Anda di halaman 1dari 16

MODUL ADMINISTRASI PAJAK

(SMK_KELAS_XII)
SEMESTER I

MATERI PEMBELAJARAN I
Pengantar Administrasi Pajak

1. Pengertian wajib pajak dan pengusaha


- Wajib Pajak
Wajib Pajak (WP) adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan
kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak
tertentu.
- Pengusaha
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,
mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang
tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau
memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.
2. Kewajiban Wajib Pajak OP
Sesuai dengan sistem self assessment, Wajib Pajak mempunyai kewajiban
untuk mendaftarkan diri, melakukan sendiri penghitungan pembayaran dan
pelaporan pajak terutangnya.
- Pendaftaran
Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri untuk
mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Wajib Pajak Orang Pribadi
yang wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP adalah :
a) Orang Pribadi yang menjalakan usaha atau pekerjaan bebas;
b) Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, yang
memperoleh penghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) wajib
mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan berikutnya;
c) Wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah, karena hidup terpisah
berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan
perjanjian pemisahan penghasilan dan harta;
d) Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu yang mempunyai tempat usaha
berbeda dengan tempat tinggal, selain wajib mendaftarkan diri ke KPP yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggalnya, juga diwajibkan mendaftarkan
diri ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan.
Untuk memperoleh NPWP, Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada Kantor Pelayanan Pajak
yang wilayahnya meliputi kedudukan wajib pajak dengan mengisi FORMULIR pendaftaran dan
melampirkan PERSYARATAN ADMINISTRASI.

- Pembayaran dan Pelaporan


Setelah melakukan pendaftaran dan mendapatkan NPWP, Wajib Pajak
mempunyai kewajiban untuk menghitung dan membayar pajak, yang
selanjutnya melaporkan pajak terutangnya dalam bentuk Surat
Pemberitahuan (SPT) Apabila dalam menghitung dan membayar pajak
tersebut ditemukan ketidakbenaran dalam pengisian SPT atau karena
ditemukannya data fiskal berdasarkan hasil pemeriksaan yang tidak
dilaporkan oleh WP, maka Direktorat Jendal Pajak akan menerbitkan Surat
Ketapan Pajak (SKP) kepada WP tersebut.
3. Subjek Pajak Orang Pribadi
- Subjek Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (SPOPDN) yaitu :
a. Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari (tidak harus berturut-turut) dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan atau
b. Orang pribadi yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.

- Subjek Pajak Orang Pribadi Luar Negeri ( SPOPLN) adalah :


a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

4. Objek Pajak Orang Pribadi


- Undang-undang Pajak Penghasilan menyatakan bahwa penghasilan
merupakan setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang berasal dari Indonesia maupun dari
luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk
apa pun. Dalam konteks orang pribadi, penghasilan dapat berasal kegiatan
usaha, pekerjaan bebas ataupun penghasilan-penghasilan lainnya.
- Dalam hal orang pribadi menjalankan kegiatan usaha dan melaksanakan
pembukuan, penghasilan neto dihitung dengan mengurangkan peredaran
usaha dengan harga pokok penjualan dan biaya usaha. Penghasilan neto dari
kegiatan usaha selanjutnya akan dilakukan beberapa penyesuaian fiskal baik
positif maupun negatif. Penyesuaian ini adalah penyesuaian penghasilan neto
komersial dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak berdasarkan
Undang-undang Pajak Penghasilan beserta peraturan pelaksanaannya, yang
dapat bersifat menambah maupun mengurangi penghasilan kena pajak.
- Dalam hal wajib pajak yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas namun peredaran usahanya atau peredaran brutonya kurang dari Rp4,8
miliar setahun maka Wajib Pajak dapat menggunakan NORMA
PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO. Selain itu Wajib Pajak yang memiliki
pekerjaan bebas seperti dokter, pengacara, notaris, akuntan, konsultan,
penilai, aktuaris dan arsitek juga wajib melaporkan penghasilan brutonya dan
Pajak Penghasilannya.

5. Bukan Objek Pajak PPh Orang Pribadi


- Bukan Objek Pajak PPh Orang Pribadi
- Bantuan/Sumbangan Bukan Objek Pajak PPh
- Pengertian Hibah Bukan Sebagai Objek Pajak PPh
- Pengertian Beasiswa Yang Dikecualikan Dari Objek Pajak Penghasilan (PPh).

6. Jenis pajak orang pribadi berdasarkan penghasilan yang diterima


- Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan
dari pekerjaan. Contoh :
a. Pegawai swasta
b. Pegawai BUMN
c. Anggota TNI
d. Anggota POLRI
e. PNS.
f. Pensiunan.
Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan
dari Usaha. Contoh:
a. Pengusaha toko emas
b. Pengusaha Industri Mie Kering
c. Pengusaha Persewaan Mobill
Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan
dari Pekerjaan bebas. Contoh :
a. Dokter
b. Notaris
c. Akuntan
d. Konsultan
Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan
lain yang tidak bersifat final (sehubungan dengan pemodalan).
Contoh :
a. Penghasilan Bunga pinjaman
b. Royalti
c. Sewa (yang bukan usaha pokoknya)
- Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan
yang bersifat final. Contoh :
a. Bunga deposito dan tabungan
b. Hadiah undian.
c. Persewaan tanah dan atau bangunan.
- Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan
yang bukan objek pajak. Contoh :
a. Penerima bantuan
b. Sumbangan
c. Hibah
- Wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan
dari luar negeri. Contoh :
a. Bunga dari luar negeri
b. Royalti dari luar negeri
c. Gaji dari luar negeri
- Wajib pajak orang pribadi yang menerima penghasilan dari berbagai
sumber. Contoh :
a. Pegawai swasta tetapi juga mempunyai usaha rumah makan.
b. PNS tetapi membuka praktek dokter

TUGAS MANDIRI TERSTRUKTUR/ TIDAK TERSTRUKTUR


MATERI PEMBELAJARAN I

Soal Pengetahuan
1. Siapa yang disebut dengan orang pribadi menurut UU Perpajakan?
2. Apa yang disebut dengan tahun pajak?
3. Apa yang disebut dengan pajak, penghasilan, subjek pajak, wajib pajak,
orang pribadi, dan domisili pajak menurut UU Perpajakan?
4. Sebutkan perbedaan subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak dalam
negeri!
5. Siapakah yang disebut sebagai subjek pajak orang pribadi dalam negeri
dan luar negeri?
6. Jelaskan bagaimanakah kriteria wajib pajak orang pribadi yang
menggunakan pencatatan.
7. Apa yang dimaksud dengan penghasilan luar negeri?
8. Jelaskan Karakteristik dari penghasilan yang dikenakan pajak secara
khusus (final).
9. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis penghasilan yang dikenakan pajak
final.
10. Sebutkan jenis penghasilan lain yang dikenakan pajak final, dan
sebutkan penghasilan yang bukan merupakan objek pajak

TUGAS MANDIRI TERSTRUKTUR/ TIDAK TERSTRUKTUR


MATERI PEMBELAJARAN I

Soal Keterampilan (Praktik)


 Menjelaskan pengertian wajib pajak orang pribadi dan dasar hukum serta
jenis-jenis pajak untuk WP orang pribadi
 Menyampaikan kewajiban dan hak wajib pajak orang pribadi
 Menyampaikan subjek dan objek pajak orang pribadi

MATERI PEMBELAJARAN II
Penghasilan Kena Pajak (PKP)

1. Penghitungan Penghasilan Kena Pajak (PKP)


“Penghasilan Kena Pajak atau yang biasanya disingkat dengan PKP adalah
penghasilan Wajib Pajak yang menjadi dasar untuk menghitung Pajak
Penghasilan. Pendapatan kena pajak diatur dalam Pasal 6 Undang - Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan”. Jadi dapat disimpulkan bahwwa PKP adalah Penghasilan Wajib
Pajak yang didapat setelah kita menghitung penghasilan netto dalam setahun
dan dikurangi PTKP dan hasil yang didapat tersebut akan menjadi dasar kita
menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 dalam satu tahun. Adapun lebih
jelasnya menjabarkan bagaimana cara menghitung besarnya Penghasilan
Kena Pajak (PKP)
- Menghitung Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
Negeri yang menggunakan pembukuan Dalam hal ini ada tiga cara peritungan.
a) PKP = penghasilan neto – PTKP (Penghasilan bruto – pengurang/biaya
diperkenankan sesuai UU PPh) – PTKP
b) PKP = penghasilan neto – zakat – PTKP (Penghasilan bruto –
pengurang/biaya diperkenankan sesuai UU PPh) – zakat – PTKP
c) PKP = penghasilan neto – zakat – kompensasi rugi – PTKP (Penghasilan
bruto – pengurang/biaya diperkenankan sesuai UU PPh) – zakat –
kompensasi rugi – PTKP
d) Menghitung Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
Negeri yang menggunakan Norma Perhitungan
PKP = penghasilan neto – PTKP (Peredaran usaha * presentase NPPN) – PTKP
Dan apabila dalam hal ini Wajib Pajak membayar zakat, maka perhitungannya
adalah
PKP = penghasilan neto – zakat - PTKP (Peredaran usaha * presentase NPPN)
– zakat – PTKP
- Menghitung Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang
kewajiban pajak subjektifnya sebagai Subjek Pajak DAlam Negeri ada dalam
Bagian Tahun Pajak PPh = Tarif Pasal 17 UU PPH * PKP

2. Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Tahun 2015


Masyarakat Indonesia saat ini yang memiliki penghasilan rendah wajib
bersyukur dengan adanya peraturan pemerintah baru yaitu Peraturan Menteri
Keuangan Nomor: 122/PMK.010/2015 mengenai tarif penyesuaian besarnya
penghasilan tidak Kena Pajak (PTKP).
Perubahan tarif PTKP setahun sebelumnya Rp. 24,3 juta menjadi sebesar Rp.
36 juta (3 juta per bulan) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi, dan berlaku
efektif untuk tahun Pajak 2015 atau per tanggal 1 Januari 2015.
Perhitungan perubahan PTKP terbaru tahun 2015.
- Wajib pajak tidak kawin dan memiliki tanggungan
Uraian Status PTKP
Wajib Pajak TK0 36.000.000,-
+ TK1 39.000.000,-
Tanggungan
1
+ TK2 42.000.000,-
Tanggungan
2
+ TK3 45.000.000,-
Tanggungan
3

- Wajib pajak kawin dan memiliki tanggungan


Uraian Status PTKP
+ WP Kawin K0 39.000.000,-
+ Tanggungan 1 K1 42.000.000,-
+ Tanggungan 2 K2 45.000.000,-
+ Tanggungan 3 K3 48.000.000,-

- Wajib pajak kawin, istri memiliki penghasilan dan digabung dengan suami
Uraian Status PTKP
+ WP Kawin K/I/0 75.000.000,-
+ Tanggungan 1 K/I/1 78.000.000,-
+ Tanggungan 2 K/I/2 81.000.000,-
+ Tanggungan 3 K/I/3 84.000.000,-
3. Perubahan Penghasilan Tidak Kenal Pajak – PTKP 2016
Usul kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk Wajib Pajak yang
semula Rp.36 juta berubah menjadi Rp.54 juta pertahun (setara dengan Rp.
4,5 juta per bulan) telah disetujui DPR. Menurut Menteri Keuangan Bambang
P.S. Brodjonegoro, PTKP ini akan diberlakukan mulai Bulan Juni 2016
mendatang, dan perhitungannya berlaku surut mulai dari Bulan Januari 2016.
Kalau diperhatikan dan dianalisa kenaikan PTKP 2016 ini lebih kurang 50%
dari PTKP 2015, dan kenaikan PTKP 2015 juga demikian lebih kurang 50%
dari PTKP 2014 (data aktual PTKP 2014 : 24,3 juta, 2015 : 36 juta, 2016 : 54
juta).
Kenaikan PTKP 2016 ini ditanggapi positip dari berbagai kalangan masyarakat
terutama karyawan atau buruh yang saat ini masih memperoleh penghasilan
lebih kurang senilai Upah Minimum Regional (UMR).
Dengan adanya penyesuaian tarif PTKP 2016 ini secara hitungan matematis
sudah pasti menyebabkan pendapatan negara dari Wajib Pajak orang pribadi
akan turun, namun diharapkan dengan adanya kenaikan tarif ini dapat
mensejahterakan masyarakat kurang mampu dan meningkatkan kesadaran
bagi Wajib Pajak untuk melapor SPT PPh sesuai dengan penghasilan yang
diperolehnya.
- PTKP wajib pajak tidak kawin dan memiliki tanggungan
Uraian Status PTKP
Wajib Pajak TK0 54.000.000,-
+ TK1 58.500.000,-
Tanggungan
1
+ TK2 63.000.000,-
Tanggungan
2
+ TK3 67.500.000,-
Tanggungan
3

- PTKP wajib pajak kawin dan memiliki tanggungan


Uraian Status PTKP
+ WP Kawin K0 58.500.000,-
+ Kawin Anak K1 63.000.000,-
1
+ Kawin Anak K2 67.500.000,-
2
+ Kawin Anak K3 72.000.000,-
3

- PTKP wajib pajak istri mempunyai penghasilan dan digabung dengan suami
Uraian Status PTKP
+ WP Kawin K/I/0 112.500.000,-
+ Kawin Anak K/I/1 117.000.000,-
1
+ Kawin Anak K/I/2 121.500.000,-
2
+ Kawin Anak K/I/3 126.000.000,-
3

4. Cara menghitung PPh pasal terutang


Penghitungan PPh Terutang bagi WP yang memperoleh penghasilan dari usaha
atau pekerjaan bebas dengan menggunakan pembukuan maupun pencatatan
dan WP yang memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan adalah:
PPh Terutang = (Penghasilan Kena Pajak x Tarif PPh Orang Pribadi) –
Pengembalian PPh pasal 24 yang Telah Dikreditkan

Untuk keperluan penerapan tarif pajak dalam menghitung PPh terutang.


Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh.
Mulai tahun pajak 2009 tarif Pasal 17 UU PPh berubah menjadi:

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif PPh


Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%
Di atas Rp 50.000.000,00 s.d. Rp 250.000.000,00 15%
Di atas Rp 250.000.000,00 s.d. Rp 500.000.000,00 25%
Di atas Rp 500.000.000,00 30%

5. Pengembalian/Pengurangan PPh Pasal 24 dan yang telah dikreditkan


Selisih antara besarnya pajak yang telah dikreditkan dengan besarnya pajak
yang dapat dikreditkan di Indonesia setelah adanya
pengembalian/pengurangan PPh yang dibayar/dipotong/terutang di luar
negeri, yang diterima dalam tahun pajak yang bersangkutan sepanjang
pengembalian/pengurangan bukan disebabkan oleh adanya perubahan
penghasilan. Oleh karena PPh yang dibayar/dipotong/terutang di luar negeri
tersebut semula telah dikreditkan dari PPh terutang dalam SPT Tahunan PPh,
maka dengan pengurangan/restitusi atas PPh yang dibayar/dipotong/terutang
di luar negeri tersebut menyebabkan pengkreditan tersebut menjadi lebih
besar dari yang seharusnya. Selisih tersebut harus dibayar kembali dengan
menambahkan pada PPh terutang dalam tahun ini

6. Penghitungan kredit pajak penghasilan


Kredit Pajak = PPh yang Dipotong/Dipungut Pihak Lain + PPh yang Dibayar/Dipotong di Luar Negeri + PPh
Ditanggung Pemerintah + PPh yang Dibayar Sendiri

Kredit pajak adalah pengurangan jumlah kewajiban atau pajak terutang.


Penghitungan Kredit Pajak bagi WP yang memperoleh penghasilan dari usaha
atau pekerjaan bebas dengan menggunakan pembukuan maupun pencatatan
dan WP yang memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan adalah:

- PPh yang dipotong/dipungut oleh pihak lain/ditanggung pemerintah


a. PPh Pasal 21 (Bukti Potong/Formulir 1721 A1)
b. PPh Pasal 22 (Bukti Potong/Surat Setoran Pajak-SSP)
c. PPh Pasal 23 (Bukti Potong)
d. PPh yang Ditanggung Pemerintah
e. PPh yang Dibayar/Dipotong/Terutang di Luar Negeri
- PPh yang dibayar sendiri
a. PPh Pasal 25 Ayat (1) UU PPh
b. PPh Pasal 25 Ayat (7) UU PPh
c. STP PPh Pasal 25 (Hanya Pokok Pajak)
d. Fiskal Luar Negeri (FLN)
e. Pengkreditan Fiskal Luar Negeri (FLN)

7. Penghitungan PPh Kurang/Lebih Bayar


Penghitungan PPh akhir tahun dilakukan dengan mengurangkan PPh terutang
dengan kredit pajak yang telah dibayar oleh WP dalam tahun berjalan, baik
melalui pembayaran sendiri maupun pemotongan/pemungutan pihak lain.

Kurang Bayar (PPh Pasal 29 UU PPh) adalah saat di mana PPh Terutang lebih
besar dari Kredit Pajak, sedangkan Lebih Bayar adalah saat di mana PPh
Terutang lebih kecil dari Kredit Pajak yang harus dilunasi paling lambat
tanggal 25 bulan ketiga setelah tahun pajak berakhirnya dan sebelum SPT
Tahunan disampaikan.

TUGAS MANDIRI TERSTRUKTUR/ TIDAK TERSTRUKTUR


MATERI PEMBELAJARAN I

Soal Pengetahuan
Nama WP : Tn Bagas
Status : K/2
NPWP : 21.123.456.789-4.987.000
Alamat : Garut Jawa Barat

Data Laporan Rugi Laba Tahun 2014:


PENJUALAN
Penjualan Bruto Rp. 5.000.000.000,-
Retur Penj Rp. 400.000.000,-
Potongan Penjual Rp. 200.000.000,-
Penjualan Neto Rp. 4.400.000.000,-

HARGA POKOK PENJUALAN


Persediaan Awal Rp. 500.000.000,-
Pembelian Neto Rp. 2.750.000.000,-
Persediaan Akhir Rp. 350.000.000,-
Harga Pokok Penjualan Rp. 2.900.000.000,-
Laba Usaha Rp. 1.500.000.000,-

BIAYA OPERASIONAL
Gaji & Upah Rp. 350.000.000,-
ATK Rp. 15.000.000,-
Transportasi:
Wisata Karyawan Rp. 7.500.000,-
Perjalanan Dinas (bukti lengkap) Rp. 30.000.000,-
Pemeliharaan Kantor Rp. 45.000.000,-
Listrik & Telepon Rp. 25.000.000,-
Penyusutan Aktiva Rp. 300.000.000,-
Sewa Kantor Rp. 25.000.000,-
Kerugian Penjualan Mobil (Pribadi) Rp. 30.000.000,-
Sumbangan untuk karyawan menikah Rp. 5.000.000,-
Biaya Iklan:
Promosi Usaha Rp. 30.000.000,-
Ucapan Selamat Lebaran Rp. 3.000.000,-
Biaya Asuransi:
Premi asuransi kebakaran toko/kanto Rp.17.500.000,-
Premi asuransi jiwa Tn. Bagas Rp. 15.000.000,-
Pendidikan & pelatihan pegawai Rp. 12.000.000,-
Sumbangan:
Korban longsor Pameungpeuk Rp. 7.000.000,-
GN OTA Rp. 13.000.000,-
Bobotoh Persib Rp. 2.000.000,-
Lain-lain:
Hadiah kpd pegawai (pakaian) Rp. 6.000.000,-
Makan siang seluruh karyawan Rp. 25.000.000,-
Honor Cleaning Service Rp. 24.000.000,-
Jumlah Biaya Operasional Rp. 987.000.000,-
Penghasilan Sblm Pajak (Komersil) Rp. 513.000.000,-

Keterangan tambahan:
Setelah dihitung kembali, penyusutan aktiva menurut fiskal
seharusnya Rp. 275.000.000,-
Diminta hitung Pajak kurang bayar Tn. Bagas untuk tahun 2014?
TUGAS MANDIRI TERSTRUKTUR/ TIDAK TERSTRUKTUR
MATERI PEMBELAJARAN I

Soal Keterampilan

Topik diskusi yang diberikan guru dalam model pembelajaran kooperatif:


- Mengidentifikasi tata cara menentukan jumlah penghsilan kena pajak,
penghasilan tidak kena pajak, dan pajak (PPh) terutang untuk WP OP
- Mengidentifikasi prosedur pengembalian/pengurangan PPh 24 yang telah
dikreditkan, kredit pajak, dan PPh kurang/lebih bayar untuk WP OP
- Melakukan perhitungan PPh untuk OP sesuai latihan soal

Anda mungkin juga menyukai