Lampiran 5 Permen 20 PRT M 2011 2011 PDF
Lampiran 5 Permen 20 PRT M 2011 2011 PDF
KDB adalah perbandingan antara luas bangunan dengan luas lahan. Nilai KDB di suatu
kawasan menentukan berapa persen luas bangunan di suatu kawasan yang boleh
dibangun. Penentuan KDB ditinjau dari aspek lingkungan dengan tujuan untuk
mengendalikan luas bangunan di suatu lahan pada batas-batas tertentu sehingga
tidak mengganggu penyerapan air hujan ke tanah. Nilai KDB dapat dihitung melalui debit
infiltrasi air pada suatu daerah sebagai berikut:
dimana :
𝐎𝐒 = 𝑰𝒊𝒏𝒇/𝑸𝒊𝒏𝒇
OS = luas kawasan yang harus dilestarikan
Iinf = intensitas infiltrasi (l/detik)
Qinf =CxIxA
Qinf = debit infiltrasi air (l/detik)
C = koefisien infiltrasi
I = intensitas infiltrasi minimum (l/detik)
A = luas lahan (ha/m2)
dan
Iinf =SxA
Iinf = intensitas infiltrasi (l/detik)
S = koefisien penyimpanan
A = luas lahan (ha/m2)
Koefisien infiltrasi (C) tergantung dari jenis bidang yang menutupi di atasnya, apakah itu dari
bahan kedap air ataupun dari rumput masing-masing mempunyai koefisien tertentu seperti
pada tabel berikut:
Kemiringan Tanah
No Daerah Tangkapan
0-5 % 5-10 % 10-30%
Sedikit tanah terbuka, sedikit
1 1,8 1,9 2,2
penghijauan, infiltrasinya sedikit
Cukup tanah terbuka, 50% penghijauan,
2 1,2 1,4 1,7
infiltrasinya sedang
Daerah terbuka, penghijauannya
3 0,8 1,0 1,2
banyak/padat, infiltrasinya tinggi
Sumber: Stern, 1979 dalam Suwandono, 1988
Contoh:
Diketahui di suatu daerah:
Luas area : 3,2975 ha = 32975 m2
Intensitas infiltrasi (I) : 1101 mm/166 hari (ada tabelnya)
Koefisien infiltrasi (C) : 1,8 (pada kemiringan 0-5%)
Koefisien penyimpanan air (S) : 0,0018 berdasarkan hasil pemboran setempat
(Setiap pengambilan 0,18 m3 terjadi penurunan
sebanyak 1 m/100 m2)
L5-1
Maka untuk 3.2975 ha dapat diambil air tanahnya sebanyak:
Iinf = S x A
= 0.0018 x 32975 l/menit
= 59,35 l/menit
= 0,98 l/detik
Qinf = C.I.A
= 1,8 x (6,67 x 10-3 m3/detik) x (32975 m2)
= 0,0045564 m3/detik
= 4,5564l/detik
4,5564l/detik
=
3,2975
= 1,38 l /detik/ha
Sehingga untuk kebutuhan 0,98 l/detik pada luas 3,2975 ha, luas daerah yang
harus dilestarikan:
(0,98𝑙/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 )
𝑂𝑆 = 1,38𝑙/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 /ℎ𝑎
= 0,7168 ℎ𝑎
(𝐴−𝑂𝑆)
KDB Maksimum = 𝑥 100%
𝐴
= (2.5807/3.2975) x 100%
= 78%
Tinggi bangunan adalah tinggi suatu bangunan atau bagian bangunan, yang diukur dari
rata-rata permukaan tanah sampai setengah ketinggian atap miring atau sampai puncak
dinding atau parapet, dipilih yang tertinggi. Jarak bangunan adalah jarak yang terkecil,
diukur di antara permukaan-permukaan denah dari bangunan-bangunan atau jarak antara
dinding terluar yang berhadapan antara dua bangunan.
Tabel L5-1
Persyaratan Ukuran Tinggi dan Jarak Bangunan
Dalam menentukan tinggi bangunan dapat dilihat dari berbagai kriteria yang dapat diukur
sebagai berikut:
dimana:
Y = Tinggi bangunan
L5-2
X1 s/d Xn= Kriteria/pertimbangan yang menentukan tinggi bangunan
Pada kriteria ini yang diperhatikan adalah peil ketinggian tempat yang akan diukur
dan kedudukan tempat tersebut pada area jalur terbang pesawat. Ketinggian
maksimum yang diperbolehkan sebagai berikut:
Tm= T m1 + St
dimana:
Tm = Tinggi maksimum yang diijinkan
Tm1 = Tinggi maksimum yang diijinkan berdasarkan standar
Daerah pendekatan 1 : 0 m – 151.5 m
Daerah pendekatan 2 : 151.5 m
Daerah keliling 1: 45.5 m
Daerah kerucut : 45.5 m sampai 151.5 m
Daerah keliling 2: 151.5 m
St = Selisih ketinggian antara tempat yang diukur dengan peil bandar udara.
Tanda (+) berlaku untuk daerah yang lebih rendah dari bandara
Tanda (-) berlaku untuk daerah yang lebih tinggi dari bandara
Contoh:
Peil bandara : 750 m di atas permukaan laut
Peil lokasi pembangunan A : 775 m di atas permukaan laut
Lokasi pembangunan berada pada daerah kelilingmenurut standar 1 : 45.5 m
Karena lokasnya lebih tinggi dari bandara, maka rumus yang berlaku [-]
L5-3
b. X2= Pertimbangan Terhadap Bahaya Kebakaran
Tinggi bangunan terkait keamanan terhadap bahaya kebakaran perlu mengacu kepada
Permen PU No.26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran
Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan dan Permen PU No.29/PRT/M/2006 tentang
Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
Pertimbangan ini didasarkan pada aspek ekonomi yaitu semakin dekat dengan pusat
kota maka harga/sewa tanah semakin tinggi. Konsep ini menimbulkan pemikiran
terhadap bangunan vertikal sebagai perwujudan fisiknya yang menyatakan tingginya
kegiatan kota dan wujud bangunan sebagai alat pemasaran. Namun pada
kenyataannya,pembangunan secara vertikal memiliki batasan ekonomis yaitu tidak
selamanya membangun vertikal lebih menguntungkan daripada membeli lahan baru. Hal
ini dapat dilihat dari rumus berikut:
Dari rumus di atas diketahui bahwa semakin luas lahan maka semakin kecil luas lantai
dasar, sehingga dengan kebutuhan luas lantai yang tetap, bangunan ditambah
ketinggiannya.
Contoh:
Diketahui luas lahan = 2000 m2,
sehingga untuk FAR = 1 maka Total Luas Lantai = 2000 m2
maka:
2000
untuk Building Coverage = 100% TB = 2000 x 1 lantai = 1 lantai
2000
untuk Building Coverage = 50% TB = x 1 lantai = 2 lantai
1000
2000
untuk Building Coverage = 20% TB = x 1 lantai = 5 lantai
400
2000
untuk Building Coverage = 10% TB = x 1 lantai = 10 lantai
200
L5-4
Tabel L5-2
Land Use Intensity (LUI) Ratio
d. X4 = Pertimbangan Terhadap Sep (Sky Exposure Plane) dan Alo (Angle Of Light)
Kriteria SEP dipertimbangkan atas kondisi fisik dasar yaitu pencahayaan sinar matahari
yaitu perbandingan antara jarak bidang horisontal dengan vertikal yang terjadi karena
bidang lereng khayal akibat pencahayaan matahari. ALO merupakan sudut
pencahayaan yang terkena bayangan matahari. Kriteria ini dapat digunakan untuk
menentukan tinggi dan jarak bangunan atau blok bangunan maksimum berdasarkan
pertimbangan pencahayaan alami dengan tujuan penghematan energi, kesehatan
dan berhubungan dengan iklim mikro setempat. Untuk SEP umumnya dipergunakan
untuk menentukan tinggi dan blok bangunan pada bangunan-bangunan yang merapat
jalan. ALO dipergunakan untuk menentukan sudut pencahayaan yang berhubungan
dengan ketinggian setempat. Pengukuran ALO dimulai dari garis di tengah jalan, atau
garis sempadan pagar muka dan belakang, atau dari garis di tengah antara sempadan
pagar dengan sempadan bangunan.
h’ = htot- 1,5 tg α
dimana:
h’ = tinggi bangunan maksimum yang diizinkan
htot = tinggi total maksimum
Jd = jarak ukur depan
Is = panjang site
Jb = jarak ukur belakang
L5-5
Misal:
Diketahui sempadan depan bangunan = 12 m
Sempadan belakang = 6m, sudut bayangan yang dikehendaki (α)= 45 o
Panjang site = 50 m
Maka: htot = 0,5 (Jd + Is + Jb) tg α
= 0,5 (12+50+6) tg 45o
= 34 m
Tinggi bangunan yang diijinkan h’ = htot- 1,5 tg α = 34 - 1,5 = 32,5 m
Jika terdapat bangunan yang tidak sama tingginya, maka dapat diukur rata-rata ALO
dengan rumus sebagai berikut:
𝛂𝐚 + 𝛃𝐛
µ=
𝐚+𝐛
dimana:
µ = sudut ALO rata-rata
α = sudut ALO untuk bangunan dengan tinggi H
β = sudut ALO untuk bangunan dengan tinggi T
a = lebar bangunan 1
b = lebar bangunan 2
𝐓𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 𝐁𝐚𝐧𝐠𝐮𝐧𝐚𝐧
𝐉𝐚𝐫𝐚𝐤 𝐁𝐚𝐧𝐠𝐮𝐧𝐚𝐧 =
𝐓𝐚𝐧𝐠𝐞𝐧𝐬 𝐀𝐋𝐎
dimana:
Vz = rata-rata kecepatan angin di pusat kota
Vg = rata-rata kecepatan angin di suatu daerah
Z = tinggi bangunan
Zg = Tinggi bangunan di kota
α = gradient tinggi bangunan di kota
Contoh:
Diketahui:
Vg = 20 mil/jam
Vz = 12 mil/jam
Gradien = 1500 ft =454.5 m α = 0.47
L5-6
Z Log 0,6
Log =
454,5 0,47
Z
Log = 0,33
454,5
Pertimbangan ini memiliki peran yang kecil dikarenakan perkembangan teknologi yang
dapat mengatasi persoalan daya dukung tanah, misalnya di tanah rawa pun dengan
penggunaan teknologi maka dapat dibangun gedung bertingkat banyak.
𝛂 − 𝐏𝐬
𝐇𝐭 = 𝐱 𝛅𝐇
𝐏𝟏
dimana:
Ht = Total tinggi bangunan
A = Daya dukung tanah minimum
Ps = Total beban strukur bangunan
P1 = Total beban lantai
δH = Rata-rata tinggi tiap lantai
𝐖𝐢. 𝐡𝐢
𝐅𝐢 = 𝐱𝐕
𝐖𝐢. 𝐡𝐢
dengan
V = Cd. Wt dan Cd = C. I. K
dimana:
Fi = Faktor beban gempa horisontal yang dikerjakan pada taraf i
h i = Ketingian sampai taraf i
W i = Bagian dari Wt yang disumbangkan oleh beban vertikal pada taraf i
V = Beban geser dasar akibat gempa.
Wt = Beban vertikal total
L5-7
Cd = Koefisien gempa dasar yang dimodifikasikan sehubungan dengan
keutamaan dan jenis struktur (C I K)
C = Koesfiien gempa dasar untuk cara perencanaan lengkap
I = Faktor keutamaan dari gedung
K = Faktor jenis struktur
L5-8