Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN BRONCHITIS

Disusun
Oleh :

Nama : TURES DINI


Nim : 16010117

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKes)


PROGRAM STUDI S-I KEPERAWATAN
MEDIKA NURUL ISLAM
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, berkat rahmat dan hidayah Allah swt, penulisan makalah


yang berjudul “Bronchitis” ini dapat diselesaikan.

Dalam penyelesaian penulisan makalah ini, penulis mendapat masukan dan


bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, melalui kata pengantar ini
disampaikan ungkapan rasa terimakasih kepada dosen selaku pengasuh mata
kuliah “Bronchitis”. Di mana beliau secara ikhlas dan sungguh-sungguh telah
memotivasi dan membimbing penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik.

Selanjutnya penulis juga menyampaikan ungkapan terimakasih kepada


teman-teman seangkatan yang telah membantu penulis selama ini. Namun, tidak
dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas dukungannya.

Segala usaha telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini. Namun,


penulis menyadari bahwa dalam keseluruhan makalah, bukan tidak mustahil dapat
ditemukan kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran yang dapat dijadikan masukan guna perbaikan di masa yang akan datang.

Sigli, 2020

Penulis,

BAB I

2
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Penyakit infeksi sekarang ini yang banyak menimbulkan kematian adalah
saluran pernafasan baik itu pernafasan atas maupun bawah, yang bersifat akut atau
kronis salah satunya penyakit bronchitis. Bronchitis pada anak berbeda dengan
bronchitis yang terjadi pada orang dewasa. Pada anak bronchitis merupakan
bagian dari berbagai penyakit saluran nafas lain, namun dapat juga merupakan
penyakit tersendiri (Ngastiyah, 2006).
Di Amerika Serikat, menurut National Center for health Statistics, kira-
kira ada 14 juta orang menderita bronchitis. Lebih dari 12 juta orang
menderita Bronchitis pada tahun 1994, sama dengan 5% populasi Amerika. Di
dunia Bronchitis merupakan masalah dunia. Frekuensi Bronchitis lebih banyak
pada status ekonomi rendah dan pada kawasan industri. Bronchitis lebih banyak
terdapat pada laki-laki dibanding perempuan (Samer, 2007).
Menurut data statistik Belanda, tujuh kali pada pasien anak-anak dibawah
usia 1 tahun masuk rumah sakit dengan diagnosis bronchitis. Jumlah pasien
tersebut meningkat dari 1500 menjadi 5000 antara tahun 1981 – 2005, dengan
rata-rata 35% pasien pada usia 0 – 1 tahun. Antara tahun 1981 – 2005, pasien
dengan diagnosis bronchitis meningkat dari 29 menjadi 147 per 10.000 orang usia
0 – 1 tahun, separuh pasien tersebut adalah bayi dibawah usia 4 bulan
(Ploemacher, 2010).

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian Bronkhitis ?
b. Apa klasifikasi dari bronkhitis ?
c. Apa etiologi dari bronkhitis ?
d. Bagaimana patofisiologi bronkhitis ?
e. Bagaimana implementasi pada anak dengan Bronchitis?
f. Bagaimana manifestasi klinis brpnkhitis ?
g. Apa komplikasi bronchitis ?
h. Apa pemeriksaan penunjang bronchitis ?

3
i. Bagaimana penatalaksanaan dari bronchitis ?
j. Bagaimana konsep asuhan keperawatan bronchitis ?

C.     Tujuan
a. Mengetahui Pengertian Bronkhitis ?
b. Mengetahui Klasifikasi dari bronkhitis ?
c. Mengetahui Etiologi dari bronkhitis ?
d. Mengetahui Patofisiologi bronkhitis ?
e. Mengetahui Implementasi pada anak dengan Bronchitis?
f. Mengetahui Manifestasi klinis brpnkhitis ?
g. Mengetahui Komplikasi bronchitis ?
h. Mengetahui Pemeriksaan penunjang bronchitis ?
i. Mengetahui Penatalaksanaan dari bronchitis ?
j. Mengetahui Konsep asuhan keperawatan bronchitis ?

BAB II

4
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Secara harfiah bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh adanya
inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu
penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang
utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri
sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang
peran.(Ngastiyah, 2006)
Bronkhitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit
tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan
atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti
Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya.
(Gunadi Santoso, 2004)

B. Klasifikasi
Bronkhitis dapat diklasifikasikan sebagai :
a. Bronkhitis Akut
Bronkhitis akut pada bayi dan anak biasanya bersama juga dengan
trakheitis, merupakan penyakit infeksi saluran nafas akut (ISNA) bawah
yang sering dijumpai. Penyebab utama penyakit ini adalah virus. Batuk
merupakan gejala yang menonjol dan arena batuk berhubungan dengan
ISNA atas. Berarti bahwa peradangan tersebut meliputi laring, trachea dan
bronkus. Gangguan ini sering juga disebut laringotrakeobronkhitis akut
atau croup dan sering mengenai anak sampai umur 3 tahun dengan gejala
suara serak, stridor, dan nafas berbunyi.
b. Bronkhitis Kronis atau Batuk Berulang
Belum ada persesuaian pendapat mengenai bronchitis kronik, yang ada
ialah mengenai batuk kronik dan atau berulang yang di singkat (BKB).
BKB ialah keadaan klinis yang disebabkan oleh berbagai penyebab
dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu
berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan,

5
dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya.
Dengan memakai batasan ini secara klinis jelas bahwa bronchitis kronik
pada anak adalah batuk kronik dan atau berulang (BKB) yang telah
disingkirkan penyebab-penyebab BKB itu misalnya asma atau infeksi
kronik saluran napas dan sebagainya.
Walaupun belum ada keseragaman mengenai patologi dan patofisiologi
bronchitis kronik, tetapi kesimpulan akibat jangka panjang umumnya
sama. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa bayi sampai anak umur 5
tahun yang menderita bronchitis kronik akan mempunyai resiko lebih
besar untuk menderita gangguan pada saluran napas kronik setelah umur
20 tahun, terutama jika pasien tersebut merokok akan mempercepat
menurunnya fungsi paru.

C. Etiologi
Penyebab bronchitis sampai sekarang masih belum diketahui dengan
jelas. Pada kenyataannya kasus-kasus bronchitis dapat timbul secara
congenital maupun didapat.
a. Kelainan kongenital
Dalam hal ini bronchitis terjadi sejak dalam kandungan. Factor genetic
atau factor pertumbuhan dan factor perkembangan fetus memegang
peran penting. Bronchitis yang timbul congenital ini mempunyai ciri
sebagai berikut :
1. Bronchitis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau
kedua paru.
2. Bronchitis konginetal sering menyertai penyakit-penyakit
konginetal lainya, misalnya : mucoviscidosis (cystic pulmonary
fibrosis), sindrom kartagener (bronkiektasis konginetal, sinusitis
paranasal dan situs inversus), hipo atau agamaglobalinemia,
bronkiektasis pada anak kembar satu telur (anak yg satu dengan
bronkiektasis, ternyata saudara kembarnya juga menderita
bronkiektasis), bronkiektasis sering bersamaan dengan kelainan

6
congenital berikut : tidak adanya tulang rawan bronkus, penyakit
jantung bawaan, kifoskoliasis konginetal.
b. Kelainan didapat
Kelaianan didapat merupakan akibat proses berikut :
1) Infeksi.
Bronchitis sering terjadi sesudah seseorang menderita pneumonia
yang sering kambuh dan berlangsung lama, pneumonia ini
merupakan komplikasi pertusis maupun influenza yang diderita
semasa anak, tuberculosis paru dan sebagainya.
2) Obstruksi bronkus
Obstruksi bronkus yang dimaksud disini dapat disebabkan oleh
berbagai macam sebab : korpus alineum, karsinoma bronkus atau
tekanan dari luar terhadap bronkus
Penyebab utama penyakit Bronkhitis Akut adalah adalah virus.
Sebagai contoh Rhinovirus, Respiratory Sincytial Virus (RSV),
Infulenza Virus, Para-influenza Virus, Adenovirus dan Coxsakie
Virus. Bronkitis Akut sering terjadi pada anak yang menderita
Morbilli, Pertusis dan infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada
bukti yang meyakinkan bahwa bakteri lain merupakan penyebab
primer Bronkitis Akut pada anak. Infeksi sekunder oleh bakteri
dapat terjadi, namun ini jarang di lingkungan sosio-ekonomi yang
baik. Faktor predisposisi terjadinya bronchitis akut adalah alergi,
perubahan cuaca, polusi udara, dan infeksi saluran napas atas
kronik, memudahkan terjadinya bronchitis.
Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang adalah
sebagai berikut :
a. Spesifik
1) Asma
2)   Infeksi kronik saluran napas bagian atas (sinobronkitis).
3)   Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus,
infeksi mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis,
fungi/jamur.

7
4) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
5) Sindrom aspirasi.
6)    Penekanan pada saluran napas
7)    Benda asing
8)    Kelainan jantung bawaan
9)    Kelainan sillia primer
10)  Defisiensi imunologis
11)  Kekurangan anfa-1-antitripsin
12)  Fibrosis kistik
13)  Psikis
b. Non-spesifik
1)    Asap rokok
2)    Polusi udara

D. Patofisiologi
Virus (penyebab tersering infeksi) - Masuk saluran pernapasan - Sel
mukosa dan sel silia - Berlanjut - Masuk saluran pernapasan(lanjutan) -
Menginfeksi saluran pernapasan - Bronkitis - Mukosa membengkak dan
menghasilkan lendir - Pilek 3 – 4 hari - Batuk (mula-mula kering kemudian
berdahak) - Riak jernih - Purulent - Encer - Hilang - Batuk - Keluar - Suara
ronchi basah atau suara napas kasar - Nyeri subsernal - Sesak napas - Jika
tidak hilang setelah tiga minggu - Kolaps paru segmental atau infeksi paru
sekunder (pertahanan utama) (Sumber : dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3
Ilmu Kesehatan Anak, 2003).
Apabila bronchitis kongenital patogenesisnya tidak diketahui diduga erat
hubungannya dengan genetic serta factor pertumbuhan dan perkembangan
fetus dalam kandungan. Pada bronchitis yang didapat patogenesisnya diduga
melelui beberapa mekanisme : factor obstruksi bronkus, factor infeksi pada
bronkus atau paru-paru, fibrosis paru, dan factor intrinsik dalam bronkus
atau paru.
Patogenesis pada kebanyakan bronchitis yang didapat melalui dua
mekanisme dasar:

8
a. Infeksi bacterial pada bronkus atau paru, kemudian timbul bronchitis.
Infeksi pada bronkus atau paru akan diikuti proses destruksi dinding
bronkus daerah infeksi dan kemudian timbul bronchitis.
b. Obstruksi bronkus akan diikuti terbentuknya bronchitis, pada bagian distal
obstruksi dan terjadi infeksi juga destruksi bronkus.
Bronchitis merupakan penyakit paru yang mengenai paru dan sifatnya
kronik. Keluhan-keluhan yang timbul juga berlangsung kronik dan
menetap. keluhan-keluhan yang timbul erat dengan : luas atau banyaknya
bronkus yang terkena, tingkatan beratnya penyakit, lokasi bronkus yang
terkena, ada atau tidaknya komplikasi lanjut.. keluhan-keluhan yang
timbul umumnya sebagai akibat adanya beberapa hal: adanya kerusakan
dinding bronkus, akibat komplikasi, adanya kerusakan fungsi bronkus.
Mengenai infeksi dan hubungannya dengan patogenesis bronchitis, data
dijelaskan sebagai berikut ;
a. Infeksi pertama (primer)
Kecuali pada bentuk bronchitis kongenital. Masih menjadi
pertanyaan apakah infeksi yang mendahului terjadinya bronchitis
tersebut disebabkan oleh bakteri atau virus. Infeksi yang mendahului
bronchitis adalah infeksi bacterial yaitu mikroorgansme penyebab
pneumonia. Dikatakan bahwa hanya infeksi bakteri saja yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding bronkus sehingga terjadi
bronchitis, sedangkan infeksi virus tidak dapat (misalnya adenovirus tipe
21, virus influenza, campak, dan sebagainnya).
b.  Infeksi sekunder
Tiap pasien bronchitis tidak selalu disertai infeksi sekunder pada
lesi, apabila sputum pasien yang semula berwarna putih jernih kemudian
berubah warnanya menjadi kuning atau kehijauan atau berbau busuk
berarti telah terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob misalnya :
fusifomis fusiformis, treponema vincenti, anaerobic streptococci. Kuman
yang erring ditemukan dan menginfeksi bronkus misalnya :
streptococcus pneumonie, haemophilus influenza, klebsiella ozaena.

9
E. Manifestasi Klinis
Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (2001), tanda dan gejala yang
ada yaitu:
a. Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah
b.  Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak
c.  Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis
d.  Pada paru didapatkan suara napas yang kasar
Menurut Ngastiyah (2006), yang perlu diperhatikan adalah akibat
batuk yang lama, yaitu:
a. Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan
klien kurang istirahat
b.  Daya tahan tubuh klien yang menurun
c.   Anoreksia sehingga berat badan klien sukar naik
d.  Kesenangan anak untuk bermain terganggu
e.  Konsentrasi belajar anak menurun
Gejala awal Bronkhitis, antara lain :
a.   Batuk membandel
Batuk kambuhan, berdahak-tidak, berat-tidak. Kendati ringan harus
tetap diwaspadai karena bila keadaan batuk terus menerus bisa
menghebat dan berlendir sampai sesak napas.
b.   Sulit disembuhkan
Bisa sering atau tidak tapi sulit disembuhkan. Dalam sebulan batuk
pileknya lebih dari seminggu dan baru sembuh dua minggu, lalu
berulang lagi.
c.    Terjadi kapan saja
Batuknya bisa muncul malam hari, baru tidur sebentar batuknya ‘grok-
grok’ bahkan sampai muntah. Bisa juga batuk baru timbul menjelang
pagi. “Atau habis lari-lari, ia kemudian batuk-batuk sampai muntah.
Tanda dan gejala secara umum dapat disimpulkan:
a.   Sering bersin dan banyak sekret atau lendir
b.  Demam ringan
c.   Tidak dapat makan dan gangguan tidur

10
d.  Retraksi atau tarikan pada dinding-dinding dada, suprasternal,
interkostal dan subkostal pada inspirasi
e.   Cuping hidung
f.   Nafas cepat
g.  Dapat juga cyanosis
h.  Batuk-batuk
i.    Wheezing
j.    Iritabel
k.  Cemas

F. Komplikasi
a.  Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
b.  Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan
gizi kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
c.    Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
d.   Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau
Bronkietaksis
e.   Gagal jantung kongestif
f.    Pneumonia 

G. Pemeriksaan Penunjang
a.   Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia
b.  Laboratorium : Leukosit > 17.500. 

H.    Penatalaksanaan
a.  Tindakan Perawatan
1)  Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan
mengeluarakan lender/secret.
2)  Sering mengubah posisi.
3)  Banyak minum.
4)  Inhalasi.
5)  Nebulizer

11
6)  Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan
tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain.
b. Tindakan Medis
1)  Jangan beri obat antihistamin berlebih
2)  Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial
3)  Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari
4)  Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedative
Karena penyebab bronchitis pada umumnya virus maka belum ada
obat kausal. Antibiotik tidak berguna. Obat yang diberikan biasanya
untuk penurun demam, banyak minum terutama sari buah-buahan.
Obat penekan batuk tidak diberikan pada batuk yang banyak lendir,
lebih baik diberi banyak minum. Bila batuk tetap ada dan tidak ada
perbaikan setelah 2 minggu maka perlu dicurigai adanya infeksi
bakteri sekunder dan antibiotic boleh diberikan, asal sudah
disingkirkan adanya asma atau pertusis. Pemberian antibiotic yang
serasi untuk M. Pneumoniae dan H. Influenzae sebagai bakteri
penyerang sekunder misalnya amoksisilin, kotrimoksazol dan
golongan makrolid. Antibiotik diberikan 7-10 hari dan jika tidak
berhasil maka perlu dilakukan foto thorak untuk menyingkirkan
kemungkinan kolaps paru segmental dan lobaris, benda sing dalam
saluran napas, dan tuberkolusis.

I. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Dasar data pengkajian pasien
a. Identitas Klien : Nama, umur, alamat, pendidikan, agama, nomer
register,diagnose medis
b.  Riwayat kesehatan:
Riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetic, riwayat tentang
disfungsi pernapasan sebelumnya, bukti terbaru penularan terhadap
infeksi, allergen, atau iritan lain, trauma.

12
c.   Pemeriksaan Fisik:
1) B1 (Breathing)
Adanya retraksi dan pernapasan cuping hidung, warna kulit dan
membrane mukosa pucat dan cyanosis, adanya suara serak, stridor
dan batuk. Pada anak yang menderita bronchitis biasanya disertai
dengan demam ringan, secara bertahap mengalami peningkatan
distress pernapasan, dispnea, batuk non produktif paroksimal,
takipnea dengan pernapasan cuping hidung dan retraksi, emfisema.
Gejala:
a)   Takipnea (barat saat aktivitas)
b)   Batuk menetap dengan sputum terutama pagi hari
c)   Warna sputum dapat hijau, putih, atau kuning dan dapat banyak
sekali
d)     Riwayat infeksi saluran nafas berulang
e)      Riwayat terpajan polusi (rokok dll)
Tanda:
a)      Lebih memilih posisi fowler/semi fowler untuk bernafas
b)      Penggunaan otot bantu nafas
c)      Cuping hidung
d)     Bunyi nafas krekel (kasar)
e)      Perkusi redup (pekak)
f)      Kesulitan bicara kalimat (umumnya hanya kata-kata yang
terputus-putus)
g)      Warna kulit pucat, normal atau sianosis
h)      Clubing finger (jari tabuh)
2) B2 (Blood)
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan TD, Takikardi, Distensi vena jugularis, Bunyi
jantung redup(karena cairan di paru-paru), Warna kulit normal atau
sianosis

13
3)   B3 (Brain)
Klien tampak gelisah, peka terhadap rangsang, ketakutan, nyeri
dada.
4)   B4 (Bladder)
Tidak ditemukan masalah, tidak ditemukan adanya kelainan.
5)    B5 (Bowel)
Gejala:
a)      Mual/muntah
b)      Nafsu makan menurun
c)      Ketidakmampuan makan karena distres pernafasan
d)     Penurunan berat badan.
e)      Nyeri abdomen
Tanda
a)      Turgor kulit buruk
b)      Edema
c)      Berkeringat
d)     Palpitasi abdomial dapat menunjukkan hepatomegali
6)  B6 (Bone)
Gejala
a)   Keletihan, kelelahan
b)   Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas karena sulit bernafas
c)   Ketidakmampuan untuk tidur, perlu dalam posisi duduk tinggi
d)   Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau
latihan
Tanda:
a)      Keletihan
b)      Gelisah
c)      Insomnia

2.  Pemeriksaaan diagnostik


a.   Rongent: Peningkatan tanda bronkovaskuler
b.   Tes fungsi paru: Memperkirakan derajad disfungsi paru

14
c.    Volume residu: Meningkat
d.   GDA: Memperkirakan progresi penyakit (Pa02 menurun dan PaCO2
meningkat atau normal)
e.   Bronkogram: Pembesaran duktus mukosa
f.    Sputum: Kultur untuk menentukan adanya infeksi,identifikasi pathogen
g.   EKG: Disritmia arterial
h.   EKG latihan: Membantu dalam mengkaji derajad disfungsi paru untuk
program latihan
3.   Prioritas perawatan
a.   Mempertahankan patensi jalan nafas
b.  Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas
c.   Mempertahankan pola nafas yang efektif
d.  Meningkatkan masukan nutrisi
e.   Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi serta
mencegah infeksi
f.    Mengurangi kecemasan yang dialami klien
g.   Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program
pengobatan
4.   Diagnosa perawatan
a.   Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas paten.
Rencana Tindakan:
1)   Auskultasi bunyi nafas
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi
jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.
2)   Kaji/pantau frekuensi pernafasan.
Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan selama / adanya proses infeksi akut.
3)   Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir
Rasional: Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe
dan menurunkan jebakan udara.

15
4)   Observasi karakteristik batuk
Rasional: Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada
lansia, penyakit akut atau kelemahan
5)   Tingkatkan masukan cairan sampai 1500-2000 ml/hari
Rasional: Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret
mempermudah pengeluaran.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
oleh sekresi, spasme bronchus.
Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang
adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress
pernafasan.
Rencana Tindakan:
1) Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan
kronisnya proses penyakit.
2) Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.
Rasional: Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk
tinggi dan
3) Latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan
kerja nafas. Auskultasi bunyi nafas.
Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara
atau area konsolidasi
4) Awasi tanda vital dan irama jantung
Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat
menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
5) Awasi GDA
Rasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga
hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil.
6) Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA
Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.

16
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
Tujuan : perbaikan dalam pola nafas.
Rencana Tindakan:
1)   Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir
Rasional: Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi.
Dengan teknik ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.
2) Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat
Rasional: memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa
distres berlebihan.
3) Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika
diharuskan
Rasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
dispnoe, anoreksia, mual muntah.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan.
Rencana Tindakan:
1) Kaji kebiasaan diet.
Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea,
produksi sputum.
2) Auskultasi bunyi usus
Rasional: Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas
gaster.
3) Berikan perawatan oral
Rasional: Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat
membuat mual dan muntah.
4) Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional: Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi
keadekuatan rencana nutrisi.
5) Konsul ahli gizi
Rasional: Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan
individu memberikan nutrisi maksimal.

17
e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret,
proses penyakit kronis.
Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi
Rencana Tindakan:
1) Awasi suhu.
Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.
2) Observasi warna, bau sputum.
Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya
infeksi.
3) Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.
Rasional : mencegah penyebaran patogen.
4) Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan
menurunkan tekanan darah terhadap infeksi.
5) Berikan anti mikroba sesuai indikasi
Rasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang
teridentifikasi dengan kultur.
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas.
Rencana tindakan:
1) Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat).
Rasional : Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga
memudahkan tindakan selanjutnya.
2) Berikan dorongan emosional.
Rasional : Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk
menerima keadaan penyakit yang dialami.
3) Beri dorongan mengungkapkan ketakutan/masalah
Rasional: Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan
mengurangi beban pikiran yang dirasakan
4) Beri dorongan spiritual
Rasional: Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani
perawatan dan menyerahkan pada TYME atas kesembuhannya.

18
g. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit dan perawatan di rumah
Tujuan: Mengatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.
Intervensi :
1) Jelaskan proses penyakit individu
Rasional: Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi
pada rencana pengobatan.
2) Instruksikan untuk latihan afas, batuk efektif dan latihan kondisi
umum.
Rasional : Nafas bibir dan nafas abdominal membantu
meminimalkan kolaps jalan nafas dan meningkatkan toleransi
aktivitas
3) Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya
udara, serbuk, asap tembakau.
Rasional : Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial
dan peningkatan produksi sekret jalan nafas. 
5. Impelementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan
perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi
prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap
intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan
perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya
untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas,
meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat
memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit
(Doenges Marilynn E, 2003, Rencana Asuhan Keperawatan)

6. Evaluasi
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon
pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil
yang diharapkan telah dicapai. Evaluasi merupakan proses yang interaktif

19
dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat
dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan
kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil
pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada
tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pola nafas efektif,
pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi,
intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien
memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 2002, Proses
Keperawatan).
7.      Penkes
Menurut Ngastiyah (2006), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu
diusahakan agar batuk tidak bertambah parah.
a. Membatasi aktivitas anak
b. Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada
yang tertutup lehernya
c.      Hindari makanan yang merangsang
d.     Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, mandikan anak
dengan air hangat
e.       Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
f.       Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
g.     Jangan mengkonsumsi makanan seperti telur ayam, karena bisa
menambah produksi lendirnya. Begitu juga minuman bersoda bisa jadi
pencetus karena saat diminum maka sodanya akan naik ke hidung dan
merangsang daerah saluran pernapasan.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis)
bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik.
Etiologi biasanya berhubungan dengan :
1.      Rokok
2.      Infeksi
3.      Polusi
4.      Faktor genetik
5.      Faktor sosial ekonomi
6.      Lingkungan kerja
Manifestasi Klinis:
1.      Batuk
2.      Haemaptoe
3.      Sesak nafas (dispnue)
4.      Demam berulang
5.      Kelainan fisis
6.      Kelainan faal paru
Komplikasi:
1. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau
Bronkietaksis
2.      Kegagalan jantung untuk berfungsi
3.      Empisema paru
4.      Abses metastasis diotak

B. Saran
Bagi tenaga kesehatan supaya lebih memahami tanda dan gejala bronchitis
pada bayi/anak sehingga tidak terjadi kesalahan dalam memberikan
pelayanan kesehatan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, 2003, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I


Made Kariasa; editor, Monica Ester, Edisi 3, Jakarta : EGC

Dona L. Wong, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4, Jakarta :

Buku Kedokteran EGC

Keliat, Budi Anna, Proses Keperawatan

Ngastiyah, 2006. Perawatan Anak Sakit, Jakarta : Buku Kedokteran EGC

dr.Rusepno Hasan. 2003. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak

Gunadi Santoso dan Makmuri. 2004. Keperawatan

Taussig, 2002. Perawatan Anak

22

Anda mungkin juga menyukai