Abstrak
Pengendalian system di dunia industri sangat diperlukan dalam keadaan offline sehingga proses produksi
tidak terganggu. Permodelan system bertujuan untuk melakukan simulasi system dan mendesain
pengendali untuk memperbaiki respon system, salah satunya dengan menggunakan pengendali PID.
Permodelan system dan Pengendali PID dapat dilakukan dengan metode Ciancone. Salah satu system
yang sering digunakan untuk dilakukan permodelan adalah system Pressure Process Rig. Pada penelitian
ini, dilakukan permodelan system dan desain pengendali PID dengan metode Ciancone pada Sistem
Pressure Process Rig 38-714 dengan menggunakan Matlab Simulink.
Kata Kunci: Pengendali PID, Permodelan System, Pressure Process Rig 38-714, Metode Ciancone.
Abstract
Control System in industry is indispensable in offline mode so that the production process is not
disrupted. Modelling System aims to simulate the systems and to design controller to improve response
system, such as PID Controller. Modelling System and PID Controller can be done with Ciancone
methods. The system which is usually used to do modeling is Pressure Process Rig System. In this study,
Modelling System and Designing PID Controller were conducted with Ciancone method in Pressure
Process Rig 38-714 System using Matlab Simulink.
Keywords: PID Controller, System Modelling, Pressure Process Rig 38-714, Ciancone Method
1 PENDAHULUAN
Pengukuran dan Kendali proses merupakan hal yang sangat penting dalam proses industri.
Pengukuran pada proses industri dilakukan untuk memperoleh variable yang dikontrol sehingga
keluaran proses dapat dimanipulasi sesuai dengan keluaran yang diinginkan. Kendali proses
merupakan suatu teknik kendali pada proses industri. Suatu proses industri biasanya memiliki plant
yang tidak dapat diketahui secara langsung proses di dalamnya. Sementara keluaran dari sistem perlu
untuk dikendalikan untuk mendapatkan keluaran yang diharapkan. Hal ini yang menjadi peran
pengukuran dan pengendalian proses pada pentingnya proses industri. Pengukuran diperlukan untuk
mengukur variable yang dikontrol untuk dilakukan feedback kepada sistem. Pengendalian proses
berperan dalam memanipulasi keluaran sistem sehingga keluaran sistem sesuai dengan keluaran yang
diharapkan.
Pengendalian proses sangat erat kaitannya dengan proses identifikasi. Proses Identifikasi
merupakan pengenalan suatu sistem atau plant yang akan dikendalikan. Hal ini dilakukan untuk
membuat kontroler secara offline sehingga proses industri tidak terganggu. Simulasi dilakukan dengan
mengidentifikasi sistem menjadi suatu transfer function sesuai dengan plant. Oleh karena itu, Proses
identifikasi merupakan salah satu faktor penting yang menunjang keberhasilan dalam merekayasa
suatu sistem kendali yang stabil, robust, dan mampu beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan.
(a) (b)
Gambar 1. (a) Pressure Process Rig; (b) Cara Kerja Pressure Process Rig
Pada Gambar 1.b, menggambarkan cara kerja Pressure Process Rig. Pada Gambar 1.b., terlihat
komputer memberikan sinyal digital yang masuk ke DAC, kemudian dikonversi menjadi tegangan
analog antara 0.4-2V, kemudian masuk ke rangkaian V/I sehingga di konversi menjadi arus 4-20 mA.
Arus ini akan masuk ke plant (pressure process rig) dan diubah dengan I/P converter untuk mengatur
Pneumatic Control Valve. Aliran yang akan keluar di sense oleh differential pressure sensor yang
bekerja dengan prinsip Bernaulli. Dengan transducer, nilai aliran akan dikonversi menjadi sinyal
elektrik (arus). Arus kemudian dikonversi dengan rangkaian I/V menjadi tegangan. Tegangan
dikonversi oleh ADC menjadi sinyal digital agar dapat dibaca oleh computer.
Pressure Procee Rig tersusun dari beberapa komponen, yaitu Kompresor, I/P Converter, Control
Valve, Pressure Sensor, Differential Pressure Process, Manual Valve, PC (yang di dalamnya terdapat
ADC, DAC, dan PCI Card), Gauge, dan Regulator. Kompresor merupakan pompa bertekanan yang
berfungsi sebagai penyuplai udara ke semua saluran pipa. Kemudian, I/P Converter digunakan untuk
mengubah arus listrik menjadi tekanan. Aliran udara akan bergerak melewati regulator, valve, pipa,
(a) (b)
Gambar 2. (a) Process Reaction Curve – Method I; (b) Process Reaction Curve – Method II
3 PEMBAHASAN
Pengambilan data pada Pressure Process Rig untuk dilakukan permodelan sistem tersebut.
Pengambilan data dilakukan dengan memberikan input step dengan initial value sebesar 0.3 dan final
value sebesar 1 dengan perubahan step dilakukan pada detik ke-5. Data tersebut diolah menjadi grafik
response sistem sebagai berikut.
t28% = 5.121 s
δ t63% = 5.211 s
Gambar 4. Permodelan sistem Pressure Process Rig dengan Process Reaction Curve
Dengan menggunakan Gambar 2, diberikan persamaan Process Reaction Curve untuk
memperoleh transfer function permodelan system Pressure Process Rig.
FinalValue InitialVal ue [1]
Value 63% InitialVal ue ( 63%) [2]
t 63% [5]
Kp [6]
Kp s
G( s) e [7]
s 1
Dengan menggunakan Persamaan 1 sampai dengan persamaan 7, diperoleh data sebagai
berikut.
Tabel 1. Data Perhitungan Process Reaction Curve dari Grafik Gambar 4
Gambar 13. Grafik input dan output blok diagram sistem yang telah dimodifikasi
Pada Gambar 13, terlihat respon sistem masih belum dapat mengikuti input sehingga
diperlukan desain pengendalian PID sistem.
4.1 Analisis Percobaan Pengendali PID Ciancone pada Sistem Pressure Process Rig
Pada percobaan Pengendali PID Ciancone pada Real Sistem Pressure Process Rig, digunakan
pengendali PID yang telah dimodelkan sebelumnya, yaitu dengan Kc = 2.79, Ti = 0.168, dan Td =
0.0105. Pengendali PID yang telah disimulasikan di SIMULINK MATLAB dengan plant permodelan
Gambar 19. Blok Diagram Continous pada Real Pressure Process Rig.
Dari percobaan tersebut, diperoleh hasil grafik sebagai berikut.
6 REFERENSI
[1] Ashok Kumar, Rajbir Morya, Munish Vashishath. "Performance Comparison Between Various
Tuning Strategies: Ciancone, Cohen Coon & Ziegler- Nicholas Tuning Methods." International
Journal of Computers & Technology, 2013: 60.
[2] D.E. Seborg, T.F. Edgar, D.A. Mellichamp. Process Dynamics and Control. New York: Wiley,
1989.
[3] Marlin. Process Control: Designing Process and Control Systems for Dynamic Performance
2nd Ed. New York: McGraw-Hill, 2000.
[4] Nise, Norman S. Control Systems Engineering, 4th Ed. New York: John Wiley, 2004.
[5] Ogata, Katsuhiko. Modern Control Engineering, 2nd Ed. Jakarta: Erlangga, 1991.
[6] Pratomo, Vector Anggit. "Perancangan Pengendali PID Pada Pressure Process Rig (38-714)
Berbasis Miktrokontroller AVR Atmega8535." Jurnal Teknik FTUP, 2012: 106-113.
[7] R. Ciancone, T. Marlin. "Tune Controllers to meet Plant Objectives." Control, 1992: 50-57.
[8] Shinskey, F.G. Process-Control Systems, Application, Design, and Tuning, fourth ed. New
York: McGraw-Hill, 1996.
1
Ahmad Rofii
1
Teknik Elektro UTA’45 Jakarta
Ahmad.rofii@uta45jakarta.ac.id
Abstrak
Kebutuhan sumber tegangan yang memilki variable halus dapat dilayani dengan berbagai macam peralatan.
Salah satu peralatan yang dapat dibangun untuk menghasilkan variable tegangan tiga fasa adalah auto
transformator atau slide transformator. Membangun sebuah auto/slide transformator dapat direalisasikan dengan
menggnakan kumparan toroid. Hasil yang diperoleh dengan membangun Slide transformatoryang menggunkan
kumparan toroid dapat menghasilkan variasi tegangan berbanding lurus dengan variasi perbandingan
transformator. Selanjutnya berdasar hasil pengujiaan bahwa transformator yang dibangun memilki para meter
penyebab rglasi tegangan masih relatip kecil yaitu sebesar 1,8%.
Abstract
Needs have variable voltage source fase can be served with a variety of equipment. One of the tools that can
be built to generate three-phase voltage, The name is variable auto transformer or slide transformer, One of
the tools that can be built to generate three-phase voltage, that names is variable auto transformer or slide
transformer. Build an auto / slide the transformer can be realized by using a coil toroid. Results obtained , build
using the build toroid coils transformator can generate voltage variation is directly proportional to the
variation ratio of the transformer. that is transformer have voltage regulation causes is still relatively small in
the amount of 1.8%.
1 PENDAHULUAN
Untuk menghasilkan Variasi tegangan arus bolak balik 3 fasa dapat dilakukan dengan berbagai cara,
dengan menggunakan peralatn elektronik, transformator tap changer atau dengan Slide/auto
transformer. Variable keluaran tegangan arus bolak balik 3 fasa dengan besar tegangan sampai 380 V
bila menggunakan peralatan elektronik harus didesain sedemikaian rupa dengan cukup rumit dan
mahal. Sebagai upaya lain untuk menghasilkan tegangan variable arus bolak balik tiga fasa dapat
digunakan sistim tap changer, namun sistim ini memilki kekurangan yaitu variatif tegangan yang
Auto Transformator adalah transformator yang hanya memilki satu kumparan transformator.
Kumparan tersebut dapat besfungsi sebagai Primer sekaligus skunder. Variabel tegangan maksimum
sisi skunder transformator sama dengan tegangan primer. Auto transformator berdaya kecil < 2500
VA. Berdasarkan bentuk fisiknya umumnya didesain membentuk silinder Toroid . Manfaat dari
bentuk seperti silinder Teroid adalah adanya variasi tegangan sebanding dengan variasi perbandingan
transformator dan dapat mempermudah dalam pengoperasian nya.
Auto Transformator satu fasa saat ini dapat ditemui di toko toko penjual alat alat listrik,
namun untuk auto tarnsformator untuk kapasitas 3000 VA tiga fasa di pasaran masih sulit ditemui,
oleh karena itu untuk memenuh kebutuhan supali arus bolak balik tiga fasa variable, maka kami coba
merancang bangun auto tarafo tigafasa 3000 VA dengan bahan dasar adalah auto trafo satu fasa.
Dalam perancangan ini ditentukan parameter parameter umum transformator dengan cara mengikuti
formula formula yang berkaitan.
1.2 Tujuan
Maksud dan Tujuan dalam rancang bangun ini adalah :untuk menghasilkan rancang
bangun auto trafo 3 fasa yang dapat digunakan sebagai alat penghasil tegangan variable 3 fasa yang
halus.
2 METODE PERANCANGAN
Untuk memudahkan penggunaan hasil perancangan bentuk liltan yang berkaitan dengan karya
tulis ini adalah liltan inti Toroid dimana lilitan inti bentuknya sederhana membentuk silinder yang
telah ada dipasaran.Kumparan ini berbentuk Donat yang mengahasilkan medan magnet luar berbentuk
kutub utara dan selatan.
Kumparan di bagi dalam dua bagian yaitu kumparan dengan inti tetap dan kumparan dengan inti
bergerak. Bentuk inti kumparan bermacam macam induktor solenoid, kumparan inti Toroid and
kumparan bentuk inti. Bentuk liltan yang berkaitan dengan karya tulis yang akan dirancang adalah
menggunakan kumparan selenoid inti besi tetap adalah lilta inti Toroid dimana lilitan inti bentuknya
sederhana membentuk silinder. Kumparan ini berbentuk Donat yang mengahasilkan medan magnet
luar berbentuk kutub utara dan selatan.
Pada kumparan toroid besar medan magnet di pusat atau titik tengah ditentukan berarkan
hukum amper yaitu dengan formula sebagai berikut
B. 2 . . r . N . l …………………………………1
Dimana
Besar induktnsi dapat dihitung dengan cra yang sama perhitungan pada coil penghantar yaitu dengan:
. N 2. A
L ……………………………………….3
2 . ; r
Dimana L adalah iduktor, µ adalah permeabolitas, N adalah Jumlah lilitan, r= Jari jari
lingkaran garis telah luas pemanpang kumparan, dan A adalah luas penampang
N1
i2 i1
N1
i2
i1 V2
V1 N2
V2 i3
Sisi TR N2 i3 Sisi TT
V1
Ekivalen ototransformer penaik
tegangan
Dimana
i3 i2 i1
1 V1 I N2 N
, 1 1 2 , …………………….4
a V2 I 2 N1 N 2 N1
V2 N2 N V2 I 1 1
1 2 ,
V1 N1 N 2 N1 V1 I 2 a
Sehingga
CU OTr ( N1 N 2 ) I 1 1
1 ………………………………………...5
CU Tr N1 I 1 N 2 I 2 a
Bahan utama yang digunakan adalah Kumparan donut dari sebuah transformator satu fasa,
selai bahan tersebut untuk mendesain sebuah transformator bahan yag sangat penting adaIah isolator
isolator adalah bahan penyekat yang tidak dapat dialiri arus listrik.Ada dua buah macam bahan isolasi
yang dipergunakan pada transformator,yaitu:
1.Zat padat
2. zat cair.
Minyak mineral ( Minyak trafo ) yang mana meskipun berfungsi sebagai pendingin,juga
merupakan isolasi tegangan tinggi yang baik pada transformator. Dalam perancangan ini bahan
isolasi yang digunakan adalah:
• kertas
• Kayu
• Mika , fiber,dll
Gulungan trafo ini berfungsi sebagai transformasi tegangan untuk menaikan dan menurunkan
tegangan.Secara umum jenis kumparan terbagi menjadi :
Ring plat ini diletakkan diatas gulungan yang berfungsi sebagai penyangga gulungan
sekaligus sebagai poros as lidah arang.
Pada bagian as ini berfungsi untuk as lidah arang,agar apabila lidah arang digerakkan tiga-
tiganya ikut bergerak secara bersama.Sehinga tegangan output yang dihasilkan besarnya relative
sama. As ini kita buat ketukang bubut,karena panjang as ini tiga kali lebih panjang dengan panjang as
yang ada pada autotrafo satu fasa
As ini digunakan sebagai penyekat dan penyangga tap antar gulungan,agar susunan yang
diperoleh rapi dan tidak bergeser.
Dibawah ini adalah bagian-bagian atau komponen yang diperlukan sebagai langkah awal untuk
merancang bangun autotrafo 3 fasa,yang terdiri dari
Gambar.7.adalah merupakan pengumpulan bahan yang ada pada autotrafo satufasa kecuali as lidah
arang kita pesan khusus.
Pada langkah penyusunan gulungan disusun tumpuk keatas hal ini untuk memudahkan,dalam
proses pergeseran lidah arang.Pergerakan lidah arang harus secara bersama-sama atau serentak agar
tegangan output antar fasa relativ sama.Dalam hal penyusunan atau penempatan gulungan harus
mengutamakan keselamatan.Hal ini dapat dilakukan dengan pemasangan isolasi sebagai penyekat
gulungan,agar tidak terjadi kontak body. Isolasi tambahan yaitu veternak,veternak inilah yang
digunkan sebagai sekat antar gulungan.
Setelah direncanakan dan dibuat, autotrafo tersebut lalu di uji.Pada pengujian autotrafo ini
bertujuan untuk mendapatkan parameter parameter yang diperlukan sebagai bahan analisa.Dan hasil
analisa merupakan sifat atau karakteristik dari autotrafo yang kita rancang.adapun tahapan pengujian
antara lain : pengujian beban nol ,pengujian berbeban dan pengujian hubung singkat.
Pada pengujian beban nol,berbeban maupun hubung singkat nantinya akan diukur
tegangan,arus ,dan daya baik pada bagian input maupun outputnya
Pengukuran beban nol dipakai untuk mencari rugi-rugi besi pada transformator. Rangkaian
ekivalen pada keadaan transformator tanpa beban seperti gambar 3.1 dibawah ini, bila tegangan V
diberikan pada sisi tegangan rendah (lebih rendah), maka akan mengalir Io pada impedansi bocor Z2 =
R2 + jX2 (sisi tegangan yang lebih rendah) yang diseri dengan impedansi eksitansi Zo = Rc + jXm.
karena pada Z2 << Zo maka Z2 dapat diabaikan tanpa mengurangi ketelitian.
A W TR TT
A W Io
V
Xm
1. Tegangan masuk (Vin) yang diukur dengan voltmeter, merupakan tegangan Vn sisi tegangan
rendah (lebih rendah).
2. Arus beban nol (Io) yang diukur dengan ampermeter.
3. Daya, karena adanya rugi besi (histerisis dan arus putar) Pb = Pc yang diukur dengan
wattmeter, dan rugi tembaga pada kumparan primer yang dalam hal ini dapat diabaikan.
Pc
Pc I c Vin atau I c ......................................................................... 6
Vin
Rc
Vin
Ic
V
dan Z o in atau X m
Io
Z 2
o Rc2
Vin V
Rc dan X c in
Ic Im
Dalam hal ini tegangan Vin merupakan tegangan pada keadaan tegangan pengenal pada sisi
tegangan transformator.
Percobaan hubung singkat ini dapat dipakai untuk mencari rugi-rugi tembaga. Arus hubung
singkat pada tegangan nominal akan sangat besar, hingga dapat merusak lilitan primer skunder karena
panas yang timbul (karena rugi-rugi tembaga pada lilitan). Pada percobaan ini arus yang mengalir
pada ampermeter diatur sedemikian hingga tidak menimbulkan panas yang berlebihan. Pada
umumnya tegangan Vi sekitar 5 – 10 % dari tegangan nominal.
Rek Xek
W
V Ihs A
Dalam keadaan hubung singkat, impedansi beban diperkecil hingga nol akibatnya I2 jauh
lebih besar dibandingkan dengan Io. oleh karena V2 kecil dan akibatnya V1 juga kecil yang
berartifluks magnetik dan kerapatan fluks (B) juga kecil, dan dapat diabaikan. Impedansi yang ada
Zekl = Rekl + jXekl yang membatasi arus.
Dari hasil pengukuran tersebut dapat dihitung, dimana Pcu = rugi tembaga.
Pada umumnya R1 ≈≡a2R2 dan X1 ≈≡ a2X2, selain itu rugi-rugi tembaga sebanding dengan kuadrat
arusnya. Tegangan hubung singkat (Vhs) sering dinyatakan dalam persen yaitu ;
Vhs
Vhs % 100% ................................................................................................... 9
V1
1 100
I hs I1 I1 ……………………………………………….10
Vhs V1 %Vhs
Pengaturan tegangan suatu transformator adalah perubahan tegangan sekunder pada beban nol
dan berbeban pada suatu faktor kerja tertentu, pada tegangan primer tetap, pengaturan tegangan ini
pada umumnya dinyatakan dalam %.
Pada keadaan tanpa beban dan semua sisi primer dinyatakan pada sisi-sisi sekunder maka
V2 (beban penuh) = V1(l/a) jadi dapat ditulis V2 (beban penuh) = V2
V1 a V2
Pengaturan tegangan % %V 100% ………………….. 12
V2
Isolasi yang di gunakan adalah isolasi ( email ) supreme yang memiliki klas F,dimana klas F
memiliki daya tahan suhu maksimum 130C.Sengan demikian tranformator ini maju menahan panas
sampai 130C.
Berdasar hasil pengujian hubung singkat bahwa terjadi pergerakan isolasi ( panas yang
membahayakan ) ketika arus sekunder mencapai 6 Amper.dan ini menunjukan bahwa tranformasi ini
hanya boleh dibebani kurang dari 6 Amper
Data teknis diatas adalah data acuan berdasar hasil rancang bangun yang kemudian di lakukan
pengujian-pengijian untuk menghasilkan parameter trafo tersebut.
Pengujian beban nol dalam proses pengujian ini di lakukan pada kondisi trafo 1.Data hasil
pengujian adalah sebagai berikut.
Input Output
Tegangan 220 volt 250 volt
Arus 0,3 A Nol
Daya 6,6 W Nol
berdasar data tersebut maka dapat dketahui parameter Rc ( rugi tembaga ) , Xm,dan mpedensi exiter
IO E1
berdasar formula 2.13 dimana RC dimana Zo adalah impedansi exiter I O
ZO ZO
dimana Zo = Rc + J Xm.
223
Maka Rc 165,18
0,00135
Untuk menghitung parameter yang lain untuk memenuhi besaran besaran yang ada pada rangkaian
ekuivalen transformator hasil rancangan adalah dengan menentukan Tahanan, reaktansi dan
Impedansi ekuivalen, engn metode sbagai berikut
Z2 = R2 + X2
Tujuan utama dalam pengujian hubung singkat adalah menentukan Rugi Tegangan, nilai
tahanan dan nilai reaktansi transformator uji. Proses pengujian dilakukan pada koneksi satu fasa dan
data yang diperoleh adalah
Input Output
V Cos I V I
3 0,24 0,3 0 1,5
8 0,94 0,5 0 5,2
11 0,94 0,7 0 7,8
16 0,95 1,7 0 11,2
70 0,95 1,7 0 16,7
Dengan menggunakan formula Req = R1 + a2 R2 dimana a pada saat pengujian ini adalah 1,
maka Req = R1 + R2 atau R1 = ½ Req dan R2 = ½ Req Dan Zeq = Req + Xeq
Pin Pin
Jika X REq _ X Eq dan REq 2
Dan Re q 2 maka diperoleh nilai nilai sebagai
I1 I1
berikut
1000
Maka arus nominal I N 4,5 A
220
Pada bagian sekunder maka equivalen dengan pengujian hubung singkat pada 8 volt input yaitu 5,2
ampere.Sehingga dalam keadaan nominal R1 dan R2 trafo tersebut adalah 7,7 ohm
Xeq Zeq Re q
Regulasi tegangan dihasilkan dengan cara pemberian beban beban nol dan pemberian beban
penuh.Sedangkan pengukuran dilakkan pada sisi sekunder.data yang dihasilkan adalah sebagai
berikut:
=1,8 %
Berdasarkan hasil pengujian pengamatan dan analisa pada dasarnya transformator adalah alat
transfer seluruh energi dari primer terhadap sekunder namun dalam realita(hasil rancangan) terbukti
tidak semua energi primer ditransformasikan ke sekunder artinya masih ada energi yang terbuang atau
tersimpan pada transformator
- Energi yang tersimpan dalam transformator ini direferensikan sebagai induksi cangkang
dalam bentuk non magnetik diantara kumparan-kumparan dan dalam teori (equivalent
circuit)adalah seri dengan kumparan (konstanta R ekuivalen) dan sebanding dengan arus yang
mengalir pada sekunder(beban)
-
Energi yang tidak disalurkan kesekunder(tersimpan) yang lain adalah dalam bentuk mutual
induksi yang direverensikan dalam equivalent circuit (X equivalen) adalah pararel dengan
gulungan
Konstatanta (R equivalen dan X equivalen) trafo tersebut adalah suatu representasi dari trafo
sebenarnya (bukan ideal),
Hasil rancang bangun menunjukan bahwa auto trafo ini memililiki regualasi tegangan 1,8% dan
menurut standar PUIL bahwa tegangan rendah drop tegangan yang diijinkan adalah kurang dari 5 %,
Jadi hasil rancang bangun dapat dipakai alat pratikum pada laboratorium atau juga dapat digunakan
untuk kepentingan lain misalnya pengasutan motor tiga fasa kapasitas 3 Hp.
Setelah dilakukan pengujian dan analisa pada hasil rancang bangun autotrafo dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Ketahanan panas bahan isolasi adalah kelas F atau suhu maksimum 130 ° Celsius sehingga
auto trafo ini dapat digunkan untuk suhu ambien normal dan beban penuh
2. Kekuatan Penampang kawat (kumparan) dibawah 7 ampere, ini menandaan bahwa auto
transformtor ini mampu di gunakan untuk beban 80% X 7 Amper
3. Kemampuan daya maksimal Autotrafo adalah 1000Va/fasa dan 3000Va dalam keadan tiga
fasa
4. Regulasi tegangan atau tegangan yang terbuang kurang lebih 1,8%, regulasi tegangan sebesar
ini dapat melayani beban beban yang beban toleransi tegangan 10 %
5 REFERENSI
[1]. B.L. Teraja, a text-book of technology in s.i System of unit, publication division of NIRJA
CONSTRUCTRION & DEVELOPMENT CO.(P) ltd, new delhi 1994.
[2]. Stephen j.c ELECTRIC MACHINERY FUNDAMENTALS, McGraw-Hill Book Company 1985.
[3]. Mochtar wijaya, ST, DASAR – DASAR MESIN LISTRIK, penerbit djambatan 2001.
[4]. A. E. Fitzgerald, alih bahasa oleh Joko Achyanto, MSC. EE, MESIN-MESIN LISTRIK, edisi empat
erlangga, 1997.
[5]. Zuhal, prof, DASAR TEKNIK TENAGA LISTRIK DN ELEKTRONIKA DAYA, penerbit PT
Gramedia Jakarta, 1992.
[6]. Singh Barbir, Elektrical Machine Design, Vakas Publising House PVT, Bombay.
12
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta,
syah.alam@uta45jakarta.ac.id, nyoman.yogi@uta45jakarta.ac.id
Abstrak
Dalam paper ini dibahas tentang antena mikrostrip yang dirancang untuk aplikasi TV Digital (DVB T2) pada
frekuensi kerja 586 MHz dengan menggunakan metode peripheral slits. Metode peripheral slits digunakan
untuk membuat ukuran antena menjadi lebih kecil dan compact sehingga dapat digunakan untuk aplikasi TV
Digital DVB T2 untuk kondisi dalam gedung (indoor). Antena yang di desain memiliki bentuk patch segiempat
yang diberi beban beberapa slit untuk dapat membuat antena menjadi kecil. Bahan substrat yang digunakan pada
perancangan antena ini adalah FR 4 Epoxy yang memiliki nilai konstanta dielektrik (єr) = 4,3 dengan ketebalan
bahan (h) 1,53 mm. Dari hasil simulasi dengan bantuan perangkat lunak diperoleh nilai return loss -18,56 dB
dengan nilai VSWR 1,269.
Abstract
In this paper discussed about microstrip antenna designed for application Digital TV ( DVB T2 ) at the working
frequency of 586 MHz using peripheral slits . Methods used to make the peripheral slits become smaller
antenna size and compact so it can be used for DVB T2 Digital TV applications for the conditions in the
building (indoor ) . The antenna design has the shape of a rectangular patch which is loaded multiple slit to be
able to make the antenna to be small . Substrate materials used in the design of this antenna is Epoxy FR 4
which has a dielectric constant values ( єr ) = 4.3 with a material thickness ( h ) of 1.53 mm . From the
simulation results obtained with the help of software -18.56 dB return loss VSWR value 1.269 .
1 PENDAHULUAN
Penyiaran televisi digital merupakan suatu teknologi yang tidak dapat dihindari oleh negara-
negara manapun di dunia. Perkembangan teknologi penyiaran televisi digital menjadi suatu tuntutan
global dimana setiap negara telah dan sedang dalam proses menuju peralihan dari sistem penyiaran
analog ke digital. Keuntungan implementasi penyiaran televisi digital antara lain penerimaan gambar
dan suara yang lebih tajam dan lebih baik, pemakaian frekuensi radio yang lebih efisien [1].
Menghentikan siaran analog akan menghemat penggunaan spektrum frekuensi radio.
Standar penyiaran televisi digital juga telah mengalami perkembangan dari Digital Video
Broadcasting – Terestrial (DVB-T) menjadi Digital Video Broadcasting – Terestrial second
generation (DVB-T2). Pemerintah melalui Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No.
05/PER/M.KOMINFO/2/2012 tentang Standar Penyiaran Televisi Digital Terestrial Penerimaan
Tetap Tidak Berbayar (free-to-air), menetapkan standar DVB-T2 sebagai standar penyiaran televisi
digital terestrial free-to-air di Indonesia [2]. Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia
nomor 23/PER/M.KOMINFO/11/2011 menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika
tentang rencana induk (masterplan) frekuensi radio untuk keperluan televisi siaran digital terestrial
pada pita frekuensi radio 478 – 694 MHz [3].
Kebutuhan teknologi ini memerlukan suatu perangkat yang dapat bekerja menjalankan fungsi
sistem televisi digital tersebut. Salah satu perangkatnya adalah antena yang merupakan elemen
penting yang ada pada setiap sistem televisi . Fungsi antena adalah sebagai komponen yang dirancang
untuk bisa memancarkan dan menerima gelombang elektromagnetika. Pemilihan antena yang tepat,
dan perancangan yang baik akan menjamin kinerja (peformansi) sistem tesebut. Setiap aplikasi
menuntut suatu karakteristik dari antena yang dipakainya, yang harus didapatkan pada proses
perencanaan perancangan antena [4].
Pada umumnya antena televisi menggunakan antena tipe yagi yang sudah banyak diketahui
oleh masyarakat. Antena yagi ini mempunyai dimensi dan ukuran yang cukup tebal dan besar, kurang
lebih sekitar 1 meter, sehingga biasanya antena ini digunakan sebagai antena outdoor (luar ruangan).
Selain itu terdapat juga penelitian [5] yang memanfaatkan antena sebagai penerima televisi digital
yaitu antena kubikal yang termasuk dalam jenis antena kawat untuk penerima televisi digital yaitu
dengan panjang sekitar 85 cm.
Dapat dilihat bahwa karakteristik dimensi antena yagi dan kubikal yang digunakan untuk
penerima televisi digital masih cenderung besar dan kurang optimal sehingga dibutuhkan suatu antena
yang mempunyai dimensi yang kompak. Salah satu antena yang mempunyai dimensi optimal dan
kompak adalah antena mikrostrip. Antena mikrostrip merupakan antena yang tersusun atas bagian
lapisan tipis konduktor berbahan metal dan logam di atas sebuah substrat yang dapat merambatkan
gelombang elektromagnetik dan pada salah satu sisi lain dilapisi konduktor sebagai bidang
2 DESAIN ANTENA
START
Membentuk Antena
Peripheral Slits
60 2
= 100 4.3
= 5,7
………………….. (2)
Dengan menggunakan program PCAAD, akan didapatkan lebar pencatu seperti pada Gambar
2 dibawah ini :
....................................................................................................... (3)
W = 12,34 cm = 123,4 mm
Sedangkan konstanta dielektrik efektif dan panjang efektif antena mikrostrip dapat dihitung
berdasarkan rumus 4 dan rumus 5 sebagai berikut
............................................................................ (4)
.................................................................................................... (5)
Berdasarkan hasil perhitungan dan dilakukan desain awal menggunakan perangkat lunak
AWR Microwave Office 2004 maka didapatkan ukuran patch berbentuk segi empat ini dapat dilihat
pada Gambar 3.
Dari iterasi yang dilakukan di simulasi dapat dilihat parameter Return Loss dan VSWR pada
Gambar 10 dan 11.
5 mm -18,56 dB 1,269
6 mm -10,44 dB 1,892
Nilai yang tertera pada tabel 3 diatas menunjukkan bahwa lebar slit 5 mm menghasilkan nilai
return loss dan VSWR yang lebih baik disbanding dengan lebar slit 4 mm dan 6 mm. Untuk itu maka
antena yang dirancang menggunakan lebar celah slit 5 mm dengan nilai return loss -18,56 dB dan
VSWR 1,269.
Selain hasil simulasi diatas, ukuran enclosure dan patch antena mengalami perubahan yang
sangat siginifikan dari perancangan awal maupun perancangan dengan menggunkan stub. Hal ini
dapat dilihat dari tabel 4 berikut.
Dimensi antena dengan teknik peripheral slits ini tereduksi hingga 62,6% sehingga
mendapatkan dimensi akhir yang optimal yaitu dengan ukuran enclosure sebesar ( 120 x 90 ) mm dan
ukuran patch antena sebesar ( 81 x 75 ) mm
4 KESIMPULAN
Dari hasil dan analisa pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dari hasil simulasi didapatkan bahwa antena yang dirancang dapat bekerja dengan baik pada
frekuensi kerja TV Digital (586 MHz) dilihat dari nilai return loss -18,56 dB dan VSWR
1,269 dengan menggunakan celah slit 5 mm
2. Teknik peripheral slits berhasil diterapkan untuk memperkecil ukuran enclosure dan patch
pada antena mikrostrip. Hal ini dapat dilihat bahwa Dimensi antena dengan teknik peripheral
slits ini tereduksi hingga 62,6% sehingga mendapatkan dimensi akhir yang optimal yaitu
dengan ukuran enclosure sebesar ( 120 x 90 ) mm dan ukuran patch antena sebesar ( 81 x 75 )
mm
5 REFERENSI
[1] Seminar Kementrian Komunikasi Dan Informatika Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos
Dan Informatika. “Indonesia Goes Digital Komunikasi Informasi”, Jakarta: Kominfo,hlm. 1-15,
2012.
[2] Peraturan Menkominfo No. 23/PER/M.KOMINFO/11/2011 tentang Standar Penyiaran Televisi
Digital Terestrial Penerimaan Tetap Tidak Berbayar (Free-To-Air). hlm. 1-3.
[3] Peraturan Menkominfo No. 23/PER/M.KOMINFO/11/2011 tentang Rencana Induk (Masterplan)
Frekuensi Radio Untuk Keperluan Televisi Siaran Digital Terestrial Pada Pita Frekuensi Radio
478 – 694 MHz. hlm. 1-10.
[4] Mudrik Alaydrus. “Antena Prinsip & Aplikasi”. Graha ilmu, Yogyakarta, 2011.
[5] Henry Candra, “Desain Antena Kubikal 600 MHz Sebagai Antena Penerima Siaran Televisi
Indoor/Outdoor”. Penelitian Kemitraan YPPTI. Universitas Trisakti. Jakarta, 2013
[6] Indra Surjati. “Antena Mikrostrip: Konsep dan Aplikasinya”. Universitas Trisakti, 2010.
[7] Indra Surjati et al, “Antena Peripheral Slits Berbentuk Cincin Persegi Dengan Pencatuan
Electromagnetic Coupled”, Seminar Nasional Microwave, Antena dan Propagasi (SMAP) 2013,
Departeman Teknik Elektro FT Universitas Indonesia, Oktober 2013
12
Universitas Mercu Buana, Jakarta
bsulle@gmail.com, verdy182@gmail.com
Abstrak
Automatic Transfer Switch (ATS) adalah suatu piranti listrik yang berfungsi untuk mengatur proses pemindahan
sumber listrik dari sumber listrik yang satu (utama) ke sumber listrik yang lain (cadangan) secara bergantian
yang sesuai dengan perintah program. Dengan menggunakan piranti ini, maka tidak diperlukan lagi
menggunakan saklar Change Over Switch (COS) yang dilakukan secara manual dalam proses pengalihan antara
sumber listrik utama ke sumber listrik cadangan. Dalam proyek akhir ini dibuat suatu desain sistem ATS yang
dapat melakukan proses pengalihan perpindahan dua sumber listrik yang aman dan efektif secara sekuensial
sesuai dengan proses kerja yang akan dikendalikan oleh controller. Pada sistem ini menggunakan
mikrokontroler Arduino uno sebagai perangkat utama kendali sistem. Arduino uno memperoleh informasi dari
hasil pembacaan sensor tegangan yang terhubung dengan sumber PLN dan menampilkan data di LCD. Stelah
dilakukannya proses pengujian, sistem kontrol dan pengaman terhadap gangguan tegangan khususnya yang
dibuat pada penelitian ini. Ketika terjadinya gangguan tegangan kurang atau lebih, sesuai dengan batas yang
telah ditentukan maka PLN secara otomatis akan interlock dengan Genset.
Abstract
Automatic Transfer Switch (ATS) is an electrical device that serves to regulate the process of transfer of power
source from a power source of the (main) power source to another (backup) alternately in accordance with the
command program. By using this tool, it is no longer necessary to use a switch Change Over Switch (COS) is
done manually in the process between the main power source to the backup power source.
In this final project created an ATS system design that can make the process of transfer of the two power
sources are safe and effective sequentially according to the work processes will be controlled by the controller.
In this system uses an Arduino Uno microcontroller as the main device control system. Arduino uno obtain
information from the sensor readings voltage source connected to the PLN and display data on the LCD.
Following the testing process, control and safety systems against voltage disturbances especially those made in
this study. When the breakdown voltage or less, in accordance with a predetermined threshold then PLN will
automaticallyinterlockwithGenset.
1 PENDAHULUAN
Seiring dengan laju perkembangan zaman dan teknologi, Sistem pengontrolan merupakan
bagian terpenting dalam dunia industri dan kondominium (gedung bertingkat) saat ini, maka bagi
manusia sekarang ini suatu pengontrolan yang bersifat otomasi merupakan sarana penunjang yang
2.1.1 Fuse
Pelebur atau fuse adalah suatu komponen yang digunakan untuk pengaman rangkaian kontrol
dan rangkaian instrumen. Pelebur terdiri dari sehelai serabut tembaga atau perak dan pasir silika yang
berfungsi sebagai peredam busur api ketika serabut tembaga putus akibat ada gangguan hubung
singkat. Pelebur selalu dipasang pada tiap rangkaian kontrol dan rangkaian instrumen. Ini bertujuan
untuk menjaga agar komponen pada setiap rangkaian aman dari kerusakan akibat hubung singkat
C1
37%
1000uF
1A 100k
Kalibrasi tegangan dilakukan dengan menempatkan resistor variable 10k sehingga tegangan
yang dihasilkan dapat diatur, pada ujung rangkaian dipasang sebuah filter kapasitor untuk
menghasilkan tegangan DC murni yang kompatibel terhadap tegangan yang dibutuhkan oleh ADC.
2.2.1 Relay
Relay adalah suatu alat yang digunakan dalam suatu rangkaian control untuk melengkapi
system pengontrolan yang otomatis. Relay berfungsi untuk memonitor besaran-besaran ukuran sesuai
dengan batas-batas yang dikehendaki. Relay bekerja pada tegangan dan arus yang kecil jadi berbeda
dengan kontaktor.
(a) (b)
2.2.2 Dioda
Dioda merupakan komponen elektronik yang terbuat dari bahan semikonduktor. Dioda terdiri
atas sambungan p (positif, sering disebut Anoda) dan n (negative, sering disebut Katoda). Di antara
sambungan tersebut terdapat lapisan kosong yang memisahkan antara sambungan p dan sambungan n.
Lapisan itulah yang sering disebut dengan lapisan deplesi. Lapisan deplesi bertujuan menjaga agar
tetap terjadi keseimbangan electron.
2.2.5 Resistor
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah arus
yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya
terbuat dari bahan karbon. Dari hukum Ohms diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah
arus yang mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan
dengan simbol Ω (Omega).
2.3 Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik
dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain, melalui suatu gandengan magnet
dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.
1
D201 D202
U?
VI
7805
10A02 2200u 10A02
2
GND
D203 C201 D204
VO
10A02 10A02
3
TRAN-2P2S
1A
V-OUT DC +
C1
37%
1000uF
1A 100k
7
6
5
4
3
2
1
0
ARD1 RV1
PB5/SCK
PD4/T0/XCK
AREF
PB0/ICP1/CLKO
PD7/AIN1
~ PD6/AIN0
~ PD5/T1
~ PD3/INT1
PD2/INT0
TX PD1/TXD
RX PD0/RXD
~PB3/MOSI/OC2A
~ PB2/SS/OC1B
~ PB1/OC1A
PB4/MISO
ARDUINO UNO R3
VDD
VSS
VEE
RW
RS
D0
D1
D2
D3
D4
D5
D6
D7
E
50%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
DIGITAL (~PWM)
1k
ATMEGA328P-PU
1121
PC4/ADC4/SDA
PC5/ADC5/SCL
ANALOG IN LCD1(VDD)
PC0/ADC0
PC1/ADC1
PC2/ADC2
PC3/ADC3
RESET
A0
A1
A2
A3
A4
A5
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
ARD1 RV2
PB5/SCK
PD4/T0/XCK
AREF
PB0/ICP1/CLKO
PD7/AIN1
~ PD6/AIN0
~ PD5/T1
~ PD3/INT1
PD2/INT0
TX PD1/TXD
RX PD0/RXD
~PB3/MOSI/OC2A
~ PB2/SS/OC1B
~ PB1/OC1A
PB4/MISO
R5 ARDUINO UNO R3
VDD
VSS
VEE
RW
RS
D0
D1
D2
D3
D4
D5
D6
D7
220
E
50%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
DIGITAL (~PWM)
1k
D3
LED-Gangguan
ATMEGA328P-PU
1121
RL2(NO1)
PC4/ADC4/SDA
PC5/ADC5/SCL
RL1(NO1) ANALOG IN
PC0/ADC0
PC1/ADC1
PC2/ADC2
PC3/ADC3
RESET
A0
A1
A2
A3
A4
A5
R7
10k
Fasa
RL3
G2R-2S-AC220
RL1 RL2
PLN GENSET Netral
R1
R3 R4 BR1
220 220 100k RV1
C1
24%
1000uF
+88.8
Volts
D2 R2 5k
D1 LED-GENSET B80C1000
LED-PLN 100k
Netral
20%
1000uF
AC Volts AC Volts +1.71
Volts
Netral FU2 R2 5k
B80C1000
1A 100k
190 10.1
200 10.6
210 11.1
220 11.6
237 12.4
10.1 2.77
10.6 2.92
11.1 3.06
11.6 3.22
12.4 3.49
Berdasarkan tabel pengujian diatas disimpulkan bahwa sensor Tegangan dapat berfungsi
dengan baik.
Pada pengujian sistem hilang tegangan ini, sesuai dengan sistem kerja ATS yakni ketika
tegangan hilang pada PLN maka sistem pada ATS akan mematikan incoming dari PLN dan
memberikan sinyal kepada sistem AMF untuk memerintahkan Genset start. Setelah genset running,
sistem AMF akan memberikan sinyal kepada sistem ATS untuk menghidupkan sisi incoming Genset.
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan proses perencanaan, pembuatan dan pengujian alat serta dari data yang
didapat dari perencanaan dan pembuatan sistem kontrol ATS yang ditampilkan pada LCD 16x2 ini,
maka dapat diambil kesimpulan.
1. Masukan data untuk ATS berupa nilai tegangan sumber listrik PLN yang dideteksi oleh
sensor tegangan.
2. Dari pengujian sistem pengaman gangguan tegangan kurang yang dilakukan dengan
memberikan tegangan kurang pada salah satu phasanya 180 volt maka didapatkan tegangan
kurang sehingga koil relay PLN padam. Sedangkan pada saat pengujian dengan tegangan
lebih pada salah satu phasanya 237 volt maka didapatkan tegangan lebih sehingga koil relay
PLN padam sedangkan padan phasa yang normal, VRN = 220 V, didapatkan koil relay PLN
tidak padam karena tidak mengurangi atau melebihkan dari setting poin yang ditentukan.
3. Dari pengujian sistem ATS, ketika terjadi hilang phasa pada sisi PLN maka dengan secara
otomatis Genset akan membackup beban, dan sebaliknya jika PLN kembali maka PLN akan
membackup beban dan Genset akan mati dengan sendirinya.
6 DAFTAR PUSTAKA
[1] Dinata, Yuwono Marta. 2015. Arduino Itu Mudah. PT Elex Media Komputindo, Jakarta
[2] From http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/528/jbptunikompp-gdl-andriyanan-26373-4-unikom_a-i.pdf
[3] Istiyanto, Jazi Eko. 2014 . Pengantar Elektronika dan Instrumentasi Pendekatan Project Arduino dan
Android. CV Andi Offset,Yogyakarta
[4] Bejo, A . 2008. C & AVR Rahasia Kemudahan Bahasa C dan Mikrokontroler ATMEGA8535. Graha
Ilmu,Yogyakarta.
[5] Prastio, Rizki Putra, 2013.Membaca Tegangan Analog dengan Arduino, From
http://rpprastio.wordpress.com/2013/02/09/membaca-tegangan-analog- dengan-arduino
Abstrak
Transformator tenaga dapat dikatakan sebagai jantung dari transmisi dan distribusi. Dalam kondisi ini suatu
transformator diharapkan dapat beroperasi secara maksimal. Transformator Tenaga didesain dengan suhu sekitar
20o C tetapi beroperasi pada suhu lingkungan 32o C di Indonesia, maka transformator disesuaikan dengan pola
pembebanan dan suhu sekitar. Semakin tinggi suhu sekitar dan faktor pembebanan transformator, semakin besar
susut umur dari transformator tenaga. Susut umur transformator dipengaruhi oleh isolasi belitan dan minyak
transformator. Pemanasan pada belitan transformator dapat mengkibatkan isolasi menjadi rusak dan kenaikan
suhu minyak akan mengubah sifat serta komposisi minyak transformator. Tujuan dari skripsi untuk melihat
pengaruh pembebanan lebih dan pengaruh suhu lingkungan terhadap susut umur tranformator akan dibahas pada
tugas akhir ini, dengan mengacu pada pada standar SPLN 17A 1979 atau IEC 354 tahun 1972. Sistem pendingin
transformator OFAF (Oil Forced Air Forced) lebih efektif dari sistem pendingin ONAN (Oil Natural Air
Natural) hal ini dibuktikan dengan susut umur transformator pada bulan Mei 2014 sebesar 96,80291% untuk
sistem pendinginan ONAN dan 4,012002% untuk sistem pendingin OFAF dan menghasilkan nilai perkiraan
umur sekitar 31,15 tahun. Sedangkan untuk pola pembebanan optimum diperoleh pola pembebanan dengan
memberikan nilai power faktor pada generator 0,8 atau dengan daya generator sebesar 100 MW dan 75 MVAR
untuk mendapatkan susut umur transformator L 100 %.
Abstract
Power transformer can be said as heart of transmission and distribution. In this condition, a transformer is
expected to be able to operate maximal. Power transformer is designed at 20°C but in Indonesia is 32°C as
ambient emperature. That’s why transformer can be set baseed on load and ambient temperature. The higher
temperature and load factor of transformer, the life time will decreased. Life time can be effected by winding
can cause isolation break and increasing of oil heat is going to change character and composition of oil.
Purposed of this scription is to know the impact of overload and ambient temperature for the life time of
transformer based on SPLN 17A 1979 or IEC 354 1972. Transformer cooling system OFAF (Oil Forced Air
Forced) is more effective than ONAN (Oil Natural Air Natural) that is proved on May 2014 which is 96,80291%
for ONAN and 4,012002% for OFAF and the life time can be until 31,15 years. For optimum load is gotten load
pattern which give generator cos θ is 0,8 or the power of generator is 100 MW and & 75 MVAR to get the life
time of transformer L is 100%.
1 PENDAHULUAN
Di dalam suatu sistem tenaga listrik, daya dari suatu pembangkit tenaga listrik disalurkan melalui
saluran transmisi tegangan tinggi dan pada akhirnya didistribusikan menuju para konsumen, suatu
peralatan yang memegang peranan yang sangat penting dalam kelancaran sistem tersebut adalah
2 METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di PT. Pembangkitan Jawa Bali Unit Pembangkit Muara Karang PLTG
#1.3. Waktu penelitian dilaksanakan pada awal bulan 1 Mei 2014 dan di akhiri pada akhir bulan 31
Mei 2014. Agar mempermudah pembahasan dan pengambilan data serta dapat dilakukan secara tepat
dan terarah maka dibuat diagram alur seperti diatas. Berikut disampaikan dari setiap kegiatan yang
dilakukan metode mengidetifikasi masalah, proses pengambilan data, metodologi analisa, perumusan
masalah, penyebab kegagalan operasional, pemantauan uji lapangan, analisa data, kesimpulan dan
saran.
(2.1)
dengan:
= Kenaikan Suhu Top Oil Beban stabil
(2.2)
K = Faktor Pembebanan
(2.3)
x = Konstanta,
x = 0,9 (ONAN dan ONAF)
x = 1,0 (OFAF dan OFWF)
= Suhu untuk = 55o C untuk ON dan 40o C untuk OF
Nilai d secara relatif tidak begitu digunakan pada beban tinggi, nilai d hanya memberikan
secara garis besar tinggi atau rendahnya kenaikan suhu.
2.1.2 Kenaikan Suhu Hot Spot
Kenaikan suhu hot spot ( ) unntuk beban yang stabil dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut.
(2.4)
Dengan:
= Kenaikan Suhu Hot Spot o C
= Kenaikan Suhu Top Oil o C
= Kenaikan Suhu Hot Spot Rated, 78o C
= Suhu untuk = 55o C untuk ON dan 40o C untuk OF
K = Faktor Pembebanan
y = Konstanta,
y = 0,8 (ONAN dan ONAF)
y = 0,9 (OFAF dan OFWF)
2.2 Kondisi Beban Tidak Stabil (Berubah-ubah)
2.2.1 Kenaikan Suhu Top Oil
Kenaikan suhu top oil ( ) pada waktu h setelah pemberian beban adalah sangat mendekati
untuk kenaikan eksponensial sebagai berikut:
(2.5)
Dengan:
= Kenaikan Suhu Top Oil beban tidak stabil
= Kenaikan Suhu Awal minyak
= Kenaikan Suhu Top Oil Beban stabil
(2.7)
Dengan:
= Kenaikan Suhu hot spot beban tidak stabil
= Kenaikan Suhu Awal minyak
= Kenaikan Suhu Top Oil Beban stabil
= Kenaikan Suhu Top Oil Daya Tertentu
Suhu untuk = 55o C untuk ON dan 40o C untuk OF
= Kenaikan Suhu hot spot Daya Tertentu
K = Faktor Pembebanan
y = Konstanta,
y = 0,8 (ONAN dan ONAF)
y = 0,9 (OFAF dan OFWF)
(2.8)
Dengan:
A dan B konstan, (diperoleh dari pengujian beberapa material isolasi yang tersedia)
Didalam rentang suhu 80o C - 140o C, Montsinger memberikan persamaan yang lebih sederhana
(2.9)
(2.10)
Karena penurunan umur transformator dua kali lipat setiap kenaikan suhu 6 o C pada suhu 80o C - 140o C, maka
untuk nilai umur relatif dapat ditulis menggunakan persamaan:
(2.11)
(2.12)
(2.13)
Persamaan di atas bila diubah dalam bentuk log10 akan menjadi:
(2.14)
Untuk nilai suhu digunakan nilai 98o C (IEC 60076-2 standard, 1997). Suhu hot spot
dihasilkan dari perhitungan suhu ambient 20o C dengan kenaikan suhu hot spot pada daya pengenal
(rated power) 78o C, dan 13o C diatas kenaikan suhu rata-rata kumparan pada daya pengenal
(rated power) 65o C. Hal ini dapat dijelaskan pada Diagram Thermal. Waktu t per hari yang masih
diijinkan pada suhu hot spot 98o C. Dari persamaan dapat dihitung nilai c sebagai
berikut:
(2.15)
Karena transformator beroperasi dalam waktu t jam, maka nilai c
(2.16)
Untuk nilai tV sama dengan 24 jam
(2.17)
Persamaan 2.47 memberikan jumlah dari jam per hari operasional pada beberapa nilai yang
diberikan pada suhu hot spot pada daya tertentu cr 98o C, beberapa variasi nilai jam per hari dan suhu
hot spot yang masih dijinkan pada Tabel 2.3.
atau (2.18)
Dimana n merupakan umur transformator dalam tahun, jika mendapat pengurangan susut
umur transformator L.
3 PERHITUNGAN DAN ANALISA
Karena beban stabil maka besar laju penuaan relatif untuk setiap satu jam adalah sama
- Menghitung Pengurangan Umur Transformator Selama 24 Jam
Untuk menghitung pengurangan umur transformator dapat menggunakan persamaan 2.18.
3.3 Pembebanan Transformator Dengan Beban Tidak Stabil Tanggal 31 Mei 2014
Transformator Tenaga yang digunakan di unit 1.3 PLTGU Muara Karang berdasarkan Data
Specification atau Name Plate memliki kapasitas 105/140 MVA dengan sistem pendinnginan
ONAN/OFAF dan total rugi-rugi transformator sebesar 515 KW terdiri dari rugi-rugi transformator
tanpa beban 85 KW dan rugi-rugi transformator pada daya 140MVA sebesar 430 KW.
Perbandingan rugi-rugi transformator (d) untuk daya pengenal 105 MVA atau d untuk jenis
pendinginan ONAN
Perbandingan rugi-rugi transformator (d) untuk daya pengenal 140 MVA atau d untuk jenis
pendinginan OFAF
Setelah mendapatkan kenaikan suhu top oil, maka dapat dihitung nilai dari suhu top oil
dengan menggunakan persamaan , dimana
nilai merupakan suhu sekitar transformator atau ambient.
Suhu top oil untuk ONAN
Tabel 3.1 Perhitungan Susut Umur Transformator Tanggal 31 Mei 2014 Sistem Pendingin
ONAN
b a b c V
Jam MW MVAR o o o
( C) ( C)( C)( C)
(p.u)o
Tabel 3.2 Perhitungan Susut Umur Transformator Tanggal 31 Mei 2014 Sistem Pendingin OFAF
b a b c V
Jam MW MVAR
(oC) o
( C) ( C) o
( C) (p.u) o
Laju penuaan thermal relatif tertinggi di bulan mei dengan beban 95 MW dan 42 MVAR
adalah 2,79777 p.u untuk sistem pendingin ONAN dan 0,9879 p.u untuk OFAF. Sedangkan untuk
menghitung pengurangan umur transformator selama 24 jam dapat dilakukan dengan dengan cara
perhitungan yang sama untuk setiap jam. Perhitungan susut umur transformator selama 24 jam pada
tanggal 31 Mei 2014 mulai pukul 00:00 sampai dengan pukul 24:00 adalah sebagai berikut:
Untuk sistem pendingin ONAN
Didapatkan nilai laju penurunan relatif V = 1 p.u, sehingga nilai untuk suhu hot spot dapat
dihitung dengan persamaan 2.14.
Sedangkan untuk mencari kenaikan suhu top oil dan kenaikan suhu hot spot sebagai berikut:
Kenaikan suhu top oil beban stabil menggunakan persamaan 2.1.
Untuk suhu sekitar atau ambient transformator didapatkan nilai rata-rata 32o C, sehingga
untuk mencari nilai faktor pembebanan K dapat dhitung sebagai berikut:
Persamaan di atas dapat diselesaikan dengan metode Newton Raphson, yaitu sebagai berikut:
Untuk daya mampu maksimum generator gas turbin 1.3 sebesar 100 MW, sehingga untuk
mencari nilai daya reaktif atau MVAR dan nilai power factor dapat dihitung sebagai berikut:
Sedangkan untuk nilai MVAR dapat dihitung sebagai berikut:
Dari analisa perhitungan di dapatkan untuk pola pembebanan dengan memberikan nilai power
faktor pada generator 0,8 atau dengan daya generator sebesar 100 MW dan 75 MVAR untuk
mendapatkan susut umur transformator L 100 %.
4 KESIMPULAN
Berdasarkan perhitungan dan analisa yang dilakukan terhadap pola pembebanan
transformator PLTGU Muara karang didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan data transformator tenaga unit 1.3 PLTGU Muara Karang tanggal 31 Mei pukul
14:00 WIB dengan beban transformator 95MW dan 42 MVAR. Menyatakan bahwa Sistem
pendingin OFAF (Oil Force Air Force), menghasilkan susut umur transformator yang lebih
rendah dari sistem pendingin ONAN (Oil Natural Air Natural), dengan suhu top oil 55,76°C
& suhu hot spot 77,96°C pada OFAF dan suhu top oil 84,30°C & suhu hot spot 106,9°C pada
ONAN.
2. Pembebanan transformator tenaga GTG 1.3 PLTGU Unit Pembangkitan Muara Karang bulan
Mei 2014 menghasilkan susut umur rata-rata sebesar 96,80291 % untuk sistem pendingin
ONAN dan 4,012002 % untuk sistem pendingin OFAF dan menghasilkan nilai perkiraan
umur transformator 31,15 tahun (pada pembebanan maksimum 90%).
12
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
hamdan.solihin@yahoo.co.id, Setia.gunawan@uta45.co.id
ABSTRAK
Penerangan jalan umum merupakan fasilitas vital yang dibutuhkan sebagai alat bantu navigasi pengguna jalan,
meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan, mendukung keamanan lingkungan dan memberikan
keindahan lingkungan jalan pada malam hari. Penerangan jalan umum juga diperlukan untuk menunjang aktifitas
perekonomian dan mobilitas masyarakat di malam hari. Perkembangan lampu untuk penerangan jalan umum di
dunia tergolong pesat. Produsen lampu penerangan jalan umum gencar menawarkan inovasi LED Street Lighting
yang merupakan terobosan baru alternatif penerangan jalan umum berbasis LED ( Light Emitting Diode ) yang
hemat energi dan ramah lingkungan. Oleh karena itu Jalan layang di sepanjang jalur kampung melayu – tanah
abang telah menggunakan lampu LED sesuai dengan kebutuhan penerangan di sepanjang jalan tersebut
ABSTRACT
Street lighting is a vital facilities needed as a navigation aid road users, improve the safety and comfort of road
users, supporting environmental security and provide environmental beauty of the road at night. Street lighting is
also needed to support economic activity and mobility of citizens in the evenings. The development of lamps for
street lighting in the world relatively rapidly. Street lighting lamp manufacturer incentive to offer innovative LED
Street Lighting which is a new breakthrough alternative street lighting based on LED (Light Emitting Diode) that is
energy efficient and environmentally friendly. Therefore Street overpass along the Kampung Melayu–Tanah Abang
has been using LED lights according to the needs of lighting along the road
1 PENDAHULUAN
Jakarta sebagai ibukota negara memberi perhatian lebih pada kelestarian lingkungan untuk
menghemat energi, mengurangi polusi, pemanasan global, dan sebagainya. Salah satunya adalah seperti
yang dilakukan Pem-Prov DKI Jakarta dengan mengganti sejumlah lampu penerangan jalan umum (PJU)
2.1.1 Luminansi(Luminance)
Luminansi ( L ) merupakan besaran yang berkaitan erat dengan kuat penerangan (E),Luminansi
adalah pernyataan kuantitatif jumlah cahaya yang dipantulkan oleh permukaan pada suatu arah.
Luminansi suatu permukaan ditentukan oleh kuat penerangan dan kemempuan memantulkan cahaya oleh
permukaan. L= ( cd/m2 )
Dimana :
L = Luminasi (cd/m2)
I = Intensitas (cd)
A = Luas semua permukaan (m2)
Φ=
Dimana :
Φ = Arus cahaya (lumen)
Q = Energi cahaya (lumen. detik)
I = lm/ sr ( cd )
Dimana:
I = Intensitas cahaya ( cd )
E = lux
Dimana :
E = Kuat pencahayaan (lux)
F = Arus cahaya (lumen)
A = luas permukaan bidang ( m2 )
3 METODE PENELITIAN
= ηrs( 0 – + ηks( 0 –
= ηrs( 0 - 0,75 ) +ηks( 0 - 0,22 )
= 30 % + 10 % = 40 %
= 18000 lumen
Maka :
E rata2 =
= 16,5 lux
L rata2 = E rata2 . q
Jadi jika di lihat pada tabel rekomendasi pencahayaan untuk jenis jalan layang maka hasil yang
diperoleh belum memenuhi standar pencahayaan SNI no:7391.
T=
dimana :
T : jumlah titik lampu, L: panjang jalan (m) S : jarak tiang ke tiang (m)
Dengan pemasangan lampu penerangan jalan LED 200 W maka diperoleh daya listrik sebagai
berikut :
1.KB.254 = jumlah titik lampu x daya lampu
= 46 buah lampu x 200 W = 9200 W
= 46 buah lampu x 250 W = 11500 W (lampu sodium son)
2.KB.179 = jumlah titik lampu x daya lampu
= 48 buah lampu x 200 W = 9600 W
= 48 buah lampu x 250 W = 12000 W (lampu sodium son)
3.KB.78 = jumlah titik lampu x daya lampu
= 41 buah lampu x 200 W = 8200 W
= 41 buah lampu x 250 W = 10250 W (lampu sodium son)
4.KB.36G= jumlah titik lampu x daya lampu
= 36 buah lampu x 200 W = 7200 W
= 36 buah lampu x 250 W = 9000 W (lampu sodium son)
5.KB.124= jumlah titik lampu x daya lampu
= 18 buah lampu x 200 W = 3600 W
= 18 buah lampu x 250 W = 4500 W (lampu sodium son)
= x 100 % = 2,0 %
Jadi nilai jatuh tegangan pada PHB PP 1 adalah 7,785 volt atau 2,0 % sudah memenuhi standar
PUIL 2011 dengan persentasi 2 % sampai dengan 5%.
= x 100 % = 2,17 %
Jadi nilai jatuh tegangan pada PHB PP 2 adalah 8,274 volt atau 2,17 % sudah memenuhi standar
PUIL 2011 dengan persentasi 2 % sampai dengan 5%.
= x 100 % = 2,47 %
Jadi nilai jatuh tegangan pada PHB PP 3 adalah 9,386 volt atau 2,47 % sudah memenuhi standar
PUIL 2011 dengan persentasi 2 % sampai dengan 5%.
2. Sumber Gardu KB 179
PHB PP 1 Δv = = 8,318 volt
= x 100 % = 2,18 %
Jadi nilai jatuh tegangan pada PHB PP 1 adalah 8,318 volt atau 2,18 % sudah memenuhi standar
PUIL 2011 dengan persentasi 2 % sampai dengan 5%.
= x 100 % = 3,04 %
Jadi nilai jatuh tegangan pada PHB PP 2 adalah 11,56 volt atau 3,04 % sudah memenuhi standar
PUIL 2011 dengan persentasi 2 % sampai dengan 5%.
= x 100 % = 3,04 %
Jadi nilai jatuh tegangan pada PHB PP 3 adalah 11,56 volt atau 3,04 % sudah memenuhi standar
PUIL 2011 dengan persentasi 2 % sampai dengan 5%.
= x 100 % = 2,20 %
Jadi nilai jatuh tegangan pada PHB PP 4 adalah 8,363 volt atau 2,20 % sudah memenuhi standar
PUIL 2011 dengan persentasi 2 % sampai dengan 5%.
3. Sumber Gardu KB 78
= x 100 % = 1,83 %
Jadi nilai jatuh tegangan pada PHB PP 1 adalah 6,984 volt atau 1,83 % sudah memenuhi standar
PUIL 2011 dengan persentasi 2 % sampai dengan 5%.
= x 100 % = 1,15 %
Jadi nilai jatuh tegangan pada PHB PP 2 adalah 5,738 volt atau 1,15 % sudah memenuhi standar
PUIL 2011 dengan persentasi 2 % sampai dengan 5%.
= x 100 % = 1,60 %
Jadi nilai jatuh tegangan pada PHB PP 3 adalah 6,094 volt atau 1,60 % sudah memenuhi standar
PUIL 2011 dengan persentasi 2 % sampai dengan 5%.
= x 100 % = 1,95 %
Jadi nilai jatuh tegangan pada PHB PP 4 adalah 7,429 volt atau 1,95 % sudah memenuhi standar
PUIL 2011 dengan persentasi 2 % sampai dengan 5%.
= x 100 % = 1,36 %
Jadi nilai jatuh tegangan pada PHB PP 1 adalah 5,160 volt atau 1,36 % sudah memenuhi standar
PUIL 2011 dengan persentasi 2 % sampai dengan 5%.
= x 100 % = 2,36 %
Jadi nilai jatuh tegangan pada PHB PP 2 adalah 8,98 volt atau 2,36 % sudah memenuhi standar
PUIL 2011 dengan persentasi 2 % sampai dengan 5%.
5. Sumber Gardu KB 124
= x 100 % = 1,25 %
Jadi nilai jatuh tegangan pada PHB PP 1 adalah 4,759 volt atau 1,25 % sudah memenuhi standar
PUIL 2011 dengan persentasi 2 % sampai dengan 5%.
Jadi dari hasil keseluruhan dapat di simpulkan bahwa telah terjadi penghematan konsumsi daya
listrik sebesar 2 % sampai dengan 5%.
5.1 Kesimpulann
Jadi berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kualitas pencahayaan masih belum memenuhi rekomendasi pencahayaan jalan yang sesuai
dengan SNI no 7391 tahun 2008 spesifikasi penerangan jalan.
2. Instalasi listrik pencahayaan jalan telah memenuhi PUIL 2011 dengan jatuh tegangan 2 %
sampai dengan 5 %.
3. Dengan menggunakan lampu LED 200 W dapat dilakukan penghematan beban dayanya
dibandingkan lampu Sodium ( son ) 250 W
4. Dengan menggunakan lampu LED tidak lagi terdapat limbah gas natrium dari lampu sodium
son dan sodium sox
6 REFERENSI
[ 1 ] Berita Jakarta.com
[ 2 ] Illumination Engineering, Ronald N. 1977
[ 3 ] Light Measurement Handbook, Alex Ryer 1998
[ 4 ] Philips Lighting, Edisi ke lima 1993
[ 5 ] PUIL 2011 SNI 040225-2011
[ 6 ] Dinas Perindustrian & Energi Provinsi DKI Jakarta
[ 7 ] SNI 7391:2008 Spesifikasi penerangan jalan
[ 8 ] Teknik pemanfaatan tenaga listrik, jilid 1 Prih sumardjati
[ 9 ] Teknik Pencahayaan, Ir. S Gunawan, MSc Jakarta 2008
[ 10 ] www. Tiang lampu PJU.com