Kista Ovarium
Kista Ovarium
Kista Ovarium
A. Definisi
Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti
kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi
zat gas, cair, atau setengah padat. Dinding luar kantung menyerupai sebuah
kapsul (Andang, 2013).
Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista indung telur)
berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di
indung telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja
(Setyorini, 2014).
Kista ovarium merupakan pembesaran dari indung telur yang mengandung
cairan. Besarnya bervariasi dapat kurang dari 5 cm sampai besarnya
memenuhi rongga perut, sehingga menimbulkan sesak nafas (Manuaba,
2010).
Kehamilan dengan kista ovarium jarang dijumpai. Pada kehamilan yang
disertai kistoma ovari seolah-olah terjadi seolah-olah terjadi perebutan
ruangan, dimana kehamilan makin membesar. Oleh karena itu, kehamilan
dengan kista dilakukan operasi untuk mengangkat kista tersebut pada umur
hamil 16 minggu (Manuaba, 2010).
B. Etiologi
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (Setyorini, 2014).
Faktor penyebab terjadinya kista antara lain adanya penyumbatan pada
saluran yang berisi cairan karena adanya infeksi bakteri dan virus, adanya zat
dioksin dari asap pabrik dan pembakaran gas bermotor yang dapat
menurunkan daya tahan tubuh manusia, dan kemudian akan membantu
tumbuhnya kista, Faktor makanan; lemak berlebih atau lemak yang tidak
sehat yang mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat dipecah dalam proses
3
makanan yang tinggi serat dan lemak dapat menyebabkan penimbunan zat-
zat yang berbahaya untuk tubuh di dalam sel-sel darah tubuh manusia,
terhambatnya saluran pencernaan di dalam peredaran darah atau sel-sel
darah tubuh manusia yang dapat mengakibatkan sistem kerja tidak dapat
berfungsi dengan baik sehingga akan terjadi obesitas, konstipasi, dan lain-
lain.
4) Sosial Ekonomi Rendah
Sosial ekonomi yang rendah salah satu faktor pemicu terjadinya kista,
walaupun sosial ekonomi yang tinggi memungkinkan pula terkena
penyakit kista.Namun, baik sosial ekonomi rendah atau tinggi, sebenarnya
dapat terjadi risiko terjadinya kista apabila setiap manusia tidak menjaga
pola hidup sehat.
5) Sering stress
Stress salah satu faktor pemicu risiko penyakit kista, karena apabila
stress manusia banyak melakukan tindakan ke hal-hal yang tidak sehat,
seperti merokok, seks bebas, minum alkohol, dan lain-lain.
A. Patofisiologi
Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan
endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi akibat
rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus menerus datang
dan ditangkap panca indra dapat diteruskan ke hipofisis anterior melalui
aliran portal hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofisis anterior,
GnRH akan mengikat sel genadotropin dan merangsang pengeluaran FSH
(Follicle Stimulating Hormone) dan LH (LutheinizingHormone), dimana FSH
dan LH menghasilkan hormon estrogen dan progesteron (Nurarif, 2013).
Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang
normal. Hal tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan
pembentukan salah satu hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium.
Ovarium tidak akan berfungsi dengan secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium
5
Pematangan gagal
dan melepaskan sel
telur
Kista Ovarium
Nyeri akut
Diskontinuitas Imunitas tubuh
Kurang informasi jaringan menurun
Ansietas
6
B. Klasifikasi
Menurut Yatim (2008), kista ovarium dapat terjadi di bagian korpus
luteum dan bersifat non-neoplastik. Ada pula yang bersifat neoplastik. Oleh
karena itu, tumor kista dari ovarium yang jinak di bagi dalam dua golongan
yaitu golongan non-neoplastik dan neoplastik. Menurut klasifikasi kista
ovarium berdasarkan golongan non neoplatik, kista dapat didapati sebagai:
a. Kista Ovarium Non-neoplastik
1) Kista folikel merupakan struktur normal dan fisiologis yang berasal
dari kegagalam resorbsi cairan folikel yang tidak dapat berkembang
secara sempurna. Kista folikel dapat tumbuh menjadi besar setiap
bulannya sehingga sejumlah folikel tersebut dapat mati dengan
disertai kematian ovum. Kista folikel dapat terjadi pada wanita muda
yang masih menstruasi. Diameter kista berkisar 2cm (Yatim, 2008).
Kista folikel biasanya tidak bergejala dan dapat menghilang dalam
waktu 60 hari. Jika muncul gejala, biasanya menyebabkan interval
antar menstruasi yang sangat pendek atau panjang. Pemeriksaan untuk
kista < 4 cm adalah pemeriksaan ultrasonografi awal, dan pemeriksaan
ulang dalam waktu 4-8 minggu. Sedangkan pada kista > 4 cm atau
kista menetap dapat diberikan pemberian kontrasepsi oral selama 48
minggu yang akan menyebabkan kista menghilang sendiri (Yatim,
2008).
2) Kista lutein Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang diluar
kehamilan. Kista luteum yang sesungguhnya, umumnya berasal dari
corpus luteum hematoma. Perdarahan kedalam ruang corpus selalu
terjadi pada masa vaskularisasi. Bila perdarahan ini sangat banyak
jumlahnya, terjadilah korpus leteum hematoma yang berdinding tipis
dan berwarna kekuning-kuningan. Biasanya gejala-gejala yang
ditimbulkan sering menyerupai kehamilan ektopik (Yatim, 2008).
3) Kista stain levental ovary Biasanya kedua ovarium membesar dan
bersifat polykistik, permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan
berdinding tebal. Pada pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunika
7
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang sering terjadi pada penderita kista ovarium berupa
massa nyeri tekan di abdomen bawah dan kadang-kadang kista ovarium
ditemukan pada pemeriksaan fisik, tanpa ada gejala (asimptomatik)
(Manuaba, 2010).
9
Kista ovarium dapat menimbulkan nyeri hebat akibat terpuntir atau pecah.
Kista ovarium dapat mengalami putaran tungkai atau pecah pada trimester 1
(Saifuddin, 2002).
D. Komplikasi
Penyakit kista ovarium dapat menyebabkan komplikasi antara lain indung
telur membesar dan menjadi lebih berat dan memicu terjadinya robekan
(rupture), terpelintir (torsion) yang menyebabkan nyeri hebat, dysplasia dan
sepsis (Salehpour et-al, 2013).
Bahaya melangsungkan kehamilan bersamaan dengan kista ovary adalah
dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang akhirnya mengakibatkan
abortus, kematian dalam rahim. Pada kedudukan kista di pelvis minor,
persalinan dapat terganggu dan memerlukan penyelesaian dengan jalan
operasi seksio sesaria. Pada kedudukan kista ovarii di fundus uteri, persalinan
dapat berlangsung normal tetapi bahaya post partum mungkin terjadi torsi
kista, infeksi sampai abses (Manuaba, 2010).
E. Penatalaksanaan
Menurut Saifuddin (2007) penanganan pada kista ovarium adalah:
a. Pada kista ovarium dengan keluhan nyeri perut dilakukan laparotomi.
b. Pada kista ovarium asimptomatik, besarnya > 10 cm, dilakukan
laparotomi pada trimester kedua kehamilan.
c. Kista yang kecil (< 5 cm) umumnya tidak memerlukan tindakan
operatif, dilakukan tindakan terapi obat.
d. Kista 5-10 cm, memerlukan observasi; jika menetap atau membesar,
dilakukan laparotomi.
2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit: biasanya klien merasa nyeri
pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah abdomen,
menstruasi yang tidak berhenti-henti.
3. Riwayat Kesehatan
c. Leher
1) Pembengkakan kelenjer tyroid
2) Tekanan vena jugolaris.
d. Dada
Pernapasan
1) Jenis pernapasan
2) Bunyi napas
3) Penarikan sela iga
e. Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
f. Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas.
2) Tidak ada kelemahan.
g. Eliminasi, urinasi
1) Adanya konstipasi
2) Susah BAK
5. Data Sosial Ekonomi
6. Data Spritual
2. Data Psikologis
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Data laboratorium
1) Pemeriksaan Hb
b. Ultrasonografi
Diagnosa Keperawatan
1. Preoperasi
2. Post operasi
Intervensi
1. Pre operasi
N DIANGOSA
INTERVENSI (NIC)
O KEPERAWATAN TUJUAN (NOC)
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan
injuri biologi asuhan keperawatan Pain Management
selama 3x24 jam 1. Lakukan pengkajian
diharapkan nyeri nyeri secara
pasien berkurang komprehensif
NOC : termasuk lokasi,
Pain Level, karakteristik, durasi,
Pain control, frekuensi, kualitas
Comfort level dan faktor presipitasi
Kriteria Hasil : 2. Observasi reaksi
1. Mampu mengontrol nonverbal dari
nyeri (tahu ketidaknyamanan
penyebab nyeri, 3. Gunakan teknik
mampu komunikasi
menggunakan terapeutik untuk
tehnik mengetahui
nonfarmakologi pengalaman nyeri
untuk mengurangi pasien
nyeri, mencari 4. Kaji kultur yang
bantuan) mempengaruhi
2. Melaporkan bahwa respon nyeri
nyeri berkurang 5. Evaluasi bersama
dengan pasien dan tim
menggunakan kesehatan lain
manajemen nyeri tentang
3. Mampu mengenali ketidakefektifan
nyeri (skala, kontrol nyeri masa
intensitas, frekuensi lampau
dan tanda nyeri) 6. Bantu pasien dan
4. Menyatakan rasa keluarga untuk
nyaman setelah mencari dan
nyeri berkurang menemukan
5. Tanda vital dalam dukungan
rentang normal 7. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
14
8. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
9. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
10. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan
intervensi
11. Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
12. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
13. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
2. Kecemasan bd Setelah dilakukan NIC :
diagnosis dan asuhan keperawatan Anxiety Reduction
pembedahan selama 3x 24 jam (penurunan kecemasan)
diharapakan cemasi 1. Gunakan pendekatan
terkontrol yang menenangkan
NOC : 2. Nyatakan dengan
Anxiety control jelas harapan
Coping terhadap pelaku
Kriteria Hasil : pasien
1. Klien mampu 3. Jelaskan semua
mengidentifikasi prosedur dan apa
dan yang dirasakan
mengungkapkan selama prosedur
gejala cemas 4. Temani pasien untuk
2. Mengidentifikasi, memberikan
mengungkapkan keamanan dan
dan menunjukkan mengurangi takut
tehnik untuk 5. Berikan informasi
mengontol cemas faktual mengenai
3. Vital sign dalam diagnosis, tindakan
batas normal prognosis
4. Postur tubuh, 6. Dorong keluarga
ekspresi wajah, untuk menemani
bahasa tubuh dan anak
tingkat aktivitas 7. Lakukan back / neck
menunjukkan rub
berkurangnya 8. Dengarkan dengan
15
2. Post operasi
N DIANGOSA
INTERVENSI (NIC)
O KEPERAWATAN TUJUAN (NOC)
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan
injuri fisik asuhan keperawatan Pain Management
selama 3x24 jam 1. Lakukan pengkajian
diharapkan nyeri nyeri secara
pasien berkurang komprehensif termasuk
NOC : lokasi, karakteristik,
Pain Level, durasi, frekuensi,
Pain control, kualitas dan faktor
Comfort level presipitasi
Kriteria Hasil : 2. Observasi reaksi
1. Mampu nonverbal dari
mengontrol nyeri ketidaknyamanan
(tahu penyebab 3. Gunakan teknik
nyeri, mampu komunikasi terapeutik
menggunakan untuk mengetahui
tehnik pengalaman nyeri
nonfarmakologi pasien
untuk mengurangi 4. Kaji kultur yang
nyeri, mencari mempengaruhi respon
bantuan) nyeri
2. Melaporkan bahwa 5. Evaluasi pengalaman
nyeri berkurang nyeri masa lampau
dengan 6. Evaluasi bersama
16
Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
2. Monitor hitung
granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
18
6. Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
7. Pertahankan teknik
isolasi k/p
8. Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
9. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
11. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan
cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
16. Ajarkan cara
menghindari infeksi
19
DAFTAR PUSAKA