Anda di halaman 1dari 37

Makalah

PERAN PENDIDIKAN NON FORMAL DALAM MENINGKATKAN


KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Guru

OLEH : SURYANI, S.Pd.I

MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI 2 TANJAB TIMUR


KANTOR KEMENTERIAN AGAMA TANJUNG JABUNG TIMUR
2011
PERAN PENDIDIKAN NON FORMAL DALAM MENINGKATKAN
KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

OLEH : SURYANI, S.PdI

ABSTRAK :

Dalam usaha pencapaian apa yang diinginkan serta diharapkan bersama dari
keberadaan pendidikan itu sendiri, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan
Nasional telah merancang beberapa program yang bertujuan untuk meningkatkan mutu
dan sarat dengan penguasaan pengetahuan yang sifatnya menjurus kepada keterampilan
tertentu. Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama antara pendidikan NON FORMAL
dengan pendidikan masyarakat, diantara program tersebut adalah PADU, KEJAR
PAKET A, B dan C. Program pendidikan ini diselenggarakan serta dirancang dan
peruntukkan utnuk memberdayakan mereka yang tidak mendapatkan kesempatan
mengikuti pendidikan sekolah diakibatkan oleh berbagai hal, seperti masalah linkungan,
sosial budaya, dan ekonomi. Karena itu program ini diarahkan untuk membantu
masyarakat agar mampu berkomunikasi dengan lingkungan yang terus berubah
sehingga dapat menjadikan lingkungannya sebagai peningkatan kualitas kehidupannya.
Pelaksanaan program pendidikan mesyarakat yang berlangsung selama ini dikelompok
menjadi 2 yaitu program pokok dan program penunjang. Program pokok diantaranya,
pemberantasan buta aksara latin, pendidikan dini usia (Padu), kejar paket A (SD), kejar
paket B (SMP), kejar paket C (SMA) dan pendidikan berkelanjutan antara lain, kejar
usaha, beasiswa atau magang, pembinaan kursus dan pendidikan kewanitaan.

Kata Kunci : Pendidikan Non Formal dan Kualitas SDM


BAB I. PENDAHULUAN

Pendidikan berhubungan erat dengan kata pencerdasan bangsa, dua kata ini

mempunyai dampak yang sangat besar terhadap integritas suatu bangsa. Pendidikan

merupakan tanggung jawab kita bersama, yaitu tanggung jawab antara pemerintah

sebagai pembuat kebijakan dan mesyarakat sebagai orang yang banyak mengalami dan

berkecimpung dalam dunia pendidikan tersebut, serta orang tua yang berperan

memberikan dorongan kepada anaknya untuk tetap memperhatikan pendidikan sampai

mencapai tingkat keberhasilan.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 yang mengatur Sistem Pendidikan

Nasional di Indonesia memberi arah pendidikan Indonesia kepada tujuan pendidikan itu

sendiri. Serta bagaimana pendidikan Indonesia berlangsung serta dapat menyerap peserta

didik dengan segala keterbatasan yang dimiliki negara.

Kesenjangan ekonomi yang terjadi dewasa ini ditambah dengan laju penduduk

Indonesia menjadikan tingkat pendidikan di Indonesia semakin mencolok, terutama

kesempatan belajar bagi sebagian masyarakat bawah dari penduduk Indonesia menjadi

terganjal. Kesenjangan ini dapat dilihat dari data tingkat anak yang putus sekolah dasar

masih relatif tinggi.

Dengan angka putus sekolah yang tinggi ini menyebabkan pendidikan yang

dilaksanakan di sekolah ternyata belum dapat menampung semua usia anak didik disetiap

jenjang pendidikan yang ada, ditambah dengan masih banyaknya tamatan sekolah formal

yang hasilnya masih belum kompetitif. Hal ini mendorong lahirnya pendidikan

masyarakat (non formal) yang diyakini dapat menggerakkan serta dapat dapat menjadi
alternatif bagi anak-anak yang putus sekolah, dalam rangka meningkatkan

pengetahuannya untuk peningkatan kualitas hidup melalui pendidikan.

Dengan melihat kenyataan bahwa tingkat sumber daya manusia Indonesia di

mata Internatsional berada pada posisi 112 negara, bahkan masih dibawah Vietnam yang

baru manata kehidupan kembali setelah dilanda perang saudara yang panjang, ternyata

masih lebih unggul dari sumber daya manusia Indonesia. Kenyataan ini membuat semua

elemen manyadari pentingnya menciptakan pendidikan yang menghasilkan SDM yang

kompetitif serta inovatif, sehingga dapat bersaing ditingkat dunia global saat ini.

Dalam usaha pencapaian apa yang diinginkan serta diharapkan bersama dari

keberadaan pendidikan itu sendiri, pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan

Nasional telah merancang beberapa program yang bertujuan untuk menignkatkan mutu

dan sarat dengan penguasaan pengetahuan yang sifatnya menjurus kepada keterampilan

tertentu. Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama antara pendidikan luar sekolah dengan

pendidikan masyarakat, diantara program tersebut adalah PADU, KEJAR PAKET A,B.

Dan C

Program pendidikan ini diselenggarakan serta dirancang dan peruntukkan utnuk

memberdayakan mereka yang tidak mendapatkan kesempatan mengikuti pendidikan

sekolah diakibatkan oleh berbagai hal, seperti masalah linkungan, sosial budaya, dan

ekonomi. Karena itu program ini diarahkan untuk membantu masyarakat agar mampu

berkomunikasi dengan lingkungan yang terus berubah sehingga dapat menjadikan

lingkungannya sebagai peningkatan kualitas kehidupannya.


BAB II. PEMBAHASAN

PERAN PENDIDIKAN NON FORMAL DALAM MENINGKATKAN


KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

A. Pendidikan Serta Anggapan Masyarakat

Pendidikan merupakan sosialisasi kegiatan manusia yang melekat dalam

kehidupan masyarakat, sehingga usia pendidikan itu sendiri sama tuannya dengan

usia manusia dalam kehidupan bermasyarakat dan berbagai rintangan.

Pendidikan telah berjalan dan berlangsung sesuai dengan tuntutan zaman yang

berbeda-beda dengan penyesuaian dengan idiologi, tujuan serta sistem

penyampaiannya.

Pendidikan yang berkembang senantiasa memperlakukan terjadinya

pergesaran pandangan masyarakat terhadap pendidikan pada masanya masing-

masing1. Pada awalnya pendidikan dipandang hanya pembinaan budi pekerti, sikap

dan prilaku. Saat ini pendidikan dipandang sebagai sarana untuk meningkatkan

keterampilan warga negara yang menuju kepada peningkatan produktifitas Nasional.

Bahkan saat ini masyarakat menganggap pendidikan sarana investasi dalam rangka

pengembangan sumber daya manusia dalam menyiapkan generasi muda ke arah

pencapaian kemampuan serta daya saing di dalam lingkungan dunia global. Dengan

kata lain pendidikan suatu negara akan menjadikan negara tersebut menjadi besar

serta disegani dalam pecaturan dunia apabila pendidikan dijadikan sebagai pilar

negara tersebut.

1
. Wardiman Djojonegoro, Lima Puluh Tahun Pendidikan Indonesia. Jakarta : Depdiknas, 1996 p. 25
Manyadari hal di atas timbul kebijakan dengan program kejar atau program

yang diikutkan dengan pemberantasan buta huruf gaya baru, yaitu pemberantasan

buta aksara latin dan angka yang pelaksanaannya dilakukan dilingkungan masyarakat

dan dalam proses pelaksanaannya tidak menuntut ruang khusus dan tidak terbatas

dengan waktu. Program ini diyakini akan sangat memberikan kepada pesertanya dan

sangat luas dampak yang akan ditumbulkan baik dari segi praktis maupun biaya yang

akan dikeluarkan oleh masyarakat sebagai peserta dari pendidikan ini.

Dengan diberlakukannya program ini diharapkan keberhasilan pemerintah

terutama menekan jumlah anak yang putus sekolah agar dapat mendapatkan

pendidikan kembali dan diharapkan dapat menekan jumlah buta aksara latin dan

angka yang masih tergolong cukup tinggi.

Jenis-jenis jalur pendidikan sekolah adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan Umum yaitu pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan

dan peningkatan pengetahuan sampai akhir masa pendidikannya

2. Pendidikan Kejuruan yaitu pendidikan yang di arahkan untuk menciptakan tenaga

siap pakai.

3. Pendidikan Kejuruan Luar Biasa yaitu pendidikan yang di arahkan untuk

mendidik para penyandang cacat atau kelainan pisik.

4. Pendidikan Kedinasan yaitu pendidikan yang di arahkan untuk mendidik dan

mempersiapkan peserta didik yang hubungannya dengan dinas penyelenggaranya.

5. Pendidikan Agama yaitu pendidikan yang menuntut pengetahuan khusus

keagamaan
6. Pendidikan Akademik yaitu pendidikan yang di arahkan kepada penguasaan ilmu

tertentu.

7. Pendidikan Profesional yaitu suatu lembaga pendidikan yang mengarah kepada

suatu keahlian tertentu.

8. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1989, jenjang pendidikan

adalah sebagai beikur :

1. Pendidikan dasar

2. Pendidikan Menengah Pertama

3. Pendidikan menengah Atas

4. Perguruan Tinggi2

B. Permasalahan Pendidikan

Proses pendidikan yang dilakukan secara formal di sekolah ternyata belum

mampu memberikan hasil yang kompetitif terutama bagi penguasaan satu

keterampilan yang khusus kepada siswa atau peserta didik. Hal ini disebabkan

banyaknya beban pelajaran yang harus diselesaikan anak didik menjadikan anakan

menjadi terbebani. Kendala lain yang ada di sekolah adalah masih minim sekali

sarana dan dana yang membuat suasana menjadi serba terbatas, menyebabkan suasana

belajar menjadi kurang nyaman. Selain itu ada yang berpengaruh terhadap

pengembangan dan peningkatan mutu hasil belajar siswa di sekolah adalah kurangnya

peningkatan mutu pendidik atau pengajar dalam rangka mendapatkan penyegaran dan

menambah ilmu baru dengan mengikuti penataran atau kursus keterampilan.

2
. Ibid,1996. p. 155
Kendala ini juga akan didapati dilingkungan pendidikan masyarakat, hanya

yang membedakannya adalah jumlah materi lebih terfokus kepada satu keterampilan

tertentu serta kebebasan dalam belajar.

C. Pendidikan Non Formal Alternatif Pencerdasan bangsa

Pendidikan Non Formal adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar

sistem persekolahan. Melalui kegiatan pembeljaran yang tidak harus bejenjang dan

berkesinambungan, ciri-ciri yang membedakan pendidikan Non Formal dengan

sekolah di kelas formal adalah keluwesan program pendidikannya yang menyangkut

waktu dan lamnya belajar, usia, isi pelajaran, cara penyelenggaraan dan cara penilaian

hasil belajar. Pendidikan luar sekolah meliputi kelompok belajar, kursus-kursus

keterampilan.3

Perkembangan teknologi yang begitu cepat sebagai hasil dari kemajuan ilmu

pengetahuan menjadikan persaingan keunggulan terhadap sumber daya yang

kompetitif salah satu sasaran yang dicita-citakan setiap intitusi pendidikan formal,

akan tetapi kenyataannya cita-cita ini belum semuanya dapat terakomodir dalam

ruang lingkup pendidikan secara formal saja. Itu haruslah dibarengi dengan

penggabungan antara pendidikan sekolah dengan pendidikan non formal.

Kecenderungan ini akan nampak jelas di lingkungan masyarakat dengan banyaknya

berdiri kursus-kursus dan tempat bimbingan belajar yang peminatnya tidaklah sedikit

bahkan boleh dibilang sudah menjadi trend di masyarakat saat ini.

Pendidikan masyarakat atau pendidikan Non Formal tumbuh dan

berkembang dari dan untuk masyarakat, oleh karena itu program yang dikembangkan

dan dilaksanakan harus bermakna untuk kehidupan warga. Pendidikan masyrakat


3
. Ibid, 1996. p. 166
dapat diartikan sebagai pendidikan yang dirancang dan dilaksanakan untuk

memberdayakan warga masyarakat yang disekitarnya agar dapat lebih berkualitas.

Pendidikan Non Formal menitik beratkan kepada menggali segala

kemampuan yang ada pada msyarakat agar dapat muncul kepermukaan dan dapat

dikembangkan, artinya ada suatu proses penggalian dan penggodokan dalam rangka

mengembangkan serta meningkatkan segala kemampuan yang ada di masyarakat

dengan jalan memberdayakan masyarakat itu sendiri.4

Agar dapat berarti maka tanggung jawab pendidikan ini harus ditanggung

bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat dalam memecahkan serta mencari

segala tantangan dan hambatan dalam proses pelaksanaannya. Di dalam anggapan

masyarakat masih ada anggapan pendidikan luar sekolah sebagai pendidikan kelas

dua atau nomor dua, karena sebagian masyarakat masih lebih lebih menghargai

selembar kertas ijazah dari pada penghargaan akan suatu keterampilan tertentu. Hal

ini dapat kita saksikan seorang sarjana yang kerjanya sebagai satpam atau hanya

pekerja toko.

Akibat dari anggapan yang berkembang ini maka pendidikan ini kebanyakan

hanya diikuti oleh masyarakat yang memiliki masalah ekonomi saja. Anggapan ini

diperkuat lagi dengan adanya perlakuan terhadap pencari kerja di kantor pemerintah

yang mengharuskan syarat ijazah formal sebagai syarat utama bukan keahlian

tertentu.

Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991 menjelaskan tujuan pendidikan

luar sekolah bertujuan melayani warga belajar agar dapat tumbuh dan berkembang

sedini mungkin dan berlangsung sepanjang hayatnya meningkatkan martabat dan


4
. U. Sihombing, Dinamika Pendidikan Masyarakat, Jakarta ; Wirakarsa, 1998.p. 125
kehidupannya, serta dapat membina warga belajarnya memiliki pengetahuan,

keterampilan, ilmu dan sikap mental dalam rangka pengembangan diri.6

Dengan melihat pernyataan ini Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991

pendidikan luar sekolah memiliki tugas yang tidaklah mudah hal ini juga ditambah

dengan krisis berkepanjangan yang membuat angka putus sekolah semakin besar.

Data statistik angka warga yang putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan kejenjang

berikutnya adalah : SD 728.350 (2,4%) putus SD, SLTP 873.100 (2,9%) tamat tidak

melanjutkan ke SLTA 565.276 (6,02%) tidak melanjutkan atau putus SLTP.

Melihat angka peserta didik yang putus SLTP dan SD, maka peran

Pendidikan Non Formal (PNF) masyarakat menjadi tidak mudah dan semakin berat,

hal ini dapat dilihat dari banyaknya yang putus sekolah atau yang tidak dapat

melanjutkan tidak sebanding dengan dana dan sarana yang tersedia.7

D. Jenis Program Pendidikan Non Formal

Pelaksanaan program pendidikan mesyarakat yang berlangsung selama ini

dikelompok menjadi 2 yaitu program pokok dan program penunjang. Program pokok

diantaranya, pemberantasan buta aksara latin, pendidikan dini usia (Padu), kejar paket

A (SD), kejar paket B (SMP), kejar paket C (SMA) dan pendidikan berkelanjutan

antara lain, kejar usaha, beasiswa atau magang, pembinaan kursus dan pendidikan

kewanitaan.

Program penunjang berorientasi kepada survei atas kebutuhan masyarakat

misalnya, pemberdayaan ekonomi, kursus desa dan sarana belajar pokok dan

pelengkap.

6
. Umberto Sihombing, Pendidikan Luar Sekolah Kini dan Masa Depan, Jakarta ; PD Mahkota, 1999.p. 8
7
. Ibid, 1999. p. 8
BAB III

KESIMPULAN

Tujuan berdirinya negara Republik Indonesia yaitu mewujudkan bangsa

yang cerdas kehidupannya, masih sangat jauh dari yang dicita-citakan. Mencerdaskan

kehidupan artinya sangat luas dan dalam yaitu mesyarakat yang kreatif, dinamis, mandiri,

tahan dalam mengendalikan diri, adaptif terhadap perubahan. Dalam rangka menciptakan

masyarakat yang hidupnya lebih baik.

Oleh karena itu seluruh jajaran pendidikan perlu merenung dan berpikir

secara sungguh-sungguh untuk menggali semua kemungkinan dalam rangka

mengembangkan potensi sumber daya manusia, melalui pendidikan baik yang dilakukan

secara formal maupun non formal secara bersama-sama, untuk mewujudkan masyarakat

cerdas, terampil dan dan madani.


DAFTAR PUSTAKA

Wardiman Djojonegoro, Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia,


Depdiknas. Jakarta, 1998

Umberto Sihombing, Dinamika Pendidikan Masyarakat, Wirakarsa, Jakarta, 1999

Umberto Sihombing, Pendidikan Luar Sekolah Kini dan Masa Depan, PD. Mahkota,
Jakarta, 1999

M. Arifin, Ilmu Perbandingan Pendidikan, Golden Terayan Press, Jakarta, 2003

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 Tantang SISDIKNAS

Anonim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2001

C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta, 2005

Em Zul Fajri dan Ratu Aprilian Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta : Difa
Publisher, TT

Hamruni, ”Meningkatkan Kemampuan dan Kecepatan Belajar Dalam Konsep


Accelerated Learning”, dalam http://uin-suka.info /ejurnal/index.php?
item.id=52&id=74&option=com-content&task=view, download : 15.30 wib,
28 Mei 2009.

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2008

Idris Shaffat, Optimalized Learning Strategy, Jakarta : Prestasi Pustaka, 2009


Makalah

PROFESIONALISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Guru

OLEH : SURYANI, S.Pd.I


NIP: 19781019 200003 2 002

MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI 2 TANJAB TIMUR


KANTOR DEPARTEMEN AGAMA TANJUNG JABUNG TIMUR
PROFESIONALISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM

OLEH : SURYANI, S.Pd.I

ABSTRAKS :

Proses pendidikan yang dilakukan secara formal di sekolah ternyata belum


mampu memberikan hasil yang kompetitif terutama bagi penguasaan satu
keterampilan yang khusus kepada siswa atau peserta didik. Hal ini disebabkan
banyaknya beban pelajaran yang harus diselesaikan anak didik menjadikan anakan
menjadi terbebani. Kendala lain yang ada di sekolah adalah masih minim sekali
sarana dan dana yang membuat suasana menjadi serba terbatas, menyebabkan
suasana belajar menjadi kurang nyaman. Selain itu ada yang berpengaruh terhadap
pengembangan dan peningkatan mutu hasil belajar siswa di sekolah adalah
kurangnya peningkatan mutu pendidik atau pengajar dalam rangka mendapatkan
penyegaran dan menambah ilmu baru dengan mengikuti penataran atau kursus
keterampilan. Profesionalisme merupakan suatu pandangan yang mengajarkan agar
suatu pekerjaan tertentu dilakukan oleh orang yang mempunyai keahlian atau
keterampilan, dengan mengunakan teknik atau prosedur yang berpegang pada
landasan intelektual yang harus dipelajari secara sengaja, terencana dan kemudian
dipergunakan demi kemaslahatan dan kepentingan masyarakat.

Kata Kunci : Profesionalisme, Pendidikan dan Islam

I. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu aktivitas yang komplek dan berproses, maka

untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, terutama tujuan akhirnya melalui

tahapan-tahapan dan nenerapa komponen yang dijadikan sebagai sarana untuk

mencapai tujuan akhir itu, sebagai contoh adanya tujuan umum, tujuan khusus, tujuan

sementara dan lain-lain.


Pada hakikatnya pendidikan Islam merupakan proses tahap akhir (minal

mahdi ilal lahdi), yaitu berlngsung seumur hidup. Maka tugas dan fungsi pendidikan

Islam tersebut berlangsung secara kontiniu dan berkesinambungan, terus menerus dari

satu jenjang ke jenjang berikutnya, sesuai dengan kebutuhan manusia.

Agama Islam mengajarkan agar semua pekerjaan dilakukan dengan ikhlas

karena Allah, maksudnya dikerjakan karena merasa diperintah dan di lihat Allah,

meslipun dalam kenyataan sehari-hari dilakukan untuk orang lain namun yang

mendasarinya ialah perintah Allah dimana realisasinya dijalankan untuk kepentingan

lain.

Islam memandang profesi dan profesionalisme sebagai suatu yang penting dan

perlu. Profesionalisme adalah suatu pandangan yang mengajarkan agar suatu

pekerjaan itu dilakukan oleh orang yang mempunyai keahlian atau keterampilan

tertentu dengan menggunakan teknik atau prosedur yang berpegang pada landasan

intelektual yang harus dipelajari secara sengaja, terencana dan kemudian

dipergunakan untuk mepentingan umat dan masyarakat. Berikut penulis paparkan

sebuah makalah berjudul ”Profesionalisme Dalam Pendidikan Islam”.

II. PEMBAHASAN

1. Definisi Profesionalisme

Definisi kata profesionalisme berasal dari kata profession yang artinya

pekerjaan, sedangkan profesional berarti ahli. Kata profession di Indonesiakan

menjadi profesi yang artinya suatu pekerjaan memerlukan pendidikan lanjut dan

latihan khusus.1 Profesi menuntut keahlian atau keterampilan yang diperoleh melalui

pendidikan dan latihan khusus. Sementara itu dalam Good’s Dictionary of Education,
1
Roestiyah, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan (Jakarta : Bina Aksara, 1989), p. 170
profesi didefinisikan sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan persiapan spesialisasi

yang relatif lama di perguruan tinggi dan dikuasai oleh kode etik khusus.2

Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa profesi adalah

pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus yang di dapat melalui pendidikan dan

latihan khusus, dengan demikian tidak semua pekerjaan dapat dikatakan sebagai suatu

profesi. Vollmer dan Mills mengemukakan beberapa kriteria profesi, yaitu :

a. Memiliki spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas

b. Merupakan karier yang dibina secara organsatoris

c. Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai status profesional,

maksudnya punya dukungan masyarakat, pengesahan dan perlindungan hukum.3

Selanjutnya Mukhtar Luthfi mengemukakan kriteria profesi itu sebagai

berikut :

a. Perosei harus mengandung keahlian artinya suatu profesi mesti ditandai oleh

suatu keahlian khusus untuk profesi itu. Keahlian itu diperoleh dengan cara

mempelajarinya secara khusus profesi bukan diwarisi

b. Profesi dipilih karena panggilan hidup dan dijalani sepenuh waktu. Profesi dipilih

karena dirasakan sebagai kewajiban, sepenuh waktu maksudnya bukan part time.

c. Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal artinya profesi itu dijalani

menurut aturan yang jelas, dikenal umum, teorinya terbuka. Secara universal

pandangannya diakui

d. Profesi adalah untuk masyarakat, bukan untuk diri sendiri

2
Sutisna, Administrasi Pendidikan : Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional. (Bandung : Angkasa, 1986),
p. 302
3
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994), p. 131
e. Profesi harus dilengkapi dengan kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif.

Kacakapan dan kompetensi itu diperlukan untuk meyakinkan peran profesi itu

terhadap kliennya

f. Pemegang profesi memiliki otonomi dalam melakukan tugas profesinya. Otonomi

ini hanya dapat diuji atau dinilai oleh rekan-rekan seprofesinya

g. Profesi mempunyai kode etik, disebut kode etik profesi

h. Profesi harus mempunyai klien yang jelas, yaitu orang yang membutuhkan

layanan.4

Profesionalisme adalah suatu pandangan yang mengajarkan agar suatu

pekerjaan tertentu dilakukan oleh orang yang mempunyai keahlian atau keterampilan

tertentu dengan menggunakan teknik atau prosedur yang berpegang pada landasan

intelektual yang harus dipelajari secara sengaja, terencana dan kemudian

dipergunakan demi kemaslahatan dan kepentingan masyarakat.

2. Profesionalisme Dalam Pandangan Islam

Berdasarkan kriteria profesi yang diuraikan di atas, ada dua hal yang dapat

dijadikan sebagai kriteria pokok yaitu keahlian dan panggilan hidup. Dua kriteria ini

dijadikan sebagai kriteria pokok, karena dapat mewakili kriteria lainnya. Sebagai

contoh kriteria memiliki teori yang baku dan dilengkapi dengan diagnostik dan

kompetensi dapat digolongkan ke dalam kriteria keahlian. Demikian juga kriteria

untuk masyarakat dan klien dapat diwakili oleh pandangan hidup, yang intinya adalah

untuk pengabdian atau dedikasi.

4
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 1992), p.31
Agama Islam mengajarkan agar semua pekerjaan dilakukan dengan ikhlas

karena Allah, maksudnya dikerjakan karena merasa perintah Allah, meskipun dalam

kenyataan sehari-hari dilakukan untuk orang lain namun yang mendasarinya adalah

perintah Allah dimana realisasinya dijalankan untuk kepentingan yang lain. Dengan

demikian jelaslah bahwa kriteria pengabdian atau dedikasi dalam profesi sesuai

dengan ajaran Islam.

Dalam Islam pengabdian dapat dibagi dua yaitu pengabdian kepada Allah dan

kepada manusia atau makhluk lainnya. Firman Allah SWT :

”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

menyembahKu”. (Adz Dzariyah : 56)5

Ayat di atas menjelaskan bahwa menyembah Allah merupakan tugas manusia,

dimana aplikasi dari pengabdian pada Allah tersebut ialah kepada manusia dan

makhluk lainnya. Dengan demikian nilai pengabdian profesi dalam Islam lebih tinggi

dan mendalam dibandingkan pengamalan profesi yang tidak didasari pengabdian

kepada Tuhan. Islam juga mengajarkan agar pekerjaan itu hendaknya dilakukan

dengan baik dan benar, sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW :

”Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka

tunggulah masa kehancurannya”. (HR. Imam Bukhari)6

5
Anonim, Al Quran dan Terjemahannya, (Semarang : Toha Putra, 1989), p. 756
6
Salim Bakhresy, Riyadhus Shalihin Jilid 2 (Bandung :Al -Ma’arif, 1986), p. 332
Hadits di atas memperingatkan umat Islam agar dalam melaksanakan sesuatu

jangan diserahkan kepada orang yang tidak fapah atau bukan ahlinya. Dalam segala

urusan hendaknya diserahkan kepada ahlinya, sebab jika diserahkan kepada orang

yang bukan ahlinya maka akan diperoleh kehancuran dan tidak sesuai dengan yang

diharapkan. Dengan demikian jelaslah bahwa keahlian merupakan unsur yang penting

dlam melaksanakan suatu profesi.

Dua kriteria seperti yang diuraikan di atas tidak boleh dipisahkan antara satu

dengan yang lainnya , sebab keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh dlam

menjalankan suatu pekerjaan. Mengerjakan suatu pekerjaan dengan rasa pengabdian

karena Allah semata tidaklah memadai, yang memadai adalah karena Allah dan

keahlian.

Islam memandang profesi dan profesionalisme sebagai suatu yang penting dan

perlu, hanya saja dalam kehidupan kebanyakan umat Islam saat ini belum

menerapkan sepenuhnya, baik secara perseorangan maupun kelopmpok. Tugas dan

fungsi dalam pendidikan dan pengajaran di sekolah disesuaikan dengan keahlian dan

profesi masing-masing, ada tiga tingkatan yaitu kepala sekolah, tenaga pengajar dan

tenaga administrasi. Tiga jenis profesi ini mempunyai tugas dan tanggung jawab

terhadap kelncaran dan keefektifan kegiatan belajar mengajar.

1. Penerapan Profesionalisme pada Tingkatan Pimpinan Seklolah

Kepala sekolah adalah orang yang bertanggung jawab penuh dalam

keberhasilan dan kelancaran kegiatan belajar mengajar disekolah. Tanggung jawab

yang dipikulnya cukup berat sebab keberhasilan pendidikan dan pengajaran di


sekolah erat kaitannya dengan keahlian dan keterampilannya dalam mengelila,

meminpin dan mengatur sekolah.

Kepala sekolah harus memiliki pengalaman kerja, baik pengalaman mengajar

maupun pengalaman dalam bidang administrasi dan ketatausahaan sekolah. Kepala

sekolah dapat meningkatkan kualitas dan keprofesionalan tenaga pendidik dan

administrasi di sekolah, tetapi jika terjadi sebaliknya maka akan timbul

ketidakserasian dalam mengambil dan memustuskan kebijaksanaan.

2. Penerapan Profesionalisme pada Tingkatan Tenaga Pendidik

Pendidik adalah bagian paling dekat dan terlibat langsung dalam pelaksanaan

pendidikan dan pengajaran. Tugas pendidik jauh lebih besar dibandingkan yang lain.

Agar tugas yang dibebankan kepadanya dapat dilaksanakan dengan baik, maka

diperlukan pengetahuan dan keterampilan terutama dalam bidang pendidikan.

Penerapan profesionalisme pada tingkat ini amat diperlukan, karena akan

berpengaruh cukup besar bagi anak didik sebab bagaimana ia akan mampu mendidik

dan mengajar anak didiknya jika ia sendiri tidak mempunyai keahlian dan

kemampuan. Keprofesionalan tenaga pendidak ini baru akan benar-benar berarti jika

didukung oleh keprofesionalan tenaga lain dan fasilitas yang memadai.

Menurut Ahmad Tafsir,7 penerapan profesionalisme pada tingkat pendidik

sudah mulai diperhatikan saat penerimaan tenaga pengajar. Mereka yang memiliki

keahlian dan kemampuan dapat diterima sebagai pengajar, jika keahlian yang mereka

miliki itu memang dibutuhkan sekolah. Penerapan profesionalisme dalam bentuk

bimbingan, pelatihan atau kegiatan lain, hal ini harus diperhatikan kepala sekolah atau

pihak yang berwenang.


7
Ahmad Tafsir, )p.Cit, 1992, p.25
3. Penerapan Profesionalisme pada Tingkatan Tenaga Tata Usaha Sekolah

Kelancaran kegiatan pendidikan dan pengajaran di sekolah juga dipengaruhi

masalah administrasi atau ketatausahaan di sekolah. Jika maslah ini tidak berjalan

sebagaimana mestinya, maka akan mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di

sekolah. Pelaksanaan tata usaha atau administrasi sekolah agar lebih efektif dan

efisien, diperlukan tenaga profesional.

Perkembangan dan kemajuan zaman menuntut efisiensi dan efektifitas

mekanisme kerja, serta kualitas kerja. Ahmad Tafsir mengatakan 8bahwa banyaknya

tenaga administrasi atau tata usaha tidak menjamin kelancaran masalah tanpa

didukung tenaga profesional, disamping itu tenaga yang ada perlu diberikan

pendidikan dan latihan sehingga mereka menjadi tenaga administrasi atau tata usaha

yang profesional.

Penerapan Profesionalisme pada sekolah Islam sangat diperlukan. Seperti

yang dikatakan Arifin bahwa sekolah merupakan cermin umat Islam yang bertugas

merealisasikan cita-cita umat Islam untuk mewujudkan anak-anak menjadi insan yang

beriman, bartaqwa dan beriilmu pengetahuan dalam upaya meraih hidup bahagia dan

sejahtera di dunia dan akhirat.

III. KESIMPULAN

1. Bagi Islam profesionalisme merupakan hal yang perlu dan penting untuk

diterapkan dalam berbagai aktivitas kehidupan masyarakat termasuk dalam

pengelolaan pendidkan Islam

8
Ibid, 1992, p. 25
2. Untuk menjadi pendidik Islam yang profesional, seorang muslim harus memiliki

kecakapan, keahlian atau kompetensi, mampu mengembangkan profesinya dan

memegang teguh kode etik profesinya.

3. Penerapan profesionalisme pada tingkat ini amat diperlukan, karena akan

berpengaruh cukup besar bagi anak didik sebab bagaimana ia akan mampu

mendidik dan mengajar anak didiknya jika ia sendiri tidak mempunyai keahlian

dan kemampuan. Keprofesionalan tenaga pendidak ini baru akan benar-benar

berarti jika didukung oleh keprofesionalan tenaga lain dan fasilitas yang memadai.

IV. DAFTAR PUSTKA

Abdurrrahman Saleh, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al Quran, Terjemahan, Rineka


Cipta, Jakarta, 1990
Al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidiikan Islam, Al Qushwah , jakarta, 1993
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalm Persfektif Islam, Bandung : Remaja Rosdakarya,
1992
Az Zarnuji, Ta’limul Muta’allim (Terjm) Ghazali, Bumi Aksara, Jakarta, 1991
Hasan Langgulung, Azas-Azas Pendidikan Islam, Pustaka Al Husna, Jakarta, 1988
Muhaimin dan Abd. Mujib, Pemekiran Pendidikan Islam : Kajian Filosofik dan Kerangka
Dasar Operasionalnya. Trigenda Karya, Jakarta, 1993
Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam (Terjm) Hery Nur Ali,
Diponegoro. Bandung, 1992
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Biru, Bandung, 1989
Roestiyah N.K, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan. Bina Aksara. Jakarta, 1989
Salim Bakhresy, Riyadhus Shalihin, Jalid 2 ,. Bandung : Al Ma’arif, 1986
Zakiah Dfarajat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1992
Zainuddin, Seluk Beluk Pendidikan dari Al Ghazali, Bumi Aksara, Jakarta, 1991.
Makalah

PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK DIDIK MELALUI


PENGAMALAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Guru

OLEH : SURYANI, S.Pd.I


NIP: 197810192000032002

MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI 2 TANJAB TIMUR


KANTOR DEPARTEMEN AGAMA TANJUNG JABUNG TIMUR
PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK DIDIK MELALUI
PENGAMALAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

OLEH: SURYANI, S.Pd.I

ABSTRAK
Pendidikan dalam pelaksanaannya selama ini dikenal sebagai usaha yang berbentuk
bimbingan terhadap anak didik tersebut ke arah pencapaian cita-cita tertentu dan
sebagai proses perubahan sikap dan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Diantara
solusi yang perlu diupayakan dalam membentuk sikap, kepribadian dan tingkah laku
(Akhlakul Karimah) melalui pendidikan agama Islam, baik secara formal di sekolah
maupun secara non formal di tempat pembinaan agama lainnya.
Agama Islam merupakan dasar utama dalam memdidik anak-anaknya melalui sarana
pendidikan, karena dengan menanamkan nilai-nilai agama dan pembiasaan
pengamalan pendidikan agama Islam akan sangat membantu terbentuknya akhlak dan
kperibadian anak-anak pada masa dewasa.

Kata Kunci : Akhlak, Anak Didik dan Pendidikan Agama Islam

BAB I : PENDAHULUAN

Pelaksanaan pendidikan dari waktu ke waktu upaya peningkatannya dirasakan


sangat penting, karena melalui usaha pendidikan dapat ditemukan keberhasilan dari
semua pelaksanaan pembangunan yang dicita-citakan baik pembangunan fisik maupun
mental spiritual.
Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pendidikan dipandang sebagai suatu
proses yang sangat penting karena melalui pendidikan manusia dapat berkembang dari
peradabannya yang primitif dan tertinggal menuju ke arah kesejahteraan dan kemajuan
dalam segala aspek kehidupannya. Bahkan disebutkan bahwa pendidikan sebagai alat
pembudayaan dan peningkatan kualitas manusia, sebagaimana dikemukakan Arifin
sebagai berikut : “Pendidikan bagi umat manusia adalah merupakan sistem dan cara
meningkatkan kualitas hidup dalam segala bidang, sehingga dalam sepanjang hidup
manusia di muka bumi ini, hampir tak ada sekelompok manusia yang tidak
menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya,
sekalipun dalam kelompok masyarakat primitif”.
Selanjutnya kesejahteraan dan kemajuan sebagai akibat proses pendidikan tidak
akan tercapai tanpa usaha, sebagaimana firman Allah SWT :

Artinya : ... Sesungguhnya Allah tidak akan meubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ....”. (QS. Al
A’raf : 90).
Ayat di atas menjelaskan bahwa perubahan itu terjadi jika manusia berusaha
untuk melakukan perubahan tersebut, pendidikan dalam pelaksanaannya selama ini
dikenal sebagai usaha yang berbentuk bimbingan terhadap siswa tersebut ke arah
pencapaian cita-cita tertentu dan sebagai proses perubahan sikap dan tingkah laku ke
arah yang lebih baik. Diantara solusi yang perlu diupayakan dalam membentuk sikap,
kepribadian dan tingkah laku (Akhlakul Karimah) melalui pendidikan agama Islam, baik
secara formal di sekolah maupun secara non formal di tempat pembinaan agama
lainnya.
Agama itu bertujuan memberikan tuntunan yang ideal ke dalam kehidupan yang
nyata. Di dalam agama Islam segala aktivitas kehidupan manusia harus bernilai ibadah,
sebab Allah menciptakan manusia bukan untuk tujuan yang lain, melainkan untuk
beribadah kepada Allah SWT dengan penuh kesadaran. Agama tidak akan usang dengan
adanya perkembangan dan kemajuan zaman dan teknologi, bahkan agama akan
memberikan bantuan dan dukungan dengan sikap mental para penganutnya.
Agama akan membina dan membentuk watak dan perangai dengan cara
mempengaruhi dan mengendalikan dorongan batin, sehingga kekeruhan hati, kekacauan
dan kegelisahan jiwa dapat dihindari. Dengan demikian, peranan agama sangat penting
dalam kehidupan manusia sehingga usaha-usaha pembinaan pendidikan anak baik di
sekolah maupun di luar sekolah hendaknya menjadi perhatian orang tua atau pendidik,
baik itu dengan memberikan dorongan, motivasi maupun stimulus untuk menarik
minatnya. Sehingga bagi orang tua dan umat Islam pada umumnya, agama Islam
merupakan dasar utama dalam memdidik anak-anaknya melalui sarana pendidikan,
karena dengan menanamkan nilai-nilai agama dan pembiasaan pengamalan pendidikan
agama Islam akan sangat membantu terbentuknya akhlak dan kperibadian anak-anak
pada masa dewasa.
BAB II : PEMBAHASAN
Pendidikan agama Islam mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia
pendidikan, sehingga bidang studi tersebut waqjib diberikan pada setiap jenis, jalur dan
jenjang pendidikan, negeri maupun swasta. Pendidikan agama diberikan dengan maksud
untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan ke dalam hati sehingga anak didik dapat
menginternalisasikan dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah umum tidak dapat dipisahkan
dari upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional, yang diantaranya berbunyi :
“meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Akhlak Mulia dan
Kepribadian”(UU No, 20 Tahun 2003 Sisdiknas). Dalam rangka pencapaian tujuan
pendidikan nasional tersebut maka pendidikan agama Islam telah mendapat tempat yang
wajar dan alokasi waktu tersendiri dalam kurikulum sekolah umum.
Pendidikan agama telah menjadi bidang studi tersendiri dan tidak diselipkan
pada bidang studi lain. Sebagaimana yang dimaksudkan KH. Ahmad Siddiq yang telah
ditulis Marwan Saridjo dalam bukunya “Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam”
sebagai berikut : “Kalau pendidikan agama di sekolah umum tidak diberi alokasi waktu
tersendiri atau dengan katan lain cukup diselipkan pada mata pelajaran lain, kalau itu
yang menjadi tujuan atau yang dimaksud maka sudah dipastikan bahwa anak-anak di
sekolah umum tidak akan mengerti lagi isi agama. Mereka paling-paling mengetahui
tentang garis-garis besar agama. Kalau itu terjadi maka tujuan pendidikan agama di
sekolah, yaitu untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
menjadikan seseorang untuk dapat memahami agama yang dianutnya, dan
mengamalkannya tidak mungkin akan tercapai”.(Saridjo, 1996:38)
Sebagai salah satu aspek terpenting dari proses pembelajaran bidang studi
pendidikan agama Islam adalah terbentuknya akhlak yang baik sebagai tolok ukur
berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran tersebut. Pembentukan akhlak anak
dalam bidang pendidikan merupakan salah satu maslah aktual yang perlu dilakukan
melalui bimbingan, pembinaan serta perhatian yang lebih khusus dan melakukan
pembiasaan sikap dalam mengamalkan ibadah dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam proses pembentuk akhlak tersebut diperlukan suatu perhitungan yang
matang dan hati-hati berdasarkan pandangan dan teori-teori yang tepat, sehingga
kegagalan atau kesalahan-kesalahan langkah pembentukan terhadap akhlak anak didik
dapat dihindarkan. Hal ini dikarenakan lapangan tugas dan sasaran pendidikan adalah
makhluk yang sedang hidup, tumbuh, berkembang dan memiliki berbagai kemungkinan,
maka bila terjadi keasalahan dalam membentuk akhlak anak didik akan sulit untuk
memperbaikinya.
Sekolah sebagai suatu institusi yang mengemban visi dan misi untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, tentunya sangat penting dan harus berupaya mencapai
sasaran dalam mendidik, membimbing dan memberikan pemahaman agama Islam
dengan baik kepada anak didik. Berkenaan dengan itu, seorang pendidik harus mampu
memodifikasi model-model mengajar pendidikan agama Islam di dalam prakteknya di
luar kelas agar tidak terkesan kaku dan sempit. Pendidikan agama Islam di sekolah
bukan hanya sekedar untuk mengajarkan anak didik dapat menghafalkan bacaan shalat
dan semacamnya, tetapi lebih khusus lagi bertujuan untuk membuat sikap anak didik
yang baik, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, memiliki akhlak yang mulia serta
berbudi pekerti yang luhur.
Good N Carter mengemukakan bahwa pendidikan merupakan kumpulan dari
semua proses yang memungkinkan seseorang mengembangkan kemampuan-
kemampuan, sikap-sikap dan bentuk tingkah laku yang bernilai positif di dalam
masyarakat dimana dia hidup(Idris, 1987:7). Kemudian Prasetya dalam bukunya Filsafat
Pendidikan menjelaskan bahwa “Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha
dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya,
kecakapannya serta keterampilannya kepada genarsi muda untuk memungkinkannya
melakukan fungsi hidupnua dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya”.
(Prasetya,1997:15)
Pendidikan sebagai suatu sistem merupakan karya manusia yang terbentuk dari
komponen-komponen yang mempunyai hubungan fungsional dalam membentu
terjadinya proses transformasi atau perubahan tingkah laku seseorang sehingga
mempunyai kualitas hidup yang diharapkan.
Pendidikan dapat ditinjau secara mikro dan makro. Secara mikro pendidikan
merupakan suatu sistem yang melibatkan interaksi antara pendidik dan siswa. Secara
makro pendidikan sebagai suatu sistem yang melibatkan bebarapa komponen atau
elemen. P.H Commbs seperti dikutif Idris mengemukakan 12 komponen utama sistem
pendidikan, yaitu :
1. Tujuan dan prioritas untuk mengarahkan kegiatan sistem,
2. Anak didik yang menjalani proses belajar yang merupakan tujuan sistem,
3. Pengelolaan untuk mrngkoordinasikan, mengarahkan dan menilai sistem,
4. Struktur dan jadwal waktu,
5. Isi bahan pelajaran,
6. Guru dan pelaksanaan pendidikan,
7. Alat bantu belajar, seperti laboratorium, film, OHP, buku dan papan tulis,
8. Fasilitas yaitu tempat penyelenggaraan proses pembelajaran,
9. Pengawasan mutu untuk membina peraturan dan standar,
10. Teknologi yaitu cara yang dipakai agar pendidikan berjalan,
11. Penelitian untuk memperbaiki pengetahuan dan penampilan sistem pendidikan,
12. Biaya.(Idris, 1987:11)
Dengan demikian pendidikan hendaknya dilaksanakan dengan perpaduan dari
beberapa elemen, direncanakan secara sistematis dan matang. Bertanggung jawab dalam
arti semua tindakan pendidikan harus dapat dipertanggung jawabkan secara biologis,
psikologis, paedagogis dan sosiologis, berkesinambungan dan tidak berhenti atau yang
dikenal dengan pendidikan seumur hidup.
Pendidikan agama Islam mengandung pengertian penjiwaan agama dalam diri
manusia, ... yaitu usaha membimbing manusia ke arah terbentuknya pribadi yang dijiwai
oleh agama Islam(Arifin, 2000:220) . Menurut Ahmad D Marimba bahwa Pendidikan
Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam
menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.(Marimba,
1974:20)
Nur Uhbiyati mengemukakan bahwa “... Dari segi teoritis, pendidikan Islam
merupakan konsep berfikir yang bersifat mendalam dan terperinci tentang masalah
kependidikan yang bersumberkan ajaran Islam, dari mana rumusan-rumusan tentang
konsep dasar, pola, sistem, tujuan, metode dan materi (substansi) kependidikan Islam
disusun menjadi suatu ilmu yang bulat”.(Uhbiyati, 1999:16)
Pendidikan agama Islam adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan
kepribadian dan akhlak anak didik yang sesuai dengan ajaran Islam. Dari asumsi di atas
jelas bahwa pendidikan agama Islam berupaya melakukan bimbingan secara sadar yang
dilakukan oleh pendidik terhadap anak didik agar terbentuk keperibadian sebagai
muslim sejati.
Adapun konsep dasar pendidkan agama Islam, sebagaiman a tercantum di dalam
Al Quran surat At-Taubah ayat 122 berbunyi:

Artinya : “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke
medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka
beberapa orang yang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (Anonim,
2000:301)

Athiah al Abrasy menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah


pembentukan moral yang tinggi sebagai tujuan utama dari pendidikan Islam.(Al Abrasy,
1970:10), selanjutnya beliau menjelaskan “Pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari
pendidikan Islam, dan Islam telah meyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan
akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah
tujuan sebenarnya dari pendidik, ... Anak-anak membutuhkan kekuatan dalam jasmani,
akal, ilmu dan anak-anak membutuhkan pula pendidikan budi pekerti, perasaan,
kemauan, cita rasa dan kepribadian”.(Al-Abrasy, 1970:1)
Lukman Hakim dalam kamus ilmiahnya mengemukakan bahwa akhlak adalah
“Sikap mental atau watak, terjabarkan dalam bentuk berfikir, berbicara, bertingkah laku
dan sebagainya sebagai ekspresi jiwa”.(Hakim, tt:23). Lebih lanjut Suwito dalam
bukunya Filsafat Pendidikan, Akhlak merupakan kemampuan jiwa untuk melahirkan
suatu perbuatan secara spontan, tanpa pemikiran atau pemaksaan. Sering pula yang
dimaskud “akhlak adalah semua perbuatan yang lahir atas dorongan jiwa berupa
perbuatan baik atau buruk” (Suwito, 2004:31).
Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa akhlak
merupakan sikap atau watak seseorang yang terlihat dalam tingkah lakunya seharihari
yang muncul secara spontanitas tanpa pemikiran sebelumnya, baik berupa tingkah laku
yang baik maupun buruk. Hal yang paling penting dalam pendidikan akhlak tersebut
adalah seberapa jauh nilai-nilai keagamaan dapat tertanam dalam jiwa dan dapat
dipraktekkan dalam tingkah lakunya sehari-hari sehingga perwujudan nyata dari nilai-
nilai tersebut akan melahirkan budi pekerti yang luhur atau akhlakul karimah.
Melalui proses pendidikan agama Islam diharapkan anak didik memiliki
akhlakul karimah, sebagaimana diungkapkan Mukhtar bahwa “Akhlakul Karimah
sebagai wujud dari akhlak anak shaleh akan diperoleh melalui pendidikan agama Islam
merupakan suatu pola tingkah laku perbuatan yang terpuji/mulia yang relatif stabil dan
menetap pada jiwa dan pikiran atau adanya stimulus dari luar dirinya. Pola tingkah laku
perbuatan itu diwujudkan dalam bentuk hubungan dengan Tuhan, semua manusia dan
dengan alam atau lingkungan” (Mukhtar, 2003:67).
Dalam hubungan dengan Tuhan terwujud dalam bentuk tingkah laku yang
mengacu pada keimanan, ketekunan beribadah, kemampuan praktis melaksanakan
syari’ah Islam dan cara menghadapi masalah hidup, sperti tawakal, sabar, ketenangan
batin, menaham amarah, dan sebagainya. Dalam hubngan sesama manusia yaitu mampu
menerapkan nilai-nilai agama dan bermasyarakat, seperti berakhlak mulia dalam
pergaulan, disiplin menjalankan norma-norma agama dalam kaitan dengan orang lain,
seperti menepati janji, jujur, menunaikan amanat dan sebagainya. Sedangkan yang
berhubungan dengan alam/lingkungan yaitu mampu mengola dan memelihara serta
menyesuaikan dirinya dengan alam sekitar, tidak merusak lingkungan hidup dan mampu
merubah lingkungan sekitar menjadi bermakna bagi kehidupan dirinya dan masyarakat.
Akhlak anak didik yang dibentuk melalui pendidikan agama Islam akan terlihat
dari segi penampilan, pembicaraan, pergaulan, iabadah, tugas, hak, tanggung jawab,
pola hidup, kepribadian, watak, semangat, cita-cita dan aktivitas. Penampilan tidak
tumbuh begitu saja pada diri anak didik, tetapi lahir dari adanya aktualisasi diri yang
menunjukkan bahwa nilai-nilai agama yang diperoleh dari pendidikan agama Islam di
sekolah memberikan bekas pada terbentuknya penampilan yang spontan, wajar dan
pantas.
Penampilan yang pantas, sopan dan wajar yang ditopang oleh sikap yang ramah,
lembut, bersahabat, dan tidak sombong memperlihatkan bahwa anak didik tersebut
memiliki pribadi yang utuh. Selain itu anak didik juga cenderung memiliki gaya bicara
yang santun, lembut, manusiawi dan bahkan memikirkan terlebih dahulu sebelum
berbicara. Mampu menghargai orang lain, melihat orang lain sebagaimana layaknya,
bergaul dengan anak didik lain dengan membeda-bedakan, memilih kata-kata yang
sesuai dengan ukuran, usia, budaya, tempat dan latar belakangnya.
BAB III : KESIMPULAN
1. Pendidikan agama Islam adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan
kepribadian dan akhlak anak didik yang sesuai dengan ajaran Islam. Dari asumsi di
atas jelas bahwa pendidikan agama Islam berupaya melakukan bimbingan secara
sadar yang dilakukan oleh pendidik terhadap anak didik agar terbentuk keperibadian
sebagai muslim sejati.
2. Melalui proses pendidikan agama Islam diharapkan anak didik memiliki akhlakul
karimah, sebagaimana diungkapkan Mukhtar bahwa Akhlakul Karimah sebagai
wujud dari akhlak anak shaleh akan diperoleh melalui pendidikan agama Islam
merupakan suatu pola tingkah laku perbuatan yang terpuji/mulia yang relatif stabil
dan menetap pada jiwa dan pikiran atau adanya stimulus dari luar dirinya. Pola
tingkah laku perbuatan itu diwujudkan dalam bentuk hubungan dengan Tuhan,
semua manusia dan dengan alam atau lingkungan.
3. Akhlak anak didik yang dibentuk melalui pendidikan agama Islam akan terlihat dari
segi penampilan, pembicaraan, pergaulan, iabadah, tugas, hak, tanggung jawab, pola
hidup, kepribadian, watak, semangat, cita-cita dan aktivitas. Penampilan tidak
tumbuh begitu saja pada diri anak didik, tetapi lahir dari adanya aktualisasi diri yang
menunjukkan bahwa nilai-nilai agama yang diperoleh dari pendidikan agama Islam
di sekolah memberikan bekas pada terbentuknya penampilan yang spontan, wajar
dan pantas.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Al Quran dan Terjemahannya . Jakarta : Depag RI, 2007,

Anonim, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional, Bandung : Citra Umbara, 2003.

Amstrong, D.G. NT Hansen, TV Savace, Iducation an Introduction to Teaching . New


York : McMillan Publshing Co Inc, 1981
Enco Mulyasa. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004
Idris Shaffat, Optimized Learning Strategy, Jakarta : Prestasi Pustaka, 2009
Mathis, L. Robert Jackson, H. John, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta :
Salemba Emban Patria, 2001
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta : Gedung Persada
Press, 2003
Made Pidarta, Landasan Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta, 1997
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung : Remaja
Rosdakarya, 1995
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru Algesindo,
1998
Nurhaida Amir Das dan Rudito, Desain Intruksional, Jakarta : P3G Depdikbud, 1981
Peter, H. Cw Burnett, GF Farwll, Instruktional to Teaching, New York :
Soejono. Ag, Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum, Bandung : CV. Ilmu, 1982
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara, 2002
Syaiful Bahri Djamarh, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2008
KOPERASI PEGAWAI NEGERI (KPN) AL-BAROKAH
UNIT KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. TANJUNG JABUNG TIMUR

Muara Sabak, 27 Mei 2013

Nomor : Istimewa Kepada


Lampiran : 1 Lembar Yth. Bapak/Ibu Anggota Koperasi
Perihal : Undangan Rapat Pegawai Negeri Al-Barokah

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan hormat, Teriring salam semoga Bapak/Ibu dalam keadaan sehat walafiat
dalam melaksanakan aktifitas kesehariannya. Dalam rangka Rapat Anggota Tahunan
(RAT) Koperasi Pegawai Negeri (KPN) Al-Barokah Unit Kantor Kementerian Agama
Kab. Tanjung Jabung Timur Masa Kepengurusan Tahun 2010-2012, Pengurus
mengharapkan kehadiran Bapak/Ibu pada :

Hari : Selasa
Tanggal : 28 Mei 2013
Pukul : 09.00 Wib s/d Selesai
Tempat : Aula Kantor Kementerian Agama Kab. Tanjab Timur
Acara : 1. Rapat Anggota Tahunan (RAT)
2. Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) Pengurus
3. Regenerasi Kepengurusan KPN Al-Barokah
4. Hal lain yang dianggap perlu

Demikian undangan ini kami sampaikan, besar harapan kami semoga Bapak/Ibu
berkenan hadir, atas perhatian nya di ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Mengetahui Pengurus KPN Al- Barokah


Kepala Kemenag Kab. Tanjab Timur Unit Kemenag Kab. Tanjab Timur

H. SYAKRONI, S.Ag NUR KHOLIK, S.Ag


NIP. 195705201982031002 NIP. 197503102001121003
KOPERASI PEGAWAI NEGERI (KPN) AL-BAROKAH
UNIT KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. TANJUNG JABUNG TIMUR

Muara Sabak, 28 Mei 2013

Agenda Rapat Anggota Tahunan (RAT) :

1. Pembukaan

2. Laporan Umum Ketua KPN Al-Barokah

3. Pengarahan Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Tanjab Timur

4 . Laporan Pertanggung Jawaban Keuangan KPN Al-Barokah

5. Penyegaran (Regenerasi) Kepengurusan KPN Al-Barokah

6. Hal lain yang dianggap perlu

7. Penutup

Mengetahui Pengurus KPN Al- Barokah


Kepala Kemenag Kab. Tanjab Timur Unit Kemenag Kab. Tanjab Timur

H. SYAKRONI, S.Ag NUR KHOLIK, S.Ag


NIP. 195705201982031002 NIP. 197503102001121003
ABSENSI RAPAT ANGGOTA TAHUNAN (RAT) KOPERASI PEGAWAI NEGERI
(KPN) AL-BAROKAH UNIT KANTOR KEMENTERIAN AGAMA TANJAB TIMUR

NO NAMA JABATAN Tanda Tangan

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20
21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43
44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

Mengetahui Pengurus KPN Al- Barokah


Kepala Kemenag Kab. Tanjab Timur Unit Kemenag Kab. Tanjab Timur

H. SYAKRONI, S.Ag NUR KHOLIK, S.Ag


NIP. 195705201982031002 NIP. 197503102001121003

Anda mungkin juga menyukai