Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam suatu operasi pemboran lumpur mempunyai peran yang sangat penting ,sehingga perlu
adanya penelitian untuk menguji sifat-sifat kimia maupun fisika lumpur itu sendiri.Maka untuk
memperbaiki karakteristik lumpur pemboran ,digunakan beberapa material –material atau
adiktiv-adiktiv yang mempunyai kegunaan yang berbeda-beda.Penambahan adiktif-adiktif
tersebut di maksudkan agar lumpur pemboran dapat d gunakan sesuai dengan fungsinya
.Lumpur pemboran mempunyai banyak fungsi ,terutama untuk menahan tekanan
formasi,menggangkat cutting ke permukaan ,sebagai pendingin dan pelumas rangkain pipa
bor,untuk mencengah runtuhnya lubang bor,menahan sebagian beratnya berat drill string dan
sebagainya.

Penggunan lumpur pemboran sebagai fluida pemboran di dasr pada kondisi sumur yang
berbeda-beda,untuk itu diperlukan pengamatan tersendiri terhadap jenis-jenis lumpur yang
sesuai dengan kondisi pemboran.Tekanan dan temperature akan sangat berpengaruh terhadap
komposisi serta kondisi lumpur,terutama tekanan dan temperature yang sangat tinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi material pembuet lumpur lignosulfonate
serta meneliti sifat-sifat fisik dari formula lumpur yang di buat pada temperature sampai
300F,sehingga di dapatkan lumpur dengan densitas ,plastic viscosity,yield point,API filtrate
loss,API mud cake HPHT filtrate loss yang sesuai dengan persaratan yang telah di tentukan
pada pemboran sumur”X” lapangan “Y”

Metode penelitian ini di lakukan di laboratorium dengan mengkaji sifat-sifat fisik lumpur
,konsentrasi material yang di perlukan serta biaya per-bbl lumpur yag di buat.Hasilpengujian
kemudian di evaluasi untuk mendapatkan lumpur dengan sifat-sifat fisik sesuai dengan
persaratan dan dengan harga yang sangat murah.

Hasil ahir dari penelitian ini adalah di dapatkan suatu komposisi lumpur lignosufonate yang
sesuai dengan persaratan pemboran sumur “X” lapangan “Y” pada temperature sampai 300F
BAB II

TEORI DASAR LUMPUR

Lumpur pemboran adalah suatu cairan yang di alirkan selama pemboran berlangsung melalui
rangkaian pipa bor(drillstring),kemudian di keluarkan melalui pahat dan kembali kepermukaan
melalui ruang antara lubng bor dan rangkaian pipa bor

KArakteristik fisik maupun kimia lumpur pemboran harus sesuai dengan kondisi formasi batuan
yang akan di tembus

2.1. Fungsi Lumpur Pemboran

Lumpur pemboran pada mulanya hanya berfungsi sebagai pembawa serbuk bor (cutting)dari
dasar lubang bor ke permukaan.Dan sesuai dengan kemajuan teknologi dalam dunia
perminyakan ,lumpur pemboran mempunyai fungsi-fungsi lain yang juga sangat penting dalam
operasi pemboran ,diantaranya:

1. Mengangkat cutting ke permukaan


2. Sifat membentuk mud cake
3. Mengontrol tekanan formasi
4. Cutting suspension
5. Pendingin dan pelumas drillstring serta bit
6. Melepas cutting di permukaan
7. Menahan sebagian berat drillstring
8. Melindungi formasi produktif
9. Sebagai media logging

2.1.1.Mengaangkat Cutting Ke Permukaan

Serbuk bor yang di hasilkan dari pengikisan formasi oleh pahat secepatnya akan di angkat dari
bawa pahat ke permukaan,yang mempunyai pertimbangan effisiensi dan rate
penetrasi.Keefektifan dari pengangkatan cutting ke permukaan ini antara lain tergantung dari
factor-faktor sebagai berikut:

1. Kecepatan Alir Lumpur


Kecepatan alir lumpur dalam annulus merupakan suatu hal yang penting dalam
pengangkatan cutting ,di mana kecepatan ini tergantung dari kapasitas pompa,ukuran
pipa bordan type dari aliran fluidanya
Sepert diketahui bahwa dalam setiap problem aliran fluida ,terdapat distribusi
kecepatan alir fluida yang mengalir dan di pengaruhi oleh type alirannya(turbulent atau
laminar).Gambar 2.1 menunjukan profil distribusi kecepatan fluida di dalam annulus
secara ideal
Dalam aliran laminer ,distibusi kecepatan aliran maksimum terdapat pada fluida yang
mengalir di pusat.Sehingga cutting yang berada di pusat aliran tersebut akan lebih cepat
mencapai permukaan,sementara cutting yang mendekati dinding akan naik cukup
lambat.Karena distribusi kecepatan laminar tidak merata,maka aliran laminar ini buruk
untuk mengangkat cutting.Menaiknya viskositas lumpur pemboran akan menjadikan
pengangkatan cutting yang lebih baik dari pada aliran laminar.Tetapi keburukan –
keburukan dan risiko yang besar menyebabkan usaha ini jarang di lakukan.

Gambar 2.1 Perbandingan distribusi kecepatan di dalam annulus.

Sdangkan didalam aliran turbulent,distrbusi kecepatan alir akan lebih merata sehingga
aliran turbulent lebih baik dalam penggangkatan cutting.Perputaran drillpipe juga akan
membantu dalam pengangkatan cutting,sedangkan perputaran cutting akan membantu
terjadinya aliran turbulent.

2. Densitas dan Viscositas


Kedua factor ini berpengaruh pada kapasitas penggangkatan cutting ke permukaan.Bila densitas
dan viskositas terlalu rendah maka penggangkatan cutting tidak sempurna.Akibatnya cutting
akan terendapkan kembali didasar lubang bor dan akan mengakibatkan laju penetrasi yang
kecil atau mungkin pahat dan rangkaian pipa bor akan terjepit.Bila viscositas terlalu besar
,maka pemisahan cutting dari lumpur di permukaan akan sulit di lakukan.

2.1.2. Sifat Membentuk Mud Cake

Lumpur yang baik akan membuat kerak lumpur (mud cake),yaitu lapisan zat padat yang tipis di
permukaan formasi permeable.Pembentukan mud cake ini akan menyebabkan tertahannya
aliran fluida masuk ke formasi.Adanya aliran yang masuk ke formasi yaitu padatan dan cairan
membuat padatan akan tersaring dengan adanya mud cake
Pembentukan mud cake di usahakan tipis dan elastic,sehingga tidakmudah gugur.Karena
pembentukan mud cake yang tebal akan menyebabkan terjepitnya rangkaian pipa bor.Sifat mud
cake akan dapat di perbaiki dengan menambahkan addiktive tertentu.

Apabila lumpur mengandung material koloid dalam jumlah yang cukup,maka kesulitan kesulitan
dalam pemboran dapat di perkecil.Sebaliknya bila lumpur mengandung material koloid yang
sangat sedikit dan material padat yang sangat tinggi akan terbentuk kerak tang tebal dalam
dinding lubang bor.Keadaan seperti ini akan menghambat kelancaran pemboran dan
mengakibatkan sejumlah besar volume fitrat masuk ke formasi porus yang di laluinya,dimana
hal ini berperan penting dalam pembentukan caving atau lubang-lubang di sepanjang lubang
bor.Semua pengamatan terhadap kemungkinan –kemungkinan tersebut di atas di dasarkan
pada pengamatan jumlah fitrat yang hilang selama pemboran berlangsung.Jadi dengan
memperhitungkan perbandingan volume fitrat dengan waktu yang di butuhkan dalam sirkulasi
lumpur.HUbungan antara standart API fluid loss(High Fluid Loss Mud dan Low Fluid Loss Mud)
terhadap akar waktu yang di butuhkan,atau di nyatakan dengan rumus:

Q=√t+e……………………………………………………………………………………………………………………………(2.1)

Dimana:

Q =volume filtrate,cm3

K =konstanta yang besarnya tergantung dari jenis lumpur bor,cm3/sec1/2

T =waktu,detik

E =spurt loss,cm3

2.1.3. Menontrol Tekanan Formasi

Tekanan fluida formasi umumnya mempunyai geradien tekanan yang normal sebesar 0.465
Psi/ft.Pada tekanan yang normal,air beserta padatan pemboran telah cukup untuk menahan
tekanan formasi ini.

Untuk tekanan formasi yang kecil(sub normal pressure),maka tekanan hidrostatik lumpur harus
di perkecil agar tidak terjadi problem hilangnya lumpur (mud loss).Begitu pula bila tekanan
formasi lebih besar dari normal(abnormal pressure),maka lumpur pemboran harus di perberat
agar dapat mengimbangi tekanan formasi

Tekanan hidrostatik lumpur pemboran dalam suatu kedalaman di rumuskan sebagai berikut:

Ph =0.052.ℓm.D

Dimana:

Ph =tekanan hidrostatik lumpur,psi


ℓm =densitas lumpur,ppg

D =kedalaman formasi ,ft

0,052 =konstanta

Dengan memakai rumus di atas maka kita dapat melakukan control yang baik terhadap
lumpur,untuk mengimbangi tekanan formasi .Sehingga tidak menimbulkan kesulitan selama
operasi pemboran

2.1.4. Cutting Suspension

Kemampuan lumpur menahan cutting selama sirkulasi lumpur di hentikan tegantung dari gel
strength.Dengan cairan menjadi gel ,tahanan tehadap gerakan cutting ke bawah dapat di
pertinggi.Cutting harus dapat di tahan agar tidak turun ke bawah.Karena bila cutting
mengendap dapat mengakibatkan akumulasi cutting dan pipa akan terjepit (pipe
stricking).Selain itu akan memperberat rotasi permulaan pompa dan juga memperberat kerja
pompa untuk memulai sirkulasi kembali

Tetapi gel yang terlalu besar akan berakibat buruk,karena akan menahan pembuangan cutting
di permukaan.Penggunaan alat-alat seperti desander atau shale shaker akan sangat mebantu
pengambilan cutting dan pasir di permukaan.

Agar lumpur mempunyai kemampuan untuk suspensi ,maka lumpur tersebut harus
mempunyai:sifat gel (thixotropic) ketika fluida ini tidak bergerak,dan akan menjadi flida kembali
jika sirkulsi di mulai.Sifat thixotropic ini akan berhubungan dengan tenaga atraktif antara sisi
dan permukaan plat dari clay yang ada di dalam lumpur.

2.1.5. Pendingin dan Pelumas DrillString serta Bit

Selama operasi pemboran berlangsung ,maka akibat kontak antara pahat dan formasi akan
menyebabkan gesekan yang menimbulkan panas,tetapi dengan adanya lumpur maka panas
akan di salurkan ke permukaan.Adanya gesekan antara rangkaian pipa bor ,pahat dengan
formasi juga akan menyebabkan keausan rangkaian pipa bor dan pahat lebih cepat habis,maka
fungsi lumpur di sini adalah melumasi dan mendinginkan rangkaian pipa bor dan pahat.

Maanfaat dari sifat pendingin dan pelumasan dari lumpur akan dapat menyebabkan usia dari
pahat akan lebih lama,mengurangi torsi pompa dan membuat kondisi lubang bor lebih baik

2.1.6. Melepaskan Cutting di Permukaan

Cutting yang di hasilkan dari pemboran dari formasi yang di tembus perlu di angkat dari lubang
bor dan di bawah ke permukaan untuk di analisa.Partikel-partikel padat atau cutting batuan
harus di angkat dengan sirkulasi lumpur untuk mencengah terjadinya bit balling(penggumpalan
padatan pada bit).Sifat lumpur untuk melepaskan cutting di permukaan ini berhubungan
dengan sifat bottom hole cleaning lumpur
Supaya cutting dan pasir tidak terbawa ke permukaan atau ke tangki pengumpul lumpur di
mana lumpur tersebut akan di sirkulasikan lagi,maka cutting dan pasir ini harus di pisahkan dari
aliran lumpur.Pemisahan cutting dari aliran lumpur tersebut penting karena sifatya yang sangat
abrasive akan mempercepat kerusakan pada pompa,rangkaian pipa bor dan bit.Untuk melepas
atau memisahkan cutting dan pasir di permukaan ,dalam satu operasi pemboran biasanya di
pakai shale shaker dan desander

Seperti di katakana oleh William Bruce (1951) dan Moore (1974) ,pada penggunaan air atau
fluida yang cukup encer dengan viscositas hampir mendekati air ,dan dengan kecepatan annular
100 samapi 125 ft/sec ,adalah memadai untuk mengangkat cutting ke permukaan

2.1.7. Menahan Sebagian Berat Drill String

Dengan makin dalamnya formasi yang di bor,maka rangkaian pipa bor dan selubung(casing)
yang di perlukan juga bertambah banyak sehingga beban rangkaian pipa bor serta selubung
tersebut semakin berat

Berat rangkaian pipa bor dan selubung akan berkurang gaya ke atas yang di timbulkan oleh
lumpur pemboran .Hal ini di sebabkan berlakunya hokum hidrolika ,sehingga berat rangkaian
pipa bor dalam lumpur dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut:

W1 =W2 –(B.L.MW)…………………………………………………………………………………………(2.3)

Dimana :

W2 =berat pipa bor dalam lumpur,lbs

W1 =Berat pipa bor di udara,lbs

B =Bouyancy Factor,gal/ft

L =Panjang pipa bor,ft

MW =Berat jenis lumpur ,ppg

2.1.8. Melindungi Formasi Produktif

Fungsi lumpur untuk melindungi formasi produktif sangat berhubungan dengan sifat lumpur
membentuk mud cake,terutama ketika pemboran menembus formasi produktif yang
potensial .Ketika formasi yang permeable dibor ,maka mud cake akan terbentuk pada dinding
lubang bor dimana itu akan berfungsi untuk meminimalkan invasi fluida ke dalam zona
permeable tersebut.Juga karakteristik fasa air dari lumpur perlu di control untuk menghindari
formation demage.Pada beberapa kasus ,di pergunakan lumpur khusus seperti oil muduntuk di
gunakan membor pada zona prodktif yang sensitive terhadap air filtrat lumpur yang tersaring
dan masuk ke dalam formasi.
2.1.9. Sebagai Media Logging

Logging adalah suatu cara yang di gunakan untuk mengetahui jeis cairan formation yang
terkandung ,melalui perhitungan dan parameter tertentu.Peralatan yang di gunakan adalah
peralatan log yang dimasukan ke dalam lubang bor ,dan bekerja dengan gelombang listrik ,suara
,radio aktif ,maka di gunakan lumpur pemboran sebagai media penghantarnya.

Pengamatan resistivitas lumpur dan filtratnya dalam pemboran harus selalu di lakukan
,terutama pada saat di rencanakan akan di lakukan logging.Pengukuran resistivitas pada
prinsipnya adalah pengukuran terhadap hambatan yang di berikan oleh suatu bahan yang sudah
di ketahui susunannya terhadap arus listrik yang mengalir melaluibahan tersebut.

Besaran tahanan yang di ukur di ubah menjadi resistivitas dalam ohm-meter dengan
menggunakan suatu contate cell,di mana konstanta ini di tetapkan oleh susunan sampel yang
ada di dalam sel dan di tentukan melalui kalibrasi terhadap suatu larutan standart yang sudah di
ketahui resistivitasnya.

Peralatan yang biasa di gunakan untuk mengukur resistivitas lumpur adalah resistivity
meter.Umumnya mempunyai kesalahan sampai 5% dari nilai sebenarnya.

2.2. Jenis –Jenis Lumpur Pemboran

Lumpur pemboran ini secara garis besar di klarifikasikan menjadi dua system,yaitu water base mud
dan oil base mud.Water base mud(lumpur dengan bahan dasar air) di gunakan lebih luas dari oil
base mud(lumpur dengan bahan dasar air).Pembagian yang utama dari water base mud adalah ada
dan tidaknya garam yang terlarut di dalamnya.Untuk yang tidak bergaram penggunaan bentonite
akan mendapatkan lumpur yang baik ,karena bentonite tidak menghidrat pada air garam.Sehingga
untuk mengebor pada lapisan garam di gunakan salt base mud(lumpur air asin) dan clay yang di
gunakan adalah jenis attapulgite.

Kemudaian system lumpur telah di kembangkan untuk mengatasi problem tertentu dalam
pemboran.Adapun klasifikasi lumpur pemboran adalah sebagai berikut:

I. Water Base Mud


a. Fresh water mud
b. Chemically treated mud
c. Calsium treated mud
d. Salt water mud
e. Oil and water emulsion mud
II. Oil Base Mud
a. Oil base mud
b. Inverted emulsion mud

II.2.1. Water Base Mud


Lumpur dengan bahan dasr air ini penggunaannya lebih luas di bandingkan dengan lumpur dengan
bahan dasar minyak .water base drilling mud ini biasanya lebih di perinci lagi berdasarkan air yang di
gunakan ,air tawar atau air asin.Kadar garamnya biasanya sangat kecil ,kurang dari 1000ppm=1%
berat garam

2.2.1.1. Fresh Water Mud

Fresh water Mud adalah lumpur pemboran yang fasa cairnya adalah air tawar,dimana sedikit atau
tidak diadakan treatment kimia.Fresh Water Mud sendiri dapat di bagi menjadi tiga macam yaitu:

a. Spud Mud
Spud mud digunakan untuk membor formasi bagian atas atau bagian conductor casing.Fungsi
utama adalah untuk menggangkat cutting dan membuka lubang permukaan(formasi bagian
atas).Volume yang di gunakan biasanya sedikit dan dapat dibuat dari air dan bentonite(yield
100 bbl/ton)atau clay air tawar yang lain (yield 35 – 50 bbl/ton).Tambahan clay atau
bentonite perlu di lakukan untuk menaikan viskositas dan gel strength bila mengebor pada
zona-zona loss.
b. Natural Mud
Natural mud dibuat dari pecahan –pecahan cutting sebagai padatan dan air tawar sebagai
fasa cair,dan sifatnya berfariasi tergantung pada formasi yang akan dibor. Berat lumpur ini
berkisar 9,1-10,2 ppg dan viskositasnya 35-45 detik dan umumnya di gunakan untuk
pemboran pada surface casing.
c. Bentonote Treated Mud
Mencakup dari sebagian tipe-tipe lumpur air tawar ,Bentonite adalah material yang paling
umum digunakan untuk mengurangi filter loss dan mengurangi tebal mud cake.Bentonite
juga dapat di gunakan untuk menaikan viskositas dan gel strength yang bisa di control
dengan thiner.

2.2.1.2. Lignosulfonate Mud

Lumpur lignosulfonate CF(chrome free) adalah lumpur dengan bahan dasar air dan di tambah dengan
addiktiv C-F lignosulfonate tanpa penambahan KCL polymer maupun KCL PHPA.Lumpur
Lignosulfonate biasa di gunakan pada formasi batu pasir pada formasi atas ,karena lumpur jenis ini
termasuk dalam sisitem lumpur dengan kadar padatan rendah(low solid mud).Untuk penggunaan
lumpur lignosulfonate pada temperature tinggi perlu di tambahkan material-material penunjang
antara lain :asphalatik,lignit,CMC-HV dan material-material yang tahan terhadap temperature tinggi.

2.2.1.3. Chemically Treated Mud

Lumpur jenis Chemically treated mud ini adalah lumpur dengan bahan dasar air dengan treated
material-material tertentu tanpa sedikitpun penambahan calcium.Lumpur jenis ini dapat di bagi
menjadi tiga macamdiantaranya:
a. Phosphate Treated Mud
Lumpur ini mengandung Pholypospate untuk menontrol viscositas maupun gel
streght.Penambahan zat kimia ini akan berakibat pada terdispensinya fraksi-fraksi clay koloid
padat sehingga density lumpur menjadi besar dan gel streghtnya rendah.

Anda mungkin juga menyukai