DISUSUN OLEH :
SRI RUSMILAWATI
(11194691910055)
A. Definisi
Neuroblastoma adalah tumor embrional dari system saraf otonom yang mana sel
tidak berkembang sempurna. Neuroblastoma umumnya terjadi bayi usia rata-rata 17
bulan. Tumor ini berkembang dalam jaringan sistem saraf simpatik, biasanya dalam
medula adrenal atau ganglia paraspinal, sehingga menyebabkan adanya sebagai lesi
massa di leher, dada, perut, atau panggul. Insiden neuroblastoma adalah 10,2 kasus per
juta anak di bawah 15 tahun. Yang paling umum kanker didiagnosis ketika tahun pertama
kehidupan (Jhon, 2010).
Neuroblastoma merupakan tumor lunak, padat yang berasal dari sel-sel crest
neuralis yang merupakan prekusor dari medula adrenal dan sistem saraf simpatis.
Neuroblastoma dapat timbul di tempat terdapatnya jaringan saraf simpatis. Tempat tumor
primer yang umum adalah abdomen, kelenjar adrenal atau ganglia paraspinal toraks,
leher dan pelvis. Neuroblastoma umumnya bersimpati dan seringkali bergeseran dengan
jaringan atau organ yang berdekatan (Cecily & Linda, 2002)
Neuroblastoma adalah tumor padat ekstrakranial pada anak yang paling sering,
meliputi 8-10% dari seluruh kanker masa kanak-kanak, dan merupakan neoplasma bayi
yang terdiagnosis adalah 2 tahun, 90% terdiagnosis sebelum 5 tahun.Neuroblastoma
berasal dari sel krista neuralis sistem saraf simpatis dan karena itu dapat timbul di
manapun dari fossa kranialis posterior sampai koksik. Sekitar 70% tumor tersebut timbul
di abdomen, 50% dari jumlah itu di kelenjar adrenal. 20% lainnya timbul di toraks,
biasanya di mediastinum posterior. Tumor itu paling sering meluas ke jaringan sekitar
dengan invasi lokal dan ke kelenjar limfe regional melalui nodus limfe. Penyebaran
hematogen ke sumsum tulang, kerangka, dan hati sering terjadi. Dengan teknik
imunologik sel tumor dapat dideteksi dalam darah tepi pada lebih dari 50% anak pada
waktu diagnosis atau relaps. Penyebaran ke otak dan paru pada kasus jarang (Nelson,
2000).
Neuroblastoma adalah tumor ganas yang berasal dari sel Krista neurak embronik,
dapat timbul disetiap lokasi system saraf simpatis, merupakan tumor padat ganas paling
sering dijumpai pada anak. Insiden menempati 8% dari tumor ganas anak, atau di posisi
ke-4. Umumnya ditemukan pada anak balita, puncak insiden pada usia 2 tahun. Lokasi
predeileksi di kelenjar adrenal retroperitoneal, mediastrinum, pelvis dan daerah kepala-
leher. Tingkat keganasan neuroblastoma tinggi, sering metastasis ke sumsum tulang,
tulang, hati, kelenjar limfe, dll (Willie, 2008).
Tumor ini biasanya tidak memungkiri asalnya, dengan mengeluarkan hormon
katekolamin. Tekanan darah tinggi yang merupakan akibat tumor ini jarang menimbulkan
keluhan, tetapi dapat berfungsi sebagai zat penanda tumor: di dalam air kemih dapat
dilihat hormon yang dikeluarkan, sehingga diagnosis tumor menjadi jelas. Dengan dapat
dipastikan, apakah tumornya neuroblastoma atau nefroblastoma (Wim De Jong, 2005).
B. Etiologi
Kebanyakan etiologi dari neuroblastoma adalah tidak diketahui. Ada laporan yang
menyebutkan bahwa timbulnya neuroblastoma infantile (pada anak-anak) berkaitan
dengan orang tua atau selama hamil terpapar obat-obatan atau zat kimia tertentu seperti
hidantoin, etanol, dll. (Willie , 2008).
Kelainan sitogenik yang terjadi pada neuroblastoma kira-kira pada 80% kasus,
meliputi penghapusan (delesi) parsial lengan pendek kromosom 1, anomali kromosom
17, dan ampifilatik genomik dari oncogen N-Myc, suatu indikator prognosis buruk
(Nelson, 2000).
I. COVID 19
A. Definisi
Corona Virus Disiase merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan
deltacoronavirus dan gamma coronavirus (Huang Z et al. 2020; Wang Z et al. 2020;
Coronavirus memiliki kapsul, partikel berbentuk bulat atau elips, sering pleimorfik
dengan diameter sekitar 50-200m (Wang Z et al. 2020). Semua virus ordo Nidovirales
memiliki kapsul, tidak bersegmen, dan virus positif RNA serta memiliki genom RNA
sangat panjang (Fehr Ar & Perlman S. 2015). Struktur coronavirus membentuk struktur
seperti kubus dengan protein S berlokasi di permukaan virus. Protein S atau spike
protein merupakan salah satu protein antigen utama virus dan merupakan struktur
utama untuk penulisan gen. Protein S ini berperan dalam penempelan dan masuknya
virus kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel inang) (Wang Z et
Sumber: https://mediaindonesia.com/read/detail/290940-menyibak-tabir-covid-19
kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda,
kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang
ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat membawa
patogen dan bertindak sebagai vektor untuk penyakit menular tertentu (Huang Z et
Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host yang biasa
utama untuk kejadian severe acute respiratory syndrome (SARS) dan Middle East
pada kasus SARS, saat itu host intermediet (masked palm civet atau luwak) justru
ditemukan terlebih dahulu dan awalnya disangka sebagai host alamiah. Barulah
pada penelitian lebih lanjut ditemukan bahwa luwak hanyalah sebagai host
intermediet dan kelelawar tapal kuda (horseshoe bars) sebagai host alamiahnya
(Guan, Y. Et al. 2003; Tn. C. Et al. 2004). Secara umum, alur Coronavirus dari
hewan ke manusia dan dari manusia ke manusia melalui transmisi kontak, transmisi
menginfeksi manusia saat ini yaitu dua alphacoronavirus (229E dan NL63) dan
associated coronavirus (SARS- CoV). Yang ketujuh adalah Coronavirus tipe baru
yang menjadi penyebab kejadian luar biasa di Wuhan, yakni Novel Coronavirus
2019 (2019-nCoV). Isolat 229E dan OC43 ditemukan sekitar 50 tahun yang lalu.
NL63 dan HKU1 diidentifikasi mengikuti kejadian luar biasa SARS. NL63 dikaitkan
Coronavirus terutama menginfeksi dewasa atau anak usia lebih tua, dengan
gejala klinis ringan seperti common cold dan faringitis sampai berat seperti SARS
atau MERS serta beberapa strain menyebabkan diare pada dewasa. Infeksi
Coronavirus biasanya sering terjadi pada musim dingin dan semi. Hal tersebut
terkait dengan faktor iklim dan pergerakan atau perpindahan populasi yang
karakteristik Coronavirus yang lebih menyukai suhu dingin dan kelembaban tidak
baru dapat terjadi pada pasien immunocompromis dan populasi normal, bergantung
paparan jumlah virus. Jika kita terpapar virus dalam jumlah besar dalam satu waktu,
dapat menimbulkan penyakit walaupun sistem imun tubuh berfungsi normal. Orang-
orang dengan sistem imun lemah seperti orang tua, wanita hamil, dan kondisi
lainnya, penyakit dapat secara progresif lebih cepat dan lebih parah. Infeksi
Coronavirus menimbulkan sistem kekebalan tubuh yang lemah terhadap virus ini
D. Manifestasi Klinis
1. Tidak berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala
yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat
disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri
otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan pasien
ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya
2. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak
ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat
3. Pneumonia berat
Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran napas.
Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit), distress
Onset: baru atau perburukan gejala respirasi dalam 1 minggu setelah diketahui
5. Sepsis
infeksi atau infeksi yang terbukti dengan disertai disfungsi organ. Tanda disfungsi
organ perubahan status mental, susah bernapas atau frekuensi napas cepat,
saturasi oksigen rendah, keluaran urin berkurang, frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, akral dingin atau tekanan darah rendah, kulit mottling atau terdapat
hiperbilirubinemia.
E. Pemeriksaan Penunjang
subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan ground- glass.
Pada stage awal, terlihat bayangan multiple plak kecil dengan perubahan
kedua paru. Pada kasus berat, dapat ditemukan konsolidasi paru bahkan
2. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah Saluran napas atas
3. Bronkoskopi
(sputum, bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah. Kultur darah untuk
Deteksi dini dan pemilahan pasien yang berkaitan dengan infeksi COVID-19
harus dilakukan dari mulai pasien datang ke Rumah Sakit. Triase merupakan garda
terdepan dan titik awal bersentuhan dengan Rumah Sakit sehingga penting dalam
deteksi dini dan penangkapan kasus. Selain itu, Pengendalian Pencegahan Infeksi
(PPI) merupakan bagian vital terintegrasi dalam managemen klinis dan harus
Pada saat pasien pertama kali teridentifikasi, isolasi pasien di rumah atau
isolasi rumah sakit untuk kasus yang ringan. Pada kasus yang ringan mungkin tidak
perlu perawatan di rumah sakit, kecuali ada kemungkinan perburukan cepat. Semua
pasien yang dipulangkan diinstruksikan untuk kembali ke rumah jika sakit memberat
atau memburuk.
yaitu hand hygiene, penggunaan alat pelindung diri untuk mencegah kontak langsung
dengan pasien (darah, cairan tubuh, sekret termasuk sekret pernapasan, dan kulit
tidak intak), pencegahan tertusuk jarum serta benda tajam, managemen limbah
sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh desinfektan
mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃ selama 30 menit, eter, alkohol,
virus.
G. Pencegahan
4) Buang benda segera setelah digunakan, cuci tangan setelah kontal dengan
5) Hindari kontak dengan cairan tubuh, secret mulut atau saluran napas
rutin
7) Usahakan mencari waktu luang untuk mengurus diri sendiri sambil mengurus
pasien Anda.
9) Luangkan waktu untuk bersantai dan mengisi hari dengan kegiatan yang
menyenangkan.
Selalu pupuk berpikir positif. Serta menetapkan harapan tinggi dan bekerja
dengan baik. Hindari orang-orang bersikap negatif Jangan cemas yang berlebihan.
C. Patofisiologi
Neuroblastoma adalah tumor embrional dari sistem saraf simpatis. Tumor ini
muncul selama fetal atau kehidupan awal postnatal dari sel sympathetic (sympathogonia)
berasal dari neural crest. Secara histologi,gambaran dari neuroblastoma tidak spesifik, sel
tumor bulat biru kecil dengan sel-sel yang seragam, dengan inti hiperkromatik padat dan
sitoplasma minimal. Menurut klasifikasi International Neuroblastoma Pathology
Classification System (INPC), tumor diklasifikasikan baik dan kurang baik, tergantung
pada derajat diferensiasi neuroblast, berisi Schwannian stroma, indeks mitosis-
karyorrhexis, dan usia saat diagnosis
Neuroblastoma paling sering berasal dari jaringan kelenjar adrenal di perut. Kanker
ini biasanya segera menyebar ke kelenjar getah bening, hati, tulang dan sumsum tulang.
Sel-sel kanker yang berasal dari medula adrenal dan sistem saraf simpatik berploriferasi,
menekan jaringan sekitarnya, kemudian menginfasi sel-sel normal disekitarnya. Tahap-
tahap pada neuroblastoma :
1. Tahap I :Tumor terlokalisasi pada daerah asal tumor, nodus limfe belum terkena
2. Tahap II :Tumor unilateral, nodus limfe belum terkena
3. Tahap III :Tumor menginfiltrasi kearah tengah, tumor unilateral dengan terkenanya
nodus limfe, tumor mengenai seluruh nodus limfe.
4. Tahap IV :Tumor menginvasi nodus limfe lebih jauh, mengenai tulang sumsum
tulang, hati dan organ lain.
5. Tahap IV-S : tumor dengan cirri tahap I atau II tetapi dngan metastase pada hati,
sumsum tulang atau kulit Simpatis.
Neuroblastoma berasal dari sel Krista neuralis system saraf dan karena itu dapat
timbul dimanapun dari fossa kranialis sampai koksik. Secara histologis,
Neuroblastoma terdiri atas sel bulat kecil dengan granula yang banyak
D. Manifestasi Klinis
Menurut Cecily & Linda (2002), gejala dari neuroblastoma yaitu:
Gejala yang berhubungan dengan massa retroperitoneal, kelenjar adrenal, paraspinal.
1. Massa abdomen tidak teratur,tidak nyeri tekan, keras, yang melintasi garis tengah.
2. Perubahan fungsi usus dan kandung kemih
3. Kompresi vaskuler karena edema ekstremitas bawah
4. Sakit punggung, kelemahan ekstremitas bawah
5. Defisit sensoris
6. Hilangnya kendali sfingter
Gejala-gejala yang berhubungan dengan masa leher atau toraks.
1. Limfadenopati servikal dan suprakavikular
2. Kongesti dan edema pada wajah
3. Disfungsi pernafasan
4. Sakit kepala
5. Proptosis orbital ekimotik
6. Miosis
7. Ptosis
8. Eksoftalmos
9. Anhidrosis
Menurut Willie (2008) manifestasi klinis dari neuroblastoma berbeda tergantung dari
lokasi metastasenya:
1. Neuroblastoma retroperitoneal
Massa menekan organ dalam abdomen dapat timbul nyeri abdomen, pemeriksaan
menemukan masa abdominal yang konsistensinya keras dan nodular, tidak
bergerak, massa tidak nyeri dan sering melewati garis tengah. Pasien stadium lanjut
sering disertai asites, pelebaran vena dinding abdomen, edema dinding abdomen.
2. Neurobalstoma mediastinal
Kebanyakan di paravertebral mediastinum posterior, lebih sering di mediastinum
superior daripada inferior. Pada awalnya tanpa gejala, namun bila massa besar
dapat menekan dan timbul batuk kering, infeksi saluran nafas, sulit menelan. Bila
penekanan terjadi pada radiks saraf spinal, dapat timbul parastesia dan nyeri lengan.
3. Neuroblastoma leher
Mudah ditemukan, namun mudah disalahdiagnosis sebagai limfadenitis atau
limfoma maligna. Sering karena menekan ganglion servikotorakal hingga timbul
syndrome paralisis saraf simpatis leher(Syndrom horner), timbiul miosis unilateral,
blefaroptosis dan diskolorasi iris pada mata.
4. Neuroblastoma pelvis
Terletak di posterior kolon presakral, relative dini menekan organ sekitarnya
sehingga menimbulkan gejala sembelit sulit defekasi, dan retensi urin.
5. Neuroblastoma berbentuk barbell
yaitu neuroblastoma paravertebral melalui celah intervertebral ekstensi ke dalam
canalis vertebral di ekstradural. Gejala klinisnya berupa tulang belakang kaku
tegak, kelainan sensibilitas, nyeri. Dapat terjadi hipomiotonia ekstremitas bawah
bahkan paralisis.
E. Klasifikasi
Beberapa system penentuan stadium staging, system kelompok evans dan
kelompok Onkologi Pediatrik (Pediatrik Oncology Group POG ). System klasifikasi
stadium neuroblastoma terutama memakai system klasifikasi stadium klinis
neuroblastoma internasional (INSS).
Klasifikasi stadium INSS :
a. Stadium I
Tumor terbatas pada organ primer, secara makroskopik reseksi utuh, dengan atau tanpa
residif mikroskopik. Kelenjar limfe regional ipsilateral negative.
b. Stadium IIA
Operasi tumor terbatas tak dapat mengangkat total, kelenjar limfe regional ipsilateral
negative.
c. Stadium IIB
Operasi tumor terbatas dapat ataupun tak dapat mengangkat total, kelenjar limfe regional
ipsilateral positif.
d. Stadium III
Tumor tak dapat dieksisi, ekspansi melewati garis tengah, dengan atau tanpa kelenjar limfe
regional ipsi atau tanpa kelenjar limfe regional ipsilateral positif.
e. Stadium IV :
Tumor primer menyebar hingga kelenjar limfe jauh, tulang, sumsum tulang, hati, kulit atau
organ lainnya.
f. Stadium IVS
Usia <1 tahun, tumor metastasis ke kulit,hati, sumsum tulang, tapi tanpa metastasis tulang.
System Pediatric Oncologic group (POG) membagi stadium neuroblastoma menjadi :
a. Stadium A
Tumor yang direseksi sacara kasar.
b. Stadium B
Tumor local tidak direseksi.
c. Stadium C
Metastasis ke kelenjar limfe intraktivita yang tidak berdekatan
d. Stadium D
Metastasis di luar kelenjar limfe
e. Stadium Ds
Bayi dengan adrenal kecil terutama dengan penyakit metastasis terbatas pada kulit, hati dan
sumsum tulang
f. Stadium D Neonatus
Telah diketahui dengan mengalami remisi spontan. Keterlibatan sumsum tulang pada
stadium ini merupakan factor prognosis yang buruk (Nelson, 2000).
F. Komplikasi
Komplikasi dari neuroblastoma yaitu adanya metastase tumor yang relatif dini ke
berbagai organ secara limfogen melalui kelenjar limfe maupun secara hematogen ke sum-
sum tulang, tulang, hati, otak, paru, dan lain-lain. Metastasis tulang umumnya ke tulang
cranial atau tulang panjang ekstremitas. Hal ini sering menimbulkan nyeri ekstremitas,
artralgia, pincang pada anak. Metastase ke sum-sum tulang menyebabkan anemia,
hemoragi, dan trombositopenia.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada neuroblastoma antara lain :
1. Foto abdomen bisa memperlihatkan klasifikasi tumor. Tumor adrenalis menggeser ginjal,
tetapi biasanya tidak merubah system pelvicalyces pada urogram intravena atau
pemeriksaan ultrasonografi.
2. Peningkatan kadar kartekolamin urina (VMA dan VA) mengkonfirmasi diagnosis pada
90% kasus dan juga merupakan indicator rekuensi yang sensitive. Kadang-kadang timbul
metastasis tulang (Thomas, 1994)
3. CT Scan untuk mengetahui keadaan tulang pada tengkorak, leher, dada dan abdomen.
4. Punksi sumsum tulang untuk mengetahui lokasi tumor atau metastase tumor.
5. Analisa urine untuk mengetahui adanya Vanillymandelic acid (VMA) homovillic acid
(HVA), dopamine, norepinephrine.
6. Analisa kromosom untuk mengetahui adanya gen N myc.
7. Meningkatnya ferritin, neuron spesific enolase (NSE), ganglioside (GDZ).
H. Penatalaksanaan
Menurut Cecily (2002), International Staging System untuk neuroblastoma
menetapkan definisi standar untuk diagnosis, pertahapan, dan pengobatan serta
mengelompokkkan pasien berdasarkan temuan-temuan radiografik dan bedah, ditambah
keadaan sumsum tulang.
Tumor yang terlokalisasi dibagi menjadi tahap I, II, III, tergantung cirri tumor
primer dan status limfonodus regional. Penyakit yang telah mengalami penyebaran dibagi
menjadi tahap IV dan IV (S untuk spesial ), tergantung dari adanya keterlibatan tulang
kortikal yang jauh, luasnya penyakit sumsum tulang dan gambaran tumor primer.
Anak dengan prognosis baik umumnya tidak memerlukan pengobatan, pengobatan
minimal, atau banyak reseksi. Reseksi dengan tumor tahap I. Untuk tahap II pembedahan
saja mungkin sudah cukup, tetapi kemoterapi juga banyak digunakan dan terkadang
ditambah dengan radioterpi lokal. Neuroblastoma tahap IVS mempunyai angka regresi
spontan yang tinggi, dan penatalaksanaannya mungkin hanya terbatas pada kemoterapi
dosis rendah dan observasi ketat.
Neuroblastoma tahap II dan IV memerlukan terapi intensif, termasuk kemoterapi,
terapi radiasi, pembedahan, transplantasi sumsum tulang autokolog atau alogenik,
penyelamatan sumsum tulang, metaiodobenzilquainid (MIBG), dan imunoterapi dengan
antibody monklonal yang spesifik terhadap neuroblastoma.
Pengobatan terdiri atas penggunaan kemoterapi multiagens secara simultan atau
bergantian.
1. Siklofosfamid – menghambat replikasi DNA.
2. Doksorubisin – mengganggu sintesis asam nukleat dan memblokir transkripsi DNA.
3. VP-16 – menghentikan metaphase dan menghambat sintesis protein dan asam nukleat.
Jenis terapi :
1. Neuroblastoma berisiko rendah
Perawatan untuk pasien neuroblastoma beresiko rendah meliputi:
a. Operasi yang diikuti oleh watchful waiting (penungguan yang diawasi dengan ketat).
b. Watchful waiting sendirian untuk bayi-bayi tertentu.
c. Operasi diikuti oleh kemoterapi, jika kurang dari separuh dari tumor yang dikeluarkan
atau jika gejala-gejala serius tidak dapat dibebaskan dengan operasi.
d. Terapi radiasi untuk merawat tumor-tumor yang menyebabkan persoalan-persoalan
serius dan tidak merespon secara cepat pada kemoterapi.
e. Kemoterapi dosis rendah.
2. Neuroblastoma beresiko sedang
Perawatan untuk pasien neuroblastoma berisiko sedang mungkin meliputi :
a. Kemoterapi.
b. Kemoterapi yang diikuti oleh operasi dan/atau terapi radiasi.
c. Terapi radiasi untuk merawat tumor-tumor yang menyebabkan persoalan-persoalan
yang serius dan tidak merespon secara cepat pada kemoterapi.
3. Neuroblastoma beresiko tinggi
a. Kemoterapi dosis tinggi yang diikuti oleh operasi untuk mengeluarkan sebanyak
mungkin tumor.
b. Terapi radiasi pada tempat tumor dan, jika diperlukan, pada bagian-bagian lain tubuh
dengan kanker.
c. Transplantasi sel induk (Stem cell transplant).
d. Kemoterapi yang diikuti oleh 13-cis retinoic acid.
e. Percobaan klinik dari monoclonal antibody therapy setelah kemoterapi.
f. Percobaan klinik dari terapi radiasi dengan yodium ber-radioaktif sebelum stem cell
transplant.
g. Percobaan klinik dari stem cell transplant yang diikuti oleh 13-cis retinoic acid.
I. Prognosis
Kelangsungan hidup 5 tahun 60%. Kadang-kadang dilaporkan pemulihan spontan.
Identifikasi factor prognosis spesifik adalah penting untuk perencanaan terapi. Prediktor
paling menonjol bagi keberhasilan adalah umur dan stadium penyakit. Anak yang berusia
kurang dari satu tahun agak lebih baik daripada anak berumur lebih tua dengan stadium
penyakit yang sama. Angka ketahanan hidup bayi dengan penyakit berstadium rendah
melebihi 90% dan bayi dengan penyakit metastasis mempunyai angka ketahanan hidup
jangka panjang 50% atau lebih. Anak dengan penyakit stadium stadium rendah umumnya
mempunyai prognosis yang sangat baik, tidak tergantung umur. Makin tua umur
penderita dan makin menyebar penyakit, makin buruk prognosisnya. Meskipun dengan
terapi konvensional atau CST yang agresif, angka ketahanan hidup bebas penyakit untuk
anak lebih tua dengan penyakit lanjut jarang melebihi 20% (Nelson, 2000)
Factor yang terpenting dalam prognosis neuroblastoma adalah ada tidaknya ampilifikasi
oncogen N-myc.
1. ampilifikasi oncogen N-myc di atas 10 kopi menunjukkan prognosis buruk dan terapi
perlu diperkuat.
2. Pasien stadium III tanpa ampilifikasi oncogen N-myc digunakan terapi kombinasi agresif
dan survival dapat mencapai 50%
3. Pasien stadium I/II dan IVS tanpa ampilifikasi oncogen N-myc dapat memiliki survival
mencapai 90% lebih (Willie, 2008)
9. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan diagnostic
PA : Neuroblastoma dengan metastase ke sum-sum tulang belakang
CT Scan : Menunjukkan tumor telah metastase ke sum-sum tulang belakang
2. Pemeriksaan laboratorium
Hb : 8,5 g/dl PH : 7,34
Leukosit : 3100 x 10 u/l PCO2 : 39
Trombosit : 100.000 PO2 : 75%
Eritrosit : 2,8 juta/uL (mm3) HCO3 : 27
Albumin : 2,0 /dL
3. Terapi
Paracetamol 100 mg
Injeksi novalgin 100 mg
Injeksi ampicilin subaktan 4 x 225 mg
Transfuse PRC (Pocket Red Cell) 2 x 100 cc
2. Diagnosa
1. Hipertermi berhubungan dengan leukositopenia karena metastase ke sum-sum
tulang
2. Pk Anemia berhubungan dengan metastase ke sum-sum tulang
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Hipertermi Tujuan: setelah dilakukan 1. BHS 1. Pasien
Berhubungan asuhan keperawatan P dengan kooperatif
dengan selama 1x12 jam pasien 2. Untuk
leukositopenia diharapkan panas pasien 2. Kom mengurangi panas pasien
karena metastase akan berkurang pres dengan air 3. Untuk
ke sum-sum KH: biasa mengetahui keadaan
0
tulang 1. Suhu : 37 C 3. Kaji pasien
2. Nadi : 140 denyut tanda-tanda 4. Untuk
per menit vital mencegah terjadinya
3. RR : 40 kali per 4. Anju dehidrasi
menit rkan pasien 5. Paraceta
untuk minum mol untuk menurunkan
air sedikit tapi panas dan inj ampisilin
sering membantu mencegah
5. Kola terjadinya infeksi sebagai
borasi dengan akibat dari menurunya
tim medis jmlah leukosit dalam
dalam darah
pemberian
terapi
Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta: EGC.
De Jong,Wim. 2005. Kanker, Apakah itu? Pengobatan, Harapan Hidup, dan Dukungan
Keluarga. Jakarta: ARCAN.
Japaries, Willie. 2008. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta: FKUI.
Maris, Jhon. 2010. Recent Advances in Neuroblastoma. Disitasi dari
http://www.nejm.org/ pada 5 November 2010.
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Jilid 3. Jakarta: EGC.
Suriadi & Yulianni,Rita. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: CV. SAGUNG
SETO.
Thomas,R. 1994. Atlas bantu Pedriatri. Jakarta: Hipokrates.
Wilkinson,Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC