Anda di halaman 1dari 4

Tatalaksana

Umum

 Isolasi pasien dalam ruang tersendiri. Bila tidak tersedia ruang untuk satu pasien, dapat
menempatkan beberapa tempat tidur yang masing-masing berjarak 1 meter dan dibatasi
sekat pemisah.
 Penekanan akan Standar Kewaspadaan Universal.
 Pergunakan Alat Pelindung Pribadi (APP) yang sesuai: masker, gaun
proteksi, google/pelindung muka, sarung tangan.
 Pembatasan jumlah tenaga kebersihan, laboratorium dan perawat yang menangani pasien.
Perawat tidak boleh menangani pasien lainnya.
 Tenaga kesehatan harus sudah mendapat pelatihan kewaspadaan pengendalian infeksi.
 Pembatasan pengunjung dan harus menggunakan APP.
 Pemantauan saturasi oksigen dilakukan bila memungkinkan secara rutin dan berikan
suplementasi oksigen untuk memperbaiki keadaan hipoksemia.
 Spesimen darah dan usap hidung-tenggorok diambil serial.
 Foto dada dilakukan serial.

Khusus
Antiviral Oseltamivir dan zanamivir aktif melawan virus influenza A dan B termasuk virus AI.
Rekomendasi Terapi Menurut WHO yaitu:

 Oseltamivir (Tamiflu®) merupakan obat pilihan utama


o Cara kerja: Inhibitor neuraminidase (NA)
o Diberikan dalam 36-48 jam setelah awitan gejala
o Dosis: 2 mg/kg ( dosis maksimum 75 mg)  2 kali sehari selama 5 hari
o Dosis alternatif (WHO):
 ≤ 15 kg : 30 mg 2 x sehari
 > 15-23 kg : 45 mg 2 x sehari
 > 23-40 kg : 60 mg 2 x sehari
 > 40 kg : 75 mg 2 x sehari
 Anak usia ≥ 13 th dan dewasa: 75 mg 2 x sehari
 Modifikasi rejimen antiviral, termasuk dosis ganda, harus dipertimbangkan kasus demi
kasus, terutama pada kasus yang progresif dan disertai dengan pneumonia.
 Kortikosteroid tidak digunakan secara rutin, namun dipertimbangkan pada keadaan
seperti syok septik atau pada keadaan insufisiensi adrenal yang membutuhkan
vasopresor. Kortikosteroid jangka panjang dan dosis tinggi dapat menimbulkan efek
samping yang serius, termasuk risiko adanya infeksi
 oportunistik. Meskipun badai sitokin diduga bertanggung jawab dalam mekanisme
patogenesis pneumonia akibat A/H5N1, bukti terkini belum mendukung penggunaan
kortikosteroid atau imunomodulator lainnya dalam penanganan infeksi A/H5N1 yang
berat.
 Antibiotika kemoprofilaksis tidak harus dipergunakan. Pertimbangkan pemberian
antibiotika bila diperlukan yaitu jenis antibiotik untuk community acquired
pneumonia (CAP) yang sesuai sambil menunggu hasil biakan darah.
 Hindarkan pemberian salisilat (aspirin) pada anak <18 tahun karena berisiko terjadinya
sindrom Reye. Untuk penurun panas, berikan parasetamol secara oral atau supositoria

PENCEGAHAN FLU BURUNG

 Menghindari kontaminasi dengan tinja, sekret unggas, binatang, bahan, dan alat yang
dicurigai tercemar oleh virus.
o Menggunakan pelindung (masker, kacamata)
o Tinja unggas ditatalaksana dengan baik
o Disinfektan alat-alat yang digunakan
o Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan
o Daging ayam dimasak suhu 80º C selama 10 menit, telur unggas dipanaskan 64º C
selama 5 menit
o Jaga kebersihan lingkungan dan kebersihan pribadi (personal hygiene)
 Penerapan Standar Kewaspadaan Universal perlu dilakukan dengan penerapan kendali
infeksi di lingkungan dan higiene pribadi dalam usaha untuk meminimalisasi kejadian
pandemi.
 Oseltamivir dosis tunggal selama 1 minggu Zanamivir perlu dipertimbangkan sebagai
terapi profilaksis pada pekerja kesehatan yang kontak dengan pasien terinfeksi AI serta
dalam pengobatan menggunakan oseltamivir.
 Vaksinasi belum ada. Vaksin yang efektif hingga kini masih dalam penelitian dan
pengembangan.

Diagnosis

1. Manifestasi Klinis

Bergantung pada subtipe virus yang menyebabkan penyakit, rentang gejala mulai dari tanpa
gejala (asimtomatik) hingga pneumonia berat disertai gagal napas bahkan gagal organ multipel.
Manifestasi klinis awal biasanya seperti:

 Influenza like illness (ILI) atau Penyakit Serupa Influenza (PSI) dengan gejala demam,
sakit tenggorokan, batuk, pilek, nyeri otot, sakit kepala, lesu.
 Beberapa laporan kasus menyebutkan adanya konjungtivitis, diare, bahkan ada satu kasus
dengan meningitis.

2. Pemeriksaan Laboratorium

 Limfopeni dan trombositopeni (ditemukan hampir pada seluruh kasus)


 Peningkatan enzim hati (SGOT dan SGPT);
 Dapat ditemukan peningkatan urea-N dan kreatinin.
3. Foto dada

Gambaran radiologis abnormal ditemukan 3-17 hari setelah timbul demam (median 7 hari)

 Infiltrat difus multifokal atau berbercak


 Infiltrat interstisial
 Konsolidasi segmental atau lobar
 Progresivitas menjadi gagal napas: infiltrat ground-glass, difus, bilateral dan manifestasi
ARDS (rentang 4-13 hari)

4. Pemeriksaan postmortem

Ditemukan kerusakan multi organ, koagulasi intravaskular diseminata, nekrosis dan atrofi
jaringan limfoid.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.ichrc.org/4112-flu-burung-tatalaksana
https://www.ichrc.org/4113-flu-burung-pencegahan

https://www.ichrc.org/4111-flu-burung-diagnosis

Anda mungkin juga menyukai