Amaylia Oehadian
Sub Bagian Hematologi-Onkologi Medik SMF Penyakit Dalam
FK UNPAD / RS Perjan Hasan Sadikin
Pendahuluan
Defisini
Patofisiologi
Mekanisme lain yang berperan dalam terjadinya trombositosis pada Trombositemi primer
adalah :1,2
Peningkatan jumlah colony-forming unit megakaryocyte (CFU-MEG)
Peningkatan pertumbuhan megakariosit tanpa adanya stimulasi faktor pertumbuhan
yang diduga disebabkan adanya :
- megakariopoiesis otonom, atau
- peningkatan sensitivitas klon trombosit abnormal terhadap aktivitas
megakaryocyte colony-stimulating activity
Penurunan efek inhibisi platelet inhibiting factor (TGF-1)
Defek microenvironment
Gambaran klinis
Kriteria diagnostik
Pada tahun 1986, Murphy et al dari Polycthemia Vera Study Group membuat kriteria
diagnosis Trombositemi esensial. Barbui pada tahun 2002 membuat modifikasi kriteria
diagnosis tersebut menjadi. 7
Perbedaan klinis dan laboratorium antara Trombositemi esensial dan trombositosis reaktif
adalah :.2
Pengelolaan
Risiko rendah :
hindari obat-obatan sitoreduktif (dapat dipertimbangkan bila ada komplikasi)
aspirin dosis rendah (100-300 mg/hari) untuk gejala-gejala mikrovaskuler
(misalnya eritromelalgia)
Risiko tinggi :
Sitoreduksi
hidroksiurea sebagai pilihan pertama
pertimbangkan interferon atau Anagrelide pada penderita berusia
muda ( < 40 tahun)
pertimbangkan Busulfan pada penderita usia tua ( > 70 tahun)
Aspirin dosis rendah bila ada riwayat trombosis
Obat-obat sitoreduksi :
1. Hidroksiurea
Hidroksi urea menjadi pilihan terapi Trombositemi esensial karena efektivitasnya dan
efek toksik yang rendah. Dosis awal pemberian dalah 15-20 mg/kg/hari, kemudian
disesuaikan untuk mempertahankan jumlah trombosit kurang dari 400000/mm3 tanpa
disertai penurunan netrofil. Pemberian hidroksiurea menurunkan jumlah trombosit di
bawah 500000/mm3 dalam waktu 8 minggu pad 80 % penderita. Penurunan jumlah
trombosit dengan pemberian hidroksiurea berhubungan secara bermakna dengan
perbaikan gejala iskemi dan perdarahan.8
Pada uji klinik random terhadap 114 penderita Esensial trombositemi berusia > 60
tahun, atau adanya riwayat trombosis , atau trombosit > 1.500.000/mm3, pemberian
hidroksiurea selama rata-rata 27 bulan menurunkan episode trombosis sebesar 20,4
% (episode trombosis pada kelompok hidroksiurea adalah 3,6 %, sedangkan pada
kelompok kontrol 24 %).9
Efek samping yang sering ditemukan adalah netropeni, anemi makrositik. Netropeni
berhubungan dengan dosis dan reversibel dengan penghentian obat selama
beberapa hari. Efek samping yang jarang terjadi adalah demam, gejala kutaneus,
ulkus tungkai. Penghentian hidroksiurea akan diikuti rebound jumlah tormbosit.
Kegagalan hidroksiurea dalam menurunkan jumlah trombosit dilaporkan antara 11-21
%.8
Peningkatan risiko terjadinya lekemi pada pemberian hidroksiurea merupakan hal
yang sering dibicarakan akhir-akhir ini dan menjadi suatu pertanyaan dalam
penggunaannya pada terapi Trombositemi esensial. Hidroksiurea merupakan obat
non-alkilating, pada awalnya dianggap tidak bersifat mutagenik. Meskipun demikian
pada pemantauan jangka panjang, didapatkan kejadian lekemi akut antara 3,5-10 %
setelah 4-10 tahun penggunaan hidroksiurea pada penderita Trombositemi esensial
dan Polisitemi vera.8,10 Risiko ini meningkat sebesar 14 % pada penggunaan
kombinasi hidroksiurea dengan obat sitotoksik lain selama 8 tahun.5
Faktor-faktor yang diduga berperan dalam transformasi menjadi lekemi akut adalah :
Kelainan sitogenetik
Kira-kira 5 % penderita Trombositemi esensial mempunyai kelainan
sitogenetik, terbanyak ditemukan pada kromosom 1,2,5,17,20,21. Delesi 17p
merupakan kelainan yang ditemukan pada sebagian besar kasus
Trombositemi esensial yang mengalami transformasi menjadi lekemi
mieloblastik akut dan sindroma mielodisplasi setelah terapi hidroksiurea.8,10
Adanya mielofibrosis.8
Penggunaan obat-obat sitotoksik lain.5,8
2. Busulfan
Busulfan merupakan obat alkilating dengan kerja spesifik terhadap proliferasi
megakariosit. Dosis yang dipergunakan antara 2-4 mg/hari, disesuaikan dengan
respon hematologis dan pemeriksaan trombosit setiap minggu. Setelah jumlah
trombosit normal, kontrol jangka panjang dapat dicapai dengan pemberian intermiten.
Dengan cara pemberian ini dapat dihindari efek samping obat yang biasa terjadi pada
pemberian dosis tinggi seperti aplasi sumsum tulang, pigmentasi kulit, amenore dan
fibrosis paru.Meskipun tidak ditemukan adanya transformasi menjadi lekemi akut
pada pemberian busulfan pada Trombositemi esensial, pertimbangan adanya
kemungkinan efek lekemogenik membatasi penggunaannya hanya pada orang tua.8
3. Interferon
Rekombinan interferon (IFN) mempunyai efek sitoreduktif tanpa efek samping
mutagenik. Dasar pertimbangan penggunaan IFN adalah efek mielosupresif dan efek
antagonis PDGF (platelet-derified growth-factor). PDGF merupakan produk
megakariopoiesis yang merangsang proliferasi fibroblas .8 Dosis interferon yang
digunakan berkisar antara 21- 35 juta unit/ minggu pada fase induksi , biasanya
berlangsung 4-6 minggu. Repon komplit dan parsial biasanya di atas 80 %. Dosis
pemeliharaan adalah dosis minimal yang diperlukan untuk mempertahankan respon
komplit ( trombosit < 450000/mm3) atau parsial ( trombosit < 600000/mm3), biasanya
3 juta unit 3 kali seminggu sampai 3 juta unit/hari.2 Penggunaan IFN pada
Trombositemi esensial telah diteliti pada berberapa penelitian kohort. Pada 90 % dari
212 penderita, didapatkan penurunan trombosit < 600000/mm3 setelah 3 bulan
pemberian IFN dengan dosis rata-rata 3 jutaIU/hari. Waktu dan derajat penurunan
trombosit pada fase induksi bergantung kepada dosis. Selama fase pemeliharaan,
dosis IFN dapat diturunkan. Penghentian IFN menyebabkan rebound pada sebagian
besar pasien. IFN tidak berefek teratogenik dan tidak melalui plasenta, karena itu IFN
digunakan untuk terapi Trombositemi esensial pada kehamilan.
Efek samping yang sering terjadi adalah demam, flu like symptoms, kelemahan ,
mialgia, penurunan berat badan, rambut rontok, depresi berat, gejala gastrointestinal
dan kardiovaskuler, tiroiditis atau terbentuknya antibody tiroid. Efek-efek samping ini
menyebabkan penghentian pemakaian IFN pada 25 % kasus. Tidak ditemukan efek
lekemogenik pada pemberian IFN.2,8
Meskipun adanya efek samping dan harga yang mahal, IFN merupakan pilihan terapi
terutama pada penderita Trombositemi esensial usia muda.8
4. Anagrelide
Anagrelide merupakan senyawa imidazo (2,1-b) quinazolin-2-one dengan efek
inhibisi agregasi trombosit melalui penghambatan cyclic nucleotide
phosphodiesterase dan phospholipase A2.8,10,11 Pada dosis yang lebih rendah ,
anagrelide mempunyai efek menurunkan jumlah trombosit. Mekanisme kerja
anagrelide dalam menurunkan jumlah trombosit tanpa mempengaruhi lekosit dan
eritrosit belum sepenuhnya diketahui. Data-data menunjukkan , kerja utama
anagrelide adalah inhibisi maturasi megakariosit.8,10
Efektivitas anagrelide telah diteliti dalam beberapa penelitian non komparatif. Respon
didefinisikan sebagai penurunan jumlah trombosit < 500000/mm3 atau 600000/mm3
atau penurunan 50 % jumlah trombosit. Respon pemberian anagrelide berkisar
antara 60 –93 %. Rata-rata dosis yang diperlukan untuk mengontrol jumlah trombosit
adalah 2-2,5 mg/hari dan rata-rata respon dicapai dalam waktu 11 hari .8,12 Enam
puluh delapan penderita Trombositemi esensial yang refrakter terhadap hidroksiurea
memberikan respon dengan pemberian anagrelide.8
Dosis awal anagrelide yang direkomendasikan adalah 4 x 0,5 mg, kemudian dosis
disesuaikan untuk mempertahankan trombosit < 600000/mm3. 11,12,13 Peningkatan
dosis tidak boleh melebihi 0,5 mg/hari dalam waktu 1 minggu. Dosis tidak boleh
melebihi 10 mg/hari atau 2,5 mg dalam 1 kali pemberian.13
Efek samping yang paling serius adalah efek kardiak , termasuk palpitasi (27 %),
takikardi atau aritmia lain (< 10 %) dan gagal jantung kongestif (2%). Efek
vasodilatasi anagrelide menimbulkan sakit kepala (> 1/3 penderita), retensi cairan
dan edema (24 %), dizziness (15 %), hipotensi postural. Efek samping yang lebih
jarang adalah efek gastrointestinal (nausea, nyeri abdomen, diare), rash 8,14 Sekitar
16 % dari 424 penderita penyakit mieloproliferatif, termasuk 262 penderita
Trombositemi esensial menghentikan anagrelide karena efek sampingnya. Tidak
didapatkan transformasi menjadi lekemi akut selama pemantauan sampai 55 bulan
pengobatan.5,8,12 Efektivitas dan keamanan jangka panjang anagrelide telah diteliti
pada 35 penderita Trombositemi esensial usia muda (rata-rata 38 tahun) selama
periode rata-rata 10,8 tahun. Respon didapatkan sebesar 94 %, penurunan trombosit
dapat dipertahankan pada 66 % penderita selama penelitian. Dua puluh empat
persen penderita mengalami penurunan hemoglobin > 3 gr% dan 9 % menghentikan
pengobatan karena toksisitas. Dua puluh persen penderita mengalami trombosis, 20
% penderita mengalami komplikasi perdarahan mayor. Penelitian ini menunjukkan
bahwa komplikasi trombohemoragik kemungkinan disebabkan karena kurang
optimalnya penurunan trombosit. Tidak ada penderita yang mengalami transformasi
menjadi lekemi akut.8
Penempatan anagrelide dalam strategi terapi Trombositosis esensial masih harus
ditentukan dalam penelitian klinis terkontrol seperti penellitan PT 1 yang sedang
berlangsung di Inggris dan penelitian MRC Primary Thrombocythaemia yang
membandingkan hidroksiurea dan anagrelide dengan penelitian random prospektif.5,8
Obat antitrombosit
Kesimpulan