Ev Pertengahan Indra Jaya
Ev Pertengahan Indra Jaya
EVALUASI PERTENGAHAN
1
EVALUASI PERTENGAHAN PPDS I
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
A. IDENTITAS PENDERITA
2
B. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh dari ibu penderita dan data dari catatan medis, dilakukan pertama
kali pada hari Jum’at, 24 April 2015, pukul 10.30 WIB, hari perawatan ke-2 di bangsal
Perawatan Bayi Berisiko Tinggi, RSUP dr. Kariadi Semarang.
3
peravertebra kanan setinggi corpus vertebra thorakal 1-5 cenderung thymus.
Hemidiagfragma kanan setinggi costa 9 posterior, sinus costofenikus kanan-kiri
lancip. Didapatkan kesan: cor tidak membesar, gambaran neonatal pneumonia,
gambaran pneumothoraks kanan, tak tampak kelainan pada cavum abdomen. Dari
hasil konsul mata didapatkan hasil tidak didapatkan tanda perdarahan pada retina.
Anak didiagnosis neonatal aterm pasca vakum ekstraksi, berat badan bayi normal
(3000 gr), sesuai masa kehamilan, pasca asfiksia sedang. Anak mendapat terapi O2
nasal 0,5 liter/menit, infus D 10% 240/10/10 tetes per menit makro (GIR ; 5,5),
Injeksi Ca. glukonas 1,5 ml/12 jam intravena pelan pada hari pertama perawatan dan
ditambahkan terapi infus aminosteril 100 ml/24 jam 4,2 ml/jam (2 gr/kgBB/hari)
pada perawatan hari kedua. Diet dengan ASI peras 2 – 5 ml via orogastric tube tiap 3
jam.
Pohon Keluarga
II
III
4
VI. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Lahir dari dari ibu G1P0A0, umur 21 tahun, hamil 9 bulan. Saat hamil periksa ke
Bidan lebih dari 4 kali, diberi vitamin dan tablet tambah darah serta suntikan TT 1 kali.
Tidak pernah sakit saat hamil, tidak pernah demam saat hamil atau menjelang persalinan,
tidak pernah mendapatkan penyinaran (radiasi/rontgen), tidak pernah minum obat-obatan
atau jamu di luar yang diberikan bidan (hanya minum vitamin dan tablet tambah darah).
Riwayat kelahiran
Anak lahir ditolong dokter, usia kehamilan 9 bulan, secara secara vakum ekstraksi
atas indikasi partus macet, kulit ketuban pecah 30 menit sebelum persalinan, warna jernih,
berbau khas, jumlah kesan cukup, lahir tidak langsung menangis, denyut jantung kurang
dari 100 kali permenit, biru-biru hanya pada ujung-ujung jari, tidak kuning, berat lahir
3000 gram, panjang badan lahir 50 cm, lingkar kepala 35 cm, dan lingkar dada 32 cm.
Setelah lahir anak tidak langsung menangis, skor APGAR : 5-6-8, dilakukan langkah
awal VTP O2 6L/menit 100 % dengan T piece resuscitator SpO2 76 % HR 95 x/menit,
kemudian menjadi HR 120 x/menit SpO2 95 %. Dipasang umbilical catheter dan infuse
D10% 10 tpm (mikro) serta cek laboratorium darah rutin elektrolit, Ureum, Creatinin dan
CRP kuantitatif serta X foto babygram. Anak dirawat di perawatan bayi resiko tinggi.
5
VII. Riwayat Nutrisi
- ASI peras diberikan 8 x 5 ml/24 jam via OGT hari kedua
Pertumbuhan :
Pertumbuhan intrauterin sesuai masa kehamilan menurut kurva Lubchenco.
Berat badan lahir : 3.000 gr (persentil 50%-75%), Berat badan saat ini : 3.000 gr
(persentil 50%-75%), Panjang badan lahir : 50 cm (persentil 75%), Lingkar kepala : 35
cm (persentil 75%-90%).
Perkembangan intrauterin sesuai kehamilan 38 minggu berdasarkan skor New Ballard
(skor 35 38 minggu).
Kesan : Pertumbuhan dalam batas normal
Sosial ekonomi :
Ayah bekerja sebagai wiraswasta. Ibu tidak bekerja. Penghasilan per bulan ±Rp
1.300.000,- menanggung 1 orang anak yang belum mandiri. Biaya pengobatan ditanggung
BPJS non PBI kelas III.
6
Kesan : sosial ekonomi kurang.
Lingkungan :
Kedua orangtua, kakek, nenek dan dua orang bibi, tinggal dalam satu rumah, ukuran ± 6
x 11 m2, bangunan berdinding tembok. Terdapat 3 kamar tidur. Terdapat jendela di dalam
rumah. Atap berupa genting. Sumber listrik dari PLN sebesar 900 watt. Sumber air bersih
dari sumur pompa. Dapur terletak di belakang rumah berdekatan dengan kamar mandi. Air
buangan dialirkan melalui pipa. Sampah dibuang di tempat pembuangan sampah di depan
rumah. Rumah dihuni 6 orang. Jarak rumah penderita dan tetangga berdekatan. Ayah dan
kakek mempunyai kebiasaan merokok. Jarak ke Puskesmas 1 kilometer. Jarak ke RSDK
4 kilometer.
C. PEMERIKSAAN FISIK
(Diperiksa di bangsal Anak : Jum’at, 24 April 2015, Jam : 10.00 WIB, Hari perawatan ke-2)
Anak laki-laki, umur 2 hari, berat badan 3000 gr, dan panjang badan 50 cm.
Keadaan Umum : sadar, nafas spontan, terpasang umbilical catheter dan ogt
Tanda Vital : Frekuensi Jantung : 144 x / menit
Nadi : reguler, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 46 kali/menit
Suhu : 37 o C (aksiler)
Keadaan Tubuh
Kulit : sawo matang
Kepala
Lingkar kepala : 35 cm , mesosefal, ada caput sauce doneum, tidak ada cefal hematom,
tidak ada laserasi
UUB : datar, sutura melebar (-), ukuran : 1 cm x 1,5 cm
Rambut : hitam, mudah dipilah
Mata : sclera tidak ikterik , kongjunctiva tidak anemis
Pupil : isokor Ø2 mm/Ø2 mm, refleks cahaya/bulu mata/kornea normal
Telinga : tidak ada sekret , tidak ada discharge
Hidung : tidak ada napas cuping, tidak ada sekret
7
Mulut
Bibir : tidak ada sianosis
Mukosa : sianosis (-), hiperemis (-) Gusi berdarah : (-)
Tenggorok : sulit dinilai
Palatum : letak tinggi (-)
Telinga : sekret – / –, tulang rawan sempurna
Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : bentuk dada normal, simetris
Paru
Frekuensi napas : 46 kali/menit, teratur
Inspeksi : simetris statis dan dinamis
Palpasi : tidak ada bagian yang tertinggal saat bernapas
Perkusi : sulit dinilai
Auskultasi : Suara dasar : vesikuler +N/+N
Suara tambahan : tidak ada hantaran , tidak ada ronkhi , tidak ada
wheezing
Jantung
Frekuensi jantung : 144 x / mnt
Batas jantung : sulit dinilai
Apeks jantung : tidak tampak, thrill tidak ada, aktivitas cukup
Bunyi jantung : Bunyi jantung I - II normal Irama: regular, tidak ada gallop
Bising : tidak ada
Abdomen :
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : lemas, turgor kembali cepat
Hepar : tidak teraba
Lien : Schuffner 0
Perkusi : timpani, pekak sisi normal
Inguinal : tidak ada pembesaran kelenjar limfe kanan dan kiri
Genital : Laki-laki, rugae scrotum normal, testis normal
8
Anus : normal
Ekstremitas : superior inferior
kanan / kiri kanan / kiri
Akral dingin –/– –/–
Cappilary refill time < 2” < 2”
Sianosis -/- -/-
Pucat -/- -/-
Rajah tangan dan kaki sempurna sempurna
Reflek primitif
Reflek Moro + simetris
Refleks rooting +
Refleks sucking +
Refleks menelan +
Palmar grasp +
Plantar grasp +
Babinsky +
Parachute -
Gerak +/+ simetris +/+ simetris
Kekuatan sulit dinilai sulit dinilai
Tonus normotoni normotoni
Klonus -/-
Edema -/- -/-
Sklerema -/- -/-
9
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tabel 1. Rangkuman pemeriksaan laboratorium darah
Tanggal Harga Normal 23-4-15 Keterangan
Hb (g/dl) 13 – 16 11.9 L
Ht (%) 40 – 54 35.4 L
Eritrosit 4.4 – 5.9 3.38 L
(juta/mmk)
MCV (fL) 75 - 96 105 H
MCH (pg) 27.00 – 32.00 35.1 H
MCHC (g/dL) 29 – 36 33.6
Lekosit (/mm3) 3.8 – 10.5 13.8 H
Trombosit (/mm3) 150 - 400 188
RDW (%) 11.60 – 14.80 15.6 H
MPV (fL) 4 – 11 7.59
GDS (mg/dL) 80 – 160 138
Ureum (mg/dL) 15 – 39 12 L
Kreatinin (mg/dL) 0.60 – 1.30 0.93
Calcium (mmol/L) 2.12 – 2.52 2.13
Natrium (mmol/L) 136 – 145 142
Kalium (mmol/L) 3.5 – 5.1 4.0
Chlorida 98 – 107 107
(mmol/L)
CRP kuantitatif 0 – 0.30 0.34 H
(mg/L)
Abdomen :
Tampak terpasang umbilical catheter dari arah caudal dengan ujung distal pada paravertebra
kanan setinggi corpus vertebra Thorakal 11. Preperitoneal fat lline kanan kiri baik. Tak
tampak distensi maupun dilatasi usus. Distribusi udara usus normal. Tak tampak gambaran
spina bifida pada korpus vertebra yang tervisualisasi.
10
Kesan :
Cor tidak membesar, gambaran neonatal pneumonia, gambaran pneumothoraks kanan, tak
tampak kelainan pada cavum abdomen.
E. RINGKASAN:
Seorang bayi laki-laki usia 2 hari berat lahir 3000 gr datang dengan keluhan tidak
menangis saat lahir dirawat di PBRT RSDK hari ke-2. Berat bayi sekarang 3000 gram, berat
badan lahir 3000 gram, panjang badan 50 cm, lahir dari ibu G1P0A0, umur ibu 21 tahun,
hamil 38 minggu. Pemeriksaan kehamilan di dokter dan bidan lebih dari 4 kali, suntikan TT 1
kali, tidak didapatkan riwayat penyakit selama kehamilan. Kulit ketuban pecah tiga puluh
menit sebelum persalinan, tidak keruh, berbau khas, jumlah kesan cukup. Bayi laki-laki lahir
secara vakum ekstraksi atas indikasi partus macet, ditolong dokter, lahir tidak langsung
menangis, denyut jantung kurang dari 100 kali permenit, biru-biru hanya pada ujung-ujung
jari, skor APGAR : 5-7-8, dilakukan langkah awal VTP O2 6L/menit 100 % dengan T piece
resuscitator SpO2 76 % HR 95 x/menit, kemudian menjadi HR 120 x/menit SpO2 95 %.
Dipasang umbilical catheter dan infuse D10% 10 tpm (mikro) serta cek laboratorium DR
elektrolit, Ca, Ur, Cr dan CRP kuantitatif serta X foto babygram. Placenta lahir secara
spontan, kotiledon lengkap, tidak ada infark, tidak ada hematom.
Saat ini pasien dirawat di PBRT perawatan hari ke-2, keadaan anak sadar, nafas
spontan, anak tidak demam, suhu tubuh 370 C, anak tidak kuning. HR 144x/menit, RR 46
x/menit, nadi reguler isi dan tegangan cukup. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb
11.9 gr/dl, Ht 35.4 %, Eritrosit 3.38 juta/uL, MCH 35.1 pg, MCV 105 fL, MCHC 33.6
gr/dl, leukosit 13.8 ribu/mmk, Trombosit 188 ribu/mmk, RDW 15.6 %, MPV 7.59 fL, GDS
138 mg/dL, Ureum 12 mg/dL , kreatinin 0,93 mg/dL , Calcium 2,13 mg/dL natrium 142
mmol/L, Kalium 4,0 mmol/L, Chlorida 107 mmol/L, CRP kuantitatif 0,34 mg/L. Hasil
11
pemeriksaan X foto babygram didapatkan kesan: cor tidak membesar, gambaran neonatal
pneumonia, gambaran pneumothoraks kanan, tak tampak kelainan pada cavum abdomen.
Hasil konsul mata tidak didapatkan tanda perdarahan pada retina.
Anak didiagnosis neonatal aterm pasca vakum ekstraksi, berat badan bayi normal
(3000 gr), sesuai masa kehamilan, pasca asfiksia sedang. Anak mendapat terapi O2 nasal 0,5
liter/menit, infus D 10% 240/10/10 tetes per menit mikro (GIR ; 5,5), Injeksi Ca. glukonas
1,5 ml/12 jam intravena pelan pada hari pertama perawatan dan ditambahkan terapi infus
aminosteril 100 ml/24 jam 4,2 ml/jam (2 gr/kgBB/hari) pada perawatan hari kedua. Diet
dengan ASI peras 2 – 5 ml via orogastric tube tiap 3 jam.
F. DAFTAR PERMASALAHAN
- Bayi pasca asfiksia sedang
- Lahir dengan vacum ekstraksi
- Pneumothoraks dekstra
- Sosial ekonomi kurang
G. DIAGNOSIS BANDING
1. Asfiksia sedang perbaikan
DD/ - Faktor ibu
- Faktor bayi
- Faktor placenta
2. Pneumothoraks Dextra
DD/ - Pneumothoraks spontan
- Pneumothoraks traumatic
3. Neonatus aterm
4. Berat lahir normal
H. DIAGNOSIS KERJA
1. Diagnosis Utama : Asfiksia sedang (R09.01)
12
2. Diagnosis Komorbid : Pneumothoraks (J93.0)
: Neonatus aterm
: Berat lahir normal
3. Diagnosis Komplikasi : -
a. Rencana Pemeriksaan
- Konsultasi ke bagian mata
- Konsultasi ke bagian bedah (thoraks dan vaskuler)
c. Asuhan nutrisi
Bayi laki-laki, 2 hari dengan berat badan lahir 3000 gram, panjang badan lahir 46 cm,
berat badan saat ini 3000 gram, lingkar kepala 50 cm dan lingkar dada 32 cm. kebutuhan
nutrisi hari ke-2 :
13
240 310 9
D 10 % 240 81,6 -
aminosteril 6 % 100 30 6
ASI ad libitum ∽ ∽ ∽
Total 340 111,6 6
AKG 140 % 34 % 67 %
d. Rencana Perawatan
- Mengurangi kemungkinan infeksi rumah sakit dengan cuci tangan yang baik 5
momen
- Menjaga kebersihan penderita dan ruangan
- Meminimalisasi prosedur invasif
- Memberikan terapi dan dietetik sesuai program
e. Rencana Pemantauan
- Pemantauan tanda vital
- Pemantauan berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala
- Pemantauan akseptabilitas diet
- Pemantauan tanda-tanda infeksi
- Pemantauan pendengaran dan penglihatan tiap 3 bulan
- Pemantauan fungsi neurologis tiap bulan
14
- Memberikan informasi kepada pihak terkait (pemerintah desa, dinas sosial) mengenai
kondisi sosial ekonomi keluarga yang kurang sehubungan dengan pemeliharaan
kesehatan.
- Menjelaskan tentang pentingnya pencegahan infeksi, menjaga kebersihan dengan
mencuci tangan dan tidak merokok.
- Dukungan kepada orang tua atas kondisi anaknya agar dapat memberikan dukungan
lingkungan dan psikologis.
15
J. FOLLOW-UP
HP Ke-1 HP Ke-2
(23 April 2015 ) (24 April 2015)
07.00 WIB 06.30 WIB
demam (-), kuning (-), sesak demam (-), kuning (-), sesak
Subyektif
nafas (+) nafas (+)
Kesan Umum Sadar, napas spontan Sadar, napas spontan
Tanda Vital HR : 140x/menit, RR : HR : 144x/menit, RR :
53x/menit, N : reguler 46x/menit, N : reguler
isi&tegangan cukup, t : 37 °C isi&tegangan cukup, t : 37 °C
SpO2 : 95 % SpO2 : 98 %
Pemeriksaan Fisik BB: 3 kg BB: 3 kg
Mata : anemis (-) Mata : anemis (-)
hidung: nafas cuping(-) hidung: nafas cuping(-)
Mulut : sianosis (-) Mulut : sianosis (-)
Leher : pembesaran nnll (-) Leher : pembesaran nnll (-)
Thorax : simetris, retraksi (-) Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I-II N, gallop(-), bising Cor : BJ I-II N, gallop(-), bising
(-) (-)
Objektif
Medikamentosa
infus D 10% 240/10/10 tpm liter/menit
mikro (GIR ; 5,5) infus D 10% 240/10/10 tpm
Injeksi Ca. glukonas 1,5 mkro (GIR ; 5,5)
ml/12 jam iv. pelan, pada + NaCl 3 % (1 meq) 12 ml
dalam 500 ml D 10%
16
hari pertama perawatan KCl Onsu (1 meq) 6 ml
dalam 500 ml D 10%
Injeksi Ca. glukonas 1,5
ml/12 jam cc aqua iv. pelan
infus aminosteril 100 ml/24
jam 4,2 ml/jam (2
gr/kgBB/hari)
Nutrisi Tunda sampai 8 x 5 ml ASI peras
8 x 2 – 5 ml ASI jam 15.00
Program Evaluasi kedaan umum dan Evaluasi kedaan umum dan
tanda vital tanda vital
Pasang NGT Diet naik secara bertahap
Cek laboratorium DR Bila tidak ada distress
elektrolit, Ca, Ur, Cr dan respirasi aff oksigen dan
CRP kuantitatif aff infus
X foto babygram
Konsul mata
Konsul bedah thoraks
vaskuler
K. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad sanam : ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
17
BAGAN PERMASALAHAN
RISIKO
Natal :
Pre natal : Persalinan dengan Vacuum Extractie,
Paparan asap rokok, rumah tinggal padat Resusitasi neonatus
penghuni, sosial ekonomi kurang
DIAGNOSIS
Asfiksia
Pneuomothoraks Neonatus Berat lahir
sedang
aterm normal
TATA LAKSANA
PROGNOSIS
Kuratif Preventif Promotif Rehabilitatif
- Oksigenasi - Pemantauan komplikasi : OAE, skrining - Edukasi ASI eksklusif -Dukungan psikologis
- Dietetik penglihatan -Edukasi hiegene sanitasi - Stimulasi
- Konsul Bedah Thorax - Menjaga kebersihan penderita dan
dan vaskuler ruangan
- Meminimalkan prosedur invasif
- Melengkapi Vaksinasi Hep.B 0 dan
Polio 1 (sebelum pulang)
Asah
Asih Prognosis
Asuh Quo ad vitam :ad bonam
Quo ad sanam :ad bonam 18
Qou ad fungsionam :dubia ad bonam
PEMBAHASAN
Kasus adalah seorang bayi laki-laki usia 2 hari, dirawat di PBRT dengan diagnosis :
Asfiksia perinatal merupakan penyebab kelainan neurologis pada anak dan juga
sebagai penyebab morbiditas dan mortalitas neonatal. Menurut WHO, sekitar 4-9 juta bayi
baru lahir dengan asfiksia terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya. Diantara seluruh kejadian
tersebut, diperkirakan ± 1,2 juta meninggal dan ± 1,2 juta mengalami komplikasi berat seperti
epilepsi, cerebral palsy (CP) dan gangguan perkembangan. Di negara berkembang rata-rata
kejadian asfiksia pada bayi baru lahir beberapa kali lebih tinggi, berkisar 4,6/1000 di Cape
Town sampai 26/1000 di Nigeria dan rata-rata kasus yang fatal ≥ 40%.1, 2
Kriteria asfiksia menurut American Academy of Pediatrics (AAP) dan American College of
terdapat pada ibu, plasenta maupun janin. Berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya
asfiksia adalah:
19
1. Faktor ibu: tidak memeriksakan kehamilan dengan teratur, demam saat kehamilan,
hipertensi pada kehamilan, diabetes mellitus, anemia, penyakit hati dan ginjal, penyakit
jantung, penggunaan sedasi atau anestesi, ketuban pecah dini, perdarahan antepartum,
kala 2 memanjang.
2. Faktor plasenta: solusio plasenta, plasenta previa berdarah, infark plasenta, kompresi atau
3. Faktor janin: prematuritas, trauma persalinan, kelainan kongenital, berat badan lahir, usia
Beberapa faktor risiko terjadinya asfiksia juga dapat dikelompokkan sebagai berikut : (a)
pada ibu, kehamilan > 35 tahun, penyakit kejang pada ibu, diabetes mellitus.(b) risiko
bercampur mekonium, prolapsus umbilical, persalinan lama, abruptio plasenta, ketuban pecah
dini, presentasi abnormal, chorioamnionitis, plasenta previa, trauma lahir, dan makrosomi. (c)
risiko post partum : Sindrom distres respiratori (RDS), Sindrom aspirasi mekonium (SAM),
Terdapat sebuah penelitian kohort prospektif yang menyebutkan bahwa kombinasi rendahnya
nilai APGAR dan acidemia saat lahir dapat menyebabkan kelainan neurologis dan kematian. 5
(Level of evidence 2)
20
Penilaian asfiksia dengan menggunakan nilai APGAR
Klinis 0 1 2
Frekuensi jantung Tidak ada <100x/menit >100x/menit
Usaha bernapas Tidak ada Lambat, tak teratur Tangis kuat
Refleks saat jalan Tidak ada Menyeringai/gerakan sedikit Menangis
napas dibersihkan
Tonus otot Lunglai Fleksi ekstremitas (lemah) Fleksi kuat, gerak
aktif
Warna kulit Biru pucat Tubuh merah, ekstremitas Merah seluruh
biru tubuh
Nilai 0-3: Asfiksia berat, Nilai 4-6: Asfiksia sedang, Nilai 7: Asfiksia ringan, Nilai 8-10:
Normal
Rendahnya nilai APGAR pada 1 menit pertama tidak berhubungan dengan luaran
jangka panjang. Penelitian yang dilakukan di Inggris menyimpulkan bahwa bayi prematur
(masa gestasi 26-36 minggu) dengan nilai APGAR 0-3 pada 5 menit pertama memiliki angka
kematian 315 per 1000 lahir hidup, dibandingkan pada bayi dengan nilai APGAR 7-10 pada
5 menit pertama, angka kematian 5 per 1000 lahir hidup. Pada bayi prematur dengan nilai
APGAR 4-6 pada 5 menit pertama memiliki angka kematian 72 per 1000 lahir hidup. 7 (Level
of evidence 2)
Kasus ini didapatkan bayi aterm (masa gestasi 38 minggu) dan nilai APGAR adalah 5-6-8,
pada menit kelima post natal Apgar Skor anak sudah mencapai nilai 8, walau dikategorikan
Tatalaksana asfiksia pada bayi ditujukan untuk memperbaiki dan mempertahankan ventilasi,
sirkulasi dan keseimbangan metabolik. Langkah awal penatalaksanaan adalah diagnosis fisik
21
yang komprehensif. Anamnesis dan pemeriksaan fisik (termasuk pemeriksaan neurologis)
memberikan informasi penting akan adanya, lokasi dan luasnya kerusakan akibat hipoksik-
iskemik.4
1. Pencegahan
hipoksia saat didalam kandungan ataupun saat persalinan. Meskipun telah dilakukan
pemeriksaan kandungan dengan rutin, kejadian asfiksia perinatal kadang tidak dapat
dicegah.
2. Resusitasi segera
3. Ventilasi adekuat
serebrovaskular.
4. Oksigenasi adekuat
Mempertahankan nilai normal PaO2 yaitu > 40 mmHg pada bayi premature dan > 50
Mempertahankan tekanan darah arteri dalam batas normal sesuai usia kehamilan dan
berat badan.
8. Mengatasi kejang
22
Obat pilihan utama adalah Fenobarbital. Apabila kejang masih berlangsung dengan
Kasus ini meskipun ibu telah melakukan upaya pencegahan dengan memeriksakan
kehamilan secara teratur, Pada bayi ini telah dilakukan resusitasi segera yaitu dengan
melakukan langkah awal dilanjutkan dengan VTP dengan T-Piece resuscitator dengan
pemberian cairan.
Prognosis asfiksia perinatal meliputi usia kehamilan, nilai APGAR dan gejala klinis. Secara
umum, sekitar 5-15% bayi dengan hipoksia akan mengalami gangguan motorik, 25-50%
Walaupun nilai APGAR bersifat subyektif, hal tersebut mencerminkan kelainan neurologis
yang berlangsung serta luarannya. Berdasarkan statistik, nilai APGAR 3 pada 15 menit
pertama menyebabkan angka kematian 48% di tahun pertama kehidupan. Bayi dengan nilai
APGAR 0-3 pada 20 menit pertama memiliki angka kematian 60%.8 (Level of evidence 3)
Asfiksia masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
neonatal. Didefinisikan sebagai suatu kondisi klinis yang dihubungkan dengan kondisi
hiposemia, hipercapnia, dan asidosis. Trauma akut otak terjadi akibat asfiksia pada neonates
disebabkan oleh penyebab antepartum (50%), intrapartum ( 40%), dan postpartum (10%)
yang menyebabkan terjadinya penurunan suplai oksigen atau aliran darah. Hypoxemic
Ischemic Enchephalopathy (HIE) merupakan akibat asfiksia yang berat. Dari pasien-pasien
berkembang menjadi gangguan neurologis yang permanen, misalnya palsi serebral, dan
23
retardasi mental. Insidensi asfiksia dilaporkan 1 – 6/1000 kelahiran hidup, tergantung usia
mencegah tingginya angka kelahiran, menyediakan pelayanan antenatal yang bermutu tinggi,
nyaman, serta kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat mengancam pada neonates.2 (Level
of Evidence 3)
Beberapa faktor risiko terjadinya asfiksia sebagai berikut : (a) risiko anteparatum : kehamilan
merokok, infeksi maternal, polihidramnion, hipertensi kronik pada ibu, kehamilan > 35 tahun,
penyakit kejang pada ibu, diabetes mellitus.(b) risiko intrapartum : persalinan secara cesarean
chorioamnionitis, plasenta previa, trauma lahir, dan makrosomi. (c) risiko post partum :
Sindrom distres respiratori (RDS), Sindrom aspirasi mekonium (SAM), penyakit jantung
bawaan, kelainan kongenital.1, 2 Pada penelitian di Turki, antara tahun 2007 – 2010, 210 bayi
didiagnosis asfiksia, 91 % pasien memiliki risiko intrapartum, 67,7 % memiliki factor risiko
Asfiksia dikelompokkan menjadi tiga tingkatan : yaitu stage I (ringan), Stage II (sedang) dan
stage III (berat) menurut criteria klinis dari Sarnat and Sarnat.
Pada pasien ini, lahir tidak langsung menangis dilakukan langkah awal dilanjutkan dengan
24
Pneumothoraks
Pnumothoraks merupakan syndrom kebocoran yang paling sering terjadi pada periode
penyakit paru yang jelas), dan pneumothorak sekunder (akibat adanya penyakit paru, atau
akibat factor presipitasi misalnya transient takipneu of newborn, sindrom aspirasi mekonium,
pasca pemberian surfactant).9 Pneumothoraks spontan (PS) merupakan salah satu bentuk
pneumothoraks primer pada neonates. PS biasanya terjadi tanpa adanya factor risiko pencetus
Adanya tekanan inflasi transpulmonal yang secara persisten tinggi atau tidak seimbang dalam
alveoli selama periode transisi menimbulkan terjadinya rupture alveoli ke ruang pleura
sehingga terjadi PS. Insidensi PS secara radiologi sekitar 1 - 2% dan PS yang simptomatis
adalah 0,05 – 1 % kelahiran hidup. PS meningkatkan morbiditas, dan lama rawat rumah sakit,
Terapi PS selama ini banyak dipakai, seperti pada penatalaksanaan pasien dewasa, yaitu
dengan oksigen konsentrasi tinggi 60%- 100% (nitrogen wash out) dapat mempercepat
parsial dalam alveoli dibandingkan dalam ruang pleura, sehingga mempercepat resolusi.
Akan tetapi penelitian di kanada menunjukkan tidak perbedaan masa perbaikan klinis antara
pasien yang diterapi dengan oksigen konsentrasi timggi dibandingkan yang menggunakan
oksigen udara ruangan atau dengan konsentrasi yang berbeda pada penelitian tersebut.9
25
Pada pasien dari hasil pemeriksaan radiologi foto thorakx ditemukan adanya
pneumothoraks dextra minimal hasil konsultasi bedah thoraks vaskuler, hanya dilakukan
b. Preventif : pemantauan terhadap berat badan dan tinggi badan, melengkapi vaksinasi
c. Promotif : edukasi kepada orangtua tentang pentingnya imunisasi, higiene dan sanitasi,
bermain anak jika kondisi anak sudah memungkinkan. Dukungan orang tua dalam
perkembangan anak.
a. Lingkungan Mikro : dukungan pengaturan diet, aktivitas fisik dan pola hidup anak,
kebersihan diri untuk mencegah infeksi, kedekatan anak dengan orang tua.
b. Lingkungan Mini : dukungan orang tua dan anggota keluarga lain dalam pengaturan diet,
aktivitas fisik dan pola hidup anak serta suasana hubungan keluarga yang harmonis.
c. Lingkungan Meso : lingkungan tetangga yang baik dan ramah, teman-teman sekolah dan
sekitar rumah yang selalu mendukung dalam pengaturan diet, aktivitas fisik dan pola
hidup anak.
26
d. Lingkungan Makro : Kebijakan pemerintah dimana pada pasien ini sudah mendapatkan
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Leuthner SR, Das UG. Low Apgar scores and the definition of birth asphyxia. Pediatric
clinics of North America. 2004;51(3):737-45.
2. JA l. Fetal Asphyxia: a case study of translational research. . J Obstet Gynaecol Can.
2013;35(3):258-62.
3. Majeed R, Memon Y, Majeed F, Shaikh NP, Rajar UD. Risk factors of birth asphyxia.
Journal of Ayub Medical College, Abbottabad : JAMC. 2007;19(3):67-71.
4. Hulya uzel, Selvi kelekci, Celal D, Ali Gunes, Ilyas Yolbas, Sen V. Neonatal asphyxia :
A study of 210 cases. clinical and experimental investigation. 2012;3(2):194 - 8.
5. Azra Haider B, Bhutta ZA. Birth asphyxia in developing countries: current status and
public health implications. Current problems in pediatric and adolescent health care.
2006;36(5):178-88.
6. Flavin NE. Perinatal asphyxia: a clinical review, including research with brain
hypothermia. Neonatal network : NN. 2001;20(3):31-40.
7. D N. Asfiksia dan Resusitasi bayi Baru lahir. Dalam : MS Kosim, Ari Y, Rizalya D,
Gatot IS, Ali U, editor. Buku Ajar Neonatologi2008. p. 103-25.
8. Rudiger M, Wauer RR, Schmidt K, Kuster H. The Apgar score. Pediatrics.
2006;118(3):1314-5; author reply 5-6.
9. Shaireen H, Rabi Y, Metcalfe A, Kamaluddeen M, Amin H, Akierman A, et al. Impact
of oxygen concentration on time to resolution of spontaneous pneumothorax in term
infants: a population based cohort study. BMC pediatrics. 2014;14:208.
28
Lampiran :
29