Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT, Rencana Aksi Kegiatan Penyehatan Lingkungan
Tahun 2015-2019 ini dapat disusun sebagai panduan dalam pelaksanaan kedepan dalam rangka
meningkatkan status kesehatan masyarakat melalui peningkatan kualitas kesehatan lingkungan.
Buku ini memuat tujuan, sasaran, arah kebijakan, strategi dan indikator serta target Penyehatan
Lingkungan selama lima tahun mendatang (2015-2019) yang harus dijadikan acuan bagi setiap
pemangku kegiatan penyehatan lingkungan baik di tingkat pusat maupun daerah.
Rencana Aksi Kegiatan Penyehatan Lingkungan merupakan salah satu pedoman penilaian laporan
akuntabilitas kinerja satuan kerja Direktorat Kesehatan Lingkungan dan juga diharapkan dapat
menjadi salah satu pedoman bagi penyusunan perencanaan tahunan (RKAKL).
Kami meyakini bahwa Rencana Aksi Kegiatan ini belum sempurna dan terus akan dimutahirkan untuk
mengakomodir perkembangan kondisi internal dan eksternal pembangunan kesehatan di bidang
Kesehatan Lingkungan. Oleh karena itu, masukan dari semua pihak sangat dibutuhkan. Kepada
seluruh penyusun buku ini, kami mengucapkan terima kasih atas segala upayanya. Semoga Rencana
Aksi Kegiatan ini dapat mencapai tujuan penyusunannya.
A. Latar Belakang
Pembangunan bidang kesehatan diarahkan agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya sebagai prasyarat agar mereka dapat hidup lebih produktif dalam
kehidupan dan penghidupannya. Dengan demikian masyarakat akan memperoleh
keadilan dan kemandirian guna mewujudkan hidup sehat, mandiri dan berkeadilan.
Pembangunan kesehatan diwujudkan dalam program-program yang merupakan prioritas
dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan dengan mempertimbangkan
komitmen internasional, regional dan kebijakan lokal.
Dalam Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah pada periode 2015-2019,
dititik beratkan pada upaya mewujudkan Nusantara Sehat dengan meningkatkan
kemampuan negara dan masyarakat secara terintegrasi dengan mengutamakan
kemampuan sumber daya sendiri berbasis budaya bangsa. Program-program yang akan
dilaksanakan difokuskan guna mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat seperti gizi
masyarakat, penyakit menular, penyakit tidak menular serta pengendalian faktor risikonya.
Salah satu program utama adalah Program Kesehatan Masyarakat dengan tujuan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui perbaikan kualitas media lingkungan
dan pembudayaan hidup bersih dan sehat.
Penyehatan lingkungan merupakan upaya pengendalian faktor risiko penyakit baik menular
maupun tidak menular melalui peningkatan kemampuan penyehatan, pengendalian dan
pengamanan terhadap media lingkungan baik secara fisik, biologi, kimia maupun sosial.
Sesuai dengan RPJMN 2015-2019 dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019,
dalam Rencana Aksi Kegiatan (RAK) Penyehatan Lingkungan disusun indikator kinerja kegiatan
guna memperoleh gambaran tentang jangkauan pelayanan, kualitas pengelolaan kegiatan,
permasalahan yang dihadapi serta dampak yang terjadi.
Diharapkan dengan pengelolaan kegiatan yang baik dan benar, koordinasi dan komunikasi yang
dinamis secara lintas sektor dan lintas program, kemampuan informasi dan edukasi yang baik
serta didukung oleh regulasi sebagai NSPK dapat terwujud tujuan dan sasaran kegiatan yang
ditetapkan.
Dengan mengacu kepada RPJMN 2015 – 2019, dan Renstra Kemenkes 2015 – 2019 telah
disusun RAK Penyehatan Lingkungan 2015 – 2019 yang merupakan acuan pelaksanaan
kegiatan penyehatan lingkungan selama kurun waktu 2015 - 2019. Berdasarkan dokumen
tersebut diatas, dijabarkan RAK Penyehatan Lingkungan di tingkat Eselon II dalam bentuk
kegiatan, indikator, target, pendanaan, dan kerangka regulasi. RAK tersebut akan menjadi
acuan dalam penyelenggaraan kegiatan penyehatan lingkungan sampai akhir tahun 2019.
B. Gambaran Umum
Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan pada pasal 163 ayat 1
mengamanatkan bahwa pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin
ketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai resiko buruk bagi kesehatan.
Selain itu, dalam UU tersebut pasal 163 ayat 1 menyatakan bahwa Pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat dan
tidak mempunyai resiko buruk bagi kesehatan. Ketersedian lingkungan yang sehat dan
tidak mempunyai resiko buruk bagi kesehatan dapat dicapai melalui kegiatan kesehatan
lingkungan, sesuai peraturan pemerintah No.66 tahun 2014 tentang kesehatan
lingkungan yang mendefinisikan bahwa kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan
penyakit dan atau ganguan kesehatan dari faktor resiko lingkungan untuk mewujudkan
kualitas lingkungan sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi maupun sosial.
Kegiatan utama untuk mewujudkan kualitas lingkungan sehat melalui kegiatan teknis
penyehatan, pengamanan dan pengendalian pada media air, udara, tanah, pangan,
sarana bangunan dan vektor atau binatang pembawa penyakit. Dalam melaksanakan
kegiatan utama untuk mewujudkan kualitas lingkungan sehat direktorat kesehatan
lingkungan, melaksanakan program penyehatan lingkungan berupa : penyehatan air dan
sanitasi dasar, penyehatan udara, tanah dan kawasan, penyehatan pangan dan
pengamanan limbah dan radiasi. Pendekatan kegiatan penyehatan lingkungan yang
digunakan untuk mendorong mewujudkan kualitas lingkungan sehat melalui Konseling,
Inspeksi Kesehatan Lingkungan dan intervenesi kesehatan lingkungan.
Kondisi kualitas lingkungan sampai tahun 2014 dapat digambarkan bahwa sebagian
besar target indikator kegiatan penyehatan lingkungan sudah tercapai. Adapun ukuran
indikator yang tercapai terlihat pada akses air minum yang layak sebesar 67,73 % dari
target 67 %, Desa yang melaksanakan STBM sebanyak 20.497 desa dari target 20.000
desa, Tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 68,24 % dari
target 62 %, rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 61,8% dari target 61 %,
Kabupaten yang menyelenggarakan kab/kota sehat 66,07% dari target 65 %, tempat
pengolahan makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan 75,21% dari target 70 %,
kab/kota yang melaksanakan pembinaan pengolahan limbah medis di fasyankes 76,71%
dari target 75%. Sedang kondisi kualitas lingkungan yang belum memenuhi target
digambarkan pada kualitas air minum yang memenuhi syarat pencapaian baru 77 % dari
target 100 %, penduduk yang menggunakan jamban sehat pencapaian baru 60,91 % dari
target 75% daerah potensial yang melaksanakan strategi adaptasi dampak kesehatan
akibat perubahan iklim pencapaian baru 82,76 % dari target 100 %.
Masalah kesehatan lingkungan lainnya yang dihadapi di Indonesia antara lain :
banyaknya kasus-kasus pencemaran lingkungan (pencemaran air, udara, limbah B3,
radiasi dan kebisingan), dampak perubahan iklim terhadap penularan penyakit baik
secara langsung maupun tidak langsung pada penyakit menular, tidak menular dan
new/re emerging diseases , serta juga dampak kesehatan akibat bencana.
Tempat-tempat umum dimana masyarakat berkumpul selain dapat menjadi sumber
penularan penyakit juga merupakan cerminan budaya masyarakat Indonesia
mempengaruhi tingkat minat wistawan yang mempengaruhi devisa Negara dari sektor
pariwisata yang potensial. Penyelenggaraan inspeksi kesehatan lingkungan di tempat-
tempat umum masih banyak yang harus ditingkatkan antara lain pasar rakyat, sekolah,
fasyankes, terminal, bandara, stasiun, pelabuhan, bioskop, hotel dan tempat umum
lainnya (minimal wajib mengelola 2 tempat-tempat umum contoh pasar rakyat dan
sekolah).
C. Dasar Hukum
1. Undang-Undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
2. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang No 18 Tahun 2012 tentang Pangan
4. Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
5. Peraturan Pemerintah No 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
6. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan
7. Peraturan Pemerintah No 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum
8. Permenkes No 80 Tahun 1990 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan dan
Bangunan Hotel
9. Permenkes No 416 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air
10. Permenkes No 1138 Tahun 2005 dan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan
Menteri Dalam Negeri No 34 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kab/
Kota Sehat
11. Permenkes No 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
12. Permenkes No 736 Tahun 2010 tantang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air
Minum
13. Permenkes No 1077 Tahun 2011 tentang Penyehatan Udara dalam Ruang
14. Permenkes No 1096 Tahun 2011 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Jasa Boga
15. Permenkes No 43 Tahun 2014 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Depot Air Minum
(DAM)
16. Permenkes No 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
17. Permenkes No 13 Tahun 2015 tentang Pelayanan Kesling di Puskesmas
18. Permenkes No 70 Tahun 2016 tentang Kesling Kerja Perkantoran dan Industri
19. Permenkes No 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesling dan Persyaratan
Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi Kolam Renang, SPA, Permandian
Umum
20. Kepmenkes No 288 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan
Umum
21. Kepmenkes No 1098 Tahun 2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan
dan Restoran
22. Kepmenkes No 942 Tahun 2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan
Jajanan
23. Kepmenkes No 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit
24. Kepmenkes No 519 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pasar Sehat
25. Kepmenkes No 1428 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Puskesmas
26. Kepmenkes No 1429 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Sekolah
27. Kepmenkes No 44 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Bandara dan Pelabuhan Sehat
Dalam Pasal 183 disebutkan bahwa Direktorat Kesehatan Lingkungan terdiri atas :
a. Sub Direktorat Penyehatan Air dan Sanitasi Dasar;
b. Sub Direktorat Penyehatan Pangan;
c. Sub Direktorat Penyehatan Udara, Tanah dan Kawasan;
d. Sub Direktorat Pengamanan Limbah dan Radiasi;
e. Sub Bagian Tata Usaha;
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Bab II
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis
a. Visi
“ Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan
Gotong Royong”.
b. Misi
Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 misi pembangunan
yaitu:
1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan
negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai
negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional, serta
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
c. Tujuan
Tujuan kegiatan penyehatan lingkungan adalah meningkatnya status kesehatan
masyarakat melalui peningkatan kualitas kesehatan lingkungan yang dibuktikan dengan
capaian persentase kab/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan sebesar 40%
atau 206 kab/kota dari 514 kab/ kota. Untuk mewujudkan hal tersebut maka ada
beberapa hal juga yang perlu dicapai yaitu :
a) Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM sebanyak 45.000 desa/kelurahan
dari 81.874 desa/ kelurahan
b) Persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan sebesar 50% atau 117.001
SAM dari 234.002 SAM
c) Persentase Tempat Tempat Umum yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 58%
atau 86.182 TTU dari 148.590 TTU
d) Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar sebsar 36%
atau 720 RS dari 2.000 RS
e) Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan
sebesar 32% atau 20.948 TPM dari 65.462 TPM
f) Jumlah kab/kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat sebanyak 386 kab/
kota dari 514 kab/ kota
d. Sasaran
Sasaran kegiatan penyehatan lingkungan adalah meningkatnya penyehatan dan
pengawasan kualitas lingkungan dengan terwujudnya kab/kota yang memenuhi kualitas
kesehatan lingkungan (Indikator Kinerja Utama/ IKU). Adapun Indikator Kinerja Kegiatan
(IKK) untuk mencapai sasaran tersebut adalah :
a) Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM
b) Persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan
c) Persentase Tempat Tempat Umum yang memenuhi syarat kesehatan
d) Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar
e) Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan
f) Jumlah kab/kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat
Secara detail indikator-indikator tersebut tercantum dalam tabel berikut
Tabel 1.
Indikator sasaran dan target kegiatan Direktorat Kesehatan Lingkungan
Tahun 2015 - 2019
Tahun (target)
No Indikator Keterangan
2015 2016 2017 2018 2019
% Kabupaten/Kota yang
RPJMN, Renstra,
1 memenuhi kualitas kesehatan 20 25 30 35 40
RAP, RAK, IKU
lingkungan
% RS yang melakukan
Renstra, RAP,
5 pengelolaan limbah medis 10 15 21 28 36
RAK, IKK
sesuai standar
% Tempat Pengelolaan
Renstra, RAP,
6 Makanan (TPM) yang 8 14 20 26 32
RAK, IKK
memenuhi syarat kesehatan
Jumlah Kabupaten/Kota yang
Renstra, RAP,
7 menyelenggarakan tatanan 346 356 366 376 386
RAK, IKK
kawasan sehat
Ketujuh indikator ditetapkan pada awal tahun 2015 yang berada pada dokumen RPJMN 2015-
2019 dan Renstra 2015-2019. Kedua dokumen tersebut merupakan dokumen perencanaan 5
tahunan, dimana RPJMN merupakan terbitan Presiden sementara Renstra merupakan
terbitan Kemenkes. Tetapi selain dokumen perencanaan 5 tahunan, Presiden pun
menerbitkan dokumen perencanaan tahunan yang disebut RKP (Rencana Kerja Pemerintah).
Pada penerbitan RKP Th 2015 dan Th 2016 masih mengacu seluruhnya pada RPJMN 2015-
2019. Namun berbeda saat penerbitan RKP Th 2017, dimana selain mengacu pada RPJMN
2015-2019 terdapat hal yang perlu dipertajam pelaksanaannya. Pada RKP Th 2017 terdapat 1
buah tambahan indikator yaitu Jumlah pasar yang diawasi yang memenuhi syarat kesehatan.
Sebenarnya pasar merupakan salah satu lokus pada indikator Jumlah TTU (Tempat-Tempat
Umum) yang memenuhi syarat kesehatan. Namun atas arahan Presiden maka pasar menjadi
satu indikator tersendiri. Target Th 2017 yang ditetapkan untuk indikator jumlah pasar yang
diawasi yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 1000 pasar. Selanjutnya untuk Th 2018 dan
2019, target yang ditetapkan sebesar 1500 pasar dan 2000 pasar. Selain indikator pasar,
terdapat 2 indikator yang penyajian targetnya agak berbeda pada RKP Th 2017 yaitu indikator
Jumlah TTU (Tempat-Tempat Umum) yang memenuhi syarat kesehatan dan Jumlah RS yang
melaksanakan pengelolaan limbah medis. Pada RPJMN 2015-2019 dan Renstra 2015-2019,
target kedua indikator tersebut disajikan dalam persentase. Sementara pada RKP Th 2017,
disajikan dalam absolut. Tidak ada perubahan target dalam hal ini karena baseline data yang
dipakai tetap sama yaitu baseline data dasar pada akhir tahun 2013. Pada akhir tahun 2013,
jumlah TTU yang terdaftar sebesar 250.914 TTU dan jumlah RS yang terdaftar sebesar 2.039
RS. Hasil perumusan target dengan provinsi, diperoleh target persentase pada tahun 2017
sebesar 54 % untuk indikator Jumlah TTU (Tempat-Tempat Umum) yang memenuhi syarat
kesehatan dan 21 % untuk indikator Jumlah RS yang melaksanakan pengelolaan limbah medis.
Adapun jika target tahun 2017 disajikan dalam absolut maka target indikator Jumlah TTU
(Tempat-Tempat Umum) yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 135.494 TTU dan target
indikator Jumlah RS yang melaksanakan pengelolaan limbah medis sebesar 428 RS. Untuk
tahun 2018 dan 2019, target indikator Jumlah TTU (Tempat-Tempat Umum) yang memenuhi
syarat kesehatan sebesar 140.512 TTU dan 145.530 TTU. Dan untuk indikator Jumlah RS yang
melaksanakan pengelolaan limbah medis sebesar 571 RS dan 734 RS.
Bab III
Arah Kebijakan dan Strategi
a. Menyusun/mereviu Permenkes
b. Menyusun/mereviu Petunjuk Pelaksanaan
Bidang Kesehatan Lingkungan
c. Menyusun/mereviu Petunjuk Teknis Bidang
Kesehatan Lingkungan
d. Menyusun/mereviu Modul Pelatihan
2 SDM yang Ditingkatkan Kapasitasnya Bidang 6.500 7.900 8.700 9.600 10.500
Penyehatan Lingkungan
3 Dukungan Sarana dan Prasarana Penyehatan 650 703 780 860 950
Lingkungan
Sebagai input pencapaian indikator kinerja maka diperlukan pendanaan per output
sebagaimana terinci dalam tabel berikut
a. Menyusun/mereviu Permenkes
b. Menyusun/mereviu Petunjuk Pelaksanaan
Bidang Kesehatan Lingkungan
c. Menyusun/mereviu Petunjuk Teknis Bidang
Kesehatan Lingkungan
d. Menyusun/mereviu Modul Pelatihan
Melakukan bimbingan
teknis/fasilitasi/supervisi/jejaring kerja/kemitraan
dalam rangka pembinaan bidang kesehatan
lingkungan
Mekanisme pemantauan dilakukan melalui pelaporan secara manual dan elektronik. Pelaporan
manual dilakukan setiap tiga bulan sekali dimulai dari laporan secara berjenjang dari puskesmas
kepada kabupaten/kota, kemudian dilaporkan kepada provinsi dan diteruskan ke pusat. Laporan
secara elektronik telah digunakan pada Indikator desa/kelurahan yang melaksanakan STBM ,
Sarana Air Minum yang dilakukan pengawasan, TPM yang memenuhi syarat kesehatan, RS yg
melaksanakan Pengelolaan Limbah Medis dan Kab/Kota Sehat.
b. Penilaian dan Definisi Operasional masing-masing indikator sebagai berikut :
Masing-masing indikator dinilai berdasarkan definisi operasional dan cara penilaian sebagai
berikut
Rencana aksi kegiatan penyehatan lingkungan dalam periode waktu 2015-2019 disusun untuk
memberikan peta jalan bagi upaya penyelesaian masalah kesehatan lingkungan di masa depan serta
merupakan acuan dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan
penilaian dalam kurun waktu 5 tahun.
Diharapkan melalui penyusunan rencana aksi kegiatan penyehatan lingkungan memberikan kontribusi
yang bermakna dalam pembangunan kesehatan khususnya untuk menurunkan angka kematian,
kesakitan dan kecacatan akibat penyakit serta pencapaian sasaran program berdasarkan komitmen
nasional dan global.