Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sifat koligatif adalah sifat-sifat fisis larutan yang hanya bergantung pada konsentrasi
partikel zat terlarut, tetapi tidak pada jenisnya. Sifat koligatif larutan meliputi
tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan tekanan osmotik. Sifat
koligatif terutama penurunan titik beku dan tekanan osmosis memiliki banyak
kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa penerapan penurunan titik beku
dapat mempertahankan kehidupan selama musim dingin. Penerapan tekanan osmosis
ditemukan di alam, dalam bidang kesehatan, dan dalam ilmu biologi adapun
penerapanya pada Hewan-hewan yang tinggal di daerah beriklim dingin, seperti
beruang kutub, mereka memanfaatkan prinsip sifat koligatif larutan penurunan titik
beku untuk bertahan hidup. Darah ikan-ikan laut mengandung zat-zat antibeku yang
mempu menurunkan titik beku air hingga 0,8oC. Dengan demikian, ikan laut dapat
bertahan di musim dingin yang suhunya mencapai 1,9oC karena zat antibeku yang
dikandungnya dapat mencegah pembentukan kristal es dalam jaringan dan selnya.
Hewan-hewan lain yang tubuhnya mengandung zat antibeku antara lain serangga ,
ampibi, dan nematoda. Tubuh serangga mengandung gliserol dan dimetil sulfoksida,
ampibi mengandung glukosa dan gliserol darah sedangkan nematoda mengandung
gliserol dan trihalose.. Berikut ini penjelasan mengenai penerapan sifat koligatif
larutan dalam kehidupan sehari-hari.
B. Tujuan
DASAR TEORI
Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat.
Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut,
sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan
disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut
dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi.
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut
di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat
terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat
terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar,
molal, dan bagian per juta (part per million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif,
komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat
(berkonsentrasi tinggi).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat
terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi
zat terlarut). Hukum Roult merupakan dasar dari sifat koligatif larutan. Keempat
sifat itu ialah:
Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat larutan
nonelektrolit dan elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit
bertambah jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada
larutan nonelektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion, sesuai
dengan hal-hal tersebut maka sifat koligatif larutan nonelektrolit lebih rendah
daripada sifat koligatif larutan elektrolit. Larutan merupakan suatu campuran yang
homogen dan dapat berwujud padatan, maupun cairan. Akan tetapi larutan yang
paling umum dijumpai adalah larutan cair, dimana suatu zat tertentu dilarutkan
dalam pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi tertentu.
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat
larutan itu sendiri. Namun sebelum itu kita harus mengetahui hal- hal berikut:
Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat dari cair menjadi gas. Ada
kecenderungan bahwa suatu zat cair akan mengalami penguapan. Kecepatan
penguapan dari setiap zat cair tidak sama, tetapi pada umumnya cairan akan semakin
mudah menguap jika suhunya semakin tinggi
Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur berdasarkan tekanan uap
cairan tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap yang berada diatas
permukaan cairan dan berarti tekanan uapnya semakin tinggi. Jumlah uap diatas
permukaan akan mencapai suatu kejenuhan pada tekanan tertentu, sebab bila tekanan
uap sudah jenuh akan terjadi pengembunan, tekanan uap ini disebut tekanan uap
jenuh
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi penurunan
tekanan uap. Pada suhu 20 C tekanan uap air jenuh diatas permukaan air adalah
17,53 mmHg. Besarnya penurunan tekanan uap air akibat adanya zat terlarut disebut
penurunan tekanan uap larutan.
Sejak tahun 1887 – 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari hubungan antara
tekanan uap dan konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu kesimpulan bahwa
besarnya tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol pelarut dan tekanan uap
dari pelarut murninya. Penurunan tekanan uap menurut hukum Roult, tekanan uap
salah satu cairan dalam ruang di atas larutan ideal bergantung pada fraksi mol cairan
tersebut dalam larutan PA = XA . PAo. Dari hukum Roult ternyata tekanan uap
pelarut murni lebih besar daripada tekanan uap pelarut dalam larutan. Jadi penurunan
tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut.
P = Po . X pelarut
X = fraksi mol
P = Po – P
Karena X1 = 1-X2 untuk larutan yang terdiri atas dua komponen, maka hukum Roult
dapat ditulis:
Jadi, perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut.
Tanda negatif menyiratkan penurunan tekanan uap. Tekanan uap selalu lebih rendah
diatas larutan encer dibandingkan diatas pelarut murninya.
Sifat yang berikutnya adalah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku. Titik
didih larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal sebaliknya
berlaku pada titik beku larutan yang lebih rendah dibandingkan pelarut. Sifat ini
dirumuskan sebagai berikut :
Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair yang menguap.
Pada suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair akan menimbulkan tekanan
uap yang sama dengan tekanan udara luar. Keadaan saat tekanan uap zat cair diatas
permukaan zat cair tersebut sama dengan tekanan udara disekitarnya disebut
mendidih dan suhu ketika tekanan uap diatas pemukaan cairan sama dengan tekanan
uap luar disebut titik didih. Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan
maka akan terjadi kenaikan titik didih dari larutan tersebut.
Titik didih air murni pada tekanan 1 atm adalah 100 C. Hal itu berarti tekanan uap
air murni akan mencapai 1 atm ( sama dengan tekanan udara luar) pada saat air
dipanaskan sampai 100 C. Dengan demikian bila tekanan udara luar kurang dari 1
atm (misalnya dipuncak gunung) maka titik didih air kurang dari 100 C.
Bila kedalam air murni dilarutkan suatu zat yang sukar menguap, maka pada suhu
100 C tekanan uap air belum mencapai 1 atm dan berarti air itu belum mendidih.
Untuk dapat mendidih ( tekanan uap air mencapai 1 atm) maka diperlukan suhu yang
lebih tinggi. Besarnya kenaikan suhu itulah yang disebut kenaikan titik didih.
Menurut hukum Roult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan hasil
kali molalitas larutan (m) dan kenaikan titik didih molalnya (Kb). Dapat dirumuskan
sebagai:
Δ Tb = Kb . m
Jika
M = n x 1000
Tb = Kb ( n x 1000 )
p = massa pelarut
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga jarak antar
partikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik menarik
antar molekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat terlarut akan
menghasilkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang, akibatnya untuk
mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu yang lebih rendah. Perbedaan
suhu adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan titik beku. Pada saat zat
konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi penurunan titik beku
larutan tersebut.
Seperti halnya kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan sebanding dengan
hasil kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut (Kf)
dinyatakan dengan persamaan:
ΔTf = Kf . m
Tf = Kf ( n x 1000 )
p = massa pelarut
Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan penurunan
titik bekunya. Pengukuran penurunan titik beku, seperti halnya peningkatan titik
didih, dapat digunakan untuk menentukan massa molar zat yang tidak diketahui.
Gejala penurunan titik beku analog dengan peningkatan titik didih. Di sini kita hanya
mempertimbangan kasus jika padatan pertama yang mengkristalkan dari larutan
adalah pelarut murni. Jika zat terlarut mengkristal bersama pelarut, maka situasinya
akan lebih rumit. Pelarut padat murni berada dalam kesetimbangan dengan tekanan
tertentu dari uap pelarut, sebagimana ditentukan oleh suhunya. Pelarut dalam larutan
demikian pula, berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap
pelarut. Jika pelarut padat dan pelarut dalam larutan berada bersama-sama, mereka
harus memiliki tekanan uap yang sama. Ini berarti bahwa suhu beku larutan dapat
diidentifikasi sebagi suhu ketika kurva tekanan uap pelarut padat murninya
berpotongan dengan kurva larutan. Jika zat terlarut ditambahkan ke dalam larutan,
tekanan uap pelarut turun dan titik beku, yaitu suhu ketika kristal pertama pelarut
murni mulai muncul, turun. Selisih dengan demikian bertanda negatif dan penurunan
titik beku dapat diamati
BAB III
2. Aquades
4. Sendok makan
5. Frezzer
6. Kompor
7. Panic kecil
8. stopwatch
B. Cara kerja
a. Siapkan 4 gelas aqua masing masing isi dengan air hingga volume 100
ml(1/2 volume gelas aqua)
b. Gelas aqua no.1 hanya berisi air murni dan 3 gelas lainya untuk 1 sendok
makan gula, 2 sendok makan gula, 1 sendok makan garam.
c. Masukan dalam frezzer amati dan catat pada tabel hasil percobaan , gelas
mana yang sudah membeku
d. Jika 1 sendok makan setara dengan 10 gram. Maka hitunglah berapa besar
penurunan titik beku pada gelas gelas tersebut. ( Harga Kf air = 1,86) ?.
Tabel pengamatan titik beku larutan
KETERANGAN
NO SAMPEL
8 jam 16 jam 24 jam
1 Air
Larutan gula 2
3
sendok
Larutan garam 1
4
sendok
5
Larutan garam 2
sendok Belum membeku Belum membeku
a. Percobaan no 1, panaskan panci yang telah diisi air 2 gelas (400 ml)
b. Ulangi percobaan pertama dengan menambahkan 1 sdk makan gula.aduk rata
dan catat waktu mendidihnya
c. Jika 1 sdk setara dengan 10 gr. Maka hitunglah besar kenaikan titik didih
pada ke tiga percobaan tersebut( Kb air = 0,52 o c /molal).
BAB IV
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Titik didih adalah suhu saat tekanan uap jenuh cairan sama dengan tekanan udara
luar.Kenaikan titik didih adalah selisih titik didih larutan dnegan titik didih pelarut.
Faktor yang mempengaruhi kenaikan titik didih adalah konsentrasi (molalitas) dan
harga Kb. Semakin tinggi konsentrasi, kenaikan titik didih larutan semakin tinggi.
Semakin tinggi harga Kb, kenaikan titik didih larutaN semakin tinggi.Kenaikan titik
didih tidak dipengaruhi oleh jenis zat ang terlarut.Titik didih larutan NaCl 3 gram
lebih tinggi daripada titik didih pelarut murni (air).Gula tidak mempengaruhi
kenaikan titik didih larutan, yang mempengaruhi adalah knsentrasi masing-masing
bahan.Terjadinya penyimpangan dapat menyebabkan perbedaan hasil dengan
literature.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan beberapa hal, sebagai berikut:Yang pertama
adalah bahwa penambahan zat terlarut pada suatu pelarut murni akan menyebabkan
turunnya suhu titik beku dari pelarut murni tersebut ( Larutan akanmemiliki titik
beku lebih rendah dibandingkan titik beku pelarut murni ). Semakin banyak waktu
yang diberikan maka semakin rendah titik beku yang dihasilkan. Dari penelitian
yang kami telah lakukan, kami dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Proses terjadinya penurunan titik beku dikarenakan adanya perubahan dari tekanan
uap, biasanya diakibatkan oleh masuknya suatu zat terlarut lain maka titik bekunya
akan berubah (nilai titik beku akan berkurang);
Keadaan titik beku pelarut murni setelah dicampur zat terlarut akan menjadi lebih
rendah dibawah titik beku pelarut murni yang semula yaitu dibawah 0oC, zat terlarut
akan berpengaruh pada penurunan titik beku larutan karena pada suatu pelarut murni,
zat terlarut akan menyebabkan turunnya suhu titik beku dari pelarut murni tersebut.
Garam dapur berfungsi sebagai zat yang menurunkan titik beku es batu sehingga es
batu tidak akan membeku pada suhu 0oC, sehingga ketika sebuah larutan diletakkan
didalam gelas kimia, akan terbentuk sebuah sistem antara larutan es batu yang
suhunya 0oC(l) dengan larutan uji yang ada didalam larutan.
Sedangkan larutan gula merupakan larutan non elektrolit sehingga ketika dibekukan
maka akan membeku lebih cepat karena massa molar zat terlarut( gula) lebih besar,
sehingga mengakibatkan jumlah partikel lebih sedikit,keadan inilah yang
menyebabkan titik beku larutan gula lebih rendah
DAFTAR PUSTAKA
http://hatopikchem.wordpress.com
SEL ELEKTRIKIMIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aspek elektronik dan reaksi kimia.
Elemen yang digunakan dalam reaksi elektrokimia di karakterisasikan dengan
banyaknya elektron yang dimiliki. Dengan kata lain adalah cabang ilmu kimia yang
berhubungan dengan arus listrik dan potensi.
Metode elektrokimia adalah metode yang didasarkan pada reaksi redoks, yakni
gabungan dari reaksi reduksi dan oksidasi, yang berlangsung pada elektroda yang
sama/ berbeda dalam suatu sistem elektrokimia. Sistem elektrokimia meliputi sel
elektrokimia dan reaksi elektrokimia.
1. Sel Galvani
2. Sel Elektrolisis
a. Elektroanalisis
b. Elektrosistesis
c. Elektrokoagulasi
d. Elektrodialisis
e. Elektrowining
f. Elektrofining
g. Elektropalting,dsb.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sel elektrokimia?
2. Bagaimana penggolongan sel elektrokimia serta peran jembatan garam?
3. Bagaimana potensial sel standar dan konstanta kesetimbangan reaksi sel?
4. Bagaimana reaksi sel dan reaksi hubungan dengan reaksi kimia?
5. Bagaimana pembentukan Persamaan Nernst?
6. Bagaiaman potensial reduksi standar dan komposisi?
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aksi antara sifat-sifat listrik
dengan reaksi kimia. Misalnya perubahan energi kimia menjadi energy listrik pada
elemen elektrokimia, reaksi oksidasi-oksidasi secara spontan pada elemen yang
dijadikan sumber arus listrik, dan perpindahan elektron dan perpindahan elektron
dalam larutan elektrolit dan terjadi pada aki. Elektrokimia ini dikenal dengan dalam
bahasa inggrisnya adalah electo chemistry.
2. Elektrokimia adalah ilmu tentang hubungan antara senyawa listrik dan kimia.
Elektrokimia merupakan studi yang mempelajari bagaimana reaksi kimia dapat
menimbulkan tegangan listrik dan tegangan listrik terbalik dapat menyebabkan
reaksi kimia dalam sel elektrokimia. Konversi energi dari bentuk kimia ke bentuk
listrik dan sebaliknya adalah inti dari elektrokimia. Ada dua jenis sel elektrokimia,
yaitu sel galvanik dan elektrolit. Sel galvanik adalah sel yang menghasilkan tenaga
listrik ketika sel mengalami reaksi kimia sedangkan Sel elektrolit adalah sel yang
mengalami reaksi kimia ketika tegangan listrik diterapkan. Elektrolisis dan korosi
adalah contoh dari proses penting seperti yang ada pada elektrokimia. Prinsip-prinsip
dasar elektrokimia didasarkan pada rasio tegangan antara dua zat dan memiliki
kemampuan untuk bereaksi satu sama lain. Semakin lama logam dalam elemen
galvanik yang terpisah dalam seri tegangan elektrokimia, semakin kuat listrik akan
terekstrak. Teori Elektro-kimia dan metode elektrokimia memiliki aplikasi praktis
dalam teknologi dan industri dalam banyak cara. Penemuan dan pemahaman reaksi
elektrokimia telah memberikan kontribusi untuk mengembangkan sel bahan bakar
dan baterai, dan pemahaman logam relatif terhadap satu sama lain dalam elektrolisis
dan korosi.
Alat yang digunakan untuk mempelajari elektrokimia disebut sel elektrokimia. Sel
elektrokimia adalah sistem yang terdiri dari elektroda yang tercelup pada larutan
elektrolit.
Pada gambar di atas, logam Zn akan mengalami oksidasi, sedangkan logam Cu akan
mengalami reduksi. Reaksi kimianya adalah :
Fungsi dari jembatan garam adalah untuk menetralkan kelebihan anion dan kation
pada larutan dan untuk menutup rangkaian sehingga reaksi dapat berlangsung terus-
menerus.
a. Deret Volta :
Li, K, Ba, Ca,Na, Mg, Al, Mn, Zn, Fe, Ni. Sn, Pb, H, Cu, Hg, Ag, Pt, Au
Makin ke kanan, mudah direduksi atau sukar dioksidasi. Makin ke kiri mudah
dioksidasi, makin aktif dan sukar direduksi.
b. Notasi Sel
Contoh : Zn/Zn+2//Cu+2/Cu
Sel ini sering dipakai untuk radio, tape, senter, mainan anak-anak, dll. Katodanya
sebagai terminal positif terdiri atas karbon (dalam bentuk grafit) terlindungi oleh
pasta karbon, MnO2 dan NH4Cl2 . Anodanya adalah lapisan luar yang terbuat dari
seng dan muncul dibagian bawah baterai sebagai terminal negatif.
Reaksi Katoda :
Amonia yang terbentuk pada katoda akan bereaksi dengan Zn2+ yang dihasilkan
pada anoda dan membentuk ion Zn(NH3)42+
2) Sel Aki
ü Katoda : PbO2
ü Anoda : Pb
Pada saat selnya berfungsi, konsentrasi asam sulfat akan berkurang karena ia terlibat
dalam reaksi tersebut. Keuntungan dari baterai jenis ini adalah bahwa ia dapat diisi
ulang (recharge) dengan memberinya tegangan dari sumber luar melalui proses
elektrolisis, dengan reaksi :
Kerugian dari baterai jenis ini adalah, secara bentuk, ia terlalu berat dan lagi ia
mengandung asam sulfat yang dapat saja tercecer ketika dipindah-pindahkan.
Sel bahan bakar adalah suatu sel Galvani dimana selalu tersedia pereaksi yang
dialirkan ke elektroda sehingga sel selalu bekerja secara kontinyu. Sel Bacon terdiri
dari anoda nikel dan katoda nikel. Nikel oksida dengan elektrolit larutan KOH.
Elektroda tersebut berpori dan gas- gas berdifusi sehingga bersentuhan dengan
eletroda.
4) Baterai Ni-Cd
Disebut juga baterai ni-cad yang dapat diisi ulang muatannya dan yang umum
dipakai pada alat-alat elektronik peka. Potensialnya adalah 1,4 Volt.
Anodanya adalah Cd
2. Sel Elektrolisis
Sel elektrolisis adalah arus listrik yang menimbulkan reaksi redoks. Pada sel
elektrolisis, katoda akan tereduksi dan anoda yang akan teroksidasi. Pada katoda,
terdapat 2 kemungkinan zat yang ada, yaitu:
1. Kation (K+)
2. Air (H2O) (bisa ada atau tidak ada tergantung dari apa yang disebutkan,
cairan atau lelehan).
3. Pada anoda, terdapat 3 (tiga) kemungkinan zat yang ada, yaitu :
4. Anion (A-)
5. Air (H2O) (bisa ada atau tidak ada tergantung dari apa yang disebutkan,
cairan atau lelehan)
6. Elektroda. Elektroda ada dua macam, antara lain inert (tidak mudah bereaksi,
seperti Platina (Pt), emas (Aurum/Au), dan karbon (C)) dan tidak inert
(mudah bereaksi, zat lainnya selain Pt, C, dan Au).
Jika kation merupakan logam golongan IA (Li, Na, K, Rb, Cs, Fr), IIA (Be,
Mg, Cr, Sr, Ba, Ra), Al dan Mn.
Jika kationnya berupa H+.
Jika kation berupa logam lain, maka reaksinya (nama logam)x+ + xe →
(nama logam)
Jika anionnya sisa asam oksi (misalnya NO3-, SO42-), maka reaksinya 2 H20 →
4H+ + O2 + 4 e
Jika anionnya berupa halida (F-, Cl-, Br-), maka reaksinya adalah 2 X(halida) → X
(halida)2 + 2 e
Ø Jika elektroda tak inert (selain tiga macam di atas), maka reaksinya Lx+ + xe
Potensial sel adalah Gaya yang dibutuhkan untuk mendorong elektron melalui sirkuit
eksternal.
Elektroda tersusun dari elektroda itu sendiri dan bahan kimia (reagents) yang terlibat.
Sel elektrokimia umumnya tersusun atas dua elektroda. Setiap elektroda disebut
sebagai setengah sel (half cell). Reaksi yang terjadi pada tiap elektroda disebut reaksi
setengah sel atau reaksi elektroda. Berdasarkan jenisnya, elektroda dapat
digolongkan menjadi :
1. Elektroda Logam-ion logam
Yaitu elektroda yang berisi logam yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan
ionnya, contohnya elektroda Cu | Cu2+.
2. Elektroda Amalgam
Amalgam adalah larutan logam dalam Hg cair. Pada elektroda ini, amalgam logam
M akan berada dalam kesetimbangan dengan ionnya (M2+). Logam – logam aktif
seperti Na dan Ca dapat digunakan sebagai elektroda amalgam.
3. Elektroda Redoks
Elektroda ini berisi logam M yang berada dalam kesetimbangan dengan garam
sangat sedikit larutnya Mυ+Xυ- dan larutan yang jenuh dengan Mυ+Xυ- serta
mengandung garam atau asam terlarut dengan anion Xz-.
Contoh : elektroda Ag – AgCl yang terdiri dari logam Ag, padatan AgCl, dan larutan
yang mengandung ion Cl- dari KCl atau HCl.
5. Elektroda Gas
Yaitu elektroda yang berisi gas yang berada dalam kesetimbangan dengan ion-ion
dalam larutan, misalnya elektroda Pt | H2(g) | H+(aq).
Yaitu elektroda yang berisi unsure selain logam dan gas, misalnya elektroda Brom
(Pt | Br2(l) | Br-(aq)) dan yodium (Pt | I2(s) | I-(aq)).
7. Elektroda Membran
Bila elektroda pengukur mempunyai nilai lebih besar dari elektroda hidrogen
(bernilai positif), maka elektroda tersebut mempunyai kecenderungan untuk
tereduksi (bersifat oksidator). Sedangkan bila elektroda pengukur mempunyai nilai
lebih kecil dari elektroda hidrogen (bernilai negatif), maka elektroda tersebut
mempunyai kecenderungan untuk teroksidasi (bersifat reduktor). Karena reaksi
setengah sel pada elektroda ditulis dalam bentuk reduksi, maka nilai potensial
elektroda standar juga dapat disebut potensial reduksi standar.
Potensial sel tergantung pada suhu, konsentrasi ion dan tekanan parsial gas dalam
sel; Potensial sel standar E0 sel : potensial pada 250C, konsentrasi ion 1 M dan
tekanan parsial 1 atm.
Xn+ n+
Kanan dan kiri disini hanya berhubungan dengan notasi sel, tidak berhubungan
dengan susunan fisik sel tersebut di laboratorium. Jadi yang diukur di laboratorium
dengan potensiometer adalah emf dari sel sebagai volta atau sel galvani, dengan emf
> 0.
Contoh:
Diketahui data:
Tentukan:
a. Persamaan kimia
b. Notasi sel
c. E0 sel
Pembahasan :
a. Persamaan elektrokimia
b. Notasi sel
Oksidasi
Pb2+ 3+
c. E0 sel
= - 0,34 – (- 0,76)
= + 0,44 volt
Jika potensial elektroda berharga positif, artinya elektroda tersebut lebih mudah
mengalami reduksi daripada H+, dan jika potensial elektroda berharga negatif
artinya elektroda tersebut lebih sulit untuk mengalami reduksi dibandingkan denga
H+.
Jadi, potensial elektroda berharga positif, berarti elektroda tersebut lebih mudah
mengalami reduksi daripada H+.
Setiap reaksi kimia dapat dituliskan sebgaai kombinasi dari dua buah reaksi setengah
sel sehingga potensial sel dapat diasosiasikan dengannya. Nilai ∆ ditentukan oleh
relasi nFԑ = -∆G. kondisi kesetimbangan untuk setiap reaksi kimia adalah ∆G0 = -nF
0, kita dapat menulis :
RT ln K = nF 0,
ln K =
karna,
sehingga,
a. a.Untuk reaksi setengah sell yang pertama ( yang di sebelah kanan elektroda)
pilihlah spesies teroksidasi yang muncul pada sisi reaktan dari reaksi sell dan
tuliskan kesetimbangan dengan spesies tereduksi yang sesuai.
b. b.Untuk reaksi setengah sell yang kedua (elektroda sebelah kiri) pilih spesies
teroksidasi yang muncul di sisi produk dari reaksi sell dan tulis kesetimbangan
dengan spesies tereduksi yang sesuai.
Tulis kedua reaksi setengah sell dengan electron pada sisi reaktan.
Langkah 2 Setimbangkan reaksi setengah sell dengan jumlah electron yang sama,n,
pada masing masingnya.
Langkah 3 Jika reaksi setengah sell kedua dikurangkan dari yang pertama, seluruh
reaksi sell diselesaikan ; periksalah untuk meyakinkannya. Kurangkan potensial
elektroda dengan cara yang sama (pertama minus kedua) untuk memperoleh
potensial standar sell, eo.
Contoh soal :
Penyelesaian :
Reaksi setengah ini (pilih spesi teroksidasi, MnO4-, pada sisi reaktan untuk reaksi
setengah sell)
Kalikan koefisien reaksi pertama dengan 2, juga reaksi kedua dengan 5, kita
peroleh :
eo = 1,51 V – (-0,49V) = 2 V
karena n = 10,
atau K = 10338
Hubungan antara energi bebas Gibbs dan potensial sel arus nol( E ) dapat diturunkan
dengan memperhatikan perubahan G pada saat reaksi sel bertambah dengan kuantitas
yang sangat kecil dξ pada beberapa kompoesisi. Maka G pada P,T tetap dan
kompoesisitertentu akan berubah besar.
Karena kerja maksimum yang dapat dilakukan reaksi itu ketika reaksi berlangsung
sebesar d ζ pada temperatur dan tekanan tetap adalah
d We = ∆G0 . d ζ ....................................................................................(3)
yang harga nya sangat kecil dan komposisi sistem sebenarnya adalah tetap ketika
reaksi ini berlangsung. Sehingga nkerja yang dilakukan untuk muatan yang sangat
kecil –zF. d ζ yang bergerak dari anoda ke katoda dengan beda potensial tertentu
akan berharga
d We = - n F d ζ. E ....................................................................................(4)
atau E0= - ) , adalah jumlah elekrton yang terlibat dalam setengah reaksi.
Sehingga,
Berdasarkan harga energi bebas gibbs ∆G, dapat diramalkan berlangsung tidaknya
suatu sel elektrokimia. Suatu reaksi sel akan berlangsung spontan bila ∆G< 0 atau
harga E > 0.
Contoh :
Gunakan potensial elektroda standar untuk menghitung ∆G0 pada 250C dalam reaksi
:
Zn(s) + 2Ag+aq → Zn2+(aq) + 2Ag(s)
Penyelesaian :
Setiap setengah reaksi melibatkan dua elektron, maka n = 2. Nilai potensial sel, E0 =
+1,56 V dan tetapan Faraday, F adalah 9,65 x 104 C. Dengan demikian.
∆G0 = -n.F.Esel
= -3,01 x 105 J
Jadi, perubahan energi bebas standar adalah -3,01 x 105 J atau sama dengan 301 kJ.
E. Persamaan Nerst
Zn + CuSO4 → ZnSO4 + Cu
Reaksi yang sebenarnya adalah antara ion zink dengan tembaga yaitu :
Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu
Tiap atom zink kehilangan dua elektron dan tiap ion tembaga memperoleh dua
elektron untuk menjadi sebuah atom tembaga.
Sel yang mencapai kesetimbangan kimia dapat melakukan kerja listrik ketika reaksi
di dalamnya menggerakkan elektron-elektron melalui sirkuit luar. Kerja yang dapat
dipenuhi oleh transfer elektron tertentu bergantung pada beda potensial antara kedua
elektron. Perbedaan potensial ini disebut potensial sel dan diukur dalam volt (V).
Jika potensial sel besar maka sejumlah elektron tertentu yang berjalan antara kedua
elekroda dapat melakukan kerja listrik yang besar. Sebaliknya, jika potensial sel
kecil maka elektron dalam jumlah yang sama hanya dapat melakukan sedikit kerja.
Sel yang reaksinya ada dalam kesetimbangan tidak dapat melakukan kerja dan sel
demikian memiliki potensial sel sebesar nol. Pada sel konsentrasi digunakan dua
electrode yang sama namun konsentrasi larutannya yang berbeda. Electrode dalam
larutan pekat merupakan katode (tempat terjadinya reaksi reduksi) sedangkan
electrode dalam larutan encer merupakan anode (tempat terjadinya reaksi oksidasi).
Arus listrik yang terjadi pada sel volta disebabkan elektron mengalir dari elektroda
negatif ke elektroda positif. Hal ini disebabkan karena perbedaan potensial antara
kedua elektroda. Andaikan kita mengukur perbedaan potensial (ΔV ) antara dua
elektroda dengan menggunakan potensiometer ketika arus listrik yang dihasilkan
mengalir sampai habis. Maka akan diperoleh nilai limit atau perbedaan potensial saat
arus listriknya nol yang disebut sebagai potensial sel ( E0sel )
Perbedaan potensial yang diamati bervariasi dengan jenis bahan elektroda dan
konsentrasi serta temperatur larutan elektrolit. Sebagai contoh untuk sel daniell, bila
diukur dengan potensiometer beda potensial pada suhu 250C saat konsentrasi ion Zn
2+ dan Cu2+ sama adalah 1,10V. Bila elektroda Cu/Cu2+ dalam sel daniell diganti
dengan elektroda Ag/Ag+ potensial sel adalah 1,56V. Jadi dengan berbagai
kombinasi elektroda dapat menghasilkan nilai potensial sel yang sangat bervariasi.
Jadi alat potensiometer digunakan untuk mengukur perbedaan potensial antara dua
elektroda sedangkan untuk mengukur nilai potensial mutlak untuk suatu elektroda
tidak bisa dilakukan.
Oleh karena itu, diperlukan suatu elektroda yang dipakai sebagai standar atau
pembanding dengan elektroda-elektroda yang lainny. Dan telah ditentukan yang
digunakan sebagai elektroda standar adalah elektroda hidrogen. Elektroda hidrogen
terdiri dari gas H2 dengan tekanan 1 atm yang dialirkan melalui sekeping logam
platina ( Pt ) yang dilapisi serbuk Pt harus pada suhu 250C dalam larutan asam
( H+ ) 1M. Berdasarkan perjanjian elektroda hidrogen diberi nilai potensial 0,00Volt.
Potensial sel yang terdiri atas pasangan elektroda hidrogen / standar ( H/H+ ) dan
elektroda Zn/Zn2+ adalah -0,76V. Bila elektroda Zn/Zn2+ diganti dengan Cu/Cu2+
maka besar potensialnya selnya menjadi +0,34V.
Semakin sukar untuk direduksi berarti semakin mudah untuk dioksidasi dan
sebaliknya semakin mudah direduksi berarti semakin sukar dioksidasi. Karena besar
potensial oksidasi ( E0oks ) berlawanan dengan potensial reduksi ( E0red )
Yang mempunyai harga potensial reduksi ( E0red ) lebih kecil akan di oksidasi dan
yang potensial reduksi ( E0red ) lebih besar akan direduksi .
Nilai E0red yang lebih kecil akan dioksidasi dan yang lebih besar akan direduksi.
Maka Zn akan dioksidasi dan Cu akan direduksi.
E0oks Zn = +0,76V
E0red Cu = +0,34V
Nilai potensial sel ( E0sel ) yang positif menunjukkan bahwa reaksi tersebut dapat
berlangsung secara spontan.
Nilai potensial sel ( E0sel ) nya negatif menunjukkan bahwa dalam keadaan normal
tidak akan terjadi reaksi. Reaksi dapat terjadi bila ada suplai elektron dari luar/dialiri
listrik yang akan dibahas pada elektrolisis
Setengah reaksi reduksi ( pada katoda ) E0red ( volt )
Li+(aq) + e- Li(s) -3,04
K+(aq) + e- K(s) -2,92
Ca2+(aq) + 2e- Ca(s) -2,76
Na+(aq) + e- Na(s) -2,71
Mg2+(aq) + 2e- Mg(s) -2,38
Al3+(aq) +3e- Al(s) -1,66
Zn2+(aq) + 2e- Zn(s) -0,76
Cr3+(aq) + 3e- Cr(s) -0,74
Fe2+(aq) + 2e- Fe (s) -0,41
Cd2+(aq) + 2e- Cd (s) -0,40
Ni2+(aq) + 2e- Ni (s) -0,23
Sn2+(aq) + 2e- Sn (s) -0,14
Pb2+(aq) + 2e- Pb (s) -0,13
Fe3+(aq) + 3e- Fe (s) -0,04
2H+(aq) + 2e- H2 (g) 0,00
Sn4+(aq) + 2e- Sn2+ (aq) 0,15
Cu2+(aq) + e- Cu2+ (aq) 0,16
ClO4-(aq) + H2O(l) + 2e- ClO3-(aq) + 2OH-(aq) 0,17
AgCl(s) + e- Ag(s) + Cl-(aq) 0,22
Cu2+(aq) + 2e- Cu(s) 0,34
ClO3-(aq) + H2O(l) + 2e- ClO2-(aq) + 2OH-(aq) 0,35
IO-(aq) + H2O(l) +2e- I-(aq) + 2OH-(aq) 0,49
Cu+(aq) + e- Cu (s) 0,52
I 2 (s) + 2e- 2I- (aq) 0,54
ClO2-(aq) + H2O(l) + 2e- ClO-(aq) + 2OH-(aq) 0,59
Fe3+(aq) + 2e- Fe2+(aq) 0,77
Hg22+(aq) + 2e- 2Hg(l) 0,80
Ag+(aq) + e- Ag (s) 0,80
Hg2+(aq) + 2e- Hg(l) 0,85
ClO-(aq) + H2O(l) + 2e- → Cl-(aq) + 2OH-(aq) 0,90
2Hg2+(aq) + 2e- → Hg22+(aq) 0,90
NO3-(aq) + 4H+(aq) + 3e- → NO(g) + 2H2O(l) 0,96
Br2(l) + 2e- → 2Br-(aq) 1,07
O2(g) + 4H+(aq) + 4e- → 2H2O(l) 1,23
Cr2O72-(aq) + 14H+(aq) + 6e- → 2Cr3+(aq) + 7H2O(l) 1,33
Cl2(g) + 2e- → 2Cl-(aq) 1,36
Ce4+(aq) + e- → Ce3+(aq) 1,44
MnO4-(aq) + 8H+(aq) + 5e- → Mn2+(aq) + 4H2O(l) 1.49
H2O2(aq) + 2H+(aq) + 2e- → 2H2O(l) 1.78
Co3+(aq) + e- → Co2+(aq) 1.82
S2O82-(aq) + 2e- → 2SO42-(aq) 2.01
O3(g) + 2H+(aq) + 2e- → O2(g) + H2O(l) 2.07
F2(g) + 2e- → 2F-(aq) 2.87
Deret volta:
K-Ba-Sr-Ca-Na-Mg-Al-Zn-Cr-Fe-Ni-Sn-Pb-H-Cu-Hg-Ag-Pt-Au
Semakin ke kanan semakin mudah direduksi yang berarti semakin mudah menerima
elektron dan merupakan oksidator (penyebab zat lain mengalami oksidasi).
Semakin ke kiri semakin mudah dioksidasi yang berarti semakin mudah melepas
elektron dan merupakan reduktor (penyebab zat lain mengalami reduksi).
Logam di sebelah kiri dapat bereaksi dengan ion logam di sebelah kanannya :
Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu
Logam di sebelah kanan tidak dapat bereaksi dengan ion logam di sebelah
kirinya :
Cu + Zn2+ → tidak bereaksi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Adapun saran yang dapat kami ajukan adalah alangkah lebih baiknya makalah ini
mendapat kritik yang membangun agar dalam penyusunannya dapat lebih sempurna
lagi. Dan alangkah baiknya jika isi dari makalah ini dapat dikoreksi oleh dosen
pengajar agar tidak terjadi kesalahfahaman dalam memahami materi tentang
Elektrokimia ini.
DAFTAR PUSTAKA