Anda di halaman 1dari 2

Pengaruh Diplomasi Doraemon Terhadap Asia Timur

Salah satu tujuan dari dibuatnya kebijakan luar negeri tersebut untuk meredakan
hubungan yang sebelumnya Jepang dan Cina memiliki permasalahan perebutan Kepulauan
Diaoyutai, kerusuhan oleh pemuda anti-Jepang di China pada tahun 2005 yang pada saat itu
Jepang merevisi buku teks sejarah mereka dan memiliterisasi ulang pasukan pertahanan
Jepang (Harris, 2012). Jepang pula sebelumnya memiliki konflik dengan Korea Selatan
dengan permasalahan perebutan kepulauan Takeshima (Nakamura, t.t). Namun kesamaan
dari permasalahan Jepang kepada Cina dan Korea Selatan yaitu Cina dan Korea Selatan
masih takut apabila suatu saat Jepang melakukan militerisasi kepada Cinta ataupun Korea
Selatan.
Dari sisi Cina, ada sekitar 500 juta konsumen yang bernilai sekitar 14,6 miliar USD
dari anime dan manga Jepang di Cina. Namun data tersebut belum termasuk dari produk
anime dan manga Jepang yang beredar bajakan di Cina yang mewakili kerugian ekonomi
lebih dari 17 miliar USD untuk produsen anime dan manga Jepang (Harris, 2012). Selain itu
salah satu film terakhir dari Doraemon yang berjudul “Stand by Me” sukses ditampilkan pada
5.500 layar di seluruh Cina. Film tersebut telah menghasilkan penerimaan lebih dari 38 juta
USD dengan total tiket terjual 6.770.000 (McCurry, 2015). Dikarenakan popularitas yang
kuat dari budaya Pop Culture, hal tersebut memaksa pemerintah Cina untuk membatasi
jumlah kartun asing yang dapat ditampilkan ditelevisi, serta melembagakan kebijakan untuk
memacu produksi dalam negeri (Harris, 2012).
Dari sisi Korea Selatan, pada awalnya pemerintah Korea Selatan melarang segala
jenis bentuk tayangan anime dan manga hingga tahun 2004. Namun hal tersebut dapat
ditembus dari penjualan anime dan manga bajakan yang beredar di Korea Selatan. Dalam
sebuah survei terhadap lebih dari 200 mahasiswa di Korea Selatan mencatat bahwa sementara
ini mereka masih menikmati budaya populer Jepang. Namun mereka tetap tidak percaya pada
kebijakan Jepang karena sebagian tindakan perang Jepang terdahulu. Hal ini menunjukkan
bahwa konsumsi budaya populer mungkin tidak memiliki efek yang kuat, jika telah ada sama
sekal (Harris, 2012). Namun yang perlu kita garis bawahi dari sini adalah bagaimana pop-
culture telah mempengaruhi keputusan kebijakan pemerintah Korea Selatan yang
menunjukkan bahwa konsumen Korea Selatan terpikat dengan bajakan budaya pop-culture
dipengaruhi kebijakan Korea untuk mengangkat larangan budaya Jepang diawal tahun 2000.
Hasil dari diplomasi Doraemon dari rentang tahun 2008 hingga 2009 menjelaskan
pada tahun 2008 melalui survey yang dilakukan oleh BBC World Service Poll menemukan
bahwa hanya 30% responden Cina melihat pengaruh Jepang positif, 55% memandang negatif
dan 15% responden netral. Lalu dari sisi Korea Selatan pula hanya ada 37% melihat pengaruh
Jepang positif, 52% memandang Jepang negatif, dan 11% netral (BBC World Service Poll,
2008). Pada tahun 2009, Jepang berhasil menaiki citra Jepang di Cina dengan menyentuh
angka 40% responden yang menganggap bahwa Jepang memiliki pengaruh yang baik, 50%
responden mengaggap bahwa jepang memiliki pengaruh yang buruk, dan 10% responden
netral (BBC World Service Poll, 2009). Pada tahun 2010 hanya 29% responden Cina melihat
pengaruh Jepang positif. Namun hal tersebut berbanding terbalik dengan hasil penilaian
hubungan Korea-Jepang yang dinilai lebih positif, sebagai mayoritas 64% responden Korea
Selatan memiliki pandangan positif dari pengaruh Jepang, namun hampir 30% dari mereka
yang disurvei masih melihat pengaruh Jepang negatif dan 6% dari responden netral (BBC
World Service Poll, 2010).

Anda mungkin juga menyukai