Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN DENGAN KELANCARAN ASI PADA IBU

POST PARTUM DI KLINIK BIDAN SRI JATIKRAMAT 2 TAHUN 2020

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Jenjang Pendidikan Strata Satu (S1)

Program Studi Ilmu Keperawatan Pada Fakultas Ilmu Kesehatan

Disusun oleh :

NAMA : ZULIA DESNITA

NIM : 2720160065

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM ASSYAFI’IYAH
JAKARTA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air Susu ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan
pertama kehidupan bayi. Banyak masalah muncul di hari-hari pertama pemberian ASI
seperti ASI yang tidak keluar atau produksi ASI kurang sehingga mengakibatkan bayi
tidak akan mendapatkan ASI yang memadai. Hal tersebut terjadi karena banyak ibu nifas
yang belum mengetahui pentingnya melakukan pijat oksitosin pada kelancaran produksi
ASI. ASI (air susu ibu) merupakan makanan alami pertama untuk bayi dalam bulan
pertama, mengandung semua energi dan nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi dalam bulan
pertama dalam kehidupan (nugroho dkk,2014). UNICEF dan WHA (world healty
Assembly) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Kendala yang
mengakibatkan ibu berhenti menyusui yaitu ASI tidak mau keluar atau produksi nya
kurang lancar sehingga ibu beranggapan bahwa ASInya tidak cukup (dewi dan tri, 2011)
dalam nahdiah, 2015). Kandungan dari ASI sangat banyak, diantaranya karbohidrat,
protein, lemak, karnitin yang berfungsi mempertahankan metabolisme tubuh, vitamin K,
D, E, A, C, B, asam folat, dan kandungan berikutnya adalah mineral. Manfaat ASI juga
mempunyai banyak manfaat antara lain sebagai makanan yang tidak tergantikan,
meningkatkan kekebalan tubuh bayi, menurunkan kejadian infeksi, tumbuh kembang
bayi yang optimal, mencegah kanker pada anak, meningkatkan kecerdasan anak,
melindungi bayi dari alergi dan lain-lain (Siti Nur Khamzah, 2012).

Besarnya manfaat ASI tidak diimbangi oleh peningkatan perilaku


pemberian ASI sehingga bayi tidak mendapatkan ASI dengan baik. Beberapa
faktor diduga menjadi penyebab bayi tidak mendapatkan ASI dengan baik salah
satunya adalah faktor pengetahuan ibu. Keengganan ibu untuk menyusui karena rasa
sakit saat menyusui, kelelahan saat menyusui, serta kekhawatiran ibu mengenai
perubahan payudara setelah menyusui. Faktor sosial budaya, kurangnya dukungan
keluarga dan lingkungan dalam proses menyusui juga sangat berpengaruh terhadap
proses pemberian ASI. Kurangnya pendidikan kesehatan mengenai faktor-faktor yang
dapat meningkatkan produksi ASI turut mempengaruhi pengetahuan ibu yang dapat
menyebabkan kurangnya volume ASI (Budiharjo, 2003) Penurunan produksi ASI pada
hari - hari pertama setelah melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan
hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran produksi ASI
(Purnama. R, 2013).

Pemberian ASI ekslusif didunia masih sangat rendah. Berdasarkan data dari
United Nations Children’s Fund (UNICEF) pada tahun 2012 hanya 39% bayi
dibawah usia 6 bulan yang mendapatkan ASI secara ekslusif di seluruh dunia,
angka tersebut juga tidak mengalami kenaikan pada tahun 2015 yaitu sebesar 40%
keberhasilan pemberian ASI ekslusif di seluruh dunia. sedangkan di Indonesia
pemberian ASI masih kurang bahkan menurun, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
pada tahun 2013 menyebutkan bahwa hanya 54,3% anak Indonesia yang mendapatkan
ASI ekslusif , menurut data dari survey social Ekonomi Nasional (SUSENES)
presentasi ASI pada tahun 2014 hanya 33,6%. Sedangkan menurut data dari
KEMENKES tahun 2015 bayi yang mendapatkan ASI hanya 68,9% data ini masih jauh
di bawah target minimal 80% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2015). Menurut
Penelitan yang dilakukan oleh nahdiah 2015 sebanyak (86%) menunjukan adanya tanda
kecukupan ASI sedangkan (13,3%) menunjukan tidak adanya kecukupan ASI. Bayi
yang mendapat ASI ekslusif pada tahun 2014 di indonesia sebesar 45,55%.

Kecukupan ASI dapat di pengaruhi oleh 2 refleks yaitu refleks


pembentukan/produksi ASI atau refleks prolaktin dan refleks pengaliran/ pelepasan ASI
(let down reflex) (roesli,2013). Refleks tersebut dapat dipengaruhi oleh rangsangan
sentuhan pada payudara, dan pemijatan oksitosin sehingga merangsang produksi
oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel miopitel sehingga produksi ASI tersedia
bagi bayi (bahiyatun 2009). Oksitosin dapat memengaruhi sel-sel alveoli untuk
berkontraksi, mengeluarkan air susu melalui sistem duktus ke dalam mulut bayi, yang
disebut reflex let-down(reflex ejeksi susu) (bobak et al, 2005 dalam lailatif 2015).
Dampaknya apabila reflex let-down tidak bekerja secara maksimal maka poduksi ASI
akan berkurang (roesli2013)

Pengeluaran ASI dapat dipercepat dengan tindakan non farmakologi yaitu melalui
pijat oksitosin yang dapat dilakukan dengan cara memijat area di sekitar punggung
(vertebra pars thoratica) untuk merangsang keluarnya ASI, sehingga ibu akan
merasakan puas, bahagia, percaya diri, karena bisa memberikan ASI pada bayinya,
memikirkan bayinya dengan penuh kasih dan perasaan positif lainnya akan membuat
reflek oksitosin bekerja (Asih & Risneni, 2016). Pijatan atau rangsangan pada
tulang belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla oblongata langsung
mengirim pesan ke hypothalamus di hypofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin
sehingga menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya. Pijatan di daerah
tulang belakang ini juga akan merileksasi ketegangan dan menghilangkan stress dan
dengan begitu hormon oksitosoin keluar dan akan membantu pengeluaran air susu ibu,
dibantu dengan isapan bayi pada puting susu pada saat segera setelah bayi lahir dengan
keadaan bayi normal (Guyton & Hall 2007).

Berdasarkan Studi Pendahuluan diwilayah Klinik Bidan SRI Jatikramat 2 Kota


Bekasi, peneliti melakukan wawancara kepada 10 ibu nifas, Hasil wawancara didapatkan
8 ibu mengatakan bahwa ASI nya tidak keluar dengan lancar dan ibu nifas belum
mengetahui tentang pijat oksitosin dan manfaat pijat oksitosin itu sendiri. Sedangkan, 2
ibu mengatakan sudah pernah mendengar pijat oksitosin tetapi tidak mengetahui apa
manfaatnya dan bagaimana cara melakukan pijatan tersebut.

Berdasarkan fenomena yang ditemukan peneliti perlu melakukan penelitian lanjutan


untuk mengetahui apakah ada Hubungan Pijat Oksitosin Dengan Kelancaran ASI pada
Ibu Post Partum di Klinik Bidan SRI Jatikramat 2 Kota Bekasi.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang telah disampaikan diatas maka peneliti menemukan
identifikasi masalah diantaranya :
1. Banyak masalah muncul di hari-hari pertama pemberian ASI seperti ASI yang
tidak keluar atau produksi ASI kurang sehingga mengakibatkan bayi tidak
akan mendapatkan ASI yang memadai. (nugroho dkk,2014).
2. Berdasarkan data dari United Nations Children’s Fund (UNICEF)
Pemberian ASI ekslusif didunia masih sangat rendah pada tahun 2012 hanya
39% bayi dibawah usia 6 bulan yang mendapatkan ASI secara ekslusif
di seluruh dunia, angka tersebut juga tidak mengalami kenaikan pada tahun
2015 yaitu sebesar 40% keberhasilan pemberian ASI ekslusif di seluruh
dunia.
3. Menurut Penelitian dilakukan oleh nahdiah 2015 sebanyak (86%) menunjukan
adanya tanda kecukupan ASI sedangkan (13,3%) menunjukan tidak adanya
kecukupan ASI. Bayi yang mendapat ASI ekslusif pada tahun 2014 di
indonesia sebesar 45,55%.
4. Riset Awal yang dilakukan peneliti dengan melakukan metode wawancara
kepada 10 ibu nifas, Hasil wawancara didapatkan 8 ibu mengatakan bahwa
ASI nya tidak keluar dengan lancar dan ibu nifas belum mengetahui tentang
pijat oksitosin dan manfaat pijat oksitosin itu sendiri. Sedangkan, 2 ibu
mengatakan sudah pernah mendengar pijat oksitosin tetapi tidak mengetahui
apa manfaatnya dan bagaimana cara melakukan pijatan tersebut.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan dalam latar belakang dapat dirumuskan
masalah yaitu :
1. Bagaimana gambaran Pijat Oksitosin pada Ibu Post Partum untuk membantu
melancarkan ASI di Klinik Bidan SRI Jatikramat 2 Kota Bekasi?
2. Bagaimana tingkat Kelancaran ASI yang dialami ibu post partum dalam
menghadapi kurang nya produksi ASI di Klinik Bidan SRI Jatikramat 2 Kota
Bekasi?
3. Apakah terdapat hubungan antara Pijat Oksitosin dengan Kelancaran ASI ibu
post partum?

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi Hubungan Pijat Oksitosin Dengan Kelancaran ASI pada
Ibu Post Partum di Klinik Bidan SRI Jatikramat 2 Kota Bekasi.
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik responden di klinik bidan SRI jatikramat 2
2. Mengidentifikasi kelancaran ASI pada ibu post partum sebelum dilakukan
pijat oksitosin di Klinik Bidan SRI Jatikramat 2 Kota Bekasi.
3. Mengidentifikasi kelancaran ASI pada ibu post partum sesudah dilakukan
pijat oksitosin di Klinik Bidan SRI Jatikramat 2 Kota Bekasi.
4. Menganalisis Hubungan Pijat Oksitosin Dengan Kelancaran ASI pada Ibu
Post Partum
E. Manfaat Penelitian
Penelitian yang berjudul “Hubungan Pijat Oksitosin Dengan Kelancaran ASI
pada Ibu Post Partum di Klinik Bidan SRI Jatikramat 2 Kota Bekasi.” Diharapkan
memberi Manfaat kepada :
1. Bagi Penelitian
Memberikan Pengetahuan dan pengalaman yang baru tentang Hubungan pijat
oksitosin dengan kelancaran ASI pada Ibu Post Partum sehingga dapat
mengaplikasikan kepada Masyarakat Ilmu yang telah di peneliti ketahui agar
produksi ASI menjadi lebih baik.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk meningkatkan mutu dan kualitas lulusan S1 keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Islam As-Syafi’iyah juga dapat diharapkan dapat
menjadi bahan pembelajaran dan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan
melakukan penelitian dengan topik yang berhubungan dengan penelitian yang
sama.
3. Bagi Klinik Bidan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk tenaga
kesehatan bidan agar membuat kegiatan menjadi lebih menarik sehingga dapat
meningkatkan kunjungan Ibu Post Partum ke Klinik Bidan

Anda mungkin juga menyukai