A. Definisi Kriptorkidisme
testis yang terletak tidak di dalam skrotum tetapi dapat didorong masuk ke dalam skrotum
dan menaik lagi bila dilepaskan dinamakan pseudokriptorkismus atau testis retraktil.
B. Fisiologi Testis
pada dinding
degenerasi mesonefros
s.ke arah kaudal mesenterium ini menjadi ligamentum dan di kenal sebagai ligamentum genitale caudale.
an dengan sebuah pita mesenkim, yang selanjutnya bersambungan kedalam suatu pemadatan mesenkim di dalam tonjolan kelamin(scrotum).
Sebagai akibat pertumbuhan tubuh yang cepat dan kegagalan gibernaculum testis untuk
memanjang sesuai pertumbuhan tubuh ini, testis turun di bawah tingkat asalnya.Menjelang
bulan ketiga,testis terletak dekat daerah inguinal.
Oleh karena itu gerak turun testis bukan merupakan suatu migrasi aktif, tetapi suatu
pergeseran letak relatif terhadap dinding tubuh. Hantaran darah dari aorta tetap di
pertahankan dan pembuluh pembuluh testikularis berjalan turun dari tingkat lumbal
asalnya ke daerah inguinal. Terlepas dari gerak turun testis, peritonium rongga selom
membentuk suatu penonjolan di sisi kiri dan kanan garis tengah ke dalam dinding ventral
perut. Penonjolan ini mengikuti perjalanan gubernakulum testis ke dalam tonjolan dinding
scrotum dan di kenal sebagai processus vaginalis. Oleh karena itu prosessus vaginalis
disertai lapisan otot dan jaringan ikat dinding perut menonjol ke dalam tonjolan
skrotum, sehingga membentuk kanalis inguinalis. Gubernakulum testis tetap di ventral dan
di luar processus vaginalis untuk selamanya. Testis bergerak turun melalui anulus
inguinalis dan melintasi tepi atas tulang kemaluan ke dalam tonjolan scrotum waktu lahir.
Testis kemudian di lapisi oleh selapis lipatan processus vaginalis. Lapisan peritonium
yang meliputi testis di kenal sebagai tunica vaginalis testis lamina visceralis, bagian
kantong
peritonium membentuk lamina parietalis. Saluran sempit yang menghubungkan rongga
processus dengan rongga peritonium, menutup pada saat lahir atau segera sesudah lahir.
Gerak turun terakhir testis di sertai dengan suatu perpendekan suatu gubernaculum dan
dipengaruhi juga oleh hormon seperti gondotropin dan androgen. Kegagalan dari semua
proses di atas dapat menyebabkan suatu keadaan yang di kenal sebagai kriptorkismus.
Testis merupakan bagian alat genital pria yang di dalamnya terdapat beberapa
struktur vital yang berperan dalam proses spermatogenesis selama kehidupan seksual
aktif, sebagai akibat dari rangsangan oleh gonadotropin hipofisis anterior, yang dimulai
rata-rata
pada usia 13 tahun dan berlanjut sepanjang hidup.
Beberapa organ itu di antaranya terdapat tubulus seminiferus yang terdiri atas
sejumlah besar sel epitel germinal yang disebut spermatogonia, terletak, terletak dalam
dua sampai tiga lapisan sepanjang batas luar epitel tubulus. Spermatogonia terus
menerus
berproliferasi untuk memperbanyak diri, dan sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi
melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Spermatogenesis terjadi didalam testis melalui beberapa tahapan. Pada tahap
pertama dari spermatogenesis, spermatogonia primitive berkumpul tepat di tepi membrane
basal dari epitel germinativum,disebut spermatogonia tipe A, membelah empat kali untuk membentuk 16 sel yang sedikit
Pada tahap ini, spermatogonia bermigrasi kearah sentral di antarai sel-sel sertoli. Sel-sel sertoli ini sangat besar, dengan pe
bagian sisi, membentuk suatu lapisan pertahanan yang mencegah penetrasi dari kapiler- kapiler yang mengelilingi tubulus
prosesus sitoplasma dari sel-sel sertoli yang berlipat ke dalam. Hubungan yang erat dengan sel sertoli ini terus berlanjut d
C. Epidemologi Kriptorkismus
r kurang bulan sekitar 33% . Pada berat badan bayi lahir (BBL) dibawah 2000 gram insidensi UDT 7,7% BBL 2000-2500 (2,5%), dan BBL diatas 25
987 – 1993 terdapat 82 anak kriptorkismus, sedang di FKUSU – RSUP. Adam Malik Medan kurun waktu 1994 – 1999 terdapat 15 kasus.
D. Etiologi Kriptorkismus
Penyebab pasti kriptorkismus belum jelas. Dari hasil penelitian para ahli,
menyatakan bahwa ada beberapa penyebab dari kriptorkismus di antarnya:
E. Patogenitas Kriptorkismus
a. Embriologi
Pada minggu ke-6 umur kehamilan primordial germ cells mengalami migrasi dari
yolk sac ke- genital ridge. Dengan adanya gen SRY (sex determining region Y), maka akan
berkembang menjadi testis pada minggu ke-7. Testis yg berisi prekursor sel-
selSertoli besar (yang kelak menjadi tubulus seminiferous dan sel-sel Leydig kecil) dengan
stimulasi FSH yang dihasilkan pituitary mulai aktif berfungsi sejak minggu ke-8
kehamilan dengan mengeluarkan MIF (Müllerian Inhibiting Factor), yang menyebabkan
involusi ipsilateral dari duktus mullerian. MIF juga meningkatkan reseptor androgen pada
membran sel Leydig. Sel- Pada minggu ke-10-11 kehamilan, akibat stimulasi chorionic
gonadotropin yang dihasilkan plasenta dan LH dari pituitary sel-sel Leydig akan
mensekresi testosteron yang sangat esensial bagi diferensiasi duktus Wolfian menjadi
epididimys, vas deferens, dan vesika seminalis.
Kriptorkismus merupakan suatu keadaan dimana organ testis tidak dapat turun ke
dalam skrotum saat lahir sampai satu atau tahun, setelah lahir baik satu atau kedua testis
yang tidak turun.
Kriptorismus merupakan suatu kelainan yang terjadi pada gestasi dan penyebab
pasti dari kelainan ini belum diketaui, tetapi diduga bahwa kelainan yang terjadi pada
poros hipotalamus-hipofisis-gonad sehingga hormone testosterone yang berperan sebagai
stimulus terhadap penurunan testis tidak terbentuk. Akibatnya pada saat pubertas terjadi
kegagalan pertumbuhan organ seks sekunder pria karena kita ketahui testis berperan
sebagai organ penghasil hormone testosterone. Dan testis juga merupakan organ
pembentuk sperma melalui proses spermatogenesis.
Kriptorkismus dapat diketahui dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta beberapa
pemeriksaan penunjang untuk diagnose pasti.
Penanganan Kriptorkismus dapat di lakukan dengan terapi bedah ataupun non
bedah dengan pemberian hormonal.
Tujuan dari penatalaksanaan kriptorkismus adalah meningkatkan fertilitas,
mencegah torsio testis, mencegah/deteksi awal dari keganasan testis, mengoreksi kelainan
lain yang menyertai, seperti hernia dan mengurangi resiko cedera khususnya bila testis
terletak di tuberkulum pubikum.
DAFTAR PUSTAKA