Anda di halaman 1dari 6

Ahmad

| Seorang Anak Laki-Laki Usia 15 Tahun dengan Tinea Cruris

Seorang Anak Laki-Laki Usia 15 Tahun dengan Tinea Kruris



Ahmad Habibi Gafur
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstrak
Tinea cruris merupakan infeksi jamur superfisialis yang mengenai kulit pada daerah lipat paha, genital, sekitar anus dan
daerah perineum dan disebabkan oleh jamur dermatofita. Faktor predisposisi tinea cruris adalah kelembaban dan suhu
yang tinggi serta keadaan kebersihan diri yang buruk. Dilaporkan kasus tinea kruris pada seorang laki-laki berusia 15 tahun
dengan keluhan gatal pada lipat paha sejak 2 bulan yang lalu. Ditemukan lesi semilunar pada kedua lipat paha, berbatas
tegas dengan tepi yang lebih merah dan meninggi serta dibagian tengah lesi ditemukan pengobatan pusat yang ditutupi
skuama halus. Pasien didiagnosis tinea cruris berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan diberikan krim
ketokonazole 2% yang diberikan dua kali sehari dan pemberian obat anti jamur oral ketokonazol 200 mg sehari selama 2
minggu, serta keterizin 10 mg sekali sehari.

Kata kunci : dermatofita, faktor predisposisi, tinea kruris



A 15 YEARS-OLD BOY WITH TINEA CRURIS

Abstract
Tinea cruris is a superficial fungal infection of the skin in the groin, genitals, area around anus and perineum that caused by
dermatophyte fungal. Humidity, high temperatures and bad personal hygiene are predisposing factors of tinea cruris.In this
case, 15 years old boy complaintsrash and itching in the groin since two months ago. On physical examination found
semilunar lesions that demarcated with red and rising edges on both groins. In the middle of lesion found central healing
appearance that covered by fine scale. Patients was diagnose with tinea cruris based on history and physical examination.
Patients received ketoconazole cream 2% twice daily and oral administration of ketoconazole 200mg/day for two weeks
and ceterizine 10 mg once daily.

Keywords: dermatophytes, predisposing factor, tinea cruris.

Korespondensi: Ahmad Habibi Gafur, S.Ked, Jl. Dr Soetomo Penengahan Tanjung Karang Pusat, Bandar Lampung, HP
087899082277, e-mail: bibi.lubis@gmail.com


Pendahuluan memiliki aktivitas tinggi atau olahraga, dan
Tinea kruris adalah dermatofitosis pada kebiasaan menggunakan pakaian ketat atau
sela paha, perineum dan sekitar anus. Kelainan lembab. Faktor resiko lainnya adalah diabetes
ini dapat bersifat akut atau menahun bahkan mellitus dan obesitas.4,5
merupakan penyakit yang berlangsung seumur Jamur dermatofita utama penyebab
hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah tinea kruris adalah Trichophyto rubrum dan
genitokrural saja bahkan meluas ke daerah Epidermophyton floccosum. Trichophyton
sekitar anus, daerah gluteus, perut bagian mentagrophytes, Trichophyton verrucosum,
bawah atau bagian tubuh yang lain. Tinea dan Tricophyton interdigitale juga merupakan
kruris mempunyai nama lain Eczema penyebab dari tinea kruris namun lebih jarang
marginatum, jock itch, ringworm of the groin, ditemukan. Prevalensi infeksi oleh
dan dhobie itch.1 Trichophyton rubrum sebesar 90%, E.
Tinea kruris merupakan salah satu floccosum dan T. metagrophytes 4%.3,5
penyakit yang sering dijumpai di Indonesia.2 Keluhan yang dirasakan pasien tinea
Suhu dan kelembapan yang tinggi merupakan kruris adalah timbul bercak kemerahan disertai
salah satu faktor yang mendukung timbulnya rasa gatal atau terbakar pada lipat paha,
tinea kruris.3,4 Tinea kruris lebih sering genital, sekitar anus, dan daerah perineum.
menyerang pria dibandingkan wanita. Faktor Bercak kemerahan tersebut bersisik dan pada
penting lainnya yang berperan dalam bagian pinggirnya terlihat lebih merah dan
penyebaran dermatofita ini adalah cuaca yang tinggi.3-5
panas, kondisi kebersihan lingkungan yang Diagnosa tinea kruris ditegakkan
buruk, tempat tinggal padat penduduk, berdasarkan manifestasi klinis dan

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3| Januari 2016|8



Ahmad | Seorang Anak Laki-Laki Usia 15 Tahun dengan Tinea Cruris

mikroskopis. Tinea kruris umumnya mudah tinea capitis yang akan terlihat biru kehijauan.
dikenali dari gejala klinis dan morfologi lesi, Lampu Wood akan menyingkirkan diagnosa
kecuali pada beberapa kasus tertentu.6,7 Gejala banding eritrasma yang disebabkan oleh
klinis tinea kruris tampak sebagai papulovesikel Corynebacterium minutissimum, yang mana
eritematosa multipel yang berbatas tegas, akan berpendar berwarna merah karang
ditutupi oleh skuama halus, dengan tepi lebih sedangkan tinea cruris tidak berpendar.
tinggi dan merah (central healing). Pruritus dan Pemeriksaan lampu Wood yang positif
nyeri sering ditemukan oleh karena maserasi membantu dalam menentukan tingkat infeksi,
ataupun infeksi sekunder. Tinea kruris oleh E. mengidentifikasi area untuk pengambilan
floccosum sering menunjukkan gambaran sampel, dan mengevaluasi respon
11,12
central healing, dan terbatas pada lipatan pengobatan.
genitokrural dan bagian pertengahan paha Penatalaksanaan tinea kruris berupa
atas. Sebaliknya, infeksi oleh T. rubrum terapi medikamentosa dan non-
memberikan gambaran lesi yang bergabung medikamentosa. Pada kebanyakan kasus tinea
dan meluas sampai ke pubis, perianal, pantat, kruris dapat dikelola dengan pengobatan
dan bagian abdomen bawah. Tidak terdapat topikal. Namun, steroid topikal tidak
keterlibatan pada daerah genitalia.7 direkomendasikan. Agen topikal memiliki efek
Diagnosis laboratorium rutin pada kasus menenangkan, yang akan meringankan gejala
dermatofitosis adalah pemeriksaan lokal. Terapi topikal untuk pengobatan tinea
mikroskopik langsung dengan kalium kruris termasuk: terbinafin, butenafin,
kidroksida (KOH) 10-20%.4 Pada sediaan ekonazol, miconazol, ketoconazol, klotrimazol,
tampak hifa bersepta dan bercabang tanpa ciclopiroks. Formulasi topikal dapat membasmi
penyempitan. Terdapatnya hifa memastikan area yang lebih kecil dari infeksi, tetapi terapi
diagnosis dermatofitosis.8 Sensitifitas, oral diperlukan di mana wilayah infeksi yang
spesifisitas, dan hasil negatif palsu pada lebih luas yang terlibat atau di mana infeksi
pemeriksaan mikroskopik KOH spesifisitas kronis atau berulang.11 Infeksi dermatofita
sebesar 50-70% serta hasil negatif palsu sekitar dengan krim topikal antifungal hingga kulit
15-30%. Namun teknik ini memiliki kelebihan bersih (biasanya membutuhkan 3 sampai 4
tidak membutuhkan peralatan yang spesifik, minggu pengobatan dengan azoles dan 1
lebih murah dan jauh lebih cepat bila sampai 2 minggu dengan krim terbinafin) dan
dibandingkan dingan kultur.3,10 tambahan 1 minggu hingga secara klinis kulit
Kultur jamur merupakan metode bersih.13
diagnostik yang lebih spesifik, membutuhkan Pilhan terapi medikamentosa pada tinea
waktu yang lebih lama, memiliki sensitivitas kruris, diantaranya:
yang rendah (20-70%), dan harga yang lebih a. Griseovulfin. Pada masa sekarang,
mahal. Kultur biasanya dilakukan hanya pada dermatofitosis pada umumnya dapat diatasi
kasus yang berat dan tidak berespon pada dengan pemberian griseovulvin. Obat ini
pengobatan sistemik. Kultur menjadi pilihan bersifat fungistatik. Secara umum
diagnostik karena tidak hanya mengisolasi griseovulfin dalam bentuk fine particle
organisme, tetapi juga memungkinkan untuk dapat diberikan dengan dosis 0,5 – 1 untuk
identifikasi agen etiologi (karena semua spesies orang dewasa dan 0,25 – 0,5 g untuk anak-
dermatofita tampak identik pada sediaan anak sehari atau 10 – 25 mg per kg berat
langsung), sehingga pengobatan dapat secara badan. Lama pengobatan bergantung pada
tepat diberikan.4,7 lokasi penyakit, penyebab penyakit dan
Lampu Wood menghasilkan sinar keadaan imunitas penderita. Setelah
ultraviolet dengan panjang gelombang 360 nm sembuh klinis di lanjutkan 2 minggu agar
(atau sinar “hitam”) yang dapat digunakan tidak residif.
untuk membantu evaluasi penyakit kulit dan b. Butenafin adalah salah satu antijamur
rambut. Dengan lampu Wood, pigmen topikal terbaru diperkenalkan dalam
fluoresen dan perbedaan warna pigmentasi pengobatan tinea kruris dalam dua minggu
melanin yang subtle bisa divisualisasi. pengobatan dimana angka kesembuhan
Kebanyakan dermatofita tidak berpendar sekitar 70%.
dalam pemeriksaan lampu Wood, kecuali
Microsporum canis and M. andouinii penyebab

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3| Januari 2016|9



Ahmad | Seorang Anak Laki-Laki Usia 15 Tahun dengan Tinea Cruris

c. Flukonazol (150 mg sekali seminggu) selama Riwayat mempunyai penyakit diabetes


4-6 minggu terbukti efektif dalam mellitus disangkal.
pengelolaan tinea kruris dan tinea corporis Dari pemeriksaan fisik didapatkan status
karena 74% dari pasien mendapatkan generalis dalam batas normal. Pada status
kesembuhan. dermatologikus, pada makula eritem sampai
d. Itrakonazol dapat diberikan sebagai dosis hiperpigmentasi, berbatas tegas, ukuran
400 mg /hari diberikan sebagai dua dosis numular sampai geografis, sirkumkripta,
harian 200 mg untuk satu minggu. diskret, permukaan kasar, kering,
e. Terbinafin 250 mg /hari telah digunakan menimbul, tepi lebih aktif, central healing
dalam konteks ini klinis dengan rejimen dan terdapat, skuama halus serta papul
umumnya 2-4 minggu. eritema.
f. Itrakonazol diberikan 200 mg /hari selama 1 Gejala klinis yang dialami pasien adalah
minggu dianjurkan, meskipun rejimen 100 gatal yang semakin lama makin hebat pada
mg /hari selama 2 minggu juga telah daerah lipatan paha yang disertai dengan
dilaporkan efektif. adanya bercak merah yang semakin lama
g. Ketokonazol bersifat fungistatik. Pada kasus makin meluas. Gatal terutama dirasakan
resisten terhadap griseovulfin dapat apabila berkeringat atau beraktivitas dan
diberikan obat tersebut sebanyak 200 mg saat malam hari. Terdapat kelainan kulit
perhari selama 10 hari – 2 minggu pada pagi yaitu makula eritema-hiperpigmentasi
hari setelah makan. Selama terapi 10 hari, berbatas tegas dengan tepi yang lebih aktif,
gambaran klinis memperlihatkan makula lesi central healing, berukuran plakat
hipopigmentasi dan hiperpigmentasi. berbatas tegas dengan tepi lesi lebih tinggi
Pemeriksaan ulang KOH 10% dapat tidak dan aktif terdiri dari papula, bentuk
ditemukan kembali. polimorf. Tanda sudah kronik yakni terjadi
Penatalaksanaan tinea kruris secara hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya,
non-medikamentosa dan pencegahan dari erosi dan eksoriasi, keluarnya cairan serum
kekambuhan penyakit sangat penting maupun darah, biasanya akibat garukan
dilakukan, seperti mengurangi faktor maupun pengobatan yang diberikan.
predisposisi yaitu menggunakan pakaian Penatalaksanaan diberikan terapi topikal
yang menyerap keringat, mengeringkan dan sistemik. Obat topikal yang diberikan
tubuh setelah mandi atau berkeringat, dan adalah ketokonazol cream.
membersihkan pakaian yang
terkontaminasi.14 Pembahasan
Diangnosis tinea kruris pada kasus ini di
Kasus tegakkan berdasarkan anamnesis,
Seorang Pria 15 tahun datang ke poli gambaran klinis dan pemeriksaan fisik.
kulit Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar Dari anamnesis di dapatkan keluhan
Lampung dengan keluhan utama bruntus yang dialami pasien adalah gatal yang
merah disertai dengan rasa gatal pada semakin lama makin hebat pada daerah
lipatan paha kiri dan kanan. Keluhan lipatan paha yang disertai dengan adanya
tersebut muncul sekitar 2 bulan yang lalu. bercak merah yang semakin lama makin
Keluhan gatal dirasakan terutama saat meluas. Gatal terutama dirasakan apabila
berkeringat, sehingga pasien selalu berkeringat atau beraktivitas dan saat
menggaruknya. Awalnya bruntus merah malam hari. Gatal hebat pada daerah kruris
tersebut timbul bulat sebesar biji koin (lipat paha), lipat perineum, bokong dan
kemudian menjadi bertambah disekitarnya. dapat ke genitalia, ruam kulit berbatas
Keluhan pengobatan diakui, tetapi keluhan tegas, eritematosa dan bersisik. Semakin
tidak berkurang. Pasien mengaku mandi dan hebat jika berkeringat. Keluhan sering
mengganti celana dalam dua kali sehari, dan bertambah sewaktu tidur sehinga digaruk-
tidak pernah bergantian pakaian dengan garuk dalam timbul erosi dan infeksi
orang lain, namun pasien sering sekunder.15
menggunakan celana jeans yang agak ketat. Pasien merupakan remaja berusia 15
Riwayat keluhan sebelumnya diakui. tahun yang termasuk dalam usia rentan
untuk menderita tinea kruris karena

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3| Januari 2016|10



Ahmad | Seorang Anak Laki-Laki Usia 15 Tahun dengan Tinea Cruris

aktivitas yang tinggi. Disamping itu pasien pemakaian bahan pakaian yang tidak
juga memiliki kebiasaan menggunakan menyerap keringat, kebersihan
celanan jeans ketat yang merupakan salah perseorangan, trauma kulit, lingkungan
satu faktor predisposisi tinea kruris. Hal ini sosial budaya dan ekonomi oklusif,
disebabkan oleh karena celana jeans defisiensi imunitas, dan penggunaan
termasuk salah satu bahan pakaian yang antibiotika, kortikosteroid serta obat-obat
tidak menyerap keringat sehingga imunosupresan.17
menciptakan kondisi yang mendukung Pada pasien ini diberikan
timbulnya infeksi jamur. penatalaksanaan terapi topikal dan
Pada pemeriksaan fisik dijumpai sistemik. Obat topikal yang diberikan adalah
kelainan kulit yaitu makula eritema- ketokonazol cream. Ketokonazol termasuk
hiperpigmentasi berbatas tegas dengan tepi golongan azol-imidazol, relative berspektum
yang lebih aktif, lesi central healing, luas, bersifat fungistatik dan bekerja dengan
berukuran plakat berbatas tegas dengan cara menghambat ergosterol jamur yang
tepi lesi lebih tinggi dan aktif terdiri dari mengakibatkan timbulnya defek pada
papula, bentuk polimorf. Hiperpigmentasi membrane sel jamur. Mempunyai
dengan skuama diatasnya menandakan kemampuan mengganggu kerja enzim
suatu perjalanan penyakit yang sudah sitokrom P-450, lanosterol 14-demethylase
kronis. Erosi dan eksoriasi, keluarnya cairan yang berfungsi sebagai katalisator untuk
serum maupun darah, biasanya diakibatkan mengubah lanosterol menjadi ergosterol,
oleh garukan maupun pengobatan yang hal ini mengakibatkan dinding sel jamur
diberikan.18 menjadi lebih permeable dan terjadi
Tinea kruris disebabkan oleh infeksi pengahancuran kuman. 19
jamur dengan golongan dermatofita. Pada kasus ini ketokonazol digunakan
Dermatofita adalah golongan jamur yang untuk pengobatan dermatofitosis.20 Obat
menyebabkan golongan dermatofitosis. sistemik yang diberikan adalah ketokonazol
Golongan jamur ini mempunyai sifat dan cetirizine. Ketokonazol diberikan
mencernakan keratin. Dermatofita peroral dan topikal untuk meningkatkan
termasuk kelas fungi imperfecti, yang efektivitas pengobatan. Cetirizine adalah
terbagi dalam tiga genus, yaitu metabolit aktif dan hidroksizin dengan kerja
Microsporum, trichopyton, dan kuat dan panjang. Merupakan antihistamin
Epidermophyton. Penyebab tinea kruris selektif, antagonis reseptor H1 dengan efek
sendiri sering kali oleh E. floccosum, namun sedative yang rendah pada dosis aktif
dapat pula oleh T. rubrum, T. farmakologi dan mempunyai sifat tambahan
mentagrophytes. Golongan jamur ini dapat sebagai anti alergi. Cetirizine menghambat
mencerna keratin kulit oleh karena perlepasan histamin pada fase awal dan
mempunyai daya tarik kepada keratin mengurangi migrasi sek inflamasi.21-23
(keratininofilik) sehingga infeksi jamur ini Tujuan diberikan cetirizine pada pasien ini
dapat menyerang lapisan-lapisan kulit mulai adalah untuk mengurangi rasa gatal yang
dari stratum korneum sampai dengan dialami pasien dan mengurangi proses
stratum basalis. Penularan biasanya terjadi peradangan yang terjadi.
karena adanya kontak dengan debris keratin Pada kasus ini obat sistemik diberikan
yang mengandung hifa jamur.16 selama 10 hari, ketokonazol 200 mg
Menurut kepustakaan tinea kruris lebih diberikan 1 tablet sekali minum dalam
sering terjadi pada pria dari pada wanita sehari pada pagi hari dan cetirizine 10 mg
dengan perbandingan 3:1 dan kebanyakan diberikan 1 tablet sekali minum dalam
terjadi pada golongan umur dewasa dan sehari pada sore hari.20,22 Pasien dianjurkan
golongan umur anak-anak. Biasanya kontrol setelah 10 hari untuk melihat
mengenai penderita usia 18-60 tahun, perkembangan penyakit.
tetapi paling banyak dijumpai pada usia 18- Pasien harus dijelaskan penting-nya
25 tahun serta antara 40-50 tahun.15 Faktor- menjaga lesi tetap kering. Edukasi pasien
faktor yang mempengaruhi terjadinya tinea diberikan agar tidak menggaruk bercak-
kruris yaitu iklim panas, lembab, bercak karena akan menyebab-kan bercak
pengeluaran keringat yang berlebihan, semakin luas, meng-komsumsi obat secara

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3| Januari 2016|11



Ahmad | Seorang Anak Laki-Laki Usia 15 Tahun dengan Tinea Cruris

teratur, tidak menghentikan pengobatan tinea versicolor. Infectious disease


tanpa seizin dokter, selalu menjaga clinics of North America. 2003;17(1):87-
kebersihan diri dan lingkungan, 112.
memperbaiki status gizi dalam makanan, 5. Patel GA, Wiederkehr M, Schwartz RA.
menggunakan handuk sekali pakai lalu
Tinea cruris in children. Cutis.
langsung di cuci dan menggantinya dengan
2009;84(3):133-137.
handuk baru, dan menggunakan pakaian
longgar serta mudah menyerap keringat. Di 6. Wiratma MK. Laporan kasus tinea
samping itu, dijelaskan untuk menghindari kruris pada penderita diabetes melitus.
penggunaan pakaian secara bergantian, Denpasar: Fakultas Kedokteran
mencuci pakaian serta seprai secara rutin, Universitas Udayana; 2011.
serta menjemur pakaian pada tempat yang 7. Adiguna MS. Update treatment in
panas hingga kering. Kebersihan pribadi dan inguinal intertrigo and its differential.
sanitasi lingkungan yang terjaga dapat Denpasar: Fakultas Kedokteran
mem-percepat penyembuhan pasien.24,25 Universitas Udayana; 2011.
Prognosis pada pasien ini secara 8. Abdelal EB, Shalaby MA, Abdo HM,
umum baik. Pengobatan tinea kruris
Alzafarany MA, Abubakr AA. Detection
mungkin membutuhkan waktu 2 – 4 minggu
bahkan lebih. Tinea kruris dapat menjadi
of dermatophytes in clinically normal
kronis dan kambuh berulang namun dapat extracrural sites in patients with tinea
dihindari dengan melakukan pengobatan cruris. The Gulf Journal of Dermatology
secara teratur sesuai anjuran dokter, and Venereology. 2013;20(1):31-9.
menghindari faktor resiko, dan menjaga 9. Agustine R. Perbandingan sensitivitas
kebersihan serta kelembapan kulit.26 dan spesifisitas pemeriksaan sediaan
langsung koh 20% dengan sentrifugasi
Simpulan dan tanpa sentrifugasi pada tinea
Tinea kruris adalah dermatofitosis kruris. [Tesis]. Padang: Fakultas
pada sela paha, perineum dan sekitar anus. Kedokteran Universitas Andalas. 2012.
Kelainan ini dapat bersifat akut atau
10. Sarika G, Purva A, Rahul R, Saksham G.
menahun, bahkan dapat me-rupakan
Prevalence Of Dermatophytic Infection
penyakit yang berlangsung seumur hidup.
Lesi kulit dapat terbatas pada daerah And Determining Sensitivity Of
genitokrural saja atau bahkan meluas ke Diagnostic Procedures. International
daerah sekitar anus, daerah gluteus dan Journal of Pharmacy and
perut bagian bawah atau bagian tubuh yang Pharmaceutical Sciences. 2014; 6(3).
lain keadaan kekurangan. Prognosis tinea 11. Noble SL, Forbes RC, Stamm PL.
kruris baik jika pasien melakukan Diagnosis and management of common
pengobatan secara teratur sesuai anjuran tinea infections. American family
dokter, menghindari faktor resiko, dan physician. 1998;58(1):163-74.
menjaga kebersihan serta kelembapan kulit. 12. Hidayati NA, Suyoso S, Hinda D, Sandra
E. Mikosis superfisialis di divisi mikologi
Daftar Pustaka unit rawat jalan penyakit kulit dan
1. Rasad A. Ilmu Penyakit Kulit Kelamin. kelamin rsud dr. Soetomo surabaya
Jakarta: FKUI; 2008. tahun 2003–2005. Surabaya:
2. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Department Kesehatan Kulit dan
Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2009. Universitas Airlangga; 2009.
3. Hainer BL. Dermatophyte 13. Haber MR. Dermatological fungal
infections. American family physician. infections. Can Jour Diag. 2007.
2003;67(1):101-108. 14. Risdianto A, Kadir D, Amin S. Tinea
4. Straten VMR, Hossain MA, Ghannoum corporis and tinea cruris cause by
MA. Cutaneous infections: trichophyton mentagrophytes type
dermatophytosis, onychomycosis, and

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3| Januari 2016|12



Ahmad | Seorang Anak Laki-Laki Usia 15 Tahun dengan Tinea Cruris

granular in asthma bronchiale patient. 21. Falus A, Hegyesi H, Darvas S, Pos Z, Igaz
Department of Dermatovenereology P. Histamine Genomics and
Universitas Hasanuddin. 2013. Metabolomics. Immunogenomics and
15. Budimulja, U. Mikosis. Dalam: Djuanda Human Disease. 2006;371-394.
A, editor. Ilmu Penyakit Kulit Dan 22. Purohit A, Melac M, Pauli G, Frossard
Kelamin. Edisi Ke-5. Jakarta: Fakultas N. Twenty-four-hour activity and
Kedokteran Indonesia; 2007. consistency of activity of levocetirizine
16. Tavares SH, Alchorne MMA, Fischman and desloratadine in the skin. British
O. Tinea cruris epidemiology (Sao journal of clinical pharmacology.
Paulo, Brazil). Mycopathologia. 2003;56(4):388-394.
2001;149(3):147-149. 23. Day JH, Ellis AK, Rafeiro E. A new
17. Siregar RS. Saripati Penyakit Kulit. selective H1 receptor antagonist for
Jakata: EGC; 2005. use in allergic disorders. Drugs of
18. Elewski BE. Tinea cruris. Dalam: Demis Today. 2004;40(5):415-421.
DJ, editor. Clinical 24. Gupta AK, Cooper EA, Ryder JE, Nicol
Dermatology. Philadelphia: Lippincott KA, Chow M, Chaudhry MM. Optimal
Williams & Wilkins; 1999. management of fungal infections of the
19. McPhee SJ, Papadakis MA. Current skin, hair, and nails. American journal
Medical Diagnosis & Treatment 2012. of clinical dermatology. 2004;5(4):225-
McGraw Hill; 2012. 237.
20. Bakos L, Brito AC, Castro LCM, Gontijo 25. James WD, Berger T, Elston D. Andrews'
B, Lowy G, Reis CMS, Zaitz C. Open diseases of the skin: clinical
clinical study of the efficacy and safety dermatology. Philadelphia: Elsevier
of terbinafine cream 1% in children Health Sciences. 2015.
with tinea corporis and tinea cruris. The 26. Weinstein A, Berman B. Topical
Pediatric infectious disease journal. treatment of common superficial tinea
1997;16(6):545-548. infections. American family physician.
2002;65(10):2095-2102.

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3| Januari 2016|13

Anda mungkin juga menyukai