CHANCROID
OLEH:
A. Latar Belakang
Penyakit kelamin atau juga dikenal dengan Sexually Transmitted Diseases (STD) atau Sexually
Transmitted Infections (STI) adalah penyakit yang pada umumnya ditularkan lewat hubungan seks.
Ada lumayan banyak loh jenis2nya, sejauh ini seenggaknya ada 25 jenis penyakit kelamin yang
ketauan. Jenis-jenis penyakit kelamin ini gejala-gejalanya beda-beda dan cara penularannya pun
beda. Memang betul bahwa pada umumnya STD ditularkan lewat hubungan seks, tapi ada jenis-jenis
STD yang juga bisa nular melalui seks lewat anal atau lewat oral, ada juga yang bisa menular melalui
kontak darah,contohnya tersuntik jarum yang terinfeksi. Penyakit kelamin bisa menyerang siapa saja,
pria maupun wanita, tua atau muda.
STD yang disebabkan oleh bakteri: Syankroid, Klamidia, Gonorea, Granuloma Inguinale,
Sifilis.
STD yang disebabkan oleh virus: Herpes (Genital Herpes), Kutil Kelamin (Genital Warts),
Hepatitis tipe A-E, HIV/AIDS, Molluscum Contagiosum
STD yang disebabkan oleh protozoa: Trikomoniasis.
Protozoa adalah hewan bersel satu yang bersifat mikroskopik, yang artinya tidak dapat
dilihat oleh mata telanjang tapi harus menggunakan mikroskop. Habitat protozoa adalah di
dalam air.
STD yang disebabkan oleh jamur: Kandidiasis, Kadas/Kurap Selangkangan (Jock Itch)
STD yang disebabkan oleh parasit: Kutu Kelamin (Pubic Lice), Scabies
B. RumusanMasalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas, maka rumusan masalahnya yaitu :
a) Apakah yang dimaksud dengan Chancroid (ulkus mole)?
b) Apa saja penyebab dari Chancroid?
c) Bagaimanakah gejala Chancroid?
d) Bagaimanakah Pencegahan Chancroid?
e) Bagaimanakah Pengobatan Chancroid?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Chancroid (ulkus mole) adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Gram-negatif
streptobacillus Haemophilus ducreyi. Ini merupakan penyakit yang ditemukan terutama di negara-
negara berkembang, yang terkait dengan pekerja seks komersial dan klien mereka.
Penularannya melalui hubungan seksual.Pria yang tidak disunat/khitan memiliki risiko tiga kali
dibanding pria yang disunat untuk kemungkinan terkena penyakit ini. Mengidap Chancroid
menjadi faktor risiko untuk tertular HIV karena Chancroid membuka jalan bagi masuknya HIV ke
dalam tubuh (melalui iritasi pada kulit).
B. Etiologi
Chancroid disebabkan oleh bakteri gram negatif Haemophilus ducreyi. Bakteri ini
merupakan bakteri berbentuk batang pendek, ramping, dengan ujung membulat (coccobasilus),
anaerob fakultatif, non-motile, tidak membentuk spora, mereduksi nitrat menjadi nitrit, dan
berukuran sekitar 1,5 μm (panjang) da 0,2 μm (lebar). Basil seringkali berkelompok, berderet
membentuk rantai (Streptobacillus) pada pewarnaan Gram.
(buku kulit merah, habif, adrew, Rook, Holmes, Filtzpatrick, Bolognia, ABC of STD, pediatric
dermatology, jurnal IJDVL, jurnal tropical medicine series, Bolognia, pediatric dermatology,
tropical dermatology, Tropical dermatopathology)
C. Gejala
Setelah masa inkubasi satu hari hingga dua minggu, chancroid menimbulkan benjolan
kecil yang kemudian menjadi borok/lesi dalam satu hari. Borok yang khas memiliki karakteristik:
Pemeriksaan gram (Gram stain). Spesimen diambil dari apusan eksudat ulkus. Eksudat
diperoleh dari dasar ulkus dengan cotton swab. dapat memperlihatkan basil gram
negatif, pendek, berantai, yang disebut dengan tampilan “school of fish”, namun, H.
ducreyi sulit dilihat pada apusan gram dan spesimennya sering mengalami kontaminasi
polimikrobial. Sensitivitas metode ini < 50%.
Metode kultur. Ini merupakan metode diagnostik yang paling baik. H. ducreyi tidak dapat
dibiakkan pada medium rutin. Akan tetapi, dapat dibiakkan pada media khusus yakni
media yang diperkaya gonococcal agar dan Mueller-Hinton chocolate agar atau Mueller-
Hinton agar dibagian dasar, kemudian dibagian atasnya ditambah dengan chocolate
horse blood and isovitale X (MH-HBC). Selain itu, pada media ini ditambahkan
vancomycin hydrochlorida untuk menghambat pertumbuhan yang berlebihan dari bakteri
kontaminan. Organisme ini paling baik tumbuh pada suhu 33 oC – 35 oC dengan
kelembaban tinggi. Koloni-koloninya berwarna kuning keabu-abuan dan nonmukoid.
Sensitivitas metode kultur adalah < 80 %.
PCR. Ini adalah tes diagnostik yang mempunyai sensibilitas dan spesifisitas paling tinggi.
Teknik PCR ini disebut juga dengan M-PCR (multiplex polymerase chain reaction) yang
melibatkan penambahan pasangan primer multipel ke campuan reaksi dalam rangka
memperbanyak sekuans DNA dari bahan lesi. PCR dianggap merupakan tes gold-
standar untuk diagnosis chancroid, hanya saja harganya mahal dan tidak tersedia secara
komersil.
Antigen detection assay (Immunofluorescence)
a) Deteksi antibodi monoklonal (MAb) terhadap outer membrane protein (OMP) 29 kDa
dari H. ducreyi. Metode ini sederhana, cepat, dan sensitif tapi tidak kurang tersedia
pada negara-negara berkembang.
b) Indirect IF, dengan menggunakan MAb terhadap lipooligosakarida (LOS) H. ducreyi,
dan lebih superior dari kultur bakteri. Ini merupakan metode yang baik yang
digunakan pada populasi dengan prevalensi chancroid yang tinggi.
Tes serologis
a) Enzyme immuno assay (EIA) : Dengan menggunakan seluruh antigen sel, LOS yang
telah dimurnikan atau OMP H. ducreyi sebagai antigen.
b) DOT Immunoblot
c) Compliment fixation test
Biopsi jaringan
Biposi jaringan yang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologis mungkin membantu
dalam mendiagnosis ulkus-ulkus atipik atau ulkus yang tidak sembuh-sembuh. Pada
pemeriksaan histolopatologis pada ulkus menunjukkan tampilan 3 zona yang berbeda :
Zona A : Atau daerah superfisial pada dasar ulkus, merupakan suatu zona sempit
yang mengandung jaringan nekrotik, fibrin, dan neutrofil.
a) Zona B : Atau daerah tengah, merupakan zona luas yang mengandung banyak
kapiler yang berproliferasi, sel-sel plasma, dan neutrofil, beberapa pembuluh darah
ini mungkin menunjukkan trombi.
b) Zona C : Atau daerah sebelah dalam, terdiri dari pita padat yang meruipakan sel-sel
plasma dan limfosit.(buku kulit merah, Tropical dermatology, Andrew, Pediatric
dermatology, clinical dermatology, ABC of STD, Habif, Bolognia, jurnal IJDVL, jurnal
tropical medicine series)
G. Diagnosis Banding
Herpes simpleks
Sifilis primer atau Ulkus durum
Limfogranuloma venereum
Granuloma
Inguinale
H. Komplikasi
1. Mixed chancre
Ulkus molle dan sifilis stadium I. Awalnya lesinya khas ulkus molle, setelah 15 – 20 hari
bermanifestasi sebagai lesi campuran.
2. Abses kelenjar inguinal
Ini juga disebut inflammatory bubo, merupakan komplikasi terbanyak
Kelenjar getah bening membesar, warna kulit di atasnya kemerahan dan
berfluktuasi. Bila abses kelenjar inguinal tidak diobati secara adekuat, abses
akan pecah dan menimbulkan sinus yang meluas menjadi ulkus dan disebut
ulserasi chancroid. Ulkus ini kemudian akan membesar yang disebut giant
chancroid.
3. Balanitis, fimosis dan parafimosis
Merupakan komplikasi yang serius. Terutama terjadi pada individu yang tidak
disirkumsisi. Komplikasi ini terjadi akibat ulkus molle yang mengenai prepusium.
Prepusium menjadi bengkak, merah, edematous, dan sangat nyeri.
4. Fistula uretra
Kelainan ini terjadi akibat ulkus molle yang berlokasi pada glans penis dan bersifat
destruktif. Kelainan ini menimbulkan rasa nyeri pada buang air kecil dan pada keadaan
lanjut dapat terjadi striktura uretra.
5. Fuso spirokhetosis
http://ensexlopediaku.weebly.com/penyakit-kelamin.html
http://pisangkipas.wordpress.com/2009/05/14/chancroid-haemophilus-ducreyi/
http://skydrugz.blogspot.com/2011/09/chancroid.html