Anda di halaman 1dari 9

BAB III OBYEK PRAKTIKUM

1. Sarawak

Sarawak adalah salah satu negara bagian Malaysia. Negara bagian tersebut memiliki


otonomi dalam pemerintahan, imigrasi, dan yudisier yang berbeda dari negara-negara bagian
di Semenanjung Malaysia. Sarawak terletak di barat laut Borneo dan berbatasan dengan
Sabah di timur laut, Kalimantan, bagian Indonesia dari Borneo di bagian selatan, dan
berpapasan dengan Brunei. Ibu kotanya, Kuching, adalah pusat ekonomi negara bagian
tersebut dan kursi dari pemerintahan negara bagian Sarawak. Kota lainnya di Sarawak
meliputi Miri, Sibu, dan Bintulu. Menurut sensus 2015 di Malaysia, populasi di negara
bagian tersebut sejumlah 2.636.000 orang. Sarawak memiliki iklim
khatulistiwa dengan hutan hujan tropis dan spesies hewan dan tumbuhan yang beragam.
Negara bagian tersebut memiliki beberapa sistem gua penting di Taman Nasional Gunung
Mulu. Sungai Rajang adalah sungai terpanjang di Malaysia; Bendungan Bakun, salah satu
bendungan terbesar di Asia Tenggara, terletak di salah satu anak sungainya. Gunung
Murud adalah titik tertinggi di Sarawak.

Pemukiman manusia terawal di Sarawak bermula dari 40,000 tahun yang lalu di Gua-Gua
Niah. Negara bagian tersebut telah memiliki hubungan dagang dengan Tiongkok pada abad
ke-8 sampai ke-13 Masehi. Wilayah tersebut berada di bawah pengaruh Kekaisaran
Brunei pada abad ke-16. Negara bagian tersebut diperintah oleh keluarga Brooke pada abad
ke-19 dan ke-20. Pada Perang Dunia II, negara bagian tersebut diduduki oleh Jepang selama
tiga tahun sebelum dijadikan sebagai Koloni Mahkota Britania pada 1946. Pada 22 Juli 1963,
Sarawak meraih pemerintahan sendiri oleh Inggris. Setelah itu, Sarawak menjadi salah satu
anggota pendiri Federasi Malaysia (didirikan pada 16 September 1963) bersama
dengan Borneo Utara (sekarang Sabah), Singapura (keluar pada 1965), dan Federasi
Malaya (Semenanjung Malaysia atau Malaysia Barat). Namun, federasi tersebut ditentang
oleh Indonesia, dan berujung pada konfrontasi Indonesia–Malaysia selama tiga tahun. Negara
bagian tersebut juga mengalami pemerontakan komunis dari 1960 sampai 1990.

Negara bagian tersebut dikenal karena keberagaman suku bangsa, budaya, dan bahasa.
Kepala negara bagiannya adalah Gubernur, yang sekarang dikenal sebagai Yang di-Pertua
Negeri, sementara kepala pemerintahannya adalah Ketua Menteri. Sistem pemerintahannya
mengikuti sistem parlementer Westminster dan memiliki sistem legislatur terawal di
Malaysia. Negara bagian tersebut terbagi dalam distrik dan divisi administratif. Inggris dan
Melayu adalah dua bahasa resmi di negara bagian tersebut; tidak ada agama resmi di
sana. Museum Negara Bagian Sarawak adalah museum tertua di Borneo. Negara bagian
tersebut dikenal karena alat musik tradisional-nya, sapeh. Festival Musik Hutan Hujan
Sedunia adalah salah satu acara musik utama di Malaysia. Sarawak adalah satu-satunya
negara bagian di Malaysia yang merayakan perayaan Gawai Dayak.

Sarawak memiliki keragaman sumber daya alam, dan ekonominya sangat berorientasi ekspor,
terutama minyak dan gas, kayu, dan minyak sawit. Industri lainnya meliputi pabrik, energi
dan pariwisata.

 Sejarah Serawak

Para pemukim awal diketahui tinggal di sekitaran mulut barat Gua-Gua Niah (berjarak 110
kilometer (68 mi) dari barat daya Miri) pada 40,000 tahun yang lalu. [20][21] Sebuah tengkorak
manusia modern yang ditemukan di dekat Gua-Gua Niah merupakan jenazah manusia tertua
yang ditemukan di Malaysia dan tengkorak manusia modern tertua dari Asia Tenggara. [20][21]
[22][23]
 Keramik-keramik Tionghoa yang berasal dari zaman dinasti Tang dan Song (abad ke-8
sampai ke-13 Masehi) ditemukan di Santubong (dekat Kuching) menandakan bahwa
Santubong telah menjadi sebuah pelabuhan penting pada masa tersebut.[24]

Pada abad ke-16, wilayah Kuching dikenal oleh para kartografer Portugis sebagai Cerava,


salah satu dari lima pelabuhan besar di pulau Borneo. [25][26] Pada awal abad ke-19, Sarawak
kurang diperintah oleh Kekaisaran Brunei. Kekaisaran Brunei hanya memiliki otoritas di
sepanjang kawasan pesisir Sarawak yang dipegang oleh para pemimpin Melayu semi-
independen. Sementara itu, wilayah dalam Sarawak utamanya didominasi suku-suku yang
terdiri dari suku Iban, Kayan dan Kenyah, yang agresif dalam ekspansi teritorial mereka.
[27]
 Setelah penemuan tambang entimon di kawasan Kuching, Pangeran Indera Mahkota
(perwakilan Sultan Brunei) mulai mengembangkan wilayah tersebut antara 1824 dan 1830.
Saat produksi antimon meningkat, Kesultanan Brunei meraih pajak tinggi dari Sarawak; hal
ini berujung kepada ketegangan dan pertikaian saudara.[28] Pada 1839, Sultan Omar Ali
Saifuddin II (1827–1852), memerintahkan pamannya Pangeran Muda Hashim untuk
mengembalikan keadaan. Pangeran Muda Hashim meminta bantuan pelaut Inggris James
Brooke dalam hal materi, yang Brooke sepakati. James Brooke berhasil meredam
pemberontakan tersebut dan kemudian ditunjuk oleh Pangeran Muda Hashim untuk
memerintah Sarawak.
Dari 1853 sampai 1862, pemerintahan Brooke mengalami sejumlah pemberontakan
namun semuanya berhasil dipadamkan.[32] Akibatnya, serangkaian benteng dibangun di
sekitaran Kuching untuk mempertahankan kekuasaan Rajah. Benteng-benteng tersebut
meliputi Benteng Margherita, yang diselesaikan pada 1879.[36] Sarawak
menjadi protektorat Inggris pada 1888, saat masih diperintah oleh dinasti Brooke. [37] Pada
1891, Charles Anthoni Brooke, Rajah Putih Sarawak kedua, mendirikan Museum Sarawak,
museum tertua di Borneo.[36][38] Pada 1899, Charles Anthoni Brooke mengakhiri peperangan
antar-suku di Marudi. Sumur minyak pertama dibor pada 1910. Dua tahun kemudian,
galangan dok Brooke dibuka. Anthony Brooke lahir pada tahun yang sama dan menjadi
Rajah Muda pada 1939.[39]

Sarawak masih menjadi bagian dari Kekaisaran Jepang selama tiga tahun delapanbulan.


Sarawak terbagi dalam tiga provinsi, yakni: Kuching-shu, Sibu-shu, dan Miri-shu, yang
masing-masing berada di bawah kepemimpinan Gubernur Provinsial Jepang mereka masing-
masing. Pasukan Sekutu kemudian melancarkan Operasi Semut menyabotase operasi-operasi
Jepang di Sarawak.[43] Setelah menyerahnya Jepang, Jepang menyerah kepada pasukan
Australia di Labuan pada 10 September 1945.[44][45] Sarawak kemudian ditempatkan di
bawah Pemerintahan Militer Inggris sampai April 1946.[46]

Sebuah peta dunia besar mewakili kawasan pendudukan Jepang di Asia, dipasang di jalan
utama ibu kota Sarawak.

Pada 27 Mei 1961, Tunku Abdul Rahman, perdana menteri Federasi Malaya,


mengumumkan sebuah rencana untuk membentuk federasi yang lebih besar bersama
dengan Singapura, Sarawak, Sabah dan Brunei, yang disebut Malaysia. Pada 17 Januari
1962, Komisi Cobbold dibentuk untuk menggerakan dukungan Sarawak dan Sabah terhadap
federasi tersebut. Komisi Cobbold mengabarkan 80 persen dukungan untuk federasi tersebut.
[51][52]
 Pada 23 Oktober 1962, lima partai politik di Sarawak membentuk sebuah front
persatuan yang mendukung pembentukan Malaysia.[53] Sarawak resmi meraih
kemerdekaan pada 22 Juli 1963,[13][14] dan kemudian membentuk federasi Malaysia dengan
Malaya, Borneo Utara, dan Singapura pada 16 September 1963.[54][55] Federasi Malaysia
mengadapi penentangan dari Filipina, Indonesia, Partai Rakyat Brunei, dan kelompok-
kelompok komunis yang berbasis di Sarawak. Pada 1962, Pemberontakan Brunei pecah.
[56]
 Presiden Indonesia Sukarno memerintahkan sebuah konfrontasi militer dengan Malaysia,
mengirim para sukarelawan bersenjata dan kemudian pasukan militer ke Sarawak. [57]
[58]
 Ribuan anggota OKC datang ke Kalimantan dan dilatih oleh Partai Komunis Indonesia.
Saat Suharto menggantikan Sukarno sebagai presiden Indonesia, negosiasi dimulai kembali
antara Malaysia dan Indonesia yang berujung pada akhir konfrontasi pada 11 Agustus 1966.
Kelompok komunis pertama di Sarawak dibentuk pada 1951. Partai Komunis Kalimantan
Utara (PKKU) (yang juga dikenal sebagai Organisasi Komunis Clandestine (OKC) oleh
sumber-sumber pemerintah) secara resmi dibentuk pada 1970.[27][note 2] Weng Min Chyuan
dan Bong Kee Chok adalah dua pemimpin komunis terkenal. Pada 1973, Bong menyerah
kepada ketua menteri Abdul Rahman Ya'kub; hal tersebut secara signifikan mengurangi
kekuatan partai komunis. Namun, Weng, yang memimpin OKS dari Tiongkok sejak
pertengahan 1960an, menyerukan perjuangan bersenjata melawan pemerintah, yang setelah
1974 berlanjut di Delta Rajang. Pada akhirnya, pada 17 Oktober 1990, PKKU
menandatangani perjanjian damai dengan pemerintah Sarawak. Hal ini mengakhiri akhir
pemberontakan komunis di Sarawak.

 Pemerintahan di Serawak

Kepala negara bagian Sarawak adalah Yang di-Pertua Negeri (juga dikenal sebagai TYT
atau Gubernur Negara Bagian), sebuah jabatan yang sebagian besar simbolik, yang dilantik
oleh Yang di-Pertuan Agong (raja) Malaysia.[61] Sejak 2014, jabatan tersebut dipegang
oleh Abdul Taib Mahmud.[62] TYT melantik ketua menteri sebagai kepala pemerintahan.
Ketua menteri saat ininya adalah Abang Johari Openg (BN).[3] Umumnya, pemimpin partai
yang mendapatkan suara mayoritas Majelis Legislatif negara bagian tersebut dilantik sebagai
ketua menteri. Para perwakilan terpiki dikenal sebagai anggota majelis negara bagian.
Majelis negara bagian mengesahkan hukum-hukum pada subyek yang tidak berada di bawah
yuridiksi Parlemen Malaysia seperti administrasi lahan, pekerjaan, kehutanan, imigrasi,
perkapalan dagang dan perikanan. Pemerintah negara bagian diurus oleh ketua menteri dan
menteri-menteri kabinet dan asisten-asisten menterinya.[63]

Untuk melindungi kepentingan orang-orang Sarawak di federasi Malaysia, pengamanan


khusus dimasukkan dalam Konstitusi Malaysia. Sarawak memiliki kekuasaan untuk
mengkontrol entri tersebut dan keresidenan non-Sarawak dan non-Sabah. Hanya pengacara
yang tinggal di Sarawak yang dapat berpraktik hukum disana. Mahkamah Tinggi Sarawak
adalah Mahkamah Tinggi independen di Semenanjung Malaysia. Ketua menteri Sarawak
harus berkonsultasi sebelum pelantikan ketua hakim Mahkamah Tinggi Sarawak. Terdapat
juga Mahkamah Penduduk Asli di Sarawak. Sarawak meraih pemberian khusus dari
pemerintah federal dan mengubah pajak penjualannya sendiri. Penduduk asli di Sarawak
menikmati hak-hak khusus seperti kuota dan pekerjaan dalam layanan publik, beasiswa,
penempatan universitas, dan ijin usaha.[64] Pemerintah lokal di Sarawak adalah independen
menurut hukum otoritas lokal yang diberlakukan oleh parlemen Malaysia.[65]

Partai-partai politik besar di Sarawak terbagi dalam tiga kategori: penduduk asli non-
Muslim, penduduk asli Muslim, dan non-penduduk asli; namun, partai-partai tersebut juga
dapat meliputi anggota-anggota dari lebih dari satu kelompok.[66] Partai politik pertama, Partai
Persatuan Rakyat Sarawak (PPRS), didirikan pada 1959, disusul oleh Parti Negara Sarawak
(PANAS) (pada 1960) dan Partai Nasional Sarawak (SNAP) (pada 1961). Partai politik besar
lainnya seperti Parti Pesaka Sarawak (PESAKA) muncul pada 1962.[27] Sarawak telah
menjadi kekuasaan politik dari pemerintahan Partai Aliansi dan, kemudian, penerusnya
koalisi Barisan Nasional (BN) sejak pembentukan Malaysia pada 1963. Stephen Kalong
Ningkan (dari SNAP) menjadi Ketua Menteri Sarawak pertama dari 1963 sampai 1966
setelah kemenangannya dalam pemilihan dewan lokal. Namun, ia dilengserkan pada 1966
oleh Tawi Sli (dari PESAKA) dengan bantuan pemerintah federal Malaysia, yang
menyebabkan krisis konstitusional Sarawak 1966.[27] Iklim politik di negara bagian tersebut
stabil sampai Urusan Dewan Ming 1987, sebuah kudeta politik yang diadakan oleh
paman Abdul Taib Mahmud untuk melengserkan koalisi BN pimpinan Taib. Namun, kudeta
tersebut gagal dan Taib masih mempertahankan status ketua menterinya.[67]

Pada 1970, pemilihan negara bagian Sarawak pertama diadakan, dimana para anggota


Dewan Negeri (sekarang Majelis Legislatif Negara Bagian Sarawak) dipilih langsung oleh
para pemilih. Pemilihan tersebut juga menandai permulaan dominasi etnis Melanau dalam
politik Sarawak oleh Abdul Rahman Ya'kub dan Abdul Taib Mahmud. Pada tahun yang
sama, Partai Komunis Kalimantan Utara (PKKU) dibentuk, yang melakukan perang gerilya
melawan pemerintahan negara bagian Sarawak yang baru terpilih. Partai tersebut dibubarkan
setelah menandatangani perjanjian damai pada 1990.[60] Pada 1973, Parti Pesaka Bumiputera
Bersatu (PBB) lahir setelah penggabungan beberapa partai.[68] Partai tersebut kemudian akan
menjadi tulang punggung koalisi BN Sarawak. Sejak 1983, sebuah partai yang berbasis
Dayak, SNAP, telah terpecah menjadi beberapa pecahan partai karena krisis-krisis
kepemimpinan bertubi-tubi.[69][70] Sarawak awalnya mengadakan pemilihan negara bagian
bersamaan dengan pemilihan parlementer nasional. Namun, ketua menteri pada waktu itu
Abdul Rahman Ya'kub menunda pembubaran majelis negara bagian selama setahun untuk
menyiapkan tantangan yang yang ditaruh oleh partai-partai oposisi dan untuk menyelesaikan
alokasi kursi untuk partai SNAP yang baru masuk dalam BN Sarawak. [71] Hal ini menjadikan
Sarawak satu-satunya negara bagian di Malaysia yang mengadakan pemilihan negara bagian
terpisah dari pemilihan-pemilihan parlementer nasional sejak 1979.[72]

Pada 1978, Partai Aksi Demokrat (PAD) menjadi partai berbasis Malaysia Barat pertama
yang membuka cabang-cabangnya di Sarawak.[68] Partai tersebut mendapatkan mayoritas
dukungannya dari pusat-pusat perkotaan sejak pemilihan negara bagian 2006 dan menjadi
partai oposisi terbesar di Sarawak.[73] Pada 2010, partai tersebut membentuk koalisi Pakatan
Rakyat dengan Parti Keadilan Rakyat (PKR) dan Parti Islam Se-Malaysia (PAS); dua partai
tersebut telah aktif di Sarawak antara 1996 dan 2001. [74] Sarawak adalah satu-satunya negara
bagian di Malaysia dimana partai-partai komponen yang berbasis di Semenanjung dalam
koalisi BN, khususnya UMNO, tidak aktif dalam politik Sarawak.[75]

2. Bandung

Kota Bandung adalah kota metropolitan terbesar di Provinsi Jawa Barat, sekaligus


menjadi ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan
merupakan kota terbesar di wilayah Pulau Jawa bagian selatan. Sedangkan wilayah Bandung
Raya (Wilayah Metropolitan Bandung) merupakan metropolitan terbesar ketiga di Indonesia
setelah Jabodetabek dan Gerbangkertosusila.

Di kota ini tercatat berbagai sejarah penting, di antaranya sebagai tempat berdirinya
sebuah perguruan tinggi teknik pertama di Indonesia (Technische Hoogeschool te
Bandoeng - TH Bandung, sekarang Institut Teknologi Bandung - ITB)[3], lokasi ajang
pertempuran pada masa kemerdekaan[4], serta pernah menjadi tempat
berlangsungnya Konferensi Asia-Afrika 1955,[5] suatu pertemuan yang menyuarakan
semangat anti kolonialisme, bahkan Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dalam
pidatonya mengatakan bahwa Bandung adalah ibu kotanya Asia-Afrika.[6]

Pada tahun 1990 kota Bandung terpilih sebagai salah satu kota paling aman di


dunia berdasarkan survei majalah Time.[7]

Kota kembang merupakan sebutan lain untuk kota ini, karena pada zaman dulu kota ini
dinilai sangat cantik dengan banyaknya pohon-pohon dan bunga-bunga yang tumbuh di sana.
Selain itu Bandung dahulunya disebut juga dengan Parijs van Java karena keindahannya.
Selain itu kota Bandung juga dikenal sebagai kota belanja, dengan mall dan factory
outlet yang banyak tersebar di kota ini, dan saat ini berangsur-angsur kota Bandung juga
menjadi kota wisata kuliner. Dan pada tahun 2007, konsorsium beberapa LSM internasional
menjadikan kota Bandung sebagai pilot project kota terkreatif se-Asia Timur.[8] Saat ini kota
Bandung merupakan salah satu kota tujuan utama pariwisata dan pendidikan.

 Sejarah Kota Bandung

Kata Bandung berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnya sungai


Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Parahu yang lalu membentuk telaga. Legenda yang
diceritakan oleh orang-orang tua di Bandung mengatakan bahwa nama Bandung diambil dari
sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat berdampingan yang
disebut perahu bandung yang digunakan oleh Bupati Bandung, R.A. Wiranatakusumah II,
untuk melayari Ci Tarum dalam mencari tempat kedudukan kabupaten yang baru untuk
menggantikan ibu kota yang lama di Dayeuhkolot.

Berdasarkan filosofi Sunda, kata Bandung juga berasal dari kalimat Nga-Bandung-


an Banda Indung, yang merupakan kalimat sakral dan luhur karena mengandung nilai ajaran
Sunda. Nga-Bandung-an artinya menyaksikan atau bersaksi. Banda adalah segala sesuatu
yang berada di alam hidup yaitu di bumi dan atmosfer, baik makhluk hidup maupun benda
mati. Sinonim dari banda adalah harta. Indung berarti Ibu atau Bumi, disebut juga
sebagai Ibu Pertiwi tempat Banda berada.

Dari Bumi-lah semua dilahirkan ke alam hidup sebagai Banda. Segala sesuatu yang berada
di alam hidup adalah Banda Indung, yaitu Bumi, air, tanah, api, tumbuhan, hewan, manusia
dan segala isi perut bumi. Langit yang berada di luar atmosfer adalah tempat yang
menyaksikan, Nu Nga-Bandung-an. Yang disebut sebagai Wasa atau Sang Hyang Wisesa,
yang berkuasa di langit tanpa batas dan seluruh alam semesta termasuk Bumi. Jadi kata
Bandung mempunyai nilai filosofis sebagai alam tempat segala makhluk hidup maupun
benda mati yang lahir dan tinggal di Ibu Pertiwi yang keberadaanya disaksikan oleh yang
Maha Kuasa.

Kota Bandung secara geografis memang terlihat dikelilingi oleh pegunungan, dan ini
menunjukkan bahwa pada masa lalu kota Bandung memang merupakan sebuah telaga atau
danau. Legenda Sangkuriang merupakan legenda yang menceritakan bagaimana terbentuknya
danau Bandung, dan bagaimana terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu, lalu bagaimana
pula keringnya danau Bandung sehingga meninggalkan cekungan seperti sekarang ini. Air
dari danau Bandung menurut legenda tersebut kering karena mengalir melalui sebuah gua
yang bernama Sanghyang Tikoro.
Daerah terakhir sisa-sisa danau Bandung yang menjadi kering adalah Situ Aksan, yang
pada tahun 1970-an masih merupakan danau tempat berpariwisata, tetapi saat ini sudah
menjadi daerah perumahan untuk permukiman.

Kota Bandung mulai dijadikan sebagai kawasan permukiman sejak pemerintahan


kolonial Hindia Belanda, melalui Gubernur Jenderalnya waktu itu Herman Willem Daendels,
mengeluarkan surat keputusan tanggal 25 September 1810 tentang pembangunan sarana dan
prasarana untuk kawasan ini. Dikemudian hari peristiwa ini diabadikan sebagai hari jadi kota
Bandung.

Kota Bandung secara resmi mendapat status gemeente (kota) dari Gubernur Jenderal J.B.


van Heutsz pada tanggal 1 April 1906[12] dengan luas wilayah waktu itu sekitar 900 ha, dan
bertambah menjadi 8.000 ha pada tahun 1949, sampai terakhir bertambah menjadi luas
wilayah saat ini.[13]

Pada masa perang kemerdekaan, pada 24 Maret 1946, sebagian kota ini dibakar oleh para
pejuang kemerdekaan sebagai bagian dalam strategi perang waktu itu. Peristiwa ini dikenal
dengan sebutan Bandung Lautan Api dan diabadikan dalam lagu Halo-Halo Bandung. Selain
itu kota ini kemudian ditinggalkan oleh sebagian penduduknya yang mengungsi ke daerah
lain.

Pada tanggal 18 April 1955 di Gedung Merdeka yang dahulu bernama Concordia, Jl. Asia


Afrika, sekarang, berseberangan dengan Hotel Savoy Homann, diadakan untuk pertama
kalinya Konferensi Asia-Afrika yang kemudian kembali KTT Asia-Afrika 2005 diadakan di
kota ini pada 19 April-24 April 2005.

Pada tanggal 24 April 2015, Konferensi Asia-Afrika kembali diadakan di kota ini setelah


tanggal 20 April-23 April 2015 berlangsung di Jakarta

3. Hubungan Serawak dan Bandung

Serawak Malaysia mengajak Kota Bandung untuk menjalin kerja sama sister city. Hal ini
terungkap saat Menteri Muda di Jabatan Ketua Menteri Hal Ehwal Islam dan Dewan
Bandaraya Kuching Utara yang juga menjabat dan Menteri Muda Utiliti Sarawak, Datuk Dr.
Haji Abdul Rahman Hj. Junaidi bertemu Wali Kota Bandung, Oded M. Danial di Pendopo
Kota Bandung, jalan Dalem kaum, jumat 20-9-2019. Kedatangan Datuk Dr Haji Abdul
Rahman ke Pendopo merupakan bagian dari kunjungan kerjanya ke Kota Bandung. “Kalau
bisa kita jajakan kerja sama sister city. Karena Bandung ini hampir sama dengan kota
Kuching di Malaysia. Mulai dari keagamaan dan lain sebagainya” ujarnya. Di kesempatan
itu, Datuk Haji Abdul Rahman mengapresiasi Kota Bandung yang memiliki kampung
toleransi. Kampung ini dinilainya mampu merangkul berbagai agama dan mampu
menyatukan masyarakat.
“Toleransi di Bandung itu baik. Kita apresiasi, mudah-mudahan ini menjadi contoh di
wilayah kami”.
Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Bandung, Oded M. Danial mengatakan, Pemkot
Bandung sangat terbuka untuk bekerja sama dengan pihak mana pun. Apalagi, kerja sama
bilateral sudah menjadi hal yang lumrah bagi Kota Bandung. Kota Bandung saat ini telah
menjalin sister city dengan Petaling Jaya, Malaysia.
“Ya kita membuka secara baik jika akan melakukan kerja sama. Terpenting kita maju
bersama,”
Menurutnya, bidang pendidikan, pariwisata, ekonomi sampai sosial Kota Bandung bisa
semakin baik jika bekerja sama dengan pihak lain.
“Kita bisa lakukan ini. Asalkan saling percaya dan kolaborasi harus dilakukan dengan
maksimal,” katanya

Anda mungkin juga menyukai