Anda di halaman 1dari 7

A.

Modulus Halus Butir pasir

Modulus halus butir atau finess modulus (FM) adalah suatu nilai yang

digunakan untuk menunjukkan kekasaran atau kehalusan butir–butir agregat.

Pada umumnya pasir mempunyai modulus kehalusan butir antara 1,5 – 3,8

(SK SNI S–04– 1989–F hal. 28).

Perhitungan modulus halus butir agregat menggunakan rumus:

Σ Skom (%)
FM = (SK SNI S–04–1989–F hal. 28)
100

Dimana: FM = Modulus kehalusan butir agregat Σ S kom (%) = Jumlah prosen

komulatif agregat yang tertahan diatas saringan 0,15 mm.

B. Berat Jenis

perbandingan antara berat dari satuan volume dari suatu material terhadap

berat air dengan volume yang sama pada temperatur yang ditentukan. Nilai-

nilainya adalah tanpa dimensi. (SNI 1969: 2008).

1. berat jenis curah kering

Perbandingan antara berat dari satuan volume agregat (termasuk rongga

yang ermeable e dan ermeable di dalam butir partikel, tetapi tidak

termasuk rongga antara butiran partikel) pada suatu temperatur tertentu

terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam volume

yang sama pada suatu temperatur tertentu. (SNI 1969: 2008).

A
Berat Jenis Curah kering =
(B−C )
Dengan:

A : berat benda uji kering oven (gram)

B : berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan di udara (gram)

C : berat benda uji dlam air (gram)

2. berat jenis curah (jenuh kering permukaan)

Perbandingan antara berat dari satuan volume agregat (termasuk berat air

yang terdapat di dalam rongga akibat perendaman selama (24+4) jam,

tetapi tidak termasuk rongga antara butiran partikel) pada suatu temperatur

tertentu terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam

volume yang sama pada suatu temperatur tertentu. (SNI 1969: 2008).

B
Berat jenis curah (jenuh kering permukaan) =
(B−C )

dengan:

B : berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan di udara (gram);

C : berat benda uji dalam air (gram).

3. berat jenis semu (apparent)

Perbandingan antara berat dari satuan volume suatu bagian agregat yang

impermiabel pada suatu temperatur tertentu terhadap berat di udara dari

air suling bebas gelembung dalam volume yang sama pada suatu

temperatur tertentu (SNI 1969: 2008).

A
Berat jenis semu =
( A−C)
dengan:

A : berat benda uji kering oven (gram);

C : berat benda uji dalam air (gram).

C. Penyerapan air

Penambahan berat dari suatu agregat akibat air yang meresap ke dalam pori-

pori, tetapi belum termasuk air yang tertahan pada permukaan luar partikel,

dinyatakan sebagai persentase dari berat keringnya; agregat dikatakan

“kering” ketika telah dijaga pada suatu temperatur (110±5) oC dalam rentang

waktu yang cukup untuk menghilangkan seluruh kandungan air yang ada

(sampai beratnya tetap) (SNI 1969: 2008).

B− A
Penyerapan air = [ A ]
x 100 %

dengan:

A : berat benda uji kering oven (gram);

B : berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan di udara (gram);

D. Kadar air

Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang

dikandung agregat dengan agregat dalam keadaan kering, dinyatakan dalam

persen (SNI 03 – 1971 – 1990).

( W 3−W 5 )
Kadar air agregat = x 100%
W5
keterangan:

W 3 = berat benda uji semula (gram).

W 5 = berat benda uji semula (gram).

E. Kadar Lumpur

Pengertian Lumpur adalah bagian–bagian yang berasal dari agregat alam

(kerikil dan pasir) yang dapat melalui ayakan 0,075 mm, dengan berat jenis

kurang dari 2.0 t/m3 (SK SNI S–04–1989–F).

Kadar lumpur yang berlebih pada agregat dapat membuat kekuatan beton

menjadi rendah, sehigga mutu beton yang diinginkan tidak tercapai. Untuk itu

diperlukan pemeriksaan mutu agregat (kerikil maupun pasir) agar

mendapatkan bahan–bahan campuran beton yang memenuhi syarat, sehingga

beton yang dihasilkan nantinya sesuai dengan yang diharapkan.

Agregat (kerikil maupun pasir) harus memenuhi syarat mutu sesuai dengan

SK SNI S–04–1989–F, “Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A”. Salah satu

syarat yang harus dipenuhi yaitu kadar lumpur, untuk masing–masing agregat

kadar lumpur yang diijinkan berbeda. Kadar lumpur agregat normal menurut

SK SNI S–04–1989–F adalah:

(1) Agregat Halus (Pasir) : kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari

70 mikro (0,075 mm) maksimum 5%.

(2) Agregat Kasar (Split) : kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70

mikro (0,075 mm) maksimum 1%.


Kandungan lumpur pada agregat diperiksa dengan menggunakan sistem

kocokan. Sistem ini digunakan untuk agregat halus dengan cara mengocok

gelas ukur yang berisi pasir sebanyak 130 cc dan air hingga mencapai tinggi

200 cc selama 30 menit. Setelah didiamkan selama + 24 jam, kemudian

diamati dan dihitung kandungan lumpurnya dengan rumus:

hl = ht2 - hp

h1
Kandungan lumpur = x100%
ht 1

Dimana : h1 = Tinggi lumpur (cc)

ht1 = Tinggi total pasir + lumpur sebelum kocokan (cc)

ht2 = Tinggi total pasir + lumpur setelah kocokan (cc)

hp = Tinggi pasir (cc)

F. Modulus Halus Butir kerikil

Modulus halus butir (mhb) atau finess modulus (FM) adalah suatu nilai yang

digunakan untuk menunjukkan kekasaran atau kehalusan butir–butir agregat.

Pada umumnya kerikil mempunyai modulus kehalusan butir antara 6,0 – 7,10

(SK SNI S– 04–1989–F hal. 29). Perhitungan modulus halus butir agregat

menggunakan rumus :

Σ Skom (%)
FM = (SK SNI S–04–1989–F hal. 28)
100
Dimana:

FM = Modulus kehalusan butir agregat

Σ Skom (%) = Jumlah prosen komulatif agregat yang tertahan diatas saringan

0,15 mm.

G. Berat Jenis Agregat Kasar

Berat jenis agregat kasar ialah perbandingan berat kerikil dengan berat kerikil

didalam air. Tujuan pengujian adalah untuk mendapatkan angka untuk berat

jenis agregat kasar baik kondisi asli maupun SSD. Perhitungan berat jenis

berdasarkan SK SNI–09–1989–F untuk kondisi asli dan SSD dengan rumus :

a. Berat Jenis Asli/SSD

W iap
BJ = x BJ w (SK SNI-09-1989-F)
W iap −W ic

Dimana :

BJ = Berat jenis asli/SSD agregat (t/m3)

BJw = Berat jenis air (t/m3)

Wlap = Berat agregat kondisi asli/SSD (gr)

Wic = Berat agregat dalam air (gr)

Anda mungkin juga menyukai