Tuanku Imam Bonjol (lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat, Indonesia 1772
– wafat dalam pengasingan dan dimakamkan di Lotak, Pineleng, Minahasa, 6
November 1864), adalah salah seorang ulama, pemimpin dan pejuang yang berperang
melawan Belanda dalam peperangan yang dikenal dengan nama Perang Padri di tahun
1803-1837.
Dia adalah pemimpin yang paling terkenal dalam gerakan dakwah di Sumatera,
yang pada mulanya menentang perjudian, laga ayam, penyalahggunaan dadah,
minuman keras, dan tembakau, tetapi kemudian mengadakan penentangan terhadap
penjajahan Belanda.
Mula-mula ia belajar agama dari ayahnya, Buya Nudin. Kemudian dari beberapa
orang ulama lainya, seperti Tuanku Nan Renceh. Imam Bonjol adalah pengasas negeri
Bonjol.
Teuku Umar, salah satu tokoh yang melawan Belanda, melamar Cut Nyak
Dhien. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolak, tetapi karena Teuku Umar
memperbolehkannya ikut serta dalam medan perang, Cut Nyak Dhien setuju untuk
menikah dengannya pada tahun 1880. Mereka dikaruniai anak yang diberi nama Cut
Gambang.[1] Setelah pernikahannya dengan Teuku Umar, ia bersama Teuku
Umar bertempur bersama melawan Belanda. Namun, Teuku Umar gugur saat
menyerang Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899, sehingga ia berjuang
sendirian di pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya. Cut Nyak Dien saat itu
sudah tua dan memiliki penyakit encok dan rabun, sehingga satu pasukannya yang
bernama Pang Laot melaporkan keberadaannya karena iba. Ia akhirnya ditangkap dan
dibawa ke Banda Aceh. Di sana ia dirawat dan penyakitnya mulai sembuh. Namun,
keberadaannya menambah semangat perlawanan rakyat Aceh. Ia juga masih
berhubungan dengan pejuang Aceh yang belum tertangkap. Akibatnya, Dhien
dibuang ke Sumedang. Tjoet Nyak Dhien meninggal pada tanggal 6 November
1908 dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang
c. Sultan Hasanuddin – Ayam Jantan Dari Timur
Sementara itu belanda memberinya gelar de Haav van de Oesten alias Ayam
Jantan dari Timur karena kegigihannya dan keberaniannya dalam melawan Kolonial
belanda. Sultan Hasanuddin lahir di Makassar, merupakan putera kedua dari Sultan
Malikussaid, Raja Gowa ke-15. Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa,
ketika Belanda yang diwakili Kompeni sedang berusaha menguasai perdagangan
rempah-rempah. Gowa merupakan kerajaan besar di wilayah timur Indonesia yang
menguasai jalur perdagangan. Pada tahun 1666, di bawah pimpinan Laksamana
Cornelis Speelman, Kompeni berusaha menundukkan kerajaan-kerajaan kecil, tetapi
belum berhasil menundukkan Gowa. Di lain pihak, setelah Sultan Hasanuddin naik
takhta, ia berusaha menggabungkan kekuatan kerajaan-kerajaan kecil di Indonesia
bagian timur untuk melawan Kompeni.
d. Pattimura
Menurut buku biografi Pattimura versi pemerintah yang pertama kali terbit, M
Sapija menulis, “Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan
berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah
anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja
Sahulau. Sahulau merupakan nama orang di negeri yang terletak dalam sebuah teluk
di Seram Selatan”.
e. Biografi Pangeran Diponegoro
j. I Gusti Ketut Jelantik
Kelompok ini merupakan pendukung demokrasi parlementer model Eropa barat dan
menentang Jepang karena merupakan negara fasis. Mereka berjuang dengan cara
sembunyi-sembunyi atau dengan strategi gerakan ”bawah tanah”.
b. Golongan Persatuan Mahasiswa
golongan ini sebagian besar berasal dari mahasiswa Ika Daigaku (Sekolah
Kedokteran) di Jalan Prapatan 10 dan yang terhimpun dalam Badan Permusyawaratan
Pelajar-Pelajar Indonesia (BAPERPI) di Cikini Raya 71. Kelompok Persatuan
Mahasiswa ini anti Jepang dan sangat dekat dengan jalan pikiran Sutan Syahrir.
d. Golongan Kaigun
Kelompok ini anggotanya bekerja pada Angkatan Laut Jepang. Mereka selalu
menggalang dan membina kemerdekaan dengan berhubungan kepada tokohtokoh
Angkatan Laut Jepang yang simpati terhadap perjuangan bangsaIndonesia.
Perlawanan ini dipimpin oleh KH. Zainal Mustafa, seorang pendiri pesantren
Sukamanah perlawanan ini lebih bersifat keagamaan. KH. Zainal Mustafa tidak tahan
lagi membiarkan penindasan dan pemerasan terhadap rakyat, serta pemaksaan
terhadap agama yakni adanya upacara “Seikeirei” (menyembah terhadap Tenno Heika
Kaisar Jepang). KH. Zainal Mustafa beserta 27 orang pengikutnya dihukum mati oleh
Jepang tanggal 25 Oktober 1944.
i. Pemberontakan Peta
Salah satu pemberontakan yang terbesar pada masa pendudukan Jepang adalah
pemberontakan Peta di Blitar. Pemberontakan itu dipimpin oleh Supriyadi.
Pemberontakan Peta terjadi pada tanggal 14 Februari 1945.
3. tokoh-tokoh pergerakan nasional
1. Dr.Soetomo
Beliau lahir di Nganjuk, 30 Juli 1888. Lalu beliau masuk STOVIA pada tahun
1903. Pada tahun 1908, beliau bersama beberapa mahasiswa mendirikan Budi Utomo.
Tahun 1930, beliau mendirikan Partai Bangsa Indonesia dan pada tahun 1935, beliau
mendirikan Partai Indonesia Raya yang menjadi wadah perjuangannya merintis
kemerdekaan.
2. KH.Samanhudi
Beliau lahir di Laweyan, Solo pada tahun 1868 dari keluarga pedagang. Pada
tahun 1905, beliau mendirikan Serikat Dagang Islam (SDI), organisasi yang
menentang Belanda dan memperjuangkan martabat pedagang pribumi. SDI berubah
menjadi Sarekat Islam (SI) pada tahun 1912 dan pada kongres tahun 1913, beliau
terpilih menjadi ketua. KH. Samanhudi juga terlibat dalam gejala politik pasca
kemerdekaan dengan membentuk Barisan Pemberontak Indonesia yang melawan
Belanda NICA, dan lascar rakyat yang bernama Gerakan Kesatuan Alap-Alap.
3. H.O.S Cokroaminoto
Beliau lahir di Ponorogo,pada tahun 1882 dari keluarga R.M Cokroamiseno,
seorang pegawai pemerintahan yang pernah menjabat sebagai bupati. Sepak terjang
politiknya menonjol pada tahun 1912. Saat itu beliau mendirikan SDI yang kelak akan
berubah menjadi SI. Kata mutiaranya yang termasyhur “ setinggi-tinggi ilmu,semurni-
murni tauhid dan sepintar-pintar siasat”.
4. KH.Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan adalah tokoh pergerakan nasional yang lama belajar pengetahuan
Agama di Mekkah. Beliau mendirikan Muhammadiyah pada tanggal 18 November
1912 di Yogyakarta. Tujuan Muhammadiyah adalah mengajarkan Agama Islam
dengan Al-Qur’an dan Hadist.
5. Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara memiliki nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat. Bersama
dengan Danudirja Setiabudi (Douwes Dekker), dan Cipto Mangunkusumo, beliau
mendirikan Indische Partij. Mereka bertiga dikenal dengan sebutan Tiga Serangkai.
Indische Partij menuntut kemerdekaan Indonesia. Beliau juga mendirikan Perguruan
Taman Siswa. Perguruan ini mengajarkan kepada siswanya sifat kebangsaan. Karena
peranannya sangat besar dalam dunia pendidikan, Ki Hajar Dewantara diberi julukan
sebagai Bapak Pendidikan Nasional.
6. Wahid Hasyim
Wahid Hasyim adalah putra Hasyim Ashari, pelopor dan pendiri NU (Nahdatul
Ulama). Tujuan NU adalah memecahkan berbagai persoalan umat Islam baik dalam
hal Agama maupun kehidupan di masyarakat. Tahun 1938, Wahid Hasyim bergabung
dengan NU. Empat tahun kemudian beliau diangkat sebagai ketua NU. Perkembangan
NU sebagai organisasi politik dan keagamaan tidak terlepas dari peranannya.
7. Douwes Dekker
Beliau mendirikan Nationale Indische Partij pada tahun 1912 yang merupakan
sebuah partai politik. Menilai Budi Utomo terbatas pada bidang kebudayaan saja,
maka Douwes Dekker mendirikan sebuah partai politik. Ernest François Eugène
Douwes Dekker masih terhitung saudara dengan pengarang buku Max Haveelar,
Eduard Douwes Dekker. Douwes Dekker sendiri yang tidak sepenuhnya berdarah
Indonesia, namun ia dengan segenap jiwa dan raga berjuang untuk pergerakan
nasional Indonesia. National Indische Partij pun aktif dalam berbagai organisasi
internasional, seperti Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan, serta Liga
Demokrasi Internasional untuk menarik perhatian dunia internasional. Douwes
Dekker mencurahkan pikiran dan tenaganya demi memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia.
8. Dr. Cipto Mangunkusumo
Beliau merupakan dokter profesional yang cenderung lebih dikenal sebagai tokoh
pergerakan nasional. Bersama dengan Ki Hajar Dewantara dan Douwes Dekker,
beliau mendirikan partai politik Nationale Indische Partij. Pada awalnya Dr. Cipto
Mangunkusumo bergerak sebagai dokter pemerintahan dibawah Belanda. Namun
karena beberapa tulisannya dalam De Express yang cenderung mengkritik kekejaman
pemerintahan Belanda, akhirnya beliau diberhentikan sebagai dokter pemerintahan.
Hal tersebut membuat beliau semakin intens melakukan perjuangan, dengan sepenuh
hati memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
9. Soekarno
Mr. Muhammad Yamin mengusulkan lima asas dan dasar bagi negara Indonesia
merdeka yang akan didirikan, yakni:
1) Peri Kebangsaan;
2) Peri Kemanusiaan;
3) Peri Ketuhanan;
4) Peri Kerakyatan;
5) Kesejahteraan Sosial.
Kendatipun demikian pendapat Yamin dalam pidatonya, tetapi setelah selesai pidato
ia memberikan konsep mengenai asas dan dasar negara Indonesia merdeka yang agak
berbeda dengan apa yang dipidatokan. Asas dan dasar negara Indonesia merdeka
menurut Mohammad Yamin dalam konsep tertulis yang diberikan kepada Ketua ialah:
1) Ketuhanan Yang Mahaesa;
2) Persatuan Kebangsaan Indonesia;
3) Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab;
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan;
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Selain Yamin, Mr. Soepomo juga mengemukakan gagasan mengenai asas dan dasar
negara Indonesia merdeka.
Gagasan Soepomo mengenai asas dan dasar Negara Indonesia merdeka ialah:
5 Nilai-nilai Juang dalam Proses Perumusan Pancasila
1) Persatuan;
2) Kekeluargaan;
3) Keseimbangan lahir dan batin;
4) Musyawarah;
5) Keadilan rakyat.
Sedangkan dalam pidato tanggal 1 Juni 1945, Ir. Sukarno mengemukakan asas dan
dasar Negara Indonesia merdeka sebagai berikut:
1) Kebangsaan Indonesia;
2) Internasionalisme atau perikemanusiaan;
3) Mufakat atau demokrasi;
4) Kesejahteraan sosial;
5) Ketuhanan yang berkebudayaan.
Ir. Sukarno menyarankan lima asas untuk berdirinya bangunan negara itu hendaknya
diberi nama Pancasila, artinya lima dasar.
Gagasan ini ia kemukakan atas saran dari salah seorang temannya, ahli bahasa. Akan
tetapi beliau tidak menyebutkan nama temannya itu.
b. Sidang Panitia Kecil 22 Juni 1945
Dalam sidang pertama BPUPKI disepakati bahwa untuk menindak lanjuti sidang
yang belum mencapai kesimpulan dibentuk Panitia Kecil. Panitia Kecil ini bertugas
merumuskan hasil sidang I dengan lebih jelas. Anggota Panitia Kecil ada Sembilan
orang sehingga sering disebut Panitia Sembilan. Kesembilan tokoh tersebut ialah:
• Ir. Soekarno (Ketua merangkap anggota);
• Drs. Mu. Hatta (Wakil Ketua merangkap anggota);
• A.A. Maramis, S.H. (anggota);
• Abikusno Cokrosuyoso (anggota);
• Abdul Kahar Muzakkir (anggota);
• Haji Agus Salim (angota);
• K.H. Wahid Hasyim (anggota);
• Achmad Soebardjo, S.H. (anggota);
• Mr. Muh. Yamin (anggota).
Sidang Panitia Sembilan ini dilaksanakan tanggal 22 Juni 1945 di Gedung Jawa
Hokokai Jakarta. Selain panitia sembilan, anggota BPUPKI lainnya juga hadir dalam
rapat tersebut, sehingga jumlah peserta rapat ada 38 orang. Dalam sidang Panitia
Kecil tanggal 22 Juni 1945 dihasilkan piagam Jakarta.
c. Sidang II BPUPKI
Sidang II BPUPKI diselenggarakan pada tanggal 10 sampai dengan 16 Juli 1945.
Dalam sidang ini dibicarakan mengenai penyusunan Rencana Pembukaan Undang-
undang Dasar dan rencana Undang-undang Dasar serta rencana lain yang
berhubungan dengan kemerdekaan bangsa Indonesia. Dalam rapat tanggal 11 Juli
1945 dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar dengan susunan sebagai
berikut:
o Ir. Sukarno;
o R. Otto Iskandardinata;
o B.P.H. Purbaya;
o K.H. Agus Salim;
o Mr. Achmad Subarjo;
o Mr. R. Supomo;
Apa perbedaan Piagam Jakarta dengan Pembukaan UUD 1945? 7 Nilai-nilai Juang
dalam Proses Perumusan Pancasila
o Mr. Maria Ulfah Santosa;
o K.H. Wahid Hasyim;
o Parada Harahap;
o Mr. J. Latuharhary;
o Mr. R. Susanto Tirtoprojo;
o Mr. Sartono;
o Mr. KPRT Wongso Negoro;
o KRTH Wuryaningrat;
o Mr. R.P. Singgih;
o Mr. Tan Eng Hoa;
o dr. P.A. Husein Jayadiningrat;
o dr. Sukirman Wiryosanjoyo;
o Mr. A.A. Maramis;
o Miyano (utusan Jepang).
Atas usul dari Husein Jayadiningrat dan Mr. Muh. Yamin, maka dalam Panitia
Perancang Undang-undang Dasar dibentuk Panitia Kecil dengan susunan sebagai
berikut:
Panitia Kecil Declaration of Rights, dengan susunan anggota Mr. Achmad
Subardjo (Ketua), Parada Harahap, dan dr. Sukirman Wiryosanjoyo. Panitia Kecil
Perancang Undang-undang Dasar dengan susunan Mr. Soepomo (Ketua), Mr.
Achmad Soebardjo, K.P.R.T. Wongsonegoro, Mr. A.A. Maramis, Mr. R.P. Singgih,
K.H. Agus Salim, dr. Sukirman Wiryosanjoyo. Untuk Preambul (Pembukaan) tidak
dibentuk panitia kecil karena hasil Panitia Sembilan tanggal 22 Juni 1945 telah
diterima. Dalam rapat yang memakan waktu selama 7 hari itu, dihasilkan Rancangan
Undang-undang Dasar untuk Indonesia Merdeka.
Usaha-usaha mempersiapkan kemerdekaan Indonesia melalui BPUPKI hanya
sampai di sini, karena selanjutnya pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan
dan sebagai gantinya dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
pada tanggal 9 Agustus 1945. Ketua PPKI ialah Ir. Soekarno dan wakilnya Drs. Muh.
Hatta.
Drs. Mohammad Hatta juga dik enal sebagai proklamator Kemerdekaan Republik
Indonesia, Beliau memimpin kabinet di awal pembentukan Negara Indonesia. Jasa
beliau dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan sangatlah besar, Beliau
dikenal sebagai delegasi Indonesia yang handal. Pada tanggal 23 Agustus – 2
Nopember 1949, beliau memimpin delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar
( KMB ) di Den Haag, Belanda. Hasil KMB sangat memuaskan Bangsa Indonesia.
Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Upacara pengakuan
kedaulatan dilakukan di dua tempat, yaitu di Yogyakarta dan di Den Haag pada
tanggal 27 Desember 1949.
3. Jendral Sudirman
Peranan Jendral Sudirman dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia sangat besar. Sebagai Panglima TKR, Divisi V Banyumas, Sudirman
memimpin Ambarawa dan berhasil mengusir tentara Inggris . Pada tanggal 18
Desember 1945, Sudirman diangkat oleh menjadi Panglima Besar TKR dengan
pangkat Jender al. Sudirman tetap memimpin per ang gerilya meskipun beliau dalam
keadaan sakit.
4. Bung Tomo
Sutomo atau Bung Tomo dilahirkan di Surabaya. Pada zaman pergerakan beliau
bekerja di Surat Kabar Suara Umum dan menjadi redaktur mingguan Pembela rakyat.
Beliau mendirikan dan memimpin Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia, Beliau
mengorbankan semangat rakyat Surabaya dalam perang melawan pasukan Sekutu
pada tanggal 10 Nopember 1945.
Oleh :
Flora Melisa
Kelas V
2017