Sebagai kompensasi terhadap kerugian PLN yang diakibatkan karena pelanggan B memakai arus
yang lebih besar untuk daya yang sama, maka PLN memberlakukan denda untuk kelebihan
pemakaian kVAR tersebut.
Kenapa jadi kelebihan pemakaian kVAR yang didenda, sementara yang menyebabkan kerugian
PLN adalah faktor daya pelanggan B yang rendah ?
Pada segitiga daya diatas, disebutkan Cos Ø adalah faktor daya dimana nilainya merupakan
Cosinus sudut Ø yang besarnya sudut Ø tersebut akan bertambah bila garis vector kVAR
bertambah panjang dan akan mengecil bila garis vector kVAR berkurang.
Untuk mencari nilai kVAR dari pelanggan B, kembali kita gunakan rumus segitigadaya diatas,
yaitu :
S = √( P2 + Q2 )
Pada pelanggan B, untuk 1.5 kW arus yang diserap adalah 9.74 A, sehingga S (VA) adalah :
S = VxI
S = 220 x 9.74
S = 2142 VA
S = √( P2 + Q2 )
Q = √( S2 - P2 )
Q = √( 21422 - 15002 )
Q = 1529 VAR atau 1.52 kVAR
Batas kVAR yang dibolehkan oleh PLN adalah pada faktor daya 0.85, jadi pemakaian kVAr yang
dibatasi PLN adalah :
P = V x I x Cos Ø
I = P / (220 x Cos Ø)
I = 1.5 kW / (220 x 0.85)
I = 8A
S = VxI
S = 220 x 8
S = 1760 VA atau 1.76 kVA
S = √( P2 + Q2 )
Q = √( S2 - P2 )
Q = √( 17602 - 15002 )
Q = 920.6 VAR atau 0.9 kVAR
Kelebihan sebesar 143.8 kVARH inilah yang dibebankan oleh PLN ke pelanggan B.
Bila tarif denda pemakaian kelebihan kVARH adalah Rp. 1000/kVARH, maka pelanggan B akan
dikenai denda kVARH sebesar :
Sekarang terlihat, pelanggan A lebih beruntung dari pelanggan B, karena disamping membayar
pemakaian energi listrik kWH juga pelanggan B dikenai denda karena memakai lebih kVARH dari
yang dibatasi.
Dari penjelasan diatas dapat dilihat hubungan faktor daya dengan kVAR dan batas pemakaian
kVARH untuk setiap pelanggan.
Halaman | 2
BELAJAR DAN BERBAGI – Artikel September - 2017
Salah satu akibat dari kelebihan pemakaian daya telah dibahas sebelumnya yaitu dikenai denda
oleh PLN. Disamping itu ada hal lain yang sangat merugikan akibat kelebihan pemakaian kVARH
ini, yaitu :
Pada contoh sebelumnya telah dijelaskan bahwa pelanggan A untuk beban 1.5 kW hanya
menyerap arus sebesar 8 A atau menggunakan kontraknya sebesar :
kVA (S) = V x I
kVA (S) = 220 x 8 = 1760 VA dari kontrak 2200 VA
Sementra pelanggan B untuk beban yang sama telah menyerap arus sebesar 9.74 A atau
menggunakan kontraknya sebesar :
kVA (S) = V x I
kVA (S) = 220 x 9.74 = 2142 VA dari kontrak 2200 VA
2200 – 2142 = 58 VA
Dari perhitunganterlihat, semakin bagus nilai faktor daya dengan kata lain semakin kecil pemakaian
kVAR maka kita bisa memaksimalkan kontrak daya dengan PLN.
Seperti kita ketahui, semakin besar arus yang mengalir pada suatu penghantar, maka semakin
besar rugi - rugi yang ditimbulkan disepanjang penghantar tersbut.
Rugi - rugi yang ditimbulkan pada jaringan tersebut akan menjadi daya tambahan pada pelanggan
yang akan menambah beban biaya tagihan pelanggan itu sendiri.
Halaman | 3
BELAJAR DAN BERBAGI – Artikel September - 2017
Pada pelanggan industri yang memiliki transformator sendiri, dengan rendahnya fakor daya maka
kapasitas transformator yang digunakan akan mejadi lebih besar, hal ini telah dijelaskan pada pada
Artikel Kapasitas Transformator dan kemampuan beban yang disuplaynya.
Untuk penjelasan lebih lengkap terkait akibat yang ditimbulkan dari kelebihan pemakaian daya
reaktif dapat dilihat pada artikel Kerugian akibat Rendahnya Faktor Daya ( Power Faktor ).
Setelah kita mengetahui kerugian akibat kelebihan pemakaian daya raktif, maka perlu dilakukan
usaha untuk mengurangi pemakaianannya.
Sebuah instalasi listrik pasti memerlukan daya reaktif. Peralatan - peralatan tertentu memerlukan
daya reaktif untuk beroperasi.
Bila kebutuhan daya reaktif tersebut besar dan tidak disediakan oleh pelanggan, maka daya reaktif
dari PLN yang akan diserap oleh peralatan tersebut.
Sehingga bila melebihi batas yang ditetapkan oleh PLN, maka pelanggan tersebut akan
dikenai biaya pemakaian kelebihan daya reaktif.
Untuk mengurangi pemakaian daya reaktif dari PLN tersebut adalah dengan cara memperbaiki nilai
faktor daya dari instalasi yang terpasang.
Cara memperbaikinya adalah dengan memasang capasitor bisa dengan nilai yang konstan ( fix
capacitor ) ataupun variable capacitor yand diatur melalui Capacitor Bank.
Besar atau kecilnya Capacitor tersebut berada dalam satuan kVAR. kVAR inilah yang nantinya
menyuplai kebutuhan daya reaktif peralatan, sehingga tidak lagi menggunakan daya reaktif
dari PLN.
Metode untuk meningkatkan faktor daya tesebut ada beberapa cara, seperti berikut :
Nilai 0.86 adalah faktor daya yang aman dari denda PLN.
Contoh :
Halaman | 4
BELAJAR DAN BERBAGI – Artikel September - 2017
Cos Ø = 0.86
Sehingga
o
Ø = Arc Cosinus 0.86 ( Invers dari Cos ) = 30
Sin Ø = Sin 30 = 0.5
kVAR (Q) = 10 kVA x 0.5
kVAR (Q) = 5kVAR x 2/3 = 3.33 kVAR
Jadi daya reaktif (kVAR) 1/3 diambil dari PLN sehigga kita tidak memakai lebih dan tidak kena
denda dan 2/3 nya kita sediakan sendiri berupa Capacitor tambahan yang terpasang diinstalasi.
Nilai kVAR yang disediakan didapat dari besarnya denda pemakaian kVARH yang dikenai PLN.
Hal ini dapat dilihat pada tagihan listrik yang dibayarkan setiap bulannya. Bila pada tagihan pada
bulan tertentu sebuah pelanggan dikenai denda kVARH sebesar 800 kVARH.
Maka rata - rata pemakaian kVAR setiap jam oleh pelanggan tersebut adalah :
Nilai 11.1 kVAR adalah nilai kekurangan kVAR yang harus disediakan agar pelanggan tersebut
tidak dikenai denda setiap bulannya.
Metode ini memerlukan data tagihan PLN setiap bulannya. Sehingga nilai kVAR yang didapat akan
lebih bagus bila kwitansi tagihan PLN dan informasi besarnya denda kVARH setiap bulan dapat
dirata-ratakan dari tagihan selama 5 s/d 10 bulan.
Metode ini hanya untuk menghindari denda kVARH PLN, karena kVAR yang didapat dari
perhitungan diatas hanya untuk mencapai faktor daya 0.86 saja.
Bila diinginkan untuk lebih hemat lagi, agar faktor dayanya bisa diatas 0.86, misalkan 0.9 maka
hitungan praktisnya nilai kVAR tersebut dikalikan 2, sehingga dari perhitungan diatas kVAR yang
ideal adalah :
Pada metode ini sebuah instlasi pelanggan dilakukan pengukuran dan pengambilan data dengan
peralatan metering, yaitu data daya ( P ), data arus ( I ) dan data tegangan ( V ).
Untuk keakuratan data yang terkumpul, sebaiknya dilakukan beberapa kali pengambilan
pengukuran pada saat jam sibuk, yaitu ketika pemakaian daya full.
Contoh :
Dari hasil beberapa kali pengukuran didapat data rata - rata pada sebuah pelanggan PLN 1 phasa
adalah sebagai berikut :
P = 2 kW
V = 220
I = 15 A
Dengan rumus :
P = V x I x Cos Ø
Cos Ø = P : ( V x I )
Cos Ø = 2000 : ( 220 x 15 )
Cos Ø = 2000 : 3300 = 0.6
Untuk mencari nilai kVAR dari pelanggan, kembali kita gunakan rumus segitiga daya, yaitu :
2 2
S=√(P +Q )
S=VxI
S = 220 x 15
S = 3300 VA
2 2
S=√(P +Q )
2 2
Q=√(S -P )
2 2
Q = √ ( 3300 - 2000 )
Halaman | 6
BELAJAR DAN BERBAGI – Artikel September - 2017
Jika pelanggan tersebut ingin memperbaiki faktor dayanya, misalkan menjadi 0.95, maka
kVAR yang dibutuhkan untuk mencapai 0.95 adalah :
Beban adalah sebesar 2 kW, tegangan tetap pada 220 V dan faktor daya 0.95, arus yang
digunakan adalah :
Dengan rumus :
P = V x I x Cos Ø
I = P : ( V x Cos Ø )
I = 2000 : ( 220 x 0.95 )
I = 2000 : 209 = 9.56 A
S = VxI
S = 220 x 9.56 S = 2103 VA
Dari hasil pencarian, kVAR yang digunakan oleh pelanggan tersebut adalah : 0.65 kVAR.
Jadi yang harus disediakan oleh pelanggan tersebut agar faktor dayanya naik dari 0.6 ke 0.95
adalah sebesar :
Editor : SONNY.S
Sumber :
https://direktorilistrik.blogspot.co.id/2017/01/batasan-nilai-kvarh-agar-tidak-kena-denda-PLN.html
Halaman | 7