Anda di halaman 1dari 12

Kelompok 3 PPA 46 :

Angel Aurelie /03

Eveline Nugroho /16

Lina Meilani /24

Stefanus Febrianto /36

SEJARAH AKUNTANSI DUNIA

Sejarah Akuntansi Periode Mesir

Pada masa itu pencatatan dilakukan oleh orang-orang pada zaman Mesir kuno di mana
mereka menggunakan metode pencatatan untuk membantu dalam berdagang keluar daerah
negara. Pencatatan dilakukan pada lembaran daun.

Hal ini dilakukan pada saat manusia mulai mengenal uang, metode pencatatan keuangan
semakin banyak dikenal (data sejarah tentang materi pelajaran pencatatan atau pembukuan
yang ditulis dalam bahasa Arab)

Ada 2 bukti:

 Mereka menghitung laba atau rugi dengan cara menghitung barang yang dibawa pada
waktu berangkat berlayar dan barang yang dibawa pulang lagi pada saat selesai
berlayar. Maka dari itu perhitungan rugi laba hanya dibuat pada akhir suatu pelayaran.
 Gudang-gudang Mesir masalalu dijadikan sebagai tempat penyimpanan barang-
barang berharga seperti emas, gandum, permata, tekstil, bahkan hewan ternak yang
menunjukkan adanya pencatatan atas transaksi-transaksi.

Sejarah Akuntansi Periode Babilonia

Pada masanya ilmuan melakukan pembongkaran ribuan tabel tanah liat di Babilonia (sistem
pembukuan mereka). Dalam sistem akuntansinya, catatan-catatan umum kebanyakan
ditemukan berupa tabel-tabel.

Tabel-tabel tersebut berisi catatan informasi: ( table secara umum)

 Berapa jumlah uang dan barang yang diterima


 Nama orang yang memberikannya
 Nama orang yang menerimanya
 Tanggal kejadiannya

Tabel pengeluaran tersebut terdiri dari daftar sejumlah uang dan kekayaan yang
dibelanjakan sebagai hasil dari pengguna internal, pembelian dan kerugian. Tabel
pengeluaran kadang diberlakukan sebagai suatu catatan tentang biaya, laba dan produksi juga
dicatat didalamnya.

Tabel laba biasanya meliputi:

 Apa laba yang diterima


 Siapa yang menerima
 Alasan-alasan untuk menerima
 Tanggal penerimaan.

Sementara itu untuk tabel produksi terdiri dari daftar sederhana mengenai apa yang dibuat
dan kepada siapa dijual. Sebuah catatan tentang obligasi telah dijaga dan terdiri dari
informasi berikut:

 Jumlah dan dasar dari komoditas atau uang yang dipinjamkan


 Tingkat bunga (jika ada)
 Nama debitur
 Nama kreditur
 Waktu pembayaran
 Spesifikasi mengenai metode pembayaran
 Saksi
 Tanggal

Sejarah Akuntansi Periode China

Akuntansi di China memiliki Sejarah yang Panjang. Fungsi akuntansi dalam hal pertanggung
jawaban dapat dilacak jauh ke belakang hingga tahun 2200 SM selama Dinasti Hsiu dan
sejumlah dokumen menunjukkan bahwa akuntansi digunakan untuk mengukur kekayaaan
dan membandingkan pencapaian di kalangan bangsawan dan Putri-Putri pada dinasti Xia
( tahun 2000-1500 SM ).

Konfusius Muda ( 551-479 SM ) dulunya pernah menjadi seorang manajer gudang dan
tulisanya menebutkan bahwa pekerjaannya meliputi akuntansi yang seharusnya membuat
catatan penerimaan dan pengeluaran setiap harinya. Diantara ajaran-ajaran Konfusius
terdapat keharusan untuk memelihara sejarah dan catatan akuntansi dipandang sebagai
bagiaian dari sejarah tersebut.

Sejarah Akuntansi Periode Yunani

PAda periode Yunani pemerintah membagi secara adil barang kepada rakyatnya. Permulaan
akuntansi mengawasi keseimbangan, uang masuk, pengeluaran dan berakhir pada
keseimbangan. Pandangan terhadap akuntansi dalam sektor swasta ditawarkan dengan
penemuan di Mesir atas ”zenon papyri” yang merupakan dokumen dari abad ketiga sebelum
masehi.

Waktu Mesir sebagai provinsi Yunani, dibawah kepemimipinan Alexander Agung, dokumen
itu menghasilkan bukti bahwa adanya akuntansi Yunani abad ke-4 sebelum masehi.

Zenon adalah administrator saat itu. Setiap departemen bagian diatur oleh seorang supervisor
yang meminjamkan akun sehari-hari dari aktivitas dibawah yurisdiksi. Pengamatan terhadap
dokumen-dokumen tertulis berisikan transaksi, banyak di antara mereka meminjam uang dan
aktiva lainnya yang diterima oleh kepala departemen. Catatan menunjukkan bahwa akun ini
terdiri dari daftar kas dan aktiva lainnya, seperti makanan, minyak, baju dan arus masuk serta
arus keluar. Item yang sama dan total pengeluaran kemudian dikelompokkan bersama
didalam sebuah paragraf.

Penemu Pertama Teori Akuntansi di Dunia

Pada tahun 1494, Luca Pacioli memublikasikan buku yang berjudul Summa de Aritmatica,
Geometrica Proortioni et Propotionallia. Dalam buku tersebut, terdapat subjudul “Tractus de
Computies et Scriptoris” yang mengajarkan sistem pembukuan berpasangan. Subjudul inilah
yang menjadi cikal bakal munculnya akuntansi.

Buku yang dicetak oleh matematikawan sekaligus pemuka agama ini isinya adalah metode
pembelajaran cara mengelola keuangan yang dibuat secara khusus untuk para usahawan di
kala itu. Setahun setelah buku tersebut dipublikasi, akuntansi mulai diterapkan di Italia.

Munculnya Sistem Pembukuan Berpasangan

Pada awal kemunculan akuntansi, masih belum diberi nama itu melainkan disebut dengan
istilah Sistem Pembukuan Berpasangan. “sistem pencatatan semua transaksi menjadi debit
dan ktedit. Kedua bagian ini diatur agar selalu seimbang”
Setelah Perang Dunia II (1939 sampai 1945), pengaruh akuntansi semakin terasa di dunia
barat. Bagi banyak negara, akuntansi merupakan masalah nasional dengan standar dan
praktek nasional yang melekat erat dengan hukum dan aturan profesional. Namun beberapa
waktu kemudian, sistem pembukuan berpasangan mulai dikenal di banyak negara-negara
besar yang lainnya.

Perkembangan Sistem Pembukuan Berpasangan

Selain Amerika Serikat, Belanda juga mengadopsi ilmu pembukuan berpasangan.

Eropa Barat: Sesungguhnya sistem pembukuan berpasangan yang sudah menyebar di Eropa
barat mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Terutama di jaman-jaman
pertengahan, yang mana di kala itu terjadi perpindahan progres perdagangan dari Venesia
Italia ke Eropa barat. Bahkan Inggris sempat menjadi pusat perdagangan di masa revolusi
industri ini.

Karena eksodus para pedagang yang terbiasa melakukan pencatatan pembukuan, maka
pembukuan mulai berkembang sistem akuntansi yang beredar di Inggris di kala itu yaitu
sistem pembukuan berpasangan, yang nama inggris-Anglo Saxon. Karena perkembangan
inilah, maka muncul versi-versi baru dengan nama yang berbeda.

Selanjutnya, sistem akuntansi diberi nama sesuai dengan nama orang yang
mengembangkannya atau dari nama negara masing-masing. Seperti misalnya, Sistem Anglo
Saxon di Amerika Serikat dan Inggris serta Sistem Kontinental di Belanda.

Saat ini, sistem akuntansi yang paling banyak digunakan adalah Anglo Saxon. Ini
disebabkan karena Anglo Saxon dapat mencatat berbagai macam transaksi secara lebih
mudah. Di samping itu, sistem Anglo Saxon melakukan pembukuan yang terdapat dalam satu
bagian akuntansi. Sedangkan sistem lain justru memisahkan antara pembukuan dengan
akuntansi. Dari sistem ini, pembukuan dan laporan keuangan dapat tersusun secara sistematis
dan terpadu karena dapat menggambarkan laba, rugi, kekayaan, serta hak milik perusahaan.

Munculnya Teori Accounting (Akuntansi)

Di abad ke 19, Amerika Serikat mempatenkan teori Anglo  Saxon 2 menjadi teori yang lebih
komprehensif yang disebut dengan istilah Teori accounting dan ini yang dianggap cikal bakal
lahirnya teori akuntasi modern.
Teori ini mulai berkembang pesat di awal abad 20, yang mana di kala itu, Amerika Serikat
sudah mengenal komputer, yang membuat pengaplikasian akuntansi menjadi lebih mudah.
Tak hanya itu, penambahan teori di dalam pembukuan tersebut juga semakin diperkuat.

Maka dari itu, saat ini, bisa ditemukan teori akuntansi sebagai disiplin ilmu
pengelolaan keuangan yang kompleks dan seakan final. Karena segala bentuk
pengelolaan finansial dari yang tradisional hingga kontemporer ada di sana.

SEJARAH AKUNTANSI DI INDONESIA

Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusuri pada era penjajahan Belanda sekitar tahun
1642. Jejak yang jelas berkaitan dengan praktik akuntansi di Indonesia dapat ditemui pada
tahun 1747, yaitu praktik pembukuan yang dilaksanakan Amphioen Sociteyt yang
berkedudukan di Jakarta. Pada era penjajahn belanda menerapkan pembukuan dengan sistem
pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping). Kegiatan ekonomi pada masa
penjajahan meningkat cepat selama tahun 1800an dan awal tahun 1900an. Hal ini ditandai
dengan dihapuskannya tanam paksa sehingga pengusaha Belanda banyak yang menanamkan
modalnya di Indonesia. Peningkatan kegiatan ekonomi mendorong munculnya permintaan
akan tenaga akuntan dan juru buku yang terlatih. Akibatnya, fungsi auditing mulai dikenalkan
di Indonesia pada tahun 1907 utk menyusun serta mengontrol pembukuan perusahaan.
Peluang terhadap kebutuhan audit ini akhirnya diambil oleh akuntan Belanda dan Inggris
yang masuk ke Indonesia untuk membantu kegiatan administrasi di perusahaan tekstil dan
perusahaan manufaktur.

Di indonesia pada awalnya menganut sistem kontinental seperti sistem yang dipakai oleh
Belanda. Padahal sebenarnya, sistem kontinental atau bisa juga disebut pembukuan tidak
sama dengan akuntansi. Pengertian akuntansi lebih luas. Pembukuan (Bookkeeping)
merupakan bagian atau elemen prosedural dari akuntansi. Perbedaan antara pembukuan
dengan akuntansi adalah: Pembukuan merupakan aktivitas proses akuntansi meliputi
pencatatan, pengelompokan serta kegiatan lain yang bertujuan untuk menghasilkan informasi
akuntansi yang berdasar pada data. Akuntansi merupakan aktivitas analisa dan inteprestasi
berdasarkan pada data informasi akuntansi. Nasionalisasi atas perusahaan yang dimiliki
Belanda dan pindahnya orang orang Belanda dari Indonesia pada tahun 1958 menyebabkan
kelangkaan akuntan dan tenaga ahli. Atas dasar nasionalisasi dan kelangkaan akuntan,
Indonesia pada akhirnya berpaling ke praktik akuntansi model Amerika. Namun demikian,
pada era ini praktik akuntansi model Amerika mampu berbaur dengan akuntansi model
Belanda, terutama yang terjadi di lembaga pemerintah.

Pada awal tahun 1990-an, mulai muncul skandal pelaporan keuangan yang dapat
mempengaruhi kepercayaan dan perilaku investor, sehingga pemerintah mendapat tekanan
untuk segera mengatasi dan memperbaiki kualitas pelaporan keuangan. Kejadian kasus yang
cukup menggegerkan adalah kasus Bank Duta. Bank Duta Go Public pada tahun 1990,
namun dianggap gagal dalam mengungkapkan kerugian. Bank Duta juga tidak
menginformasikan semua informasi kepada auditornya tentang masalah tersebut. Sialnya
lagi, auditor Bank Duta ternyata mengeluarkan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
bagi organisasi bisnis tersebut. Kemudian, jatuhnya nilai rupiah pada tahun 1997-1998
menambah deretan persoalan keuangan yang harus diselesaikan pemerintah untuk
memperbaiki kualitas pelaporan keuangan sampai awal 1998, kebangkrutan massal,
collapsenya sistem perbankan, meningkatnya inflasi dan pengangguran yang tak terkendali
memaksa pemerintah bekerja sama dengan IMF untuk melakukan negosiasi.

Berbagai persoalan tersebut telah mendorong pemerintah serta badan yang berwenang
untuk mengeluarkan kebijakan terkait regulasi laporan keuangan diantaranya: (1) Pada
September 1994, pemerintah melalui IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia) mengadopsi
seperangkat standar akuntansi keuangan (PSAK). (2) Pemerintah bekerja sama dengan Bank
Dunia (World Bank) melaksanakan proyek Pengembangan Akuntansi yang bertujuan untuk
mengembangkan regulasi akuntansi dan melatih profesi akuntansi. (3) Pada tahun 1995,
pemerintah menetapkan berbagai aturan berkaitan dengan akuntansi dalam Undang-Undang
Perseroan Terbatas. (4) Pada tahun 1995 pemerintah memasukkan kedalam Undang-Undang
Pasar Modal tentang aspek akuntansi/pelaporan keuangan.

Pada era sekarang ini Akuntansi sudah sangat pesat berkembang dan mendapat perhatian
khusus dari suatu bisnis serta keuangan global. Segala keputusan yang bersumber dari
informasi akuntansi, serta pengetahuan terkait isu-isu dalam akuntansi internasional bahkan
menjadi hal yang penting untuk mendapatkan pemahaman yang tepat dalam komunikasi
bisnis.
PRINSIP AKUNTANSI BERTERIMA UMUM (PABU)

Masalah Bertindih (Overload) Standar Akuntansi


Standar akuntansi pada dasarnya merupakan standar yang mengatur penyajian informasi,
pengukuran transaksi dalam laporan dan pengungkapan laporan keuangan. Perkembangan
dunia usaha sangat berpengaruh terhadap perkembangan standar akuntansi. Semakin komplek
kegiatan usaha menjadikan standar akuntansi yang dikeluarkan menjadi lebih kompleks, yang
mencerminkan kompleksitas transaksi dan peristiwa yang berkaitan dengan akuntansi.
Akibatnya timbul keluhan bahwa standar akuntansi mendorong bertambahnya beban dalam
penyajian laporan keuangan, terutama bagi entitas kecil. Kondisi inilah yang mendorong
munculnya overload standar akuntansi. Kondisi yang mencerminkan adanya overload antara
lain sebagai berikut, (Belkaoui, 1993):

 Telalu banyak standar


 Standar yang terlalu rinci
 Tidak ada standar yang berjenjang (rigid) sehingga pilihan sulit dilakukan.
 Standar akuntansi bertujuan umum gagal membedakan kebutuhan penyusunan,
pemakai dan akuntan publik (pemeriksa)
 Standar akuntansi berterima umum gagal membedakan antara:
Entitas publik dan non public
Laporan keuangan tahunan dan interim
Entitas besar dan kecil
Laporan keuangan auditan dan non auditanPengungkapan yang berlebihan,
pengukuran yang rumit, atau keduanya

Pengaruh “Overload”Standar Akuntansi Standar


akuntansi yang begitu banyak, sempit dan rigid dapat mempengaruhi pekerjaan yang
dilakukan akuntan, nilai informasi keuangan bagi pemakai dan keputusan bisnis yang dibuat
oleh manajemen. Akuntan mungkin kehilangan pandangan tentang pekerjaan riilnya karena
data yang begitu banyak diperlukan untuk menyesuaikan dengan standar akuntansi yang ada.
Kegagalan audit mungkin disebabkan kondisi dimana akuntan kehilangan fokus audit dan
melupakan prosedur audit yang baku. Kondisi ini menyebabkan ketidakpuasan klien entitas-
entitas kecil yang terbebani dengan standar tersebut. Akibatnya, kemungkinan terjadi erosi
etika profesi, hilangnya kepercayaan publik dan ketidakcocokan dalam profesi akuntansi.
Dari sini, pemakai mungkin juga bingung menghadapi jumlah dan kompleksitas catatan
(note) yang diperlukan untuk menjelaskan persyaratan seperti yang dikehendaki oleh standar
yang berlaku

Solusi terhadap masalah “Overload” Standar


Berbagai pihak telah berusaha membahasa overload standar akuntansi dan mencari
pemecahannya. Komite khusus yang dibentuk oleh The American Institute of Certified Public
Accountants (AICPA) melakukan evaluasi terhadap berbagai pendekatan berikut ini
berkaitan dengan overload standar:

 Tidak ada perubahan (mempertahankan status quo)


 Melakukan perubahan terhadap konsep GAAP khusus untuk entitas besar
 Melakukan perubahan GAAP untuk menyederhanakan penerapannya bagi semua
entitas
 Menentukan pengungkapan (disclosure) dan pengukuran yang berbeda
 Melakukan perubahan terhadap standar akuntan publik untuk pelaporan informasi
keuangan
 Melakukan alternatif bagi GAAP sebagai basis pilihan (optimal) dalam penyajian
laporan keuangan.

Proses Penyusunan standar Akuntansi Di Indonesia


Penyusunan standar akuntansi di Indonesia pada dasarnya mengacu pada model Amerika
(Anglo Saxon) dengan melakukan proses adaptasi (modifikasi). Sejak didirikan pada
tanggal 23 Desember 1957, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah menyelenggarakan
sebanyak 8 kali kongres. Kongres ini merupakan pemegang kadaulatan tertinggi, karena
kongres memiliki kewenangan sebagai berikut:

 Menetapkan anggaran dasar/rumah tangga, pedoman pokok garis besar haluan dan
program kerja IAI
 Memberikan penilaian atas setuju tidaknya pertanggungjawaban pengurus pusat,
dewan pertimbangan profesi, dan dewan penasehat tentang amanat yang diberikan
oleh kongres sebelumny
 Menetapkan kebijakan maupun metoda akuntansi yang dipakai
Proses Penyusunan standar Akuntansi Di Indonesia
Penyusunan standar akuntansi keuangan di Indonesia dapat dikategorikan ke dalam dua
periode yaitu sebelum kongres VIII IAI (September 1998) dan setelah kongres diputuskan
perubahan mendasar dalam proses penyusunan standar akuntansi sebagai berikut:

Periode sebelum Kongres VIII IAI

-Organisasi dan Dana


Anggota Komite Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terdiri dari 17 orang yang dipimpin
oleh Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris. Komite SAK bertanggungjawab kepada pengurus
pusat IAI. Penyusunan SAK diperoleh masukan dari berbagai sumber, meliputi sumbangan,
kerjasama dengan instansi pemerintah, entitas, dan proyek bantuan luar negeri (Wolrd Bank),
maupun proyek dari Departemen Keuangan. Sebagian besar dana digunakan untuk
akomodasi, tempat rapat dan biaya pertemuan, seminar, lokakarya, serta public hearing dalam
sosilisasi draft standar akuntansi yang telah dibuat.

-Due Procedures Process


Penyusunan SAK dimulai dari penyusunan agenda dan topik bahasan SAK. Beberapa topik
berasal dari usaha anggota, biasanya berkaitan dengan kebutuhan pelaporan keuangan karena
transaksi tertentu. Namun secara lebih luas topik yang didiskusikan bisa juga berasal dari
hasil kerjasama atau masukan dari organisasi atau instansi pemerintahan maupun pihak
sponsor (misalnya bank dunia). Selanjutnya topik yang telah disepakati dimasukkan ke dalam
agenda dan dibahas untuk menjadi exposure draft. Dalam pembahasan ini akan melibatkan
para pakar yang berasal dari luar komite (dari perguruan tinggi, organisasi profesi, dan
pemerintahan terkait). Kemudian “ED” yang telah disetujui, diadakannya public hearing.
Public hearing diselenggarakan dengan maksud untuk memperoleh masukan atau tanggapan
baik secara lisan maupun tertulis, untuk penyempurnaan “ED” tersebut, diadakan beberapa
kali pembahasan dan penyempurnaan. Draft yang sudah disempurnakan dan dilakukan
finalisasi maka dikirim ke IAI pusat untuk disahkan. Pengurus IAI pusat kemudian
mengadakan rapat pengesahan SAK. Hasil komite SAK periode adalah dengan
diterbitkannya 22 PSAK baru, 3 PSAK revisi, dan 4 interpretasi PSAK dan melakukan
review terhadap 35 SAK IAI dalam Bahasa Inggris

*untuk “ED” = exposure draft


Periode sesudah Kongres VIII

-Organisasi dan Dana


Dibentuknya Cosultative Body atau Advisory Council yang mewakili konstituen dengan
anggota sebanyak 25 s.d. 30 orang. Adviosry Council merupakan perwakilan konstituan yang
mempunyai fungsi untuk memberikan arahan dan prioritas penyusunan standar. Fungsi lain
adalah memberikan pendapat pada posisi yang diambil oleh komite untuk masalah penting
dalam standar akuntansi. Dewan ini juga mempunyai fungsi membantu pengurus pusat IAI
dalam pendanaan. Komite SAK tidak lagi dipilih atau diganti setiap kali kongres, tetapi
sesuai dengan masa jabatan yang telah ditetapkan (4 tahun). Ketua dan anggota Komite SAK
harus dibebaskan dari mencari dan penyusunan standar akuntansi keuangan. Oleh karena tim
teknis-lah yang membuat anggaran biaya komite setiap tahun. Pengurus pusat dibantu oleh
Dewan Pensehat (Adviosry Council) secara bersama telah menetapkan anggaran dan
menyediakan dana berdasarkan kesepakatan antara pengurus pusat, dewan penasehat dan
komite SAK.Dibentuk tim teknis yang bekerja penuh waktu dengan konpensasi memadai,
dipimpin oleh direktur penelitian dengan jumlah tim yang disesuaikan dengan jumlah alokasi
dana yang tersedia dari IAI. Kompensasi anggota harus mencerminkan konstituen, yaitu
pembuat laporan, auditor, pemakai laporan, pemerintah dan akademisi. Syarat anggota
Komite SAK maka harus memenuhi kriteria sebagai berikut:Pengetahuan memadai mengenai
akuntansi dan pelaporanTingkat intelektual, integritas, dan disiplin yang tinggi.Temperamen
judisial.Kemampuan untuk bekerjsama dalam suasana keakrabanKemampuan komunikasi
yang baik.Pemahaman lingkungan bisnis dan pelaporan keuangan.Komitmen pada
Komite/Dewan SAK Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).Komitmen untuk mencurahkan waktu
pada pekerjaan Komite SAK secara sukarela (voluntary).

-Due Procedures Process


Meskipun dipilh dan bertanggungjawab kepada pengurus Pusat IAI, Komite SAK merupakan
lembaga otonomi yang mempunyai kewenangan tertinggi dalam menentukan standar
akuntansi keuangan. Akhir-akhir ini ada beberapa perubahan yang telah dilakukan IAI,
seperti SAK dikembangkan dan disahkan oleh komite dan perlunya perbaikan dalam due
procedures process. Masa komentar terhadap “ED” diperpanjang dari minimal satu bulan
menjadi paling tidak enam (6) bulan. Publik harus diberikan kesempatan seluas-luasnya
untuk memberikan tanggapan atau komentar secara tertulis.
Secara kronologis, proses penetapan PSAK yang telah dihasilkan oleh IAI adalah sebagai
berikut:

1. Tahun 1984 telah dikeluarkan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) berisi konsep dasar
laporan keuangan dan karakteristik kualitatif informasi.
2. September 1994 telah ditetapkan 35 PSAK yang berlaku untuk seluruh entitas yang
berorientasi laba (swasta)
3. Oktober 1996, telah ditetapkan 37 PSAK.
4. April 1999, telah ditetapkan 55 jenis PSAK dan 4 ISAK
5. April 2002 telah ditetapkan dan disahkan sejumlah 58 PSAK/2002.
6. Maret 2003 telah disahkan PSAK No. 59/2003 tentang Akuntansi Bank Syariah, yang
dilengkapi dengan PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia) dan
Fatwa MUI dalam bentuk 25 Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN). Sedangkan
khusus untuk Organisasi Sektor Publik (OSP) telah ditetapkan dan disahkan pula 3
PSAK (berlaku untuk organisasi pemerintah, yayasan, rumah sakit, LSM, lembaga
pendidikan, maupun lembaga non profit lainnya).
7. Juli 2002 telah ditetapkan dan diterbitkan 11 Pernyataan “ED” untuk Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) berlaku efektif mulai tahun 2004.
8. Tanggal 01 September 2007 telah ditetapkan dan diterbitkan kembali PSAK, terdiri
dari 59 PSAK. Yaitu 58 PSAK untuk entitas bisnis konvensional dan satu PSAK (No.
59) tentang Bank Syariah/LKS; Lembaga Keuangan Syariah; dilengkapi dengan 8
(delapan) pernyataan khusus:1. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syariah2. PSAK No. 101 Penyajian Laporan Keuangan Syariah3. PSAK
No. 102 Akuntansi Murabahah4. PSAK No. 103 Akuntansi Salam5. PSAK No. 104
Akuntansi Istishna’6. PSAK No. 105 Akuntansi Mudharabah7. PSAK No. 106
Akuntansi Musyarakah

Selain itu, dalam edisi September 2007 ini dilengkapi pula dengan tujuh Interpretasi atas
Standar Akuntansi (ISAK), yaitu:

 ISAK No. 01Interpretasi atas paragraf 23 Nomor 21 tentang Penentuan Nilai Pasar
Dividen Pasar
 ISAK No. 02Interpretasi atas PSAK No. 21; Pasal 25 tentang Penyajian modal dalam
Neraca dan Pasal 31 tentang Piutang pada Pemesan Saham tentang Penentuan Nilai
Pasar Dividen Pasar.
 ISAK No. 03Interpretasi tentang Perlakuan Akuntansi atas Pemberian Sumbangan
atau Bantuan (reformat 2007).
 ISAK No. 04Interpretasi atas paragraf 20 PSAK 10 (reformat 2007) tentang Alternatif
Perlakuan yang Diizinkan atas Selisih Kurs (reformat 2007).
 ISAK No. 05Interpretasi atas paragraf 14 PSAK 50 (1998) tentang Pelaporan
Perubahan Nilai Wajar Investasi Efek dalam Kelompok Tersedia untuk Dijual.
 ISAK No. 06Interpetasi tentang Instrumen Derivatif Melekat pada Kontrak Dalam
Mata Uang Asing
 ISAK No. 07Interpretasi atas paragraf 5 dan 19 PSAK 4 (reformat 2007) tentang
Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus.Jadi, secara keseluruhan sekarang terdapat 2
kerangka dasar penyajian dan penyusunan laporan keuangan, yaitu konvensional dan
syariah, 65 PSAK (58 PSAK untuk entitas bisnis konvensional dan 7 PSAK untuk
entitas bisnis syariah) dan 7 ISAK

Anda mungkin juga menyukai