Anda di halaman 1dari 6

A.

Masa Nifas
1. Pengertian masa nifas
Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu
sekitar enam minggu (Farrer, 2001:36)
Periode post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali  pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota
keluarga baru (Mitayani, 2009).
Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya,
bahkan bisa jadi dalam waktu yang relative pendek darah sudah tidak keluar,
sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari. Jadi masa nifas (puerperium)
adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat reproduksi pulih seperti
sebelum hamil dan secara normal masa nifas  berlangsung selama 6 minggu atau 40
hari. (Mitayani, 2009).
2. Asuhan masa nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis
baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Masa
neonatus merupakan masa kritis bagi kehidupan  bayi, 2/3 kematian bayi terjadi
dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bbl terjadi dalam waktu 7 hari
setelah lahir. Dengan pemantauan dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas
dapat mencegah kematian dini. Asuhan keperawatan pada masa postpartum dibagi
atas tiga periode, yaitu: (Mitayani, 2009)
a. Immediate postpartum adalah masa 24 jam postpartum
b. postpartum adalah masa pada minggu pertama postpartum
c. Late Postpartum adalah masa pada minggu kedua sampai denga minggu
keenam postpartum
3. Perubahan masa nifas
Perubahan Yang Terjadi Selama Post Partum (Nifas) yaitu:
a. Uterus
Involusi uterus melibatkan peng-reorganisasian dan pengguguran decidua
atau endometrium serta pengelupasan situs placenta sebagaimana diperlihatkan
(Varney, 2004:252).
Segera setelah kelahiran bayi, placenta dan membran, beratnya adalah
kira-kira 1100 gram dengan panjang kira-kira 15 cm, lebar 12 cm, serta 8
sampai 10 cm tebalnya. Ukuran itu adalah kira-kira dua atau tiga kali ukuran
uterus non hamil, multipara. 
Uterus berkurang beratnya sampai menjadi kira-kira 500 gram pada akhir
minggu pertama post partum, 300 gram sampai 350 gram pada akhir minggu
kedua, 100 gram pada akhir minggu keenam, dan mencapai berat biasa non
hamil 70 gram pada akhir minggu kedelapan post partum. 
Segera setelah kelahiran, bagian puncak dari fundus akan berada kira-kira
dua pertiga sampai tiga perempat tingginya diantara shympisis pubis dan
umbilicus. 
Fundus ini kemudian akan naik ketingkat umbilicus dalam tempo
beberapa jam. Ia akan tetap berada pada kira-kira setinggi (atau satu jari
lebarnya di bawah) umbilicus selama satu, dua hari dan kemudian secara
berangsur-angsur turun ke pinggul, kemudian menjadi tidak dapat dipalpasi
lagi bila di atas symhisis pubis setelah hari ke sepuluh (Varney, 2004:252)

b. Involusi tempat plasenta


Ekstrusi lengkap tempat plasenta perlu waktu sampai 6 minggu. Proses
ini mempunyai kepentingan klinik yang amat besar, karena kalau proses ini
terganggu, mungkin terjadi pendarahan nifas yang lama. Segera setelah
kelahiran, tempat plasenta kira-kira berukuran sebesar telapak tangan, tetapi
dengan cepat ukurannya mengecil. Pada akhir minggu kedua, diameternya 3
sampai 4 cm.
Segera setelah berakhirnya persalinan, tempat plasenta normalnya terdiri
dari banyak pembuluh darah yang mengalami trombosis yang selanjutnya
mengalami organisasi trombus secara khusus.
c. Pembuluh darah uterus
Di dalam uterus sebagian besar pembuluh darah mengalami obliterasi
dengan perubahan hialain, dan pembuluh yang lebih kecil tumbuh ditempat
mereka.
Reasorbsi residu yang mengalami hialinisasi diselesaikan dengan proses
yang serupa dengan yang di temukan di ovarium setelah ovulasi dan
pembentukan korpus luteum. Tetapi sisa-sisa kecil tetap ada selama bertahun-
tahun, yang dibawah mikroskop memberikan cara untuk membedakan antara
uterus wanita multipara dan nullipara.
4. Lochia
Lochia adalah nama yang diberikan pada pengeluaran dari uterus yang terlepas
melalui vagina selama masa nifas (Varney, 2004:253). Pengeluaran Lochia dapat
dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya

5. Vagina dan Perineum


Segera setelah persalinan, vagina dalam keadaan menegang dengan disertai
adanya edema dan memar, dengan keadaan masih terbuka.
a. Dalam satu atau dua hari edema vagina akan berkurang. Dinding vagina akan
kembali halus, dengan ukuran yang lebih luas dari biasanya.
b. Ukurannya akan mengecil dengan terbentuk kembalinya rugae, pada 3 minggu
setelah persalinan. Vagina tersebut akan berukuran sedikit lebih besar dari ukuran
vagina sebelum melahirkan pertama kali. Meskipun demikian latihan untuk
mengencangkan otot perineum akan memulihkan tonusnya (Varney, 2004:254).
6. Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama wanita
hamil, (estrogen, progesteron, human chorionic gonadotropin, prolaktin, kortisol, dan
insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan hormon-
hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh apakah
ibu menyusui atau tidak.
7. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah biasanya stabil dan normal, temperatur biasanya kembali normal
dari kenaikannya yang sedikit selama periode melahirkan dan menjadi stabil dalam 24
jam pertama setelah melahirkan. Denyut nadi biasanya normal kecuali bila ada
keluhan persalinan yang lama dan sulit atau kehilangan banyak darah (Varney,
2004:254).
B. Sectio Caesarea
1. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus.(Sarwono,2005).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui depan perut atau vagina atau disebut juga histerotomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim.(Mochtar, 1998).
2. Tujuan
Tujuan melakukan section caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat lamanya
perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dn segmen bawah rahim. Sectio
caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya jika
perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa,
section caesarea juga dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga section caesarea
dilakukan pada plasenta previa walaupun anak sudah mati.
3. Etiologi
a. Panggul sempit absolute
b. Plasenta previa
c. Ruptura uteri mengancam
d. Partus lama
e. Partus tak maju
f. Pre eklamsia dan hipertensi
4. Patofisiologi
Adanya kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan
bayi lahir secara tidak normal atau spontan, misalnya plasenta pervia sentralis dan
lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus
lama, partus tidak maju, pre eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin.
Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu sectio
caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan
pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi
aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan
pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri
sehingga timbul masalah deficit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu,
dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf-
saraf disekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamine dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri setelah proses pembedahan berakhir.
Daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op. yang bila tidak dirawat
dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
5. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik menurut Doenges (2001), antara lain:
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uteri kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan
e. Perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan menghadapi
situasi baru
DAFTAR PUSTAKA

Farrer, 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC


Verney. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC. Hal : 36-39
Moctar,Rustam. 1998. Sinopsis obstetric, edisi 2, jilid 2. Jakarta:EGC
Sarwono, Prawiroharjo. 2005. Ilmu kandungan, setakan ke 4, Jakarta : PT Gramedi
Doengoes, marylin. 2001. Rencana asuhan keperawatan maternitas/bayi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai