Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “ Asuhan keperawatan
Glaukoma” ini dengan baik. Makalah ini dipergunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III.
Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak, baik dalam bentuk moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga penulisan makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari makalah ini masih jauh sempurna, oleh karena itu, kami
mengharapkan masukan baik kritik maupun saran yang sifatnya membangun dari para
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, serta tenaga
kesehatan pada khususnya. Akhir kata dari penulis, semoga Allah SWT selalu memberikan
petunjuk, hidayah dan rahmat-Nya bagi kita semua, Amin.

Padang,12 oktober 2019


DAFTAR ISI
Kata pengantar

Bab 1 pendahuluan.......................................................................................................

1.Latar belakang..............................................................................................................

2. Tujuan........................................................................................................................

Bab 2 kensep dasar keperawatan ...................................................................................

1. Pengertian..........................................................................................................
2. Anfis .................................................................................................................
3. Etiologi ............................................................................................................
4. Woc..................................................................................................................
5. Klasifikasi........................................................................................................
6. Tanda dan gejala..............................................................................................
7. Menifestasi........................................................................................................
8. Pemeriksaan penunjang....................................................................................
9. Penatalaksanaan.................................................................................................
10. Komplikasi.........................................................................................................

Bab 3 Askep pre-op.........................................................................................................

1. Pengkajian..........................................................................................................
2. Diagnosa...........................................................................................................
3. Intervensi.........................................................................................................
4. Implementasi....................................................................................................

Bab 4 Askep post-op......................................................................................................

1. Pengkajian.........................................................................................................
2. Diagnosa............................................................................................................
3. Intervensi..........................................................................................................
4. implementasi ....................................................................................................

Bab 5 Penutup................................................................................................................

1. kesimpulan........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan manusia.
Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan kebutuhan
yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan sempitnya lapangan kerja, hanya orang-orang
yang sempurna dengan segala indranya saja yang mendapat kesempatan kerja termasuk
matanya.mata merupakan anggota badan yang sangat peka. Trauma seperti debu sekecil
apapun yang masuk kedalam mata, sudah cukup untuk menimbulkangangguan yang hebat,
apabila keadaan ini diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang sangat gawat. Salah satu
penyakitnya yaitu glaukoma. Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia
setelah katarak. Diperkirakan 66 juta penduduk dunia sampai tahun 2010 akan menderita
gangguan penglihatan karena glaukoma. Kebutaan karena glaukoma tidak bisa disembuhkan,
tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan. Glaukoma disebut sebagai
pencuri penglihatan karena sering berkembang tanpa gejala yang nyata. Penderita glaukoma
sering tidak menyadari adanya gangguan  penglihatan sampai terjadi kerusakan penglihatan
yang sudah lanjut. Diperkirakan 50% penderita glaukoma tidak menyadari mereka menderita
penyakit tersebut. Karena kerusakan yang disebabkan oleh glaukoma tidak dapat diperbaiki,
maka deteksi, diagnosa dan penanganan harus dilakukan sedini mungkin.
2. Tujuan penulisan
1) Tujuan umum:
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur sistem
persepsi sensori dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/i tentang glaukoma dan
tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit glukoma.
2) Tujuan khusus:
a.Untuk mengetahui definisi dari glaukoma.
b.Untuk mengetahui klasifikasi glaukoma.
c.Untuk mengetahui etiologi glaukoma.
d.Untuk mengetahui patofisiologi glaukoma.
e.Untuk mengetahui manifestasi klinis glaukoma.
f.Untuk mengetahui pemeriksaan medis glaukoma.
g.Untuk mengetahui penatalaksanaan glaukoma.
h.Untuk mengetahui asuhan keperawatan glaukoma
BAB II
Konsep dasar keperawatan
1. Pengertian Glaukoma
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma adalah
sekelompok gangguan gangguan yangbmelibatkan beberapa perubahan atau gejala patologis
yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan segalah akibatnya.
(Indriana dan N Istiqomah; 2004). Glaukoma adaah suatu penyakit yang ditandai dengan
adanya peningkatan tekanan intraokuler, penggaungan, dan degenerasi saraf oftik serta defak
lapang  pandang yang khas. (Tamsuri A; 2010)
Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra
okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau  pencekungan pupil syaraf
optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam
pengelihatan. (Martinelli; 1991 dan Sunaryo Joko Waluyo; 2009). Glaukoma adalah suatu
penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf
optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan (Dwindra M; 2009). Glaukoma
adalah suatu penyakit dimana tekanan didalam bola mata meningkat sehingga terjadi
kerusakan saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan.
Glaukoma adalah sekelompok kelainan/kerusakan mata yang ditandai dengan
berkurangnya peningkatan tekanan (Barbara C. Long). Glaukoma adalah kelompok penyakit
mata yang ditandai dengan berkurangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf optikus
kerusakan ini berhubungan dengan peningkatan TIO yang terlalu tinggi. (Brunner &
Suddarth). Semakin tinggi tekanannya, semakin cepat kerusakan saraf optikus tersebut
berlangsung. Peningkatan TIO terjadi akibat perubahan patologis yang menghambat
peredaran normal humor aques
2. Anatomi fisiologi
3. Etiologi
Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah perubahan anatomi sebagai
bentuk gangguan mata atau sistemik lainnya, trauma mata, dan predisposisi faktor genetik.
Glaukoma sering muncul sebagai manifestasi penyakit atau proses  patologik dari sistem
tubuh lainnya. Adapun faktor resiko timbulnya glaukoma antara lain riwayat glauakoma pada
keluarga, diabetes melitus dan pada orang kulit hitam.
4. Woc

5. klasifikasi
1. Glaukoma primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu timbul pada
mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit  pada kedua mata.
Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM Arteri osklerosis,
pemakaian kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan  progresif dan lain-lain dan
berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-95%), yang
meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan  berkembang disebut sudut terbuka
karena humor aqueous mempunyai  pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat
oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yg  berdekatan.
Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose
dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat
dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
b. Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena ruang anterior
secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan
trabekuler dan menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlemm. Pargerakan iris ke
depan dapat karena  peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan diruang posterior atau
lensa yang mengeras karena usia tua. Gejalah yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan
meningkatnya TIO, dapat nyeri mata yang berat,  penglihatan kabur. Penempelan iris
memyebabkan dilatasi pupil, tidak segera ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang
hebat.
2. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang
menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam mata. Kondisi ini
secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang terlibat dalam sirkulasi dan atau
reabsorbsi akueos humor. Gangguan ini terjadi akibat:
 Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada katarak
 Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari jaringan uvea
 Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris
3. Glaukoma kongenital
Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah kelahiran,
biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak berfungsi
dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran
mata bayi, bagian depan mata berair, berkabut dan  peka terhadap cahaya. Glaukoma
Kongenital merupakan perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder
terhadap kelainan mata sistemik jarang (0,05%) manifestasi klinik biasanya adanya
pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia  blepharospme.
6.Tanda dan gejala
Gejala Glaukoma
Gejala yang muncul akan berbeda-beda pada setiap penderita glaukoma. Akan tetapi
penderita glaukoma umumnya mengalami gangguan penglihatan. Beberapa gangguan
penglihatan yang muncul dapat berupa:

 Penglihatan kabur
 Terdapat lingkaran seperti pelangi ketika melihat ke arah cahaya terang
 Memiliki sudut buta (blind spot)
 Kelainan pada pupil mata, seperti ukuran pupil mata tidak sama.
Penyebab Glaukoma

Diduga kelainan gen merupakan faktor utama terjadinya glaukoma. Ditambah lagi ada
beberapa faktor sekunder yang menjadi penyebab glaukoma seperti :

 Cedera akibat paparan zat kimia


 Infeksi
 Peradangan
 Penyumbatan pembuluh darah

7. menifestasi klinis 

 1.Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).

2 Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.

3.Mual, muntah, berkeringat.

4.Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.

5.Visus menurun.

6.Edema kornea.

7.Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).

8.Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.

9.TIO meningkat.(Tamsuri A, 2010 : 74-75)

1. Glaukoma primer

 a.Glaukoma sudut terbuka


 Kerusakan %isus yang serius
 Lapang pandang mengecil dengan maca-macam skottoma yang khas
 Perjalanan penyakit progresif lambat 
b.Glaukoma sudut tertutup
 Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
 imbulnya halo7pelangi disekitar cahaya
 andangan kabur 
 Sakit kepala
 Mual, muntah
 Kedinginan
 Demam baahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang sangat sedemikian
kuatnya keluhan mata.gangguan penglihatan, fotofobia dan lakrimasi0 tidak begitu
dirasakan oleh klien

2.Glaukoma sekunder
 Pembesaran bola mata
 Gangguan lapang pandang
 Nyeri didalam mata

3.Glaukoma kongential
 Gangguan penglihatan

8.Pemeriksaan penunjang

1). Pemeriksaan tajam pengelihatan.

a.Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal empat cara
tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :
 Palpasi atau digital dengan jari telunjuk
 Indentasi dengan tonometer schiotz
 Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
 Nonkontak pneumotonometri
Tonomerti Palpasi atau Digital
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat, sebab cara
mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat digunakan dalam keadaan terpaksa dan
tidak ada alat lain. Caranya adalah dengan dua jari telunjuk diletakan diatas bola mata sambil
pendertia disuruh melihat kebawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab menutup mata
mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola mata, hingga apa yang
kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan  perasaan keras. Dilakukan dengan
palpasi : dimana satu jari menahan, jari lainnya menekan secara bergantian. Tinggi rendahnya
tekanan dicatat sebagai  berikut :
 N : normal
 N + 1 : agak tinggi
 N + 2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
 N – 1 : lebih rendah dari normal
 N – 2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya
b.Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan
menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi diperlukan untuk
menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.
c.Oftalmoskopi
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan  papil saraf
optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik. Papil saraf optik yang dinilai
adalah warna papil saraf optik dan lebarnya ekskavasi. Apakah suatu pengobatan berhasil
atau tidak dapat dilihat dari ekskavasi yang luasnya tetap atau terus melebar.
2). Pemeriksaan lapang pandang
a.Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih
lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan ditemukan di daerah tepi,
yang kemudian meluas ke tengah.  
b.Pemeriksaan lapang pandang sentral: mempergunakan tabir Bjerrum, yang meliputi
daerah luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini lapang pandang ditemukan para sentral
yang dinamakan skotoma

9. Penatalaksanaan

Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan TIO, membuka sudut yang
tertutup (pada glaukoma sudut tertutup), melakukan tindakan suportif (mengurangi nyeri,
mual, muntah, serta mengurangi radang), mencegah adanya sudut tertutup ulang serta
mencegah gangguan pada mata yang baik (sebelahnya).

Upaya menurunkan TIO dilakukan dengan memberikan cairan hiperosmotik seperti


gliserin per oral atau dengan menggunakan manitol 20% intravena. Humor aqueus ditekan
dengan memberikan karbonik anhidrase seperti acetazolamide (Acetazolam, Diamox).
Dorzolamide (TruShop), methazolamide (Nepthazane).

Penurunan humor aqueus dapat juga dilakukan dengan memberikan agens penyekat
beta adrenergik seperti latanoprost (Xalatan), timolol (Timopic), atau levobunolol (Begatan).
Untuk melancarakan aliran humor aqueus, dilakukan konstriksi pupil dengan miotikum
seperti pilocarpine hydrochloride 2-4% setiap 3-6 jam. Miotikum ini menyebabkan
pandangan kabur setelah 1-2 jam penggunaan. Pemberian miotikum dilakukan apabila telah
terdapat tanda-tanda penurunan TIO. Penanganan nyeri, mual, muntah, dan peradangan
dilakukan dengan memberikan analgesik seperti pethidine (Demerol), anti muntah atau
kostikosteroid untuk reaksi radang.

Jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan operasi untuk membuka saluran schlemm
sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat keluar dengan mudah. Tindakan pembedahan
dapat dilakukan seperti trabekulektomi dan laser trabekuloplasti. Bila tindakan ini gagal,
dapat dilakukan siklokrioterapi (Pemasanag selaput beku).

Penatalaksanaan keperawatan lebih menekankan pada pendidikan kesehatan fungsi


pengelihatan, tetapi hanya mempertahankan fungsi  pengelihatan yang masi terhadap
penderita dan keluarganya karena 90% dari penyakit glaukoma merupakan  penyakit kronis
dengan hasil pengobatan yang tidak permanen. Kegagalan dalam  pengobatan untuk
mengontrol glaukoma dan adanya pengabaian untuk mempertahankan pengobatan dapat
menyebabkan kehilangan pengelihatan progresif dan mengakibatkan kebutaan. Klien yang
mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang  penyakit ini serta
penatalaksanaannya, efek pengobatan, dan tujuan akhir pengobatan itu. Pendidikan kesehatan
yang diberikan harus menekan bahwa pengobatan bukan untuk mengembalikan ada.

10.Komplikasi

Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan bola mata
memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan yaitu kornea terlihat keruh,
bilik mata dangkal, pupil atropi dengan ekska%asi. penggaungan0 glaukomatosa, mata keras
seperti batu dan dengan rasa sakit. 8ata dengan kebutaan mengakibatkan penyumbatan
pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neo%askularisasi pada iris yang
dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. pengobatan kebutaan ini dapat dilakukan dengan
memberikan sinar beta pada badan siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alcohol
retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi
dan memberikan rasa sakit.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERASI
A. Pengkajian
1. Identifikasi Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, tgl MRS,  diagnosa
medis, suku bangsa, status perkawinan.
2.  Keluhan Utama
Terjadi tekanan intra okuler yang meningkat mendadak sangat tinggi, nyeri hebat di
kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai terjadi nyeri
hebat di kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami penyakit glaukoma sebelumnya atau tidak dan apakah terdapat
hubungan dengan penyakit yang diderita sebelumnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga ditemukan beberapa anggota keluarga dalam garis vertikal atau
horisontal memiliki penyakit yang serupa.
4. Pola – pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Persepsi klien dalam menilai / melihat dari pengetahuan klien tentang penyakit yang
diderita serta kemampuan klien dalam merawat diri dan juga adanya perubahan
dalam pemeliharaan kesehatan. 
b.  Pola nutrisi dan metabolic
Pada umumnya klien dengan glaukoma tidak mengalami perubahan. Pada pola
nutrisi dan metabolismenya. Walaupun begitu perlu dikaji pola makan dan
komposisi, berapa banyak / dalam porsi, jenis minum dan berapa banyak jumlahnya.
c. Pola eliminasi
Pada kasus ini pola eliminasinya tidak mengalami gangguan, akan tetapi tetap dikaji
konsestansi, banyaknya warna dan baunya.
d. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat akan menurun, klien akan gelisah / sulit tidur karena nyeri /
sakit hebat menjalar sampai kepala.
e. Pola aktivitas
Dalam aktivitas klien jelas akan terganggu karena fungsi penglihatan klien
mengalami penurunan.
f. persepsi konsep diri
Meliputi : Body image, self sistem, kekacauan identitas, rasa cemas terhadap
penyakitnya, dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri.
g.  Pola sensori dan kognitif
Pada klien ini akan menjadi/ mengalami gangguan pada fungsi penglihatan dan pada
kongnitif tidak mengalami gangguan. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran
cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma
akut). Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda : Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.Peningkatan
air mata.
h.  Pola hubungan dan peran
Bagimana peran klien dalam keluarga dimana meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain, apakah mengalami perubahan karena penyakit yang
dideritanya.
i. Pola reproduksi
Pada pola reproduksi tidak ada gangguan.
j. Pola penanggulangan stress
Biasanya klien akan merasa cemas terhadap keadaan dirinya dan fungsi
penglihatannya serta koping mekanis yang ditempuh klien bisa tidak efektif.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya klien tidak mengalami gangguan.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Didapatkan pada klien saat pengkajian, keadaan, kesadarannya, serta pemeriksaan
TTV.
b. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Meliputi kebersihan mulut, rambut, klien menyeringai nyeri hebat pada kepala,
mata merah, edema kornea, mata terasa kabur.
c. Pemeriksaan Integumen
Meliputi warna kulit, turgor kulit.
d. Pemeriksaan Sistem Respirasi
Meliputi frekwensi pernafasan bentuk dada, pergerakan dada.
e. Pemeriksaan Kardiovaskular
Meliputi irama dan suara jantung.
f. Pemeriksaan Sistem  Gastrointestinal
Pada klien dengan glaukoma ditandai dengan mual muntah.
g. Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
Meliputi pergerakan ekstermitas.
h. Pemeriksaan Sistem Endokrin
Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya glaukoma dalam sistem endokrin.
i. Pemeriksaan Genitouria
Tidak ada disuria, retesi urin, inkontinesia urine.
j. Pemeriksaan Sistem Pernafasan
Pada umumnya motorik dan sensori terjadi gangguan karena terbatasnya lapang
pandang.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau
vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina
atau jalan optik.
b. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada
hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
c. Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
d. Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glaukoma.
e. Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau
hanya meningkat ringan.
f. Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
g. Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosis.
i. Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.

B. Diagnosa Keperawatan
 Pre operasi
1.Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis
2.Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengangangguan penerimaan,
gangguan status organ indra
3.Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan sistem saraf
 Post operasi
1.Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi.
2.Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

C. Rencana Asuhan Keperawatan


PRE OPERASI

No Diagnosa Noc Nic


keperawatan
1. Nyeri kronis Kontrol nyeri Menajemen nyeri
berhubungan Indikator : Aktivitas-aktivitas :
dengan kerusakan - Mengenali kapan nyeri
saraf terjadi - Lajukan pengkaian
- Mengambarkan faktor nyeri konprehensif
penyebab yang meliputi lokasi
- Menggunakan tindakan karakteristik,
pencegahan oset/durasi,
- Melaporkan perubahan frekuensi, intensitas
terhadap gejala nyeri atau beratnya nyeri
pada profesional - Observasi adanya
kesehatan petunjuknon verbal
- Mengenali apa yang mengenai ketidak
nyamanan terutama
terkait dengan gejala kepada mereka yang
nyeri tidak dapat
berkomonikasi
secara efektif
- Pastikan perawatn
alnagestik bagi
pasien di lakukan
dengan pemantau
yang ketat
- Pertimbangkan
pengaruh gaya
terhadap pontesi
nyeri
- Tentukan akibat dari
pengalaman nyeri
terhadap kuaitas
hidup pasien
- Gali ersama pasien
faktor-faktor yng
dapat menurunkan
atau memperberat
nyeri.
2. Ansietas Kontrol kecemasan Pengurangan kecemasan
berhubungan Indikator : Aktivitas-aktiviras :
dengan ancaman - Memantau intenitas - gunakan pendektan
pada status terkini kecemasan yang tenang dan
- Mengurangi penyebab menyakinkan
kecemasan - nyatakan dengan
- Mengurangi rangsangan jelas harapan
lingkungan ketika terhadap prilaku
cemas klien
- Merencanakan strategi - jelaskan semua
koping untuk situasi prosedur termasuk
sensasi yang akan di
yang menimbulkan stres rasakan yang
- Mengunakan strategi mungkin di alami
koping yang efektif pasie selama
prosedur
- pahami situasi kritis
yang terjadi dari
persepektif klien
- Berikan informasi
faktual terkait
dengan diagnosis,
perawatan dan
prognosis
- Dorong keluarga
untuk mendapingi
klien dengan cara
yang tepat

Implementasi

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1. Nyeri kronis - melanjukan pengkajian S : klien mengatakan
berhubungan dengan nyeri komprehensif sudah tidak merasakan
kerusakan saraf yang meliputi lokasi nyeri lagi
karakteristik,
oset/durasi, frekuensi, O : Pasien tampak tidak
intensitas atau beratnya meringis lagi
nyeri
- Meobservasi adanya A : masalah teratasi
petunjuknon verbal
mengenai ketidak P : intervensi di
nyamanan terutama hentikan
kepada mereka yang
tidakdapat
berkomonikasi secara
efektif
- mepastikan perawatn
alnagestik bagi pasien
di lakukan dengan
pemantau yang ketat
- Mepertimbangkan
pengaruh gaya terhadap
pontesi nyeri
- Mententukan akibat
dari pengalaman nyeri
terhadap kuaitas hidup
pasien
- Mengali ersama pasien
faktor-faktor yng dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri.
2. Ansietas berhubungan - Mengunakan pendektan S : klien mengatakan
factor fisiologis yang tenang dan sudah tidak mengalami
menyakinkan kecemasan lgi
- Menyatakan dengan
jelas harapan terhadap O : Pasien sudak tidak
prilaku klien tampak gelisah dan
- Menjelaskan semua cemas lagi
prosedur termasuk
sensasi yang akan di A : Masalah teratasi
rasakan yang mungkin
di alami pasie selama P : Intervensi di
prosedur hentikan
- Memahami situasi kritis
yang terjadi dari
persepektif klien
- Meberikaninformasi
faktual terkait dengan
diagnosis, perawatan
dan prognosis
- Mendorong keluarga
untuk mendapingi klien
dengan cara yang tepat

Asuhan keperawatan glaukoma post operasi

1. Pengkajian
1) Identitas
a. Nama
b. Alamat
c. Jenis kelamin
d. Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun.
e. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5 kali
dari kulit putih (dewit, 1998).
f. Pekerjan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata.

2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: Pasien biasanya mengeluh berkurangnya lapang pandang
dan mata menjadi kabur.
b. Riwayat kesehatan sekarang: Pasien mengatakan matanya kabur dan
sering menabrak, gangguan saat membaca
c. Riwayat kesehatan dahulu: kaji adanya masalah mata sebelumnya atau
pada saat itu, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi
pupil yang akhirnya dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma),
riwayat trauma (terutama yang mengenai mata), penyakit lain yang
sedang diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia tinggi).
d. Riwayat kesehatan keluarga: kaji apakah ada kelurga yang menglami
penyakit glaucoma sudut terbuka primer.

3) Psikososisl: kaji kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatuh,


berkendaraan.
4) Pemeriksaan fisik
a Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk
mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus
menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera
anterior dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar
dari iris.
 
b Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang
cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara
bertahap.

c Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi


mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal
bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa
mata yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata
yang lain.
 
d Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open
angle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle
closure ≥ 30 mmHg. Uji dengan menggunakan goniosk opi akan didapat
sudut normal pada glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul
goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut
dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA
akan tertutup, sedang pada waktu TIO normal sudutnya sempit. (Indriana
N dan Istiqomah; 2004)

POST OPERASI

No Diagnosa Noc Nic


1. Resiko infeksi berhubungan Keparahan infeksi Kontrol infeksi
dengan prosedur invansif Indikator : Aktivitas – aktivitas :
- Kemerahan - Bersihkan
- Ketidakstabilan lingkunag
suhu dengan baik
- Nyeri setelah di
- Jaringa lunak gunakan untuk

- Hilang nafsu pasien

makan - Ganti
peralatan
untuk setiap
pasien sesuai
protokol
institusi
- Isolaso orang
yang terkena
penyakit
tertular
- Tempatkan
isolasi sesuai
tindakan
pencegahan
yang sesuai
- Batasi jumlah
pengunjung

Implementasi

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1. Resiko infeksi berhubungan - Membersihkan S:
dengan prosdur infeksi lingkungan dengan
baik setelah di O : pasien mengatakan
gunakan untuk sudah tidak merasakan
pasien cemas lagi
- Menganti peralatan
untuk setiap pasien A : masalah teratasi
sesuai protokol
institusi O : intervensi di
- Mengisolasi orang hentikan
yangterkena
penyakit tertular
- Menempatkan
isolasi sesuai
tindakan
pencegahan yang
sesuai
- Membatasi jumlah
pengunjung

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidaklangsung,
yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakinlama akan
semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena
saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bolamata akan membesar
dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada
di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga
saraf mata akan mati.
Glaukoma dapat diklasifikasi menjadi 3 yaitu: glaukoma primer, sekunder
dankongenital. Adapun tanda dan gejalanya adalah kornea suram, sakit kepala , nyeri,
lapang pandang menurun, dll. Komplikasi dari glaucoma adalah kebutaan.Penata
laksanaannya dapat dilakukan berbagai terapi obat-obatan, sala satunya adalah dengan
pemberian terapi timolol yang bertujuan untuk menurunkan intraokuler (TIO).

B. Saran
1. Bagi petugas kesehatan atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan khususnya pada glaukoma untuk pencapaian kualitas keperawatan secara
optimaldansebaiknyaproses keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan.
2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatankarena
bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurnamaka
penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya penjelasan
pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.
3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkanasuhan
keperawatan yang benar pada klien dengan glaukoma

DAFTAR PUSTAKA

Andrea Lalita. 2016.  Pencapaian tekanan intraokuler pasca pemberian timolol maleat
0,5% pada  glaukoma  susut terbuka primer di poloklinik mata RSUP Prof. Dr. R. D. 
Kandou Manado  tahun  2012-201. Manado: Fakultas Kedokteran Universitas
SamRatulangi.
Dina Ameliana. 2014. Perbandingan Penurunan Tekanan Intraokuler Pada Terapi
Timololmaleat dan Dorsalamid Pasien Glaukom. Semarang: Fakultas Kedokteran
UniversitasDiponegoro.
https://www.academia.edu/37854485/Askep_glaukoma.docx

Anda mungkin juga menyukai