Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN

BELANJA JASA KONSULTASI PENELITIAN BERUPA REVIEW MASTERPLAN


DAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
PANTAI (PPP) LEMPASING, PROVINSI LAMPUNG

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 1 #
LAPORAN PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR

Laporan awal digunakan sebagai pedoman dasar dalam kegiatan Review


Masterplan Dan Detail Engineering Design (Ded) Pelabuhan Perikanan Pantai
(Ppp) Lempasing, Provinsi Lampung. Laporan awal ini akan memaparkan
mengenai tentang rencana kerja dalam Penyusunan Review Masterplan dan
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lempasing,
yang terdiri dari maksud dan tujuan, batasan studi, gambaran umum wilayah studi,
metodologi dan pendekatan yang akan dilaksanakan, rencana kerja dan jadwal
pelaksanaan pekerjaan, struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan, komposisi
dan jumlah tenaga ahli yang dipakai, rencana penugasan dan rencana kunjungan
tenaga ahli kelapangan.
Besar harapan, laporan ini dapat bermanfaat dalam menunjang
keberhasilan pembangunan di kabupaten ini. kami berterima kasih kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan laporan ini

Bandar Lampung, 2017

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 2 #
LAPORAN PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perikanan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam
pembangunan perekonomian nasional, terutama dalam meningkatkan
perluasan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, dan peningkatan taraf
hidup masyarakat pada umumnya, dengan tetap memelihara lingkungan,
kelestarian dan ketersediaan sumberdaya ikan.

Pemerintahan Republik Indonesia telah fokus untuk meningkatkan


pengelolaan sumberdaya perikanan yang berteknologi tinggi dan
berkelanjutan. Pengembangan perekonomian di konsentrasikan ke wilayah
yang memiliki potensi sumberdaya perikanan. Dalam rangka optimalisasi
peran tersebut, telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan, yang antara lain mengamanatkan bahwa, Pemerintah
menyelenggarakan dan membina pelabuhan perikanan. Undang-Undang
tersebut kemudian disempurnakan oleh Undang-Undang Nomor 45 Tahun
2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan.

Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan
disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan
sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan atau bongkar muat
ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang perikanan.

Provinsi Lampung memiliki beberapa Pelabuhan Perikanan yang tersebar


dikabupaten/kota. Pelabuhan Perikanan Pantai Lempasing merupakan salah
satu dari 4 (empat) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) yang ada di Provinsi
Lampung yang berlokasi di Kecamatan Teluk Betung Timur, Kota Bandar
Lampung.

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 3 #
LAPORAN PENDAHULUAN

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, keberadaan Pelabuhan Perikanan


Pantai (PPP) Lempasing diharapkan dapat mengambil bagian dalam
peningkatan pelayanan dibidang perikanan tangkap mulai dari pra produksi,
produksi sampai pasca produksi dengan sasaran akhir yang ingin dicapai
adalah meningkatnya pendapatan dan taraf hidup masyarakat perikanan serta
terkendalinya sumberdaya kelautan dan perikanan.

Sebagai pelaksana tugas teknis daerah Dinas Kelautan dan Perikanan


Provinsi Lampung, Pelabuhan Perikanan dituntut melaksanakan revitalisasi
peran dan fungsinya dalam rangka perwujudan Pelabuhan Perikanan sebagai
pusat pengembangan sistem bisnis perikanan berbasis perikanan tangkap.

Pelabuhan Perikanan Pantai Lempasing Kota Bandar Lampung merupakan


UPTD Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung yang dibentuk
berdasarkan Peraturan Gubernur Lampung Nomor 14 Tahun 2008 sebagai
pengganti Keputusan Gubernur Lampung Nomor 03 Tahun 2001 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah pada
dinas - dinas dalam lingkup Provinsi Lampung.

Pembentukkan PPP Lempasing dan pembangunanya ditujukan untuk


kepentingan pelayanan masyarakat nelayan serta pengembangan kawasan
perikanan terpadu yang mengedepankan ketertiban, kebersihan dan
keamanan, sehingga diharapkan para pelaku usaha (stakeholder) maupun
mitra usaha yang berinvestasi dapat mengembangkan usahanya dengan
perasaan amandan nyaman.

Produksi hasil laut yang didaratkan di PPP Lempasing meliputi jenis ikan
pelagis dan demersal diantaranya: Tongkol (Auxisthazard), Layang
(Decapterusmacrosoma), Kakap Merah (Luttjanusaltiffronchanus),Tenggiri
(Scomberomoruscommersoni), Selar Kuning (Selaroidesleptolepis), Belanak
(Valamuginspelgleri), Kembung (Restrelligerbrachysoma), IkanSebelah
(Psettodeserumei), Bawal Hitam Formeoniger), Bawal Putih
(Pampusargenteus), Peperek (Leiognatussplendens), Kerapu
(Epinephelustaufina), Tigawaja (Johniusdussumieri), Manyung
(Ariusthalassinus), Sembilang (Plotosuscanius), PariKepala (Trygonsephen),

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 4 #
LAPORAN PENDAHULUAN

Remang (Conggresoxtalabon), Bloso (Ssauridatumbil), serta cumi-cumi,


sontong.

Memperhatikan potensi dan pemanfaatan fasilitas serta permasalahan di


lapangan, maka diperlukan suatu perencanaan strategi yang
berkesinambungan yang dapat mengakomodir kepentingan nelayan,
pengusaha dan stakeholder lainnya serta mampu mengatasi permasalahan
dilapangan, sehingga pada gilirannya akan menunjang pengembangan dan
pembangunan subsektor perikanan dan pertumbuhan ekonomi wilayah.

Potensi Pengelolaan dan Pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai


Lempasing Kota Bandar Lampung dilengkapi sarana yang terdiri atas:
a) Tanah milik Pemerintah Provinsi Lampung dan bangunan terletak di
Kelurahan Lempasing Kota Bandar Lampung, yang saat ini terdapat TPI
Lempasing serta beberapa bangunan usaha disekitar TPI;
b) Lahan tersebut kedepan dalam pengelolaanya dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan : industri perikanan, coldstorage, perbengkelan, perkantoran,
perbankan, pertokoan dan pondokwisata dalam kawasan pelabuhan yang
tertutup dan didukung oleh berbagai fasilitas dan keamanan.
PPP Lempasing terletak pada lokasi yang strategis sehingga merupakan
persinggahan yang banyak disukai oleh kapal-kapal perikanan dari berbagai
daerah yang melakukan penangkapan diperairan selat sunda dan laut Jawa.
Selain nelayan setempat, kapal-kapal perikanan yang singgah juga berasal
dari wilayah luar Lampung. Dalam perencanaan pembangunan kedepan PPP
Lempasing dapat didesain sebagai kawasan industry perikanan terpadu yang
letaknya sangat strategis, mudah dijangkau dan memiliki akses distribusi yang
cukup luas keberbagai wilayah dan kota-kota besar diseluruh Pulau Sumatera
dan Jawa.

Perencanaan Pengembangan fasilitas pelabuhan perikanan memerlukan


perencanaan yang mampu mengakomodasi perubahan kondisi dimasa
mendatang. Perencanaan pelabuhan perikanan idealnya dirancang sebagai
suatu sistem terpadu yang berada pada satu kesatuan manajemen dalam
bentuk Masterplan yang terpadu. Fasilitas pelabuhan yang direncanakan

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 5 #
LAPORAN PENDAHULUAN

hendaknya mampu mengakomodasi seluruh kepentingan dan kegiatan


pelabuhan perikanan. Padaprinsipnya perencanaan pelabuhan sangat
berkaitan dengan tingkat produktivitas, jumlah fasilitas yang diperlukan, serta
tingkat pelayanan jasa yang disediakan.

Sehubungan dengan hal itu maka Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)


Lempasing diarahkan pada pencapaian tujuan dan sasaran pengembangan
subsector perikanan dan khususnya diarahkan pada pengembangan suatu
komunitas perikanan (Fisheries Community Development) secara terpadu.
Dalam perencanaan pengembangan PPP Lempasing akan meliputi
perencanaan masterplan dan perencanaan detail desa infasilitas PPP
Lempasing.

Pengelolaan sumberdaya perikanan (SDI) berbasis kawasan dan


pembentukanan Daerah Perlindungan Laut (DPL) merupakan salah satu
model untuk mengoptimalkan pengelolaan dengan mempertimbangkan
keseimbangan berbagaia speksepertiekologi, ekonomi dan sosial. Model
pengelolaan ini didasari bahwa setiap wilayah perairan laut memiliki
karakteristik ekologi, ekonomi dan sosial yang berbeda, oleh karena itu
penanganannya juga memerlukan pendekatan yang berbeda.

B. Pendekatan Masalah
Perikanan sebagai salah satu sumberdaya alam milik umum (common-
property) yang mudah diambil oleh siapa saja (open-access) sehingga
pemanfaatannya sulit untuk dikontrol. Siapa saja boleh menggunakannya
tanpa terkecuali. Produksi perikanan tangkap Provinsi Lampung mencapai
157.969 ton di tahun 2014 (BPS, 2016). Potensi perikanan tangkap yang
dimiliki oleh Provinsi Lampung merupakan peluang sekaligus tantangan untuk
bisa memberikan sumbangan bagi pendapatan daerah. Kondisi ini tentunya
memerlukan perencanaan dalam peningkatan produksinya.

Perencanaan pengembangan potensi perikanan tangkap merupakan studi


yang memiliki cakupan yang luas, tidak hanya pengembangan alat tangkap
atau system pengelolaan alat tangkap dan produktifitas. Mengingat
pengembangan teknologi perikanan tangkap memerlukan keterkaitan dengan

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 6 #
LAPORAN PENDAHULUAN

berbagai disiplin ilmu yang berbeda, sedangkan dengan adanya beberapa


keterbatasan dan kendala teknis, maka studi ini dibagi dalam dua tahapan,
yaitu Perencanaan dan Masterplen/DED.

C. Maksud dan Tujuan

Maksud dari kegiatan ini adalah:


1. Menentukan peruntukkan lahan yang telah ada untuk Masterplan
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lempasing;
2. Masukan rencana dan program pembangunan fisik berupa DED bagi
pemerintah dalam pembangunan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
Lempasing;
3. Masukan teknis bagi pemerintah dalam bentuk rincian teknis perwujudan
bangunan dan lingkungan pada kawasan pelabuhan dengan kriteria
teknis.

Sedangkan tujuannya adalah:


1. Mewujudkan penyelenggaraan pelabuhan perikanan pantai yang baik dan
terpadu;
2. Mewujudkan pembangunan pelabuhan perikanan pantai yang sesuai
dengan kriteria teknis;
3. Tersedianya dokumen perencanaan teknis pelabuhan perikanan pantai
sebagai dasar pembangunan prasarana dan sarana pelabuhan sesuai
dengan kebutuhan dan tidak merugikan pihak manapun.

D. Dasar Hukum

Kegiatan Perencanaan Pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)


Lempasing (Masterplan/DED) ini didasarkan pada:

1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah
dengan Undang Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5073);

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 7 #
LAPORAN PENDAHULUAN

2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah


Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4739);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070);
4. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil;
5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.08/MEN/2012
tanggal 20 April 2012 tentang Pelabuhan Perikanan;
6. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
Kep.69/Men/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan, Monitoring dan
Evaluasi tentang Prosedur Operasional Standar Dilingkungan Kementrian
Kelautan dan Perikanan;
7. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2017 Nomor :
3.01.3.01.01.18.21.5.2.3.91.01 tanggal 05 Januari 2017

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pekerjaan Review Masterplan dan Detail Engineering Design


(DED) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lempasing, Provinsi Lampung
terdiri dari ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup subtansi:

1. Lingkup Wilayah
Wilayah perencanaan kegiatan Review Masterplan dan Detail Engineering
Design (DED) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lempasing, Provinsi
Lampung adalah di lokasi Kawasan PPP Lempasing.

2. Lingkup Subtansi

Kegiatan ini adalah melakukan Review Masterplan dan Detail Engineering


Design (DED) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lempasing, Provinsi
Lampung, antara lain:

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 8 #
LAPORAN PENDAHULUAN

a) Pengumpulan data-data yang meliputi, studi literatur dan standar


perencanaan teknis PPP lempasing;
b) Identifikasi permasalan dan kriteria desain PPP Lempasing,
perumusan gagasan dan konsep desain;
c) Menghitung kebutuhan sarana prasarana PPP Lempasing saat ini dan
kebutuhan pengembangan kedepan;
d) Pengembangan desain (design development) dengan berbagai aspek
disiplin ilmu, yang meliputi gambar kerja dan pembiayaan
pembangunan (RAB).

F. Keluaran

Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah Masterplan Pelabuhan


Perikanan Pantai (PPP) Lempasing yang berisi peruntukan lahan (Land
Use)dengan melihat potensi potensi yang ada untuk dikembangkan dan tata
letak fasilitas Pelabuhan Perikanan.

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 9 #
LAPORAN PENDAHULUAN

BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH

A. Potensi Perikanan Lampung


Provinsi Lampung memiliki wilayah pesisir yang luas dengan garis pantai
lebih kurang 1.105 km dan 69 pulau-pulau kecil dengan beragam jenis
habitat yang berbeda, termasuk lingkungan yang dibuat manusia, seperti
tambak udang dan perkotaan. Luas wilayah pesisir sekitar 440.010 ha dan
2
luas perairan laut dalam batas 12 mil adalah 24.820,0 km yang
merupakan bagian wilayah Samudera Hindia (pantai barat Lampung), Selat
Sunda (Teluk Lampung dan Teluk Semangka), dan Laut Jawa (pantai timur
Lampung). Dengan wilayah pesisir dan laut yang cukup luas, sektor
perikanan merupakan salah satu unggulan di Provinsi Lampung. Dengan
jumlah wilayah kelautan yang luas dan lahanperairan yang banyak, potensi
perikanan di Provinsi Lampung juga merupakan salah satu potensi unggulan
bagi peningkatan ekonomi Provinsi Lampung.

Secara umum produksi perikanan di Lampung dihasilkan berdasarkan dua


jenis, yaitu: perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Produksi perikanan
tangkap Provinsi Lampung 2014 mencapai 164.155,59 ton yang terdiri dari
157.969 ton produksi perairan laut dan 6.186,57 ton perairan umum.

Provinsi Lampung merupakan daerah yang memiliki potensi yang cukup


besar bagi kegiatan perikanan serta prospek yang baik bagi perkembangan
di masa yang akan datang. Salah satu kegiatan perikanan tangkap di
Provinsi Lampung terletak di daerah Lempasing, Pelabuhan Perikanan
Pantai (PPP) Lempasing merupakan salah satu tempat pendaratan ikan yang
berada di Provinsi Lampung.

Terdapat berbagai macam komoditas ikan laut segar yang ditangkap di


wilayah perairan Lampung yang kemudian diedarkan ke beberapa pasar
tradisional, khususnya di Kota Bandar Lampung. Saat ini terdapat sekitar 42
jenis ikan laut yang ditangkap dan dipasarkan di Kota Bandar Lampung.
Untuk mengetahui produksi ikan laut menurut jenisnya di Kota Bandar

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 10 #
LAPORAN PENDAHULUAN

Lampung Tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi Ikan Laut menurut Jenisnya di Kota Bandar Lampung


Tahun 2011

Jenis Ikan Produksi (Kg) Jenis Ikan Produksi (Kg)


1. Simba 432,22 22. Remang -
2. Bentong 37,46 23. Manyung -
3. Kembung 1.255,05 24. Layur 626,12
4. Ekor Kuning - 25. Kiter -
5. Selar 731,82 26. Talang 2,61
6. Cucut 638,6 27. Bakre -
7. Tongkol 1.218,49 28. Pisang-pisang -
8. Pari 1.993,18 29. Kurisi 1.557,19
9. Kakap 1.351,90 30. Taji-taji -
10. Kuniran 184,16 31. Jolot -
11. Sebelah 85,26 32. Teri 246,64
12. Kacangan - 33. Petek 561,12
13. Tenggiri - 34. Belebaran -
14. Wailul - 35. Tanjan -
15. Semadar - 36. Lemuru 649,21
16. Lemadang 854,64 37. Bawal 210,70
17. Bandeng - 38. Layang 225,88
18. Waliran - 39. Cumi-cumi -
19. Salem - 40. Kampakan -
20. Layaran - 41. Raja Ganteng -
21. Belida - 42. Kerapu 1.351,90

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bandar Lampung


(2012) Keterangan (-) = tidak dilakukan pendataan

B. Pelabuhan Perikanan Pantai Lempasing


Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas Pelabuhan Perikanan (UPTD –
PP) ditetapkan berdasarkan Peraturan Gubernur Lampung Nomor 3 Tahun
2001 dan terakhir dirubah dengan Peraturan Gubernur Lampung Nomor 62
Tahun 2014 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Daerah pada dinas - dinas dalam lingkup Provinsi Lampung.
Berdasarkan Kep.Men KP No. 12/Men/2004 Pangkalan Pendaratan Ikan
Lempasing ditingkatkan setatusnya menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai
( Pelabuhan Perikanan Type C )

Berdasarkan SK Menteri kelautan dan Perikanan RI Nomor 12 Tahun 2004

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 11 #
LAPORAN PENDAHULUAN

tentang Peningkatan Status PPI menjadi PPP, telah di tetapkan 4 (empat)


PPP di Provinsi Lampung yaitu :

1. Pelabuhan Perikanan Pantai Lempasing Kota Bandar Lampung dengan


titik koordinat :
05°  29’  15” LS dan 05°  15’  12.5” BT
2. Pelabuhan Perikanan Pantai Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung
Timur dengan titik koordinat : 05°  21’  31,8” LS dan 105°  49’  12,8”  BT
3. Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Agung Kabupaten Tanggamus dengan
titik koordinat
05° 29’  59”   LS dan 104°  37’ 13,7” BT.
4. Pelabuhan Perikanan Pantai Teladas Kabupaten Tulang Bawang dengan
titik koordinat
04° 26’ 25” LS dan  105° 49’ 50” BT.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung memiliki 4 (empat)


Pelabuhan Perikanan Pantai atau pelabuhan perikanan tipe C, dimana
koordinasi dipusatkan di Lempasing. UPTD - PP adalah salah satu sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Lampung. Peraturan daerah yang mendasari pelaksanaan pelayanan jasa di
Pelabuhan Perikanan Pantai se-Provinsi Lampung sebagai pendapatan asli
daerah (PAD) adalah:

 Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2000 tentang


Retribusi Pengujian Kapal Perikanan;
 Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 3 Tahun 2000 tentang
Retribusi Tempat Pendaratan Kapal Perikanan
 Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2007 tentang
Retribusi Penyelenggaraan dan Pelelangan Ikan pada Pelabuhan
Perikanan Pantai;
 Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 7 Tahun 2008 sebagai
pengganti Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2002 tentang Retribusi
Pemakaian Kekayaan Daerah.
Peningkatan pelaksanaan pelayanan jasa yang dijalankan oleh UPTD – PP
juga merupakan usaha dalam mewujudkan visi dan misi UPTD – PP ke

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 12 #
LAPORAN PENDAHULUAN

depan. Selain melaksanakan pelayanan jasa untuk mencapai target PAD


Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, beberapa perencanaan
telah di lakukan untuk mendukung kegiatan yang selama ini telah
dilaksanakan, diantaranya pengadaan data statistik pelabuhan perikanan dan
pembangunan Pasar Ikan Hygiene.

Saat ini terdapat 17 pelabuhan perikanan di Provinsi Lampung yang terdiri


dari :

 4 (empat) Pelabuhan Perikanan tipe C (Pelabuhan Perikanan Pantai)


dimana kewenangan pengelolaan berada di Pemerintah Provinsi
Lampung.
 13 (tigabelas) Pelabuhan Perikanan pantai tipe D (Pangkalan
Pendaratan Ikan) dimana kewenangan pengelolaan berada di
pemerintah kabupaten / kota.

Tugas Pokok dan  Fungsi UPTD Pelabuhan Perikanan Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Lampung sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 14
Tahun 2008 UPTD Pelabuhan Perikanan yaitu mempunyai tugas
pengembangan, pembangunan, pengelolaan pelabuhan perikanan,
pengawasan penangkapan ikan dan pelayanan teknis kapal perikanan dan
juga berfungsi :

1. Perencanaan dan Pengendalian pelaksanaan pembangunan, pengembangan dan


pemeliharaan serta pengelolaan sarana pelabuhan perikanan
2. Pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran pelabuhan 
3. Pengawasan penangkapan ikan
4. Pengkoordinasian pelaksanaan urusan keamanaan, ketertiban dan kebersihan
5. Pengkoordinasian pengawasan mutu hasil perikanan
6. Pelaksanaan urusan ketatausahaan

Kondisi Eksisting PPP Lempasing dari atas dapat dilihat pada Gambar berikut
:

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 13 #
LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 1. Tempat sandar kapal dan tempat pelelangan ikan

Gambar 2. Pasar Ikan Lempasing

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 14 #
LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 3. Lokasi docking repair kapal dan pengisian bbm

Gambar 4. Bangunan gedung perkantoran dan pasar dilihat dari arah laut

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 15 #
LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 5. Lokasi dermaga kapal

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 16 #
LAPORAN PENDAHULUAN

BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Metodologi Pendekatan

Dalam kegiatan Perencanaan Pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai


(PPP) Lempasing (Masterplan/DED) digunakan beberapa metode
pendekatan, yaitu sebagai berikut:

1. Metode Normatif.
Pelaksanaan kegiatan Perencanaan Pengembangan Pelabuhan Perikanan
Pantai (PPP) Lempasing (Masterplan/DED) ini dilakukan dengan mengacu
pada strategi dan kebutuhan perencanaan pembangunan (development
plan) dan dokumen perencanaan penataan ruang (spatial plan) yang telah
terdapat di Provinsi Lampung, ataupun ketentuan peraturan dan
perundangan terkait dengan substansi Perencanaan Pengembangan
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lempasing (Masterplan/DED).

2. Metode Partisipatif.
Proses penyusunan dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan yang terkait dengan Perencanaan Pengembangan Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) Lempasing (Masterplan/DED). Hal ini dimaksudkan
agar hasil penyusunan dapat dirasakan dan dimiliki oleh seluruh pemangku
kepentingan terkait.

3. Metode Akademis.
Pendekatan akademis adalah pendekatan yang dilakukan dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan secara
akademis, baik dalam pembagian tahapan pekerjaan maupun teknik-teknik
identifikasi, analisa, penyusunan strategi maupun proses pelaksanaan
penyepakatan. Dalam pendekatan ini, proses penyusunan Perencanaan
Pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lempasing
(Masterplan/DED) menggunakan beberapa metode dan teknik studi yang
baku yang sebelumnya telah disepakati bersama oleh tim kerja dan

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 17 #
LAPORAN PENDAHULUAN

pemberi kerja. Adapun dalam penerapannya pendekatan teknis akademis


ini umumnya dicirikan dengan beberapa karakteristik, sebagai berikut :

1. Cara berpikirnya didasarkan pada cara berpikir yang eksploratif;


2. Melihat suatu kondisi atau situasi dari berbagai sudut pandang yang
terkait (komprehensif);
3. Penyelesaian terhadap suatu persoalan tidak dilihat dalam jangka
pendek melainkan dilihat sebagai suatu solusi jangka panjang yang
berdasar pada pembangunan keberlanjutan.

3.2 Medologi Pengumpulan Data

Metode atau cara mendapatkan data sangat menentukan keakuratan data


yang dihasilkan. Hal ini berguna untuk mencegah ketimpangan antara kondisi
yang terjadi di lapangan dengan produk rencana yang dihasilkan. Dalam
menentukan cara pengumpulan data sangat bergantung pada data yang
dibutuhkan.

1. Kegiatan Pengumpulan Data.


Berdasarkan jenis datanya maka kegiatan pengumpulan data melalui
survey dilakukan melalui 2 (dua) metode pengumpulan data, yaitu:

a. Survey Data Instansional, yaitu kegiatan survey yang ditujukan untuk


mendapatkan data sekunder. Kegiatan survey ini dilakukan pada
beberapa instansi/lembaga baik pemerintah maupun swasta melalui
permohonan data tertulis (baik dokumen maupun peta);
b. Survey Lapangan, yaitu kegiatan survey yang ditujukan untuk
mendapatkan data primer yang dilakukan melalui pengamatan dan
pengukuran kondisi lapangan.

Kedua kegiatan survey tersebut diatas dilakukan secara bersama-sama


oleh konsultan pelaksana, untuk mendapatkan data yang valid dan dapat
dipercaya serta dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan sesuai
dengan kondisi lapangan.

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 18 #
LAPORAN PENDAHULUAN

2. Kebutuhan Data.
Kegiatan pengumpulan data dan informasi dibagi ke dalam dua bagian
yaitu pengumpulan data sekunder dan data primer. Data sekunder yang
dikumpulkan adalah data dalam bentuk dokumen kebijaksan serta data-
data tertulis lainnya sedangkan data primer adalah data-data yang
dikumpulkan di lapangan yang dilakukan melalui pengamatan langsung ke
wilayah perencanaan (on site-visit) serta survey.

a. Data Primer.
Data primer yang akan dikumpulkan antara lain adalah: kondisi
bangunan yang ada, jenis dan jumlah kapal, jenis dan produksi ikan,
kondisi sarana dan prasarana penunjang.
b. Data Sekunder.
Data sekunder yang akan dikumpulkan antara lain adalah:
 Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Lampung,
mencakup:
 Rencana struktur ruang wilayah;
 Rencana sistem pusat pelayanan;
 Rencana pengembangan kawasan perikanan;
 Rencana sistem prasarana dan sarana kawasan perikanan.
 Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar
Lampung, mencakup:
 Rencana struktur ruang wilayah;
 Rencana sistem pusat pelayanan;
 Rencana sistem kawasan perkotaan;
 Rencana pengembangan kawasan perikanan;
 Rencana sistem prasarana dan sarana kawasan perikanan.
 Tinjauan Rencana Strategik (RENSTRA) Dinas Perikanan dan
Kelautan Provinsi Lampung
 Dan dokumen lain yang terkait.

Metodologi yang dimaksud adalah suatu pendekatan penyelesaian pekerjaan


yang didasarkan pada kenyataan, bahwa tiap item pekerjaan mempunyai

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 19 #
LAPORAN PENDAHULUAN

keterkaitan dengan item pekerjaan lain dan menjadi variabel masukan pada
pekerjaan lain. Oleh karena proses penyelesaian seluruh item pekerjaan
disesuaikan dengan keperluan pekerjaan studi. Dari hasil pengumpulan data,
Orientasi Lapangan dan Survey awal, maka dapat disusun suatu rencana kegiatan
selanjutnya yang akan dilaksanakan.

Berikut ini akan diuraikan metodologi Pekerjaan ini. Dalam sub bab ini akan
diuraikan rencana operasi dalam melaksanakan pekerjaan ini. Penyusunan
rencana pelaksanaan akan menggunakan diagram alir pelaksanaan pekerjaan
sehingga akan memperjelas uraian dalam pelaksanaan pekerjaan ini kegiatan
pekerjaan akan dikelompokkan sesuai jenisnya sehingga saling keterkaitannya
menjadi jelas. Secara garis besar rangkaian kegiatan dari pekerjaan ini dalam
tahapan sebagai berikut :

Kegiatan Persiapan
• Persiapan Administrasi, Personil dan Peralatan
• Pengumpulan Data Sekunder dan desk Study
• Survai Pendahuluan
• Penyusunan Laporan Pendahuluan

Kegiatan Survey, Identifikasi dan Investigasi Lapangan


• Identifikasi Permasalahan
• Survai Topografi
• Survai Hidrologi/Hidrometeri

Kegiatan Analisis Data Lapangan


• Analisis Kondisi Permasalahan
• Analisis Topografi
• Analisis Debit banjir
• Penyusunan System Planning

Kegiatan Pelaporan

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 20 #
LAPORAN PENDAHULUAN

• Konsep Laporan Pendahuluan


• Konsep Laporan Interim
• Draft Laporan Akhir + Final
• Laporan Ringkasan

Kegiatan Pelaporan
• Diskusi Laporan Pendahuluan
• Diskusi Laporan Akhir

Adapun bagan alir metodologi pelaksanaan dapat dilihat pada Gambar 3.1
dibawah ini.

SPMK DITERIMA /
MULAI

Persiapan

Personil termobilisasi Alat dan Bahan


termobilisasi

Tidak
Ce
CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
k
Ya # 21 #

Survei Pendahuluan Pengumpulan data sekunder dan Peta


Batas dan titik lokasi, Laporan Studi terdahulu,
permasalahan teridentifikasi; Rencana Umum Tata
gambaran umum & foto Ruang dll
LAPORAN PENDAHULUAN
Tidak Tidak
Ce Ce
k Ya 2 k Ya

Penyusunan Draft Laporan Pendahuluan


Persiapan Survey Topografi Persiapan Survey Hidrologi
Draft laporan Pendahuluan ;
Bahan Persentasi
Personil, Alat dan Personil, Alat dan Bahan
Bahan telah sesuai telah sesuai spesifikasi
dan foto Tidak
spesifikasi dan foto
Penyusunan Laporan Diskusi
Tidak
Tidak Bulanan Ya
Ce
Ce k Ya
k Ya
Laporan Bulan

Inventarisasi data /
Pengukuran Situasi & informasi banjir dan data
pengukuran profil sungai Ya
2
hidrologi
Ce
k
Data ukur & foto Data &
5 foto
Tidak Tidak
Ce
k Ce
Ya
k Ya
Penggambaran
Analisa hidrologi

Gambar Peta sesuai


skala yang ditentukan Debit Banjir

Tidak
Tidak
Ce
k Ce
k Ya
Penyusunan Lap. Pengukuran
Penyusunan Laporan
Hidrologi
Lap. Pengukuran/Buku
Ukur + Hitungan Laporan Hidrologi

Tidak
Tidak
Ce Ce
k k Ya
Ya
3
3

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 22 #
LAPORAN PENDAHULUAN

Penggandaan dan
Penyerahan Laporan

Berita Acara Serah


Terima

Tidak
Ce
k

SELESAI

Gambar 3.1 Bagan Alir Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.3 Pentahapan Pekerjaan

Pada Tahap Pendahuluan akan dilaksanakan berbagai kegiatan awal mencakup


pengumpulan data awal, mengkaji laporan terdahulu maupun referensi-referensi
lain. Melakukan koordinasi dalam memantapkan program kerja yang akan
dilaksanakan pada tahap-tahap selanjutnya. Tahap ini terdiri dari kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:

A. Persiapan Administrasi

Persiapan administrasi merupakan kegiatan paling awal dari Konsultan setelah


menerima Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)/Kontrak dari Pemberi Kerja,
Persiapan Administrasi tersebut mencakup pembuatan dokumen kontrak,
pengurusan surat ijin ke Instansi terkait, pembuatan surat tugas personil yang
akan terlibat dalam penanganan proyek, surat permohonan data dan sebagainya.

Persiapan administrasi tersebut diusahakan dapat diselesaikan sesegera mungkin


sehingga tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan berikutnya. Pekerjaan
persiapan ini akan dilaksanakan oleh seorang administrasi teknik yang telah
cukup berpengalaman dalam menangani pekerjaan sejenis, sehingga diharapkan

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 23 #
LAPORAN PENDAHULUAN

dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang disediakan. Untuk itu segala
sesuatu yang terkait dengan masalah administrasi tersebut akan selalu di bawah
pengawasan Team Leader yang bertanggung jawab atas penyelesaian seluruh
pekerjaan.

B. Mobilisasi dan Koordinasi Team Pelaksana

Setelah persiapan administrasi dapat diselesaikan, selanjutnya seluruh Tenaga


Ahli yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan akan dimobilisasi sesuai
dengan jadwal penugasan yang telah disusun. Dengan telah dimobilisasinya
Tenaga Ahli tersebut, maka kegiatan penanganan proyek dengan skala penuh
telah berjalan. Tingkat keberhasilan suatu proyek tidak hanya tergantung atas
kemampuan dari para Tenaga Ahli yang menangani, akan tetapi faktor koordinasi
akan memegang peranan kunci yang akan menentukan kelancaran dan
kesempurnaan hasil yang akan dicapai. Dengan koordinasi diharapkan tidak ada
kerancuan dan tumpang tindih pelaksanaan kegiatan dari masing-masing Tenaga
Ahli, sehingga dukungan dari masing-masing personil akan memberikan hasil
yang optimal.

Mengingat pentingnya koordinasi ini, Team Leader akan memimpin langsung


untuk membicarakan dan mendiskusikan masalah-masalah yang berkaitan
dengan hal-hal sebagai berikut :

1. Jadwal pelaksanaan pekerjaan


2. Jadwal penugasan masing-masing personil
3. Uraian tugas dari masing-masing personil dan hubungan kerja antar personil
4. Peralatan yang akan dibutuhkan
5. Dukungan pendanaan, dll.

Disamping koordinasi antar Team Konsultan, koordinasi akan dilakukan pula


dengan Pemberi Kerja, khususnya dengan Direksi Pekerjaan. Hal ini terkait
dengan usaha menyamakan persepsi yang sangat dibutuhkan sebagaimana
dipersyaratkan dalam Kerangka Acuan Kerja.

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 24 #
LAPORAN PENDAHULUAN

C. Pengumpulan Data Sekunder

Sebagaimana diminta dalam Kerangka Acuan Kerja, dalam melakukan


pengumpulan data sekunder menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan
pekerjaan “MASTERPLAN/ DED PPP LEMPASING”.

Adapun data sekunder yang dikumpulkan untuk keperluan perencanaan


Perkuatan tebing sungai utama adalah sebagai berikut :

1. Data hasil studi terdahulu.


2. Peta – peta yang ada.
3. Data – data lain yang akan menunjang dalam pelaksanaan desain.

Sebelum digunakan untuk analisis, data-data tersebut akan dikaji keandalan


dengan melakukan cek terhadap stasiun pencatat data. Data hujan dipilih dari
stasiun pencatat data yang mewakili kondisi daerah studi. Data-data tersebut
akan dihimpun dan diinventarisir untuk dilakukan pengelompokan-pengelompokan
agar memudahkan nantinya dalam pengolahan dan analisisnya.

Mengingat waktu yang disediakan untuk melaksanakan pekerjaan cukup terbatas,


maka dalam pengumpulan data-data tersebut Konsultan akan mengerahkan
semua personil yang terlibat dalam menangani kegiatan.

Dengan aktivitas pengumpulan data yang paralel tersebut diharapkan data-data


yang diperlukan dapat terkumpul tepat waktu. Sebagai sumber perolehan data-
data tersebut di antaranya :

1. PPK untuk mengetahui studi terdahulu.


2. Pemerintah Daerah Provinsi Banten terutama Bappeda untuk mengetahui
tata ruang wilayah.
3. BPN, untuk memperoleh data tata guna lahan
4. Bakosurtanal, guna mendapatkan peta-peta hasil studi terdahulu yang
berhubungan dengan proyek ini.
5. Badan meteorologi dan Geofisika. Guna mendapatkan data – data curah
hujan dan klimatologi.

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 25 #
LAPORAN PENDAHULUAN

D. Survey Pendahuluan dan Review Hasil Identifikasi

Survey pendahuluan ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang


kondisi daerah studi dengan benar sehingga dapat melaksanakan rencana kerja
yang telah disusun secara seksama. Di dalam survey pendahuluan ini juga akan
dilakukan sosialisasi awal terhadap masyarakat sekitar daerah kegiatan. Di dalam
survey pendahuluan tim konsultan akan mengadakan wawancara langsung
dengan penduduk mengenai permasalahan yang ada serta latar belakang
permasalahan yang terjadi, hal ini dilakukan untuk melengkapi data yang telah
diperoleh dari studi terdahulu. Dari hasil survey pendahuluan Kami akan
melakukan review dari laporan yang ada dan dikombinasikan dengan data – data
lainnya yang dikumpulkan, untuk menyusun dan menentukan strategi awal dalam
pelaksanaan pekerjaan.

E. Penyusunan Laporan Pendahuluan

Draft Laporan Pendahuluan akan disusun oleh konsultan dengan memasukkan


semua materi yang telah diuraikan dalam pekerjaan pendahuluan menyangkut
pendekatan metodologi, analisis pekerjaan, program kerja, jadwal pelaksanaan
pekerjaan, jadwal penugasan personil, pengumpulan data inventarisasi data awal,
studi meja dan literatur maupun hasil kunjungan lapangan.

Berikutnya Draft Laporan Pendahuluan akan didiskusikan dengan Pemberi Kerja


untuk memperoleh masukan tambahan untuk penyempurnaan pembuatan
Laporan Pendahuluan.

3.3 KEGIATAN SURVEI DAN ANALISA

3.3.1 Pengukuran Topografi

A. Lingkup Pekerjaan Pengukuran

Lingkup pekerjaan survey topografi sesuai dengan ketentuan dalan Kerangka


Acuan Kerja (KAK) pada kegiatan ini adalah sebagai berikut :

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 26 #
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Survey Pemetaan Situasi


2. Pengukuran topografi
3. Inventarisasi BM yang ada dan penambahan BM
4. Pengukuran dan penggambaran potongan memanjang dan melintang
5. Pengukuran dan pemetaan situasi detail 1 : 500

B. Prosedur Pengukuran Topografi

Agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan lancar diperlukan suatu


metodologi yang terencana dan tersusun baik. Berikut dibawah ini akan diuraikan
prosedur dari pekerjaan pemetaan yang akan dilakukan.

1. Persiapan

Hal-hal penting yang perlu dipahami dan diperhatikan dalam pekerjaan pemetaan
adalah: bahwa pelaksanaannya selalu melibatkan personil yang relatif banyak,
dilakukan di medan yang berat, dengan memakai alat yang memiliki kepekaan
fisik dan kepekaan konstruksi yang sangat tinggi, sedangkan besaran-besaran
yang diukur merupakan besaran-besaran yang dicatat sampai keangka satuan
yang terkecil, yaitu milimeter dan detik. Untuk mencapai pelaksanaan pemetaan
yang efisien dan efektif dalam arti waktu, biaya, tenaga, serta ketelitian hasil,
maka sebelum kegiatan pengumpulan data ukur dimulai terlebih dahulu dilakukan
persiapan-persiapan yang lengkap dan menyeluruh, mencakup persiapan teknik,
administrasi serta manajerial.

2. Persiapan Teknik

Persiapan teknik antara lain :

a. Penyediaan peta kerja,


b. Penyediaan deskripsi titik ikat planimetris dan ketinggian yang telah ada di
lokasi atau di sekitar lokasi pemetaan,
c. Orientasi lapangan,

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 27 #
LAPORAN PENDAHULUAN

d. Pemeriksaan kondisi fisik serta pemeriksaan kebenaran koordinat planimetris


dan ketinggian titik ikat yang akan digunakan,
e. Penetapan titik ikat planimetris dan ketinggian yang akan digunakan,
f. Penentuan letak base camp,
g. Perencanaan jalur pengukuran,
h. Perencanaan letak pemasangan patok tetap,
i. Penyediaan patok tetap utama dan patok tetap bantu,
j. Penyediaan patok sementara,
k. Perencanaan sistem pemberian nomor patok sementara dan nomor patok
tetap,
l. Penyediaan alat ukur yang sesuai dengan ketelitian yang telah ditetapkan,
m. Kalibrasi alat ukur,
n. Penyediaaan alat hitung,
o. Penyediaan formulir data ukur dan formulir data hitungan,
p. Penyediaan tabel deklinasi untuk tahun pelaksanaan pengamatan matahari,
q. Persiapan lain yang diperlukan.

3. Persiapan Administrasi

Persiapan administrasi antara lain:

a. Surat bukti keabsahan personil dalam mewakili institusi pelaksana.


b. Surat izin survei.
c. Lain-lain yang diperlukan

4. Pembacaan dan Pencatatan Data Ukur

Pengumpulan data ukur pada hakekatnya adalah proses membaca alat ukur yang
diarahkan pada obyek yang diukur, yaitu dimulai dari tahap pemasangan patok
sampai pencatatan data ukur.

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 28 #
LAPORAN PENDAHULUAN

5. Titik Referensi

Titik awal pengukuran dan referensi ditetapkan oleh direksi pekerjaan. Posisi
koordinat (X dan Y) dari titik referensi tersebut dapat diketahui seketika dengan
menggunakan alat GPS (Global Positioning System). Hal ini dilakukan apabila
pada daerah studi tidak ditemukan patok tetap utama hasil studi terdahulu atau
patok tetap utama yang ada jaraknya sangat jauh dari lokasi yang akan diukur,
sehingga jika harus mengikatkannya ke patok tersebut memerlukan waktu yang
lama dan biaya yang cukup besar.

Teori mendapatkan data koordinat dengan menggunakan alat GPS itu adalah
sebagi berikut :

a. Usahakan agar jumlah satelit yang terekam atau memberikan informasi


minimum sebanyak 5 buah.
b. Pembacaan data diambil minimal 2 kali pada setiap titiknya.
c. Karena data yang didapatkan dari alat GPS itu adalah data lintang dan
bujur, maka kita harus mentransfernya lagi kedalam format koordinat UTM
yakni dengan melakukan perhitungan yang mengacu pada Tabel-tabel atau
program yang telah disediakan atau diikutkan dalam alat GPS tersebut.

Sedangkan untuk data elevasinya (Z) dilakukan dengan melakukan pengikatan


pada patok tetap atau bangunan eksisting terdekat yang kondisi fisiknya dinilai
masih baik.

6. Pemasangan Patok

Patok yang dipasang di lapangan berupa patok sementara dan patok tetap.

a. Patok sementara:

1) Semua patok sementara yang dipakai sebaiknya dibuat dari kayu kasau
ukuran 5/7.

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 29 #
LAPORAN PENDAHULUAN

2) Tiap patok sementara dipasang dengan masing-masing letak dan jarak yang
diperhitungkan terhadap kebutuhan kerangka horisontal, kerangka vertikal,
penampang melintang, serta rinci sungai.
3) Jarak antar patok sementara dipasang dengan jarak 50 m untuk kondisi trase
sungai yang lurus. Sedangkan untuk trase sungai di daerah tikungan dapat
dipasang dengan jarak yang lebih rapat lagi sehingga datanya dapat terambil
secara lebih detail.
4) Semua patok sementara yang dipasang dicat dengan warna merah, diberi
paku di atasnya, serta diberi nomor urut, jelas dan sistematis.
5) Data pemasangan patok sementara ini dicatat dan digambar sketsanya pada
lembar formulir “Daftar Jarak”.

b. Patok tetap:

1) Patok tetap utama:

a) Patok tetap utama dipasang pada awal dan akhir dari jalur pengukuran.
b) Pemasangan patok tetap utama dilakukan di sepanjang tepi kiri dan tepi Kiri
sungai, dengan jarak tiap 2 km.Letak patok tetap dipilih di tempat yang aman
serta pada kondisi tanah yang stabil.
c) Semua patok tetap utama tersebut harus diberi nama, nomor dan bulan serta
tahun pemasangannya, yang dipasang supaya urut, jelas, serta sistematis dan
ditulis dengan warna biru pada marmer putih.Pemberian nomor yang terkecil
dimulai dari bagian hilir terus ke arah hulu.
d) Tiap patok tetap utama dipasang dengan memunggung sungai, artinya bahwa
nama, nomor serta bulan dan tahun pemasangan berada dalam posisi
membelakangi sungai. Tiap-tiap patok tetap utama yang telah dipasang harus
dibuat diskripsinya secara representatif, serta menampilkan pula nama desa,
kecamatan, kabupaten, arah utara, arah aliran sungai, dan dilengkapi pula
dengan skesta serta foto patok tetap utama yang bersangkutan.
e) Foto dari masing-masing patok tetap utama harus berwarna dan foto tersebut
harus menampakkan nama dan nomor patok tetap utama.

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 30 #
LAPORAN PENDAHULUAN

f) Dimensi patok tetap utama dibuat berukuran 20 x 20 x 100 cm, terbuat dari
beton campuran 1 : 2 : 3 dengan memakai tulangan besi 10 mm dan
notasinya terbuat dari marmer berukuran 12 x 12 cm yang digrafir.

2) Patok tetap pembantu.

a) Pada setiap patok tetap utama harus dipasang dengan sebuah patok tetap
pembantu terbuat dari pipa paralon diameter 4” yang dicor beton campuran 1 :
2 : 3 dengan memakai tulangan besi  10 mm sebagai kontrol arah azimuth.
Jarak pemasangannya kurang lebih 100 meter dari patok tetap utama serta
dapat terlihat langsung dari patok tetap utama.
b) Pemasangan patok tetap pembantu dilakukan di sepanjang tepi kiri dan tepi
Kiri sungai.Letak patok tetap dipilih di tempat yang aman serta pada kondisi
tanah yang stabil.
c) Semua patok tetap pembantu tersebut harus diberi nama, nomor dan bulan
serta tahun pemasangannya, yang dipasang supaya urut, jelas, serta
sistematis dan ditulis dengan warna biru pada marmer putih.Pemberian nomor
yang terkecil dimulai dari bagian hilir terus ke arah hulu.
d) Tiap patok tetap pembantu dipasang dengan memunggung sungai, artinya
bahwa nama, nomor serta bulan dan tahun pemasangan berada dalam posisi
membelakangi sungai.
e) Tiap-tiap patok tetap pembantu yang telah dipasang harus dibuat diskripsinya
secara representatif, serta menampilkan pula nama desa, kecamatan,
kabupaten, arah utara, arah aliran sungai, dan dilengkapi pula dengan skesta
serta foto patok tetap pembantu yang bersangkutan.
f) Foto dari masing-masing patok tetap pembantu harus berwarna dan foto
tersebut harus menampakan nama dan nomor patok tetap pembantu.

c. Penentuan Azimuth

Penentuan azimuth awal dan akhir pengukuran akan dilakukan dengan metode
tinggi matahari yang diikatkan pada patok tetap utama referensi. Sebenarnya ada
cara yang lebih sederhana dalam menentukan nilai azimuth tersebut yakni cukup
dengan menyetel jarum bousole pada alat ukur T-0 lalu mengikatkannya pada
patok tetap utama referensi, tetapi cara ini dianggap kurang teliti.
CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 31 #
LAPORAN PENDAHULUAN

Formulir pengamatan matahari dan hitungan azimuth matahari dengan metode


tinggi matahari dapat dilihat pada lampiran.

d. Pengukuran Kerangka Horisontal Peta

Secara keseluruhan ada beberapa metode pengukuran kerangka horisontal peta


dan pada pedoman ini dipakai metode pengukuran poligon, karena metode
pengukuran poligon mudah menyesuaikan dengan kondisisungai. Berdasarkan
fungsi dan ketelitiannya pengukuran poligon dibagi menjadi pengukuran poligon
utama dan pengukuran poligon cabang. Pengukuran poligon utama berfungsi
sebagai kontrol dalam mencegah rambatan kesalahan, sedangkan pengukuran
cabang berfungsi untuk mengikat letak penampang melintang dan rinci sungai
yang diukur.

1) Pengukuran poligon utama.

a) Jalur pengukuran poligon utama hanya melalui patok tetap utama.


b) Bentuk jalur pengukuran poligon utama tersebut harus tertutup (kring)
terhadap patok tetap utama yang berada di seberang sungai (berseberangan).
c) Tiap sudut poligon utama diukur dengan universal theodolit yang memiliki
ketelitian dua detik dengan cara reiterasi, yaitu minimal sebanyak empat seri
untuk masing-masing sudut.
d) Setiap akan memulai pengukuran terlebih dahulu dilakukan pengecekan
theodolit.
e) Kesalahan penutup sudut pengukuran poligon utama tidak boleh lebih 10”n,
dimana n adalah banyaknya titik poligon.
f) Semua sisi poligon utama diukur dengan teliti.
g) Masing-masing sisi poligon utama tersebut minimal diukur sebanyak empat
kali, yaitu dilakukan dengan cara pergi pulang.
h) Semua data pembacaan dicatat dan ditambahkan gambar sketsa jalur
pengukuran dalam lembar formulir “Pengukuran Poligon”.
i) Kesalahan linier pengukuran poligon utama tidak boleh lebih dari 1/10.000.
j) Sudut arah poligon memakai azimuth astronomi yang dalam hal ini dilakukan
dengan pengamatan matahari.
k) Pelaksanaan pengamatan matahari perlu dilengkapi dengan prisma roulop.

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 32 #
LAPORAN PENDAHULUAN

l) Jarak maksimum untuk dua kontrol azimuth 5 km.


m) Koreksi sudut antara dua kontrol azimuth maksimum 8” untuk tiap titik poligon.

2) Pengukuran Poligon Cabang

a) Jalur pengukuran poligon cabang harus dimulai dari jalur pengukuran poligon
utama kemudian diakhiri pada jalur pengukuran poligon utama pula. Jalur
pengukuran poligon cabang ini harus melewati semua patok tetap utama,
patok tetap pembantu serta patok sementara
b) Tiap sudut poligon cabang diukur dengan universal theodolit yang memiliki
ketelitian sepuluh detik dengan cara reiterasi, yaitu minimal sebanyak dua seri
untuk masing-masing sudut.
c) Setiap akan memulai pengukuran terlebih dahulu dilakukan pengecekan
theodolit.
d) Kesalahan penutup sudut pengukuran poligon cabang tidak boleh lebih 20”n,
dimana n adalah banyaknya titik poligon.
e) Semua sisi poligon utama diukur dengan teliti.
f) Masing-masing sisi poligon cabang tersebut minimal diukur sebanyak dua kali,
yaitu dilakukan dengan cara pergi pulang.
g) Kesalahan linier pengukuran poligon cabang tidak boleh lebih dari 1/5.0000.

e. Pengukuran Kerangka Vertikal Peta

Untuk mendapatkan ketinggian titik-titik tetap (Bench Mark) dari kerangka dasar
horisontal (baik kring polygon utama dan cabang) dilakukan pengukuran
waterpass secara tertutup, dengan mengambil satu titik referensi tinggi (sebagai
titik nol lokal/titik awal tinggi), dimana titik tersebut mempunyai ketinggian terhadap
permukaan air laut rata-rata.

Kerangka vertikal peta diukur dengan metode waterpasing dan dibawah ini akan
diuraikan beberapa hal penting yang perlu diperhatikan.

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 33 #
LAPORAN PENDAHULUAN

1) Referensi ketinggian sesuai dengan referensi kerangka horisontal yang telah


disebutkan diatas atau sesuai dengan petunjuk Direksi.
2) Jalur pengukuran waterpasing harus melalui semua patok poligon.
3) Jalur pengukuran waterpasing tersebut harus membentuk loop (kring),
terhadap patok tetap utama yang berseberangan (seberang sungai).
4) Alat ukur waterpas yang dipakai memiliki jangkauan pembacaan sampai 120
m dengan level orde 2 (Wild NAK 2, Sokkisha B2 atau yang sederajat).
5) Setiap akan memulai pengukuran terlebih dahulu dilakukan pengecekan alat
ukur waterpas.
6) Rambu yang akan dipakai harus mempunyai interval skala yang benar.
7) Pada pengukuran tiap slag usahakan agar alat waterpasing selalu berdiri
ditengah-tengah kedua rambu.
8) Setiap pembacaan rambu ukur harus dilakukan pada ketiga benang, yaitu
benang atas, benang tengah, dan benang bawah.
9) Semua data pembacaan dicatat dan ditambahkan gambar sketsa jalur
pengukuran dalam lembar formulir “Pengukuran Waterpass”
10) Selisih antara jumlah beda tinggi hasil ukuran pergi terhadap jumlah beda
tinggi hasil ukuran pulang dalam setiap seksi tidak boleh lebih dari 8mmD,
dimana D adalah panjang seksii dalam Km.
11) Sebelum pengukuran, alat ukur diatur dengan mengusahakan agar garis bidik
teropong sejajar dengan arah garis nivo, arah garis nivo tegak lurus sumbu I,
dan benang mendatar diafragma tegak lurus sumbu I.
12) Sistem pembacaan rambu adalah muka-belakang-belakang-muka.
13) Jumlah slag pada tiap seksi dibuat genap, pemasangan rambu bergantian
artinya rambu belakang pada slag pertama menjadi rambu muka pada slag
kedua.
14) Pemasangan rambu diusahakan tegak lurus dengan bantuan unting-unting
(nivo).
15) Pelaksanaan pengukuran waterpasing harus dilakukan secara pergi-pulang
pada setiap seksi dengan panjang seksi antara 1 km – 2 km, apabila terjadi
beda tinggi yang melebihi batas toleransi, maka pengukuran segera
dilanjutkan pada keesokan harinya.

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 34 #
LAPORAN PENDAHULUAN

Adapun kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengukuran waterpass


antara lain disebabkan :

1) Kesalahan karena surveyor; kesalahan ini merupakan kesalahan secara


kebetulan yang disebabkan kurang telitinya penafsiran pembacaan rambu
ukur.
2) Kesalahan karena alat yang digunakan seperti tidak sejajarnya garis bidik
dengan arah garis nivo, posisi rambu yang tidak lurus/miring.
3) Kesalahan karena keadaan alam seperti pengaruh kelengkungan bumi,
pengaruh reflaksi.

C. Pengolahan Data Ukur

1. Koordinasi Data

a. Semua data ukur maupun data lain supaya selalu diklasifikasikan, menurut
jenisnya, disusun dengan rapi, efisien, serta sistematis.
b. Semua data ukur dan hasil perhitungannya yang telah diterima dan disetujui,
supaya ditandai keabsahannya yaitu diberi paraf.

2. Perhitungan Data Ukur

Sebelum dilakukan perhitungan data, maka terlebih dahulu disepakati mengenai


bidang referensi horisontal dan ketinggian yang akan dipakai, titik referensi
horisontal dan ketinggian yang dipakai, tahap-tahap perhitungan yang akan
dilakukan, redukdi-reduksi yang akan diberikan, rumus-rumus yang akan
digunakan, sistem proyeksi peta yang dipakai, metode ilmu hitung perataan yang
digunakan, bentuk format dari formulir hitungan yang akan dipakai.

a. Hitungan Poligon

Secara umum hitungan poligon terdiri dari dua tahap, untuk tahap pertama adalah
hitungan koordinat sementara dan tahap yang kedua merupakan hitungan
koordinat definitif.

1) Hitungan koordinat sementara


a) Jarak hasil ukuran

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 35 #
LAPORAN PENDAHULUAN

b) Azimuth
c) Hitungan koordinat
2) Hitungan koordinat definitif

b. Hitungan Waterpasing

Dalam melakukan perhitungan ketinggian/elevasi, konsultan telah menyiapkan


lembar formulir “Perhitungan Waterpass” (terlampir).Secara umum hitungan
waterpasing terdiri dari dua tahap, untuk tahap pertama adalah hitungan
ketinggian sementara dan tahap kedua hitungan ketinggian definitif.

1) Hitungan ketinggian sementara


a) Pemeriksaan hasil pengukuran dengan menghitung jumlah
bacaan rambu ke belakang, jumlah bacaan rambu muka, jumlah
perbedaan tinggi untuk tiap seksi pengukuran.
b) Menghitung beda tinggi antara patok tetap utama, serta pada tiap
loop.
c) Menghitung ketinggian tiap-tiap patok.
Setelah hasil ukuran diteliti kebenarannya dimana 2Bt = Ba + Bb maka
dilakukan perhitungan, adapun rumus yang digunakan adalah:
Hn= Hn-1 +  Hn-1.n + C
Dimana:
Hn = Titik yang akan dihitung
Hn-1 = Titik yang diketahui tingginya
 Hn-1.n = Beda tinggi antara titik n-1 ke titik n
C = Koreksi

2) Hitungan ketinggian definitif


Hitungan tinggi definitif dilakukan dengan metode Least Square (kwadrat
terkecil).

3) Hitungan Rinci Sungai

Jarak tiap rinci terhadap patok merupakan jarak tidak langsung (jarak optis) yang
dihitung berdasarkan funsi geometri sudut vertikal dan hasil bacaan rambu ukur.
Beda tinggi tiap rinci terhadap patok dihitung dengan rumus tachymetri.

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 36 #
LAPORAN PENDAHULUAN

Sedangkan ketinggian tinggi tiap rinci dihitung terhadap ketinggian yang telah
definitif.

Adapun rumus yang digunakan adalah:


Dm = 100. (ba – bb). cos m
Dd = 100. (ba – bb). cos² m
HAB = 100. (ba – bb). cos m . sin m
= ½. 100. (ba – bb). sin 2m
HAB = 100. (ba – bb). ½. sin 2m
TB = TA + HAB – Bt + Ta
Dimana:
HAB = Beda tinggi titik A dan B
Dd = Jarak datar
Ta = Tinggi alat
TA = Tinggi patok A yang diketahui tingginya
TB = Tinggi patok B yang akan dihitung tingginya

Hitungan Rinci Penampang Melintang Jarak tiap rinci terhadap kerangka


merupakan jarak tidak langsung (jarak optis) yang dihitung berdasarkan fungsi
geometri sudut vertikal dan hasil bacaan rambu ukur.Beda tinggi tiap rinci
terhadap patok juga dihitung dengan rumus tachymetri.

Sedangkan ketinggian tiap rinci pada penampang dihitung terhadap ketinggian


yang telah definitif.

D. Penyajian Hasil

1. Penggambaran

Kegiatan pelaksanaan penggambaran topografi mengacu pada “Standar


Perencanaan Teknis Perkuatan Tebing, Persyaratan Teknis bagian Pengukuran
Topografi (PT-02)” dan “Standar Perencanaan Teknis Perkuatan Tebing, Kriteria
Perencanaan bagian Standar Penggambaran (KP–07)”.

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 37 #
LAPORAN PENDAHULUAN

a. Peta

Sebelum dilakukan penggambaran pada kertas kalkir terlebih dahulu dibuat draft
di lapangan pada kertas milimeter dengan skala 1 : 2.000.

Atas pertimbangan beberapa hal seperti : 1. Daerah yang dipetakan relatif luas
dan tidak mungkin digambar dalam 1 (satu) lembar kertas ukuran A1; 2. Luas
meja gambar yang terbatas; 3. Faktor ketelitian karena mengkerut atau
mengembangnya kertas; 4. Efisiensi dalam pekerjaan perencanaan; 5. mudah
dibawa-bawa, maka daerah yang akan dipetakan dibagi-bagi dalam lembaran-
lembaran peta (blad), dimana 1 (satu) lembar peta mempunyai batas :

1) panjang (x) =50 cm (50 cm x 2.000 cm = 1.000 m)


2) lebar (y) =50 cm (50 cm x 2.000 cm = 1.000 m)
3) jumlah kotak grid =25 kotak

Di mana sistem grid yang dipakai adalah sebagai berikut:

10 cm

X
10 cm

Berdasarkan daerah pengukuran yang akan dipetakan, maka lembar-lembar


(blad) peta diberi nomor hanya daerah yang tercakup / tergambar pada lembar
bersangkutan.

Sebagai ilustrasi :

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 38 #
LAPORAN PENDAHULUAN

4 5 6 7

1 2 3

1) Gambar Draft
a) Jenis Kertas
Penggambaran draft dilakukan dengan menggunakan kertas millimeter untuk
diperiksa oleh Direksi dan mendapatkan persetujuan sebelum dilanjutkan ke
tahap penggambaran CAD menggunakan komputer.
b) Skala Peta
Pada dasarnya semakin besar skala peta maka peta tersebut semakin teliti
dan semakin mendekati keadaan sebenarnya, demikian pula sebaliknya
semakin kecil skala peta tersebut makin tidak teliti karena unsur-unsur di
dalam peta banyak mengalami penyederhanaan.Sebagai contoh suatu sungai
memiliki lebar 10 m, sungai tersebut digambar dengan skala 1 : 5000, ini
berarti 1 cm di peta sama dengan 50 m di sungai, dan ini berarti bahwa lebar
sungai tersebut tergambar pada peta sebesar 2 milimeter.Akan tetapi sebagai
pendekatan maka skala peta dapat dibuat yang disesuaikan dengan
peruntukan:

 studi kelayakan 1 : 5000; 1 : 2000; 1 : 1000


 pra desain 1 : 2000; 1 : 1000; 1 : 500
 desain rinci 1 : 2000; 1 : 1000; 1 : 500; 1 : 200

Dan untuk produk pekerjaan kali ini, peta Embungasi sungai akan dibuat
dengan skala 1 : 2000 dengan kerapatan garis kontur dibuat dengan interval

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 39 #
LAPORAN PENDAHULUAN

0.5 m untuk kemiringan medan yang landai dan 1 m untuk kemiringan medan
yang curam, dengan alasan bahwa jika nantinya pihak pemilik pekerjaan akan
melanjutkan ketahapan berikutnya baik studi kelayakan atau pra desain
maupun desain rinci, maka gambar skala tersebut sudah cukup untuk
dijadikan referensi.

3.3.2 Survei Bathimetri dan Pasang Surut

Survey batimetri atau pengukuran kedalaman baik itu kedalaman laut atau
sungai sangat diperlukan dalam pemecahan permasalahan pantai / sungai.
Hasil akhir dari survey ini berupa peta topografi dasar laut / sungai terhadap
suatu referensi tertentu. Penentuan topografi dasar laut dilakukan dengan
pengukuran kedalaman baik itu kedalaman laut atau sungai sangat diperlukan
dalam pemecahan permasalahan pantai / sungai. Hasil akhir dari survey ini
adalah berupa peta topografidasar laut / sungai terhadap suatu referensi
tertentu sehingga dapat menggambarkan keadaan topogra firelief di bawah
permukaan air.

 Pekerjaan survey batimetri biasanya tidak berdiri sendiri tetapi bersamaan


dengan survey gelombang, pasut, arus, dan lainnya. Oleh karena itu sebelum
masuk ke batimetri akan disajikan survey hidrografi secara umum baik
mengenai jenis maupun tujuan, hal-hal yang diperlukan agar pengukurannya
teliti, persyaratan juru ukur, dan sebagainya.Pekerjaan perhitungan surutan
hasil pemeruman adalah mereduksi (koreksi) semua data ukuran kedalaman
laut kebidang referensi kedalaman (chart datum). Koreksi-koreksi yang perlu
diberikan pada angka ukurankedalaman adalah koreksi draft tranducer dan
koreksi pasang surut.

Koreksi pasang surut dilakukan karena pada saat sedangberlangsung 
pekerjaan pemeruman, sedangkan fenomena muka air laut selalu bergerak
dan berubah setiap saat (fenomenapasang surut)

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 40 #
LAPORAN PENDAHULUAN

Pengukuran Pasang Surut Pasut laut (ocean tide) adalah fenomena naik

dan turunnya permukaan air laut secara periodik yang disebabkan oleh

pengaruh gravitasi benda-benda langit terutama bulan dan matahari.

Pengamatan pasut dilakukan untuk memperoleh data tinggi muka air laut

di suatu lokasi. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat ditetapkan

datum vertikal tertentu sesuai untuk keperluan-keperluan tertentu pula.

Pengamatan pasut dilakukandengan mencatat atau merekam data tinggi

muka air laut pada setiap interval waktu tertentu. Rentang waktu

pengamtan

pasut yang lazim dilakukan untuk keperluan praktis adalah 15 atau 29pian

tan (1 piantan = 25 jam). Interval waktu pencatatan atau perekaman tinggi

muka air laut biasanya adalah 15, 30 atau 60menit.

Permukaan air laut dipakai sebagai tinggi nol. Kedalaman suatu titik di

dasar perairan atau ketinggiantitik di pantai mengacu pada permukaan

laut yang dianggap sebagai bidang regernsi vertical (chart datum). Karena

posisi muka laut selalu berubah, maka penentuan tinggi nol harus

dilakukan dengan merata-ratakan data tinggi muka air yang diamati pada

rentang waktu tertentu.

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 41 #
LAPORAN PENDAHULUAN

BAB IV
RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Rencana Kerja

Rencana kerja dalam hal ini disusun dengan menyusun jadwal pelaksanaan
pekerjaan yang item-item yang telah diuraikan dalam bagan alir dan metode
pelaksanaan, dalam bentuk distribusi grafik balok (bar chart) dan bobot dan kurva-
S. Jadwal pelaksanaan ini akan menjadi acuan untuk memantau kemajuan
tahapan pelaksanaan pekerjaan. Semua kegiatan yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan akan ditampilkan dalam jadwal, kapan harus dimulai dan
kapan harus diselesaikan. Dengan demikian pemantauan kemajuan pekerjaan
dapat dilaksanakan secara real time. Adapun rincian dari item kegiatan dalam
jadwal kegiatan pekerjaan dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Kegiatan Pendahuluan
1. Administrasi
2. Laporan Bulanan
3. Pengumpulan Data Skunder dan Peta
4. Survey Pendahuluan dan Kajian Awal
5. Laporan Pendahuluan
B. Kegiatan Survey
1. Survey Topografi, Perhitungan dan Penggambaran
2. Survey Bathimetri
3. Survey Pasang Surut
C. Kegiatan Analisa Data
1. Analisis Topografi
2. Analisa Bathimetri

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 42 #
LAPORAN PENDAHULUAN

4. Sistem Planing

D. Kegiatan Diskusi dan Pelaporan


1. Diskusi Laporan Pendahuluan
2. Diskusi Laporan Akhir

Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah ini

4.2 Organisasi Pelaksana

Organisasi pelaksana proyek dirancang oleh Konsultan sedemikian rupa yang


mencerminkan hal-hal sebagai berikut (dalam pengaturannya, konsultan
menyediakan semuakeperluanlogistik dan administrasi, termasuk transport,
perhubungan/ komunikasi, termasuk fasilitas e-mail dan kantor) :
a. Konsultan mempunyai tim inti dari perorangan dengan kualifikasi yang tinggi
dan kemampuan untuk melaksanakan proyek.

b. Tim Inti, diketuai oleh Team Leader, bekerja secara penuh.

c. Tim Inti akan dibantu oleh Supporting Staff yang akan membantu dalam hal-
hal yang bersifat administrasi dan non teknis lainnya.

Keseluruhan tanggung jawab koordinasi, manajemen, penganggaran dan


monitoring akan berada di bawah koordinasi Team Leader. Struktur Organisasi
Konsultan yang terlibat dalam penugasan ini ditampilkan dalam halaman berikut.

Tenaga ahli yang dibutuhkan antara lain:

1. Team Leader/Ahli Teknik Sipil Pantai/Hidrologi, minimal lulusan S1


Jurusan Teknik Sipil dengan pengalaman minimal 5 (lima) tahun memiliki
pengalaman pada pekerjaan yang berkaitan dengan bidang Sumber Daya
Air, memiliki Sertifikat Keahlian (SKA).
2. Ahli Arsitektur, minimal lulusan S1 Jurusan Arsitekturdengan pengalaman
3(tiga) tahun memiliki pengalaman pada pekerjaan yang berkaitan dengan
bidang penataan ruang, memiliki Sertifikat Keahlian (SKA).

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 43 #
LAPORAN PENDAHULUAN

3. Ahli Perencanaan Wilayah/Planologi, minimal lulusan S1 Jurusan Teknik


Planologi/Perencanaan Wilayah dengan pengalaman 3 (tiga) tahun
memiliki pengalaman pada pekerjaan yang berkaitan dengan bidang
penataan ruang, memiliki Sertifikat Keahlian (SKA).
4. Ahli Lingkungan, minimal lulusan S1 Jurusan Teknik
Lingkungan/Lingkungandengan pengalaman 3(tiga) tahun memiliki
pengalaman pada pekerjaan yang berkaitan dengan bidang kelautan dan
perikanan, memiliki Sertifikat Keahlian (SKA).
5. Ahli Sosial Ekonomi dan Budaya, minimal lulusan Jurusan S1 Sosial
Ekonomi Pertanian/Sosial Ekonomi Perikanan dengan pengalaman 3(tiga)
tahun dan memiliki pengalaman pada pekerjaan yang berkaitan dengan
bidang sosial ekonomi dan budaya.
6. Tenaga pendukung, terdiri dari :
a. Surveyor : 2 (dua) orang, miniman Lulusan D3
b. Drafter (Operator CAD) : 2 (dua) orang, miniman lulusan D3

CV. TRIMITRA JAYA KONSULTAN – PERENCANAAN PENGEMBANGAN PPP LEMPASING (REVIEW MASTERPLAN / DED )
# 44 #

Anda mungkin juga menyukai