Askep Glukoma
Askep Glukoma
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “ Asuhan keperawatan
Glaukoma” ini dengan baik. Makalah ini dipergunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III.
Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak, baik dalam bentuk moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga penulisan makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari makalah ini masih jauh sempurna, oleh karena itu, kami
mengharapkan masukan baik kritik maupun saran yang sifatnya membangun dari para
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, serta tenaga
kesehatan pada khususnya. Akhir kata dari penulis, semoga Allah SWT selalu memberikan
petunjuk, hidayah dan rahmat-Nya bagi kita semua, Amin.
Bab 1 pendahuluan.......................................................................................................
1.Latar belakang..............................................................................................................
2. Tujuan........................................................................................................................
1. Pengertian..........................................................................................................
2. Anfis .................................................................................................................
3. Etiologi ............................................................................................................
4. Woc..................................................................................................................
5. Klasifikasi........................................................................................................
6. Tanda dan gejala..............................................................................................
7. Menifestasi........................................................................................................
8. Pemeriksaan penunjang....................................................................................
9. Penatalaksanaan.................................................................................................
10. Komplikasi.........................................................................................................
1. Pengkajian..........................................................................................................
2. Diagnosa...........................................................................................................
3. Intervensi.........................................................................................................
4. Implementasi....................................................................................................
1. Pengkajian.........................................................................................................
2. Diagnosa............................................................................................................
3. Intervensi..........................................................................................................
4. implementasi ....................................................................................................
Bab 5 Penutup................................................................................................................
1. kesimpulan........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan manusia.
Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan kebutuhan
yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan sempitnya lapangan kerja, hanya orang-orang
yang sempurna dengan segala indranya saja yang mendapat kesempatan kerja termasuk
matanya.mata merupakan anggota badan yang sangat peka. Trauma seperti debu sekecil
apapun yang masuk kedalam mata, sudah cukup untuk menimbulkangangguan yang hebat,
apabila keadaan ini diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang sangat gawat. Salah satu
penyakitnya yaitu glaukoma. Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia
setelah katarak. Diperkirakan 66 juta penduduk dunia sampai tahun 2010 akan menderita
gangguan penglihatan karena glaukoma. Kebutaan karena glaukoma tidak bisa disembuhkan,
tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan. Glaukoma disebut sebagai
pencuri penglihatan karena sering berkembang tanpa gejala yang nyata. Penderita glaukoma
sering tidak menyadari adanya gangguan penglihatan sampai terjadi kerusakan penglihatan
yang sudah lanjut. Diperkirakan 50% penderita glaukoma tidak menyadari mereka menderita
penyakit tersebut. Karena kerusakan yang disebabkan oleh glaukoma tidak dapat diperbaiki,
maka deteksi, diagnosa dan penanganan harus dilakukan sedini mungkin.
2. Tujuan penulisan
1) Tujuan umum:
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur sistem
persepsi sensori dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/i tentang glaukoma dan
tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit glukoma.
2) Tujuan khusus:
a.Untuk mengetahui definisi dari glaukoma.
b.Untuk mengetahui klasifikasi glaukoma.
c.Untuk mengetahui etiologi glaukoma.
d.Untuk mengetahui patofisiologi glaukoma.
e.Untuk mengetahui manifestasi klinis glaukoma.
f.Untuk mengetahui pemeriksaan medis glaukoma.
g.Untuk mengetahui penatalaksanaan glaukoma.
h.Untuk mengetahui asuhan keperawatan glaukoma
BAB II
Konsep dasar keperawatan
1. Pengertian Glaukoma
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma adalah
sekelompok gangguan gangguan yangbmelibatkan beberapa perubahan atau gejala patologis
yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan segalah akibatnya.
(Indriana dan N Istiqomah; 2004). Glaukoma adaah suatu penyakit yang ditandai dengan
adanya peningkatan tekanan intraokuler, penggaungan, dan degenerasi saraf oftik serta defak
lapang pandang yang khas. (Tamsuri A; 2010)
Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra
okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan pupil syaraf
optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam
pengelihatan. (Martinelli; 1991 dan Sunaryo Joko Waluyo; 2009). Glaukoma adalah suatu
penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf
optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan (Dwindra M; 2009). Glaukoma
adalah suatu penyakit dimana tekanan didalam bola mata meningkat sehingga terjadi
kerusakan saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan.
Glaukoma adalah sekelompok kelainan/kerusakan mata yang ditandai dengan
berkurangnya peningkatan tekanan (Barbara C. Long). Glaukoma adalah kelompok penyakit
mata yang ditandai dengan berkurangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf optikus
kerusakan ini berhubungan dengan peningkatan TIO yang terlalu tinggi. (Brunner &
Suddarth). Semakin tinggi tekanannya, semakin cepat kerusakan saraf optikus tersebut
berlangsung. Peningkatan TIO terjadi akibat perubahan patologis yang menghambat
peredaran normal humor aques
2. Anatomi fisiologi
3. Etiologi
Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah perubahan anatomi sebagai
bentuk gangguan mata atau sistemik lainnya, trauma mata, dan predisposisi faktor genetik.
Glaukoma sering muncul sebagai manifestasi penyakit atau proses patologik dari sistem
tubuh lainnya. Adapun faktor resiko timbulnya glaukoma antara lain riwayat glauakoma pada
keluarga, diabetes melitus dan pada orang kulit hitam.
4. Woc
5. klasifikasi
1. Glaukoma primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu timbul pada
mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit pada kedua mata.
Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM Arteri osklerosis,
pemakaian kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-lain dan
berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-95%), yang
meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang disebut sudut terbuka
karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat
oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan.
Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose
dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat
dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
b. Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena ruang anterior
secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan
trabekuler dan menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlemm. Pargerakan iris ke
depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan diruang posterior atau
lensa yang mengeras karena usia tua. Gejalah yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan
meningkatnya TIO, dapat nyeri mata yang berat, penglihatan kabur. Penempelan iris
memyebabkan dilatasi pupil, tidak segera ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang
hebat.
2. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang
menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam mata. Kondisi ini
secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang terlibat dalam sirkulasi dan atau
reabsorbsi akueos humor. Gangguan ini terjadi akibat:
Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada katarak
Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari jaringan uvea
Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris
3. Glaukoma kongenital
Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah kelahiran,
biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak berfungsi
dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran
mata bayi, bagian depan mata berair, berkabut dan peka terhadap cahaya. Glaukoma
Kongenital merupakan perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder
terhadap kelainan mata sistemik jarang (0,05%) manifestasi klinik biasanya adanya
pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia blepharospme.
6.Tanda dan gejala
Gejala Glaukoma
Gejala yang muncul akan berbeda-beda pada setiap penderita glaukoma. Akan tetapi
penderita glaukoma umumnya mengalami gangguan penglihatan. Beberapa gangguan
penglihatan yang muncul dapat berupa:
Penglihatan kabur
Terdapat lingkaran seperti pelangi ketika melihat ke arah cahaya terang
Memiliki sudut buta (blind spot)
Kelainan pada pupil mata, seperti ukuran pupil mata tidak sama.
Penyebab Glaukoma
Diduga kelainan gen merupakan faktor utama terjadinya glaukoma. Ditambah lagi ada
beberapa faktor sekunder yang menjadi penyebab glaukoma seperti :
7. menifestasi klinis
5.Visus menurun.
6.Edema kornea.
7.Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
1. Glaukoma primer
2.Glaukoma sekunder
Pembesaran bola mata
Gangguan lapang pandang
Nyeri didalam mata
3.Glaukoma kongential
Gangguan penglihatan
8.Pemeriksaan penunjang
a.Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal empat cara
tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :
Palpasi atau digital dengan jari telunjuk
Indentasi dengan tonometer schiotz
Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
Nonkontak pneumotonometri
Tonomerti Palpasi atau Digital
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat, sebab cara
mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat digunakan dalam keadaan terpaksa dan
tidak ada alat lain. Caranya adalah dengan dua jari telunjuk diletakan diatas bola mata sambil
pendertia disuruh melihat kebawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab menutup mata
mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola mata, hingga apa yang
kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan perasaan keras. Dilakukan dengan
palpasi : dimana satu jari menahan, jari lainnya menekan secara bergantian. Tinggi rendahnya
tekanan dicatat sebagai berikut :
N : normal
N + 1 : agak tinggi
N + 2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
N – 1 : lebih rendah dari normal
N – 2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya
b.Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan
menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi diperlukan untuk
menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.
c.Oftalmoskopi
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan papil saraf
optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik. Papil saraf optik yang dinilai
adalah warna papil saraf optik dan lebarnya ekskavasi. Apakah suatu pengobatan berhasil
atau tidak dapat dilihat dari ekskavasi yang luasnya tetap atau terus melebar.
2). Pemeriksaan lapang pandang
a.Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih
lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan ditemukan di daerah tepi,
yang kemudian meluas ke tengah.
b.Pemeriksaan lapang pandang sentral: mempergunakan tabir Bjerrum, yang meliputi
daerah luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini lapang pandang ditemukan para sentral
yang dinamakan skotoma
9. Penatalaksanaan
Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan TIO, membuka sudut yang
tertutup (pada glaukoma sudut tertutup), melakukan tindakan suportif (mengurangi nyeri,
mual, muntah, serta mengurangi radang), mencegah adanya sudut tertutup ulang serta
mencegah gangguan pada mata yang baik (sebelahnya).
Penurunan humor aqueus dapat juga dilakukan dengan memberikan agens penyekat
beta adrenergik seperti latanoprost (Xalatan), timolol (Timopic), atau levobunolol (Begatan).
Untuk melancarakan aliran humor aqueus, dilakukan konstriksi pupil dengan miotikum
seperti pilocarpine hydrochloride 2-4% setiap 3-6 jam. Miotikum ini menyebabkan
pandangan kabur setelah 1-2 jam penggunaan. Pemberian miotikum dilakukan apabila telah
terdapat tanda-tanda penurunan TIO. Penanganan nyeri, mual, muntah, dan peradangan
dilakukan dengan memberikan analgesik seperti pethidine (Demerol), anti muntah atau
kostikosteroid untuk reaksi radang.
Jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan operasi untuk membuka saluran schlemm
sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat keluar dengan mudah. Tindakan pembedahan
dapat dilakukan seperti trabekulektomi dan laser trabekuloplasti. Bila tindakan ini gagal,
dapat dilakukan siklokrioterapi (Pemasanag selaput beku).
10.Komplikasi
Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan bola mata
memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan yaitu kornea terlihat keruh,
bilik mata dangkal, pupil atropi dengan ekska%asi. penggaungan0 glaukomatosa, mata keras
seperti batu dan dengan rasa sakit. 8ata dengan kebutaan mengakibatkan penyumbatan
pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neo%askularisasi pada iris yang
dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. pengobatan kebutaan ini dapat dilakukan dengan
memberikan sinar beta pada badan siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alcohol
retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi
dan memberikan rasa sakit.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERASI
A. Pengkajian
1. Identifikasi Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, tgl MRS, diagnosa
medis, suku bangsa, status perkawinan.
2. Keluhan Utama
Terjadi tekanan intra okuler yang meningkat mendadak sangat tinggi, nyeri hebat di
kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai terjadi nyeri
hebat di kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami penyakit glaukoma sebelumnya atau tidak dan apakah terdapat
hubungan dengan penyakit yang diderita sebelumnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga ditemukan beberapa anggota keluarga dalam garis vertikal atau
horisontal memiliki penyakit yang serupa.
4. Pola – pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Persepsi klien dalam menilai / melihat dari pengetahuan klien tentang penyakit yang
diderita serta kemampuan klien dalam merawat diri dan juga adanya perubahan
dalam pemeliharaan kesehatan.
b. Pola nutrisi dan metabolic
Pada umumnya klien dengan glaukoma tidak mengalami perubahan. Pada pola
nutrisi dan metabolismenya. Walaupun begitu perlu dikaji pola makan dan
komposisi, berapa banyak / dalam porsi, jenis minum dan berapa banyak jumlahnya.
c. Pola eliminasi
Pada kasus ini pola eliminasinya tidak mengalami gangguan, akan tetapi tetap dikaji
konsestansi, banyaknya warna dan baunya.
d. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat akan menurun, klien akan gelisah / sulit tidur karena nyeri /
sakit hebat menjalar sampai kepala.
e. Pola aktivitas
Dalam aktivitas klien jelas akan terganggu karena fungsi penglihatan klien
mengalami penurunan.
f. persepsi konsep diri
Meliputi : Body image, self sistem, kekacauan identitas, rasa cemas terhadap
penyakitnya, dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri.
g. Pola sensori dan kognitif
Pada klien ini akan menjadi/ mengalami gangguan pada fungsi penglihatan dan pada
kongnitif tidak mengalami gangguan. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran
cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma
akut). Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda : Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.Peningkatan
air mata.
h. Pola hubungan dan peran
Bagimana peran klien dalam keluarga dimana meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain, apakah mengalami perubahan karena penyakit yang
dideritanya.
i. Pola reproduksi
Pada pola reproduksi tidak ada gangguan.
j. Pola penanggulangan stress
Biasanya klien akan merasa cemas terhadap keadaan dirinya dan fungsi
penglihatannya serta koping mekanis yang ditempuh klien bisa tidak efektif.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya klien tidak mengalami gangguan.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Didapatkan pada klien saat pengkajian, keadaan, kesadarannya, serta pemeriksaan
TTV.
b. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Meliputi kebersihan mulut, rambut, klien menyeringai nyeri hebat pada kepala,
mata merah, edema kornea, mata terasa kabur.
c. Pemeriksaan Integumen
Meliputi warna kulit, turgor kulit.
d. Pemeriksaan Sistem Respirasi
Meliputi frekwensi pernafasan bentuk dada, pergerakan dada.
e. Pemeriksaan Kardiovaskular
Meliputi irama dan suara jantung.
f. Pemeriksaan Sistem Gastrointestinal
Pada klien dengan glaukoma ditandai dengan mual muntah.
g. Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
Meliputi pergerakan ekstermitas.
h. Pemeriksaan Sistem Endokrin
Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya glaukoma dalam sistem endokrin.
i. Pemeriksaan Genitouria
Tidak ada disuria, retesi urin, inkontinesia urine.
j. Pemeriksaan Sistem Pernafasan
Pada umumnya motorik dan sensori terjadi gangguan karena terbatasnya lapang
pandang.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau
vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina
atau jalan optik.
b. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada
hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
c. Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
d. Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glaukoma.
e. Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau
hanya meningkat ringan.
f. Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
g. Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosis.
i. Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
B. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1.Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis
2.Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengangangguan penerimaan,
gangguan status organ indra
3.Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan sistem saraf
Post operasi
1.Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi.
2.Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Implementasi
1. Pengkajian
1) Identitas
a. Nama
b. Alamat
c. Jenis kelamin
d. Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun.
e. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5 kali
dari kulit putih (dewit, 1998).
f. Pekerjan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata.
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: Pasien biasanya mengeluh berkurangnya lapang pandang
dan mata menjadi kabur.
b. Riwayat kesehatan sekarang: Pasien mengatakan matanya kabur dan
sering menabrak, gangguan saat membaca
c. Riwayat kesehatan dahulu: kaji adanya masalah mata sebelumnya atau
pada saat itu, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi
pupil yang akhirnya dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma),
riwayat trauma (terutama yang mengenai mata), penyakit lain yang
sedang diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia tinggi).
d. Riwayat kesehatan keluarga: kaji apakah ada kelurga yang menglami
penyakit glaucoma sudut terbuka primer.
POST OPERASI
makan - Ganti
peralatan
untuk setiap
pasien sesuai
protokol
institusi
- Isolaso orang
yang terkena
penyakit
tertular
- Tempatkan
isolasi sesuai
tindakan
pencegahan
yang sesuai
- Batasi jumlah
pengunjung
Implementasi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidaklangsung,
yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakinlama akan
semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena
saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bolamata akan membesar
dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada
di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga
saraf mata akan mati.
Glaukoma dapat diklasifikasi menjadi 3 yaitu: glaukoma primer, sekunder
dankongenital. Adapun tanda dan gejalanya adalah kornea suram, sakit kepala , nyeri,
lapang pandang menurun, dll. Komplikasi dari glaucoma adalah kebutaan.Penata
laksanaannya dapat dilakukan berbagai terapi obat-obatan, sala satunya adalah dengan
pemberian terapi timolol yang bertujuan untuk menurunkan intraokuler (TIO).
B. Saran
1. Bagi petugas kesehatan atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan khususnya pada glaukoma untuk pencapaian kualitas keperawatan secara
optimaldansebaiknyaproses keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan.
2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatankarena
bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurnamaka
penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya penjelasan
pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.
3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkanasuhan
keperawatan yang benar pada klien dengan glaukoma
DAFTAR PUSTAKA
Andrea Lalita. 2016. Pencapaian tekanan intraokuler pasca pemberian timolol maleat
0,5% pada glaukoma susut terbuka primer di poloklinik mata RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado tahun 2012-201. Manado: Fakultas Kedokteran Universitas
SamRatulangi.
Dina Ameliana. 2014. Perbandingan Penurunan Tekanan Intraokuler Pada Terapi
Timololmaleat dan Dorsalamid Pasien Glaukom. Semarang: Fakultas Kedokteran
UniversitasDiponegoro.
https://www.academia.edu/37854485/Askep_glaukoma.docx