Anda di halaman 1dari 17

KOMUNIKASI

DISUSUN UNTUK:
PERKULIAHAN MANAJEMEN KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI POLTEKKES
KEMENKES SURABAYA

Oleh :
i.g.a. kusuma astuti n.p,drg.,m.kes

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

1
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI

DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN ………………………………………………………………… 1
2. PENGERTIAN KOMUNIKASI …………………………………………..……….1
3. UNSUR KOMUNIKASI ………………………………………….………………..3
4. PROSES KOMUNIKASI ………………………………………..………………...6
5. JENIS KOMUNIKASI ……………………………………………..……………….8
5.1 Komunikasi personal
5.2 komunikasi kelompok
komunikasi massa
6. ALUR KOMUNIKASI ……………………………………….…..…………………10
6.1 komunikasi searah
6.2 komunikasi dua arah
6.3 komunikasi berantai
7. PRINSIP DASAR KOMUNIKASI …………………………….…………………..10
8. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI ………..………………….11
9. KOMUNIKASI UNTUK MEMBINA HUBUNGAN KERJA
YANG BAIK……………………………………………………………………………….
….13
9.1 Komunikasi vertikal
9.2 Komunikasi horizontal
9.3 Komunikasi diagonal
Daftar pustaka ………………………………………………………………………….16

2
KOMUNIKASI

1. PENDAHULUAN

Manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya

manusia lain, dan manusia selalu tergantung pada manusia lainnya, sehingga akan

terjadi reaksi dan interaksi diantara mereka. Dengan adanya reaksi dan interaksi

menunjukkan adanya komunikasi, yang sangat penting artinya bagi kelangsungan

kehidupan manusia (Dep.Kes RI, 1999). Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak bisa

lepas dari kegiatan komunikasi. Pada kenyataannya komunikasi memang secara

mutlak merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita (Kariyoso, 1994)

2. PENGERTIAN KOMUNIKASI

Kata komunikasi berasal dari bahasa latin communicare, atau communis yang

berarti menjadikan milik bersama (Azwar, 1996, dan Dep.Kes, 1999). Pada saat kita

berkomunikasi dengan orang lain berarti kita berusaha untuk sesuatu yang kita

sampaikan menjadi miliknya juga (Dep.Kes.RI, 1999).

Menurut Azwar (1996), komunikasi adalah :

1. pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling

mengerti dan saling percaya demi terwujudnya hubungan yang baik antara

seseorang dengan orang lainnya.

2. pertukaran fakta, gagasan, opini, atau emosi antar dua orang atau lebih.

3
3. suatu hubungan yang dilakukan melalui surat, kata-kata, simbol atau pesan yang

bertujuan agar setiap manusia yang terlibat dalam proses dapat saling tukar

menukar arti dan pengertian terhadap sesuatu.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, jelaslah tujuan utama komunikasi

adalah menimbulkan saling pengertian, bukan persetujuan. Seseorang yang tidak

setuju terhadap sesuatu hal, tetapi memahami benar apa yang tidak disetujuinya

tersebut, juga telah memiliki komunikasi yang baik.

Menurut Gitosudarmo (2000), komunikasi didefinisikan sebagai penyampaian

atau pertukaran informasi dari pengirim kepada penerima, baik lisan, tulisan, maupun

menggunakan alat komunikasi. Pertukaran informasi yang terjadi di antara pengirim

dan penerima tidak hanya dilakukan lisan atau tertulis oleh manusia, akan tetapi juga

menggunakan alat komunikasi yang canggih. Sebagai contoh, pengiriman informasi

dengan sistem informasi manajemen yang kompleks, dengan data yang berasal dari

berbagai sumber, kemudian dianalisis oleh komputer dan disampaikan kepada

penerima secara elektronik.

Pentingnya komunikasi dalam hubungannya dengan pekerjaan telah

ditunjukkan oleh banyaknya waktu yang dipakai untuk berkomunikasi dalam

pekerjaan. Suatu studi menunjukkan bahwa pekerja bagian produksi berkomunikasi

16 sampai 46 kali dalam satu jam. Untuk manajer tingkat bawah menggunakan

waktunya sekitar 20-50 % secara verbal atau lisan, sedangkan pada tingkatan

manajer menengah dan atas, 29-64 % secara verbal langsung maupun melalui

telepon (Gitosudarmo, 2000). Dapatlah diperkirakan banyaknya komunikasi yang

dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan seperti perawat misalnya, yang harus

berkomunikasi dengan dokter, pasien, keluarga pasien, dan sejawatnya.

3. UNSUR KOMUNIKASI

4
Untuk terjadi komunikasi ada beberapa faktor yang harus ada, yaitu unsur

komunikasi dan proses komunikasi. Terdapat beberapa pendapat mengenai unsur-

unsur dalam komunikasi, namun pendapat tersebut tidak saling bertentangan malah

saling melengkapi. Pada beberapa buku, unsur komunikasi dikelompokkan menjadi

dua bagian yaitu unsur utama dan unsur pelengkap, namun beberapa buku lain

menyebutkan semuanya sebagai unsur utama komunikasi. Secara umum pendapat

tersebut dikelompokkan menjadi empat macam, yang secara sederhana

digambarkan dalam bagan 1. berikut ini.

Bagan 1. Unsur-unsur komunikasi


Pendapat Pendapat Pendapat Pendapat
3 unsur 4 unsur 5 unsur 6 unsur
1. sumber 1. sumber 1. sumber 1. sumber
2. pesan 2. pesan 2. pesan 2. pesan
3. sasaran 3. media 3. media 3. media
4. sasaran 4. sasaran 4. sasaran
5. sistim simbol 5. umpan balik
6. akibat
Sumber : Azwar, Pengantar administrasi kesehatan, 1996.

Menurut Dep.Kes (1999), yang termasuk dalam kelompok unsur utama

komunikasi adalah komunikator, pesan, dan komunikan. Unsur pelengkap

komunikasi adalah sumber pesan, saluran atau media, dan tujuan atau efek. Menurut

Gitosudarmo (2000), unsur utama komunikasi adalah pengirim, penyandian

(encoding), pesan, saluran, penerima, penafsiran (decoding), umpan balik, dan

gangguan (noise).

Secara umum unsur komunikasi tersebut dapat dijelaskan berikut ini :

1. Komunikator atau pengirim adalah orang memiliki informasi, ide, gagasan, atau

pesan, dan berkehendak menyampaikan kepada orang lain sebagai penerima

pesan atau komunikan. Dalam manajemen, komunikator ini dapat berasal dari

perorangan, kelompok, dan ataupun institusi serta organisasi tertentu (Azwar,

5
1996). Dalam buku karangan Azwar (1996), komunikator atau pengirim diberi

sebutan sebagai sumber.

2. Pesan adalah informasi yang hendak disampaikan pengirim kepada penerima

(Gitosudarmo,1999), dan pesan merupakan pengertian dari pengirim yang akan

disampaikan kepada penerima (Dep.Kes,1999). Sebagian besar pesan dalam

bentuk kata baik lisan maupun tulisan, namun beraneka ragam perilaku nonverbal

dapat juga digunakan untuk menyampaikan pesan, seperti gerak tubuh, raut

muka, gambar, dan lain sebagainya.

3. Penyandian (encoding), merupakan proses mengubah informasi ke dalam isyarat

atau simbul tertentu untuk ditransmisikan (Gitosudarmo, 2000), dan merupakan

rumusan pesan yang akan disampaikan (Dep.Kes, 1999). Proses penyandian ini

dilakukan oleh pengirim.

4. Komunikan adalah orang yang menerima pesan dari pengirim (Dep.Kes, 1999)

dan melakukan proses penafsiran atas informasi yang diterima dari pengirim

(Gitosudarmo, 2000).

5. Sumber pesan adalah yang pertama memiliki ide atau gagasan yang akan

disampaikan kepada penerima (Dep.Kes, 1999).

6. Saluran seringkali disebut media, adalah alat yang dipilih dan dipakai oleh

komunikator untuk menyampaikan pesan kepada komunikan. Saat ini dikenal dua

macam media (Azwar, 1996), yaitu :

a. media massa, seperti surat kabar, majalah, film, radio, dan televisi.

Keuntungan menggunakan media massa adalah cakupan (coverage) lebih

luas, namun kerugiannya adalah efektifitasnya sulit dipantau.

b. Media antar pribadi bertujuan terjadinya interaksi antara sumber dan sasaran,

seperti telepon, surat, dan pembicaraan perorangan. Keuntungannya adalah

6
pesan yang disampaikan mencakup rahasia dan pribadi, namun

membutuhkan biaya, tenaga dan waktu yang cukup besar, apalagi bila

komunikan yang ingin dituju dalam jumlah besar.

7. Tujuan atau efek komunikasi, ada juga yang menyebutnya akibat, adalah hasil

dari suatu komunikasi, yakni terjadinya perubahan pada diri komunikan.

Perubahan dapat ditemukan pada pengetahuan, sikap, pikiran dan ataupun

tingkah laku dari komunikan (Azwar, 1996).

8. Penafsiran atau decoding adalah proses menerjemahkan pesan dari pengirim,

seperti mengartikan huruf morse dan yang sejenisnya. Sebagian besar decoding

dilakukan dalam bentuk menafsirkan isi pesan oleh penerima (Gitosudarmo,

2000).

9. Umpan balik atau feedback adalah reaksi dari penerima terhadap pesan yang

disampaikan, yang dimanfaatkan oleh pengirim untuk memperbaiki atau

menyempurnakan komunikasi yang dilakukan (Azwar, 1996). Pada dasarnya

umpan balik merupakan tanggapan penerima atas informasi yang disampaikan

pengirim. Umpan balik hanya terjadi pada komunikasi dua arah (Gitosudarmo,

2000).

10. Noise atau gangguan adalah setiap faktor yang mengganggu penyampaian atau

penerimaan pesan dari pengirim kepada penerima. Gangguan dapat terjadi pada

setiap elemen dari proses komunikasi.

4. PROSES KOMUNIKASI

Proses komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pikiran oleh

seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan) dengan menggunakan

lambang-lambang (Dep.Kes, 1999). Dalam proses komunikasi ini komunikator

7
melakukan encoding yaitu merumuskan pesan yang akan disampaikan, kemudian

memilih lambang yang tepat, dan memilih saluran komunikasi yang tepat. Yang

dilakukan oleh komunikan adalah decoding yaitu menafsirkan atau mengartikan

pesan.

Menurut Dep.Kes RI (1999) unsur komunikasi dalam proses komunikasi dapat

digambarkan seperti skema pada gambar 1.1.

Sumber Komun Pesan Media Pesan Komu Tuju-


ikator nikan an

Encoding Decoding

Gambar 1. Skema proses komunikasi menurut Dep.Kes.RI (1999).

Menurut Gitosudarmo (2000), unsur komunikasi dalam proses komunikasi

adalah pengirim, penyandian (encoding), pesan, saluran, penerima, penafsiran

(decoding) umpan balik (feed back), dan gangguan (noise).

Bagan proses komunikasi tersebut pada gambar 1.2.

pengirim Proses Pesan dan Proses penerima


penyandian saluran penafsiran

noise noise noise noise noise

Umpan
balik

Gambar 1.2 Skema proses komunikasi menurut Gitosudarmo (2000).

Berdasarkan gambar proses komunikasi di atas, maka tampak bahwa unsur

noise atau gangguan dapat terjadi pada setiap unsur dari proses komunikasi,

sehingga selain semua unsur dapat mempengaruhi jalannya proses komunikasi,

semua unsur juga dipengaruhi oleh noise. Adanya unsur umpan balik dari si

8
penerima kepada pengirim dapat digunakan sebagai evaluasi bagi proses

komunikasi, untuk mengetahui apakah yang dimaksudkan oleh komunikator telah

diterima dengan benar, dan untuk memperbaiki komunikasi.

Kedua skema proses komunikasi di atas dapat digabungkan menjadi modifikasi

dari proses komunikasi. Melalui hasil penggabungan ini tampak bahwa proses

komunikasi merupakan suatu siklus, yang demikian seterusnya sampai dicapai

tujuan komunikasi. Skema penggabungan kedua model proses komunikasi di atas

digambarkan pada gambar 1.3. berikut ini.

sumber Komun pesan media pesan Komu Tuju-


ikator nikan an

noise noise noise noise noise

encoding decoding

noise noise

Umpan
balik

Gambar1.3 Skema modifikasi proses komunikasi model Dep.Kes.RI (1999) dan


model Gitosudarmo (2000)

Komunikasi sebagai proses dapat dikelompokkan menjadi dua bentuk yaitu :

1. Komunikasi primer, ialah komunikasi yang terjadi langsung antara komunikator

dengan komunikan tanpa menggunakan media baik berbentuk cetak maupun

elektronika.

2. Komunikasi sekunder, ialah komunikasi yang berlangsung dengan menggunakan

alat sebagai mekanisme untuk melipat gandakan jumlah penerima pesan ataupun

untuk menghadapi hambatan-hambatan.

9
5. JENIS KOMUNIKASI

5.1 Komunikasi Personal atau perorangan, adalah komunikasi antara dua orang

yang dapat berlangsung dengan tatap muka (face to face communication) dan

komunikasi bermedia (mediated comunication).

a. komunikasi primer, yang efektif untuk terjadinya kontak pribadi dan

mengubah pendapat, sikap, dan perilaku seseorang. Komunikator dapat

memahami tentang kerangka berpikir dari penerima, kondisi fisik dan

mental penerima, suasana lingkungan saat terjadi komunikasi, serta

tanggapan komunikan secara langsung.

b. Komunikasi bermedia adalah komunikasi sekunder, menggunakan alat

misalnya telepon.

5.2 Komunikasi kelompok (dalam bentuk ceramah atau diskusi), komunikasi

yang terjadi antara seseorang dengan sekelompok orang, dalam suatu forum

diskusi misalnya. Komunikasi dalam kelompok kecil ini memiliki kelebihan,

yaitu adanya kontak pribadi, umpan balik terjadi langsung, dan suasana

lingkungan saat diskusi dapat diketahui secara langsung. Kekurangan dari

komunikasi kelompok kecil adalah kerangka berpikir individu sulit diketahui,

kondisi fisik dan mental individu sulit terdeteksi..

5.3 Komunikasi masa ( dalam pers, film, radio, televisi, periklanan, dan

pertunjukkan), adalah komunikasi yang sasarannya kelompok orang dalam

dalam jumlah besar sekaligus, umumnya tidak terhitung dan tidak dikenal.

Pesan yang disampaikan biasanya bersifat umum dan sumber pesan

biasanya suatu instansi atau lembaga. Pesan dapat disampaikan kepada

10
komunikan secara serentak, tetapi umpan balik tidak dapat diketahui secara

langsung.

6. ALUR KOMUNIKASI

6.1 Komunikasi searah, adalah bentuk komunikasi dengan komunikator yang

sangat berperan, sedangkan komunikan hanya sebagai penerima saja, tanpa

adanya tanya jawab. Sebagai contoh adalah tulisan seseorang di majalah

atau koran, pengumuman pemerintah melalui radio atau TV, poster yang

ditempel di keramaian, dan lain sebagainya.

6.2 Komunikasi dua arah, adalah komunikasi yang berlangsung timbal balik

antara komunikator dan komunikan.

6.3 Komunikasi berantai, adalah komunikasi yang komunikannya meneruskan

lagi pesannya sebagai komunikator bagi komunikan berikutnya. Bila

komunikasi berantai ini dilakukan secara lisan maka isi pesan dapat berubah

sama sekali pada saat pesan tiba pada komunikan terakhir. Dengan cara

tertulis dapat mengurangi terjadinya penyimpangan pesan pada komunikan

terakhir.

7. PRINSIP DASAR KOMUNIKASI

Agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar, dalam arti mencapai tujuan

sebagaimana yang diharapkan, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam

proses komunikasi. Menurut Dep.Kes (1999) prinsip komunikasi adalah :

1. memenuhi syarat lima C yaitu :

a. Complete : lengkap

b. Clear : jelas

11
c. Consic : singkat

d. Correct : benar atau tepat

e. Courteou : sopan

2. antara komunikator dan komunikan hendaknya mempunyai hubungan baik, wajar,

dan saling mempercayai.

3. bersifat timbal balik

4. bersifat terbuka dan tidak dibuat-buat.

8. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI

Dalam proses komunikasi terdapat faktor yang mempengaruhi keberhasilan

tecapainya tujuan komunikasi, yang berperan pada tiap unsur komunikasi, yang

dapat menunjang keberhasilan komunikasi atau menghambat komunikasi (Azwar,

1996). Secara umum faktor yang mempengaruhi komunikasi yang efektif menurut

Azwar (1996) ada tujuh C dan harus diperhatikan untuk suatu komunikasi yang

efektif, yaitu :

1. Credibility

Faktor ini terdapat dan berperan pada komunikator. Harus diupayakan bahwa

kredibilitas sumber adalah tinggi, sehingga dapat memudahkan kepercayaan dari

penerima terhadap pesan yang disampaikan.

2. Content

Faktor ini terdapat dan berperan pada pesan, artinya pesan yang disampaikan

hendaknya mengandung isi yang bermanfaat bagi penerima. Jika isi pesan besar

manfaatnya bagi penerima, maka komunikasi berjalan dengan baik.

3. Context

12
Faktor ini terdapat dan berperan pada pesan, artinya berupaya agar pesan yang

disampaikan ada hubungannya dengan kepentingan dan ataupun kehidupan

serta realita sehari-hari. Makin erat hubungan tersebut, makin dapat diharapkan

keberhasilan dari komunikasi.

4. Clarity

Faktor ini terdapat dan berperan pada pesan, artinya harus diupayakan untuk

memilih pesan komunikasi sedemikian rupa sehingga pesan yang disampaikan

akan lebih mudah diterima secara jelas. Jika pesan yang disampaikan tidak jelas

sangatlah sulit dicapai keberhasilan komunikasi.

5. Continuity and Consistency

Faktor ini berperan pada pesan, artinya pesan yang akan dikomunikasikan

tersebut harus sering dan terus menerus disampaikan serta sifatnya menetap.

Jika pesan berubah dari satu komunikasi dengan komunikasi lainnya, maka

tujuan akan sulit dicapai.

6. Channels

Faktor ini terdapat dan berperan pada pesan, artinya harus dapat dipilih media

penyampai pesanyang sesuai dengan komunikan yang ingin dituju.

7. Capability of the audience

Faktor ini terdapat dan berperan pada penerima, artinya dalam menyampaikan

pesan harus diperhitungkan kemampuan penerima dalam menerima pesan.

Kesemuanya ini ditentukan oleh latar belakang penerima, seperti pendidikan,

tingkat sosial ekonomi, sosial budaya, dan lain sebagainya.

Ketujuh faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain untuk tercapainya tujuan

komunikasi.

13
9. KOMUNIKASI UNTUK MEMBINA HUBUNGAN KERJA YANG BAIK

Pemahaman yang lebih baik tentang komunikasi dalam organisasi dapat

diperoleh dengan mempelajari arah dasar gerakannya yang tampak dengan

terbentuknya saluran-saluran komunikasi. Saluran komunikasi formal ditentukan oleh

struktur orgnisasi atau ditunjukkan oleh berbagai sarana formal lainnya (Handoko,

1995).

Aliran komunikasi dalam organisasi merupakan pdoman ke arah mana

seseorang dapat berkomunikasi dalam organisasi. Aliran komunikasi formal dalam

organisasi dapat dibedakan menjadi empat, yaitu komunikasi dari atas kebawah, dari

bawah ke atas, horisontal, dan diagonal (Gitosudarmo, 2000).

9.1 Komunikasi vertikal, terdiri dari :

b. komunikasi dari atas ke bawah (downward communication), merupakan aliran

komunikasi dari tingkat atas ke tingkat bawah melalui hirarki organisasi. Bentuk

dari alirannya seperti prosedur organisasi, instruksi tentang bagaimana

melaksanakan tugas, umpan balik terhadap prestasi bawahan, penjelasan tujuan

organisasi, dan lain sebagainya. Kelemahan komunikasi ini adalah ketidak

akuratan pesan yang sampai setelah beberapa tingkatan. Pesan dengan bahasa

yang mungkin tidak sesuai dengan tingkatan di bawahnya menyebabkan

penyimpangan pesan komunikasi (Gitosudarmo, 2000 dan Handoko, 1995).

c. komunikasi dari bawah ke atas ( upward communication), dirancang untuk

menyediakan umpan balik tentang seberapa baik organisasi telah berfungsi.

Bawahan diharapkan memberikan informasi tentang prestasinya dan praktek

serta kebijakan organisasi. Komunikasi dari bawah ke atas dapat berupa laporan

14
tertulis, maupun lisan, kotak saran, pertemuan kelompok, dan lain sebagainya

(Gitosudarmo, 2000 dan Handoko,1995).

Permasalahan utama yang terjadi adalah bias informasi yang disampaikan,

terutama untuk informasi yang kurang mengenakkan atasannya. Informasi yang

bias menyampaikan hal yang menyenangkan atasan dan bukan yang diperlukan

oleh atasan.

9.2 Komunikasi horizontal

Komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang kedudukannya setingkat,

atau antara teman sejawat. Komunikasi horisontal bertujuan menjalin

hubungan yang baik antar teman sejawat. Bentuk komunikasi ini pada

dasarnya ( Dep.Kes, 1999 dan Gitosudarmo, 2000).

9.3 Komunikasi diagonal

Merupakan aliran komunikasi dari orang-orang yang memiliki hirarki yang

berbeda dan tidak memiliki hubungan wewenang secara langsung

(Gitosudarmo, 2000 dan Handoko, 1995). Komunikasi diagonal ini memotong

secara menyilang diagonal rantai perintah organisasi (Dep.Kes, 1999).

Secara kematis keempat macam komunikasi di atas dapat digambar pada gambar

1.4 berikut ini.

15
2

1 3

4
2 4

Keterangan gambar panah :


komunikasi dari atas ke bawah
komunikasi dari bawah ke atas
komunikasi horisontal
komunikasidiagonal
da
Gambar 4. Skema aliran komunikasi formal dalam organisasi
ad
dax

16
Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan RI Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan (1999) Manajemen


Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta.

Kariyoso (1994) Pengantar Komunikasi Bagi Siswa Perawat. Jakarta .EGC.

Koontz, H., O’Donnell, C., Weihrich, H. (1996) Manajemen, edisi kedelapan, jilid dua.
Jakarta. Penerbit Erlangga.

Azwar, Asrul (1996) Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi ke tiga. Jakarta.


Binarupa Aksara.

Handoko, T. Hani (1995) Manajemen. Edisi ke dua. Yogyakarta. BPFE.

Gitosudarmo, Indriyo., Sudita, I Nyoman (2000) Perilaku Keorganisasian. Edisi


pertama. Yogyakarta. BPFE.

17

Anda mungkin juga menyukai