Anda di halaman 1dari 23

KEBIJAKAN DESENTRALISASI

DAN PROBLEMA KAPASITAS LAYANAN KESEHATAN


(Studi Kasus di Kota Bandar Lampung)

Syamsul Ma’arif

Staf Pengajar Jurusan Administrasi Negara


FISIP Universitas Lampung

ABSTRACT
This study is aimed at determining the capacity of health services at the local level
after a decade of health decentralization policy implementation. This study uses
qualitative research and descriptive type. The results showed that the
implementation of the decentralization policy of health for a decade turned out to
be characterized by the high gab between the capacity of health services to the
complexity of the health problems in the area. For the improvement of the
quantity and quality of health services should continue to be done through
increased financial capacity, facilities, infrastructure, and medical personnel,
who accompanied the expansion of access of the poor to obtain health care
services through the provision of health insurance.

Key Word: decentralization, health, care capacity

PENDAHULUAN dan promotif dengan didukung oleh


Tugas utama sektor kesehatan layanan kuratif dan rehabilitatif.
adalah memelihara dan Pengembangan sektor kesehatan
meningkatkan kesehatan segenap dimaksudkan dalam rangka
warga negara yaitu individu, melaksanakan misi berupa
keluarga, dan masyarakat tanpa meningkatkan derajad kesehatan
meninggalkan upaya menyembuhkan masyarakat. Misi ini merupakan
penyakit dan memulihkan kesehatan landasan bagi pembangunan
penderita. Untuk dapat menunjang kesehatan di Kota Bandar Lampung.
terselenggaranya tugas itu, ditempuh Pembangunan kesehatan merupakan
upaya-upaya yang bersifat preventif upaya untuk memenuhi salah satu

55
hak dasar rakyat, yaitu hak untuk gizi kurang dan gizi buruk; masih
memperoleh pelayanan kesehatan. tingginya kejadian penyakit menular
Misi ini memandang bahwa berbasis lingkungan; masih
pembangunan kesehatan merupakan rendahnya kondisi kesehatan
suatu investasi untuk meningkatkan lingkungan; belum optimalnya mutu
kualitas sumber daya manusia dalam pelayanan dan keterjangkauan
jangka panjang. pelayanan kesehatan; masih
Sejalan dengan era otonomi kurangnya jumlah SDM kesehatan
daerah, Dinas Kesehatan Kota yang profesional; masih cukup
Bandar Lampung memiliki tingginya angka pertumbuhan
kewenangan untuk melaksanakan penduduk; masih cukup tingginya
desentralisasi kesehatan. Kebijakan angka keluarga pra sejahtera.
ini secara teoritis memungkinkan
Dinas Kesehatan Kota Bandar KERANGKA TEORITIK
Lampung untuk merancang program- Kebijakan desentralisasi
program dan kegiatan-kegiatan sektor kesehatan merupakan strategi
pelayanan yang sesuai dengan penting dalam rangka reformasi
kondisi lokal. Namun setelah satu pelayanan kesehatan. Prinsip
dekade pelaksanaan otonomi daerah, dasarnya adalah pelayanan publik
kondisi kesehatan masyarakat Kota akan lebih efisen jika dilaksanakan
Bandar Lampung belum oleh otoritas yang memiliki kontrol
memperlihatkan perbaikan yang geografis paling minimal. Hal ini,
berarti. Dinas Kesehatan Kota menurut Cheema dan Rondinelli
Bandar Lampung mengidentifikasi (1983), didasari oleh beberapa
beberapa permasalahan yang alasan: pertama, pemerintah daerah
dihadapi, antara lain: masih cukup lebih memahami kebutuhan
tingginya angka kematian ibu masyarakatnya; kedua, keputusan
melahirkan; masih cukup tingginya pemerintah daerah dinilai lebih
angka kematian bayi dan balita; responsif terhadap kebutuhan
masih cukup tingginya pravalensi masyarakatnya sehingga mendorong

56
pemerintah lokal untuk melakkan Kapasitas, sebagai sebuah konsep
efisiensi dalam penggunaan dana yang sangat teknokratis, di dalamnya
yang berasal dari masyarakat; ketiga, mengandung makna tentang
persaingan antar daerah dalam keahlian, ketrampilan,
memberikan pelayanan kepada profesionalitas, efisiensi, dan
masyarakatnya akan mendorong efektivitas. Fiszbein (1997)
pemerintah tersebut untuk mendefisinikan kapasitas sebagai
meningkatkan inovasinya. kemampuan individu, organisasi, dan
Pemerintah daerah mungkin sistem untuk menjalankan fungsi-
memiliki kewenangan politik dan fungsinya secara efisien, efektif, dan
akses yang luas terhadap sumber- berkelanjutan. Kapasitas harus
sumber daya. Akan tetapi jika dilihat sebagai kemampuan mencapai
kewenangan yang luas tersebut tidak kinerja, untuk menghasilkan
didukung dengan kapasitas yang keluaran (output) dan hasil
memadai, maka tujuan (outcomes). Kapasitas tidak dapat
desentraslisasi tersebut sulit untuk dipandang sebagai sesuatu yang
dapat terwujud. Akibatnya, kapasitas statis, melainkan harus ditempatkan
yang tidak memadai menurut Azfar dalam suatu konteks yang dinamis
(1999), seringkali dijadikan sebagai dengan kondisi-kondisi kerangka
argumen untuk menolak setiap maupun perkembangan jaman yang
usulan yang menghendaki dilakukan berubah.
kebijakan desentralisasi. Oleh karena Cheema dan Rondinelli
itu, kebijakan desentralisasi (1983) menjelaskan bahwa
kesehatan perlu didukung dengan desentralisasi adalah membangunan
pengembangan kapasitas layanan kapasitas sebelum menyerahkan
kesehatan di tingkat lokal. tanggungjawab atau pendapatan ke
Kapasitas merupakan basis tingkat pemerintahan di bawahnya.
otonomi daerah, karena kapasitas Pengembangan kapasitas menurut
atau kemampuan ini merupakan Pramusinto dan Purwanto
modal dasar bagi kemandirian. (2009:364), secara sederhana

57
dipahami sebagai sebuah proses dan langsung melalui sumber-sumber
aktivitas yang digunakan untuk arsip, dokumen, maupun media
meningkatkan kemampuan personal massa. Selanjutnya data dianalisis
dan atau institusional untuk dengan teknis analisis data kualitatif
mewujudkan tujuan-tujuan. Secara yang mencakup tahapan: reduksi,
umum desentralisasi dimaksudkan verifikasi, display, dan interpretasi.
untuk meningkatkan kapasitas lokal.
HASIL PENELITIAN
Hal itu terjadi sebagai dampak dari
KAPASITAS LAYANAN
akses yang lebih besar dari
KESEHATAN
pemerintah lokal untuk mendapatkan
Pembangunan sektor
jatah sumber daya nasional dan
kesehatan dalam Rencana
mengelola sendiri sumber daya lokal,
Pembangunan Jangka Menengah
sehingga mendorong pengembangan
Daerah Kota Bandar Lampung 2010-
ketrampilan manajemen dan
2015 dilakukan dalam rangka
perencanaan publik.
mewujudkan sasaran-sasaran sebagai

METODE PENELITIAN berikut: (a) cakupan kunjungan ibu

Penelitian ini dilakukan hamil mencapai 100%, (b) cakupan

dengan menggunakan jenis komplikasi kebidana yang ditangani

penelitian kualitatif dan tipe mencapai 80%, (c) cakupan

penelitian deskriptif. Alasan persalinan mencapai 90%, (d)

penggunaan jenis dan tipe penelitian cakupan pelayanan nifas mencapai

ini adalah keinginan untuk 90%, (e) cakupan neunatus

mendapatkan pemahaman melalui komplikasi ditangani mencapai 80%,

deskripsi terkait realitas (f) cakupan kunjungan bayi

penyelenggaraan layanan kesehatan mencapai 90%, (g) cakupan

oleh pemerintah daerah. Jenis data kelompok UCI mencapai 100%, (h)

mencakup data primer melalui cakupan anak balita mencapai 100%,

wawancara dengan para informan (i) cakupan MP ASI mencapai 90%,

dan data sekunder berupa data tak (j) cakupan balita gizi buruk yang

58
mendapat perawatan mencapai Bandar Lampung yang masih rendah.
100%, (k) cakupan penjaringan Harian KOMPAS 16 Juni 2005
kesehatan siswa SD mencapai 100%, pernah mengungkapkan bahwa
(l) cakupan KB aktif mencapai jumlah balita penderita gizi buruk
100%, (m) cakupan penemuan dan hingga Mei 2005 tercatat sebanyak
penanganan penderita penyakit 26 orang. Selain gizi buruk, 287 anak
mencapai 85-100%, (n) cakupan balita dinyatakan berada di bawah
pelayanan kesehatan dasar garis merah dalam Kartu Menuju
masyarakat miskin mencapai 100%, Sehat yang dikeluarkan Pos Yandu.
(o) cakupan pelayanan kesehatan Data yang dikeluarkan Dinas
rujukan untuk masyarakat miskin Kesehatan Kota Bandar Lampung
mencapai 100%, (p) cakupan pada tahun 2006 kembali
pelayanan Gawat Darurat Level 1 mengungkapkan fakta-fakta berikut:
yang harus diberikan sarana (a) terjadi peningkatan jumlah kasus
kesehatan di kota mencapai 100%, kematian bayi dari 193 kasus pada
(r) cakupan KLB yang dilakukan PE tahun 2005 menjadi 194 kasus pada
24 jam mencapai 100%, (s) cakupan tahun 2006; (b) terjadi peningkatan
Desa Siaga Aktif mencapai 100%, (t) jumlah kasus kematian ibu maternal
tersedianya asuransi jiwa bagi dari 14 kasus pada tahun 2004
masyarakat, (u) berkurangnya jumlah menjadi 16 kasus pada tahun 2006
penyandang masalah kesejahteraan dengan jumlah terbanyak di wilayah
sosial, (v) tertanganinya korban kerja Puskesmas Simpur, Palapa,
bencana, (w) tersedianya sarana dan Gedung Air, dan Sukabumi; (c)
prasarana penanggulangan korban terjadi peningkatan jumlah kasus
bencana. penyakit menular seksual dari 375
Keinginan Pemerintah Kota kasus pada tahun 2005 menjadi 466
Bandar Lampung untuk pada tahun 2006; (d) rata-rata
meningkatkan derajad kesehatan penyakit malaria di Kota Bandar
masyarakat didasari keprihatinan atas Lampung sebesar 8,9 persen; (e)
derajad kesehatan masyarakat Kota terjadi peningkatan kasus kematian

59
karena diare dari 1 kasus pada tahun 2006-2010. Sasaran yang ingin
2005 menjadi 58 kasus diare dengan dicapai sektor kesehatan pada tiap
3 kasus kematian pada tahun 2006; tahun cukup jelas dituangkan dalam
(f) terjadi peningkatan jumlah kasus rencana strategis. Semua sasaran itu
penyakit demam berdarah dengue ditunjukkan dalam bentuk angka-

dari 403 kasus dengan jumlah rata- angka target yang ingin dicapai pada

rata 50,1 per 100.000 penduduk. tahun berjalan dan tahun mendatang.

Status kesehatan masyarakat Sebagai contoh, balita bawah garis

di Kota Bandar Lampung sebenarnya merah ditargetkan mengalami

masih rendah kembali terungkap penurunan dari 19 persen pada tahun

dalam data yang dikeluarkan Dinas 2006 menjadi 15 persen pada tahun

Kesehatan Kota Bandar Lampung 2010. Sedangkan cakupan

tahun 2008. Pada tahun 2008, angka pertolongan persalinan oleh bidan

kematian ibu mencapai 18 jiwa dan dan tenaga kesehatan diharapkan

angka kematian bayi mencapai 96 meningkat dari 80 persen pada tahun

jiwa. Balita yang terancam gizi 2006 menjadi 90 persen pada tahun

buruk mencapai 541 jiwa. Sedangkan 2010. Pencantuman nilai sasaran

ibu hamil yang memerlukan dalam bentuk angka dalam renstra

makanan tambahan karena kurang merupakan hal yang tepat.

energi kronik mencapai 946 orang. Sayangnya dalam renstra tidak

Dalam rangka meningkatkan kinerja dicantumkan pentahapan yang ingin

pelayanan, Dinas Kesehatan Kota dicapai dalam periode tahunan

Bandar Lampung telah menetapkan sampai tahun 2010.

sasaran pencapaian indikator kinerja


standar pelayanan minimal tahun

Tabel 1. Sasaran Pencapaian Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal


TARGET PER TAHUN (%)
NO INDIKATOR KINERJA
2006 2007 2008 2009 2010
1. PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN
BAYI
Cakupan kunjungan ibu dan hamil K-4 87 90 92 94 95
Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan 84 85 87 90 90
atau tenaga kesehatan yang memiliki

60
kompetensi kebidanan
Ibu hamil resiko tinggi yang dirujuk 75 80 90 95 100
Cakupan kunjungan neonatus 86 87 88 89 90
Cakupan kunjungan bayi 86 87 88 89 90
Cakupan bayi berat rendah yang ditangani 90 92 95 97 100
2. PELAYANAN KESEHATAN ANAK PRA
SEKOLAH DAN USIA SEKOLAH
Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak 72 76 82 86 90
balita dan pra sekolah
Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD 65 70 80 90 100
dan setingkat oleh tenaga kesehatan atau
tenaga terlatih
Cakupan pelayanan kesehatan remaja 65 70 72 75 80
3. PELAYANAN KELUARGA
BERENCANA
Cakupan peserta aktif KB 70 70 70 70 70
4. PELAYANAN IMUNISASI
Desa/Kelurahan Universal Child 100 100 100 100 100
Immunization (UCI)
5. PELAYANAN PENGOBATAN
Cakupan rawat jalan 12 12 13 14 15
Cakupan rawat inap 1,0 1,2 1,3 1,4 1,5
6. PELAYANAN KESEHATAN JIWA
Pelayanan gangguan jiwa di sarana 9 11 13 14 15
pelayanan kesehatan umum
7. PEMANTAUAN PERTUMBUHAN
BALITA
Balita yang naik berat badannya 80 80 80 80 80
Balita bawah garis merah <19 <18 <17 <16 <15
8. PELAYANAN GIZI
Cakupan balita mendapat kapsul viamint A 85 86 87 88 90
dua kali setahun
Cakupan ibu hamil mendapat 90 kapsul 90 90 90 90 90
tablet Fe
Cakupan pemberian makanan pendamping 100 100 100 100 100
ASI pada bayi bawah garis merah dari
keluarga miskin
Balita gizi buruk mendapat perawatan 100 100 100 100 100
9. PELAYANAN OBSTETRIK
&NEONATAL EMERGENSI DASAR
DAN KOMPREHENSIF
Akses terhadap ketersediaan darah dan 65 70 72 75 80
komponen yang aman untuk menangani
rujukan ibu hamil dan neonatus
Ibu hamil resiko tinggi yang ditangani 65 70 72 75 80
Neonatal resiko tinggi yang diangani 80 80 80 80 80
10. PELAYANAN GAWAT DARURAT
Sarana kesehatan dan kemampuan layanan 80 90 90 90 90
dapat diakses masyarakat
11. PENYELIDIKAN EPIDEMOLOGI DAN
PENANGGULANGAN KLB & GIZI
BURUK
Desa/kelurahan mengalami KLB ditangani 100 100 100 100 100
24 jam

61
Kecamatan bebas rawan gizi 65 70 70 75 80
12. PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN PENYAKIT POLIO
Acute Flacid Paralysis rate per 100.000 3 3 3 3 1
penduduk<15 tahun
13. PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN PENYAKIT TB
PARU
Kesembuhan penderita TB paru BTA positif 85 85 85 85 85
14. PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN PENYAKIT ISPA
Cakupan balita dengan pneumonia yang 57 68 79 90 100
ditangani
15. PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN HIV-AIDS
Klien yang mendapatkan penanganan 100 100 100 100 100
Infeksi menular yang diobati 100 100 100 100 100
16. PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN DEMAM
BERDARAH DONGUE
Penderita DBD yang ditangani 100 100 100 100 100
17. PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN DIARE
Balita dengan diare yang ditangani 82 87 92 96 100
18. PELAYANAN KESEHATAN
LINGKUNGAN
Institusi yang dibina 64 65 65 70 70
19. PELAYANAN PENGENDALIAN
VEKTOR
Rumah/bangunan bebas jentik malaria 87 89 90 92 >95
20. PELAYANAN HYGIENE SANITASI
Tempat umum yang memenuhi syarat 77 78 78 80 80
21. PENYULUHAN PRILAKU SEHAT
Rumah tangga sehat 50 55 60 65 65
Bayi yang mendapat ASI ekslusif 68 70 73 75 80
Desa/kelurahan bergaram yodium 90 90 90 90 90
Pos yandu purnama 20 25 30 35 40
22. PENYULUHAN DAN
PENANGGULANGAN NAPZA
Upaya penyuluhan oleh petugas kesehatan 9 11 13 14 15
23. PELAYANAN PENYEDIAAN OBAT &
PERBEKALAN KESEHATAN
Ketersediaan obat sesuai kebutuhan 80 90 90 90 90
Pengadaan obat esensial 90 90 100 100 100
Pengadaan obat generik 90 90 100 100 100
24. PELAYANAN PENGGUNAAN OBAT
GENERIK
Penulisan resep obat generik 80 80 90 90 90
25. PENYELENGGARAAN PEMBIAYAAN
PELAYANAN PERSEORANGAN
Cakupan jaminan kesehatan pra bayar 45 50 60 75 80
26. PENYELENGGARAAN PEMBIAYAAN
KELUARGA MISKIN DAN MASY
RENTAN

62
Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan 45 55 70 80 100
keluarga miskin dan masy rentan
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung 2012

Secara umum jumlah meningkat lebih dari 14 persen.


anggaran yang dialokasikan untuk Tetapi trend belanja langsung urusan
pembangunan sektor kesehatan kesehatan hanya naik satu persen.
dalam APBD Kota Bandar Lampung Hal ini belum cukup optimal menuju
meningkat. Secara nominal, total target ideal 20 persen APBD.
belanja urusan kesehatan terhadap Sementara itu trend belanja tidak
total belanja daerah mengalami langsung urusan kesehatan
kenaikan. Prosentase belanja mengalami kenaikan cukup tinggi.
subsektor kesehatan terhadap total Hal ini mengindikasikan belanja
belanja daerah juga meningkat dari yang terserap ke aparatur lebih besar
Rp 46 milyar (Tahun Anggaran dibanding belanja langsung di sektor
2007) menjadi Rp 53 milyar (Tahun kesehatan.
Anggaran 2010). Selama empat
tahun total belanja urusan pendidikan
Tabel 2. Anggaran Sektor Kesehatan Kota Bandar Lampung
URAIAN 2007 2008 2009 2010
Total Belanja 46.669.025.280 53.127.538.568 72.482.643.691 53.582.556.787
Belanja Tidak Langsung 19.325.135.705 23.965.813.928 29.028.224.881 28.039.596.869
Belanja Pegawai 19.325.135.705 23.965.813.928 29.028.224.881 28.039.596.869
Belanja Langsung 27.343.889.575 29.161.724.640 43.454.418.810 25.542.959.918
Belanja Pegawai 1.670.837.600 979.947.900 1.043.469.000 1.004.863.000
Belanja Barang dan Jasa 8.485.270.125 10.946.830.590 10.632.098.610 13.521.720.750
Belanja Modal 17.187.781.850 17.234.946.150 31.778.851.200 11.016.376.168
Sumber: APBD Kota Bandar Lampung Tahun Anggaran 2007-2010

Prosentase total belanja nominal meningkat selama 3 tahun.


urusan kesehatan terhadap total Trend belanja langsung urusan
belanja daerah selama 3 tahun secara kesehatan naik, tetapi masih jauh
nominal tidak mengalami kenaikan dari target ideal 20%. Sementara itu,
atau konstan walaupun secara trend belanja tidak langsung urusan

63
kesehatan juga naik, baik secara juta (0,20%); kemudian meningkat
nominal maupun prosentase, namun menjadi Rp 174,7 juta (0,21%) pada
angkanya kecil. Belanja program 2008; tetapi turun menjadi Rp 123,8
kesehatan pada tahun 2007-2009 juta (0,14%).
masih prioritaskan belanja Sesuai dengan salah satu misi
infrastruktur dasar, sedangkan Pemerintah Kota Bandarlampung
belanja peningkatan akses tahun 2005-2010 yaitu
menempati porsi kedua. Belanja Meningkatkan Derajat Kesehatan
administrasi dan aparatur setiap Masyarakat, maka Pemkot
tahun menurun dengan nominal yang Bandarlampung berusaha
relatif kecil pada belanja aparatur. meningkatkan pelayanan kesehatan
Sedangkan prosentase belanja kepada seluruh masyarakat Kota
peningkatan akses cenderung Bandarlampung. Upaya untuk
meningkat, juga pada belanja meningkatkan derajat kesehatan
peningkatan mutu. Anggaran belanja masyarakat meliputi upaya: (a)
yang dialokasikan untuk mengurangi menurunkan angka mortalitas, (b)
angka kematian ibu hamil pada tahun menurunkan angka morbiditas, (c)
2007 adalah Rp 328,8juta (0,40%); meningkatkan status gizi masyarakat,
kemudian meningkat menjadi Rp (d) meningkatkan kualitas
359,3 juta (0,45%) pada 2008; tetapi lingkungan hidup dan
turun menjadi Rp 223,8 juta (0,24%) membudayakan perilaku hidup
pada target tahun 2009. Sedangkan bersih dan sehat, (e) meningkatkan
anggaran yang dialokasikan untuk sumberdaya kesehatan serta (f)
mengurangi angka kematian anak meningkatkan akses dan mutu
pada tahun 2007 adalah Rp 158,8 layanan kesehatan.

Tabel 3. Perkembangan Jenis Sarana Kesehatan di Kota Bandar Lampung


Jenis Sarana 2005 2006 2007 2008 2009
Puskesmas Rawat Inap 3 3 6 8 8
Puskesmas 27 27 22 22 22
Puskesmas Pembantu 51 53 57 57 55
Puskesmas Keliling/ambulan 22 22 25 25 25

64
Pos Yandu 557 567 568 568 568
Balai Pengobatan 54 53 67 67 67
Rumah Bersalin 33 33 33 33 33
Rumah Sakit Bersalin 1 1 1 1 1
Rumah Sakit TNI/Polri 2 2 2 2 2
Rumah Sakit Swasta 6 6 6 6 6
Apotik 84 84 100 100 100
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010, Bandar Lampung Dalam Angka.

Pemerintah Kota Bandar Bandar Lampung secara keseluruhan


Lampung sejak tanggal 1 Januari telah mencapai 8 unit.
2007 telah memberlakukan Salah satu upaya yang telah
pengobatan gratis bagi seluruh dilaksanakan oleh Pemerintah Kota
masyarakat Kota Bandar Lampung Bandar Lampung selain
yang mendapatkan pelayanan menggratiskan biaya berobat di
kesehatan di Puskesmas. Pada tahun Puskesmas sejak tahun 2007 juga
2006, Pemerintah Kota Bandar melalui peningkatan Puskesmas
Lampung telah memiliki tiga unit menjadi Puskesmas Rawat Inap. Dari
Puskesmas Rawat Inap, yaitu beberapa Puskesmas yang ada di
Puskesmas Tanjung Karang, Kota Bandarlampung, delapan
Puskesmas Panjang, dan Puskesmas Puskesmas telah beralih status
Kedaton. Upaya untuk meningkatkan menjadi Puskesmas Rawat Inap.
jumlah Puskesmas Rawat Inap Kedelapan Puskesmas itu meliputi:
dilakukan pada tahun 2007 dengan (a) Puskesmas Kota Karang; (b)
membangun 3 unit Puskesmas Rawat Puskesmas Panjang; (c) Puskesmas
Inap yaitu Puskesmas Sukabumi, Kedaton; (d) Puskesmas Gedong Air;
Puskesmas Gedong Air, dan (e) Puskesmas Sukamaju; (f)
Puskesmas Sukamaju. Hal ini Puskesmas Sukabumi; (g) Puskesmas
kembali dilakukan pada tahun 2008 Sukarame (pembangunan gedung
dengan membangun Puskesmas dilaksanakan tahun 2008); (h)
Sukarame dan Puskesmas Simpur. Puskesmas Simpur (pembangunan
Hingga tahun 2009, jumlah gedung dilaksanakan tahun 2008).
Puskesmas Rawat Inap di Kota

65
Di samping program RSUD pada tahun 2008. Setelah
pembangunan Puskesmas rawat jalan mendapatkan rekomendasi dari
dan Puskesmas rawat inap, Dinas Kesehatan Propinsi Lampung,
Pemerintah Kota Bandar Lampung maka pada tahun 2009 telah dimulai
juga telah berhasil melaksanakan realisasi pembangunan RSUD tahap
Pembangunan Rumah Sakit Umum pertama.
Daerah (RSUD). Pembangunan RSUD Kota Bandarlampung
RSUD dipandang menjadi bagian merupakan rumah sakit tipe C milik
yang sangat penting dalam pemerintah yang wajib menyediakan
pelaksanaan program Pemerintah pelayanan kesehatan, sarana dan
Kota Bandar Lampung di bidang prasarana kesehatan bagi masyarakat
kesehatan karena RSUD di tingkat Kota Bandar Lampung. Sebagai
Kota/Kabupaten merupakan salah Rumah Sakit Pemerintah, pelayanan
satu tahapan rujukan pelayanan kesehatan ditujukan bagi seluruh
kesehatan. Pembangunan RSUD masyarakat terutama masyarakat
Kota Bandar Lampung ini telah golongan ekonomi kelas menengah
melalui berbagai tahapan, yaitu kebawah dengan biaya terjangkau
diawali dengan studi kelayakan pada dan jenis pelayanan yang lengkap
tahun 2004 oleh Bappeda Kota dan beragam. Adapun tujuan dari
Bandar Lampung bekerjasama Pembangunan RSU Kota
dengan konsultan yang Bandarlampung adalah sebagai
merekomendasikan bahwa berikut: (a) Memantapkan sistem
pembangunan RSUD Kota Bandar pelayanan kesehatan rujukan bagi
Lampung layak untuk dibangun di penderita dari pelayanan kesehatan
wilayah kecamatan Telukbetung dasar (puskesmas dan institusi
Utara. Berdasarkan studi kelayakan pelayanan kesehatan dasar diluar
tersebut, maka Pemerintah Kota milik pemerintah); (b) Mendukung
Bandar Lampung telah menindak pelaksanaan pembangunan daerah
lanjutinya dengan membuat Master Kota Bandarlampung dalam rangka
Plan pada tahun 2007 dan upaya menyejahterakan masyarakat
menentukan lokasi pembangunan Kota Bandarlampung.

66
RSUD Kota Bandar Pembangunan sektor
Lampung yang diberi nama RSUD A kesehatan merupakan implementasi
Dadi Tjokrodipo ini terletak di misi Rencana Pembangunan Jangka
Kelurahan Sumur Putri Kecamatan Menengah Daerah Kota Bandar
Telukbetung Utara dan dibangun di Lampung yang bertujuan untuk
atas lahan seluas 2,5 Ha. Pada meningkatkan pelayanan kesehatan
pembangunan tahap I, Pemerintah masyarakat dan meningkatkan
Kota Bandar Lampung berhasil pembangunan keluarga berencana.
membangun beberapa gedung atau Tingkat keberhasilan pembangunan
ruangan dengan berbagai peralatan dapat dilihat dari tingkat pencapaian
kedokterannya antara lain: Ruang sasaran. Sasaran pertama berupa
Unit Gawat Darurat (UGD), Ruang menurunnya angka kematian ibu
Operasi, Ruang Bersalin, Ruang dapat dilihat dengan tolok ukur
Sterilisasi, Ruang Poliklinik yaitu penurunan hingga lebih kecil atau
Poli Umum, Poli Anak, Poli Mata, sama dengan 18 kasus. Hasil
Poli THT, Poli Obgyn/ Kebidanan, Pembangunan Jangka Menengah
Poli Bedah, Poli Fisioterapy, Poli Daerah I menunjukkan terjadi
Penyakit Dalam, Poli gigi, poli penurunan dari 16 kasus menjadi 10
fisioterafi, Ruang Apotek, Ruang kasus. Terdapat beberapa kegiatan
Radiology, Ruang Laboratorium, atau program yang sudah dilakukan
Ruang Gizi/Dapur, Ruang Laundry, untuk menekan angka kematian ibu
Ruang Workshop, dan Ruang Rawat di antaranya melalui program
Inap. Dengan fasilitas ruangan yang penyediaan obat-obatan bermutu di
telah ada tersebut, RSUD Kota Puskesmas, sosialisasi yang regular,
Bandar Lampung menyediakan dan penyediaan media informasi
pelayanan kesehatan Spesialis antara kesehatan bagi ibu dan anak.
lain Spesialis THT, Spesialis Sasaran kedua berupa
Obgyn/Kebidanan, Spesialis Mata, menurunnya angka kematian bayi
Spesialis Anak, Spesialis Bedah, dapat dilihat dengan tolok ukur
Spesialis Anastesi, dan Spesialis kurang dari 178 kasus. Hasil
Penyakit Dalam. Pembangunan Jangka Menengah

67
Daerah I menunjukkan terjadi penyakit berbasis lingkungan (DBD,
peningkatan 1 kasus menjadi 28 Diare, Pneumonia, TBC, Malaria)
kasus kematian bayi. Namun dapat dilihat dengan tolok ukur (1)
beberapa program yang dilakukan untuk DBD meliputi Angka Bebas
dirasakan membantu meminimalisasi Jentik lebih besar atau sama dengan
angka kematian bayi, di antaranya 95%, CFR lebih kecil atau sama
adalah program peningkatan status dengan 2%, dan IR lebih kecil atau
gizi masyarakat, penyuluhan pola sama iaredengan 30/100.000
hidup sehat, dan penyediaan tenaga penduduk; (2) untuk Diare berupa
penyuluh kesehatan. cakupan penanganan mencapai
Sasaran ketiga berupa 100%; (3) untuk TBC meliputi
menurunnya prevalensi kurang gizi cakupan penanganan pneumonia
pada anak dan balita dapat dilihat mencapai 87%, Angka Kesembuhan
dengan tolok ukur besarnya mencapai lebih besar atau sama
prosentase anak dan balita kurang dengan 85%, dan CDR lebih besar
gizi berada di bawah angka 11,5%. atau sama dengan 70%; (3) untuk
Hasil Pembangunan Jangka Malaria berupa Angka AMI lebih
Menengah Daerah I menunjukkan kecil atau sama dengan 50 per mil.
terjadi penurunan angka prevalensi Hasil Pembangunan Jangka
kurang gizi pada anak dan balita. Hal Menengah Daerah I menunjukkan
ini terjadi berkat beberapa program jumlah kasus DBD meningkat dari
yang positif untuk menekan angka 38 kasus menjadi 89 kasus, angka
prevalensi kurang gizi pada anak dan ABJ meningkat dari 81,9% menjadi
balita. Program-program tersebut 88,0%, CFR meningkat dari 1,9%
meliputi: program peningkatan status menjadi 2,2%, dan IR meningkat dari
gizi masyarakat, program regular 50,1% menjadi 57,36%. Jumlah
mengenai Keluarga Berencana, serta kasus diare menurun dari 20.248
program peningkatan kualitas kasus menjadi 14.128 kasus disertai
kesehatan ibu dan anak. peningkatan cakupan penanganan
Sasaran keempat berupa diare dari 84% menjadi 100%. Pada
menurunnya angka kesakitan penyakit TBC, terjadi peningkatan

68
kasus dari 799 kasus menjadi 946 sebanyak 86 tenaga terlatih, dan
kasus meskipun cakupan penanganan pemeriksaan ANC sebanyak 79
TBC juga mengalami peningkatan orang.
dari 62,1% menjadi 100%. Angka Sasaran kelima berupa
kesembuhan dari pasien TBC terkendalinya pertumbuhan
meningkat dari 89% menjadi 92,80% penduduk dapat dilihat dengan tolok
dan CDR meningkat dari 62,10% ukur berupa angka pertumbuhan
menjadi 70,90%. Pada penderita penduduk 1,68% dan Total fertility
malaria, angka AMI menurun dari Rate 2,231. Beberapa program yang
9,71 per mil menjadi 4,79 per mil. dilakukan selama Pembangunan
Begitu pula pada kasus pneumonia Jangka Menengah Daerah I
terjadi penurunan dari 45,5% berkorelasi positif terhadap
menjadi 32,0%. minimalisasi angka pertumbuhan
Walaupun masih terdapat penduduk dan TFR. Program-
banyak kendala, namun terdapat program yang berkorelasi positif
beberapa program yang telah meliputi penyediaan alat kontrasepsi
dilakukan untuk mengatasi masalah berupa pil KB, suntik KB, pelayanan
tersebut. Program-program tersebut pemasangan alat kontrasepsi,
meliputi peningkatan kualitas obat di pembinaan terhadap 26 kelompok
Puskesmas, pemanfaatan tanaman BKB, BKR, dan BKL.
obat keluarga, penyediaan media Sasaran keenam berupa
informasi, penyuluhan pola hidup meningkatnya kualitas keluarga
sehat, penyediaan tenaga penyuluh dapat dilihat dengan tolok ukur
kesehatan sebanyak 27 orang, dan penurunan angka keluarga pra
terbentuknya Unit Kesehatan sejahtera menjadi 33,15%,
Berbasis masyarakat (UKBM). penurunan angka keluarga sejahtera I
Dalam konteks penyakit berbasis menjadi 18,75%, kenaikan angka
lingkungan, data juga menunjukkan keluarga sejahtera II menjadi 22,9%,
bahwa kasus DBD yang tertangani kenaikan angka keluarga sejahtera III
sebanyak 275 kasus, tercapai deteksi menjadi 18,95%, dan kenaikan angka
dini penyakit APF, imunisasi oleh keluarha sejahtera IV dari 4,41%

69
menjadi 5,45%. Walaupun dalam Keberadaan rumah sakit umum
Pembangunan Jangka Menengah swasta dirasakan membantu
Daerah I tidak ada data capaian yang mengatasi kekurangan sarana
kongkrit, namun terdapat beberapa pelayanan kesehatan. Namun
program yang berkorelasi positif, mahalnya tarif pelayanan kesehatan
diantaranya Program Pembentukan rumah sakit umum swasta membuat
UPPKS dan Program Peningkatan sebagian warga masyarakat tidak
Status Gizi Masyarakat. dapat menikmati fasilitas pelayanan
kesehatan. Pelayanan rumah sakit
PROBLEMA KAPASITAS
umum didukung dengan kehadiran
Sarana kesehatan di Kota
27 Puskesmas induk, 20 Puskesmas
Bandar Lampung mencakup: rumah
keliling, 44 Puskesmas Pembantu,
sakit, Puskesmas, Pos Pelayanan
dan 602 Posyandu di berbagai
Terpadu (Posyandu), dan sarana
wilayah Kota Bandar Lampung.
pelayanan kesehatan swasta. Rumah
Selain itu, terdapat sarana pelayanan
sakit umum berjumlah delapan buah
kesehatan swasta yang terdiri atas:
yaitu: Rumah Sakit Umum Propinsi
67 Balai Pengobatan, 1 Rumah Sakit
(Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel
Bersalin, 33 Rumah Bersalin, 100
Moeloek), Rumah Sakit Umum Kota
apotik, 23 toko obat berizin, 6 klinik
(Rumah Sakit Umum Daerah dr. A.
spesialis, 99 praktek dokter swasta,
Dadi Tjokrodipo), Rumah Sakit
296 praktek bidan swasta, dan 58
Tentara, dan lima rumah sakit swasta
praktek perawat.
(Rumah Sakit Bumi Waras, Rumah
Sakit Immanuel, Rumah Sakit
Advent, Rumah Sakit Oerip
Soemoharjo, Rumah Sakit Graha.

Tabel 4: Banyaknya Tenaga Kesehatan Kota BL

Tenaga Kesehatan 2005 2006 2007 2008 2009


1. Dokter Ahli 80 1 60 102 115
a. Spesialis Penyakit Dalam 9 - 9 12 13
b. Spesialis Bedah 14 - 6 13 15
c. Spesialis Penyakit Anak 11 - 10 13 16

70
d. Spesialis Obgin 12 - 5 16 17
e. Spesilais Jantung 3 - 1 2 2
f. Spesialis Kulit & Kelamin 3 - 2 2 4
g. Spesialis THT 5 1 6 6 6
h. Spesialis Mata 5 - 6 6 6
i. Spesialis Paru 3 - 2 4 4
j. Spesialis Lainnya 15 - 13 18 31
2. Dokter Umum 128 58 121 230 308
3. Dokter Gigi 48 36 45 55 65
4. Bidan 124 138 223 375 447
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010, Bandar Lampung Dalam Angka.

Tabel 5: Banyaknya Sarana Kesehatan Kota Bandar Lampung

Sarana Kesehatan 2005 2006 2007 2008 2009


1. Rumah Sakit 12 12 10 11 9
2. Puskesmas 27 27 22 22 22
3. Puskesmas Pembantu 51 53 57 57 55
4. Rumah Bersalin 22 20 14 20 25
5. Balai Pengobatan 83 86 65 67 53
6. Pos Yandu 617 598 65 67 53
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010, Bandar Lampung Dalam Angka.

71
Kelemahan pelayanan kesehatan untuk mengakses alat
kesehatan juga menjadi perhatian kontrasepsi, serta masih banyak ibu-
kalangan elemen masyarakat Kota ibu yang enggan membawa anaknya
Bandar Lampung. Helda Khasmy, ke posyandu karena lebih memilih
aktivis Lembaga Advokasi bekerja dengan harapan
Perempuan Damar, mengungkapkan mendapatkan upah harian. Pihak
bahwa hak kesehatan bagi Damar juga menemukan kenyataan
perempuan dan anak di Kota bahwa para Pembantu Petugas
Bandarlampung terkesan masih Keluarga Berencana Daerah
terabaikan. Fakta lapangan yang (PPKBD) yang bekerja dengan
bertolak belakang dengan semangat semangat sukarela sebelumnya telah
kemajuan kota ini di antaranya dijanjikan akan mendapatkan
tampak dari minimnya layanan insentif, namun janji tersebut belum
kesehatan reproduksi untuk kunjung terealisasi. Hal ini tak lepas
masyarakat miskin dan pengadaan dari minimnya anggaran yang
layanan posyandu yang masih kurang dialokasikan untuk program
optimal. Selain itu, sarana pengadaan pelayanan kesehatan reproduksi.
alat kontrasepsi yang masih terbatas Damar mengusulkan agar konsep
dan kurang menjangkau masyarakat layanan posyandu diubah di beberapa
kota ini. Kondisi ini diperparah tempat dengan sistem jemput bola.
dengan masih tingginya angka Artinya kader posyandu diharapkan
kematian ibu dan bayi serta bisa mendatangi rumah ibu-ibu yang
maraknya kasus gizi buruk (Radar tidak sempat mengakses layanan
Lampung, 25 Juni 2011). karena kesibukan mereka bekerja
Lembaga Advokasi sehingga kondisi kesehatan rumah
Perempuan Damar bersama Serikat tangga miskin bisa terpantau. Selain
Perempuan Bandar Lampung (SPBL) itu, Damar terus mendorong adanya
di Kecamatan Panjang menemukan pengalokasian anggaran yang
posyandu yang tidak memberikan berorientasi pada kesejahteraan
makanan tambahan untuk balita, rakyat. Diharapkan, anggaran untuk
pengadaaan pil KB yang masih harus layanan kesehatan bisa ditingkatkan
membayar, minimnya sarana sehingga petugas kesehatan bisa

72
bekerja secara lebih optimal upaya pembinaan kesehatan
menjalankan kewajibannya (Radar masyarakat akan berkurang. Pada
Lampung, 25 Juni 2011). gilirannya dikhawatirkan perhatian
Salah satu unit yang kepada masyarakat miskin, upaya
melaksanakan aktivitas pelayanan pencegahan penyakit menular, dan
kesehatan di tingkat bawah adalah penyelenggaraan pelatihan kesehatan
Puskesmas. Di Kota Bandar masyarakat akan merosot padahal
Lampung terdapat 27 Puskesmas Kota Bandar Lampung merupakan
induk, 20 Puskesmas keliling, 44 wilayah endemik demam berdarah.
Puskesmas Pembantu. Pelaksanaan Mengingat terbatasnya dana untuk
otonomi daerah belum menyebabkan pengelolaan Puskesmas, Pemerintah
perubahan nyata dalam pelayanan Kota merencanakan akan melakukan
Puskesmas. Perubahan yang uji coba pengoperasian Puskesmas
dirasakan adalah menurunnya dana dengan sistem swadana. Dengan
operasional (transpor, perbaikan sistem ini tarif Puskesmas perlu
gedung, alat-alat) yang diterima disesuaikan dengan biaya yang
Puskesmas. Sejalan dengan dibutuhkan untuk mengoperasikan
minimnya anggaran yang dimiliki Puskesmas dengan baik, tanpa
Dinas Kesehatan, maka jumlah bantuan Pemerintah Daerah, kecuali
anggaran yang diserahkan ke untuk gaji staff. Asumsinya,
masing-masing Puskesmas juga amat Puskesmas swadana akan berusaha
minim. Anggaran ini dipakai untuk meningkatkan pelayanan agar
berbagai hal, termasuk biaya mendapat sebanyak mungkin pasien,
pemeliharaan gedung serta karena seluruh biaya pengelolaan
membayar bensin, listrik, dan air. Puskesmas sepenuhnya menjadi
Anggaran tersebut masih jauh dari tanggungjawab Puskesmas. Namun
mencukupi, karena biaya rata-rata di pihak lain, kenaikan tarif ini juga
per bulan untuk listrik, air, dan dikhawatirkan akan mengurangi
telepon cenderung melebihi jumlah kesempatan orang miskin untuk
anggaran yang dialokasikan. berobat ke Puskesmas.
Dengan minimnya dana Untuk menutup kekurangan
operasional Puskesmas, dapat diduga anggaran yang diterima dari Dinas

73
Kesehatan, Puskesmas diberi hak kemampuan APBD. Pemerintah Kota
untuk mengelola sebagian dana selama ini cenderung lebih banyak
restribusi pelayanan kesehatan yang mengangkat tenaga administrasi,
dibayar pasien. Alternatif lain untuk sementara pengangkatan tenaga
mengatasi keterbatasan dana medis seperti dokter, perawat, dan
pengelolaan Puskesmas adalah bidan bidan jarang dilakukan.
dengan cara penerapan sistem JPKM Akibatnya, persebaran tenaga medis
(Jaminan Perlindungan Kesehatan menjadi tidak merata dan terkumpul
Masyarakat). Rencana pelaksanaan di kawasan perkotaan saja.
sistem JPKM masih dalam tahap Sementara itu, meskipun
perumusan. Untuk menganalisis Rumah Sakit Umum Daerah dr. A.
kelayakan JPKM, Dinas Kesehatan Dadi Tjokrodipo berhasil dibangun,
pernah menghitung kebutuhan dana namun pelayanan di rumah sakit ini
pelayanan kesehatan di seluruh sampai tahun 2012 masih terkendala
Puskesmas yang besarnya mencapai oleh kurangnya tenaga dokter dan
Rp 12 milyar/tahun (termasuk biaya sarana layanan kesehatan seperti
operasional dan obat). mobil ambulans, ruang perawatan,
Sisi lain dari permasalahan dan peralatan ICU. Menurut Kepala
yang dihadapi Puskesmas adalah Dinas Kesehatan Kota Bandar
berkaitan dengan status tenaga medis Lampung, dr. Wirman, kekurangan
dan paramedis. Sebagian besar tenaga dokter khususnya dokter
tenaga medis dan paramedis di spesialis anak terjadi karena dokter
Puskesmas merupakan tenaga spesialis anak yang bekerja di
kontrak. Hal ini membuat komitmen Rumah Sakit Umum Daerah dr A
mereka dalam melayani pasien tidak Dadi Tjokrodipo adalah dokter
seperti para pegawai tetap. Sumber spesialis anak yang dipinjam dari
informasi di Dinas Kesehatan Kota Rumah Sakit Umum Daerah Propinsi
Bandar Lampung menyebutkan (RSUD Abdoel Moeloek). Pihak
bahwa pengangkatan pegawai tetap Dinas Kesehatan Kota Bandar
di lingkungan Dinas Kesehatan amat Lampung sedang mengupayakan
bergantung pada besarnya untuk memenuhi sendiri kebutuhan

74
dokter spesialis anak dengan ICU, pihak Dinas Kesehatan Kota
menugaskan salah seorang dokter Bandar Lampung sedang berupaya
umum untuk menempuh pendidikan melengkapi peralatan yang
spesialis ke Perguruan Tinggi di dibutuhkan (Radar Lampung 2
Jawa. Mengenai kekurangan sarana November 2012).
mobil ambulans, pihak RSUD
mengakui baru memiliki satu mobil
ambulans hasil pinjaman dari Dinas
KESIMPULAN & SARAN
Kesehatan Provinsi Lampung dan
Setelah lebih dari satu dekade
sedang melaksanakan proses tender
pelaksanaan otonomi daerah, Kota
untuk pengadaan dua unit mobil
Bandar Lampung masih dihadapkan
ambulans serta satu unit mobil
pada beberapa permasalahan antara
jenazah. Pada tahun 2013 jumlah
lain: masih cukup tingginya angka
mobil ambulans direncanakan akan
kematian ibu melahirkan; masih
ditambah lagi sebanyak lima unit.
cukup tingginya angka kematian bayi
Selanjutnya mengenai kekurangan
dan balita; masih cukup tingginya
ruang perawatan, Pihak Dinas
pravalensi gizi kurang dan gizi
Kesehatan Kota Bandar Lampung
buruk; masih tingginya kejadian
menyatakan memang saat ini hanya
penyakit menular berbasis
tersedia 78 tempat tidur, yang
lingkungan; masih rendahnya kondisi
meliputi: 14 di ruang kebidanan, 31
kesehatan lingkungan; belum
di ruang rawat inap E1, serta 33 di
optimalnya mutu pelayanan dan
ruang rawat inap E3. Pihak Dinas
keterjangkauan pelayanan kesehatan;
Kesehatan Kota Bandar Lampung
masih kurangnya jumlah SDM
sedang melakukan penambahan 104
kesehatan yang profesional; masih
tempat tidur melalui pembangunan
cukup tingginya angka pertumbuhan
gedung empat lantai. Saat ini
penduduk; masih cukup tingginya
pembangunan dua lantai untuk
angka keluarga pra sejahtera. Di saat
menampung 50 tempat tidur sedang
yang bersamaan, Pemerintah Kota
dalam tahap penyelesaian terlebih
Bandar Lampung masih dihadapkan
dahulu. Begitu pula untuk ruang

75
pada upaya memecahkan kendala (build, operate, transfer) di samping
keterbatasan sumber-sumber daya, memanfaatkan Dana Alokasi Khusus
baik sumber daya keuangan, tenaga (DAK) bidang kesehatan.
medis dan paramedis, sarana, Peningkatan tenaga medis
maupun prasarana kesehatan. Hal ini dan paramedis dari sisi jumlah secara
menunjukkan bahwa masih adanya dini dapat dilakukan melalui
gab yang amat lebar antara kapasitas kerjasama dengan Kementerian
layanan kesehatan dengan Pendidikan dalam rangka
kompleksitas permasalahan peningkatan status dokter umum
kesehatan di daerah. menjadi spesialis maupun
Peningkatan kuantitas dan peningkatan alokasi beasiswa daerah
kualitas layanan kesehatan perlu bagi sekolah-sekolah keperawatan &
terus menerus dilakukan melalui kebidanan. Sementara itu, solusi atas
peningkatan kapasitas keuangan, ketimpangan alokasi distribusi antar
sarana, prasarana, maupun tenaga kawasan maupun perluasan akses
medis, yang disertai perluasan akses masyarakat miskin untuk saat ini
masyarakat miskin untuk yang paling memungkinkan
memperoleh layanan kesehatan dilakukan adalah melalui
melalui pemberian jaminan optimalisasi penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Kapasitas layanan kesehatan berbasis
keuangan yang meningkat dapat komunitas serta melalui pemanfaatan
diperoleh melalui efisiensi program-program Corporate Social
penggunaan anggaran daerah menuju Responsibility oleh pihak korporasi
rasio yang lebih seimbang antara di daerah.
belanja langsung dan tidak langsung,
di samping melakukan peningkatan
mobilisasi sumber-sumber DAFTAR PUSTAKA
Pendapatan Asli Daerah.
Peningkatan sarana dan prasarana Azfar, Kahkonen, Lanyi, Meager,
dan Rutherford, 1999,
dapat dilakukan melalui pelibatan Decentralization,
pihak swasta dengan pola BOT Governance and Public

76
Services: the Impact of Development, Vol. 25 No. 7:
Institutional Arrangement: a 1029-1043.
Review Litarature, College
Park: Iris Center, University LAPORAN
of Maryland.
Badan Pusat Statistik, 2010, Bandar
Cheema, Shabbir G., dan Dennis A. Lampung Dalam Angka.
Rondinelli (editor), 1983,
Decentralization and Pemerintah Kota Bandar Lampung,
Development: Policy 2010, Anggaran Pendapatan
Implementation in dan Belanja Daerah Kota
Developing Countries, Bandar Lampung 2007-2010.
Beverly Hills: Sage
Publication. Dinas Kesehatan Kota Bandar
lampung, 2012, Laporan
Pramusinto, Agus, dan Purwanto, Pencapaian Sasaran Kinerja
Erwan Agus (Editor), 2009, Standar Pelayanan Minimal.
Reformasi Birokrasi,
Kepemimpinan, dan MEDIA MASSA
Pelayanan Publik: Kajian
tentang Pelaksanaan KOMPAS, June 16, 2005,
Otonomi Daerah di “Ditemukan Lagi 26
Indonesia, Yogyakarta: Gava Penderita Busung Lapar
Media. Kritis”.

JURNAL Radar Lampung, June 25, 2011,


“Hak Kesehatan Masih
Fiszbein, Ariel, 1997, “The Terabaikan”
Emergence of Local
Capacity: Lesson from Radar Lampung, November 2, 2012,
Columbia”, World “Diskes Siap Berubah”.

77

Anda mungkin juga menyukai