Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 14, No.

2, Oktober 2018 P-ISSN 1907 - 0357


E-ISSN 2655 - 2310

PENELITIAN
PENGARUH TERAPI BEKAM TERHADAP TEKANAN
DARAH PENDERITA HIPERTENSI
Tumiur Sormin*
*Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang

Penyakit hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia dengan prevalensi yang tinggi. Hasil
wawancara kepada penderita hipertensi yang sedang di terapi, 4 orang (60,66%) dari 6 orang pasien
mengatakan belum tahu tentang terapi bekam yang disertai masage, teknik relaksasi dan belum tau
prosedurnya. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment) dengan menggunakan
pendekatan pre-post test design. Populasi penelitian ini adalah seluruh penderita hipertensi tanpa
komplikasi dan terdaftar sebagai pengunjung terapi bekam di Klinik Master Bekam Way Halim Bandar
Lampung sebanyak 48 orang dan sampel penelitian sebanyak 40 orang. Teknik pengambilan sampel
dengan accidental sampling. Uji statistik yang digunakan adalah Uji T-dependen untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah perlakuan/intervensi (terapi bekam). Hasil
penelitian diperoleh bahwa responden terbanyak adalah diatas 35 tahun yakni 30 orang (75,00%),
terbanyak laki-laki sebanyak 25 orang (62,50%),terbanyak berpendidikan dibawah perguruan tinggi
sebanyak 26 orang (65,00%), dan terbanyak bekerja sebagai wiraswasta yakni 21 orang (52,50%).
Sebelum dilakukan terapi bekam, rata-rata tekanan darah sistolik adalah 152,50 mmHg dan rata-rata
tekanan diastolik 85,25 mmHg. Sesudah terapi bekam diperoleh hasil bahwa rata-rata tekanan darah
sistolik adalah 134,25 mmHg dan rata-rata tekanan diastolik 80 mmHg. Berdasarkan uji statistik
diperoleh hasil p-value sebesar 0,000, artinya terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah
terapi bekam.

Kata Kunci: Terapi Bekam, Tekanan darah, Hipertensi

LATAR BELAKANG Puskesmas. Prevalensi kasus hipertensi


lain di Provinsi Lampung tahun 2015
Penyakit hipertensi, stroke, jantung mengalami peningkatan bila dibandingkan
koroner, dan diabetes, sekarang ini masih prevalensi tahun 2014 sebesar 0,76%,
menjadi penyakit pembunuh nomor satu di diantaranya, 12, 1% mengalami stroke
Indonesia. Belakangan ini, penyakit (Dinkes Prov Lampung, 2015).
tersebut tidak hanya menyerang orang Hasil pre-survey peneliti ke klinik
lanjut usia lanjut (lansia) karena faktor Bekam di Bandar Lampung pada Mei
degeneratif, tetapi juga usia produktif 2017, diketahui bahwa rata-rata kunjungan
(Shadine, 2010). Sampai saat ini, terapi bekam klien hipertensi adalah 100-
hipertensi masih merupakan tantangan 130 orang per-hari. Ada sebanyak 48
besar di Indonesia dengan prevalensi yang orang klien hipertensi tanpa komplikasi.
tinggi, yaitu sebesar 25,8% yang terdaftar melakukan terapi bekam di
(Riskesdas,2013). klinik tersebut. Hasil wawancara kepada
Menurut Kepala Dinas Kesehatan klien hipertensi yang sedang terapi,
Provinsi Lampung, perkembangan diketahui bahwa 4 orang (60,66%) dari 6
penyakit hipertensi di Lampung telah orang pasien mengatakan belum pernah
menduduki peringkat ke-3 dari 10 tahu tentang terapi bekam disertai masage
penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan dan teknik relaksasi. Klien juga
di Puskesmas. mengatakan belum tau prosedur dan
Prevalensi kasus hipertensi primer di manfaat akhir terapi bekamnya.
Provinsi Lampung mengalami Berdasarkan uraian diatas, pada
peningkatan dari tahun ke tahun, sehingga penelitian ini adanya keinginan
pada tahun 2015 menduduki peringkat menerapkan terapi bekam kepada
ketiga terbesar dari 10 penyakit besar penderita hipertensi dengan prosedur yang
lainnya pada pasien rawat jalan di sebenarnya. Melalui penelitian ini, ingin
[123]
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 14, No. 2, Oktober 2018 P-ISSN 1907 - 0357
E-ISSN 2655 - 2310
mengetahui pengaruh terapi bekam Tabel di atas menunjukkan bahwa
terhadap tekanan darah pada penderita responden terbanyak berumur ≥ 35 tahun,
hipertensi. (75%), jenis kelamin terbanyak adalah
laki-laki (62,5%), pendidikan terbanyak
adalah SMA ke bawah (65%) dan
METODE pekerjaan terbanyak adalah pekerja swasta
(52,5%).
Rancangan penelitian yang
digunakan adalah eksperimen semu (quasi Analisis Univariat
experiment) yaitu dengan menggunakan
pendekatan pre-post test only design. Tabel 2: Distribusi Responden Menurut
Populasi penelitian ini adalah seluruh Tekanan Darah Sistol dan Diastol
penderita hipertensi tanpa komplikasi dan
sebanyak 48 orang dan sampel penelitian TD Sistol f %
sebanyak 40 orang. Teknik pengambilan Sebelum bekam:
sampel dengan accidental sampling. <130 mmHg 0 0.0
Sampel penelitian akan mengalami ≥130 mmHg 40 100,0
perlakuan (eksperimen) berupa terapi Sesudah bekam:
bekam. Kepada sampel penelitian yang <130 mmHg 10 25,0
sama akan dilakukan pengukuran tekanan ≥130 mmHg 30 75,0
darah sebanyak dua kali, yakni sebelum TD diastole sebelum
dilakukan terapi bekam (pre-test) dan bekam:
sesudah dilakukan terapi bekam (post- <90 mmHg 6 15,0
test). Uji statistik yang digunakan adalah ≥90 mmHg 34 85,0
Uji t-dependen untuk mengetahui ada TD diastole sesudah
tidaknya perbedaan tekanan darah sebelum bekam:
dan sesudah perlakuan/intervensi (terapi <90 mmHg 25 62.5
bekam). ≥90 mmHg 15 37,5

Tabel di atas menunjukkan bahwa


HASIL sebelum terapi bekam 100% memiliki
tekanan darah sistole ≥ 130 mmHg dan
Karakteristik Responden tekanan darah diastole responden
terbanyak 34 orang (85%) dengan tekanan
Tabel 1: Distribusi Responden Menurut ≥ 90 mmHg. Sesudah terapi bekam, 30
Umur, Jenis Kelamin, orang (75%) bertekanan darah sistole ≥
Pendidikan, dan Pekerjaan 130 mmHg dan 25 orang responden
(62,5%) dengan tekanan darah diastole <
Variabel f % 90 mmHg.
Umur:
< 35 tahun 10 25,0 Tabel 3: Distribusi Tekanan Darah Sistol
≥ 35 tahun 30 75,0 dan Diastol Sebelum dan Sesudah
Jenis Kelamin: Bekam Kelompok Eksperimen
Laki-laki 25 62,5
Perempuan 15 37,5 Range
Tekanan Darah Mean Med n
Pendidikan: Min Maks
SMU ke bawah 26 65,0 Sistole Sebelum 152,50 150 140 180
PT 14 35,0 Sistole Sesudah 134,25 130 120 160
40
Diastole Sebelum 89,25 90 90 110
Pekerjaan:
Diastole Sesudah 82,75 80 70 70
Tidak bekerja 9 22,5
PNS 10 25,0
Berdasarkan tabel di atas diketahui
Swasta 21 52,5
bahwa sebelum terapi bekam rata-rata
[124]
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 14, No. 2, Oktober 2018 P-ISSN 1907 - 0357
E-ISSN 2655 - 2310
tekanan darah sistol adalah 152,50 mmHg, pengukuran kedua didapat rata-rata
median 150 mmHg, terendah 140 mmHg tekanan darah diastole 82,75 dengan rata-
dan tertinggi 180 mmHg. Setelah terapi rata standar deviasi 6,40. Terlihat nilai
bekam rata-rata 134,25 mmHg, median mean perbedaan antara pengukuran
130 mmHg, terendah 120 mmHg dan pertama dan kedua adalah 6,50 dengan
tertinggi 160 mmHg. Sedangkan tekanan standar deviasi 5,79. Hasil uji statistik
darah diastol sebelum terapi menunjukkan didapatkan p value 0,000, maka dapat
nilai mean adalah 89,25 mmHg, median 90 disimpulkan ada perbedaan yang
mmHg, terendah 90 mmHg dan tertinggi signifikan antara tekanan darah diastol
110 mmHg. Setelah terapi menunjukkan sebelum dan sesudah terapi bekam.
nilai mean adalah 82,75 mmHg, median
adalah 80 mmHg, terendah 70 mmHg dan
tertinggi 70 mmHg. PEMBAHASAN

Analisis Bivariat Hasil penelitian didapat responden


terbanyak adalah berumur ≥ 35 tahun
Tabel 4: Distribusi Analisis Uji Beda yakni sebanyak 30 orang (75%), terbanyak
Mean Tekanan Darah Sistol adalah laki-laki sebanyak 25 orang
Sebelum dan Sesudah Terapi (62,5%), terbanyak dengan latar belakang
Bekam pendidikan dibawah perguruan tinggi,
yakni sebanyak 26 orang (65%) dan
Tekanan Darah Mean SD SE p n bekerja sebagai pekerja swasta, yaitu
Sistol value sebanyak 21 orang (52,5%). Jika dilihat
Sebelum bekam 152,50 12,14 1,92
0,000 40 dari hasil yang digambarkan oleh
Sesudah bekam 134,25 11,95 1,89
Kemenkes RI pada tahun 2007 dan tahun
Rata-rata tekanan darah sistol pada
2013, bahwa prevalensi hipertensi
pengukuran pertama adalah 152,50
berdasarkan jenis kelamin menunjukkan
dengan standar deviasi 12,14. Pada
angka yang terbalik dimana yang
pengukuran kedua didapat rata-rata
digambarkan bahwa hipertensi pada
tekanan darah sistol 134,25 dengan rata-
perempuan lebih tinggi dibandingkan
rata standar deviasi 11,95. Terlihat nilai
dengan hipertensi pada laki-laki.
mean perbedaan antara pengukuran
Menurut Direktorat Pengendalian
pertama dan kedua adalah 18,25 dengan
Penyakit Tidak Menular (2006) bahwa
standar deviasi 5,94. Hasil uji statistik
semakin bertambahnya umur, risiko
didapatkan p value 0,000, maka dapat
terkena hipertensi menjadi lebih besar,
disimpulkan ada perbedaan yang
sehingga dikalangan usia lanjut hipertensi
signifikan antara tekanan darah sistole
menjadi cukup tinggi. Disebutkan pula
pengukuran sebelum dan sesudah terapi
bahwa di usia dewasa muda, pria lebih
bekam.
banyak menderita hipertensi dibandingkan
wanita. Hasil penelitian ini menunjukkan
Tabel 5: Distribusi Analisis Uji Beda
bahwa responden terbanyak adalah
Mean Tekanan Darah Diastol
berumur ≥ 35 tahun, termasuk dalam
Sebelum dan Sesudah Terapi
kategori dewasa muda, sehingga hal ini
Bekam
sejalan dengan pendapat yang
Tekanan Darah p dikemukakan Direktorat Pengendalian
Mean SD SE n Penyakit Tidak Menular (2006) bahwa
Diastol value
Pengukuran I 89,25 8,28 1,31 hipertensi di usia ini lebih banyak terjadi
0,000 40
Pengukuran II 82,75 6,40 1,01 pada laki-laki dan dengan semakin
bertambahnya usia ini, sangat
Rata-rata tekanan darah diastole memungkinkan akan terjadi peningkatan
pada pengukuran pertama adalah 89,25 prevalensi hipertensi.
dengan standar deviasi 8,28. Pada

[125]
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 14, No. 2, Oktober 2018 P-ISSN 1907 - 0357
E-ISSN 2655 - 2310
Menurut Hananto, 2008, umumnya yang belum diketahui. Zat-zat ini
faktor yang menyebabkan hipertensi usia menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler
muda berkaitan dengan gaya hidup. Selain dan arteriol, serta flare reaction pada
obesitas, faktor lainnya adalah stres. Stres daerah yang dibekam. Dilatasi kapiler ini
merupakan masalah di semua kelompok menyebabkan terjadinya perbaikan
umur, tidak terkecuali orang muda zaman mikrosirkulasi pembuluh darah dan akan
sekarang. Ketika seseorang mengalami timbul efek relaksasi (pelemasan)
stres, tubuh akan merespon dengan pembuluh darah, otot-otot yang kaku serta
perubahan-perubahan fisiologis, kenaikan akibat vasodilatasi umum akan
tekanan darah. Berdasarkan hasil menurunkan tekanan darah secara stabil.
penelitian Sophi Damayanti, dkk (2012) Terapi bekam pada penelitian ini,
tentang Profil Penggunaan Terapi Bekam dilakukan dengan metode bekam basah
di Kabupaten/Kota Bandung Ditinjau dari oleh terapis kepada responden. Sebelum
Aspek Demografi, Riwayat Penyakit, dan dilakukan penyayatan di permukaan kulit,
Profil Hematologi, diperoleh hasil bahwa pada bagian yang akan disayat dilakukan
terapi bekam banyak digunakan oleh masage. Tindakan pengeluaran darah kotor
masyarakat pada rentang 20-39 tahun (blood letting) dilakukan dengan cara
(70,63%) dan usia ini adalah usia dewasa menyayat dengan lanset steril pada bagian
muda. Berdasarkan beberapa uraian teori yang dibekam, kemudian darah yang
dan hasil penelitian yang diuraikan diatas keluar dihisap dengan tabung sampai
ini, dapat disimpulkan bahwa penderita seluruh darah terhisap seluruhnya dari
hipertensi pada kelompok usia muda, baik permukaan kulit yang disayat. Setelah
wanita maupun laki-laki, cukup tinggi dilakukan bekam, pasien dibantu duduk
angka pencarian pengobatan terapi bekam. untuk selanjutnya dilakukan teknik
Berdasarkan hasil penelitian hasil relaksasi lebih kurang 15 menit. Setelah
rata-rata perubahan tekanan darah sistole pasien nyaman barulah diperbolehkan
sebelum dan sesudah terapi bekam adalah berdiri dan berjalan untuk persiapan
sebesar 18,25 dengan standar deviasi pulang. Selama proses pembekaman,
5,94. Sedangkan hasil rata-rata perubahan peneliti melakukan komunikasi terapeutik
tekanan darah diastole sebelum dan dengan tujuan terjadi relaksasi dan
sesudah terapi bekam adalah sebesar 6,50 menghilangkan rasa takut pada pasien.
dengan standar deviasi 5,79. Selanjutnya Perubahan rata-rata tekanan darah sistole
berdasarkan hasil analisis bivariat maupun diastole pada responden tampak
diperoleh nilai p value sebelum dan secara nyata setelah dilakukan 2 kali
sesudah terapi bekam, pada tekanan darah pembekaman dengan jarak waktu 2
sistole, maupun tekanan darah diastole, minggu. Bahkan ada beberapa pasien yang
yakni sebesar 0,000 yang berarti terdapat tekanan darahnya telah kembali ke tekanan
perbedaan bermakna rata-rata tekanan darah normal.
darah sistole dan diastole sebelum dan Jika dilihat hasil penelitian Sangkur,
sesudah terapi bekam. Mean, maximal dan B, dkk (2014) tentang Pengaruh Terapi
minimal tekanan darah sistole sebelum Bekam Terhadap Tekanan Darah Pasien
dilakukan terapi bekam adalah mean Hipertensi Esensial di Rumah Bekam
152,50 masuk pada kategori hipertensi Denpasar, bahwa bekam menurunkan
sedang. tekanan darah pada pasien hipertensi.
Terapi bekam yang dilakukan pada Penelitian Saryono (2010) tentang
titik yang tepat, maka pada kulit (kutis), Penurunan Kadar Kolesterol Total pada
jaringan bawah kulit (sub kutis), fascia dan Pasien Hipertensi yang Mendapat Terapi
ototnya akan terjadi kerusakan dari must Bekam di Klinik An-Nahl Purwokerto,
cells dan lain-lain, dan akibat kerusakan diperoleh juga hasil bahwa upaya
ini akan dilepaskan beberapa zat seperti penurunan kadar kolestrol darah dapat
serotonin, histamin, bradikinin, slow dilakukan dengan terapi bekam.
reacting substance (SRS), serta zat-zat lain

[126]
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 14, No. 2, Oktober 2018 P-ISSN 1907 - 0357
E-ISSN 2655 - 2310
Hasil penelitian yang diperoleh terjadi. Mengendalikan berbagai faktor
peneliti, tampaknya sejalan dengan resiko hipertensi adalah merupakan
beberapa hasil penelitian yang diuraikan tindakan yang tepat dan sangat dibutuhkan
diatas, dimana ada perubahan tekanan oleh penderita hipertensi untuk
darah sebelum dan sesudah pembekaman. menurunkan tekanan darah tingginya
Penelitian yang dilakukan beberapa menjadi normal kembali. Terapi bekam
peneliti yang diuraikan diatas, tidak jelas dilakukan dengan cara menghisap atau
diuraikan tentang masage sebelum dan menyedot zat toksik yang tidak
teknik relaksasi sesudah pembekaman, terekskresikan oleh tubuh melalui
maupun penerapan komunikasi terapeutik, permukaan kulit, dimana zat toksik inilah
sehingga kemungkinan tidak meruapakan salah satu penyebab
diterapkannya tindakan tersebut selama hipertensi.
pembekaman. Tindakan bekam yang
diteliti oleh peneliti, sebelum pembekaman
diawali dengan masage dan setelah KESIMPULAN
pembekaman dilakukan teknik relaksasi.
Tindakan masage dan teknik relaksasi Umur responden terbanyak ≥ 35
tampaknya lebih nyaman dan keadaan ini tahun,yaitu 30 orang (75,00%), terbanyak
sangat membantu menyiapkan fisik dan responden laki-laki sebanyak 25 orang
psikologis klien menjalani pembekaman. (62,50%), responden terbanyak
Oleh karena itu, dengan adanya hasil berpendidikan dibawah perguruan tinggi
penelitian yang menunjukkan bahwa yaitu 26 orang (65,00%), dan responden
adanya perbedaan yang signifikan antara terbanyak bekerja wiraswasta sebanyak 21
tekanan darah sistole dan diastole sebelum orang (52,50%)
dan sesudah dilakukan terapi bekam, Sebelum dilakukan terapi bekam,
membuktikan bahwa terapi bekam yang rata-rata tekanan darah sistolik adalah
diawali dengan masage dan diakhiridengan 152,50, kategori hipertensi sedang. nilai
relaksasi dan disertai komunikasi maksimal adalah 180 kategori hipertensi
terapeutik merupakan salah satu terapi berat dan minimal adalah 140 kategori
yang dapat direncanakan mengatasi hipertensi ringan. Sesudah terapi bekam,
masalah penyakit hipertensi. rata-rata tekanan darah sistolik adalah
Beberapa faktor resiko yang 134, 25 kategori tinggi normal, nilai
menyebabkan hipertensi menurut maksimal adalah 160 kategori hipertensi
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak sedang dan minimal adalah 120 kategori
Menular, 2006, termasuk diantaranya normal. Sebelum dilakukan terapi bekam,
adalah gaya hidup modern yang berusaha rata-rata tekanan darah diastole adalah
mengatasi stresnya dengan merokok dan 85,25, kategori hipertensi tinggi normal,
minum alkohol atau kopi. Pengaruh nilai maksimal adalah 110 kategori
alkohol terhadap kenaikan tekanan darah hipertensi sedang dan minimal adalah 90
telah dibuktikan. Alkohol menyebabkan kategori hipertensi ringan. Sesudah
peningkatan kadar kortisol peningkatan dilakukan terapi bekam, rata-rata tekanan
volume sel darah merah serta kekentalan darah diastole adalah 80, kategori normal,
darah kadar kortisol, dan peningkatan nilai maksimal adalah 70 kategori normal.
volume sel darah merah serta kekentalan Hasil uji statistik didapatkan p-value
darah berperan dalam menaikan tekanan 0,000, yang berarti ada perbedaan yang
darah. Konsumsi garam berlebih dan signifikan antara tekanan darah sistole dan
makanan berkolesterol tinggi, termasuk diastole pengukuran pertama (sebelum
sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi. terapi bekam) dan pengukuran kedua
Tujuan utama penangan hipertensi (setelah terapi bekam).
adalah menurunkan tekanan darah Diharapkan supaya institusi
sehingga kemungkinan terjadinya berbagai pendidikan keperawatan menjadikan terapi
komplikasi yang diuraikan diatas tidak bekam sebagai salah satu intervensi

[127]
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 14, No. 2, Oktober 2018 P-ISSN 1907 - 0357
E-ISSN 2655 - 2310
keperawatan sebagai terapi modalitas Sangkur, B, dkk, 2014. Pengaruh Terapi
untuk mengatasi tekanan darah tinggi. Bekam Terhadap Tekanan Darah
Masage sebelum pembekaman dan teknik Pasien Hipertensi Esensial Di
relaksasi setelah pembekaman disertai Rumah Bekam Denpasar
komunikasi terapeutik supaya diterapkan Saryono, 2010. Penurunan Kadar
di klinik bekam kepada setiap pasien Kolesterol Total pada Pasien
hipertensi yang datang terapibekam. Hipertensi yang Mendapat Terapi
Bekam di Klinik An-Nahl
Purwokerto
DAFTAR PUSTAKA Sheldon G. Shep, 2005, Mayo Clinic
Hipertensi, Mengatasi Tekanan
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Darah Tinggi, Jakarta: PT. Intisari
Menular Direktorat Jenderal PP & Mediatama.
PL, 2006, Pedoman Teknis Sophi Damayanti, dkk, 2012. Profil
Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Penggunaan Terapi Bekam di
Hipertensi, Jakarta: Departemen Kabupaten/Kota Bandung Ditinjau
Kesehatan Republik Indonesia. dari Aspek Demografi, Riwayat
Dinkes Propinsi Lampung, 2015.,Profil Penyakit, dan Profil Hematologi
Kesehatan, Dinkes Propinsi
Lampung

[128]

Anda mungkin juga menyukai