1
BAB I
PENDAHULUAN
Luas alih fungsi lahan pangan khususnya sawah menjadi non sawah
semakin meningkat dengan pesat dari tahun ke tahun sehingga
berpotensi mempengaruhi produksi padi nasional dan mengancam
ketahanan pangan nasional. Salah satu penyebab alih fungsi lahan
adalah peningkatan jumlah penduduk (sekitar 1,49 persen per tahun),
sementara luas lahan yang ada relatif tetap. Selain itu, kompetisi
pemanfatan lahan untuk pembangunan, termasuk pemekaran wilayah
provinsi dan kabupaten/kota merupakan salah satu faktor utama
ketersediaan lahan untuk memenuhi kecukupan pangan nasional
semakin terancam. Alih fungsi lahan sawah menjadi lahan non
pertanian dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2002 diperkirakan
seluas 110.000 (seratus sepuluh ribu) hektar/tahun (menurut PP No1
Tahun 2011).
2
Rata-rata penguasaan lahan pertanian pangan oleh petani makin
sempit disebabkan oleh pewarisan kepemilikan lahan serta persaingan
yang tidak seimbang dalam penggunaan lahan, terutama antara sektor
pertanian dan non-pertanian. Secara perlahan-lahan para pelaku
usaha pertanian pangan akan meninggalkan sektor tanaman pangan
apabila tidak diimbangi dengan pengendalian alih fungsi, pemberian
insentif dan pemberdayaan masyarakat. Dalam keadaan seperti ini,
apabila paradigma dan sudut pandang para pemangku kepentingan
dalam perencanaan pemanfaatan ruang hanya terfokus pada nilai
ekonomi sewa lahan (land rent economics), maka tidak ada
keseimbangan pembangunan pertanian dengan pembangunan sektor
lainnya. Oleh karena itu, penetapan lahan pertanian pangan
berkelanjutan dan pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan
merupakan salah satu kebijakan yang sangat strategis.
3
1.2. Tujuan
Tujuan kegiatan Pemetaan Alih Fungsi Lahan Sawah adalah
memfasilitasi Dinas Pertanian Kabupaten untuk melaksanakan
amanah Pemetaan Alih Fungsi Lahan Sawah, meliputi kegiatan:
1. Sosialisasi dan koordinasi peraturan perlindungan lahan.
2. Pemetaan alih fungsi lahan sawah.
3. Monitoring dan evaluasi Pemetaan Alih Fungsi Lahan Sawah.
1.3. Sasaran
Sasaran kegiatan Pemetaan Alih Fungsi Lahan Sawah adalah Dinas
Pertanian Kabupaten di 42 Kabupaten.
1.4. Output
Output kegiatan Pemetaan Alih Fungsi Lahan Sawah di masing-masing
provinsi adalah sebagai berikut:
1) Laporan Sosialisasidan Koordinasi Peraturan Perlindungan Lahan.
2) Laporan Pemetaan Alih Fungsi Lahan, paling sedikit mencakup:
a. Peta Alih Fungsi Lahan Sawah Aktual: Skala cetak minimal
1:10.000 (Minimal Ukuran A3).
b. Peta Alih Fungsi Lahan sawah berdasarkan Rencana Pola Ruang
atau Black Design: Skala cetak disesuaikan dengan skala Peta
Pola Ruang (Minimal Ukuran A3).
c. Peta Alih Fungsi Lahan sawah berdasarkan Izin Pemanfaatan
Ruang (HGU dan HGB): Skala Peta disesuaikan dengan data
yang tersedia (Minimal Ukuran A3).
d. Rekomendasi Strategis Pengendalian Alih Fungsi Lahan
Sawahberdasarkan Pemetaan Alih Fungsi Lahan Sawah,
termasuk Analisis Kerugian Investasi Pemerintah akibat Alih
Fungsi Lahan Sawah.
e. Softcopy Laporan dan Peta Alih Fungsi dalam bentuk (.shp dan
.pdf).
3) Laporan Monitoring dan Evaluasi Pemetaan Alih Fungsi Lahan
Sawah.
4
1. Sosialisasi dan Koordinasi Peraturan Perlindungan Lahan
2. Pemetaan Alih Fungsi Lahan Sawah
3. Monitoring dan evaluasi Pemetaan Alih Fungsi Lahan Sawah
5
BAB II
DASAR HUKUM
6
16. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN Nomor 8 Tahun 2017
tentang Pedoman Pemberian Persetujuan Substansi Dalam Rangka
Penetapan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.
17. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN Nomor 1 Tahun 2018
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi,
Kabupaten/Kota.
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2017 tentang
Kebijakan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun
2018 dimana percepatan pengintegrasian KP2B dalam RTRW dan/atau
disusun dalam Perda tersendiri.
19. Surat Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
124/SR.040/M/9/2016 tanggl 13 September 2016 perihal Permohonan
Tindak Lanjut Hasil Perluasan Areal Sawah Baru.
20. Surat Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia Nomor B-
10074/01-15/12/2016 tanggal 20 Desember 2016 perihal Program
bantuan pertanian dengan memprioritaskan pemberian bantuan kepada
petani/pemilik lahan yang telah di-LP2B-kan.
21. Surat Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia Nomor
B/10173/LIT.04/01-15/11/2019 tanggal 28 November 2019 perihal Alih
Fungsi Lahan Baku Sawah.
22. Surat Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
21/SR.020/M/91/2020 tanggl 29 Januari 2020 perihal Permohonan
Tindak Lanjut Hasil Perluasan Areal Sawah Baru.
23. Surat Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Nomor B-
11/PW.030/B/01/2017 tanggal 13 Januari 2017 perihal Program
bantuan pertanian dengan memprioritaskan pemberian bantuan kepada
petani/pemilik lahan yang telah di-LP2B-kan (tindak lanjut surat KPK RI
Nomor B-10074/01-15/12/2016 tanggal 20 Desember 2016).
24. Surat Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Nomor B-
39/RC.210/B/01/2018 tanggal 17 Januari 2018 perihal Percepatan
Penetapan LP2B dalam Revisi RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota.
25. Surat Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam
Negeri RI Nomor 520/636/Bangda tanggal 5 Februari 2018 perihal
Penetapan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) pada Revisi
RTRW Kabupaten/Kota.
26. Surat Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Nomor B-
86/RC.210/B/02/2019 tanggal 11 Februari 2019 perihal Perlindungan
7
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan ditujukan kepada seluruh
Bupati/Walikota se-Indonesia beserta Kepala Dinas Pertanian TPH
Provinsi seluruh Indonesia.
27. Surat Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Nomor B-
211/SR.010/B/04/2019 tanggal 15 April 2019 perihal Persetujuan
Gubernur terkait Penyampaian Usulan Penetapan LP2B.
8
BAB III
KETENTUAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN
BERKELANJUTAN (PLP2B)
9
3.2. Penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah proses
menetapkan lahan menjadi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
melalui tata cara yang diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan meliputi:
a) Kawasan Pertanian Pangan berkelanjutan.
b) Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, dan
c) Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
11
Pembebasan kepemilikan hak atas tanah pada lahan dilakukan
dengan memberikan ganti rugi oleh pihak yang melakukan alih
fungsi.Besaran ganti rugi dilakukan oleh Penilai yang ditetapkan
oleh lembaga pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pelaksanaan pembebasan kepemilikan hak
atas tanah pada Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
12
3.4. Pemetaan Alih Fungsi Lahan Sawah Sawah Sesuai Peraturan
Presiden 59 Tahun 2019 tentang Pengendalian Alih Fungsi Lahan
Sawah
a. Tujuan
13
Lahan sawah yang akan ditetapkan dalam peta Lahan Sawah
tersebut berada di kawasan lindung atau kawasan budidaya.
Lahan Sawah yang akan ditetapkan dalam peta Lahan Sawah yang
dilindungi meliputi :
1) Lahan Sawah beririgasi meliputi Lahan Sawah:
a) Irigasi permukaaan; Lahan Sawah Irigasi permukaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:
i. irigasi teknis;
ii. Irigasi semi teknis;
iii. Irigasi sederhana;
iv. Irigasi desa.
b) Irigasi rawa;
c) Irigasi air bawah tanah; dan
d) Irigasi pompa.
Terhadap Lahan Sawah yang masuk dalam peta Lahan Sawah yang
dilindungi namun belum ditetapkan sebagai bagian dari penetapan
lahan pertanian pangan berkelanjutan dalam rencana tata ruang,
tidak dapat dialihfungsikan sebelum mendapat rekomendasi
perubahan penggunaan tanah dari menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang agraria pertanahan dan tata ruang.
14
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1.1. Persiapan
Persiapan pelaksanaan Kegiatan Pemetaan Alih Fungsi Lahan
Sawah dilakukan dengan:
a) Membentuk Pokja
Wajib membentuk kelompok kerja tingkat Kabupaten diketuai
oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten dan beranggotakan
antara lain Dinas Pertanian Kabupaten, Bappeda Kabupaten,
Dinas Tata Ruang Kabupaten, Kanwil ATR/BPN, Balai Besar
Sungai dan Rawa Kementerian PUPR, Dinas Kehutanan, Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah, Tim Teknis Pengolahan
Data Spasial dan anggota TKPRD Kabupaten serta para pihak
lainnya sesuai kebutuhan. Pokja sudah ditetapkan pada
selambat-lambatnya bulan Februari Tahun 2020.
b) Koordinasi
Koordinasi pelaksanaan kegiatan Pemetaan Alih Fungsi Lahan
Sawah dilakukan secara berkala atau sesuai dengan kebutuhan
oleh Tim Pokja dan dapat mengundang narasumber terkait.
Koordinasi Pokja merupakan syarat mutlak keberhasilan
pelaksanaan kegiatan.
c) Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi dan kampanye pengendalian alih fungsi
lahan dilaksanakan di tingkat Kabupaten oleh Dinas Pertanian
15
Tanaman Pangan Kabupaten. Sosialisasi dan kampanye
dilaksanakan secara interaktif melibatkan stakeholder terkait.
2. Peserta
Peserta pertemuan minimal mencakup:
1) Kepala Bappeda Kabupaten;
2) Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten;
3) Kepala Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten;
4) Kepala Kantor ATR/BPN Kabupaten;
5) Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten; dan
6) Kepala Bidang yang menangani kegiatan Prasarana dan
Sarana Pertanian dari Dinas Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Kabupaten.
7) Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah (TKPRD)
Kabupaten.
8) Unsur Penyuluh/Mantri Tani Dinas Pertanian Kabupaten.
9) Konstra Tani.
10) Perwakilan Kelompok Tani
16
4.1.2. Pelaksanaan Pemetaan Alih Fungsi Lahan Sawah
18
Output pengolahan data, peta, serta overlay peta-peta
hasil inventarisasi yaitu :
Update perkiraan data luas dan sebaran lahan sawah
tingkat Kabupaten Tahun 2020.
Jumlah dan sebaran alih fungsi lahan sawah.
Peruntukan perubahan lahan sawah.
20
Informasi luas, sebaran, dan jenis-jenis peruntukan
lainnya dari perubahan lahan sawah terutama kawasan
industri dan pemukiman.
Luas Lahan sawah yang direncanakan tetap sebagai
lahan sawah dalam kawasan pertanian.
Lahan sawah yang dialih fungsikan untuk peruntukan
lainnya.
Informasi lahan sawah yang sudah diberikan izin
pemanfaatan ruang untuk penggunaan lain.
21
b) Analisis Data, Peta, Overlay Peta–peta hasil
Inventarisasi
Izin-izin serta HGU dan HGB dianalisis status keaktifan
dan kelayakannya sebagai dasar verifikasi alih fungsi
secara legal. Berdasarkan hasil verifikasi tersebut diperoleh
data luas lahan sawah yang berubah peruntukannya
karena sudah diberikan izin-izin, HGU dan HGB, maupun
lahan yang dialihfungsikan tetapi izin-izinnya tidak berlaku
lagi. Overlay peta-peta hasil inventarisasi dilakukan untuk
menghasilkan Peta Kerja yang akan digunakan dalam
survei dan verifikasi alih fungsi secara legal di lapangan.
22
pemerintah (cakupan layanan irigasi dan jaringan irigasi)
akibat perubahan peruntukkan lahan pertanian ke non
pertanian. Hal tersebut dilakukan untuk merumuskan
faktor-faktor penyebab rencana alih fungsi lahan serta
memformulasikan langkah strategis pencegahan alih
fungsi lahan.
23
Tabel 2. Jadwal Palang Kegiatan Pemetaan Alih Fungsi Lahan Sawah
Dalam hal kegiatan pemetaan alih fungsi Lahan sawah, maka mekanisme
pelaksanaan masing-masing kegiatan sebagai berikut:
a. Pembentukan Tim
Berdasarkan Perpres Nomor 16 Tahun 2018 untuk pelaksanaan
kegiatan melalui mekanisme swakelola bekerjasama dengan IPL atau
Tipe II. Dalam hal ini, PPK harus membentuk Tim, terdiri dari (a) Tim
perencana/Tim teknis, (b) Tim pengawas, (c) Tim pelaksana, dan (d)
Tim Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (Tim PPHP).
25
Tabel 2. Contoh Rencana Anggaran Biaya (RAB) Kegiatan Pemetaan Alih Fungsi
Lahan TA 2020.
Harga
No Kegiatan Vol Anggaran
Satuan
26
BAB V
PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN
5.2. Pelaporan
Laporan pelaksanaan kegiatan Pemetaan Alih Fungsi Lahan Sawah
disampaikan ke Pusat c.q. Direktur Perluasan dan Perlindungan
Lahan, Jl. Taman Margasatwa No. 3, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta
Selatan, 12550.
27
BAB VI
PENUTUP
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
Januari 2020
DIREKTUR JENDERAL,
SARWO EDHY
NIP196203221983031001
28