Damar Aji Pramastiko - Tugas Akhir PDF
Damar Aji Pramastiko - Tugas Akhir PDF
TUGAS AKHIR
oleh:
Damar Aji Pramastiko
E.0551.1604558
ii
ABSTRACT
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniannya, pada
kesempatan kali ini penulis bisa menyelasaikan laporan TA judul “Inovasi Flat Belt
Transport Table” tepat pada waktunya. Laporan TA ini adalah bagian dari PKM
(Program Kreativitas Mahasiswa) tahun 2019 yang diikuti oleh penulis yang
dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pembuatan Tugas
Akhir.
Keberhasilan penyusunan laporan ini tidak semata-mata atau terselesaikan
atas usaha dan kerja keras penulis sendiri, tetapi turut pula di dukung oleh batuan
dari pihak yang terkait secara langsung atau tidak langsung. Untuk itu dengan
segala kerendahan hati penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar besarnya kepada pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan
dukungan dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih
jauh dari kata sempurna karena masih terdapat banyak kekurangan didalamnya.
Untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk
kemajuan penulis dimasa yang akan datang.
Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis
dan para pembaca pada umumnya, terutama kontribusi terhadap keilmuan. Semoga
Allah Swt senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.
Aamiin.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
5. Perancangan Poros dengan Beban Lentur Murni serta Beban Puntir dan
Lentur ............................................................................................................. 20
6. Perancangan Pulley dan Sabuk ............................................................... 24
7. Perancangan Bantalan ............................................................................ 28
8. Perancangan Frame ................................................................................ 28
9. Perencanaan Ulir Daya ........................................................................... 33
BAB III PERANCANGAN FLAT BELT TRANPORT TABLE ...................... 35
A. Flat Belt Transport Table .......................................................................... 35
B. Alur Perancangan ...................................................................................... 44
1. Studi Pendahuluan .................................................................................. 45
2. Analisis Kebutuhan ................................................................................ 45
3. Free Desain ............................................................................................. 46
4. Konsultasi ............................................................................................... 46
5. Pembuatan Final Desain ......................................................................... 46
6. Pembuatan Laporan ................................................................................ 46
C. Perancangan Flat Belt Transport Table ..................................................... 46
1. Kapasitas Angkut ................................................................................... 46
2. Kecepatan Belt Conveyor ....................................................................... 47
3. Gaya Tarikan Sabuk dan Daya Penggerak Transport Table .................. 47
4. Tegangan Tarik pada Sabuk ................................................................... 48
5. Pulli Penggerak (Drum) Driver Transport Table ................................... 48
6. Diameter Poros Pulli (Drum) Driver ...................................................... 49
7. Diameter Poros Roll Penumpu ............................................................... 50
8. Panjang Sabuk Flat Belt Transport Table .............................................. 52
9. Perancangan Sistem Transmisi ............................................................... 52
10. Perancangan Bearing ............................................................................. 54
11. Perancangan Frame ................................................................................ 54
12. Perancangan Ulir Daya .......................................................................... 57
13. Panjang Handle ...................................................................................... 58
14. Perancangan Poros Bertingkat ............................................................... 58
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 60
A. Kesimpulan................................................................................................ 60
vi
B. Saran .......................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 61
LAMPIRAN ....................................................................................................... 62
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... 63
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Pada masa kini, teknologi merupakan salah satu faktor terpenting bagi
keunggulan negara-negara maju yang mempunyai dasar industri yang kuat. Faktor
tersebut selama ini merupakan kekuatan pokok pada pihak golongan negaranegara
maju, karena dipergunakan sebagai kunci untuk menguasai penggunaan kekayaan
alam sebagai dasar untuk pengembangan industri (Mangunwijaya, 1993).
Teknologi penting bagi kehidupan manusia karena dengan adanya teknologi dapat
membuat pekerjaan manusia menjadi lebih mudah. Hal ini juga membuat industri-
industri yang ada semakin berkembang.
Salah satu industri yang banyak berkembang di Indonesia adalah industri
manufaktur. Begitu banyaknya industri manufaktur yang berkembang, membuat
skala industri yang ada pun semakin beragam. Mulai dari industi kecil, industri
menengah, hingga industri besar. Dilihat dari tingkatan industri yang ada, ketiga
jenis industri ini dapat dibedakan dengan cara melihat kapasitas produk yang
dihasilkan, serta mesin dan alat-alat berat yang digunakan di industri tersebut.
Setiap industri manufaktur pasti memiliki kebutuhan akan peralatan
pengangkutan (transport equipment) dan peralatan penempatan (positioning
equipment). Kebutuhan akan peralatan tersebut semakin diminati karena dengan
adanya alat-alat tersebut dapat membantu meringankan pekerjaan manusia,
membuat waktu produksi lebih efektif, dan membuat hasil produksi lebih banyak.
Untuk industri-industri besar sudah pasti memiliki alat-alat tersebut karena
ditopang oleh biaya yang mencukupi dan tempat yang memadai. Sedangkan
industri-industri kelas kecil dan menengah akan kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan akan alat-alat tersebut. Hal ini dikarenakan industri-industri kelas kecil
dan menengah harus meminimalkan biaya produksi dan perawatan mesin, serta
tempat yang mereka miliki pun sering kali tidak memadai.
Peralatan pengangkutan (transport equipment) merupakan salah satu jenis
transportasi yang banyak digunakan di industri untuk keperluan pengangkutan
bahan baku, barang setengah jadi, ataupun barang jadi dari tempat asal ke tempat
1
2
B. Tujuan
Tujuan umum gagasan ini diajukan adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan desain flat belt transport table, meliputi desain:
a. Kapasitas angkut yang mampu diangkut oleh mesin
b. Sabuk yang digunakan oleh mesin
c. Pulli (drum) yang digunakan oleh mesin
d. Roll penumpu yang digunakan oleh mesin
e. Sistem transmisi yang digunakan oleh mesin
f. Motor penggerak yang digunaan oleh mesin
g. Frame yang digunakan oleh mesin
h. Poros berulir yang digunakan oleh mesin
C. Manfaat
Manfaat desain flat belt transportable adalah sebagai dasar dalam membuat
atau memproduksi mesin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemindahan Bahan
Mesin pemindah bahan (material handling equipment) adalah alat yang
digunakan untuk memindahkan muatan yang berat dari satu tempat ke tempat lain
dalam jarak yang tidak jauh, misalnya pada bagian atau departemen pabrik, pada
tempat-tempat penumpukan bahan, lokasi konstruksi, tempat penyimpanan dan
pembongkaran muatan, dsb. Mesin pemindah bahan hanya memindahkan muatan
dalam jumlah, besar, serta jarak tertentu dengan arah perpindahan bahan vertikal,
horizantal, dan atau kombinasi keduanya.
1. Jenis-jenis Mesin Pemindah Bahan
Mesin pemindah bahan (material handling equipment) dapat dibagi dalam tiga
kelompok, yaitu:
a. Peralatan pengangkat (lifting device), yaitu peralatan yang ditujukan untuk
memindahkan muatan satuan dalam satu bach, misal:
1) Mesin pengangkat, misal kerek, dongkrak.
2) Crane, misal mobil crane, tower crane.
3) Elevator.
B. Pesawat Angkut
Pesawat pengangkut atau konveyor adalah peralatan angkut mekanis yang
digunakan untuk mengangkut material dari satu tempat ke tempat lain. Ada dua
4
5
jenis material yang dapat dipindahkan, yaitu: muatan curah (bulk load) dan muatan
satuan (unit load).
Contoh muatan curah, misalnya batu bara, biji besi, tanah liat (clay), batu kapur
(CaCO3 ), dsb. Muatan satuan, misalnya plat baja bentang, unit mesin, block
bangunan kapal, dan sebagainya.
Dalam hal ini juga dibahas mengenai peralatan angkut tetap (fixed device).
Konveyor tetap adalah peralatan angkut yang hanya dapat bekerja dalam satu area,
digunakan untuk memindahkan material dari satu tempat ke tempat lain.
Konveyor dapat ditemukan dalam berbagai jenis keadaan di suatu industri.
Konveyor digunakan untuk memindahkan material atau hasil produksi dalam
jumlah yang besar dari satu tempat ke tempat lain. Konveyor mungkin memiliki
panjang beberapa kilometer atau mungkin beberapa meter tergantung jenis aplikasi
yang diinginkan.
Pada umumnya jenis-jenis konveyor yang digunakan di industri adalah sebagai
berikut:
1. Belt Conveyor
Merupakan jenis konveyor yang menggunakan pita karet berkesinambungan
yang telah diperkuat dengan bahan tertentu untuk membawa material di permukaan
atasnya.
2. Roller Conveyor
Merupakan jenis konveyor yang mana pengangkutan material dilakukan
dengan bantuan rangkaian roller.
3. Chain Conveyor
Adalah jenis alat pengangkut yang menggunakan chain bar untuk menarik
material sepanjang plat luncur (skid plate) ke tempat pelepasannya.
d. Screw Conveyor
Adalah jenis alat pemindah dengan pengangkutan material yang dilakukan
dengan memutar sekrup helikal tetap (fixed helical screw) untuk memindahkan
material curah.
6
e. Bucket Conveyor
Merupakan jenis alat pemindah yang mana pengangkutan atau pengangkatan
material secara vertikal dilakukan dengan wadah (bucket) yang dipasang pada
rantai atu belt.
f. Vibratory Conveyor
Adalah alat pemindah tetap yang bekerja dengan gerakan relatif lurus (linear
relative motion) antara material dan pan atau tube.
Pemilihan jenis pesawat pengangkut dipengaruhi oleh kondisi lokal, jenis
bahan yang diangkut, arah perpindahan, kemudian kontrol pemindahannya,
panjang lintasan, dan sebagainya.
1. Bucket Conveyor
Bucket conveyor (disebut juga bucket elevator) adalahpesawat angkat untuk
jenis muatan curah (bulk load) secara vertikal atau dengan kemiringan (incline)
lebih dari 70°. Bucket conveyor khusus untuk mengangkut berbagai macam
material berbentuk serbuk, butiran-butiran kecil, dan bongkahan. Contohnya adalah
semen, pasir, batu bara, tepung, gula, dsb. Bucket conveyor dapat digunakan untuk
menaikkan material dengan ketinggian sampai 50 meter. Kapasitasnya bisa
mencapai 50𝑚3 /𝑗𝑎𝑚, dengan konstruksi yang dapat mencapai posisi vertikal.
7
2. Roller Conveyor
Roller conveyor adalah pesawat angkut jenis pemindah muatan satuan
menggunakan roller (gelondongan) yang berputar secara terus-menerus. Roller
conveyor merupakan sistem pesawat angkut yang menangani material satu per satu.
Berdasarkan jenis penggeraknya, roller conveyor dibedakan atas gravity rollers
(unpowerd roller conveyor) dan powered roller conveyor.
Gravity rollers tidak memiliki daya gerak (driving force), semuanya tergantung
atas seseorang yang mendorong muatan sepanjang roller atau mendorong muatan
itu pada bidang miring agar dapat bergerak sendiri. Sistem seperti ini dengan mudah
dipasang dan dapat dengan mudah digerakkan untuk membawa pallet part
sepanjang gravity roller menuju storage bay. Powered roller conveyor adalah roller
yang diberi daya, dapat menggunakan vee-belt, rantai (chain), friction belt atau
motor yang dipasang langsung (direct enclosed motor) yang menyebabkan muatan
dapat bergerak sendiri menuju tempat penyortiran, penyimpanan, atau work station
berikutnya (lihat Gambar 2.2).
8
3. Belt Conveyor
Belt conveyor adalah sabuk karet yang tidak berujung yang terdiri dari beberapa
lapisan yang diperkeras dengan fiber dan atau kawat baja untuk menghasilkan
kekuatan pada belt. Belt conveyor dapat digunakan untuk memindahkan muatan
satuan (unit load) maupun muatan curah (bulk load) sepanjang garis lurus
(horizontal) atau sudut inklinasi terbatas.
3600
Q = 1000 qv = 3,6 qv ton/jam ......................................................................(2.1)
Jika material berbentuk satuan (unit load), yaitu muatan yang terdiri dari satuan
atau bisa jadi muatan curah yang terbungkus, mempunyai berat W kg dihantarkan
z unit dan jarak antar unit atau lot adalah a meter, maka:
Gz
q= kg/m .................................................................................................(2.2)
a
E. Belt Conveyor
Belt conveyor adalah mesin pemindah bahan menggunakan sabuk karet (belt)
yang tidak berujung, terdiri dari beberapa lapisan yang diperkeras dengan serat baja
(fiber steel) dan atau kawat baja untuk menghasilkan kekuatan pada belt. Belt
conveyor dapat digunakan untuk memindahkan muatan satuan (unit load) maupun
muatan curah (bulk load) sepanjang garis lurus (horizontal) atau sudut inklinasi
terbatas.
Belt conveyor banyak digunakan oleh industri. Pada industri pengecoran
digunakan untuk membawa dan mendistribusikan pasir cetak, membawa kayu
potongan (chip) ke chipper dan mendistribusikan bubur kertas kering (bale pulp)
pada industri kertas, memindahkan bijih batu bara pada unit pembangkit daya dan
pertambangan batu bara, di antara langkah processing pada industri makanan, dan
sebagainya.
conveyor diklasifikasikan sebagai (1) horizontal, (2) inklinasi, dan (3) kombinasi
horizontal-inklinasi. Belt bisa terbuat (Gambar 4) dari textile, strip baja, dan atau
kawat baja (woven-mesh steel wire). Berdasarkan sistem puli penggerak dan metode
pengencang, belt conveyor dibedakan menjadi 4 macam (Gambar 2.4), yaitu: (1)
pengencang atas, (2) pengencang samping, (3) pengencang bawah, dan (4)
penggerak tandem.
Belts. Jenis belt yang umum digunakan adalah textile belt. Berat tiap meter
rubberized textile belt 𝑞𝑏 , dengan lebar belt B meter, jumlah lapisan i lapis (plies)
dengan tebal 𝛿𝑖 mm, tebal cover atas dan bawah adalah 𝛿1 mm dan 𝛿2 mm
ditentukan dari rumus:
12
Tebal satu lapis δ tidak termasuk rubber skim coat adalah 1,25 mm untuk ordinary
cotton belt; 1,9 mm untuk high strength belt; 2,0 mm untuk cotton duck fabric; dan
0,9 sampai 1,4 mm untuk synthetic fabrics.
inch mm inch Mm
1/16 1.5 1/16 1.5
inch mm inch Mm
Untuk start belt conveyor secara halus dan mengurangi torsi awal, penggerak
belt conveyor yang dirancang untuk beban berat dan lintasan yang panjang,
dilengkapi dengan fluid coupling dalam satu paket yang disebut drum-motor
(Gambar 2.9). Pada penggerak jenis ini, motor listrik dan semua roda gigi transmisi
ditempatkan dalam drum yang dilengkapi dengan roda gigi planet dan sistem
transmisi.
Pada perencanaan belt conveyor, perhitungan untuk gaya tarikan dan daya
penggerak sama dengan tipe chain conveyor. Besarnya gaya tarikan pada rantai
akan berbeda-beda tergantung pada jenis aplikasi dari konveyor. Berikut adalah
rumus-rumus empiric yang digunakan untuk menentukan gaya tarikan rantai (chain
Pull - Cp) pada setiap konstruksi konveyor.
Untuk rantai menggelinding dengan posisi konveyor miring dengan sudut
kemiringan tertentu seperti pada gambar 2.11.
𝐶𝑝 ×𝑉
K= 1000
(kW) ..............................................................................................................(2.7)
Keterangan:
Pb = Chain pull at B (N)
Wc = Chain total mass per metre(kg/m) including attachments and fittings
L = Centre distance (m) – head – to tail-shaft
Cp = Chain pull total (N)
W = Total carried load (kg)
K = Power at headsaft (kW)
V = Chain speed (m/sec)
𝜇 faktor gesek pulli penggerak di mana besarnya:
𝜇 = 0,1 pulli besi tuang atau baja, lingkungan basah, kotor
𝜇 = 0,15 puli kayu, lingkungan basah, kotor
𝜇 = 0,2 pulli besi tuang atau baja, udara lembab, kotor
𝜇 = 0,3 pulli besi tuang atau baja, udara kering, berdebu
(Ach.Muhib Zainuri, 2010, hlm.154)
1. Desain Mesin
2. Komponen-komponen Mesin
Mesin flat belt transport table ini merupakan transport machine yang dapat
digunakan secara horizontal dan vertikal dalam bidang miring. Mesin ini digunakan
khususnya untuk muatan-muatan satuan yakni muatan curah yang telah dimasukan
ke dalam peti kemas, karung, dll. Mesin ini menggunakan motor listrik 3 phasa
sebagai sumber penggerak flat belt tablenya. Untuk sistem transmisi yang
digunakan pada mesin ini adalah sistem transmisi tunggal dimana ada dua buah puli
(driver dan driven) yang dihubungkan menggunakan rantai. Ketika motor listrik
dinyalakan, maka motor listrik akan menggerakkan driver dan pergerakan dari
driver akan ditransmisikan ke driven melalui rantai. Selanjutnya, driven akan
menggerakkan poros flat belt transport table yang menyebabkan pergerakan pada
belt table.
3. Motor Listrik
Motor listrik yang digunakan adalah motor listrik 3 phasa. Motor induksi 3 fasa
adalah mesin yang mengubah energi listrik arus bolak-balik (AC) 3 fasa menjadi
energi mekanis berupa putaran. Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik
(AC) yang paling luas penggunaannya dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi
industri maupun rumah tangga. Sesuai dengan penamaannya arus rotor dari motor
induksi ini diperoleh dari arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan
relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang
dihasilkan arus stator. Motor induksi memiliki konstruksi yang kuat, sederhana,
19
serta berbiaya murah dalam perawatannya. Motor induksi memiliki effisiensi yang
tinggi saat berbeban penuh. Akan tetapi jika dibandingkan dengan motor DC, motor
induksi memiliki kelemahan dalam pengaturan kecepatan. Pada motor DC
pengaturan kecepatan lebih mudah dilakukan dari motor induksi. Motor induksi
terdiri dari 2 komponen utama yaitu rotor dan stator. Bagian yang bergerak
merupakan rotor dan bagian yang tidak bergerak atau diam disebut stator. Terdapat
celah udara antara rotor dan stator yang jaraknya kecil.
Dimana:
V = kecepatan sabuk (m/det)
(Farizal dan Hamimi, 2017)
20
5. Perancangan Poros dengan Beban Lentur Murni serta Beban Puntir dan
Lentur
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin, hampir
semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan utama
dalam transmisi seperti ini di pegang oleh poros. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan
hal-hal penting dalam pemilihan poros dengan memperhitungkan beberapa aspek.
a. Macam-macam Poros
Berdasarkan pembebanannya poros diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Poros Transmisi
Poros semacam ini mendapat beban puntir murni atau puntir lentur. Daya
ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling-roda gigi, puli-sabuk atau
sprocket-rantai.
2) Spindle
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas,
dimana beban utamanya berupa beban puntiran, disebut spindle. Syarat yang harus
dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya
harus teliti.
3) Gandar
Poros seperti yang dipasang diantara roda-roda kereta barang, dimana tidak
mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar. Gandar ini
hanya mendapat beban lentur kecuali jika digerakan oleh penggerak mula dimana
gandar akan mengalami beban puntir juga.
Berdasarkan bentuknya poros dapat digolongkan atas poros lurus umum, poros
engkol sebagai poros utama dari mesin torak, poros luwes untuk transmisi daya
kecil agar terdapat kebebasan bagi perubahan arah dan lain-lain.
pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros terlalu kecil, atau poros
berongga, kemudian poros mempunyai alur pasak. Oleh karena itu, dalam
perencanaan poros kekuatan poros tersebut harus dapat diperhatikan sehingga dapat
menahan beban-beban di atas.
2) Kekakuan Poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup, tetapi jika lenturan
atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian, atau
menimbulkan getaran dan suara. Oleh karena itu, kekakuan dari poros harus
diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang akan digunakan.
3) Putaran Kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu
dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut dengan putaran
kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor torak, motor listrik dan lain-lain.
4) Korosi
Bahan – bahan tahan korosi harus dipilih untuk propeler dan pompa bila terjadi
kontak dengan media yang korosif. Demikian pula untuk poros yang terancam
kavitasi dan poros mesin yang sering berhenti lama.
5) Bahan Poros
Poros untuk mesin umum dibuat dari baja batang yang ditarik dingin dan
difinis. Sedangkan poros – poros untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat
umumnya dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan
terhadap keausan.
Berdasarkan faktor koreksi yang dianjurkan oleh ASME maka faktor koreksi
dinyatakan dengan Kt , nilai Kt dipilih sebesar 1,0 jika beban dikenakan secara
halus, nilai Kt dipilih sebesar 1,0 - 1,5 jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan,
dan nilai Kt dipilih 1,5 – 3,0 jika beban dikenakan dengan kejutan atau tumbukan
besar.
Meskipun dalam perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban hanya terdiri
atas momen puntir saja, perlu ditinjau pula apakah ada kemungkinan pemakaian
dengan beban lentur. Jika memang diperkirakan akan terjadi pemakaian dengan
beban lentur maka dapat dipertimbangkan pemakaian faktor 𝐶𝑏 yang harganya
antara 1,2 sampai 2,3. (Jika diperkirakan tidak akan terjadi pembebanan lentur
maka 𝐶𝑏 diambil = 1,0).
Dari hal di atas maka untuk menghitung diameter poros diperoleh rumus
sebagai berikut:
1/ 3
5,1
d s x K t .Cb .T …………….............................................................. (2.16)
a
(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004, hlm.8)
Keterangan:
10,2 1/3
ds = [ σ 𝑀1 ] .............................................................................................(2.18)
a
Keterangan :
1) Terpal
2) Bagian penarik
3) Karet pembungkus
4) Bantal karet
Sabuk V dibelitkan dikeliling alur yang berbentuk V pada puli. Bagian sabuk
yang sedang membelit pada puli ini mengalami lengkungan sehingga lebar bagian
dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah karena
pengaruh bentuk baji, yang menghasilkan transmisi daya yang besar pada tegangan
yang relatif rendah. Hal ini merupakan salah satu keunggulan sabuk V yang umum
dipakai.
Gambar di bawah ini menunjukan berbagai macam penampang sabuk yang
umum dipakai.
a. Pemilihan Sabuk
Pemilihan penampang sabuk dapat ditentukan dengan cara melihat daya
rencana yang digunakan (kW) dan putaran poros penggerak (rpm). Atas dasar daya
rencana dan putaran poros penggerak, penampang sabuk-V yang sesuai dapat
26
diperoleh dari diagram pemilihan sabuk-V di atas dalam gambar 2.15 diberikan
berbagai proporsi penampang sabuk-V yang umum dipakai.
Atas dasar daya rencana dan putaran poros penggerak, penampang sabuk-V
yang sesuai dapat diperoleh dari Gambar 2.16. Daya rencana dihitung dengan
mengalikan daya yang akan diteruskan dengan faktor koreksi dalam lampiran 5.
Diameter nominal puli-V dinyatakan sebagai diameter 𝑑𝑝 (mm) dari suatu
lingkaran di mana lebar alurnya di dalam Gambar 2.17 menjadi 𝑙0 dalam lampiran
6. Transmisi sabuk-V hanya dapat menghubungkan poros-poros yang sejajar
dengan arah putaran yang sama. Dibandingkan dengan transmisi roda gigi atau
rantai, sabuk-V bekerja lebih halus dan tak bersuara. Untuk mempertinggi daya
yang ditransmisikan, dapat dipakai beberapa sabuk-V yang dipasang menyebelah-
menyebelah.
7. Perancangan Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga
putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman, dan
panjang umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta
elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan
baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tak dapat bekerja secara
semestinya. Jadi, bantalan dalam permesinan dapat disamakan peranannya dengan
pondasi gedung. Untuk pemilihan bantalan sendiri dapat dipilih melalui tabel pada
lampiran 9.
8. Perancangan Frame
a. Persamaan Diferensial untuk Kurva Defleksi
Semua prosedur untuk mencari defleksi balok didasarkan atas persamaan
diferensial kurva defleksi dan huungan-hubungan yang berkaitan dengan itu.
Karena itulah, kita akan mulai dengan menurunkan persamaan dasar untuk kurva
defleksi sebuah balok.
Dalam kasus ini defleksi yang terjadi pada rangka mesin tepat berada di
tengah-tengah batang. Seperti pada gambar dibawah ini, dapat diuraikan gaya-
gaya yang bekerja pada batang.
v adalah positif ke atas; (3) kemiringan dv/dx dan sudut rotasi 𝜃 adalah positif
apabila berlawanan jarum jam terhadap sumbu x positif; (4) kelengkungan K adalah
positif apabila balok melentur cekung ke atas; dan (5) momen lentur M adalah
positif jika menghasilkan tekan di bagian atas balok.
Dalam hal balok prismatis (EI konstan), persamaan diferensialnya menjadi
𝑑2 𝑣
EI 𝑑𝑥 2 = M ................................................................................................(2.24)
ada tiga persamaan kesetimbangan independen untuk balok ini, maka tidak
mungkin menghitung keempat reaksi hanya dari kesetimbangan. Banyaknya reaksi
yang melebihi banyaknya persamaan kesetimbangan disebut derajat statis tak
tentu. Jadi, balok kantilever yang ditopang adalah statis tak tentu deraajat satu.
Reaksi yang kelebihan disebut rendutan statis dan harus dipilih pada masing-
masing kasus. Sebagai contoh, reaksi 𝑅𝐵 pada balok kantilever yang ditopang pada
Gambar 2.20 a dapat dipilih sebagai reaksi rendudan. Karena reaksi ini merupakan
kelebihan dari yang dibutuhkan untuk mempertahankan kesetimbangan, maka
reaksi ini dapat dilepaskan dari struktur dengan menghilangkan tumpuan di B. Pada
saat tumpuan B diilangkan, kita akan mempunyai balok kantilever (Gambar 2.20
b). Struktur yang tersisa apabila rendudan dilepaskan disebut struktur terlepas
(released structure) atau struktur primer. Struktur primer harus stabil (agar dapat
memikul beban), dan harus statis tertentu (agar semua besaran gaya dapat
ditentukan dengan hanya menggunakan kesetimbangan).
Kemungkinan lain untuk menganalisis balok kantilever yang ditopang dalam
Gambar 2.20 a adalah dengan memilih momen reaksi 𝑀𝐴 sebagai rendudan. Lalu,
apabila tahanan momen di tumpuan A dihilangkan, maka struktur primer adalah
balok sederhana dengan tumpuan sendi di satu ujung dan tumpuan rol di ujung
lainnya (Gambar 2.20 c).
Ada kasus khusus muncul jika semua beban bekerja dalam arah vertikal
(Gambar 2.21) pada kasus tersebut reaksi horizontal di tumpuan A tidak ada, dan
ada tiga reaksi lain. Namun, hanya ada dua persamaan kesetimbangan independen
yang tersedia, sehingga balok ini masih statis tak tentu derajat satu. Jika reaksi 𝑅𝐵
31
dipilih sebagai rendudan, maka struktur primer adalah balok kantilever; jika momen
𝑀𝐴 yang dipilih sebagai rendudan, maka struktur primer adalh balok sederhana.
Gambar 2. 21 Balok kantilever yang ditopang yang mengalami beban vertikal saja
(Gere dan Timoshenko, 2000, hlm.187)
Jenis balok statis tak tentu lain yang dikenal dengan balok berujung jepit
ditunjukkan dalam Gambar 2.22 a. Balok ini mempunyai tumpuan jepit di kedua
ujungnya, sehingga ada enam reaksi (dua gaya dan satu momen di setiap tumpuan).
Karena hanya ada tiga persamaan kesetimbangan, maka balok ini statis tak tentu
derajat tiga.
Jika kita memilih tiga reaksi di ujung balok B sebagai rendudan, dan jika kita
menghilangkan tahanan yang berkaitan dengan itu, maka kita akan mendapatkan
balok kantilever sebagai struktur primer (Gambar 2.22 b). Jika kita melepaskan dua
momen ujung jepit dan satu reaksi horizontal, maka struktur primer akan
merupakan balok sederhana (Gambar 2.22 c).
Sekali lagi, dengan meninjau kasus khusus berupa beban vertikal saja (Gambar
2.23), maka kita akan mendapati bahwa balok tersebut sekarang hanya mempunyai
reaksi yang tidak nol (satu gaya dan satu momen di setiap tumpuan). Banyaknya
32
persamaan kesetimbangan yang tersedia hanya dua, sehingga balok tersebut adalah
statis tak tentu derajat dua. Jika kedua reaksi di ujung B dipilih sebagai rendudan,
maka struktur primer adalah balok kantilever; jika kedua reaksi momen dipilih,
maka struktur primer adalah balok sederhana.
Balok yang terlihat pada gambar 2.24 a adalah contoh balok menerus; balok
tersebut dikatakan seperti itu karena ia mempunyai lebih dari satu bentang dan
menerus di atas tumpuan dalam. Balok khusus seperti ini adalah statis tak tentu
derajat satu karena ada empat gaya reaksi dan hanya tiga persamaan kesetimbangan.
Jika reaksi 𝑅𝐵 di tumpuan dalam dipilih sebagai rendudan, dan jika kita
menghilangkan tumpuan yang bersangkutan dari balok tersebut, maka kita akan
mendapatkan struktur primer dalam bentuk balok sedrhana statis tertentu (Gambar
2.24 b). Jika reaksi 𝑅𝐶 dipilih sebagai rendudan, maka struktur primer akan berupa
balok sederhana dengan overstek (Gambar 2.24 c)
momen lentur, (2) persamaan diferensial orde ketiga dalam gaya geser, atau (3)
persamaan diferensial orde keempat dalam intensitas beban terdistribusi.
Prosedurnya pada dasarnya sama dengan prosedur untuk balok statis tertentu dan
terdiri atas penulisan persamaan diferensial, mengintegrasinya untuk mendapatkan
solusi umum, dan selanjutnya menerapkan syarat batas dan kondisi lainnya untuk
mengevaluasi besaran yang tak diketahui. Besaran tersebut terdiri atas reaksi
rendudan dan konstanta integrasi.
Persamaan diferensial untuk balok dapat dipecahkan dalam bentuk simbolik
hanya apabila balok dan pembebanannya relatif sederhana dan tidak rumit.
Solusinya berupa rumus multiguna. Namun, pada situasi yang lebih rumit,
persamaan diferensial harus dipecahkan secara numerik, dengan menggunakan
program komputer yang dibuat khusus untuk itu. Pada kasus demikian, hasilnya
hanya berlaku untuk masalah numerik yang bersangkutan.
9. Perencanaan Ulir Daya
a. Kolom (Buckling)
Struktur pemikul beban dapat gagal dengan berbagai cara, bergantung pada jenis
struktur, kondisi tumpuan, jenis beban, dan bahan yang digunakan. Sebagai contoh,
as pada sebuah kendaraan dapat fraktur secara tiba-tiba sebagai akibat dari siklus
pembebanan yang berulang, atau komponen struktur tarik dapat memanjang secara
berlebihan, yang mengakibatkan struktur tersebut tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.kegagalan seperti ini dapat dicegah dengan mendesain
struktur tersebut sedemikian hingga tegangan maksimum dan peralihan maksimum
masih berada dalam batas-batas toleransi.
Jenis kegagalan lain adalah tekuk. Tekuk dapat ditinjau pada sebuah kolom,
yang merupakan komponen struktur panjang, langsing, dan dibebani secara aksial
tekan. Jika komponen struktur tekan relatif langsing, maka ia dapat gagal secara
lentur atau berdefleksi lateral, bukan karena tekan langsing pada bahan.
Tekuk dapat terjadi pada berbagai jenis struktur dan dapat terjadi dalam berbagai
bentuk. Tekuk merupakan salah satu penyebab utama kegagalan pada struktur,
sehingga kemungkinan menekuk harus selalu ditinjau di dalam desain.
34
Dalam kasus perencanaan ulir daya dan poros bertingkat, kolom direncanakan
dengan kedua ujung sendi, sehingga beban kritis yang terjadi dapat diketaahui
dengan menggunakan rumus:
π2 EI
𝑃𝑐𝑟 = .................................................................................................(2.25)
Le2
b. Daya Putar
Sebelum mencari torsi, kita perlu mengetahui berapa daya angkat yang
dibutuhkan untuk menaikkan dan menurunkan beban dengan menggunakan rumus:
𝐹 [𝜇 −(𝑙⁄𝜋 𝑑 )]
𝑚
P= 𝜇𝑙 .........................................................................................(2.26)
1+ ( ⁄𝜋 𝑑 )
𝑚
Drum
Belt Conveyor
Poros Penumpu
Puli
Ulir
Daya
Motor
(a)
Profil Siku
Sama
(b)
Gambar 3. 1 Flat Belt Transport Table
(a) Gambar mesin dengan 2 sudut pandang; (b) Gambar mesin dengan 3 sudut
pandang.
35
44
B. Alur Perancangan
Alur perancangan pembuatan Flat Belt Transport Table dapat diuraikan sebagai
berikut:
Start
Studi Literatur
Studi
Observasi
Pendahuluan
Analisis Pasar
Analisis
Kebutuhan
Free Desain
Mesin
- Gambar Teknik
- Desain Kapasitas Angkut
Final - Desain Pulli
Design - Desain Roll Penumpu
- Desain Transmisi
- Desain Motor
Kesimpulan - Desain Rangka
- Desain Poros Berulir
Finish
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan untuk mencari masalah yang ada pada
masyarakat. Hal ini dilakukan dengan mengkaji masalah yang dapat diukur secara
empiris yang dapat diperoleh dari pengumpulan data dan pengolahan data yang ada
melalui observasi, analisis pasar, dan studi literasi. Dari studi pendahuluan yang
ada, penulis menemukan masalah pada masyarakat khususnya masalah yang
terdapat di industri kelas kecil dan kelas menengah. Pada industri kelas kecil dan
kelas menengah, masalah yang ada adalah masalah kebutuhan akan peralatan
pengangkutan (transport equipment). Dalam hal ini peralatan pengangkutan
(transport equipment) merupakan alat yang cukup besar dan mahal yang
menyebabkan tidak semua industri mampu memiliki alat angkut tersebut,
khususnya industri-industri kelas kecil dan menengah. Padahal industri-industri
kelas kecil dan menengah sama-sama memiliki permintaan produksi yang cukup
banyak dengan waktu yang terbatas.
2. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan dilakukan untuk mencari solusi pada masalah yang
ditemukan di masyarakat. Hal ini dilakukan agar solusi yang diberikan tepat guna
dan tepat sasaran. Maka dari itu, berdasarkan fenomena yang ada, maka penulis
akan merencanakan flat belt transport table sebagai solusi dari masalah yang
ditemukan. Diharapkan dengan adanya alat tersebut dapat membantu industri-
industri kelas kecil dan menengah dalam mengefisiensikan waktu produksi serta
membantu meningkatkan jumlah produksi. Dan diharapkan juga flat belt transport
table ini dapat memperkecil biaya pengeluaran industri karena harganya yang lebih
murah dari harga transport equipment di pasaran.
46
3. Free Desain
Desain kasar tanpa ukuran sebagai dasar perancangan.
4. Konsultasi
Setelah adanya free desain, maka dilakukan tahap konsultasi untuk
mengkoreksi kemungkinan-kemungkinan terjadinya kegagalan.
6. Pembuatan Laporan
Pembuatan laporan dilakukan sebagai laporan pertanggung jawaban dan
laporan kemajuan terhadap mesin yang dibuat.
𝜇𝑏𝑒𝑙𝑡 = 0,3
Ketentuan koefisien gesek untuk pulli besi tuang atau baja, udara kering,
berdebu.
Tegangan sabuk pada titik terendah dihitung dengan rumus (2.5) yaitu:
Pb = 9,81 × Wb × L × 𝜇𝑠1 (N)
= 9,81 × 7,15 kg/m × 3m × -0,24
= -50,501 N
48
Tarikan total belt transport table dapat dihitung dengan rumus (2.6)
yaitu:
Cp = 9,81 × 𝜇𝑠2 [(Wb × L) + W] + Pb
= 9,81 × 0,759 [(7,15 × 3) + 150] + (-50,501)
= 9,81 × [0,759 (197,85)] + (-50,501)
Cp = 1327,08 N
Daya listrik yang diperlukan oleh flat belt transport table dapat dihitung
dengan rumus (2.7) yaitu:
Cp ×v 1327,08 ×2,0
K= = = 2,65 kW
1000 1000
Dikalikan dengan faktor koreksi sebesar 1,3 yang didapat dari lampiran
5, maka daya yang dibutuhkan menjadi 3,45 kW. Berdasarkan perhitungan
dan menyesuaikan dengan motor listrik yang ada di pasaran, maka dipilih
daya motor 4 kW.
Jadi, tegangan tarik yang terjadi pada belt adalah 0,15 kg/mm2 . Maka
dari itu, dengan menyesuaikan tegangan tarik minimum belt dan jenis belt
minimum yang ada di pasaran dan paling mendekati dengan hasil
perhitungan, maka tipe belt yang digunakan adalah EP-100/1, dimana
kekuatan tarik sabuk tipe EP-100/1 bisa menahan beban sebesar 100 kg/mm2 .
σ 72
𝜎b = Sfbahan = 2 . 3 = 12 kg/mm2
1 . Sf2
Pembuktian:
5,1 . T 5,1 . 112920,13
τx = = = 4,6 kg/mm2
𝑑𝑠 3 503
Pembuktian:
10,2 . T 10,2 . 112920,13
𝜎x = = = 9,2 kg/mm2
𝑑𝑠 3 503
∑ 𝑀𝑏 = 0
Ra . 1,1 – 210 . 0,55 = 0
210 . 0,55
Ra = = 105 N
1,1
∑ 𝐹𝑦 = 0
Ra – Q + Rb = 0
105 – 210 + Rb = 0
Rb = 105
c. Diagram Momen
1
Mx = Ra . X − 2 𝑞𝑥 2
1
M0,275 = 105 . 0,275 − 2 . 210 . 0, 2752
= 20,93 kg.m
1
M0,55 = 105 . 0,55 − 2 . 210 . 0, 552
= 26 kg.m
1
M0,825 = 105 . 0,825 − 2 . 210 . 0, 8252
= 15,15 kg.m
52
d. Diameter Poros
10,2 1/3
ds = [ 𝜎 . Mmax ]
𝑎
10,2 1/3
= [ 72 . 26000]
ds = 15,44 mm ≈ 17 mm
0,15 𝑘𝑔/𝑚𝑚2
= 𝑘𝑔 = 0,06 mm
2,3 . 1,1𝑚𝑚
𝑚𝑚2
𝑛2 𝐷𝑝
= 𝑑 ⇒ 𝑛1 . 𝐷𝑝 = 𝑛2 . 𝑑𝑝
𝑛1 𝑝
Karena diameter puli yang digerakkan (𝑑𝑝 ) lebih kecil dari diameter
puli minimum yang diizinkan, maka diameter puli dipilih 151 berdasarkan
katalog yang terlampir pada lampiran 16.
b. Kecepatan Linear Sabuk (v)
𝜋 . 𝑑𝑝 .𝑛1 3.14 .100 .290
v= = = 0,319 m/s
60 . 1000 60 . 1000
= 2010,54 mm ≈ 2011 mm
Dilihat dari lampiran 7 mengenai panjang sabuk-V standar, yang
mendekati 2011 adalah belt dengan nomor 80, maka sabuk yang digunakan
adalah C-80 inch.
54
Di dapat dari table pada lampiran 9, maka bearing yang dipakai untuk poros
pulli (drum) driver adalah bearing dengan kode 7304 A DB dan bearing yang
disarankan untuk poros roll penumpu adalah bearing dengan kode 73035 A DB.
Bearing yang digunakan adalah bearing dengan bantalan bola sudut dalam keadaan
terpasang. Bearing ini merupakan bearing yang cocok untuk menahan beban radial.
𝑅𝐴 = 𝑅𝐵 dan 𝑀𝐴 = 𝑀𝐵
𝑃 150
𝑅𝐴 = 𝑅𝐵 = 2 = = 75 kg
2
𝑃xL
𝑀𝐴 = 𝑀𝐵 = −
8
150 x 1,5
𝑀𝐴 = 𝑀𝐵 = − = - 28,125 𝑘𝑔. 𝑚
8
55
𝑀𝑥 = 𝑅𝐴 . x – P (x – 0,75) − 𝑀𝐴
𝑀𝑐 = 𝑅𝐴 . x – 𝑀𝐴
𝑀0,75 = 𝑅𝐴 . 0,75 – 𝑀𝐴
= 56,25 kg.m – 28,125kg.m
= 28,125 kg.m
𝑀𝑐 𝑀
𝜎𝑡 = 𝜎𝑡 = 𝑊
𝐼
Bahan yang digunakan untuk frame adalah baja ST37, yang memiliki 𝜎𝑡 =
37 kg/𝑚𝑚2 .
37 kg/𝑚𝑚2
𝜎𝑡 = = 7,4 kg/𝑚𝑚2
5
𝑀 28.125
𝑊=𝜎 = = 3800,67 𝑚𝑚3
𝑡 7,4
= 𝑅𝐴 . x – P (x – 0,75) − 𝑀𝐴
𝑑2 𝑣
EI ∫ 𝑑𝑥 2 = ∫(𝑅𝐴 . x – P (x – 0,75) − 𝑀𝐴 ) dx
𝑑𝑦 1 1
EI 𝑑𝑥 = 2 𝑅𝐴 . 𝑥 2 − 2 P (x – 0,75)2 − 𝑀𝐴 . 𝑥 + 𝐶1 ..................................(1)
1 1
EI ∫ 𝑑𝑦 = ∫ (2 𝑅𝐴 . 𝑥 2 − P (x – 0,75)2 − 𝑀𝐴 . 𝑥 + 𝐶1 ) dx
2
1 1 1
EI . Y = 6 𝑅𝐴 . 𝑥 3 − 6 P (x – 0,75)3 − 2 𝑀𝐴 . 𝑥 2 + 𝐶1 . x + 𝐶2 ..................(2)
bila x = 0 𝑌𝐴 = 0 𝐶2 = 0
0 = 0 + 0 + 𝐶2 𝐶2 = 0
bila x = 1,5 𝑌𝐶 = 0
1 1 1
0 = 6 𝑅𝐴 . (1,5)3 − 6 P (0,75)3 − 2
(−28,125) . (1,5)2 + 𝐶1 . 1,5
56
1 1 1
150 .(0,75)3 − 75 (1,5)3 + (−28,125) .(1,5)2
6 6 2
𝐶1 = 1,5
10,54 −42,18+(−31,64)
𝐶1 = = -42,18
1,5
𝐶1 ke pers..... (1)
𝑑𝑦 1 1
EI 𝑑𝑥 = 2 𝑅𝐴 . 𝑥 2 − 2 P (x – 0,75)2 − 𝑀𝐴 . 𝑥 + 𝐶1
𝑑𝑦 1
EI 𝑑𝑥 = 2 75 . (0,75)2 − (−28,125) . (0,75) + (-42,18)
𝑑𝑦
EI 𝑑𝑥 =0
Defleksi di C x = 0,75
1 1 1
𝛿𝑐 = 𝑌𝐶 = 𝐸𝐼 (6 𝑅𝐴 . (0,75)3 − 𝑀𝐴 . (0,75)2 + 𝐶1 . (0,75))
2
1 1 1
= 𝐸𝐼 (6 75 . (0,75)3 − (−28,125) . (0,75)2 + (−42,18) . (0,75))
2
−18,455 −18455
𝑌𝐶 = m= mm
𝐸𝐼 𝐸𝐼
Dalam hal ini diambil batas maksimum lendutan untuk sebuah struktur
balok biasa berdasarkan kepada SNI 03-1729-2002 yakni bisa dicari dengan
persamaan L/240. Diketahui bahwa L = panjang bentang (mm), maka didapat:
𝐿
𝑦𝑚𝑎𝑥 =
240
1500
𝑦𝑚𝑎𝑥 = = 6,25 𝑚𝑚
240
Dengan modulus elastisitas baja E = 2,1 x 104 Kg/mm2, dan berdasarkan tabel
sifat penampang siku sama pada lampiran 10, untuk profil siku dengan dimensi
55 × 55 × 5 mm, nilai momen inersia bahan dapat adalah I = 0,152 ×
106 𝑚𝑚4 .
18455
𝑌𝐶 =
𝐸𝐼
18455
= (2,1 x 104 )(0,152 × 106) mm
𝑌𝐶 = 8,57 × 10−7 mm
Karena 𝑌𝐶 < 𝑦𝑚𝑎𝑥 , maka defleksi yang terjadi pada frame AMAN.
57
a. Perhitungan Buckling
π2 . EI π2 . EI
Pcr = Le = √
Le2 Pcr
π2 . EI
π
I = 64 × d 4 Le = √ Pcr
𝟑,𝟏𝟒
= × (22)4 =√
(3,14)2 . (2×104 ). (11493,185)
𝟔𝟒 150
4
I = 11493,185 mm
Le = 3983,03 mm2
Panjang ulir daya yang direncanakan adalah 400 mm. Melalui perhitungan
buckling diketahui bahwa panjang maksimum yang diizinkan adalah 3983,03 mm2 .
Karena L < Le, maka panjang ulir daya yang direncanakan AMAN.
𝐹
𝑑𝑟 = √𝜋
. 𝜎
4
150
= √3,14
. 9,25
4
c. Perhitungan Torsi
𝐹 [𝜇 −(𝑙⁄𝜋 𝑑 )]
𝑚
P= 𝜇𝑙
1+ ( ⁄𝜋 𝑑 )
𝑚
5
150 [0,5 − ( )]
3,14 . 22
= 0,5 . 5
1+ ( )
3,14 . 22
P = 62 kg
58
Diasumsikan gaya yang dapat diputar oleh kekuatan manusia adalah 5 kg.
T 682 𝑘𝑔.𝑚𝑚
r=F= = 136,4 mm
5 𝑘𝑔
π2 . EI π2 . EI
Pcr = Le = √
Le2 Pcr
π
I = 64 × d4
𝟑,𝟏𝟒
= × (80)4
𝟔𝟒
I = 2009600 mm4
π2 . EI
Le = √ Pcr
Le = 51456,1 mm2
59
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan perhitungan-perhitungan pada setiap bab terdahulu dapat
disimpulkan dimensi pada perancangan Flat Belt Transport Table sebagai berikut:
B. Saran
Perancangan Flat Belt Transport Table versi 1.0 ini masih memiliki beberapa
kekurangan, diantaranya:
1. Mesin ini memiliki dimesi yang cukup besar sehingga kurang efektif jika ingin
dipindahkan.
2. Mesin ini perlu operator jika ingin digunakan.
3. Untuk merubah sudut kemiringan pada mesin ini menggunakan ulir daya
sehingga perlu gaya untuk menggunakannya.
60
DAFTAR PUSTAKA
Farizal dan Hamimi. 2017. Desain Belt Conveyor untuk Pencurahan Material
dengan Kapasitas 125 Ton per Jam, Lebar Sabuk 400 mm dan Volume Angkut
96,154 Ton per Jam. Universitas Tulang Bawang dan Universitas
Muhammadiyah. Lampung.
Gere dan Timoshenko. 2000. Mekanika Bahan. Erlangga. Jakarta.
Khurmi dan Gupta. 1982. A Text Book of Machine Design. Eurasia Publishing
House (Pvt.) LTD. New Delhi.
L.Singer dan Darwin Sebayang. 1985. Kekuatan Bahan. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Mangunwijaya. 1993. Teknologi dan Dampak Kebudayaannya. Yayasan Obor
Indonesia. Jakarta.
Republik Indonesia. 2016. PERMENPERIN No. 40 tahun 2016 mengenai Pedoman
Teknis Pembangunan Kawasan Industri. Sekretariat Negara. Jakarta.
Rudenko N.1964. Mesin Pengangkat. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Shigley dan Larry. 1991. Perencanaan Teknik Mesin Jilid 1. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Simanihuruk, Amin. 2014. Penentuan Besar Daya Motor Induksi 3 Fasa Untuk
Penggerak Conveyor Dan Pompa Pada Pltbs Sei Mangkei. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Sularso dan Kiyokatsu Suga. 2004. Dasar-dasar Perencanaan dan Pemilihan
Elemen Mesin. Pradnya Paramita. Jakarta.
Teknikalatberat529. 2016. Belt Conveyor. [Online].
Tersedia:https://teknikalatberat529.wordpress.com/2016/05/09 (diakses tanggal:
23 Oktober 2018)
William D. Callister. 1994. Materials Science and Engineering an Introduction.
Simultaneously. Canada.
Zainuri, Ach Muhzib. 2010. Mesin Pemindah Bahan. Penerbit Andi. Yogyakarta.
61
LAMPIRAN
62
DAFTAR LAMPIRAN
63
64
Lampiran 3 Baja Karbon untuk Konstruksi Mesin dan Baja Batang yang Difinis
Dingin untuk Poros
Standar dan Lambang Perlakuan Kekuatan tarik Keterangan
macam panas (kg/mm2)
Baja karbon S30C Penormalan 48
konstruksi S35C Penormalan 52
S40C Penormalan 55
65
(Sumber: https://www.monotaro.id/corp_id/s003188484.html)
7 4 6 5
90
3000
3134
A ( 1:3 )
B ( 1:3 )
3 9
13,5
0,1
2 3
52
125
1100
2. 0,1
N8
20
16
30
M20X2
1560
0,1
1 2
0,1
125
20
1100
2. N8
0,1
20
1650
0,1
1 2
0,1
47
120
1100
2. N8
0,1
1560
M17X2
30
17
0,1
7
11
8
10
12
14
13
5
6
3
2
4 1
2 Handel 14 ST 37 10X150
4 ISO 4032 - M14(4) 13 -
4 ISO 4014 - M14 x 60(3) 12 -
8 ISO 7089 - 14 11 -
2 BS 292: Part 1 - 7008 - 40 x 68 x 15 10 -
1 Braket Bagian Bawah 9 ST 37 100X180X80
1 Braket Bagian Atas 8 ST 37 100X180X44
1 Pemegang Ulir Daya 7 ST 37 95X60X1500
1 Poros Berulir 6 ST 37 22X550
1 Pengatur Ulir Daya 5 ST 37 50X60
1 Pengunci Poros 4 ST 37 5X55
1 Poros 3 ST 37 55X190
1 Tabung Ulir Daya 2 ST 37 160X150X610
1 Dudukan Ulir Daya 1 ST 37 500X500X85
Jumlah Nama Bagian No. Bag Bahan Ukuran Keterangan
I II III Perubahan: Pengganti dari:
Diganti dari:
Skala: Digambar 14-04-20 Damar A
Dilihat
ULIR DAYA 1:10 Diperiksa
Disetujui
85
45
10
500
250
500
150
2. N8
0,1
60
120
42
32
140
160
150
610
540
530 40
R35
575
0,1
180 40
55
4. 0,1
N8
55
5
5. 0,1
N8
50
20 40
M8X1,25
A
32
6
8
M22X5
A 10
A-A
0,1
550
35
M10X1,25
M22X5
7. 0,1
N8
10 1480 10 60
95
40
30
0,1
50 10
43,25
56.5
15
180
R49
R34
21,5
100 44
80
9. 0,1
N8
50
50
15 40
43,25
56,5
M10X1,25
100
180
R34 1X45
R49
21,5
100 10
44
0,1 M8X1,25
1X45
10
150
1X45
10
2 Handel 14 ST 37 10X150
Jumlah Nama Bagian No. Bag Bahan Ukuran Keterangan
I II III Perubahan: Pengganti dari:
Diganti dari:
Skala: Digambar 14-04-20 Damar A
Dilihat
ULIR DAYA 2:1 Diperiksa
Disetujui
0,1
11 12 3 3 10 17 8 9
1 2 4 18 5 15 14 6 7 Diganti dari:
Skala: Digambar 14-04-20 Damar A
Dilihat
RANGKA CONVEYOR 1:20 Diperiksa
Disetujui
0,1
R15 10 10
13
80
65
765
30 120
0,1
R62,5
52
A(1:5)
600
A
300
17
300
300
3125
300
300
300
600
20
200
0,1
R15 13
50
25
100 26
5. N8
0,1
5 50 25
30
5
120 50
130
15
A 94
0,1
10
1X45
10
500
524
540
120
5
R16 20 110
A 120
A-A
7. N8
M10X1,5 B-B
15
0,1
B
10
1X45
10
520
84
B
90
2 Silinder 2 7 ST 37 90X520
2 Silinder 1 6 ST 37 120X120X540
Jumlah Nama Bagian No. Bag Bahan Ukuran Keterangan
I II III Perubahan: Pengganti dari:
Diganti dari:
Skala: Digambar 14-04-20 Damar A
Dilihat
RANGKA CONVEYOR 1:5 Diperiksa
Disetujui
15
0,1 A-A
10
1X45
10
540
74
A
80
B-B
9. N8
B
M10X1,5
15
0,1
10
1X45
10
560
B 64
70
2 Silinder 4 9 ST 37 70X560
2 Silinder 3 8 ST 37 80X540
Jumlah Nama Bagian No. Bag Bahan Ukuran Keterangan
I II III Perubahan: Pengganti dari:
Diganti dari:
Skala: Digambar 14-04-20 Damar A
Dilihat
RANGKA CONVEYOR 1:4 Diperiksa
Disetujui
0,1
110
A R10 100
13
60
35
630
585
580
54
A
60
A-A
2 Silinder 5 10 ST 37 60X110X630
Jumlah Nama Bagian No. Bag Bahan Ukuran Keterangan
I II III Perubahan: Pengganti dari:
Diganti dari:
Skala: Digambar 14-04-20 Damar A
Dilihat
RANGKA CONVEYOR 1:2 Diperiksa
Disetujui
0,1
25
10
50
1X45
1X45
35
25
20
1X45
M10X1,5
0,1
15,5 15,5
40
140
280
5
240
340
15,5 15,5
5
5
55
350