Anda di halaman 1dari 6

Hukum Harta Perkawinan.

Selasa, 22/10/2019

Akibat perkawinan

1. Antara suami istri (pasal 103 s.d 118 KUHPerdata, pasal


2. Antara

Tempat pengaturan dan sifat hukum harta perkawinan

1. Menurut KUHPerdata
a. Pasal 119-198
b. Bab VI dan IX Buku I tentanf Orang
c. Bersifat sebagai hukum pelengkap
2. Menurut UUP
a. Pasal 29, 35, s.d 37
b. Bersifat sebagai hukum pelengkap (tersimpul dari pasal 25 ayat 1 dan 2
c. Kalau ketentuan sudah diatur dalam UUP maka di KUHperdata sudah tidak berlaku lagi.

Terbentuknya HHP dan Macamnya.

Terbentuknya hukum harta perkawinan ; kalau tidak ada perjanjian perkawinan, kalau menurut
KUHPerdata meliputi harta yang dibawa ke dalam perkawinan dan apa yang diperoleh selama
perkawinan, yang meliputi hutang maupun piutang. Dikenal dengan Persatuan secara bulat. Kalau ada
hibah dari orang lain (orang tua), maka dihitung sebagai harta pribadi, tidak bagian harta bersama.

Kalau tidak ada peranjian perkawinan, kalau menurut UUP meliputi harta istri, harta suami (harta yang
sudah dimiliki sebelum perkawinan), harta ini tidak termasuk harta bersama, melainkan harta pribadi
milik masing-masing. Dan juga harta bersama yang diperoleh selama perkawinan. Kalau bercerai maka
harta yang dibagi adalah harta bersama, sedangkan harta milik pribadi jadi miliki masing2.

Kalau diperjanjikan perkawinannya, menurut BW bisa secara diperjanjikan secara Ekstrem (sama sekali
tidak ada persatuan, jadi sebelum dan selama perkawinan tidak ada pencampuran harta). Kalau yang
tidak ekstrem menurut BW, Persatuan untung dan rugi, persatuan hasil dan rugi, persatuan hasil dan
pendapatan, kesepakatan suami dan istri.

Kalau menurut UUP tergantung perjanjian dari suami dan istri.

- Persatuan secara bulat


a. KUHPerdata
1. Diatur dalam pasal 119 – 138 KUHperdata. Kalau dua orang menikah satu sama lain, tidak
ada perjanjian sebelum perkawinan, berlaku secara otomatis kesatuan harta (Pasal 119).
Makna persatuan secara bulan ini bersifat tetap (Tidak mungkin dirubah), akan tetapi masih
dimungkin ada harta pribadi seperti hibah, dll yang oleh pemerinya dilarang memasukkan
dalam harta perkawinan.
2. Persatuan secara bulat tidak dapatdirubah selama perkawinan
3. Persatuan secara bulat meliputi aktiva (pasal 120) dan pasiva (pasal 121). Jadi menurut
persatuan secara bulat menurut pasal 120 harta perkawinan ini meliputi harta suami istri
yang dibawa kedalam perkawinan (dikenal dengan istilah harta asal) baik benda bergerak
dan tidak bergerak serta harta yang sudah ada dan yang akan ada. Pasal 121 yaitu hutang
suami istri baik sebelum maupun sepanjang perkawinan.
b. Hutang persatuan
1. Hutang suami/istri selama perkawinan untuk rumah tangga dan menjadi beban harta
persatuan.
2. Pembayaran hutan persatuan ;
o Dengan harta persatuan, jika tidak cukup dibayar oleh harta si pribadi pembuat hutang
(jika perkawinan masih berlangsung)
o Jika perkawinan sudah tidak (bercerai) maka dibayarkan oleh suami, karena dia nahkoda
dalam rumah tangga.

Contoh soal

Pada tahun 1980, seorang laki-laki bernama A menikah dengan B. pada saat pernikahan itu A membawa
harta kedalam perkawinan berupa rumah yang ditaksir dengan harga 100 juta, dan mobil kijang seharga
80 juta, dan 100 lembar saham yang per sahamnya 100 ribu, sedangkan B mempunyai sebuah rumah
senilai 90 juta, pada saat menikah B diberi perhiasan senilai 50 juta oleh Ibunya. Tahun 1981 paman A
meninggal dunia dengan meninggalkan warisan untuk A uang sejumlah 50 juta. Pada tahun 1983 B
menerima hibah dari kakeknya sebuah rumah senilai 100 juta. Pada tahun yang sama A dan B membeli
mobil seharga 150 juta dan villa seharga 350 juta. Tahun 1994 gunung merapi meletus dan villa rusak
yang memerlukan perbaikan, namun tidak punya uang tunai mereka mengambil kredit di BRI 50 juta
untuk renovasi villa tersebut. Pada tahun 1996 A dirawat dirumah sakit dan biaya perawatan seluruhnya
40 juta. Setelah A sehat, mereka sering cekcok dan mereka bercerai. Pada saat bercerai, mereka
memiliki tabungan 70 juta. Hitung menurut BW (Persatuan secara bulat)

Jawab :

Harta sebelum perkawinan

A = 100 juta (rumah) + 80 juta (Mobil K) + 10 juta (saham)

B = 90 juta (rumah)

Total = 280 Juta

Hibah (koreksi hibah ini dihitung sebagai harta bersama, akan tetapi jika si pemberi hibah melarang
untuk dimasukkan ke harta bersama, maka hibah dihitung harta pribadi).

A = 50 juta (warisan paman)

B = 100 juta (rumah dari kakek) + 50 juta (perhiasan ibu)

Harta setelah perkawinan

A+B = 150 juta (mobil) + 350 juta (villa) + 70 juta (tabungan)  570 juta

Hutang setelah perkawinan

A+B = 50 juta (BRI) + 40 juta (sakit)

Total = 90 Juta
Harta sebelum + selama nikah + hibah = 280 juta + 570 juta + 200 juta => 1050 Juta

Hutang = 90 juta

Sisa harta = 960 juta dibagi 2 = 480 juta

Selasa 29 oktober 2019

Akibat bubarnya persatuan

- Terjadi pembagian harta antara suami istri (suami ½ istri ½)


- Bila bubarnya persatuan karena kematian, maka berlaku ketentuan waris

Perjanjian Kawin

BW ;

1. Bab VII pasal 139 – 165 BW


2. Bentuk ; akta notaris dan didaftarkan ke paniteraan PN (Pasal 147 ayat 1)
3. Diadakan sebelum perkawinan berlangsung
4. Mulai berlaku bagi suami istri sejak perkawinan dilangsungkan; bagi pihak ketiga sejak
dibukukan dalam register kepantiteraan
5. Hanya meliputi harta kekayaan saja
6. Tidak dapat diubah sepanjang perkawinan

UUP ;

1. BAB V Pasal 29 UUP


2. Tertulis, tidak harus notarial, disahkan pegawai pencatat perkawinan
3. Sebelum atau pada saat perkawinan dilangsungkan (Pasal 29 UUP)
4. Mulai berlaku : sejak perkawinan berlangsung
5. Isi : bebas, semual hal kecuali taglik talaq
6. Dapat diubah atau dibatalkan atas persetujuan S/I dengan syarat dan tidak merugikan pihak
ketiga yang berhubungan dengan S/I yang ada kaitannya dengan harta kekayaan.

Diperjanjikan

1. Secara ekstrem (sama sekali tidak ada harta persatuan)


2. Tidak ekstrem (terjadi persatuan harta kekayaan secara terbatas;
o Persatuan terbatas untung dan rugi
o Persatuan terbatas hasil dan pendapatan.

Persatuan terbatas untung dan rugi

1. Keuntungan
o Bertambahnya harta sepanjang perkawinan (pasal 157 KUHPerdata) ; hasil dari harta
pribadi S/I ; deviden dari saham
o Hasil dari usaha dan kerajinan S/I ; gaji
o Tabungan pendapatan yang tidak dihabiskan
2. Milik pribadi dalam persatuan terbatas untung rugi
a. Barang2 yang dibawa sebelum perkawinan
b. Warisan
c. Hibath/wasiat
d. Naik turunnya harta milik pribadi (ps 160)
e. Perbaikan dan kerusakan dari milik pribadi karena kerusakan alam atau sebab lain (ps
161, 162)
3. Kerugian
a. Tiap tiap berkurangnya harta kekayaan karena pengeluaran yang melebihi pendapatan.
Contoh mesin fotocopy yang rusak karena pemakaian, ditanggung oleh harta persatuan.
Tapi kalau ada banjir (bencana alam) kena mesin maka ditanggung pemilik.
b. Bukan kerugian adlaah ; kerusakan harta pribadi karena bencana (ditanggung harta
pribadi, tetapi karena
4. Jika persatuan berkahir
a. Sebelum pembagian

Dalam persatuan terbatas untung dan rugi dikenal 2 jenis hak, yaitu;

1. Hak Reprise
Hak dari suami atau istri untuk mengambil pengambalian harga dari harta persatuan karena ia
telah menjual harta pribadinya untuk kepentingan persatuan.
2. Hak recompense
Hak suami atau istri untuk menerima bagian harta persatuan yang telah digunakan pasangannya
untuk kepentingan pribadi

Hukum Waris KUHPerdata

A. Pewarisan menurut UU (ab-intestato = pewarisan tanpa testamen/surat wasiat) buku II title XII
o Karena tanpa testamen, maka masing2 ahli waris sudah diatur oleh UU
o Hukum waris ab intestate = hukum waris menurut UU/Hukum waris karena kematian
B. Pewarisan menurut testamenter, diatur dalam buku II title XIII
o Berdasarkan wasiat/testamen
o Timbul karean keinginan terakhir Pewaris yang dituangkan dalam surat wasiat.

Tiga pokok pikiran definisi A.Pitlo

1. Mengatur peralihan hak dan kewajiban dari pewaris kepada ahli warisnya
2. Mengatur hubungan antara sesama ahli waris
3. Mengatur hubungan antara ahli waris dengan pihak ketiga

Mengapa hukum waris diatur dalam buku II KUHPER?

- Hak waris termasuk hak kebendaan


- Pewarisan merupakan salah satu cara memperoleh hak milik
 Pewarisan adalah peristiwa berpindahnya hak dan kewajiban dari orang yang meninggal dunia
kepada orang yang masih hidup yang merupakan ahli warisnya.
 Ada 3 unsur pewarisan
1. Pewaris, yaitu orang yang meninggal dunia yang meninggalkan harta, syaratnya;
 Pewaris harus sudah meninggal dunia
2. Ahli waris, yaitu orang yang masih hidup
 Calon AW harus sudah ada dan masih ada pada saat pewaris meninggal dunia
(836 Kuhper), dengan perluasan mengingat pasal 2 Kuhper.
 Calon AW harus mempunyai hak atas harta peninggalan pewaris. Hak muncul
karena hubungan darah (sah / tidak sah luar kawin), hubungan perkawinan, dan
adanya testamen (Surat wasiat)
 Calon AW bukan orang yang ; a. dinyatakan tidak patut untuk mewaris (untuk
AW ab intestato) baca pasal 838. Tidak cakap mewaris (untuk AW Testamenter)
baca pasal 912. Tidak menolak warisan
3. Harta waris, yang meilputi aktiva dan pasiva. Harta bersumber / hak dan kewajiban yang
bersumber dari hukum benda dan perikatan
- Hak-hak ahli waris
1. Hak saisine, adalah hak yang dimiliki oleh ahli waris yang didapatkan secara otomatis
(dengan sendirinya) memperoleh hak milik atas segala barang, segala hak dan segala
piutang serta utang pewaris.
2. Hak hereditatis petition, adalah hak yang dimiliki ahli waris untuk mengajukan gugatan agar
harta yang dikuasi oleh orang lain untuk dikembalikan kedalam boedel warisan.
o Gugatan ditujukan kepada orang yang menguasai harta peninggalan dengan maksud
untuk memilikinya. Yaitu sesame ahli waris, orang yang tanpa hak menguasai benda2
warisan, pihak2 yang secara licik menyebabkan hilangnya kekuasaan AW terhadap
benda yang sebenarnya bagian dari harta waris
3. Hak untuk menuntut pembagian warisan

 Hukum waris ab-intestato


- Dari ketentuan pasal 832 ayat 1 kuhperdata, untuk menjadi AW harus ada; hubungan darah
dengan pewaris (baik sah maupun luar kawin)
- Hubungan suami istri
 Golongan ahli waris ; “de naaste in het bloed, erft het goed” artinya siapa yang terdekat
hubungan darahnya, maka dia yang mewaris barang2nya. Kemudian ada perderajatan.

A. Ahli waris Gol. 1 ; suami/istri yang hidup terlama, anak2, dan cucu tanpa batas kebawah (namun
cucu tertutup karena adanya anak, kecuali jika anak mati baru bisa digantikan)
B. Ahli waris gol 2 ; orang tua, saudara2, serta keturunan saudara2 sampai derajat keenam. Namun
baru dapat mewaris jika AW golongan 1 tidak ada.
C. Ahli waris gol 3 ; jika tidak ada golongan 1 dan 2, maka baru bisa goll 3. Yaitu kakek dan nenek
sampai 3 derajat keatas
D. Ahli waris gol 4 ; paman, bibi dari garis ayah maupun ibu, baru dapat jika golongan 1,2,3 tidak
ada.

Pewarisan Golongan II

- Pasal 854 KUHPerdata, mengatur pewarisan gol II dalam hal kedua orang tua masih hidup
sehingga AW terdiri dari ayah dan ibu beserta saudara-saudara. (mana kala kedua org tua
masih hidup)
o Kalau Pewaris meninggal dunia, meninggalkan ayah, ibu dan 1 orang saudara kandung,
maka ibu dan bapak dapat 1/3, dan sisanya untuk saudara.
o Kalau lebih dari 1 saudara yang ditinggalkan, maka ayah dan ibu cuma dapat ¼.
o Rumusnya (normanya) ayah ibu dapat ½ sedangkan saudara dapat ½ dibagi jumlah
saudara yang jumlahnya lebih dari 1 (2,3,4,5….~).
- Pasal 855 KUHPerdata, mengatur pewarisan gol II dalam hal hanya salah satu dari org tua yang
masih hidup, sehingga AW bisa ayah dan saudara atau ibu dan saudara. (mana kala kedua org
tua masih hidup)
o Kalau AW meninggal dunia, meninggalkan ayah atau ibu, dan memiliki 1 (satu) orang
saudara, maka masing2 dapat ½
o Kalau memiliki 2 orang saudara, maka ayah atau ibu dapat 1/3 dan sisanya dua orang
saudara dapat 1/3 juga
o Jika memiliki lebih dari 2 orang saudara, maka ayah dapat ¼, saudaranya yang lebih dari
2 orang, maka dapat ¾ yang dibagi sama rata.
- Pasal 856 KUHPerdata, mengatur pewarisan gol II dalam hal kedua ortu sudah meninggal,
sehingga AW hanya terdiri dari saudara saja.
o Saudara kandung mendapatkan bagian sama banyak.
- Pasal 857 KUHPerdata, mengatur pewarisan gol II dalam hal terdapat saudara seayah dan/atau
seibu
o Normanya dibagi 2. Jadi ½ untuk saudara seayah, ½ untuk saudara seibu.
o Jadi apabila dalam pewarisan terdapat saudara kandung dan saudara seibu/seayah,
maka saudara kandung juga berhak terhadap bagian sama banyak terhadap harta
saudara seibu/seayah.

Pewarisan Golongan III

- Cloving (pembelahan/dibagi sama banyak). Merupakan kakek-nenek keatas. Tidak dikenal


pergantian tempat.
- jadi apabila tidak ada kakek namun ada nenek, maka tidak bisa dialihkan ke kakek atau nenek
buyut.

Anda mungkin juga menyukai