Anda di halaman 1dari 9

Shale problem

 Jenis-jenis shale problem


 Pressure shale
- Jenis shale problem ini biasanya memiliki tekanan lapisan shale yang relative tinggi
karena terbentuk dari proses kompaksi batuan.
 Proses terbentuk kompaksi batuan yg mengedap diatasny membuat
cairan-cairan yg berada didalam shale itu keluar dan masuk kedalam
batuan yg porous dan permeable
 Akibatnya cairan terperankap dan tertekan didalam pasir maka tekananny
dapat menjadi relative tinggi bahkan sama Tekanan overburden batuan
diatasnya
- Bila dibor pada batuan tersebut bisa terjadi lumpur lebih kecil daripada Tekanan
formasi.
- Karena perbedaan Tekanan ini dapat mengakibatkan runtuhnya dinding lubang bor pd
waktu pemboran sedang berlansung.
 Mud making shale (swelling)
 Jenis shale yang sangat sentitif terhadap air
 Dapat menghisap (hidrasi) bila kontak dgn (air tawar lumpur).
 karena batuan ini mempunyai mineral clay natrium montmorillonit
 bila air tawar lumpur kontak dengan batuan ini, ikatan antar partikel dalam
batuan menjadi lunak
 akibatnya dinding lubang bor runtuh shg menimbulkan masalah.
 Stress shale (slouging)
 Jenis shale problem yang tidak banyak berhidrasi / bereaksi dengan air
 Karena batuan bersifat fisik dan mudah atau gampang runtuh
 Shale problem ini akan semakin besar bila terdapat pada
- lapisan miring
- dan ditambah lagi bila menjadi basah oleh air

 Kecenderungan lapisan shale


Untuk runtuh tergantung pada beberapa faktor, antara lain :
o Kadar clay
 Kadar clay dalam lapisan shale cukup tinggi (clay mudah mengembang bila kena air
tapisan).
o Kemiringan lapisan shale,
 semakin besar kemiringan maka kecenderungan untuk runtuh semakin besar
o Tekanan kompaksi shale,
 Dimana tekanan kompaksi shale lebih besar daripada tekanan hidrostatik lumpur
pemboran
o Pola aliran turbulen di annulus
 dapat membantu mengerosi lapisan shale
o dll

 Sebab-sebab shale problem (caving)


Penyebab masalah ini terjadi karena segi lumpur dan segi drilling practise atau mekanis yang
tidak benar :
 Erosi
- karena kecepatan lumpur di annulus yang terlalu tinggi, berhubungan dengan tingkat
turbulensi di annulus dan viscositas lumpur.
- Kebanyakan program hidrolika dirancang untuk memungkinkan terjadinya aliran
laminer di annulus.
 Gesekan pipa bor terhadap dinding lubang bor
 Adanya penekenan (pressure surge) dan penyedotan (swabbing) yang terlalu cepat pada
waktu cabut dan masuk (tripping)
 Adanya Tekanan dari dalam formasi
- Biasanya terjadi pada lapisan shale yang tinggi akibat proses kompaksi (overburden
pressure) dari batuan di atas
- Bila dibor bisa PH lebih kecil dari Tekanan formasi itu
 Adanya air filtrate (lumpur) yang masuk ke dalam formasi
- Biasanya terjadi pada batuan shale (jenis mud making shale)
- Batuan yang sgt sensitif terhadap air (lumpur)
 Karena mempunyai mineral clay natrium montmorillonite
 Bila bertemu air tawar (lumpur) membuat ikatan antara partikel dalam batuan
menjadi lunak akibatnya batuan runtuh

 Karena runtuhan atau longsornya shale ini


o Maka akibatnya dapat menimbulkan masalah lain:
 Lubang bor membesar
 Masalah pembersihan lubang bor
 Pipa terjepit
 Biaya lumpur bertambah

 Gejala-gejala terjadinya shale problem


 Tekanan pompa naik
 Torsi bertambah besar
 Ada banyak endapan serbuk bor di dalam lubang bor
 Terjadi perubahan sifat-sifat lumpur, antara lain : berat lumpur bertambah, viscositas
lumpur naik, dan bertambahnya air tapisan.
 Terjadi gumpalan pada pahat (bit balling)

 Tindakan pencegahan terhadap shale problem

- Pada Penggunaan Water based mud perlu diperlukan:


 Berat lumpur cukup, mungkin ba bahkan ditambah
Agar untuk menahan Tekanan formasi.
 Air filtrasi serenda mugking, dengan menambah thinner
 pH lumpur (8,5-9,5)
 Lumpur potassium chloride polymer juga telah terbukti berhasil mencegah terjadinya
sloughing shale. Lumpur jenis ini mengurangi swelling serpih yang diakibatkan
penggantian ion sodium, Na+ (dengan kation exchange) oleh ion potassium (K+) yang
memungkinkan lembaran-lembaran lempung menjadi terikat lebih kuat. Dispersi juga
dikurangi sebagai akibat diperbaikinya tepian serpih yang rusak oleh polymer.

- Penggunaan oil based mud telah terbukti berhasil mengurangi terjadinya sloughing shale.
Keberhasilan ini berdasarkan fakta bahwa fasa minyak memberikan adanya membran di
sekitar lubang yang mencegah adanya kontak antara air dan serpih.

- Jenis lumpur lain yang terbukti berhasil untuk mengurangi masalah ini diantara lain adalah :
 lime-mud,
 gyp-mud,
 calcium choride dan silicate mud,
 surfactant mud,
 polymer mud,
 lignosulphonate mud
 dll

Tindakan pencegahan lain:


- Kecepatan fluida yang tinggi di annulus harus dihindari untuk mengurangi terjadinya erosi
lubang dan sloughing shale secara mekanis.
- Mengurangi kemungkinan gesekan pipa bor pada dinding lubang bor, dengan menambah
tegangan pipa bor atau mengurangi beban pada pahat
- Sudut kemiringan lubang harus dikurangi (diusahakan lurus)
- Menghindari swabbing atau pressure surge pada waktu cabut & masuk pahat untuk
menghindari terjadinya rekahan pada bagian lubang terbuka.
-
CATATAN : sloughing shale dinisi terjadi setelah swelling shale. Maksudnya absorbsi air oleh fraksi clay
pada shale dapat mengakibatkan swelling sehingga terjadi sloughing yang dapat menyumbat annulus
dan menyebabkan mechanical sticking.
Pipa terjepit
Yaitu suatu keadaan dimana sebagian (drill-collar) terjepit di dalam suatu lubang bor.
Differential pipe sticking
Mechanical pipe sticking

Differential pipe sticking


 Terjadi karena adanya perbedaan Tekanan antara pH lumpur pemboran dgn pF yg terlalu besar
pada formasi yang permeable.
(Ph>Pf)

 PH lumpur medorong rangkaian pipa ke salah satu sisi dari dinding lubang. Pada formasi yang
permeable, filtrat lumpur akan masuk kedalam dinding lubang dan membentuk mudcake yang
tebal.

 Bila rangkaian pemboran terbenam di dalam mud cake, dan mudcake memegangnya, maka
terjadilah differential sticking.

 Differential pressure sticking ini sering terjadi pada saat lumpur tidak bersikulasi dan saat
rangkaian sedang diam. Bagian rangkaian bor yang terjepit umumnya adalah pada drill collar.

Faktor-faktor penyebab terjadinya DPS karena:


a) Menembus formasi yang mempunyai porous dan permeable, msl: batupasir, limestone,dll.
 Karena Formasi permeable: formasi yg dpt melakukan fluida di dalamnya, shg filtrat
lumpur dapat masuk kedalamnya.
 Tekanan formasi yg rendah

Menembus Formasi gas yg tebal, mls: shale


 Porous no permeable
 Densitas rendah
 Tekanan formasi rendah

b) Lumpur terlalu berat shg Tekanan jauh melebihi Tekanan formasi, dimana semakin besar beda
tekanan tersebut maka akan semakin mempertinggi gaya jepitan.

c) Mud yang tebal dengan filtration loss yg terlalu besar bisa menyebabkan kemungkinan terjadinya
pipa bor terjepit.

Tindakan pencegahan
- Mengontrol berat jenis lumpur
Dengan mengurangi perbedaan antara tekanan hidrostatik lumpur dengan tekanan formasi,
hal ini dapat diminimalisasi dengan mempertahankan densitas lumpur serendah mungkin
dengan tetap memperhatikan faktor keamanan sumur.

- Mengurangi daerah kontak dan ketebalan mud cake yaitu dengan menggunakan oil base
mud yang menghasilkan ketebalan mud cake yang tipis dengan water loss (kehilangan air)
yang rendah,

- Menjaga rangkaian pipa untuk tetap bergerak


Luas daerah kontak berbanding lurus dengan waktu, semakin jarang (sedikit) rangkaian bor
berada dalam keadaan statis (diam) akan mengurangi kemungkinan terjadinya differential
sticking.

Penanggulangan Differential Sticking


Metode-metode yang paling umum digunakan untuk membebaskan pipa terjepit adalah sebagai berikut :
1. Pengurangan tekanan hidrostatik.
2. Supporting Fluid
3. Operasi back off

Pengurangan Tekanan Hidrostatik


 Cara yang umum digunakan untuk mengurangi tekanan hidrostatik lumpur adalah metode pipa U
(U – tube). Rangkaian pipa bor dan annulus antara rangkaian dan formasi dianggap sebagai pipa
U, dengan pahat sebagai penghubung (limb).

 Kondisi tekanan formasi yang sudah diketahui overbalance pressure (Hs – Pf) dapat dikurangi
secara bertahap hingga mencapai tingkat yang aman dan akan tetapi tekanan hidrostatik lumpur
harus selalu lebih besar dari tekanan formasi.

 Tekanan hidrostatik yang dapat dikurangi dengan cara mempompakan lumpur baru dengan
densitas yang lebih rendah, atau dengan memompakan sejumlah kecil fluida yang mempunyai
specivic gravity (SG) rendah.

 Jika tekanan formasi belum diketahui, biasanya dilakukan pengurangan tekanan hidrostatik dalam
jumlah yang kecil, dengan teknik pipa U sampai pipa yang terjepit dapat dibebaskan.

 Variasi dari metode pipa U dengan memompakan air kedalam drill pipe dan annulus untuk
mengurangi besarnya tekanan hidrostatik hingga sama dengan atau sedikit lebih besar dari pada
tekanan formasi.

Perendaman Dengan Fluida Organik


Fluida organik biasanya disemprotkan disepanjang daerah jepitan untuk menguragi ketebalan mud cake
dan faktor gesekan. Campuran antara minyak solar dan surfactant adalah fluida yang paling banyak
digunakan karena kemampuannya untuk membasahi keliling pipa yang terjepit dan karena itu
menciptakan lapisan tipis antara pipa dan mud cake. Hal ini menurunkan besarnya koefisien gesekan,
dan pada akhirnya akan meningkatkan efektivitas usaha-usaha mekanis untuk membebaskan pipa.

Operasi Back Off


Apabila semua metode diatas sudah dilakukan tetapi hasilnya belum berhasil, maka operasi back off
adalah pilihan terakhir yang dilakukan.
Operasi back off mencakup pelepasan bagian pipa yang masih bebas dari lubang bor. Hal ini secara
efektif berarti pelepasan rangkaian pemboran pada atau diatas daerah jepitan dan pengangkatan bagian
pipa yang masih bebas dari jepitan dari lubang bor. Bagian rangkaian pemboran yang masih tersisa
(fish) dapat diambil dengan menggunakan peralatan fishing tool maupun peralatan washover.
Apabila lubang sumur tersebut mengalami kerusakan atau sisa rangkaian pemboran tidak bisa diambil,
sebagai pilihannya adalah menutup lubang (plug back) dan kemudian membelokkannya (side track).

Anda mungkin juga menyukai