebanyak 300 menit perminggu kejadian hipertensi masuk dalam 10
(minimal 5 hari) atau sebanyak 60 menit besar penyakit tidak menular dan
dalam 1 hari untuk mengurangi risiko menduduki urutan ke 2 setelah penyakit
terjadinya penyakit tidak menular nasofaringitis, sebanyak 26.750
termasuk hipertensi. penduduk mengalami hipertensi (Dinkes
Kementerian Kesehatan DIY, 2015).
Indonesia berupaya meningkatkan self Pasar Beringharjo merupakan
awareness melalui kegiatan Posbindu salah satu pasar tradisional yang berada
penyakit tidak menular. Masyarakat di pusat kota Yogyakarta dan pusat
diajak berperilaku cerdik dengan cek perekonomian terbesar di Yogyakarta
kesehatan secara berkala, hilangkan asap yang memiliki jumlah pekerja sektor
rokok, rajin aktivitas fisik, diet sehat informal sebanyak 5760 orang.
dengan kalori seimbang, istirahat cukup Keberadaan pasar Beringharjo
dan kelola stres. Masyarakat juga bisa memberikan dampak positif kepada
mengetahui faktor risiko, deteksi, masyarakat diantaranya sebagai peluang
pengobatan, dan tata kelola tanggap usaha yang bisa mengangkat
darurat penyakit hipertensi. perekonomian. Pasar Beringharjo
Upaya yang dilakukan oleh memiliki klinik kesehatan yang
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta untuk disediakan bagi para pekerja untuk
menurunkan angka kesakitan dan melakukan pemeriksaan terkait Penyakit
kematian akibat penyakit hipertensi tida menular (PTM), pemeriksaan yang
dengan pengendalian secara primer, disediakan diantaranya adalah
sekunder dan tersier. Upaya pemeriksaan tekanan darah, kolesterol,
pengendalian primer meliputi Sosialisasi gula darah. Karena keterbatasan
Penyakit Hipertensi pada kelompok supervisi tenaga kesehatan, klinik
Umum dan Khusus.Upaya pengendalian
kesehatan di Pasar Beringharjo tidak beroprasi secara optimal .

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain orang. Alat yang digunakan yaitu
penelitian Survey Analitik dengan kuesioner Spynomanometer, Stetoskop
pendekatan Cross sectional, metode untuk memeriksa tekanan darah dan
pengambilan sampel menggunakan pengukur tinggi badan, timbangan injak
Accidental Sampling . total populasi 5760 untuk menghitung indeks massa tubuh.
responden, jumlah sampel sebanyak 320
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat
Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pekerja Pasar
Beringharjo Kota Yogyakarta 2017

Variabel F %
1. Tekanan Darah
Hipertensi 180 56,3
Tidak Hipertensi 140 43,7
2. Usia
Berisiko (≥40 tahun) 297 92,5
Tidak Berisiko (≤40 23 7,5
tahun)
3. Jenis Kelamin
Perempuan 226 70,6
Laki-laki 94 29,4
4. Pendidikan
Rendah (TS, SD) 206 64,4
Sedang (SMP/SMA) 80 25,0
Tinggi (PT) 34 10,6
5. Pekerjaan
Pemilik Kios 167 52,2
Karyawan 75 23,4
Kuli Angkut 78 24,4
6. Asal
Bantul 92 28,8
Sleman 51 15,9
Yogyakarta 105 32,8
Kulon Progo 72 22,5
7. Penghasilan
Rendah 175 54,7
Sedang 94 29,4
Tinggi 51 15,9
Total 320 100
Sumber : Data Primer 2017.

Tabel 4.1 menjelaskan distribusi 180 responden (56,3). Rata-rata


frekuensi karaktristik responden dimana responden berusia ≥ 40 tahun sebanyak
dari 320 total responden terbanyak 297 responden (92,5%). Jenis kelamin
dengan tekanan darah ≥140 mmHg yaitu terbanyak didominasi oleh perempuan
sebanyak 226 (70,6%). Pendidikan tempat tinggal terbanyak berasal dari
responden terbanyak yaitu pendidikan kota Yogyakarta 105 (32,8%), dan untuk
rendah (TS, SD), dan yang menempuh Penghasilan responden dalam 1 bulan
pendidikan PT sebanyak 34 responden tertinggi yaitu dengan penghasilan
(10,6%), untuk pekerjaan responden rendah ≤ Rp. 1.302.500 rendah 175
tertinggi yaitu bekerja sebagai pemilik (54,4%).
kios 167 responden (52,2%). Asal

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Riwayat Hipertensi dalam Keluarga,


Obesitas, dan Management Hipertensi Responden Pekerja Pasar
Beringharjo Kota Yogyakarta 2017
Variabel Frekuensi Presentase(%)
1. Riwayat Hipertensi Keluarga
Ada Riwayat 152 47,5
Tidak Ada Riwayat 168 52,5
2. IMT
Obesitas 153 47,8
Tidak Obesitas 167 52,2
3. Management Hipertensi
Baik 89 27,8
Tidak Baik 231 72,2
Total 320 100
Sumber : Data Primer 2017.

Tabel 4.2 Menunjukan bahwa atau pun saudara sedarah, Responden


dari seluruh total responden yang terbanyak dengan IMT ≤ 25,00 (tidak
berjumlah 320 orang sebanyak 168 mengalami obesitas) 167 responden
orang (52,5%) tidak memiliki riwayat (52,2%), responden terbanyak dengan
hipertensi yang dalam keluarga seperti management hipertensi yang tidak baik
yang dimilki kakek, nenek, ayah, ibu dengan jumlah responden 231 (72,2%).

Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi Pola Makan dan Minum (Alkohol)


Responden Pekerja Pasar Beringharjo 2017.
Variabel Frekuensi Presentase(%)
1. Konsumsi Makanan Asin dalam Sehari
Mengkonsumsi 149 46,6
Tidak Mengkonsumsi 171 53,2
2. Konsumsi Makanan Berlemak dalam Sehari
Mengkonsumsi 157 49,1
Tidak Mengkonsumsi 163 50,9
3. Merokok
Ya 80 25,0
Tidak 240 75,0
4. Konsumsi Alkohol
Ya 5 1,6
Tidak 315 98,4
Total 320 100
Sumber : Data Primer 2017.
Tabel 4.3 menunjukan bahwa dari yang mengkonsumsi makanan asin dalam
total responden yang berjumlah 320 orang sehari tertinggi yaitu dengan responden
yang tidak menyukai makanan asin (50,9%). Untuk responden yang merokok
sebanyak 171 responden (53,4%), sebanyak 80 responden (25,0%) mengakui
begitupun dengan konsumsi makanan dirinya merokok, konsumsi alkohol dari
berlemak responden terbanyak yaitu yang 320 responden sebanyak 5 responden
tidak mengkonsumsi makanan berlemak (1,6%) jarang mengkonsumsi alkohol.
setiap hari sebanyak 163 responden
Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik, Akses, Pengetahuan
Responden Pekerja di Pasar Beringharjo Kota Yogyakarta 2017.
Variabel Frekuensi Presentase(%)
1. Aktivitas Fisik
Baik 63 19,7
Cukup 120 37,5
Kurang 137 42,8
2. Akses Kelayanan Kesehatan
Dekat 54 16,9
Sedang 101 31,6
Jauh 165 51,6
3. Pengetahuan
Rendah 152 47,5
Sedang 150 46,9
Tinggi 18 5,6
Total 320 100
Sumber : Data Primer 2017.

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dengan responden dengan jarak yang


dari total responden yang berjumlah 320 jauh ≥ 60 menit sebanyak 165 responden
orang, untuk aktivitas fisik terbanyak (51,6%) dan responden dengan jarak
yaitu responden dengan aktivitas fisik dekat sebanyak 54 responden (16,9%),
kurang sebanyak 137 responden (42,8%) responden dengan pengetahuan sedang
dan yang paling sedikit yaitu dengan sebanyak 150 orang (46,9%), tinggi
responden yang memiliki aktivitas fisik sebanyak 18 responden (5,6%), dan
baik sebanyak 63 responden (19,7%), responden yang memiliki pengetahuan
responden yang memiliki akses rendah sebanyak 152 orang (47,5%).
kelayanan kesehatan tertinggi yaitu

B. Analisa Bivariat
Tabel 4. 7 Cross Tabulating Analisis Karakteristik Responden Pekerja Pasar
Beringharjo Kota Yogyakarta 2017.

Hipertensi Tidak p-
Variabel OR CI 95%
Hipertensi value
F % F %
1. Usia
Berisiko (≥40 178 98,9 119 85 0,000 5,706 3,615-
tahun) 68,230
Tidak Berisiko 2 1,1 21 15
(≤40 tahun)
2. Jenis Kelamin
Perempuan 139 77,2 87 62,2 0,003 2,065 1,268-
Laki-laki 41 22,78 53 37,8 3,364
3. Pendidikan
Rendah 138 76,6 68 48,5
Sedang 38 21,1 42 30,1 0,000 3,030 2,084-
Tinggi 4 2,2 30 21,4 4,405
4. Jenis Pekerjaan
Pemilik Kios 109 60,6 58 41,1
Karyawan 40 22,2 45 32,7 0,001 1,684 1,282-
Kuli Angkut 31 17,2 37 26,2 2,212
5. Akses ke Yankes
Dekat 24 13,3 30 21,1
Sedang 55 30,6 46 32,3 0,030 1,388 1,033-
Jauh 101 56,1 64 45,6 1,886
6. Asal
Bantul 52 27,8 40 28,5
Sleman 29 17,1 22 15,8 0,825 1,003 0,825-
Yogyakarta 58 32,3 47 33,5 1,220
Kulon Progo 41 22,8 31 22,2
7. Penghasilan
Rendah 135 75 40 28,5
Sedang 32 17,8 62 44,4 0,000 3,817 2,662-
Tinggi 13 7,2 38 27,1 5,473
5. Riwayat Hipertensi
Ada Riwayat
Tidak Ada 115 63,8 37 26,4 0,000 4,925 3,037-
Total 65 36,2 103 73,6 7,986
180 140
Sumber : Data Primer 2017.

Rata-rata usia responden berusia ≥ rural Thailand menunjukan adanya


40 tahun sebanyak 297 responden hubungan antara usia dengan hipertensi
(92,5%). Usia ≥40 tahun berhubungan dan orang dengan usia > 40 tahun
dengan kejadian hipertensi (p= 0,000). berisiko 4,2 kali mengalami hipertensi
Odds Ratio (OR= 15,706, CI 95% dibandingkan dengan yang berusia
3,615-68,230). kurang dari 40 tahun.
Di Amerika Latin angka kejadian Hak ini terjadi karena semakin
hipertensi tertinggi terjadi pada bertambahnya usia elastisitas pembuluh
kelompok usia lebih dari 65 tahun yaitu darah akan mengecil menyebabkan
sebanyak 31,9% dan pada usia kurang aliran darah ke tubuh semakin sedikit
dari 65 tahun sebanyak 30,8% (Kandala sehingga jantung harus bekerja keras
& Uthman, 2015). untuk memenuhi aliran darah sehingga
Penelitan Anand Enu, et al di India berdampak pada hipertensi (Journal
(2017) menunjukkan bahwa hipertensi Medicine, 2015).
dimulai sejak usia 18 tahun. Jenis kelamin responden terbanyak
Penelitian yang dilakukan didominasi oleh perempuan sebanyak
Gerungan, A dkk (2016) bahwa 226 (70,6%). Jenis kelamin perempuan
diperoleh hasil ada hubungan yang berhubungan dengan kejadian hipertensi
bermakna antara umur dengan kejadian (p=0,003). Odds Ratio (OR= 2,065 CI
hipertensi, umur ≥ 40 tahun memiliki 95% 11,268-3,364 ).
risiko terkena hipertensi sebesar 11,71 Penelitian di Bangladesh juga
kali dibandingkan dengan umur < 40 mengidentifikasi mayoritas perempuan
Tahun. Selain itu penelitian diwilayah terkena hipertensi yaitu 33,6% dan pada
laki-laki sebanyak 30,3% (Khanam et al, yang diterima masyarakat diluar
2015). Di Cina perempuan memiliki pendidikanya juga berperan penting
risiko 1,293 untuk mengalami hipertensi terhadap peningkatan pengetahuan
dibandingkan dengan laki-laki. (Suhardi, dkk 2014).
Penelitian Moreira dkk (2013) di Brazil, Hasil penelitian yang dilakukan
risiko hipertensi lebih tinggi terjadi pada Zhang dkk (2013) di Cina menunjukan
perempuan dibandingkan laki-laki baik bahwa semakin rendah tingkat
diwilayah perkotaan maupun pedesaan. pendidikan seseorang maka semakin
Mayoritas masyarakat yang bekerja tinggi pula risiko mengalami hipertensi.
di Pasar Beringharjo didominasi oleh Di Brazil orang yang menempuh
perempuan, jumlah responden pendidikan selama ≥15 tahun dapat
perempuan dalam penelitian ini terlindungi dari risiko hipertensi sebesar
sebanyak 226 (70,6%) jumlah ini jauh 0,69 kali di wilayah urban dan 0,75 kali
lebih banyak dibandingkan dengan laki- di wilayah rural (Moreira, dkk. 2013).
laki yang hanya berjumlah 94 orang Dalam penelitian ini jenis
(29,4%) sehingga prevalensi hipertensi pekerjaan responden terbanyak yaitu
tertinggi terjadi pada perempuan dimana bekerja sebagai pemilik kios 167
perempuan yang mengalami hipertensi responden (52,2%) dibandingkan dengan
adalah 139 orang (77,2%). kuli angkut dan karyawan Jenis
Perempuan rentan mengalami pekerjaan berhubungan dengan kejadian
hipertensi karena peran hormon hipertensi (p=0,001). Odds Ratio (OR=
esterogen. Hormon esterogen berperan 1,684, CI 95% 1,282-2,212).
dalam proteksi tekanan darah istirahat Penelitian Moreira (2013) di Brazil,
ketika adanya aktivitas saraf simpatis orang yang bekerja dapat terhindar dari
otot. Pada perempuan yang berusia > 40 hipertensi sebesar 0,73-0,88 kali pada
tahun, produksi esterogen mulai wilayah urban dan 0,79-0,81 kali pada
menurun, sehingga perlindungan wilayah rural dibandingkan dengan yang
terhadap tekanan darah ketika ada tidak bekerja. Sedangkan di Indonesia
aktivitas saraf simpatis pun berkurang orang yang tidak bekerja berisiko 1,42
(Robertson, 2012). kali mengalami hipertensi (Rahajeng, dkk
Pendidikan responden pekerja Pasar 2009).
Beringharjo terbanyak yaitu pendidikan Jenis pekerjaan berpengaruh
rendah (TS, SD) 206 responden (64,4%). dengan pola aktivitas fisik, dimana
Pendidikan rendah berhubungan dengan pekerjaan yang tidak mengandalkan
kejadian (p= 0,000 ), Odds Ratio (OR= aktivitas fisik berpengaruh pada tekanan
3,030, CI 95% 2,084-4,405). Rata-rata darah, orang yang bekerja dengan
pendidikan yang ditempuh masyarakat melibatkan aktivitas fisik dapat
abupaten Bantul SMP, Kabupaten terlindungi dari penyakit hipertensi.
Sleman SMP, Kabupaten Gunung Kidul Jam kerja yang panjang dapat
SMA, Kulon Progo SMP dan menyebabkan risiko hipertensi melalui
Yogyakarta adalah SD (Profil beberapa hal. Pertama, jam kerja yang
Pendidikan DIY, 2013). panjang akan mengurangi waktu untuk
Tingkat pendidikan yang rendah istirahat tidur sehingga berdampak
berdampak pada rendahnya pengetahuan gangguan psikologis. Kedua, jam kerja
dan hal tersebut berpengaruh pada yang panjang berhubungan dengan gaya
prilaku. Pendidikan yang cukupun belum hidup dan perilaku, termasuk merokok,
bisa menjamin terciptanya prilaku yang diet yang tidak sehat.
baik, karena menurut teori Lehendroff Selain itu kondisi dan lingkungan
dan Tracy prilaku tidak hanya kerja dapat menjadi faktor risiko
dipengaruhi oleh kemampuan tetapi juga hipertensi. Contohnya, pekerja industri
kemauan (Sudarma M, 2008). Informasi yang terpapar kondisi lingkungan kerja
yang panas dan bising dapat berisiko menit (60-80%) untuk sampai ke
terkena hipertensi. Pada lingkungan yang Puskesmas, Puskesmas Pembantu/klinik
bising peningkatan tekanan darah terjadi dokter, bidan praktik, Pos Kesehatan
karena dapat mempengaruhi viskositas Desa (Poskesdes), Pos Lintas Desa
plasma dan menyebabkan penyempitan (Polindes), dan Posyandu (Kemenkes RI,
pembuluh darah (Arezes P, dkk., 2014). 2013).
Selain itu orang pekerja kantoran Jarak tempuh yang jauh > 60 menit
seperti pegawai bank, supir, petugas berdampak pada biaya, dalam penelitian
pegamanan (security) dan pekerjaan yang ini rata-rata responden yang bekerja di
mengandalkan mesin otomatis dan duduk Pasar Beringharjo bisa mengakses layanan
lebih dari 5 jam dalam sehari membuat kesehatan lebih dari 60 menit deengan
para pekerja menjadi kurang beraktivitas asumsi untuk melakukan pemeriksaan
fisik sehingga beresiko hipertensi (Bosu, kesehatan ke layanan kesehatan mereka
2014). menghabiskan waktu kurang lebh 3 jam
Dalam penelitian ini responden yang untuk pergi ke Puskesmas merupakan
memiliki akses kelayanan kesehatan usaha yang cukup sulit karena mereka
tertinggi yaitu dengan responden dengan harus meninggalkan kisosnya/daganganya
jarak tempuh yang jauh ≥ 60 menit yang akan berdampak pada menurunya
sebanyak 165 responden (51,6%) dan pendapatan.
responden dengan jarak dekat sebanyak Pelayanan kesehatan berperan
54 responden (16,9%). penting dalam penanggulangan penyakit
Hasil uji chi square didapatkan hasil kardiovaskuler, terutama pelayanan
ada hubungan akses layanan kesehatan kesehatan primer. Sulitnya akses untuk
dengan kejadian hipertensi (p= 0,030) memperoleh pelayanan kesehatan akan
Odds Ratio ( OR= 1,388, CI 95% 1,033- mempersulit masyarakat untuk
1,886). memperoleh informasi, pemeriksaan dan
Rata-rata masyarakat yang bekerja di pengobatan penyakit kardiovaskuler
Pasar Beringharjo bekerja dari pukul (WHO, 2014).
04.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB, Dalam penelitian ini Asal tempat
sehingga membuat masyarakat tidak tinggal responden terbanyak berasal dari
memiliki waktu untuk memeriksakan kota Yogyakarta 105 (32,8%) dan
kesehatannya ke layanan kesehatan seperti terendah berasal dari Kota Sleman
Puskesmas, dimana puskesmas memiliki (15,9%). Hasil uji chi square didapatkan
jam pelayanan dari pukul 08.00 WIB- hasil tidak ada hubungan asal tepat
14.00 WIB, selain itu memeriksakan diri tinggal dengan kejadian hipertensi
ke Puskesmas tidak mahal bahkan gratis diperoleh (p =0,825).
apabila masyarakat memiliki kartu Masyarakat kota akan lebih berisiko
jaminan kesehatan yang disediakan mengalami hipertensi dibandingkan
pemerintah. dengan masyarakat pedesaan, karena
Hasil systematic review Maimaris masyarakat perkotaan cenderung
dkk, (2013) menunjukan baha jarak ke memiliki aktivitas fisik yang kurang,
pelayanan kesehatan berhubungan kebiasaan merokok dan diet tidak sehat.
dengan hipertensi. Ambaw dkk (2012) Waktu bekerja yang lama dan
jarak lebih dari 30 menit meningkatkan pendapatan yang rendah membuat
risiko hipertensi sebesar, 2,02 kali. Di masyarakat kota lebih mementingkan
Indonesia sebagian masyarakat urusan pekerjaan dibandingkan
memerlukan waktu 16-30 menit (34,4- memperhatikan kesehatannya (WHO,
37,7%) untuk sampai ke sarana 2014).
pelayanan kesehatan seperti Rumah Berdasarka hasil survei kesehatan
Sakit,. Selain itu, sebagian masyarakat rumah tangga menunjukkan bahwa
memerlukan waktu kurang dari 15 hipertensi tertinggi berada diluar jawa
seperti di Bali hal ini erat kaitannya akan didapatkan, seperti makanan dan
dengan pola makan dan minum, dimana pelayanan yang nantinya akan
di Bali konsumsi minuman keras dan berpengaruh pada kesehatan, baik secara
makanan berlemaak menjdi hal yang langsung maupun tidak langsung (Oakes,
biasa dilakukan(Depkes RI, 2015). 2005).
Penelitian Sulastri, D, dkk (2015) Selain itu, masyarakat Pasar
pada masyarakat etnis Minangkabau, Beringharjo memiliki kemampuan yang
makanan tradisional Minangkabau terbatas untuk memenuhi kebutuhan
seperti rendang mengandung lemak makanannya termasuk makanan bergizi
jenuh tiggi, minyak kelapa dan santan karena bila mereka meninggalkan
yang digunakan sebagai bahan utama kios/daganganya akan berdampak pada
membuat rendang kaya akan lemak penurunan penghasilan, penghasilan
jenuh. Etnik Jawa juga memiliki yang rendah menyebabkan konsumsi
makanan tradisional yang kaya santan makan tidak bervariasi dan bergizi.
seperti gudeg. Responden Pasar Beringharjo yang
Selain itu adanya kecendrungan memiliki riwayat hipertensi keluarga
masyarakat kota lebih terpapar makanan sebanyak 47,5% seperti yang dimiliki
yang serba instan, makanan yang serba ayah, ibu, kakek, dan nenek. Ada
instan menjadi pilihan ketika jam makan. hubungan riwayat hipertensi dengan
Mudahnya akses makanan cepat saji kejadian (p= 0,000). Odds Ratio (OR=
mempermudah masyarakat perkotaan 4,925, CI 95% 3,037-7,986). Sapitri
untuk hidup tidak sehat (Amu, DA (2016), menunjukan bahwa mayoritas
2015). responden hipertensi memiliki riwayat
Penghasilan responden pekerja hipertensi dalam keluarganya sebanyak
Pasar Beringharjo dalam 1 bulan 71,8% dan juga keluarga yang memiliki
didominasi dengan penghasilan rendah ≤ hipertensi dan penyakit jantung
Rp. 1.302.500 rendah 175 (54,4%). Ada meningkatkan risiko 2 -5 kali lipat.
hubungan penghasilan rendah dengan Menurut Rohaendi (2008),
kejadian hipertensi (p=0,000). Odds hipertensi akan diwariskan dalam
Ratio ( OR= 3,817, CI 2,662-5,473. keluarganya. Jika salah seorang dari
Penghasilan / perekonomian orang tua ada yang mengidap hipertensi,
seseorang mempengaruhi Pola makan maka akan mempunyai peluang sebesar
dan konsumsi makanan yang disediakan, 25% untuk mewarisinya selama hidup.
kecil kemungkinan untuk seseorang Jika kedua orang tua mempunyai
yang berpenghasilan rendah menyajikan tekanan darah tingi maka peluang untuk
makanan yang beragam setiap harinya. terkena penyakit ini akan meningkat
Semakin tinggi tingkat penghasilan menjadi 60%.
seseorang semakin baik materi yang

Tabel 4. 8 Cross Tabulating Analisis Obesitas dan Management


Hipertensi Responden Pekerja Pasar Beringharjo Kota Yogyakarta 2017.

Hipertensi Tidak p-
Variabel OR CI 95%
Hipertensi value
F % F %
1. IMT
Obesitas 141 78,3 12 8,9 0,000 38,564 19,345-
Tidak obesitas 39 21,7 128 91,1 78,873
2. Management
Hipertensi
Baik 58 32,2 13 22,7 0,047 1,672 1,007-
Tidak Baik 122 87,8 109 77,3 2,775
Total 180 100 140 100
Sumber : Data Primer 2017.

Indeks Massa Tubuh (IMT) membatasi menonton tv, bermain


terbanyak yaitu dengan responden yang komputer kurang dari 2 jam, mengurangi
memiliki IMT ≤ 25,00 (tidak mengalami makanan dan minuman manis,
obesitas) yaitu 167 orang (52,2%). mengurangi makanan berlemak, rajin
Obesitas berhubungan dengan kejadian berolahraga (Kemenkes RI, 2012).
hipertensi (p=0,000). Odds Ratio (OR= Selain itu, orang yang kelebihan
38,564, CI 95 % 19,346-76,873) berat badan atau obesitas, penurunan
Obesitas menyebabkan hipertensi berat badan sangat membantu dalam
karena timbunan lemak akan mengobati hipertensi, diabetes, dan
mempersempit pembuluh darah sehingga gangguan lipid. Mengganti buah-buahan
aliran darah tidak tercukpi dan jantung segar dan sayuran untuk diet dapat
harus bekerja lebih keras untuk memberikan manfaat untuk penurunan
memenuhi aliran darah yang berdampak berat badan. Sayangnya, diet ini
terjadi hipertensi (Journal Medicine, memerlukan biaya yang relatif mahal
2015). juga memberikan beban, dan dapat
Seseorang yang mengalami bekerja jika pasien diberi dukungan yang
obesitas berisiko 2,2 kali lebih besar kuat (Journal of the American Society of
untuk mengalami hipertensi Hypertension, 2015).
dibandingkan dengan orang yang Dalam penelitian ini management
memiliki IMT normal. Obesitas hipertensi terbanyak dengan
menyebabkan hipertensi karena management hipertensi yang tidak baik
timbunan lemak akan mempersempit dengan jumlah responden yaitu 231
pembuluh darah sehingga aliran darah (72,2%). Management hipertensi yang
tidak tercukupi dan jantung harus tidak baik berhubungan dengan kejadian
bekerja lebih keras untuk memenuhi hipertensi (p= 0,047). Odds Ratio (OR=
aliran darah yang berdampak terjadi 1,672, CI 95 % 1,007-2,775 ).
hipertensi, seseorang dikatatakan Management hipertensi yang
mengalami obesitas ketika memiliki tidak baik diantaranya adalah tidak
IMT minimal 25,0 (Journal Medicine, mengkonsumsi obat anti hipertensi pada
2015). penderita hipertensi, tidak rutin
Prevalensi obesitas di Ethopia memeriksakan tekanan darah, tidak
menjadi salah satu faktor yang berolahraga dan juga mengkonsumsi
menyebabkan meningkatnya penyakit sayuran dan buah-buahan.
hipertensi, sebanyak 43% atau sekitar Niven, N (2002) ada 4 faktor
109.400 dari 254.420 responden yang mempengaruhi upaya/managemen
mengalami hipertensi (Abebe, Berhane, seseorang terkait keinginanya untuk
Worku, & Getachew, 2015). sembuh seperti pemahaman tentang
Sapitri (2016), menunjukan instruksi, kualitas interaksi tenaga
bahwa seseorang yang memiliki indeks kesehatan dan pasien, isolasi sosiial dan
massa tubuh lebih dari 25,00 berisiko keyakinan keluarga, sikap dan
menderita hipertensi sebesar 6,47 kali keperibadian penderita.
dibandingkan dengan orang yang tidak Kementerian Kesehatan
obesitas. Indonesia berupaya meningkatkan self
Upaya yang dilakukan awareness melalui kegiatan Posbindu
pemerintah untuk menurunkan angka penyakit tidak menular. Masyarakat
obesitas yaitu dengan mengkonsumsi diajak berperilaku cerdik dengan cek
buah dan sayur lebih dari 5 porsi sehari, kesehatan secara berkala, hilangkan asap
rokok, rajin aktivitas fisik, diet sehat keluarga, pengukuran berat badan, tinggi
dengan kalori seimbang, istirahat cukup badan, IMT, dan pengukuran tekanan
dan kelola stres. Masyarakat juga bisa darah yang dilakukan 1 bulan satu kali,
mengetahui faktor risiko, deteksi, pemeriksaan gula darah, kolesterol,
pengobatan, dan tata kelola tanggap kegiatan pemeriksaan IVA, pemeriksaan
darurat penyakit hipertensi. kadar alkohol, konseling penyuluhan,
Selain kegiatan diatas, Posbindu olahraga bersama dan rujuk ke fasilitas
memiliki kegiatan penggalan informasi kesehatan bagi masyarakat yang
faktor resiko dengan melakukan memiliki resiko ( Kemenkes RI, 2013).
wawancara riwayat PTM dalam
Tabel 4. 9 Cross Tabulating Analisis Konsumsi Makan dan Minum (Alkohol)
Responden Pekerja Pasar Beringharjo Kota Yogyakarta 2017.

Hipertensi Tidak p-
Variabel OR CI 95%
Hipertensi value
F % F %
1. Makanan Asin
Mengkonsumsi 136 75,6 13 9,4 0,000 30,19 15,540-
Tidak 44 24,4 127 90,6 8 58,674
Mengkonsumsi
2.Makanan Berlemak
Mengkonsumsi
Tidak 139 77,2 18 12,3 0,000 32,97 12,546-
Mengkonsumsi 41 22,8 122 87,7 8 42,086
3. Merokok
Ya 78 43,3 2 1,4 0,000 52,76 12,669-
Tidak 102 56,7 138 98,6 5 219,762
4. Konsumsi
Alkohol
Ya 5 2,8 0 0 0,070 4,925 3,037-
Tidak 175 97,2 140 100 7,986
Total 180 100 140 100
Sumber : Data Primer 2017.

Responden pekerja Pasar WHO merekomendasikan tingkat


Beringharjo terbanyak yaitu dengan asupan natrium per orang kurang dari 5
responden yang tidak menyukai gram perhari. Sebagian besar populasi
makanan asin sebanyak 171 responden diseluruh dunia memiliki asupan garam
(53,4%), konsumsi makanan asin rata-rata setiap orang lebih dari 6
berhubungan dengan kejadian hipertensi gram/hari. Bahkan di negara-negara
(p= 0,000). Odds Ratio ( OR= 30,198 CI Eropa dan Asia Timur mengkonsumsi
95% 15,540-58,674). garam sebanyak 12 g/hari (Brown, dkk
Konsumsi makanan asin atau yang 2009).
mengandung garam tinggi dapat Upaya untuk mengurangi diet garam
menyebabkan volume cairan dalam yang direkomendasikan WHO harus
tubuh meningkat. Hal ini karena garam didasarkan pada memantau
menarik cairan diluar sel agar tidak danmengevaluasi berapa banyak garam
dikeluarkan oleh tubuh sehingga yang dikonsumsi, mengidentifikasi
meningkatkan volume tekanan darah makanan sumber garam, menentukan
(Depkes, RI 2006). sikap konsumen, pengetahuan dan
perilaku terhadap diet garam sebagai 80 responden (25,0%). Merokok
risiko terhadap kesehatan (WHO, 2010). berhubungan dengan kejadian hipertensi
Penelitian Bartwal dkk (2014) (p=0,000) Odds Ratio ( OR= 52,765, CI
membuktikan bahwa ada hubungan 95 % 12,669-219,762).
antara asupan garam dengan hipertensi Nikotin dan karbondioksida yang
dan hasil Analisis Indrawati dkk (2016) terkandung dalam rokok akan merusak
menunjukan ada hubungan antara lapisanendotel pembuluh darah arteri,
konsumsi makanan asin dengan elastisitas pembuluh darah berkurang
hipertensi dimana pvalue = 0,001 sehingga pembuluh darah menjadi kaku
walaupun tidak ada perbedaan risiko dan menganggu aliran darah sehingga
hipertensi antara makanan asin dengan menyebabkan tekanan darah
yang tidak pernah mengkonsumsi meningkat(Anggara dan Prayitno, 2013).
makanan asin. Mayoritas masyarakat yang bekerja
Dalam penelitian ini konsumsi di Pasar Beringharjo didominasi oleh
makanan berlemak didominasi oleh perempuan, jumlah responden
responden yang tidak mengkonsumsi perempuan dalam penelitian ini
makanan berlemak setiap hari yaitu 163 sebanyak 226 (70,6%). Namun, sebagian
responden (50,9%), ada hubungan besar responden yang bekerja di Pasar
konsumsi makanan berlemak dengan Beringharjo memiliki anggota keluarga
kejadian hipertensi (p= 0,000) Odds yang merokok yaitu sebanyak 201
Ratio (OR= 32,978, CI 95 % 12,546- responden (62,5%), sehingga merekapun
42,086). setiap hari beresiko terpapar asap rokok.
Konsumsi makanan berlemak secara Perokok pasif dapat mengalami
berlebihan akan menyebabkan hipertensi. Penelitian Lina, dkk (2013) di
hiperlidimemia. Hiperlidemia akan wilayah kerja Puskesmas Mulyorejo
menyebabkan peningkatan kadar Kota Surabaya yang menunjukan bahwa
kolesterol total, kolesterol LDL, dan atau perokok pasif berisiko mengalami
penurunan kolesterol LDL dalam darah. hipertensi 1,37 kali dibandingkan yang
Kolesterol berperan penting dalam bukan perokok pasif. Dalam penelitian
proses terjadinya aterosklerosisi tersebut hubungan keluarga, jenis rokok,
sehingga menghambat aliran darah yang jumlah perokok, lama paparan, dan
menyebabkan hipertensi (Depkes, 2006). lokasi merokok merupakan variabel
Selain itu sayuran dan buah-buahan paparan asap rokok yang berisiko
merupakan jenis makanan yang kaya menimbulkan hipertensi.
akan mineral seperti kalsium, Moreira dkk di Brazil (2013)
magnesium, dan kalium yang berperan menunjukan bahwa seseorang yang
dalam penurunan tekanan darah. merokok memiliki risiko 1,20 kali untuk
Kebanyakan masyarakat pekerja Pasar terkena hipertensi dibandingkan dengan
Beringharjo mengkonsumsi makanan seseorang yang tidak merokok. Beijing
yang banyak mengandung minyak jenuh menerapkan kawasan bebas asap rokok
seperti gorengan, gudeg, nasi padang, sebanyak 100%, kawasan tanpa asap
sate jeroan, telur puyuh, puyuh, dan rokok tersebut diantaranya adalah tempat
bakmi yang didapatkan dari pedagang kerja, transportasi umum, sekolah, dan
kelilin yang datang ke kios. Di Afrika, larangan merokok bagi semua
konsumsi lemak berlebih meningkatkan masyarakat (WHO, 2015).
risiko hipertensi hingga 2,08 kali Dari 320 responden sebanyak 5
(Ramirez dkk, 2010). responden (1,6%) jarang mengkonsumsi
Responden pekerja Pasar alkohol. Hasil uji chi square hubungan
Beringharjo didominasi oleh responden konsumsi alkohol dengan kejadian
yang tidak merokok yaitu 240 (75,0%) hipertensi diperoleh p-value 0,070 ≥ 0,05
dan responden yang merokok sebanyak
tidak ada hubungan konsumsi alkohol Penelitian yang dilakukan oleh
dengan kejadian hipertensi. Sulistyowati (2010) menunjukan bahwa
Alkohol akan berperan sebagai tidak ada hubungan konsumsi alkohol
vasodilator jika dikonsumsi dalam dosis dengan kejadian hipertensi dimana
yang rendah, dan akan berperan sebagai pvalue = 0,189 lebih besar dari
vasokonstriktor jika dikonsumsi dengan 0,05.Mengkonsumsi alkohol yang
dosis yang tinggi. Hubungan antara berlebihan dapat merusak organ hati
peningkatan tekanan darah dengan (menderita sirosis hati dimana organ hati
alkohol terjadi ketika alkohol mengkerut dan rusak, sehingga
dikonsumsi > 3 gelas per hari, dimana fungsinya rusak, meningkatkan tekanan
minuman terstandar mengandung 14 darah, dapat merusak dinding lambung
gram etanol yang setara dengan 12 ons dan lain-lain.
gelas bir, 6 ons gelas anggur (Depkes RI,
2014).

Tabel 4. 10 Cross Tabulating Analisis Aktivitas Fisik


Responden Pekerja Pasar Beringharjo Kota Yogyakarta 2017.

Hipertensi Tidak p-
Variabel OR CI 95%
Hipertensi value
F % F %
1. Aktivitas
Fisik
Baik 48 26,7 89 63,9 0,000 2,203 0,152-
Cukup 70 38,7 50 35,5 0,328
Kurang 62 34,4 1 0,6
Total 180 100 140 100
Sumber : Data Primer 2017.

Pola aktivitas fisik terbanyak fisik kurang dari 5 kali dalam


yaitu responden dengan aktivitas fisik seminggu yaitu 170 responden, dan
kurang sebanyak 137 responden masyarakat Pasar Beringharjo dalam 1
(42,8%) dan yang paling sedikit yaitu hari kurang dari 60 menit melakukan
dengan responden yang memiliki aktivitas fisik yaitu sebanyak 176
aktivitas fisik baik sebanyak 63 responden.
responden (19,7%). pola aktivitas fisik WHO (2011) menyarankan
berhubungan dengan kejadian untuk usia 16-64 tahun untuk
hipertensi (p= 0,000) Odds Ratio (OR= melakukan aktifitas fisik sebanyak 300
2,203 CI 95% 0,152-0,328). menit perminggu (minimal 5 hari) atau
Kurangnya aktivitas fisik sebanyak 60 menit dalam 1 hari untuk
menyebabkan aliran darah di dalam mengurangi resiko terjadinya penyakit
tubuh tidak mengalir normal. Aktivitas tidak menular termasuk hipertensi.
fisik yang rutin dapat mengurangi Program pemerintah dalam
lemak jenuh, meningkatkan eliminasi upaya pencegahan penyakit
sodium yang terjadi karena perubahan kardiovaskuler membentuk Posbindu
fungsi ginjal, mengulangi plasma renin (Pos Binaan Terpadu) Penyakit tidak
dan aktivitas kotekolamin yang dapat menular tujuan dari pembentukan
mencegah terjadinya peningkatan Posbindu ini untu mendeteksi dini dan
tekanan dara (Rahl, 2010). pemantauan faktor resiko PTM
Sebagian besar masyarakat meliputi merokok, konsumsi minuman
Pasar Beringharjo melakukan aktivitas beralkohol, pola makan tidak sehat,
kurang aktivitas fisik, obesitas, stress dan segera merujuk ke fasilitas
hipertensi, hiperglikemi, kesehatan pelayanan dasar, salah satu
hiperkolesterol serta menindak lanjuti programnya seperti senam lansia, dan
secara dini faktor resiko yang jalan sehat ( Kemenkes RI, 2013).
ditemukan melalui konseling kesehatan

Tabel 4. 10 Cross Tabulating Analsis Pengetahuan


Responden Pekerja Pasar Beringharjo Kota Yogyakarta 2017.

Hipertensi Tidak
Variabel p-value OR CI 95%
Hipertensi
F % F %
1. Pengetahuan
Kurang 98 54,4 54 38,5
Cukup 73 40,6 77 55 0,011 1,632 1,120-
Baik 9 5 9 6,5 2,378
Total 180 100 140 100
Sumber : Data Primer 2017.
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa Dengan pendidikan tinggi maka
dari total responden yang berjumlah 320 seseorang akan mendapatkan informasi
orang, responden yang hipertensi paling baik dari orang lain maupun media
banyak dala kelompok dengan massa, semakin banyak informasi yang
pengetahuan kurang yaitu 98 responden masuk semakin banyak pula
(54,4%). Pengetahuan kurang pengetahuan yang didapat tentang
berhubungan dengan kejadian hipertensi kesehatan (Suhardi, dkk 2014).
(p=0,011). Odds Ratio (OR= 1,632, CI Rata-rata pendidikan yang
95 % 1,120-2,378). ditempuh masyarakat yang bekerja di
Dari total 320 responden Pasar Beringharjo yaitu SD bahkan
sebanyak 192 responden (60%) tidak sebagian besar dari mereka tidak
mengtahui bahwa mata berkunang- menempuh pendidikan atau tidak
kunang, dan pengeluaran darah dari sekolah. Sehingga, pengetahuan terkait
hidung merupakan tanda gejala management hipertensi sangat kurang.
hipertensi dan juga sebanyak 208 Selain itu, keterbatasan promosi
responden tidak mengtahui olahraga, kesehatan yang ada di Pasar Beringharjo
mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan sedikit sehingga masyarakat tidak
dapat mengurangi dampak hipertensi. mendapatkan informasi terkait hipertensi
Dari data diatas dapat diketahui bahwa secara menyeluruh.
sebagian besar masyarakat tidak Dari total 320 responden
menyadari tanda gejala dari penyakit sebanyak 192 responden (60%)
hipertensi dan juga tidak mengetahui menjawab ya, bahwa mata berkunang-
manajement untuk mengurangi dampak kunang, dan pengeluaran darah dari
hipertensi seperti berolahraga, hidung merupakan hal yang biasa dan
mengkonsumsi sayur-sayuran. bukan merupakan tanda gejala hipertensi
Pengetahuan sangat erat dan juga sebanyak 208 responden
hubungannya dengan pendidikan dimana menjawab tidak untuk olahraga,
dengan pendidikan tinggi semakin luas mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan
pengetahuannya. dapat mengurangi dampak hipertensi.
Pendidikan mempengaruhi Dari data diatas dapat diketahui bahwa
proses belajar, makin tinggi pendidikan sebagian besar masyarakat tidak
seseorang dalam menerima informasi. menyadari tanda gejala dari penyakit
hipertensi dan juga tidak mengetahui pendidikan (p=0,000), pekerjaan
manajement untuk mengurangi dampak (p=0,001), akses kelayanan kesehatan
hipertensi seperti berolahraga, (p=0,030), penghasilan (p=0,000),
mengkonsumsi sayur-sayuran. riwayat hipertensi keluarga (p=0,000),
obesitas (p=0,000), management
KESIMPULAN hipertensi (p=0,047), konsumsi makanan
Dari seluruh sampel yang berjumlah asin (p=0,000), makanan berlemak
320 orang, 180 (56,3%) orang (p=0,000), aktivitas fisik (p=0,000,)
mengalami hipertensi dan 140 orang merokok (p=0,000),
(43,8%) tidak mengalami hipertensi. pengetahuan(p=0,011) dan faktor yang
Faktor--faktor yang berhubungan tidak berhubungan adalah asal dengan
dengan kejadian hipertensi pada pekerja pvalue 0,825, dan konsumsi alkohol
sektor informal diantaranya adalah usia pvalue 0,070 karena pvalue > dari 0,05.
(p=0,000), jenis kelamin (p=0,003),
SARAN
Diharapkan agar pemerintah dapat dilakukan intervensi sesuai dengan
(Puskesmas) untuk melakukan intervensi kebutuhan di masyarakat.
hipertensi pada kelompok masyarakat Bagi Peneliti Selanjutnya hasil
Pasar yang ada di Indonesia, karena penelitian ini sebagai referensi untuk
Pasar merupakan komunitas yang cukup melanjutkan penelitian selanjutnya
besar, sehingga bisa berkoordinasi antar dengan menggunakan metode lain
instansi kesehatan dengan petugas pasar seperti teknik wawancara mendalam,
atau universitas. menggunakan kuesioner terbuka atau
Diharapkan Universitas observasi sehingga data dapat digali
‘Aisyiyah Yogyakarta melakukan secara mendalam dan menambahkan
penelitian secara berkelanjutan untuk variabel lain yang lebih spesifik
memberikan informasi dan pengetahuan sehingga nantinya akan mendapatkan
tentang faktor-faktor yang berhubungan informasi yang lebih luas dan lengkap.
dengan kejadian hipertensi sehingga

DAFTAR PUSTAKA
Abebe, S. M., Berhane, Y., Worku, A., & Associated Risk Factors among Adult
Getachew, A. 2015. Prevalence and Women in India. Journal of Population
Associated Factors of Hypertension  : and Social Studies Vol 25 No 1
A Crossectional Community Based
Study in Northwest Ethiopia, 241, 1–11. Berita Resmi Statistik BPS DIY. (2016).
Article diakses melalui Keadaan Ketenagakerjaan di DIY
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed pada Februari 2016. DIY
pada tanggal 29 Desember 2016 pukul
Dinas Kesehatan DIY. (2015). Seksi
17.00 WIB.
Pengendalian Penyakit Dinas
Anggara D, F. H dan Prayitno N. 2013 . Kesehatan Kota Yogyakarta. DIY
Faktor-faktor yang Berhubungan Dinas Kesehatan DIY. (2015). Profil
Dengan Tekanan Darah di Puskesmas Kesehatan Tahun 2015 Kota
Telaga Murni Cikarang Barat. Jakarta Yogyakarta. DIY
: Program Studi Kesehatan
Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. 2015.
Seksi Pengendalian Penyakit Dinas
Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol 5/No.1
Kesehatan Kota Yogyakarta.
Anand, Enu dan Singh, Jayakant. (2017). Yogyakarta.
Hypertension Stages and Their
Gerungan A., Kalesaran AF., Akili RH. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed .
2016. Hubungan antara umur, Tanggal 29 Desember 2016 pukul 22.15
aktivitas fisik dan Stress dengan WIB.
kejaadian hipertensi di Puskesmas Naik, Reshma., Kaneda, Toshiko. 2016.
Kawangkoan. Diakses Addressing Non-communicable desease
melaluihttp://medkesfkm.unsrat.ac.id/ risk factors among young people. Asia’s
wpcontent/uploads/2016/10/JURNAL- Window of Opportunity to Curb a
Aprillya-M.T.-Gerungan.pdf tanggal Growing Epidemic
28 Maret 2017 pukul 18.07 WIB
Okpechi, I. G. Dkk. 2014. Blood Pressure
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Gradients and Cardiovaskular Risk
2012. Promosi Kesehatan Di Daerah Factors in Urban and Rural
Bermasalah Kesehatan dalam Population in Abia State South Eastrn
Www.depkes.go.id, diakses Tanggal Nigeria Using the WHO STEPwise
27 Februari 2017. Approach. Vol.8
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peer, N., dkk. 2013. A High Burden of
2013. Buku Pintar Kader Hypertension in The Urban Black
Penyelenggaraan POSBINDU PTM. Population of Cape Town: The
Jakarta Cardiovaskuler Risk in Black South
Africans (CRIBSA) Study. Vol.8
Khanam, M. A., Lindeboom, W., Razzaque,
A., Niessen, L., & Milton, A. H. 2015. Ramirez, S.S. dkk. 2010. Prevalence and
Prevalence and determinants of pre- Correlates of Hypertension: A Cross-
hypertension and hypertension among Sectional Study Among Rural
the adults in rural Bangladesh  : Populations in Sub – Saharan Africa.
findings from a community-based study. Journal of Human Hypertension
Article diakses melalui
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed Sulistyowati. 2010. Faktor-faktor yang
08 Februari 2017 pukul 19.00 WIB. Berhubungan dengan Kejadian
Hipertensi di Kampung Bottonn
Lina, N. Dkk. 2013. Analisis Pengaruh Kelurahan Magelang Kecamatan
Paparan Asap Rokok di Rumah pada Magelang Tengah Kota Magelang.
Wanita Terhadap Kejadian Hipertensi. SKRIPSI
Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 1,
No.2 United Nations (UN) Population Division
2015. World Population Prospects: The
Moreira JP, dkk. 2013. Prevalence of self 2015 Revision (New York: UN, 2015);
Reported Systematic Arterial and WHO, Noncommunicable Diseases
Hypertension in Urban and Rural Country Profiles 2014.
Environments in Brazil : A World Health Organization. 2014. WHO
Population-Based Study. global action plan for the prevention
and control of non-communicable
Mussa, B. M., Abduallah, Y., & Abusnana, desease 2000-2015.
S. 2016. Journal of Cetes & Metabolism http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/
Prevalence of Hypertension and 94384/1/9789241506236_eng. pdf?ua=1
Obesity among Emirati Patients with diakses pada tanggal 15 Februari 2017,
Type 2 Diabetes. Jurnals of Diabetes pukul 21.00 WIB.
and Metabolism 7(1), 1–5. Diakses
melalui
World Health Organization. 2014. Global for health. Diakses melalui: http://
Status Report on Noncommunicable www.who.int/dietphysicalactivity/physi
Diseases 2014 (Geneva: WHO, 2014). cal-activity-recommendations-18-
64years.pdf
World Health Organization. 2011. Global
recommendations on physical activity

Anda mungkin juga menyukai