Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
menyelesaikan 146 SKS, termasuk di dalamnya melakukan studi tugas akhir atau
skripsi. Berkenaan dengan hal tersebut , maka penulis telah melaksanakan studi
tugas akhir sebagai tema yang diambil adalah tentang Geologi dan Proses
Sumatera Utara. Daerah ini menjadi pilihan penulis untuk penelitian karena
dari daerah yang dipetakan tersebut. Dalam ilmu geologi, konsep pembentukan
daerah penelitian.
berlaku pada jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Sains
Dan Teknologi T.D. Pardede Medan, yang merupakan salah satu syarat yang
harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa tingkat akhir, guna memperoleh gelar
kesarjanaan.
Sementara itu tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mencari dan
geologi struktur dan geologi sejarah. Selanjutnya setelah keadaan geologi dari
Secara goegrafis lokasi penelitian berada pada 020 47’ 00’’ - 020 52’00”
Lintang Utara, dan 980 07’ 00” – 98o 10’ 00” Bujur Timur. Berdasarkan peta
jarak lebih kurang 60 Km, dapat ditempuh dengan kenderaan umum maupun
pribadi melalui rute perjalanan dari Kota Sidikalang sampai daerah penelitian.
Batak (Pakpak, Toba, dan Simalungun). Pemukiman penduduk yang ada di daerah
penelitian berada di dekat jalan raya. Mata pencaharian penduduk setempat secara
umum adalah petani padi, jagung, kopi dan gambir. Vegetasi daerah penelitian
penelitian lapangan.
geologi.
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah :
skala 1 : 50.000.
c. Kompas Geologi
d. Palu Geologi
g. Kamera
GEOMORFOLOGI
perubahan yang dialami setiap bentuk lahan yang dijumpai dipermukaan bumi
termasuk yang terdapat di dasar laut / samudra serta mencari hubungan antara
manusia, klasifikasi dari bentuk lahan serta pemamfaatannya secara tepat dengan
kondisi lingkungannya.
pembentukan dan evolusinya berasal dari tenaga dalam bumi ( endogen ) dan dari
topografi sebagai akibat dari pengikisan ( erosi ) serta terbentuknya material hasil
suatu studi oleh pergerakan-pergerakan pada kerak bumi ( W.M. Davis, 1977 ).
bagian barat satuan ini tersusun atas lapisan vulkanik muda dengan lereng
yang semakin landai ke arah utara dan bagian timurnya merupakan satuan
tufa toba yang telah tererosi. Ketinggian di daerah ini mencapai 100 m.
Sungai yang ada cenderung memotong satu sama lain, dimana dibagian
yang ada. Daerah luas yang kering terdapat dibagian utara binjai, tepatnya
Satuan ini berada disebelah barat laut dataran rendah bagian timur kea rah
oleh struktur berarah barat laut – tenggara, dengan pola aliran yang cukup
Satuan yang terletak disebelah selatan dataran rendan bagian timur ini
kea rah selatan dimana panjang dan lebar daerahnya semakin menyempit
adalah pola aliran radial yang berasal dari puncak – puncak ketinggian dan
sungai cendrung tidak saling berhubungan, dan pada dasar lereng sebelah
utara mengisi lembah – lembah yang dalam. Tebing – tebing yang ada
terbentuk dari tufa yang relatif halus dan topografi kars terbentuk pada
Merupakan plato pengendapan yang ditutupi oleh hutan dan terbentuk oleh
perubahan – perubahan relief akibat aliran masif tufa dari gunungapi Toba.
mencapai 1300 m dan berkurang menjadi 500 m di sebelah barat. Plato ini
arah barat dan utara menjadi dua lembah dimana tufa mengalir melalui
yang ada di batas timur dataran tinggi Berastagi sebelum menuju dataran
rendah bagian timur sebelah utara. Derajat lereng aliran tufa di daerah ini
relative lebih curam di banding daerah – daerah lainnya. Pola aliran pada
umumnya berupa pola konsekuen dengan jarak antar sungai yang rapat.
km dari defresi Alas – Reunun. Lembah yang ada pada umumnya sempit
dan pola aliran umumnya berupa dendritic, namun pada beberapa tempat
karena adanya pengaruh tenaga asal luar bumi serta jenis batuan pada daerah
berada pada tebing-tebing yang curam dan alurnya membentuk huruf “V”.
pengontrolnya, maka perlu dilakukan analisa dan interpretasi peta topografi dari
lapangan.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka dapat dibagi atas 4 ( empat ) satuan
morfologi, yaitu :
dengan luas 30% dari seluruh luas daerah penyelidikan dengan sudut
penelitian dan memiliki luas berkisar 30% dari seluruh luas daerah
satuan tufa.
menempati sekitar 15% dari luas daerah penelitian dan tersusun oleh batu
pasir, marmer, sabak dan tufa. Secara umum vegetasi yang ada berupa
Satuan morfologi ini menempati bagian timur laut dan selatan daerah
penelitian dan memiliki luas sekitar 25% dari seluruh luas daerah penelitian
jalur – jalur pengaliran hingga bagian terkecil yang mengalami pelapukan atau
yang mempunyai pola tertentu pada suatu daerah yang dikaitkan dengan kondisi
individu sungai yang saling berhubungan membentuk pola dalam kesatuan ruang.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan pola pengaliran
antara lain :
1. Kemiringan lereng
3. Kontrol struktur
4. Pembentukan pegunungan
yaitu stadia sungaiawal, satdia muda, stadia dewasa, stadia tua, dan stadia remaja
berikut:
dicirikan oleh sungai yang belum memiliki orde dan belum teratur seperti
lazimnya suatu sungai. Air terjun, danau, arus yang cepat dan gradien sungai yang
tingkatannya, arus alirannnya berasal dari air run off ke arah suatu area yang
Sungai pada tahapan awal umumnya berkembang di daerah dataran pantai (coastal
plain) yang mengalami pengangkatan atau diatas permukaan lava yang masih baru
sungai yang menmpati seluruh lantai dasar suatu lembah. Umumnya profil
lembahnya membentuk seperti huruf V. Air terjun dan arus yang cepat
Tahapan Dewasa: Tahap awal dari sungai dewasa dicirikan oleh mulai
adanya pembentukan dataran banjir secara setempat setempat dan semakin lama
semakin lebar dan akhirnya terisi oleh aliran sungai yang berbentuk meander,
sedangkan pada sungai yang sudah masuk dalam tahapan dewasa, arus sungai
sudah membentuk aliran yang berbentuk meander, penyisiran kearah depan dan
belakang memotong suatu dataran banjir (flood plain) yang cukup luas sehingga
secara keseluruhan ditempati oleh jalur-jalur meander. Pada tahapan ini aliran arus
sungai sudah memperlihatkan keseimbangan antara laju erosi vertikal dan erosi
lateral.
Tahapan Tua : Pada tahapan ini dataran banjir diisi sepenuhnya oleh
meander dan lebardari dataran banjir akan beberapa kali lipat dari luas meander
belt. Pada umumnya dicirikan oleh danau tapal kuda (oxbow lake) dan rawa-rawa
sungai dari satu tahap ke tahap lainnya, perubahan mungkin terjadi dimana
sungai dalam tahapan muda. Sungai dewasa dapat mengalami pengikisan kembali
ke arah vertikal untuk kedua kalinya karena adanya pengangkatan dan proses ini
membentuk seperti huruf V. Air terjun dan arus yang cepat mendominasi
Daerah Penelitian
Geomorfologi daerah penelitian yang berhubungan dengan pola kontur
dengan menggunakan kaidah yaitu semakin rapat kontur yang terbentuk, maka
Berdasarkan dari poladan sifat garis kontur, maka daerah yang dijumpai
rapat di tafsirka sebagai batuan yang keras dan resisiten, kontur jarang atau
renggang ditafsirkan sebagai batuan yang lunak. Pola kontur yang melingkar
dalam ukuran kecil yang berbeda dengan pola kontur disekitarnya ditafsirkan
sebagai batuan yang keras. Struktur lipatan dapat diketahui dengan menafsirkan
adanya gawir-gawir terjal ( ditunjjukkan dengan garis kontur yang rapat ) yang
dicirikan dengan permukaan garis kontur yang jarang. Struktur sesar ditandai
dengan pola kontur yang panjang, lurus dan rapat. Pada daerah penelitian
kelapangan dengan data yang lebih lengkap. Sehingga peta topografi yang ada
STRATIGRAFI
dengan urutan – urutan peristiwa dalam sejarah bumi, yang diinterpretasikan dari
bukti – bukti yang ditemukan pada lapisan – lapisan sedimen ( Strahler, 1976 ).
Beberapa hal yang penting dalam stratigrafi adalah perlapisan batuan ( strata ),
pengendapan, dan urutan proses – prose yang terjadi. Beberapa hal ini yang
malihan, batuan gunung api, dan batuan beku terobosan yang dikelompokkan
selaras, Batuan tersebut membentuk tofografi yang kasar salah satunya dengan ciri
searah dengan poros Pulau Sumatera. Secara umum stratigrafi kawasan cekungan
Sumatera Utara dapat dibedakan menjadi tiga kumpulan, yaitu kumpulan batuan
Wahyudi, 1993 ).
dimana tiga diantaranya berumur Pra Tersier dan yang satu berumur Tersier –
Holosen. Kelompok batuan Pra Tersier tersebar luas sepanjang pegunungan Bukit
Barisan. Kelompok batuan tersebut tersebar mulai dari Tapanuli – Aceh dan
dikenal dengan nama batuan “Permokarbon Verbek” yang terdiri dari batu sabak,
kuarsit, filit yang terlipat kuat dan sedikit mengandung fosil yang menunjukkan
umur Permokarbon.
Batuan Pra –Tersier Sumatera Utara oleh Cameron, dkk (1980) dibagi
Kelompok Tapanuli
Sumatera Utara dan merupakan batuan tertua berumur Permokarbon didaerah ini
yang terdiri dari metagrawake, batu sabak, filit, serpih dan meta batu lanau.
Sedimen Pra Tersier tersebut diintrusi oleh batuan granit (granit sibolga) pada
masa Perm. Pada kelompok Tapanuli ini di bagi menjadi beberapa formasi.
Formasi Alas
Formasi ini menutupi formasi Kluet terutama terdiri dari batuan yang sama
juga, batu gamping dengan struktur silang – siur dan banyak mengandung fosil.
Batu gamping ini diberapa tempat masih normal. Umur formasi ini adalah Perm
Bawah (Cameron & P3G, 1983) berdasarkan fosil-fosil yang dijumpai pada
Productids dan Coral allot rio-phyllum sinence, formasi ini diendapkan pada
Formasi Kluet
Terdiri dari urutan – urutan yang tebal terutama batu pasir kwarsa, batuan
lempung dan batu lanau, batupasir konglomerat. Didalam formasi ini juga
didapatkan batuan asal batuan gunung api seperti tufa yang diendafkan dalam
batu lanau gampingan juga dijumpai dalam formasi ini yang memperlihatkan
lingkungan laut dangkal. Fosil-fosil yang dijumpai dalam batu gamping dan batu
lanau adalah : Algae, Crinoid, Braciopoda dan Bryozoa yang menunjukkan
Riau, Sibolga dan Pangururan di pantai timur danau toba. Menurut Cameron dan
P3G (1983), Formasi Kluet merupakan fasies dari Formasi Bahorok dengan
sumber berasal dari Timur Laut. Kedua formasi ini diendapkan sebagai “Glacio –
penafsiran didasarkan pada persamaan klastik kasar kedua formasi dengan “tillite”
dari “Continental glacial saries” Benua Gondwana yang berumur Permo Trias.
Formasi Bahorok
Terdiri dari breksi konglomerat yang tidak berlapis dan sering disebut
mengambang diatas masa dasar, diselingi oleh batu lumpur, batu lanau, batu pasir
disungai Bahorok sebagai lokasi tipenya, terdiri atas konglomerat breksian, tidak
fragmennya terdiri atas kuarsa , argilit, batupasir, batugamping, granit, sekis dan
gneis. Sedimen dijumpai dalam Formasi Bahorok adalah perselingan batu pasir
kuarsa , batu lanau, batu lempung dan batu sabak (slate). Di beberapa tempat
mengalami deformasi yang cukup kuat, yang diperlihatkan oleh kekar - kekar
yang sangat intensif yang diisi oleh urat-urat kuarsa serta batuan ini sangat keras.
yamg lain adalah formasi Silungkang berumur Perm Akhir yang terdiri dari
membagi kelompok ini atas tiga formasi yaitu Formasi Kaloi, Formasi
Batuan formasi diatas dapat kita jumpai dibagian timur pegunungan Bukit
vulkanik minor serta tufa, sekis hijau, batu sabak,meta batu gamping dan filit
Pada kala tersier secara tidak selaras di atas kelompok Woyla diendapkan
batuan sedimen tersier yang umumnya terdiri dari batu pasir yang mengandung
sedimen Tersier umumnya menempati sayap barat dan timur pegunungan Bukit
Barisan yang menyebar luas di bagian timur Sumatera Utara. Batuan ini juga
Sumatera. Batuan ini terletak sekitar Barus, Sebelah barat Kotanopan, dan sebelah
timur Sosopan.
3. Kelompok Batuan Kwarter
Batuan ini terletak secara tidak selaras diatas batuan Sedimen Tersier yang
terdiri dari Satuan Tufa Toba dan Satuan Aluvial Sungai. Satuan Tufa Toba terdiri
dari Tufa , berwarna kelabu terang kecoklatan, keras dan bila lapuk akan berwarna
coklat kekuningan. Endapan Aluvial terdiri darr lapisan lempung, pasir, kerikil,
dan kerakal atau endapan – endapan yang baru terbentuk yang berasal dari hasil
Kotapinang dan sebelah barat Tiga Binanga yang umurnya masih muda sehingga
Pada daerah penilitian terdapat beberapa satuan batuan yang terbagi dalam
dua formasi yaitu formasi Tufa Toba ( Qvt ) dengan umur plistosen dan formasi
Kluet ( Puk ) dengan umur karbon akhir sampai perm awal. Dan untuk penyusun
batuserpih dengan derajat metamorfosis rendah dan terajadi akibat tekanan yang
tinggi.
Ciri – ciri fisik yang terdapat pada batusabak ini dari pengamatan
belahan – belahan yang sangat halus dan bentuk mineral pipih, kompak, dan keras
adalah karbon.
keadaan arus lemah dan juga sudah mengalami perubahan dimana batupasir
mengalami tekanan yang tinggi sehingga terjadi perubahan tekstur dan struktur.
struktur massif, padat, kompak dan tekstur yang berukuran pasir halus, pemilahan
buruk, kemas terbuka, dan dengan bentuk butir yang membundar. Mineral
Satuan batupasir ini termasuk ke dalam formasi kluet dan umurnya adalah
perm.
adalah perm.
kemudian membantu. Di lokasi penelitaan tufa dihasilkan dari erupsi gunung toba
yang terjadi pada zaman plistosen, sebagian tufa ini dibawa oleh angin dan
sebagian dibawa oleh air sungai kemudian terendapakan dan membatu pada lokasi
penelitaian.
Ciri – ciri fisik satuan tufa ini dari pengamatan megaskopis struktur masif,
Satuan tufa ini termasuk ke dalam formasi Tufa toba dengan umurnya
adalah plistosen.
STRUKTUR GEOLOGI
kerak bumi, yang diantaranya meliputi bentuk , geometri, simetri, orientasi dan
pada nilai kekuatan dan mekanis dari material – material kerak bumi tersebut, baik
deformasi. Secara umum dalam geologi terdapat tiga jenis struktur geologi yang
terobservasi dari lapangan, yaitu bidang kontak, struktur primer dan struktur
skunder.
Bidang kontak suatu lapisan batuan adalah batas antar jenis batuan yang
mencerminkan suatu proses geologi. Bidang kontak ini dapat berupa kontak
berupa bidang sesar atau zona sesar ( shear zone ). Struktur primer adalah struktur
dalam batuan yang berkembang pada waktu yang bersamaan dengan proses
bedding, cross bedding, ripple marks, kekar kolom, vesicular, dll. Sementara itu,
struktur sekunder adalah struktur yang terbentuk akibat adanya gaya ( force )
setelah proses pembentukan batuan tersebut. Contohnya adalah kekar, sesar,
lipatan dll.
subduksi sepanjang Palung Sunda dan pergerakan lateral menganan dari Sistem
Sesar Sumatra.
Pulau Sumatera dicirikan oleh tiga sistem tektonik. Berurutan dari barat ke
timur adalah sebagai berikut: zona subduksi oblique dengan sudut penunjaman
yang landai, sesar Mentawai dan zona sesar besar Sumatera. Zona subduksi di
membentang sampai ke Selat Sunda dan berlanjut hingga selatan Pulau Jawa.
Subsuksi ini mendesak lempeng Eurasia dari bawah Samudera Hindia ke arah
barat laut di Sumatera dan frontal ke utara terhadap Pulau Jawa, dengan kecepatan
pergerakan yang bervariasi. Puluhan hingga ratusan tahun, dua lempeng itu saling
tahun ini memang tidak terasa oleh manusia. Karena dorongan lempeng Indo-
Australia terhadap bagian utara Sumatera kecepatannya hanya 5,2 cm per tahun,
lempeng di daerah barat Sumatera yang miring posisinya ini lebih cepat
termasuk Sumatra searah jarum jam. Perubahan posisi Sumatra yang sebelumnya
menjadikan kompleksitas regim stress dan pola strain pada Sumatra (Darman dan
Pada lokasi penelitian struktur yang ditemukan berupa kekar yang ada
disemua satuan batuan dan sesar pada batu sabak dan kontak antara batusabak
4.2.1. Sesar
turun atau sesar normal, sesar ini terjadi setalah batuannya terbentuk, dimana pada
tubuh batuan terdapat goresan – goresan yang terjadi saat pembentukan sesar ini.
Foto 4.1. Air terjun Penanda sesar
4.2.2. Kekar
Kekar ( joint ) merupakan suatu rekahan yang terbentuk teratur pada masa
batuan yang tidak menampakkan ( dilihat dengan mata telanjang ) telah terjadi
pergeseran pada kedua sisi – sisinya. Secara umum dibedakan menjadi empat
jenis ( Mc. Clay, 1987 ) yaitu kekar tarik, kekar gerus, kekar hibrid. Kehadiran
batuan dengan kedudukan yang berbeda – beda. Dan banyak juga kekar – kekar
SEJARAH GEOLOGI
Pulau Sumatera tersusun atas dua bagian utama, sebelah barat didominasi
(Hamilton,1979).
45,6 juta tahun yang lalu, yang mengakibatkan rangkaian perubahan sistematis
relatif antar lempengnya berikut kegiatan ekstrusi yang terjadi padanya. Gerak
(Char-shin Liu et al, 1983 dalam Natawidjaja, 1994). Setelah itu kecepatan
punggungan busur muka dan cekungan busur muka telah terfragmentasi akibat
menunjukkan adanya tiga bagian pola ( Sieh, 2000 ). Bagian selatan terdiri dari
lempeng mikro Sumatera, yang terbentuk sejak 2 juta tahun lalu dengan bentuk
geometri dan struktur sederhana, bagian tengah cenderung tidak beraturan dan
Busur Sunda sebagai sistem busur tepi kontinen (epi-continent arc) yang relatif
Sunda sebagai busur kepulauan (island arc) kepulauan yang lebih labil.
Selatan Busur Sunda mendorong pada kesimpulan bahwa batas Busur Sunda yang
mewakili sistem busur kepulauan dan busur tepi kontinen terletak di Selat Sunda.
Penyimpulan tersebut akan menyisakan pertanyaan, karena pola kenampakan
anomali gaya berat menunjukkan bahwa pola struktur Jawa bagian barat yang
cenderung lebih sesuai dengan pola Sumatera dibanding dengan pola struktur
(Atlas dan Gayao) dimana arah pegunungan timur barat seperti Pegunungan Gayo
gelombang dengan pusat undasi Margui dan pusat undasi Anambas. Titik
atas (Crataceus) dan sistem orogene Sunda pada priode tersier kuarter, yang
dimaksud dengan Orogene Malaya adalah busur pegunungan yang terbentuk pada
Mesozoikun bawah dengan busur Zone Karimata dan busur luar Daerah Timah.
terbentuk pada Mesozoikun atas dengan busur dalam Sumatera Timur dan busur
luar Sumatera Barat. Yang dimaksud dengan Orogenesa Sunda adalah busur
Barisan dan busur luar pulau-pulau sebelah barat Sumatera. Bukit Barisan pada
pengangkatan pada priode Tersier pulau-pulau di sebelah barat Sumatera dari Nias
Sebagai akibat dari gaya berat atap gua yang terbentuk di bawah pipa
kepundan maka atap gua runtuh membentuk depresi yang kemudian terisi air
membentuk Danau Toba. Kemudian gaya dari dalam dapur magma mendorong
runtuhan tadi sehingga terungkit ke atas dan muncul di permukaan danau sebagai
pulau. Pada mulanya ketinggian permukaan air danau 1.150 m di atas permukaan
laut, tetapi karena erosi mundur yang dialami sungai Asahan mencapai Danau
Toba maka drainasenya lewat sungai Asahan menyebabkan permukaan air danau
kemudian terisi dengan sedimen marine (Telisa & Lower Palembang stage) dan
sedimen daratan (Middle & Upper Palembang stage). Ketika terjadi pengangkatan
III pada periode Plio-Pleistosen, maka endapan di Basin umatera Timur ini
proses geologi yang pernah terjadi pada masa lampau didaerah penelitian dan
Pada lokasi penelitian terdapat empat satuan batuan yang terdapat pada
dua formasi yaitu formasi kluet dan formasi tufa toba. Formasi tertua dalam lokasi
penelitan adalah formasi kluet dengan umur karbon akhir – perm awal.
yang berumur karbon akhir dan pada perm awal terendapakan batupasir dan
terbentuk batumarmer setalah batuan itu terbentuk maka terjadi proses pensesaran
pada batumarmer. Setelah perm awal tidak ada terjadi pengendapan atau
pembatuan dan pada masa plistosen terjadi erupsi gunung toba yang menghasilkan
akumulasi endapan Tufa Toba dengan sangat cepat. Endapan ini diperkirakan
GEOLOGI LINGKUNGAN
dimaksud terdiri dari unsur – unsur fisik bumi ( batuan, sedimen, tanah dan
fluida ), unsur permukaan bumi, bentang alam dan proses – proses yang
ekonomis, ketersediaan air bersih, bahan bakar, bahan bangunan dan lain – lain,
tetapi juga memiliki potensi bagi terjadinya bencana alam seperti gempa bumi,
lingkungan, yakni sumber daya alam ( natural resources ) dan bencana alam (
natural hazards ).
5.1 Sumber Daya Alam ( Natural Resources )
Sumber daya alam atau yang biasa disingkat SDA adalah potensi sumber daya
yang terkandung di dalam bumi, air dan udara yang dapat didayagunakan untuk
menjadi sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui seperti air,
udara, tanah, hewan dan tumbuhan. Sedangkan sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui biasanya sumber daya alam yang berupa barang tambang.
Selain itu, sumber daya alam juga dapat dibedakan ke dalam dua jenis
berdasarkan asal atau sumbernya. Yang pertama adalah sumber daya alam hayati (
biotik ) seperti hasil pertanian, perkebunan dan perikanan. Sedangkan yang kedua
sumber daya alam non hayati ( abiotic ) seperti air dan barang – barang tambang.
Air
hari masyarakat sekitar kareta menjadi tempat untuk mandi, mencuci, air
minum dan sebagainya. Pada umumnya terdapat air infiltrasi dalam bentuk
mata air sehingga dari kualitas dan kuantitas memungkinkan bagi warga
untuk menggunakannya, seperti yang diamati di daerah kecamatan
ada juga masyarakat yang sulit mendapatkan air karena jarak yang
lumayan jauh dengan sungai, apalagi pada musim penghujan jalan – jalan
menuju sungai sangat sulit di lalui karena masih banyak jalan tanah yang
Tanah
di sektor pertanian seperti lahan sawah yang mencakup 40% dari luas
timah hitam, dan ada juga bahan galian masyarakat berupa batuan tufa
timbunan.
Bencana Alam ( Natural Hazards )
proses dari dalam bumi yang menyebabkan bencana alam seperti gempa
adalah proses yang berasal dari aktifitas meteorologi bumi, yang dapat
cukup besar, baik oleh gempabumi maupun oleh intensitas hujan yang
ENDAPAN PIROKLASTIK
sebagai hasil letusan gunungapi dan langsung dari magma pijar. Piroklastik
merupakan fragmen yang dibentuk dalam letusan volkanik, dan secara khusus
mempelajari batuan piroklastik kita tidak dapat lepas dari mempelajari bagaimana
dibedakan menjadi tiga macam yaitu jatuhan piroklastik, aliran piroklastik dan
yang diendapkan melalui media udara, dan terbentuk setelah material hasil letusan
bergerak,berupa gas dan partikel terdispersi yang dihasilkan oleh erupsi volkanik.
mengandung partikel rendah dan merupakan dispersi gas dengan bahan padat.
Jatuhan, aliran dan seruakan piroklastik ini jika terjadi pada lingkungan yang
batuan beku adalah hasil pembekuan langsung dari magma atau lava, jadi dari fase
cair ke fase padat dengan hasil akhir terdiri dari kumpulan kristal, gelas ataupun
dikeluarkan oleh aktifitas gunung api, yang berupa material padat berbagai ukuran
(dari halus sampai sangat kasar, bahkan dapat mencapai ukuran bongkah).
Oleh karena itu klasifikasinya didasarkan atas ukuran butir maupun jenis
karena itu sangat di anjurkan, untuk mempelajari dengan baik dari kelompok
yang berasal dari proses erupsi gunung berapi dimana tersusun atas
dari hasil erupsi vulkanik. Material piroklastik saat dierupsikan gunung api
memiliki sifat fragmental yang dapat berwujud cair maupun padat. Setelah
tidak bisa dilepaskan dari factor pendukung dalam menentukan ciri dari
a. Tekstur
batuapung diendapkan langsung dari erupsi gunung api atau gelas yang
sudah tidak berbentuk runcing tajam ( rounded ) serta adanya batu
William, 1954).
berikut:
Tingkat Kristalisasi
Granulitas
Bentuk Kristal
berupa batulempung.
c. Material Penyusun
d. Komposisi Mineral
a. Tipe Endapan
Pada daerah penelitian telah diamati bahwa endapan yang terdapat adalah
b. Mekanisme Pembentukan
yaitu tumpukan piroklastik yang diendapkan melalui air, endapan ini terjadi
pada satuan tufa. Endapan ini dinamakan sebagai tephra yaitu fragmen batuan
ketika terjadi erupsi gunungapi atau semburan gas panas dalam erupsi atau
piroklastik berasal dari hasil erupsi vulkanik, namun fragmen asing yang terdapat
pada satuan tufa di daerah penelitian menunjukkan ciri khas berbeda dengan
Rewarking adalah bentuk kristal pada fragmen batuan memiliki ciri – ciri kristal
dengan sudut berbentuk membundar ( rounded ) dan tidak membentuk runcing