Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tebu merupakan tanaman yang dimanfaatkan sebagai penghasil gula dan juga
dapat dijadikan sebagai minuman air tebu. Di Aceh air tebu banyak dijumpai di
setiap pinggir jalan, minuman ini sangat di minati oleh masyarakat Aceh terlebih
pada saat bulan puasa. Minuman ini dapat menghilangkan rasa haus dan memberi
rasa segar serta dapat memberikan rasa kenyang karena di dalam air tebu tersebut
mengandung gula. Banyaknya masyarakat yang suka air tebu juga di sebabkan
karena harganya yang relatif murah, dan hal ini juga menjadi alasan banyaknya
masyarakat yang menjual air tebu. Hal ini mengakibatkan menumpuknya ampas
tebu (bagasse) dan menjadi limbah, limbah ampas tebu ini juga dihasilkan oleh
pabrik gula tebu.
Dari satu pabrik dapat dihasilkan ampas tebu sekitar 35-40% dari berat tebu
yang di giling), ampas tebu merupakan hasil akhir dari proses ekstraks tebu
dengan komposisi 46-52% air, 43-52% sabut dan 2-6% padatan terlarut(Indriani
dan Sumiarsih, 1992). Departemen pertanian melaporkan bahwa produksi tebu
nasional saat ini adalah 33 juta ton/tahun (Dirjenbun, 2014), dengan asumsi bahwa
presentase ampas dalam tebu sekitar 34-34%, maka prabik gula yang ada di
seluruh Indonesia berpotensi menghasilkan ampas tebu kurang lebih sekitar 9,90-
11,22 juta ton/tahun.
Ampas tebu sebagian besar mengandung lingo-cellulose, panjang seratnya
antara 1,7 sampai 2 mm dengan diameter sekitar 20 mikro (Husin,2007). Pada
umumnya pabrik gula memanfaatkan ampas tebu sebagai bahan bakar bagi pabrik
yang dimaksud disini adalah ampas tebu yang sudah dikeringkan, selain untuk
bahan bakar ampas tebu juga digunakan sebagai bahan baku pada industri kertas,
particleboard, fibreboard, dan lain sebagainya (Indriani dan sumiarsih, 1992).
Ampas tebu juga dapat digunakan sebagai media tanam pada tumbuhan jamur
merang (Volvariella volvocea L)
Jamur merang sangat banyak diminati oleh masyarakat karena rasanya yang
enak dan banyak mengandung nilai gizi yang baik untuk kesehatan/tubuh.

1
Kandungan gizi yang terdapat dalam jamur merang antara lain adalah selenium,
natrium, zat besi, tembaga, folat, fosfor, vitamin B5, protein dan serat (Suriawiria,
1999).
Jamur ini banyak digunakan untuk aneka bahan pangan seperti campuran
soup, pasta, pizza, olahan sayuran dan lain sebagainya. Karena rasa, tekstur dan
kandugan gizi jamur semakin banyak digunakan dan nilai ekonomi yang semakin
meningkat, Jamur merang juga merupakan sumber dari beberapa macam enzim
terutama tripsin yang berperan penting untuk membantu proses pencernaan. Jamur
merang dapat juga dijadikan sebagai makanan pelindung karena kandungan vitamin
B-kompleks yang lengkap termasuk riboflavin serta memiliki asam amino esensial
yang cukup lengkap (Sinaga, 2001)
Jamur merang memerlukan persyaratan lingkungan yang khusus serta media
tanam dan pemupukan (Sinaga, 2007). Media tanam jamur sendiri bisa berupa kardus
bekas, serbuk kayu, jerami, katang-katang, ampas sagu, kapur pertanian, bekatul dan
juga bisa memanfaatkan ampas tebu. Ampas tebu memiliki kandungan yaitu
polisakarida : pentosan (Anonim, 2000).
Saat ini budidaya jamur merang dan hanya terbatas pada pemanfaatan jerami
sebagai media tumbuhnya. Sedangkan penggunaan ampas tebu belum banyak
dilakukan, khususnya di Aceh. Sedangkan ampas tebu baik digunakan sebagai media
pertumbuhan jamur merang karena mengandung karbohidrat yang tinggi
(polisakarida : pentosa) yaitu nutrisi utama pada pertumbuhan jamur merang.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini menggunakan ampas tebu sebagai media
tumbuh jamur merang dan diharapkan dapat mengatasi masalah lingkungan
penumpukan sampah ampas tebu. Penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat dengan melakukan budidaya jamur merang dengan
memanfaatkan limbah ampas tebu.

1.2 Rumusan Masalah

2
Berdasarkan latar belakang diatas adapun rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu :
1. Apakah ampas tebu dapat dimanfaatkan sebagai media tanam pada
pertumbuhan jamur merang?
2. Berapa besar pengaruh ampas tebu terhadap pertumbuhan jamur merang?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pemanfaatan ampas tebu sebagai media
untuk pertumbuhan jamur merang.
2. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh ampas tebu terhadap pertumbuhan
jamur merang.

1.4 Manfaat Penelitian

1 Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pemanfaatan limbah


ampas tebu sebagai media budidaya jamur merang.
2 Dapat mengurangi dampak lingkungan oleh limbah ampas tebu.
3 Dapat meningkatkan pendapatan masyarakat budidaya jamur merang.
4 Meningkatkan wawasan Mahasiswa/i Akademi Analis Farmasi dan Makanan
(AKAFARMA) Banda Aceh Yayasan Harapan Bangsa tentang pemanfaatan
limbah ampas tebu sebagai media tanam pada budidaya jamur merang.
5 Menjadi referensi bagi perpustakaan Akademi Analis Farmasi dan Makanan
(AKAFARMA) Banda Aceh Yayasan Harapan Bangsa.
6 Dapat bermanfaat bagi peneliti sendiri sebagai aplikasi dengan
mengembangkan ilmu pengetahuan yang di peroleh di Akademi Analis
Farmasi dan Makanan (AKAFARMA) Banda Aceh Yayasan Harapan Bangsa

BAB II

3
TUJUAN PUSTAKA

2.1 Jamur Merang


Indonesia merupakan Negara yang budidaya jamur merang masih relatif baru
dibandingkan dengan Negara Amerika, Cina, Jepang, Prancis, dan Italia. Padahal
wilayah Indonesia memiliki mikroklimat dengan kelembaban udara tinggi yang
cukup ideal untuk pertumbuhan jamur merang (Volvariella volvocea L) Selain itu
bahan baku budidaya jamur merang sebagian besar berasal dari limbah pertanian,
perkebunan, dan juga peternakan dan dihutanpun jumlahnya sangat banyak
melimpah (Riduwan, 2013)
Jamur merang merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai
masa depan baik untuk dikembangkan, sehingga kini sudah semakin banyak orang
yang mengetahui nilai gizi jamur merang dan manfaatnya bagi kesehatan manusia,
oleh karena itu sangat banyak perminntaan jamur merang dan bahkan semakin tahun
permintaan jamur merang semakin meningkat, pihak produksi jamur merang di
Indonesia masih sangat terbatas sehingga nilai ekonomi jamur merang terus
meningkat (Sinaga, M.S. 2009). Parjimo dan Andoko (2008) menambahkan bahwa
jamur merang juga berkhasiat sebagai anti racun, mencengah anemia (kurang darah),
menurunkan darah tinggi dan juga dapat mencegah kanker.
Jamur merang, tumbuh di daerah tropika dan membutuhkan suhu dan
kelembaban yang cukup tinggi berkisar antara 30-38 derajat celcius dalam krudung
atau kubung (Agus et al., 2002). Kelembaban relatif yang diperlukan adalah berkisar
antara 80% sampai dengan 85% serta kebutuhan akan pH media tumbuh berkisar
antara pH 5,0 sd pH 8,0 (Sinaga, 2001). Kebanyakan jenis jamur memang toleran
pada keadaan pH masam dari pH basis (Wirakusuma, 1989).
Jamur mendapatkan makanan dalam bentuk selulosa, glukosa, lignin, protein
dan senyawa pati. Bahan–bahan tersebut diperoleh dari jerami yang merupakan
media utama dan juga media yang umum digunakan dalam budidaya jamur merang
(sinaga, 2009). Penyerapan nutrisi jamur merang akan dapat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan dan syarat tumbuh yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Salah satu
hal yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil jamur merang ialah ketebalan media
tanamnya. Pada ketebalan media tanam yang berbeda akan dihasilkan kondisi suhu
yang berbeda pada media tanam jamur merang. Hal ini terjadi dikarenakan semakin
4
tinggi tumpukan media tanam maka suhu dalam media tanam tersebut akan semakin
tinggi pula (Adiyuwono, 2002).
Jamur merang merupakan makanan yang tinggi akan protein, mineral serta
vitamin. Dalam setiap 100 gram jamur merang menghasilkan kandungan nutrisi,
antara lain protein sebanyak 1,8%, Lemak 0,3%, Karbohidrat 12-48% dari berat
kering, kalsium 30 mg, zat besi 0,9 mg, tiamin (Vitamin B) 0,03 mg, riboflavin 0,01
mg, niacin 1,7 mg, vitamin C 1,7 mg, Kalori 24 mg, serta kandungan air 93,3 %
(Rahmawati N dkk, 2016). Menurut Nurma dan Kahar (1990) jamur merang
mengandung protein 2,68%, lemak 2,24%, karbohidrat 2,6%, vitamin C 206,27 mg,
kalsium 0,75%, fosfor 36,6% dan kalium 44,2%. Bahkan manyun (2007)
berpendapat bahwa mineral yang terkandung dalam jamur merang lebih tinggi
daripada mineral yang terkandung alam tumbuhan lainnya.
Budidaya jamur merang mempunyai panen yang relatif singkat yaitu sekitar
satu bulan sampai dengan tiga bulan. Dewasa ini kebutuhan dan kesadaran
masyarakat untuk mengkonsumsi makanan bergizi semakin meningkat dikarenakan
oleh membaiknya pemahaman masyarakat tentang makanan bergizi bagi kesehatan.
Mineral yang terkandung dalam jamur merang (Volvariella volvocea L) lebih tinggi
dibandingkan mineral yang terkandung dalam daging domba dan sapi. Kandungan
protein jamur merang lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein pada
tumbuh-tumbuhan lain secara umum (Genders, 1982).
Di Indonesia jamur merang mempunyai prospek sangat baik, untuk
dikembangkan, baik untuk eksport maupun sebagai konsumsi dalam negeri (Sinaga,
2001). Jamur merang di pasaran luar negeri kebutuhannya setiap bulan terus
meningkat menyebabkan budidaya jamur merang mempunyai prospek yang sangat
bagus, contohnya Sigapura membutuhkan jamur merang 100 ton setiap bulannya dan
Malaysia membutuhkan jamur merang sekitar 15 ton tiap minggunya. Kebutuhan
jamur merang (Volvariella volvocea L) dipasaran dalam negeri juga mempunyai
prospek yang sangat bagus, contohnya di Jakarta, Bogor, Sukabumi, Bandung dan
sekitarnya rata-rata 15 ton setiap harinya (Sadnyana, 1999). Dan kebutuhan jamur
merang untuk kota Denpasar berkisar 500 kg tiap harinya, sedangkan produksi jamur
merang yang dihasilkan di Bandung dan Denpasar hanya 300 kg tiap harinya
(Hagutami, 2001).

5
2.2 Syarat Tumbuh Jamur Merang
Syarat tumbuh jamur merang yaitu jamur merang memerlukan persyaratan
lingkungan yang khusus serta media tanam dan pemupukan (Sinaga, 2007). Media
tanamnya biasa berupa jerami, limbah kardus, limbah kapas dan sebagainya (Indra,
2008). Limbah yang digunakan harus terbebas dari kontaminasi, agar yang tumbuh
hanyalah jamur yang ditanam tersebut (Gunawan, 2000).
Tahap perkembangan jamur merang dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap
pertumbuhan miselium, tahap pembentukan tubuh buah, dan tahap pelepasan spora
( widiastuti, 2008). Kehidupan jamur merang berawal dari spora atau disebut dengan
basidiospora yang kemudian akan berkecambah membentuk hifa yang berupa
benang-benang halus. Hifa ini akan tumbuh keseluruh bagian media tumbuh,
kemudian dari kumpulan hifa atau miselium akan terbentuk gumpalan kecil seperti
simpul benang yang menandakan bahwa tubuh buah jamur mulai terbentuk. Simpul
tersebut berbentuk bundar atau lonjong dan dikenal dengan stadia kepala jarum
(pinhead) atau primordia. Simpul ini akan membesar dan disebut stadia kancing kecil
(small button). Selanjutnya stadia kancing kecil akan terus membesar mencapai
stadia kancing (button) dan stadia telur (egg). Pada stadia ini tangkai dan tudung
yang tadinya tertutup selubung universal mulai membesar. Selubung tercabik,
kemudian diikuti stadia perpanjang (elongation). Cawan (Volva) pada stadia ini
terpisah dengan tudung (pileus) karena perpanjangan tangkai (stalk). Stadia terakhir
adalah stadia dewasa tubuh buah (Sinaga, 2005). Jamur biasanay memang hidup
bergerombol dan dapat bertahan hidup pada jerami padi, sagu, serbuk gergaji, dan
tandan kosong kelapa sawit (Gunawan, 2011).

2.3 Media Tumbuh


Media tumbuh jamur memang merupakan bahan yang diguanakan sebagai
sumber nutrisi maupun mineral bagi jamur. Media pertumbuhan jamur merang yang
umum digunakan untuk membudidayakan atau menanam jamur merang yaitu jerami
padi, akan tetapi jamur merang mampu bertahan dan berkembang pada media yang
merupakan limbah dari sumber selulosa seperti : jeram, limbah penggilingan padi,
limbah kertas, bahan organik, ampas tebu, dan lain sebagainya ( Sinaga, 2006).

6
1. Jerami
Jerami merupakan bagian vegetatif dari tanaman padi yang meliputi batang,
daun, maupun malai. Jerami merupakan media tumbuh yang mempunyai zat-zat
selulosa dan lignin yang diharapkan dengan aktivitas mikroba (pada saat
pengomposan) dapat merubah menjadi zat-zat karbohidrat yang sederhana seperrti
gula, amilum sampai hidrat arang. Jerami yang digunakan sebaiknya yang
sudahbenar-benar kering sebelum dilakukan pengomposan (Suhartatik,2001).

2. Katang-katang (Ipoema pes-caprae)


Klasifikasi :
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classic : Solanales
Ordo : Convolvulaceae
Nama Lokal : Tapak kuda, batata panta (Manado)

Termasuk dalam herba dengan batang bawah jenis tumbuhan ini memiliki
akar menjalar, berwarna hijau kecoklatan, daun serabut, batangnya Nampak
seperti lekukan, berbentuk bulat telur. Bunga berwarna ungu dengan warna
batangnya kecoklatan, kemerahan. (Valkenburg dan Bunyapraphatsra (2012)
mengemukakan batang tapak kuda mengandung getah putih, berakar pada ruas-
ruasnya. Bijinya berjumlah 4, membulat memojok tiga dan berwarna hitam.
Tanaman katang-katang merupakan tanaman pantai yang memiliki kandungan
mikoriza dan mampu meningkatkan ketersediaan beberapa hara,seperti fosfor,
nitrogen, kalium, dan selulosa (Saraswati dkk, 2005). Daun tapak kuda memiliki
kandungan kimia terpenoid, steroid, saponin flavonoid, fenolik hidrokuinon,
elkaloid dan tannin (Anandhi, 2013).
3. Ampas sagu
Ampas sagu digunakan sebagai media taambahan untuk pertumbuhan jamur
merang yang merupakan limbah dari pengolahan tepung sagu, meskipun disebut
sebagai ampas tapi masih memiliki kandungan hara bagi pertumbuhan jamur
merang (Syakir, 2010). Aampas sagu atau disebut juga dengan ela sagu

7
merupakan hasil limbah pegolahan sagu yang banyak dimanfaatkan sebagai
campuran pakan ternak, campuran papan partikel, campuran briket arang, dan
campuran media jamur (Louhenapessy, 2006). La Habi (2007) menjelaskan
bahwa, ampas sagu segar mengandung 26% C-organik, 1% N total, 1,03% P
tersedia, 0,29% K, 3,84% Ca dan 0,05% Mg, sedangkan ampas sagu yang telah di
inkubasi selama tiga bulan mengandung 13,90% kadar air, 2,85% C-organik,
0,17% N total, 8,71me 100g-1 Ca, 187 me 100 g-1 mg, 0,53 me 100 g-1 k, 22,30
me 100 g-1 KTK dan 52,40% BK.

4. Kapur pertanian (CaCO3)


Kapur pertanian merupakan kapur yang dapat digunakan sebagai bahan
campuran untuk membuat media tanam. Fungsi kapur pertanian yaitu untuk
mengontrol pH pada media tanam agar media tanam tersebut tetap sesuai dengan
persyaratan tumbuhnya jamur. Dengan danayan penambahan kapur pertanian pH
tumbuhnya jamur tidak akan terlalu asam setelah pengomposan. Kapur juga
berfungsi sebagai sumber kalsium untuk jamur, begitu juga jamur merang
(Wanda, 2004).

5. Bekatul
Bekatul merupakan hasil dari penggilingan padi dan dapat digunakan sebagai
tambahan nutrisi pada jamur, dan bekatul yang digunakan adalah bekatul yang
masih baru, tidak apek, tidak rusak dan struktur bekatulnya masih bagus (Wanda,
2004). Bekatul digunakan sebagai media tanam berfungsi sebagai penyedia
nutrisi, sumber karbohidrat, nitrogen dan karbon pada jamur. Karbon digunakan
sebagai sumber energy utama, sedangkan nitrogen berfungsi untuk membangun
miselium dan membagun enzim-enzim yang disimpan dalam tubuhnya (Siregar
dan Ritonga, 2014). Bekatul tersndiri tersususn dari tiga bagian yang masing-
masing berbeda kandungan zatnya. Ketiga bagian tersebut yaitu :
1 Kulit gabah yang banyak mengandung serat kasar dan mineral.
2 Selaput perak yang kayak an protein dan vitamin B1, juga lemak dan
mineral.

8
3 Lembaga beras yang sebagian besar terdiri drai karbohidrat yang mudah
dicerna.
Bekatul mengandung beberapa nutrisi yang diperlukan dalam pertumbuhan
jamur, yaitu nutrisi yang dibutuhkan dalam bentuk unsur har seperti belarang,
nitrogen, fosfor, karbon serta beberapa unsur yang lain terdapat pada serbuk
gergaji dalam jumlah yang terbatas sehingga diperlukan penambahan nutrisi yang
bisa didapat dari dedak,. Bekatul mengandung protein, selulosa, nitrogen, serat,
lemak dan fosfor (Genders dalam Rochman. AQ. 2015).

2.4 Tebu (Saccharum officinarum)


Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman yang ditanam untuk
bahan baku gula, tanaman tebu hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis.
Tanaman tebu termasuk kedalam jenis rumput-rumputan. Tanaman ini umurnya
dari sejak ditanam sampai panen lebih kurang 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak
dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra (Anonim, 2007).
Saccharum officinarum merupakan spesies paling penting dalam genus
Saccharum sebab kandungan sukrosanya paling tinggi dan kandungan seratnya
paling rendah (Wijayanti, 2008). Beberapa peneliti berkesimpulan bahwa tanaman
tebu berasal dari India, berdasarkan catatan-catatan kuno dari negeri tersebut.
Bala tentara Alexander the Great mencatat adanya tanaman di negeri itu ketika
mencapai India pada tahun 325 SM (Tjokroadikoesoemo dan Baktir, 2005).

Klasifikasi ilmiah dari tanaman tebu adalah sebagai berikut:


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Glumiflorae
Famili : Graminae
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum L.
(Tarigan dan Sinulingga, 2006).

9
Tanaman tebu tersendiri mempunyai batang yang tinggi, tidak bercabang dan
tumbuh tegak. Tanaman yang tumbuh baik, tinggi batang tanaman tebu dapat
mencapai 3-5 meter atau bahkan lebih. Pada batang terdapat lapisan lilin yang
berwarna putih dan keabu-abuan. Lapisan ini banyak terdapat sewaktu batang
masih muda. Ruas-ruas batang tanaman tebu di batasi oleh buku-buku yang
merupakan tempat duduknya daun. Pada ketiak daun terdapat sebuah kuncup
yang biasa disebut “mata tunas”. Bentuk ruas batang dan warna batang tebu yang
bervariasi merupakan salah satu ciri dalam pengenalan varietas tebu (Wijayanti,
2008). Tebu memilki daun yang tidak lengkap, karena hanya terdiri dari helai
daun dan pelepah daun saja. Daun berkedudukan pada pangkal buku. Panjang
helaian daun tanaman tebu antara 1-2 meter, sedangkan lebar 4-7 cm, dan ujung
daunnya meruncing (Supriyadi, 1992). Pelepah tumbuh memanjang menutupi
ruas. Pelepah juga melekat pada batang dengan posisi duduk berselang seling pada
buku dan melindungi mata tunas (Miller dan Gilbert, 2006). Pada tanah yang
cocok akar tebu dapat tumbuh panjang mencapai 0,5-1,0 meter. Tanaman tebu
berakar serabut maka hanya pada ujung akar-akar muda yang terdapat akar rambut
yang berperan mengabsorpsi unsur-unsur hara (Wijayanti, 2008). Tanaman tebu
memiliki akar setek yang di sebut juga akar bibit, tidak berumur panjang, dan
hanya berfungsi pada saat tanaman masih muda. Akar ini berasal dari cincin akar
dari setek batang yang di sebut akar primer (Miller dan Gilbert, 2006). Kemudian
pada tanaman tebu muda akan tumbuh akar tunas. Akar tunas ini merupakan
pengganti akar bibit, berasal dari tunas, berumur panjang, dan tetap ada selama
tanaman tebu tersebut tumbuh (James, 2004).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

10
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli 2020 di Laboratorium
AKAFARMA Akademi Analis Farmasi Dan Makanan Banda Aceh Yayasan
Harapan Bangsa Darussalam.

3.2 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah neraca analitik,
sedangkan Bahan-bahan yang digunakan adalah serbuk ampas tebu, bibit
Volvariella volvocea L, bekatul, kapur (CaCO3), plastik polipropilena berukuran 18
x 35 cm , jerami, etanol 70% dan urea.

3.3 Prosedur Kerja


1. Pembuatan Media Tanam
Serbuk ampas tebu yang sudah digiling, dibuat 5 variasi media tanam dengan
perbandingan ampas tebu yang berbeda-beda. Variasi perbandingan berbeda dapat
dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Variasi media tanam untuk pertumbuhan jamur merang


Ampas
No Variasi Bekatul Jerami CaCO3 Urea
Tebu
1 A 1 kg 1 kg 1 kg 3g 5g
2 B 2 kg 1 kg 1 kg 3g 5g
3 C 3 kg 1 kg 1 kg 3g 5g
4 D 4 kg 1 kg 1 kg 3g 5g
5 E 5 kg 1 kg 1 kg 3g 4 g

2. Penanaman Jamur Merang


Media tanam atau baglog yang sudah disterilkan diinokulasi dengan bibit
jamur F2 yang dilakukan di dalam laminary flow. Setelah inokulasi selesai, balgog di
tutup dengan menggunakan kertas dan di ikat dengan karet gelang. Inkubasi jamur

11
dilakukan di dalam kumbung jamur yang tidak terpapar sinar matahari langsung
(kondisi gelap), dengan suhu 22-28 oC dengan kelembapan berkisar 60-70%.
Media tanam yang sudah disetrilkan pada suhu 30 derajat celcius, di taburi
bibit jamur merang yang di peroleh dari tempat pembibitan khusus jamur merang
kemudian di tutup rapat dengan plastik hingga kelembaban udara 80%. Desain media
tumbuh dapat di lihat pada gambar 3.1 berikut :

3. Pengamatan Pertumbuhan Jamur Merang


Pertumbuhan jamur dilihat setelah 21 hari, pengumpulan data didasarkan atas
1. Pertumbuhan jamur di area permukaan media tanam
2. Ukuran (besar atau kecilnya jamur) atau berat jamur rata-rata.
3. Jumlah jamur yang tumbuh dipermukaan media.
.

Daftar Pustaka

Adiyuwono, NS. 2002. Pengomposan Media Champignon. Jakarta: Trubus

12
Agus, G.T.K., A. Dianawati, E.S. Irawan, & K. Miharja. 2002. Budidaya Jamur
Konsumsi. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Andoko. 2008. Budidaya Jamur : Jamur Kuping, Jamur Tiram, dan Jamur Merang.

Anonim. 2000. Ampas Tebu (http://www.chem-is-try.org) diakses juni 2020

Gunawan, A.W. 2000. Usaha Pembibitan Jamur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Manyun, I. A. 2007. Pertumbuhan Jamur Merang (Volvariella volvaceae) Pada


Berbagai Media Tumbuh. Http://ejournal. Unud.ac.id/abstrak/judul
%205%282%29.pdf (Diakses 24 Mei 2020).

Rahmawati, Nini, Hasanuddin dan Rosmayati. 2016. Budidaya Pengolahan Jamur


Merang (Volvariella volvaceae) dengan Media Limbah Jerami. Jurnal
Abdimas Talenta. Vol 01. No 01.

Riduwan, dkk. 2013. Pertumbuhan dan Hasil Jamur Merang (Volvariella volvaceae)
Pada Berbagai Sistem Penebaran Bibit Dan Ketebalan Media, Volume I, No.
1, Halaman 70-78. Malang : Universitas Brawijaya.

Sinaga. 2001. Jamur Merang dan Budidayanya. Jakarta: Penebar Swadaya Jakarta:
AgroMedia Pustaka.

Sinaga, M.S. 2007. Jamur Merang dan Budidayanya (Edisi revisi). Penebar Swadaya.
Jakarta. 84 hlm.

Sinaga, M.S. 2009. Jamur Merang dan Budidayanya. Jakarta: Penebar Swadaya.

Suriawiria, Unus. 1999. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung : Aksara.

Wirakusuma, I P.G.A. 1989. Pengaruh Jenis Media dan Stadia Benih terhadap
Pertumbuhan Miselia dan Produksi Jamur Merang. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Udayana. Denpasar Bali. 49 hal.

13
Proposal Laporan Tugas Akhir (LTA)
Diploma D-III Kesehatan

PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEBU SEBAGAI MEDIA


TANAM PADA BUDIDAYA JAMUR MERANG

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Ahli Madya Analis
Farmasi Dan Makanan Pada Akademi Analis Farmasi Dan Makanan
Banda Aceh

Oleh :

Farida Hayani
Nim : 1340292016052

AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN BANDA ACEH


YAYASAN HARAPAN BANGSA DARUSSALAM
2020

14
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam kepada
Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam
yang penuh ilmu pengetahuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir (LTA) yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu Sebagai Media
Tanam Pada Budidaya Jamur Merang”.
Penulisan Laporan Tugas Akhir ini dengan tujuan untuk memenuhi syarat
tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan pada Akademi Analis Farmasi dan
Makanan (AKAFARMA) Banda Aceh Harapan Bangsa Darussalam.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang
sebenar-benarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan
serta bimbingannya, sehingga dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Maka
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Ibu Fauziah, M.Sc.,Apt, selaku direktur Akademi Analis Farmasi dan Makanan
Banda Aceh Harapan Bangsa Darussalam, dan selaku pembimbing Laporan Tugas
Akhir yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan arahan
dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir.
2. Ibu Azmalina Adriani, M.Si, selaku ketua Program Studi Analisis Farmasi dan
Makanan Banda Aceh.
3. Ibu Irma Zarwinda, M.Pd. selaku penguji I yang telah banyak memberikan saran,
arahan dan masukan dalam penyelesaian laporan ini. 4. Bapak Drs. Iskandar
Sulaiman, Apt. selaku penguji II yang telah banyak memberikan saran, arahan dan
masukan dalam penyelesaian laporan ini.
5. Asisten Laboratorium Akademi Analis Farmasi dan Makanan Banda Aceh yang
telah banyak membantu dalam pelaksanaan selama penelitian.
6. Seluruh staf pengajar dan staf Karyawan Akademi Analis Farmasi dan Makanan
Banda Aceh yang telah mendidik, membekali penulis dengan ilmu pengetahuan
selama dalam masa pendidikan.
7. Seluruh teman-teman angkatan 2016 dan adik-adik di Akademi Analis Farmasi
dan Makanan Banda Aceh yang telah banyak memberikan dorongan dan dukungan.
i
15
8. Teristimewa ibunda Solikah dan ayahanda Ponidi serta keluarga tercinta yang
senantiasa memberikan doa, dukungan dan semangat yang tak terhingga kepada
penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Laporan Tugas Akhir
ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari seluruh pihak agar Laporan Tugas Akhir ini
menjadi lebih baik dan dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhirnya hanya dengan
izin-Nyalah segala sesuatu dapat terwujud. Amin Ya Rabbal’Alamin.

Banda Aceh, 04 Agustus 2019

Penulis

ii

16
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN LTA .................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .............................................. iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4


2.1 Jamur Merang...................................................................................... 6
2.2 Syarat Tumbuh Jamur Merang ........................................................... 6
2.3 Media Tumbuh.................................................................................... 6
2.4 Tebu (saccharum officinarum)......................................................9

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................11


3.1 Waktu dan Tempat ......... ......... ......... ......... ......... ......... ......... ........11
3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................11
3.3 Prosedur Kerja ......... ......... ......... ......... ......... ......... ......... ......... ....11
1 Pembuatan Media Tanam ..................................................................11
2 Penanaman Jamur Merang ................................................................12
3 Pengamatan Pertumbuhan Jamur Merang ..........................................12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................13

iii

17
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 ....................................................................................................

iv

18
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1 ................................................................................................

19

Anda mungkin juga menyukai