Anda di halaman 1dari 3

Indikator Pelayanan di Posyandu

Indikator pelayanan di Posyandu atau di Pos Penimbangan Balita menggunakan


indikator-indikator SKDN, masing-masing hurufnya dapat dijelaskan sebagai
berikut :

1. S adalah jumlah seluruh balita yang ada dalam wilayah kerja posyandu
2. K adalah jumlah Balita yang ada di wilayah kerja posyandu yang
mempunyai KMS (Kartu Menujuh Sehat)
3. D adalah Jumlah Balita yang datang di posyandu atau dikunjungan rumah
dan menimbang berat badannya
4. Dan N adalah jumlah balita yang ditimbang bebrat badannya mengalami
peningkatan bebrat badan dibanding bulannya sebelumnya.

Biasanya setelah melakukan kegiatan di posyandu atau di pos penimbangan,


petugas kesehatan dan kader Posyandu (Petugas sukarela) melakukan analisis
SKDN. Analisisnya terdiri dari

1. Analisis “Tingkat Partisipasi Masyarakat” dalam penimbangan balita


yaitu jumlah balita yang ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang ada
diwilayah kerja posyandu atau  dengan menggunakan rumus (D/S x
100%), hasilnya minimal harus capai 80 % apabila dibawah 80 % maka
dikatakan “partisipasi mayarakat” untuk kegiatan pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan berat badan balita di posyansu sangatlah
rendah. Hal ini akan berakibat pada balita tidak akan terpantau warga
sekitar posyandu dan juga oleh petugas kesehatan ataupun kader posyandu
dalam hal pertumbuhan berat badannya atau pola pertumbuhan berat
badannya.
2. Analisis Tingkat “Liputan Program”  yaitu Jumlah balita yang
mempunyai KMS dibagi dengan Jumlah seluruh balita yang ada di
wilayah Posyandu atau dengan menggunakan rumus (K/S x 100%), hasil
yang dicapai harus 100 %. Alasannya balita-balita yang telah mempunyai
KMS (Kartu Menujuh Sehat ) sebagai alat instrumen untuk memantau
berat badannya dan data pelayanan kesehatan lainnya, apabila tidak
digunakan atau tidak memiliki KMS maka pada dasarnya program
Posyandu tersebut mempunyai liputan yang sangat rendah atau biasa juga
dikatakan  balita tersebut telah “kehilangan kesempatan” untuk
mendapat pelayanan sebagaimana yang terdapat dalam KMS tersebut.
Khusus  untuk Tingkat “Kehilangan Kesempatan” ini menggunakan
rumus ((S-K)/S x 100%) yaitu jumlah balita yang ada diwilayah posyandu
dikurangi jumlah balita yang mempunyai KMS, hasilnya dibagi dengan
jumlah balita yang ada, semakin tinggi presentase kehilangan kesempatan
maka semakin rendah kemauan orang tua balita untuk dapat
memanfaatkan KMS. Padahal KSM sangat baik untuk memantau
pertumbuhan Berat Badan Balita atau juga Pola Pertumbuhan Berat Badan
Balita serta beberapa catatan dan informasi kesehatan lainnya.
3. Indikator-indikator lainnya adalah (N/D x 100%) yaitu  Indikator “Hasil
Program/Hasil Penimbangan”  dihitung dari jumlah balita yang Naik
Berat Badannya di bandingkan dengan jumlah seluruh balita yang
ditimbang. Sebaiknya (idealnya) semua balita yang ditimbang harus
memgalami peningkatan berat-badannya.
4. Indikator lainnya dalam SKDN adalah  Indikator  “Drop Out”  yaitu
balita yang sudah mempunyai KMS dan pernah datang menimbang berat
badannya tetapi kemudian tidak pernah datang lagi di posyandu untuk
selalu mendapatkan pelayanan kesehatan rumusnya  yaitu jumlah balita
yang telah mendapat KMS dibagi  dengan Jumlah Balita ditimbang
hasilnya dibagi dengan Balita yang punya KMS atau rumusnya adalah  (K-
D)/K x 100%.

Anak Sehat Bertambah Umur Bertambah Berat Badannya

Dari kesemua indikator tersebut diatas. Indikator yang paling sederhana di


posyandu adalah ANAK SEHAT BERTAMBAH UMUR BERTAMBAH
BERAT BADAN.  Dan ini juga adalah yang menjadi ikon dari keberadaan
posyandu (pos penimbangan), sekaligus juga berlaku sebagai output untuk semua
kegiatan di posyandu, diantaranya dapat dijelaskan sebagai berikut

1. Kegiatan Pencegahan dan penanggulangan diare. Dimana penjelasannya


adalah anak diare akan terjadi dehidrasi, kemudian terjadi penurunan berat
badan sebaliknya agar anak tidak diare maka anak tidak akan dehidrasi,
anak akan sehat  yang ditandai dengan terjadi peningkatan berat badan.
2. Kegiatan pelayanan KB. Penjelasannya keluarga dengan dua anak
pengaturan, pola asuh  dan distrbusi makan akan merata artinya cukup
untuk memenuhi kebutuhannya, tentunya  anak tersebut akan sehat yang
ditandai dengan bertambah umur bertambah berat badan, coba sebaliknya
3-4 anak yang jaraknya  hanya satu tahun, pola asuh dan distribusi
makanan akan tidak teratur, anak akan tumbuh dengan tidak sehat,
pertambahan berat badannya tentunya akan terganggu kadang-kadang
naik, kadang turun dan kadang tetap.
3. Demikian juga dengan imunisasi, KIA, dan lainnya kesemuanya
mempunyai output  “anak sehat bertambah umur bertambah berat
badan”

Selanjutnya dalam perkembangannya posyandu atau pos penimbangan mengalami


pasang surut, Pada masa orde baru perkembangan posyandu mengalami
peningkatan jumlah maupun mutu pelayanan, sampai-sampai beberapa negara
sahabat menjadikan posyandu sebagai contoh di negaranya. Namun di Era
Reformasi posyandu ini mengalami penurunan jumlah dan juga mutu pelayanan,
sehingga beberapa masalah kesehatan yang dulunya dapat dittanggulangi di
tingkat posyandu sekarang sudah mulai lagi bermunculan. Bahkan beberapa
kebijakan pemerintah daerah dengan pelayanan kesehatan gratis dan juga
pemerintah pusat dengan pelayanan kesehatan keluarga miskin, kemudian diback
up dengan peningkatan peran posyandu seakan tidak bermakna untuk mencegah
beberapa penyakit yang dapat ditanggulangi di posyandu tersebut. Misalnya saja
Diare yang kadang pada saat tertentu mengalami peningkatan kasus kesakitan dan
juga kematian bahkan terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa).

Anda mungkin juga menyukai