Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Literasi Digital

“ Hoax dan Cara Menanggulanginya “

Disusun oleh:

Ratih Khairul Anissa ( Biologi D 2019 / 19030244001)


Catherine Berliana Wijaya ( Biologi D 2019 / 19030244031)
M . Khoirur Rijal ( Biologi D 2019 / 19030244037)

Program Studi Biologi


Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
Tahun 2020
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan berselancar di dunia maya saat ini menjadi hal yang sangat sering
dilakukan bagi kebanyakan orang. Saat membuka gerbang ke dunia maya, ada satu
hal yang harus ada dibenak diri kita. Yakni tidak semua hal yang Anda baca di
internet itu benar. Alasannya cukup sederhana, ada begitu banyak informasi atau
berita palsu bertebaran atau hoax. Hal itu terjadi karena informasi sangat mudah
untuk disebarkan di internet. Kata hoax adalah berasal dari Bahasa Inggris dan kini
kerap muncul di berbagai media.
Saat ini, hoax adalah kabar palsu yang sering muncul di internet dan memiliki
tujuan untuk menyebarkan kepanikan dan ketakutan massal. Kegiatan yang
dilakukan oleh sejumlah oknum yang tidak bertanggung jawab. Media penyebaran
hoax internet pertama yang diketahui adalah via email, biasanya berisi peringatan
akan hal sebuah klaim palsu. Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi,
terutama pada smartphone dan media sosial, jenis hoax di internet semakin banyak
dan berbahaya. Kalau tidak hati-hati, pengguna dunia maya atau netizen dapat
dengan mudah termakan tipuan hoax tersebut. Bahkan malah bisa ikut
menyebarkan hoax, yang tentunya akan sangat merugikan bagi pihak korban fitnah.
Anda perlu mewaspadai kabar hoax yang wajib diketahui.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari hoax.
2. Untuk mengenal jenis-jenis kabar hoax yang perlu diwaspadai.
3. Untuk mengetahui dampak negatif dari suatu kabar hoax.
4. Untuk mengetahui cara pencegahan dari berita hoax.
5. Untuk mengetahui langkah sederhana mengidentifikasi kabar hoax atau asli.
6. Untuk mengetahui cara melaporkan berita hoax.
C. Manfaat
Dari berbagai macam kabar hoax yang terjadi disekitar, diharapkan dengan
adanya makalah ini dapat mencegah dan mengedukasi masyarakat agar dapat
memilah berita yang benar dan palsu. Selain itu, diharapkan ketika kita
mendapatkan berita tidak benar, kita dapat melaporkan kepada pihak yang berwajib
dengan benar.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hoax
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hoaks atau hoax adalah
berita bohong atau berita tidak bersumber. Hoax adalah informasi yang
sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya.
Menurut Silverman (2015), hoax adalah sebagai rangkaian informasi yang memang
sengaja disesatkan, namun 'dijual sebagai kebenaran. Menurut Werme (2016), hoax
adalah berita palsu yang mengandung informasi yang sengaja menyesatkan orang
dan memiliki agenda politik tertentu. Hoaks bukan sekedar misleading alias
menyesatkan, informasi dalam fake news juga tidak memiliki landasan faktual,
namun disajikan seolah-olah sebagai serangkaian fakta.
Hoax adalah usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk
mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu
bahwa berita tersebut adalah palsu. Salah satu contoh pemberitaan palsu yang
paling umum adalah mengklaim sesuatu barang atau kejadian dengan suatu sebutan
yang berbeda dengan barang/kejadian sejatinya. Suatu pemberitaan palsu berbeda
dengan misalnya pertunjukan sulap; dalam pemberitaan palsu, pendengar/penonton
tidak sadar sedang dibohongi, sedangkan pada suatu pertunjukan sulap, penonton
justru mengharapkan supaya ditipu (Wikipedia, n.d.).

B. Jenis Kabar Hoax yang perlu Diwaspadai


1. Hoax Virus
Hoax jenis ini biasanya dikembangkan oleh hacker dan melakukan
penyebarannya lewat email atau aplikasi chatting. Hoax jenis ini biasanya berisi
tentang adanya virus berbahaya di komputer atau smartphone Anda yang
sebenarnya tidak terinfeksi.
2. Hoax Kirim Pesan Berantai
Pengguna aktif aplikasi chatting WhatsApp atau BBM, pasti sering
mendapat pesan untuk melanjutkan pesan ke beberapa teman lain dengan
berbagai alasan. Biasanya, pesan tersebut tentang mendapat hadiah tertentu atau
mengalami hal buruk jika tidak mengirimkannya.
3. Hoax Urban Legend
Banyak orang yang suka membuat hoax soal cerita urban legend seram
tentang tempat, benda, atau kegiatan tertentu. Hoax jenis ini biasanya
menghimbau netizen untuk tidak mengunjungi, membeli, atau melakukan hal
yang telah disebutkan pembuat hoax tadi. Hoax jenis ini dapat berimbas negatif
pada si objek kabar hoax, seperti mulai dijauhi sampai nilai ekonomisnya
menurun. Sekilas hoax ini mirip dengan black campaign.
4. Hoax dapat Hadiah Gratis
Hoax satu ini modusnya mirip dengan penipuan online. Oknum akan
mengirimkan pesan boradcast atau pop-up message berisikan pengumuman
pemberian hadiah gratis. Di sini, memang korban jarang ada yang mengalami
kerugian uang, namun mereka tertipu dengan mengisi survei-survei internet
untuk iklan. Dampak negatif akan semakin besar apabila si korban tidak sengaja
menggunakan email kantor atau email utama untuk mendaftarkan diri di survei
tersebut. Jika terjadi, maka email-email iklan dipastikan mengalir deras dan
susah untuk dihentikan.
5. Hoax tentang Kisah Menyedihkan
Hoax satu ini berupa surat yang berisikan tentang kabar dari seseorang yang
tengah sakit dan membutuhkan dana guna operasi atau obat. Hoax jenis ini
biasanya menggunakan foto dari Google demi mendapatkan simpati. Oknum
dari penyebar hoax ini turut menyertakan nomor rekening agar korban yang
tertipu bisa mengirimkan beberapa jumlah uang.
6. Hoax Pencemaran Nama
Sifat hoax ini sangat berbahaya. Karena dari berita palsu bisa dengan mudah
tersebar di dunia maya dan mampu menghancurkan hidup seseorang dalam
sekejab.
C. Dampak Negatif yang Timbul Akibat Hoax
 Buang-buang Waktu dan Uang
Menurut perhitungan pada situs cmsconnect.com, membaca kabar hoax
dapat menimbulkan kerugian yang tidak sedikit bagi individu atau kantor tempat
Anda bekerja. Hal ini terjadi berkat produktivitas yang menurun akibat efek
mengejutkan dari kabar hoax. Bagi perusahaan, kerugian yang biasa dikeluarkan
minimal mencapai Rp 10 juta per tahun. Sementara individu bisa mencapai Rp
200 ribu per tahun. Semua ini bisa terjadi bila setiap pekerja menghabiskan
waktu 10 detik per hari untuk membaca email atau pesan hoax.
 Pengalihan Isu
Di dunia maya, khususnya bagi para penjahat siber, hoax dapat digunakan
untuk memuluskan aksi ilegal mereka. Penjahat siber diketahui sering menyebar
hoax soal adanya kerentanan sistem di sebuah layanan internet, misalnya Google
Gmail. Nah, di dalam pesan hoax tadi, hacker bisa saja menyertakan tautan
tertentu yang disarankan untuk diklik agar terhindar dari kerentanan sistem
Gmail tadi. Padahal, tautan tadi justru berisi virus yang bisa membajak Gmail
Anda.
 Penipuan Publik
Selain kehebohan, ada jenis hoax yang dibuat untuk mencari simpati dan
uang. Di Indonesia sendiri, kabar hoax yang banyak menipu publik beberapa
waktu lalu adalah pesan pembukaan pendaftaran CPNS nasional yang dikirim
lewat WhatsApp. Setelah ramai tersebar, barulah pemerintah mengklarifikasi
bila pihaknya belum akan membuka pendaftaran CPNS.
 Pemicu Kepanikan Publik
Berita bencana alam atau kejadian pada suatu transportasi kerap dijadikan
bahan untuk menyebarkan kabar hoax. Hal ini merupakan salah satu tujuan hoax
yang paling banyak diminati oleh oknum pembuat kabar hoax, memicu
terjadinya kepanikan publik. Untuk menghentikan kepanikan, biasanya media
massa atau media online harus membantu masyarakat dan mengklarifikasi bila
kabar-kabar tadi hanya hoax.
D. Pencegahan Berita Hoax
Literasi media adalah perspektif yang dapat digunakan ketika berhubungan
dengan media agar dapat menginterpretasikan suatu pesan yang disampaikan oleh
pembuat berita. Orang cenderung membangun sebuah perspektif melalui struktur
pengetahuan yang sudah terkonstruksi dalam kemampuan menggunakan informasi
(Pooter, 2011). Juga  dalam pengertian lainnya yaitu kemampuan untuk
mengevaluasi dan menkomunikasikan informasi dalam berbagai format termasuk
tertulis maupun tidak tertulis.
Literasi media adalah seperangkat kecakapan yang berguna dalam proses
mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan pesan dalam beragam
bentuk. Literasi media digunakan sebagai model instruksional berbasis eksplorasi
sehingga setiap individu dapat dengan lebih kritis menanggapi apa yang mereka
lihat, dengar, dan baca.

E. Langkah Sederhana Identifikasi Kabar Hoax dan Kabar Asli


1. Hati-hati dengan judul yang Provokatif
Kabar hoax kerap menggunakan judul yang sensasional dan provokatif.
Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, yang diubah-ubah agar
menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki dari pembuat kabar hoax.
2. Cermati Alamat Situs
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link,
cermatilah alamat URL situs yang dimaksud. Apabila berasal dari situs yang
belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi, misalnya menggunakan domain
blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan. Menurut catatan Dewan
Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs yang mengklaim sebagai portal
berita.
3. Periksa Fakta
Anda perlu memperhatikan dari mana kabar yang didapatkan. Apakah dari
institusi resmi seperti KPK atau Polri. Sebaiknya Anda jangan mudah cepat
percaya apabila informasi yang berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau
pengamat.
4. Cek Keaslian Foto
Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa
dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya
pembuat kabar palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.
5. Ikut Serta ke Dalam Grup Diskusi Anti Hoax
Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoax,
misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group
Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.

F. Cara Melaporkan Kabar Hoax


Jika Anda menemukan kabar hoax, untuk mencegah agar kabar tersebut tidak
tersebar bisa melaporkan kabar hoax tersebut melalui sarana yang tersedia pada
masing-masing media. Media sosial Facebook, dapat menggunakan fitur Report
Status dan kategorikan informasi hoax sebagai
hatespeech/harrasment/rude/threatening atau kategori lain yang sesuai. Jika banyak
aduan dari pengguna, Facebook akan menghapus status tersebut.
Untuk Google, Anda bisa menggunakan fitur feedback untuk melaporkan situs
dari hasil pencarian apabila mengandung kabar palsu. Twitter memiliki fitur Report
Tweet untuk melaporkan twit yang negatif, demikian juga dengan Instagram.
Kemudian, bagi pengguna internet Anda dapat mengadukan konten negatif ke
Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan melayangkan e-mail ke
alamat aduankonten@mail.kominfo.go.id.

G. Peran Pemerintah dalam Berita Hoax


Sikap pemerintah dalam fenomena berita hoax dipaparkan dalam beberapa
pasal yang siap ditimpakan kepada penyebar hoax tersebut antara lain, KUHP,
Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE), Undang-Undang No.40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras
dan Etnis. Tidak hanya itu, penyebar berita hoax juga dapat dikenakan pasal terkait
ujaran kebencian dan yang telah diatur dalam KUHP dan UU lain di luar KUHP.
Dari hukum yang dibuat oleh pemerintah, jumlah penyebar hoax semakin besar
tidak berbanding lurus dengan jumlah persidangan yang seharusnya juga besar.
Dengan masih belum mampu menjerat beberapa pelaku hoax, sangat disayangkan
pemerintah hanya melakukan pemblokiran terhadap situs-situs  hoax. Sementara si
pembuat berita hoax masih dapat terus berproduksi melakukan ancaman dan
memperluas ruang gerak.
Dalam melawan hoax dan mencegah meluasnya dampak negatif hoax,
pemerintah pada dasarnya telah memiliki payung hukum yang memadai. Pasal 28
ayat 1 dan 2 UU No. 11 tahun 2008 tentang ITE, Pasal 14 dan 15 UU No. 1 tahun
1946, Pasal 311 dan 378 KUHP, serta UU No. 40 tahun 2008 tentang Penghapusan
Diskiriminasi Ras dan Etnis merupakan beberapa produk hukum yang dapat
digunakan untuk memerangi penyebaran hoax. Selain produk hukum, pemerintah
juga sedang menggulirkan kembali wacana pembentukan Badan Siber Nasional
yang  dapat menjadi garda terdepan dalam melawan penyebaran informasi yang
menyesatkan, selain memanfaatkan program Internetsehat dan Trust+Positif yang
selama ini menjalankan fungsi sensor dan pemblokiran situs atau website yang
ditengarai memiliki materi negatif yang bertentangan dengan hukum yang berlaku
di Indonesia.
Beberapa waktu yang lalu juga mengemuka gagasan menerbitkan QR Code di
setiap produk jurnalistik (berita dan artikel) yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi validitas sebuah informasi. QR Code yang disertakan di setiap
tulisan akan memuat informasi mengenai sumber berita, penulis, hingga perusahaan
media yang menerbitkan tulisan tersebut sehingga suatu tulisan dapat dilacak
hingga hulunya.
Selain mengasah kembali berbagai program pendidikan yang berperan dalam
menanamkan budi pekerti, dari aspek pendidikan pemerintah sebenarnya dapat
melawan hoax dengan meningkatkan minat baca, berdasarkan studi “Most Littered
Nation In the World” yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity,
Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat
membaca (Gewati, 2016). Hal ini tergolong berbahaya karena dipadukan dengan
fakta bahwa Indonesia merupakan negara dengan aktifitas jejaring sosial tertinggi
di Asia, yang berarti sangat mudah bagi orang Indonesia untuk menyebarkan
informasi hoax tanpa menelaah lebih dalam informasi yang disebarkannya.

H. Peran Media dan Masyarakat


Semakin berkembangnya hoax di masyarakat juga mendorong beberapa pihak
dalam mulai melawan penyebaran hoax. Sejak tahun 2016 lalu, Facebook mulai
memperkenalkan fitur yang memungkinkan sebuah link artikel yang dibagi melalui
Facebook akan diberi tanda Dispute(ditentang) bagi artikel-artikel yang ditengarai
menyebarkan informasi yang dapat diragukan kebenarannya
Aplikasi pesan instan populer seperti Line juga mulai memerangi hoax dengan
aktif menyebarkan informasi melalui Line New manakala suatu hoax mulai ramai
di tengah masyarakat. Selain platform sosial media tersebut, masyarakat juga mulai
menggagas program Turn Back Hoax, dimana suatu informasi hoax akan
diidentifikasi dan dipublikasi mengenai kebenarannya melalui berbagai media,
diantaranya grup Facebook dan melalui website Turn Back Hoax sendiri.

I. Contoh Berita Hoax


 Hoaks Ratna Sarumpaet
Pemberitaan penganiayaan Ratna Sarumpaet oleh sekelompok orang
pertama kali beredar dalam Facebook tanggal 2 Oktober 2018 di akun Swary
Utami Dewi. Unggahan itu disertai tangkapan layar (screenshoot) aplikasi
pesan WhatsApp yang disertai foto Ratna Sarumpaet.
Konten tersebut kemudian diviralkan melalui Twitter dan diunggah kembali
serta dibenarkan beberapa tokoh politik tanpa melakukan verifikasi akan
kebenaran berita tersebut.
Setelah ramai diperbincangkan, konten hoaks ditanggapi Kepolisian yang
melakukan penyelidikan setelah mendapatkan tiga laporan mengenai dugaan
hoaks pada pemberitaan tersebut.
Berdasarkan hasil penyelidikan Kepolisian, Ratna diketahui tidak dirawat di
23 rumah sakit dan tidak pernah melapor ke 28 Polsek di Bandung dalam
kurun waktu 28 September sampai dengan 2 Oktober 2018. Saat kejadian yang
disebutkan pada 21 September, Ratna diketahui tidak sedang di Bandung. Hasil
penyelidikan menunjukkan Ratna datang ke Rumah Sakit Bina Estetika
Menteng, Jakarta Pusat, pada 21 September 2018 sekitar pukul 17.00 WIB.
Direktur Tindak Pidana Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Nico Afinta
mengatakan Ratna telah melakukan perjanjian operasi pada 20 September 2018
dan tinggal hingga 24 September. Polisi juga menemukan sejumlah bukti
berupa transaksi dari rekening Ratna ke klinik tersebut.

 Hoaks Gempa Susulan di Palu


Beredarnya broadcast konten melalui Aplikasi Whatsapp tentang gempa
susulan di Palu sangat meresahkan masyarakat Kota Palu khususnya. Berita itu
berdampak langsung kepada korban gempa dan tsunami yang masih
mengalami trauma. Broadcast tersebut tersebar melalui.
Dalam pesan berantai tersebut tertulis bahwa Palu dalam keadaan siaga 1.
Informasi menukil seorang yang bekerja di BMKG ketika selesai memeriksa
alat pendeteksi gempa. Pesan tersebut menyebutkan bahwa akan terjadi gempa
susulan berkekuatan 8,1 SR dan berpotensi tsunami besar.
Informasi itu hanya isu bohong. Kepala Humas BNPB, Sutopo Purwo
Nugroho, melalui akun media sosial mengonfirmasi faktanya tidak ada satu
pun negara di dunia dan iptek yang mampu memprediksi gempa secara pasti.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Semakin besarnya jumlah penguna internet dan dengan mudahnya
mendapatkan informasi saat ini menjadikan berita hoax semakin dengan mudah
tersebar.
2. Aturan dan pasal untuk menjerat hukuman untuk penyebar hoax belum mampu
mengendalikan jumlah jumlah berita hoax yang terus terproduksi setiap waktu.
3. Biasnya budaya-budaya pada negara yang sudah melek internet/media sosial
membuat berita hoax semakin mudah tersebar

B. Saran
1. Masyarakat perlu dibekali dengan pengetahuan akan internet Sehat dengan
Literasi media sehingga dapat mengenali ciri-ciri berita hoax, dan penerima
berita dapat mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dalam mengambil makna
dari suatu berita.
DAFTAR PUSTAKA

Choo, C. W., Detlor, B., & Turnbull, D. (1999). Information Seeking on the Web–An
Integrated Model of Browsing and Searching. ASIS Annual Meeting, 5(2), 1–15.
https://doi.org/10.5210/fm.v5i2.729

Chordhry, A. (2017). Facebook Launches A New Tool That Combats Fake News.
Retrieved May 4, 2017, from
https://www.forbes.com/sites/amitchowdhry/2017/03/05/facebook-fake-news-
tool/#460b19677ec1

Floridi, L. (2010). The Cambridge Handbook of Information and Computer Ethics.


Cambridge: Cambridge University Press.

Gewati, M. (2016, August 29). Minat Baca Indonesia Ada di Urutan ke-60 Dunia.
Kompas.com. Retrieved from
http://edukasi.kompas.com/read/2016/08/29/07175131/minat.baca.indonesia.ada.d
i.urutan.ke-60.dunia

Jamaludin, F. (2016, December). 773 ribu situs diblokir Kemkominfo setahun,


pornografi paling banyak. Merdeka.com. Retrieved from
https://www.merdeka.com/teknologi/773-ribu-situs-diblokir-kemkominfo-setahun-
pornografi-paling-banyak.html

Lazonder, A. W., Biemans, H. J. A, & Wopereis, I. G. J. H. (2000). Differences


between novice and experienced users in search information on the World Wide
Web. https://doi.org/10.1002/(sici)1097-4571(2000)51:6<576::aid-asi9>3.0.co;2-7
ONS. (2015). Internet Users.

Pratama, A. B. (2016, December). Ada 800 Ribu Situs Penyebar Hoax di Indonesia.
CNN Indonesia. Retrieved from
http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20161229170130-185-182956/ada-800-
ribu-situs-penyebar-hoax-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai