Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI
Disusun untuk Memenuhi Penugasan Stase Keperawatan Jiwa
Program Profesi Ners XIV

Oleh :
ANDRIAN KURNIAWAN
NIM : P.1905001

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

A. MASALAH UTAMA
Halusinasi merupakan gangguan orientasi realita, karena
terganggunya fungsi otak : kognitif dan proses pikir, fungsi persepsi, fungsi
emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial.Gangguan terhadap fungsi kognitif
dan persepsi akan mengakibatkan kemampuan menilai terganggu, sedangkan
gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial akan menngakibatkan
terganggunya kemampuan berespon yakni perilaku non verbal ( ekspresi,
gerakan tubuh ) dan perilaku verbal ( penampilan hubungan sosial ).
Memperhatikan perilaku klien seperti ini tentu akan menjadi suatu hal
yang perlu direspon oleh perawat profesional, paling tidak mengeliminir
masalah – masalah yang ada sehingga keadaan seorang pasien tidak akan
berkembang menjadi lebih berat ( perilaku agresif, perilaku kekerasan ).

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Definisi
Halusinasi merupakan suatu kondisi individu menganggap jumlah
serta pola stimulus yang datang (baik dari dalam maupun dari luar) tidak
sesuai dengan kenyataan, disertai distorsi dan gangguan respons terhadap
stimulus tersebut baik respons yang berlebih maupun yang
mengurai(Townsend, 2010).

Halusinasi adalah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang


ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien
merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat, 2010).
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indra tanpa
adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laria, 2009). Halusinasi
merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi.

2. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala dari halusinasi yaitu ( Townsend, 2008):
a. Berbicara sendiri
b. Tertawa sendiri
c. Disorientasi
d. Pikiran cepat berubah-ubah
e. Bersikap seperti mendengar sesuatu.
f. Konsentrasi rendah
g. Berhenti berbicara ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu.
h. Kekacauan alur pikir.
i. Respon tidak sesuai.
Sedangkan tanda dan gejala halusianasi menurut Depkes (2009) adalah:
a. Berbicara atau tertawa sendiri.
b. Menarik Diri.
c. Klien tidak dapat membedakan realita dan kenyataan.
d. Sulit tidur
e. Gelisah
f. Duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu.
3. Penyebab terjadinya masalah
Penyebab halusinasi adalah menarik diri. Mekanismenya, klien dengan
menarik diri berdiam diri, tidak ingin berinteraksi atau berhubungan
dengan orang lain preokupasi dengan pikirannya sendiri yang akhirnya
menimbulkan halusinasi.
4. Faktor predisposisi (Stuart ,2010 )
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian – penelitian yang berikut :
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah
frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah – masalah pada sistem reseptor dopamin
dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi
otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral
ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil
(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung
oleh otopsi (post mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan
yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah
penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
5. Faktor presipitasi
a. Berlebihnya proses informasi pada system
syaraf yang menerima dan memproses informasi di Thalamus dan
frontal otak.
b. Mekanisme penghantaran listrik di syaraf
terganggu.
c. Gejala pemicu
Menurut Stuart dan Laraia (2015) dan Stuart dan Sundeen (2008),
gejala pemicu tersebut adalah :
a. Kesehatan
Nutrisi, kurang tidur, kelelahan, infeksi, obat-obatan system syaraf
pusat, kurang latihan, hambatan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan.

b. Lingkungan
Lingkungan yang memusuhi (kritis), masalah di rumah tangga,
kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan, pola aktivitas
sehari-hari, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, stigmatisasi
kemungkinan, kurangnya alat transportasi, ketidakmampuan mendapat
pekerjaan.

c. Sikap dan Perilaku


Merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal, kehilangan kendali
diri, merasa punya kekuatan berlebih dengan gejala tersebut, merasa
malang tidak dapat memenuhi kebutuhan spiritual, bertindak seperti
orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kemampuan
sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan, ketidakadekuatan
pengobatan dan penanganan gejala.

6. Akibat terjadinya masalah


Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan klien
dengan halusinasi terjadi pengembangan untuk melakukan perilaku
maladaptif.

C. POHONMASALAH
Menurut Stuartdan Laraia (2015) dan Stuart dan Sundeen (2008)

Akibat Resikomencederaidirisendiri, orang lain,


lingkungan

Masalahutama Perubahanpersepsisensori :Halusinasi

IsolasiSosial :menarikdiri
Penyebab

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


Menurut Stuart dan Laraia, (2015) membagi Halusinasi menjadi 7 jenis,
yaitu:
a. Pendengaran
Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
terbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai ke percakapan lengkap antara 2
orang atau lebih tentang orang yang mengalami. Halusinasi pikiran yang
terdengar perkataan bahkan pasien disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang-kadang dapat membahayakan.
b. Penglihatan
Stimulasi visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambaran, geometris,
gambar kartun, bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan bisa
menyenangkan, menakutkan seperti monster.
c. Penghidung
Membau bau-bauan tertentu seperti bau-bauan darah, urine atau feses,
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidung
sering mengakibatkan stroke, tumor, kejang atau demensia.
d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti darah, urine atau feses.
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
f. Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urine.
g. Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

E. DIAGNOSAKEPERAWATAN
1. Resikomencideraidirisendiri, orang lain, danlingkungan
2. Perubahanpersepsisensori : halusinasi
3. Isolasisosial : menarikdiri

F. RENCANATINDAKANKEPERAWATAN
(Keliat,2008)
1. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain
berhubungandengan halusinasi
Tujuan Umum :
Tidak terjadi perilaku kekerasan pada diri sendiri dan oranglain.

Tujuan Khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengenal halusinasinya
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya
d. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya
e. Klien dapat menggunakan obat untuk mengontrol halusinasinya
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat :
a. Mengungkapkan perasaannya dalam keadaan saat ini secara verbal
b. Menyebutkan tindakan yang biasa dilakukan saat halusinasi,
caramemutuskan halusinasi dan melaksanakan cara yang efektif bagi
klienuntuk digunakan
c. Menggunakan keluarga untuk mengontrol halusinasi dengan cara
seringberinteraksi dengan keluarga
d. Menggunakan obat dengan benar
Intervensi :
a. Bina Hubungan saling percaya
1) Salam terapeutik
2) Perkenalkan diri
3) Jelaskan tujuan interaksi
4) Ciptakan lingkungan yang tenang
5) Buat kontrak yang jelas
b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
1) Dengarkan ungkapan klien dengan empati
2) Adakan kontak secara singkat tetapi sering secara bertahap
(waktudisesuaikan dengan kondisi klien)
3) Observasi tingkah laku : verbal dan non verbal yang
berhubungandengan halusinasi
4) Jelaskan pada klien tanda-tanda halusinasi dengan
menggambarkantingkah laku halusinasi
5) Identifikasi bersama klien situasi yang menimbulkan dan
tidakmenimbulkan halusinasi, isi, waktu, frekuensi
6) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
saatalami halusinasi.
7) Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan bila
sedangmengalami halusinasi.
c. Diskusikan cara-cara memutuskan halusinasi
1) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
caramemutuskan halusinasi yang sesuai dengan klien
2) Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok
3) Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga ketika mengalami
halusinasi
d. Lakukan kunjungan rumah : Diskusikan dengan keluarga tentang :
1) Halusinasi klien
2) Cara memutuskan kelompok
3) Cara merawat anggota keluarga halusinasi
4) Cara memodifikasi lingkungan untuk menurunkan
kejadianhalusinasi
5) Cara memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan pada
saatmengalami halusinasi
e. Diskusikan dengan klien tentang manfaat obat untuk
mengontrolhalusinasi
1) Bantu klien menggunakan obat secara benar
2) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan klien
mengisiwaktunya
3) Motivasi klien dalam mengikuti aktivitas ruangan
4) Beri pujian atas keikutsertaan dalam kegiatan ruangan
f. Lakukan kunjungan rumah, bina hubungan saling percaya
dengankeluarga
1) Diskusikan dengan keluarga tentang perilaku menarik diri,
penyebabdan cara keluarga menghadapi
2) Dorong anggota keluarga untuk berkomunikasi
3) Anjurkan anggota keluarga secara rutin menengok klien
minimalsekali seminggu

2. Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik


diri
Tujuan Umum : Klien mampu mengontrol halusinasinya

Tujuan Khusus :
a. Klien mampu membina hubungan saling percaya
b. Klien mampu mengenal prilaku menarik dirinya, misalnya
menyebutkanperilaku menarik diri
c. Klien mampu mengadakan hubungan/sosialisasi dengan orang lain
:perawat atau klien lain secara bertahap
d. Klien dapat menggunakan keluarga dalam
mengembangkankemampuan berhubungan dengan orang lain
Kriteria Evaluasi :
a. Klien dapat dan mau berjabat tangan dengan perawat, mau
menyebutkan nama, mau memanggil nama perawat dan mau
dudukbersama
b. Klien dapat menyebutkan penyebab klien menarik diri
c. Klien mau berhubungan dengan orang lain
d. Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat berhubungan
secarabertahap dengan keluarga

Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya
1) Buat kontrak dengan klien
2) Lakukan perkenalan
3) Panggil nama kesukaan
4) Ajak klien bercakap-cakap dengan ramah
b. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanyaserta beri kesempatan pada klien mengungkapkanperasaan
penyebab klien tidak mau bergaul/menarik diri
1) Jelaskan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda
sertayang mungkin jadi penyebab
2) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaan
c. Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan
1) Perlahan-lahan serta klien dalam kegiatan ruangan dengan
melaluitahap-tahap yang ditentukan
2) Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai
3) Anjurkan klien mengevaluasi secara mandiri manfaat
dariberhubungan

3. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secarabertahap

Tujuan Khusus :
Klien dapat :
a. Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
b. Menilai kemampuan diri yang dapat dipergunakan
c. Klien mampu mengevaluasi diri
d. Klien mampu membuat perencanaan yang realistik untuk dirinya
e. Klien mampu bertanggung jawab dalam tindakan

Kriteria Evaluasi :
a. Klien dapat menyebut minimal 2 aspek positip dari segi fisik
b. Klien dapat menyebutkan koping yang dapat digunakan
c. Klien dapat menyebutkan efektifitas koping yang dipergunakan
d. Klien mampu memulai mengevaluasi diri
e. Klien mampu membuat perencanaan yang realistik sesuai
dengankemampuan yang ada pada dirinya
f. Klien bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan sesuai
dengan rencana
Intervensi :
a. Dorong klien untuk menyebutkan aspek positip yang ada padadirinya
dari segi fisik
1) Diskusikan dengan klien tentang harapan-harapannya
2) Diskusikan dengan klien keterampilannya yang menonjol selama
dirumah dan di rumah sakit
3) Berikan pujian
b. Identifikasi masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh klien
1) Diskusikan koping yang biasa digunakan oleh klien
2) Diskusikan strategi koping yang efektif bagi klien
c. Bersama klien identifikasi stressor dan bagaimana penialian
klienterhadap stressor
1) Jelaskan bahwa keyakinan klien terhadap stressor
mempengaruhipikiran dan perilakunya
2) Bersama klien identifikasi keyakinan ilustrasikan tujuan yang
tidakrealistik
3) Bersama klien identifikasi kekuatan dan sumber koping yang
dimiliki
4) Tunjukkan konsep sukses dan gagal dengan persepsi yang cocok
5) Diskusikan koping adaptif dan maladaptif
6) Diskusikan kerugian dan akibat respon koping yang maladaptif
d. Bantu klien untuk mengerti bahwa hanya klien yang dapat
merubahdirinya bukan orang lain
1) Dorong klien untuk merumuskan perencanaan/tujuannya
sendiri(bukan perawat)
2) Diskusikan konsekuensi dan realitas dari perencanaan/tujuannya
3) Bantu klien untuk menetapkan secara jelas perubahan
yangdiharapkan
4) Dorong klien untuk memulai pengalaman baru untuk
berkembangsesuai potensi yang ada pada dirinya
e. Beri kesempatan kepada klien untuk sukses
1) Bantu klien mendapatkan bantuan yang diperlukan
2) Libatkan klien dalam kegiatan kelompok
3) Tingkatkan perbedaan diri pada klien didalam keluarga
sebagaiindividu yang unik
4) Beri waktu yang cukup untuk proses berubah
5) Beri dukungan dan reinforcement positip untuk
membantumempertahankan kemajuan yang sudah dimiliki klien
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Kesehatan Jiwa, Dit. Jen Yan. Kes. Dep. Kes R.I..2009. Keperawatan
Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan Jiwa.Jakarta : Depkes

Keliat B.A.2009. Proses KeperawatanKesehatanJiwa.Jakarta : EGC

Maramis , W. F. 2008. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga


University Press

Stuart dan Laraia.2015.Principles and Practice of Psyhiatric Nursing. St


Louis:Mosby Year B

Stuart, G. W dan Laraia. 2009.Principles and Practice of Psyhiatric Nursing.(7th


edition.). St Louis:Mosby Year B

Stuart & Sunden.2008. Buku Saku Keperawatan Jiwa.Jakarta: EGC

Townsend.M.C.2008.
DiagnosaKeperawatanpadaKeperawatanPsikiatri.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai