Anda di halaman 1dari 36

TINJAUAN TEORI

A. Risiko Perilaku Kekerasan


1. Pengertian
Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang
menunjukkkan bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain
atau lingkungan, baik secara fisik, emosional, seksual, dan verbal
(NANDA,2016), Risiko perilaku kekerasan terbagi menjadi dua, yaitu
risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self-directed
violence) dan risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for other-
directed violence). NANDA (2016) menyatakan bahwa risiko perilaku
kekerasan terhadap diri sendiri merupakan perilaku yang rentan dimana
seseorang individu bisa menunjukkan atau mendemontrasikan tindakan
yang membahayakan dirinya sendiri, baik secara fisik,emosional, maupun
seksual. Hal yang sama juga berlaku untuk resiko perilaku kekerasan
tehadap orang lain, hanya saja ditunjukkan langsung kepada orang lain.

Berbeda dengan risiko perilaku kekerasan, perilaku kekerasan


memiliki defenisi sendiri. Perilaku kekerasan memiliki defenisi sendiri.
Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai suatu keadaan hilangnya kendali
perilaku seseorang yang diarahkan pada diri sendiri atau lingkungan,
perilaku kekerasan pada diri sendiri dapat berbentuk melalui diri untuk
bunuh diri atau membiarkan diri dalam bentuk penelantar diri. Perilaku
kekerasan pada orang adalah tindakan agresif yang ditujukan untuk
melukai atau membunuh orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan
dapat berupa perilaku merusak lingkungan, melempar kaca, genting, dan
semua yang ada di lingkungan. Klien yag dibawa kerumah sakit jiwa
sebagian besar akibat melakukan pengkajian untuk mengenali penyebab
perilaku kekerasan yag dilakukan selama dirumah.
2. Respons Perilaku
Perilaku kekerasan didefenisikan sebagai bagian dari rentang
respon marah yang paling maladaptif. Yaitu nyamuk, marah merupakan
perasaan jengkel yang timbul sebagai renpos terhadap ansietas
(kebutuhan yang tidak trpenuhi) yag dirasakan sebagai ancaman
(stuart&laraia,2005). Amuk merupakan renspon kemarahan yang paling
maladaptif yang ditandai dengan perasaan marah dean bermusuhan yang
kuat merupakan bentuk perilaku destruktif yang tidak dapat dikontrol
(Yosep, 2009). Hal ini disertai dengan hilangnya kontrol dimana
inidividu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Berikut
ini merupakan beberapa istilah perilaku kekerasan:
Asertif :Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.

Frutasi :Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realitas atau


terhambat.
Pasif :Renspon lanjut klien tidak mampu ungkapkan perasaan.
Agresif :Perilaku destruktif masih tekontrol.
Amuk :Perilaku destruktif dan tidak terkontrol.

B. Pengkajian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melalui seseorang, baik secara fisik maupun pasikologis, perialku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal yang diarahkan pada diri sendiri,
orangm dan lingkungan perilaku kekerasan mengacu pada dua bentuk,
yaitu perilaku kekeran saat sedang berlangsung atau perilaku kekerasan
terdahulu (riwayat perilaku kekerasan).
1. Faktor Predisposisi
Menurut stuart (2013), masalah perilaku kekerasan dapat
disebabkan oleh adanya faktor predisposisi (fakto yang (melatar
belakang) munculnya masalah dan faktor prepitasi (faktor yang memicu
adanya masalah).
Di dalam faktor presdisposisi, terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya masalah pperilaku kekerasan, seperti faktor
biologis, psikologis, dan sosiokultural.
a. Faktor biologis
1) Teori dorongan naluri (instinctual drive theory) Teori ini
menyatakan bahwa prilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
2) Teori psikomotik (psycomotic theory) Pengalaman marah dapat
diakibatkan oehrespons Psikologi terhadap stimulus eksternal
maupun internal. Sehinga ,sistem limbik memiliki peran sebagai
pusat untuk mengespresikan maupun menghambat rasa marah.
b. Faktor psikologis
1) teori agresif frustasi (frustasion aggresion theory)
Teori ini menerjemahkan prilaku kekerasan terjadi sebagai
hasil akumulasi frustasi. Hal ini dapat terjadi apabila keinginan
individu untuk mencapai sesuatu gagal atau lambat. Keadaan
frustasi dapat mendorong individu untuk berprilaku agresif karena
perasaan frustasi akan berkurang melalui prilaku kekerasan
2) teori prilaku (behavioral theory)

Kemarahan merupakan bagian dari prose belajar. Hal ini dapat


dicapai apabila tersedia fasilitas atau situasi atau situasi yang
mendukung . reinforcement yang diterima saat melakukan
kekerasan sering menimbulkan kekerasan didalam maupun diluar
rumah .

3) teori eksitensi (exitential theory)


Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah bertindak
Sesuai perilaku. Apabila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi melalui
prilaku konstuktif, maka individu akan memenuhi kebutuhannya
melalui perilaku destruktif.

2. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi ini berhubungan dengan pengaruh steresor


yang mencetuskan prilaku kekerasan bagi setiap individu. Steresor dapat
disebabkan dari luar maupun dari dalam. Stresor yang berasal dari dalam
dapat berupa,kehilangan keluarga atau Sahabat yang dicintai,ketakutan
tehadap penyakit fisik,penyakit dalam dan lain lain. Selain itu,lingkungan
yang kondusif,seperti penuh penghinaan,tindak kekerasan,dapat memicu
perilaku kekerasan.

3. Faktor Risiko

NANDA (2016) menyatakan faktor-faktor risiko dari resiko


prilaku kekerasan terhadap diri sendiri (risk for selfdirected violence) dan
rsiko perilaku kekerasan terhadap orang lain(risk for other-directed
violence)

a. Risiko perilaku kekerasan terhdap diri sendiri (risk fof self-directed


violence)
1) Usia>45 tahun
2) Usia 15-19 tahun
3) Isyarat tingkah laku (menuis catatan cinta yang sedih,menyatakan
pesan bernada kemarahankepada orang tertentu yang menolak
individutersebut,dll.)
4) Konflik mengenai orientasi seksual
5) Konflik dalam hubungan interpersonal
6) Pengganguran atau kehilangan perkerjaan (masalah perkerjaan)
7) Terlibat dalam tindakan seksual autoerotik
8) Sumber daya personal yang memadai
9) Status perkawinan (sendiri,mrnjanda,bercerai)
10) Isu kesehatan mental(depresi psikosis,ganguan keperibadian,penyal
agunaan zat)
11) \Perkerjaan (profesional eksekutif ,administrator atau pemilik
bisnis,dll)
12) Pola kesulitan dalam keluarga (riwayat bunuh diri,sesuatu yang
bersifat kekerasan atau konfliktual)
13) Isu kesehatan fisik
14) Ganguan psikologi
15) Isolasi sosial
16) Ide bunuh diri
17) Rencana buduh diri
18) Riwayat upacara bunuh diri berulang
19) Isyarat verbal (membicarakan kamatian,menanyakan tentang dosis
mematikan obat,dll)
b. Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk other-direcred
violence)
1) Akses atau ketersediaan senjata
2) Alterasi (gangguan) fungsi kognitif
3) Perlakuan kejam terhadap binatang
4) Riwayat kekerasan masa kecil, baik secara fisik, psikologis, maupun
seksual
5) Riwayat menyaksikan kekerasan dalam keluarga
6) Riwayat menyalahgunakan zat
7) Implusif
8) Pelanggaran atau kejahatan kendaraan bermotor (seperti pelanggaran
lalu lintas, penggunaan kendaraan bermotor untuk
9) Bahasa tubuh negatif (seperti,kekakuan,mengepalkan tinju/pukulan,
hiperatifitas,dan lain-lain)
10) Gangguan neurologis (trauma kepala, gangguan serangan, kejang, dan
lain-lain)
11) Inteksikasi fatologis
12) Riwayat melakukan kekerasan tidak langsung (kecing di lantai,
menyobek objek di dinding, melempar barang , membanting pintu, dan
lain-lain)
13) Pola prilaku kekerasan terhadap orang lain (menendang,
menengdang,mengigit, upaya pemerkosaan, memperkosa ,peleceha
seksual, mengencii orang, dan lain-lain)
14) Pola ancman kekerasan ( ancaman secara perbal terhadap objek atau
orang lain, menyumpah serapah, gertur atau cacatan mengamcam,
ancaman seksual, dan lain-lain)
15) Pola perilaku kekerasan anti sosial (mencuri,meminjam denga
memaksa, penolakan terhadap medikasi. Dan lain-lain)
16) Komplikasi perinatal
17) Komplikasi prenatal
18) Menyalaka api
19) Gangguan pisikosis
20) Perilaku bunuh diri

4. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala prilaku kekerasan dapat dinilai dari umkapan pasien dan
didukung dengan hasil observasi.
a. Data subjektif
1. Umkapan berupa ancaman
2. Umkapan kata-kata kasar
3. Umkapan ingin memukul atau melukai
b. Data objektif
1. Wajah memerah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengapit rahang dengan kuat
4. Mengepal tangan
5. Bicara kasar
6. Suara tinggi, mejerit, atau berteriak
7. Modar-mandir
8. Melempar atau memukul benda atau orang lain
5. Mekanisme koping
Perawat pelu mempelajari mekanisme koping untuk membantu
pelayanan mengembangkan mekanisme koping yang konruktif dalam
mengekspresikan marahnya secara umum, mekanisme koping yang
sering yang sering digunakan antara lain mekanisme pertahanan ego,
seperti displacemen, sublimasi, depresi, denial, dan reaksi formasi.
6. Perilaku
klien dengan prilaku kekerasan memiliki beberapa prilaku yang
perlu diperhatikan. Perilaku klien dengan gangguan perilaku kekerasan
dapat membahayakan bagi dirinya sendiri oran lain maupun lingkungan
sekitar adapun perilaku yag harus dikenali dari klien gangguan resiko
perilaku kekerasan antara lain:
a. Menyeran atau menghindari pada keadaan ini respon fisiologis
timbul karena kegiatan sistem syaraf otonom bereaksi terhadap
sekresi adheneprint ynag menyebabkan tekanan darah
meningkat, takikardi, wajah merah , peristaltik gaster
menurun,pengeluaran urine dan syalifa meningkat, konstipasi,
kewaspadaan meningkat, diserta ketengaan otot seperti: rahang
terkatup,tangan mengepal, tubuh menjadi kaku, dan disertai
replek yang cepat.
b. Menyatakan secara asertif
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam
mengekpresikan kemarahannya yaitu perilaku pasif agresif, dan
asertif. Perilaku asertif merupakan cara terbaik individu untuk
mengekpresikan rasa marahnya tampa menyakiti orang lain
secara fisik indivudu juga dapat mengembangkan diri.
c. Memberontak
Prilaku yang muncuk biasanya disertai kekerasan akibat
perilaku untuk menarik perhatian orang
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditunjukka kepada diri
sendiri, orang lain, maupun orang.

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan perilaku kekerasan dirumuskan jika klien
saat ini tidak melakukan prilaku kekerasan, tetapi pernah melakukan
prilaku kekerasan dan belum mampu mengendalian prilaku kekerasan
tersebut.

Gambar. Pohon masalah diagnosa risiko prilaku kekerasan

Risiko menvederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

Risiko perilaku kekerasan

Perilaku kekerasan
DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWA (TUK/TUM)
TAN
Resiko TUM : Klien menunjukkan Bina hubungan Kepercayaa
perilaku Klien dan tanda-tanda percaya saling prcaya n dari klien
kekerasan keluarga kepada perawat dengan merupakan
mampu melalui : a. Ekspresi mengemukakan hal yang
mengatasi atau wajah cerah, prinsip akan
mengendalikan tersenyum komunikasi memudahk
resiko perilaku b. mau berkenalan terpeutik : an perawat
kekerasan c. ada kontak mata a. mengucapkan dalam
d. bersedia salam terapeutik. melakukan
TUK 1 : menceritakan Sapa klien pendekatan
1. Klien persaannya dengan ramah, keperawata
dapat e. bersedia baik verbal n atau
membi mengungkapkan maupun non intervensi
na masalah verbal. selanjutnya
hubun b. berjabat terhadap
gan tangan dengan klien.
saling klien
percay c. perkenalkan
a diri dengan
sopan
d. tanyakan
nama lengkap
klien dan nama
panggilan yang
disukai klien
e. jelaskan
tujuan
pertemuan
f. membuat
kontrak topik,
waktu dan
tempat setiap
kali bertemu
klien
g. tunjukkan
sikap empati dan
menerima klien
apa adanya
h. beri perhatian
kepada klien dan
perhatian
kebutuhan dasar
klien.
TUK 2 : Kriteria evaluasi : Menentuka
Klien dapat Setelah 3x intervensi, Bantu klien n
mengidentifika klien dapat : mengungkapkan mekanisme
si peyebab 1. Menceritaka perasaan koping yang
prilaku n penyebab marahnya : dimiliki oleh
kekerasan yang perilaku a.diskusikan klien dalam
dilakukannya kekerasan bersama klien menghadap
yang untuk i masalah.
dilakukannya. menceritakan Selain itu,
2. Menceritaka penyebab rasa juga
n penyebab kesal dan sebagai
perasaan jengkelnya. langakh
jengkel/kesal, b. dengarkan awal dalam
baik dari dir penjelasan klien menyususn
sendiri tanpa menyela strategi
maupun atau berikutnya
lingkunganny memberikan
a penilaian pada
setiap ungkapan
perasaaan klien
TUK 3 : Kriteria evaluasi : Membantu klien Deteksi dini
Klien dapat Setelah 3x intervensi, mengungkapkan dapat
mengidentifika klien dapat tanda-tanda mencegah
si tanada-tnda menceritakan tanda- perilaku tindakan
perilaku tanda perilaku kekerasan yang yang bisa
kekerasan kekerasan secara : dialaminya : membahay
a. Fisik : mata Dikusikan dan akan klien
merah, motivasi klien dan
tangan untuk lingkungan
mengepal, menceritakan sekitar
ekspresi kondisi fisik saat
tegang dan perilaku
lain-lain. kekersan terjadi.
b. Emosional :
perasaan Diskusikan dan
marah, motivasi klien
jengkel, untuk
bicara kasar. menceritakan
c. Sosial : kondisi fisik saat
bermusuhan perilaku
yang dialami kekersan terjadi.
saat terjadi
perilaku Diskusikan dan
kekerasan mitivasi klien
untuk
menceritakan
kondisi emosinya
saat terjadi
perilaku
kekerasan

Diskusikan dan
motivasi klien
untuk
menceritakan
kondisi psikologis
saat terjadi
perilaku
kekerasan

Diskusikan dan
motivasi klien
untuk
menceritakan
kondisi
hubungan
dengan orang
lain saat terjadi
perilaku
kekerasan

TUk 4 : Kriteria evaluasi : Diskusikan Melihat


Klien dapat Setelah 3x intervensi dengan klien mekanisme
kekerasan yang klien menjelakan : seputar prilaku koping klien
mengidentifika a. Jenis-jenis kekerasan yang dalam
si jenis perilaku ekspresi dilakukannya menyelesai
yang pernah kemarahan selama ini. kan
dilakukannya selama ini masalah
telah Diskusikan yang
dilakukannya dengan klien dihadapi
b. Perasaannya seputar perilaku
saat kekerasan yang
merasakan dilakukannya
kekerasan selama ini
c. Efektivitas
cara yang Motivasi klien
dipakai menceritakan
dalam jenis-jenis
menyelesaika tindakan
n masalah kekerasan yang
selama ini
pernah
dilakukannya

Motivasi klien
menceritakan
perasaan klien
setelah tindakan
kekerasan terjadi

Diskusikan
apakah dengan
tindak kekerasan
yang
dilakukannya,
masalah yang
dialami teratasi.
TUK 5 : Kriteria evaluasi : Diskusikan Membantu
Klien dapat Setelah 3x intervensi, dengan klien klien
mengidentifika klien menjelaskan akibat negatif melihat
si akibat dari akibat yang timbul atau kerugian dampak
perilaku dari tindak kekerasan dari cara atau yang
kekerasan yang dilakukannya : tindakan ditimbulkan
a. Diri sendiri : kekerasan yang akibat
luka, dijauhi dilakukan pada : perilaku
teman dll. a. Diri kekerasan
b. Orang sendiri yang
lain/keluarga b. Orang dilakukan
: luka, lain/kelu klien
tersinggung, arga
ketajutan dll. c. lingkung
c. Lingkungan : an
barang atau
benda-benda
yang rusak ,
dll.

TUK 6 : Kriteria evaluasi : Diskusikan Menurunka


Klien dapat Setelah 3x intervensi dengan klien n perilaku
mengidentifika klien dapat seputar : yang
si cara menjelaskan : destruktif
konstruktif Cara-cara sehat Apakah klien yang
atau cara-cara dalam mau berpotensi
sehat dalam mengungkapkan mempelajari cara mencederai
megungkapkan kemarahan. baru lien dan
kemarahan. mengungkapkan lingkungan
marah yang sekitar
sehat.

Jelaskan bebagai
alternatif pilihan
untuk
mengungkapkan
kemarahan
selain perilaku
kekerasan
perilaku yang
dilakukan klien

Jelaskan cara-
cara sehat untuk
mengugkapkan
kemarahan :
a. cara
fisik :
nafas
dalam,pu
kul
bantal
atau
kasur,
olahraga.
b. Verbal :
mengung
kapkan
bahwa
dirinya
sedang
kesal
pada
orang
lain
c. Sosial :
latihan
asertif
dengan
orang
lain
d. Spritual :
sembahy
ang/doa,
zikir,
meditasi,
sesuai
dengan
keyakina
n
agamany
a
masing-
masing
TUK 7 : Kriteria evaluasi : Diskusikan cara Keinginan
Klien dapat Setelah 3x intervensi, yang mungkin untuk
mendemonstra klien memperagakan dipilih serta marah yang
sikan cara cara mengontrol anjurkan klien tidak bisa
mengontrol prilaku kekerasan memilih cara diprediksi
perilaku secara fisik verbal, yang mungkin waktunya
kekerasan dan spritual dengan diterapkan untuk serta siapa
cara berikut : mengungkapkan yang akan
a. Fisik : tarik kemarahannya memicunya
nafas dalam, meningkatk
memukul Latih klien an
bantal/kasur memperagakan kepercayaa
b. Verbal : cara yang dipilih n diri klien
mengungkap dengan serta
kan perasaan melaksanakan asertifitas
kesal/jengkel cara yang dipilih (ketegasan)
pada orang klien saat
lain tanpa jelaskan cara marah/jeng
menyakiti manfaat kel
c. Spiritual : tersebut.
zikir/doa ,
meditasi Anjurkan klien
sesuai menirukan
agamanya peragaan yang
sudah dilakukan.

Beri penguatan
pada klien,
perbaiki cara
yang masih
belum sempurna

Anjurkan klien
menggunakan
cara yang sudah
dilatih saat
marah/jengkel

TUK 8 : Keluaga
Klien merupakan
mendapat sistem
dukungan Dikusikan pendukung
keluarga untuk Kriteria evaluasi : pentingnya pran utama bagi
mengontrol Setelah 3x intervensi, serta keluarga klien dan
resiko perilaku keluarga mampu : sebagai merupakan
kekerasan a. Menjelaskan pendukung klien bagian
cara merawat dalam megatasi penting dari
klien dengan resiko perilaku rehabilitasi
resiko kekerasan. klien
perilaku
kekerasan. Diskusikan
b. Mengungkap potensi keluarga
kan rasa untuk membantu
puas dalam klien mengatasi
merawat perilaku
klien dengan kekerasan
resiko
perilaku Jelaskan
kekerasan pengertian,
penyebab,akibat,
dan ara
merawat klien
resiko perilaku
kekerasan yang
dapat
dilaksanakan
oleh keluarga .

Peragakan cara
merawat klien
(menangani
pasien)

Beri kesempatan
keluarga untuk
memperagakan
ulang cara
perawatan
terhadap klien

Beri pujian
kepada keluarga
setelah
peragaan.
Menyukses
TUK 9 : Tanyakan kan
Klien perasaan program
menggunakan keluarga setelah pengobatan
obat sesuai mencoba cara klien
program yang yang peragakan
telah
ditetapkan Kriteria evaluasi : Obat dapat
Setelah 3x intervensi mengontrol
klien bisa resiko
menjelaskan : a. Jelaskan manfaat perilaku
Manfaat minum obat menggunakan kekerasan
b. kerugin tidak obat secara klien dan
minum obat teratur dan dapat
c. nama obat kerugian jika membantu
d. bentuk dan warna tidak penyembuh
obat menggunakan an klien.
e. dosis yang obat.
diberikan kepadanya Mengontrol
f. waktu pemakaian Jelaskan kepada kegiatan
g. cara pemakaian klien : klien
h. efek yang a. Jenis minum
dirasakan obat obat dan
i. klien sesuai (nama,w mencegah
program. arna,dan klien putus
bentuk obat.
obat)
b. Dosis
yang
tepat
untuk
klien
c. Waktu
pemakai
an
d. Cara
pemakai
an
e. Efek
yang
akan
dirasaka
n klien

Anjurkan klien
untuk :
a. Minta
dan
menggun
akan
obat
tepat
waktu
b. Lapor
keperaw
at/dokte
r jika
mengala
mi efek
yang
tidak
biasa.

Beri pujian
terhadap
kedisiplinan klien
menggunakan
obat.
STRATEGI PELAKSANAAN PERILAKU KEKERASAN

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.Klien suka
membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.
b. Data Obyektif
a. asi tanda-tanda perilaku kekerasan
Pasien dapat menyebutkan Mata merah, wajah agak merah.Nada suara
tinggi dan keras, bicara menguasai.Ekspresi marah saat membicarakan
orang, pandangan tajam.Merusak dan melempar barang-barang.

Diagnosa keperawatan : Perilaku kekerasan/ngamuk

B. STRTEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan
agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara.
Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan
saling percaya adalah.
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
b. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
pasienDiskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini
dan yang lalu
c. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku
kekerasan
d. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
e. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
f. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
g. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
h. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
i. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan pada saat marah secara:
 Verbal
 Terhadap orang lain
 Terhadap diri sendiri
 Terhadap lingkungan
j. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
k. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara:
 Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
 Obat
 Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
 Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
l. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
 Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal
 Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal
m. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
 Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan
baik
 Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
n. Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:
 Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa
 Buat jadwal latihan sholat, berdoa
o. Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:
 Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar
(benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat,
benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan
guna obat dan akibat berhenti minum obat
 Susun jadwal minum obat secara teratur
p. Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Persepsi mengontrol Perilaku Kekerasan
.

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab


perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik.

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini.

1. ORIENTASI :
a. “Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya A K, panggil saya A , saya
perawat yang dinas di puskesmas ......., Nama bapak siapa? senangnya
dipanggil apa?”
b. “Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau
marah?”
c. “Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah
bapak”
d. “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 20
menit?
e. “Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana
kalau di ruang tamu ?”
2. KERJA :
a. “Apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah sebelumnya bapak pernah
marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya,
apakah ada penyebab lain yang membuat bapak marah”
b. “Pada saat penyebab marah itu ada, sepeti bapak pulng ke rumah dan istri
belum menyediakan makanan (mis : ini penyebab marah pasien), apa yang
bapak rasakan? “Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak
berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan
mengepal?”
c. “Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak memukul istri
bapak. dan memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidang
?. iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang bpk lakukan ? betul, istri jadi
sakit dan takut, piring pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang lrbih
baik ? maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan
yang baik tanpa menimbulkan kerugian?”
“ ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya
adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa
marah.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu ? “
d. ”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka
bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup
melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa
melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
e. “Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa
melakukannya”.

3. TERMINASI :
a. “Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan bapak?”
b. ”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah (sebutkan) dan yang bapak rasakan
sekarang (sebutkan) dan yang bapak lakukan (sebutkan) serta akibatnya
(sebutkan) ?
c. ”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang
lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan
jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak. ‘Sekarang kita buat jadwal
latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak mau latihan napas dalam?, jam
berapa saja pak?”
d. ”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang
lain untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak,
Selamat pagi”

SP 2 Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2

a.Evaluasi latihan nafas dalam

b.Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal

c.Susun jadwal kegiatan harian cara kedua

peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

1. ORIENTASI :
“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya tiga jam yang lalu sekarang saya
datang lagi”

a. “Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak
marah?”
b. “Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan
kegiatan fisik untuk cara yang kedua”
c. “ mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit ? “
“ dimana kita bicara? Bagaimana kalau diruang tamu ?”

KERJA :
a. “Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal,
berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan
pukul kasur dan bantal”.
b. “Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Didalam ruangan ?
Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan
lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah,
coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali bapak
melakukannya”
c. “ lampiaskan Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
d. “Nah cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah.
Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya

2. TERMINASI :
a. “Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi
pak ?”
b. “Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi? ( pasien
sudah bisa mengontrol nya )
c. “kita akan masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari bapak. Pukul
kasur bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur?
Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam jam 15.00 sore. Lalu kalau ada
keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya pak. Sekarang
kita masukkan di jadwal kegiatan bapak”
Gbagaiman kalau 2 hari lagi kita ketemu untuk latihan cara mengontrol
marah dengan belajar bicara yang baik. Mau pukul berapa pak?
Baik, pukul 10 pagi ya. Sampai jumpa”

SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:

a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik


b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak
dengan baik, meminta
c. dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
d. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

1. ORIENTASI :
a. “Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu
lagi”
b. “Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul
kasur bantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur?”
c. “Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”
d. “Bagus ya pak. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M,
artinya mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya
dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum
bisa melakukan
e. “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah
marah?”
f. “Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat
yang sama?”
g. “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit pak?”

2. KERJA :

a. “Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah.
Kalau marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur
dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang
membuat kita marah. Ada tiga caranya pak:
b. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta
tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab
marahnya karena minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta
uang dengan baik:”Bu, saya perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa
dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak
ulangi sekali lagi. Bagus pak.”
c. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: Maaf saya tidak bisa melakukannya karena
sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
d. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena
perkataanmu itu’. Coba bpk praktekkan. Bagus.
3. TERMINASI :
a. “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?”
b. “Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”?
c. “Bagus sekali pak , sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa
kali sehari bapak mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat
jadwalnya?”
d. Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta obat,
uang, dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!”
‘’Nah,sudah berapa cara yang bapak pelajari? Bagus,Betul sekali ,5cara
yaitu: 2 cara fisik dan 3 cara bicara yang baik.
e. “Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi pak ?”
f. “Nanti kita akan membicarakan cara ke 3 untuk mengatasi rasa marah
bapak yaitu dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini
lagi? Baik sampai nanti ya”

SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual

a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan


sosial/verbal
b. Latihan sholat/berdoa
c. Buat jadual latihan sholat/berdoa

1. ORIENTASI :
a. “Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang
saya datang lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba pak ?”
b. “Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa
marahnya”
c. “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa
marah yaitu dengan ibadah?”
d. “Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat
tadi?”
e. “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?
2. KERJA :
a. “Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan? Bagus. Baik,
yang mana mau dicoba?
b. “Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik
napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks.
Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.
c. “Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan
kemarahan.”
d. “Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba
sebutkan caranya (untuk yang muslim).”

3. TERMINASI :
a. Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang
ketiga ini?”
b. “Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari?”
c. “Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau
berapa kali bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai
kesepakatan pasien)
d. “Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila
bapak merasa marah”
e. “Setelah ini coba bapak lakukan jadwal sholat sesuai jadwal yang telah
kita buat tadi”
f. “Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat
mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat. Mau jam berapa
pak? Seperti sekarang saja, jam 10 ya pak ?”
g. “Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah bapak, setuju pak?”

SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat

1) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang
sudah dilatih.
2) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar
nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu
minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat
berhenti minum obat.
3) Susun jadual minum obat secara teratur

1. ORIENTASI :
a. “Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu
lagi” “Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul
kasur bantal, bicara yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Coba kita lihat cek kegiatannya”.
b. “Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum
obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?”
c. “Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat
kemarin pak ?”
d. “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit”

2. KERJA (perawat membawa obat pasien) :


a. “Bapak sudah dapat obat dari dokter nya pak ?”
b. Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus Dan
Jam berapa Bapak minum? Bagus.“Obatnya ada tiga macam pak, yang
warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih
ini namanya THP agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP
agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak
minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”.
c. “Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk
membantu mengatasinya bapak bisa menghisap-hisap es batu”.
d. “Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan
beraktivitas dulu”
e. “Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak
obat apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus
diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya
sudah benar? Di sini minta obatnya sama perawat kemudian cek lagi
apakah benar obatnya!”
f. “Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan
dokter ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.”
g. “Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadwal ya pak.”

3. TERMINASI :
a. “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
minum obat yang benar?”
b. “Coba bapak sebutkan lagi jenis obat yang Bapak minum Bagaimana cara
minum obat yang benar?”
c. “Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?.
Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat. Jangan
lupa laksanakan semua dengan teratur ya pak ”

d. “Baik, 2 hari lagi kita ketemu kembali untuk melihat sejauh mana bapak
melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah. Sampai
jumpa ya pak ”

1) Tindakan keperawatan untuk keluarga


2) Tujuan
3) Keluarga dapat merawat pasien di rumah
4) Tindakan
i. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien
ii. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan
(penyebab,
b) tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut
c) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang
lain
d) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan
1) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan
yang telah diajarkan oleh perawat
2) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila
pasien dapt melakukan kegiatan tersebut secara tepat
3) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila
pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan
e) Buat perencanaan pulang bersama keluarga

SP 6 Keluarga: Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara


merawat klien perilaku kekerasan di rumah
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan
(penyebab,
f) tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku
g) tersebut)
h) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera
lain.
1. ORIENTASI
a. “Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya perawat A , saya perawat dari
ruang ini, saya yang akan merawat Ibuk (pasien). Nama ibu siapa,
senangnya dipanggil apa?”
b. “Bisa kita berbincang-bincang sekarang tentang masalah yang Ibu
hadapi?”
c. “Berapa lama ibu kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”
d. “Di mana enaknya kita berbincang-bincang, Bu? Bagaimana kalau di
ruang perawat ?”

2. KERJA
a. “Bu, apa masalah yang Ibu hadapi/ dalam merawat Bapak? Apa yang Ibu
lakukan? Baik Bu, Saya akan coba jelaskantentang marah Bapak dan hal-
hal yang perlu diperhatikan.”
b. “Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi bisa tidak disalurkan
dengan benar akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan
lingkungan.
c. Yang menyebabkan suami ibu marah dan ngamuk adalah kalau dia merasa
direndahkan, keinginan tidak terpenuhi. Kalau Bapak apa penyebabnya
Bu?”
d. “Kalau nanti wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan
gelisah, itu artinya suami ibu sedang marah, dan biasanya setelah itu ia
akan melampiaskannya dengan membanting-banting perabot rumah tangga
atau memukul atau bicara kasar? Kalau apa perubahan terjadi? Lalu apa
yang biasa dia lakukan?”
e. “Nah bu, ibu sudah lihat khan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila
tanda-tanda kemarahan itu muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan cara
mengingatkan jadwal latihan cara mengontrol marah yang sudah dibuat
yaitu secara fisik, verbal, spiritual dan obat teratur”. Kalau bapak bisa
melakukanya jangan lupa di puji ya bu”

3. TERMINASI :
a. “Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara
merawat bapak?”
b. “Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak”
c. “Setelah ini coba ibu ingatkan jadwal yang telah dibuat untuk bapak ya
bu”
d. “Bagaimana kalau kita ketemu 2 hari lagi untuk latihan cara-cara yang
telah kita bicarakan tadi langsung kepada bapak?”
e. “Tempatnya disini saja lagi ya bu?”

SP 7 Keluarga: Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol


Kemarahan
1. Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah
2. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan
tindakan yang telah diajarkan oleh perawat
3. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada
pasien bila pasien dapat melakukan kegiatan tersebut
secara tepat
4. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus
dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku
kekerasan.

1. ORIENTASI :
a. “Selamat pagi bu, sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu sekarang kita
ketemu lagi untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah bapak.”
b. “Bagaimana Bu? Masih ingat diskusi kita yang lalu? Ada yang mau Ibu
tanyakan?” “Berapa lama ibu mau kita latihan?“Bagaimana kalau kita
latihan disini saja? sebentar saya panggilkan bapak supaya bisa berlatih
bersama”

2. KERJA :
a. ”Nah pak, coba ceritakan kepada Ibu, latihan yang sudah Bapak lakukan.
Bagus sekali. Coba perlihatkan kepada Ibu jadwal harian Bapak! Bagus!”
b. ”Nanti di rumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol kemarahan
Bapak.”
c. ”Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya pak?”
d. ”Masih ingat pak, bu kalau tanda-tanda marah sudah bapak rasakan maka
yang harus dilakukan bapak adalah.......?”
e. ”Ya.. betul, bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar
f. lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup
melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali, coba ibu temani dan bantu bapak
menghitung latihan ini sampai 5 kali”.
g. “Bagus sekali, bapak dan ibu sudah bisa melakukannya dengan baik”.
h. “Cara yang kedua masih ingat pak, bu?”
i. “ Ya..benar, kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul
perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak
dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.
j. “Sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar
bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar
dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal.
Nah, coba bapak lakukan sambil didampingi ibu, berikan bapak semangat
ya bu. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”. “Cara yang ketiga adalah
bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga caranya pak, coba
praktekkan langsung kepada ibu cara bicara ini:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang
rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu,
Saya perlu uang untuk beli rokok! Coba bapak praktekkan.
Bagus pak”.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak
ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa
melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak
praktekkan. Bagus pak”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain
yang membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin
marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”
k. “Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang harus
dilakukan?”
l. “Baik sekali, bapak coba langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak
reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil
air wudhu kemudian sholat”.
m. “Bapak bisa melakukan sholat secara teratur dengan didampingi ibu untuk
meredakan kemarahan”.
n. “Cara terakhir adalah minum obat teratur ya pak, bu agar pikiran bapak
jadi tenang, tidurnya juga tenang, tidak ada rasa marah”
o. “Bapak coba jelaskan berapa macam obatnya! Bagus. Jam berapa minum
obat? Bagus. Apa guna obat? Bagus. Apakah boleh mengurangi atau
menghentikan obat? Wah bagus sekali!”
p. “Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang bapak
dapatkan, ibu tolong selama di rumah ingatkan bapak untuk meminumnya
secara teratur dan jangan dihentikan tanpa sepengetahuan dokter”

3. TERMINASI :
a. “Baiklah bu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah
kita latihan cara-cara mengontrol marah langsung kepada bapak?”
b. “Bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah?”
c. “Selanjutnya tolong pantau dan motivasi Bapak melaksanakan jadwal
latihan yang telah dibuat selama di rumah nanti. Jangan lupa berikan
pujian untuk Bapak bila dapat melakukan dengan benar ya Bu!”
d. “ Karena Bapak sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2 hari
lagi Ibu bertemu saya untuk membicarakan jadwal aktivitas Bapak selama
di rumah nanti.”
e. “Jam 10 seperti hari ini ya Bu. Di ruang ini juga buk ?.”

SP 8 Keluarga: Menjelaskan perawatan lanjutan bersama keluarga


Buat perencanaan pulang bersama keluarga

1. ORIENTASI :
a. “Selamat pagi pak, bu,saya perawat A karena ibu dan keluarga sudah
mengetahui cara-cara yang sebelumnya telah kita bicarakanya. Sekarang
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perawatan lanjutan
untuk keluarga Bapak/Ibu. Apakah sudah dipuji keberhasilannya?”
b. “Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadwal kegiatan dan perawatan
lanjutan di rumah, disini saja?”
c. “Berapa lama bapak dan ibu mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30
menit?”

2. KERJA :
a. “Pak, bu, jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadual
aktivitas maupun jadual minum obatnya. Mari kita lihat jadwal Bapak!”
b. “Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh bapak selama di rumah. Kalau misalnya Bapak menolak
minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain,
maka bapak konsul kan ke dokter atau di bawa kerumah sakit ini untuk
dilakukan pemeriksaan ulang pada bapak.”

3. TERMINASI :
a. “ Bagaimana Bu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan apa saja
yang perlu diperhatikan (jadwal kegiatan, tanda atau gejala, kontrol; ke
rumah sakit). Saya rasa mungkin cukup sampai disini dan untuk persiapan
pulang pasien lainya akan segera saya siapkan”
b. “ kalau begitu saya permisi ya pak, buk
DAFTAR PUSTAKA

askemat,s.kep m.kes. 2011. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Jakarta :


Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai