Pembahasan Evaluasi 27-29
Pembahasan Evaluasi 27-29
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dari makalah ini
yaitu :
1. Apa yang dimaksud terapi komplementer?
2. Apa yang dimaksud evaluasi ?
3. Bagaimana evaluasi dalam komplementer ?
4. Bagaimana penilaian keberhasilan evaluasi dalam komplementer ?
5. Bagaimana type pernyataan evaluasi ?
6. Bagaimana langkah-langkah penting dalam pencacatan evaluasi dalam
komplementer ?
1
7. Bagaimana cara mengukur pencapaian tujuan evaluasi dalam komplementer ?
8. Apa saja bentuk evaluasi dalam keperawatan komplementer ?
9. Bagaimana format evaluasi dalam keperawatan komplementer ?
10. Bagaimana contoh asuhan keperawatan komplementer ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulisan makalah untuk mengetahui tahap evaluasi dalam keperawatan
komplementer.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini, yaitu :
a. Mengetahui pengertian terapi komplementer
b. Mengetahui pengertian evaluasi
c. Memahami evaluasi dalam komplementer
d. Mengetahui penilaian keberhasilan evaluasi dalam komplementer
e. Memahami type pernyataan evaluasi
f. Mengetahui langkah-langkah penting dalam pencacatan evaluasi dalam
komplementer
g. Memahami cara mengukur pencapaian tujuan evaluasi dalam
komplementer.
h. Memahami bentuk evaluasi dalam keperawatan komplementer
i. Mengetahui format evaluasi dalam keperawatan komplementer
j. Mengetahui contoh asuhan keperawatan komplementer
D. Manfaat Penulisan
Tulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak di
antaranya penting juga bagi seorang perawat agar mengerti tentang proses
evaluasi dalam keperawatan komplementer untuk menunjang profesi sebagai
seorang perawat yang profesional.
2
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
BAB II
PEMBAHASAN
3
A. Pengertian Terapi Komplementer
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung atau pelengkap pengobatan konvensional atau
sebagai pengobatan pilihan lain di luar pengobatan yang konvensional.
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer
adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang
bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan
komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional
yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan
diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya,
jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
Proses keperawatan komplementer, meliputi :
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi keperawatan sesuai dengan Nursing Diagnosis Handbook
4. Implementasi keperawatan
5. Evaluasi keperawatan.
4
2. Untuk menilai efektifitas, efisiensi dan produktifitas dari tindakan
komplementer yang telah diberikan,
3. Mendapatkan umpan balik,
4. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan,
5. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan.
5
1) Keadaan fisik, misalnya pegal-pegal sudah berkurang atau hilang, sudah
bisa tidur dengan nyenyak,
2) Psikologis dan sikap, misalnya berkembangnya sikap positif keluarga
terhadap perawatan anggota keluarga yang sakit,
3) Pengetahuan dan perubahan perilaku, misalnya pasien melaksanakan
petunjuk-prtunjuk yang berkaitan dengan perawatan berkelanjutan di
rumah.
d. Metode Penilaian :
1) Observasi langsung : mengamati secara langsung perubahan yang terjadi
setelah diberikan tindakan komplementer,
2) Wawancara (anamnesa) : wawancara pasien atau keluarga berkaitan
dengan perubahan sikap, apakah telah menjalankan anjuran yang
diberikan,
3) Memeriksa laporan : dapat dilihat dari rencana tindakan yang dibuat dan
tindakan komplementer yang dilaksanakan sesuai dengan rencana,
4) Latihan simulasi, berguna dalam menentukan perkembangan kesanggupan
melaksanakan kegiatan setelah tindakan komplementer diberikan.
6
F. Langkah-Langkah Penting Dalam Pencatatan Evaluasi
Di dalam pencacatan evaluasi, terdapat langlah-langkah penting yang harus
dilakukan :
7
4. Perubahan fungsi tubuh dan gejala.
H. Bentuk Evaluasi
Evaluasi telah diklasifikasikan berdasarkan apa yang dinilai dan kapan.
Terdapat 3 type evaluasi yang menjelaskan apa yang perlu dievaluasi : struktur,
proses dan hasil. Setiap tipe memiliki fokus dan kriteria yang berbeda dan
sebagaimana didefinisikan berikut ini :
1. Evaluasi Struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan
sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara
langsung atau tidak langsung memengaruhi dalam pemberian pelayanan.
Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, ratio perawat-pasien, dukungan
administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf keperawatan
dalam area yang diinginkan.
Struktur : fasilitas fisik, perlengkapan, layanan dan kualifikasi pegawai/
tenaga
2. Evaluasi Proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan dan
sesuai wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses
mencakup jenis informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan
fisik, validasi dari perumusan diagnosa keperawatan dan kemampuan teknikal
perawat.
Proses : Tindakan keperawatan dalam setisp proses keperawatan
komplementer yang mencakup :
Adekuasi : Jumlah dan kualitas
Kesesuaian : relevan dengan setiap komponen dan situasi pasien
Efektifitas : kemampuan untuk memfasilitasi kriteria hasil pasien
Efisiensi : konservasi waktu, energy dan sumber daya pasien, tim
8
kesehatan, dan lembaga.
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil berfokus pada perubahan yang ditunjukkan pada status
kesehatan pasien sebagai hasil asuhan keperawatan komplementer yang
diberikan. Kriteria hasil ditulis dalam hal respons atau status kesehatan pasien.
Respons prilaku pasien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan
akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
I. Format Evaluasi
Catatan perkembangan berisi diagnosa keperawatan spesifik mencakup
implementasi tindakan, reaksi pasien dan adanya data tambahan yang terkait
dengan diagnosa keperawatan tertentu. Status masalah dan kriteria hasil serta
rekomendasi untuk melanjutkan atau memodifikasi rencana asli juga dicatat
dalam evaluasi. Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi:
a. Masalah teratasi : jika klien menunjukkan perubahan sesuai
dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
b. Masalah sebagian teratasi : jika klien menunjukkan perubahan sebahagian dari
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
c. Masalah tidak teratasi : jika klien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan dan atau bahkan timbul masalah/ diagnosa keperawatan baru.
Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi
adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil
yang telah ditetapkan.
(S) Subjective: informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah tindakan diberikan.
(O) Objective : informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah
tindakan dilakukan.
(A) Analisis : membandingkan antara informasi subjective dan
9
objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian
diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi
sebahagian, atau tidak teratasi.
(P) Planning : rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.
10
S : Skala 3 (0 – 10)
T : Nyeri terasa terus-menerus
H. Data fokus pemeriksaan fisik
TD : 110/ 70 mmHg
RR : 20 x/menit
Nadi : 84 x/menit
Suhu :36,10C
Kesadaran : CM
GCS : E4V5M6
I. Data penunjang (LAB/ X-Ray) : -
J. Data pemeriksaan komplementer
1. Nama titik yang bermasalah
a. Taiyang
b. Shuaiqu
c. Hegu
d. Touwei
2. Lokasi bermasalah
a. Pelipis kiri dan kanan
b. Diatas telinga 1,5 cun diatas batas tumbuh rambut
c. Antara pangkal tulang jempol tangan dan pangkal tulang telunjuk tangan
d. 3 jari diatas alis, sudut dahi.
11
putar dan terasa terus- 1
menerus 3. Pasien tampak tidak
meringis
DO :
4. Tidak ada nyeri
1. Pasien tampak tekan pada titik
meringis yang bermasalah
2. Pasien tampak (taiyang, shuaiqu,
memegang daerah hegu, touwei)
yang terasa nyeri
3. Terdapat titik tekan
pada taiyang,
shuaiqu, hegu,
touwei
III.Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis yang ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri pada bagian kepala bagian belakang sejak kemarin pagi dengan
skala nyeri 3, nyeri terasa seperti berputar-putar dan terasa terus menerus, pasien
tampak meringis, terdapat titik tekan pada taiyong, shuaiwu hegu, touwei.
12
mengatakan menit titik yang akan penyembuhan
nyeri pada diharapkan distimulasi sesuai pada pasien
bagian kepala nyeri yang dengan tujuan dengan akupoint
bagian dirasakan yang diinginkan pada titik yang
belakang pasien dapat (taiyang, shuaiqu, bermasalah
sejak kemarin berkurang hegu, touwei)
pagi dengan dengan kriteria 3.Lakukan 3.Penekanan
skala nyeri 3, hasil : penekanan dilakukan ±2
nyeri terasa selama ± 2 menit menit agar
1.Pasien
seperti di setiap titik memberikan efek
mengatakan
berputar- yang bermasalah yang signifikan
nyeri yang
putar dan 4.Berikan terapi
dirasakan
terasa terus minuman herbal 4.Minuman herbal
berkurang
menerus, bawang berlian sangat membantu
menjadi 1
pasien dan asuratik yang memberikan efek
2.Tidak ada
tampak ada setelah relaksasi serta
nyeri tekan
meringis diberikan meredakan nyeri
pada titik
tindakan yang sedang
yang
dirasakan
bermasalah
(taiyang,
shuaiqu,
hegu,
touwei)
3.Pasien tidak
tampak
meringis
V. Implementasi Keperawatan
No Hari / Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal /
13
Waktu
14
O: Pasien tidak tampak meringis,
masih terdapat nyeri tekan
pada titik yang bermasalah
yaitu taiyang, shuaiqu, hegu,
touwei
A : Nyeri Akut
P : Lanjutkan intervensi :
5. Ajurkan pasien untuk
kontrol kembali
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung atau pelengkap pengobatan konvensional atau sebagai
pengobatan pilihan lain di luar pengobatan yang konvensional. Proses
15
keperawatan komplementer, meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan sesuai dengan Nursing Diagnosis Handbook,
implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan. Evaluasi keperawatan
komplementer adalah membandingkan efek atau hasil suatu tindakan
keperawatan komplementer dengan norma atau kriteria tujuan yang sudah
dibuat. Proses evaluasi dalam keperawatan kompelemnter dibagi menjadi :
evaluasi struktur, evaluasi proses, dan evaluasi hasil. Untuk penentuan masalah
teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan. (S) Subjective: informasi berupa ungkapan yang didapat dari
klien setelah tindakan diberikan, (O) Objective : informasi yang didapat
berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat
setelah tindakan dilakukan, (A)Analisis : membandingkan antara
informasi subjective dan objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian
diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak
teratasi, (P) Planning : rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang ada maka kami dapat memberikan saran yang
kiranya dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis sendiri yaitu agar lebih
memahami mengenai konsep Evaluasi dalam Keperawatan Komplementer.
Demi mewujudkan kualitas pelayanan yang baik dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
16
Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan ;Konsep dan Praktik. Ed.1.
Jakarta : Medika Salemba
Rohmah, Nikmatur & Saiful Walid. 2012. Proses Keperawatan : Teori & Aplikasi.
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
17