Anda di halaman 1dari 7

Unnes Journal of Public Health 6 (3) (2017)

Unnes Journal of Public Health


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PRAKTIK PENEMUAN PNEUMONIA BALITA OLEH BIDAN

Hendra E. Prabawa1 , dan Muhammad Azinar2


1
Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang, Indonesia.
2
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia.

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Pneumonia merupakan pembunuh utama balita di dunia yang kurang mendapat perhatian
Diterima Agustus 2016 bahkan terlupakan (“the forgotten killer”). Cakupan angka penemuan pneumonia balita di
Disetujui September 2016 Indonesia tahun 2014 masih belum mencapai target yaitu 29,74% (target 80%). Rendahnya
Dipublikasikan Juli 2017 cakupan penemuan pneumonia balita disebabkan antara lain karena deteksi kasus oleh bidan
sebagai pemberi pelayanan balita sakit di puskesmas masih rendah. Penelitian ini bertujuan
Keywords: untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan praktik penemuan pneumonia
Children; Midwife; balita oleh bidan di puskesmas wilayah Kabupaten Pemalang. Metode penelitian ini berjenis
Pneumonia; Practice explanatory research, menggunakan pendekatan cross sectional, dengan populasi penelitian
adalah bidan yang bertugas di ruang rawat jalan KIA puskesmas di Kabupaten Pemalang ber-
jumlah 242 orang. Teknik sampling secara purposive didapat 44 responden. Analisis data se-
cara univariat dan bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian didapatkan faktor yang ber-
hubungan dengan praktik penemuan pneumonia oleh bidan adalah pengetahuan (p=0,000),
tugas rangkap (p=0,019), lama memegang program (p=0,007) dan dukungan kepala puske-
mas (p=0,000). Faktor yang tidak berhubungan adalah umur (p=1,000), sikap (p=0,773), ket-
ersediaan fasilitas (p=0,117) dan dukungan mitra kerja (p=1,000).

Abstract
Pneumonia is the main killer of children under five in the world who received less attention even forgotten
(”the forgotten killer”). Coverage under five pneumonia detection rate in Indonesia in 2014 has yet to
reach the target of 29.74% (target 80%). The low coverage of infant pneumonia is caused partly because
the detection of cases by midwives as the service provider sick children in health centers is still low. This
study aimed to identify factors related to the practice of the invention toddler pneumonia by midwives
in health centers Pemalang district. This research method was explanatory research using cross sectional
approach, the study population are midwife who served in the room KIA clinics in Pemalang amounted
to 242 people. Purposive sampling technique obtained 44 respondents. Data analysis of univariate and
bivariate with chi square test. The result showed that factors associated with the practice of the invention
of pneumonia by midwives are knowledge (p = 0.000), double duty (p = 0.019), long held the program (p
= 0.007) and the head support health centers (p = 0.000). Factors unrelated are age (p = 1.000), attitude
(p = 0.773), the availability of facilities (p = 0.117) and the support of partners (p = 1.000).

© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
Jl. Kesambi Duwur Pelutan, Pelutan, pISSN 2252-6781
Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52312. eISSN 2584-7604
E-mail: hendradinkespemalang@gmail.com
Hendra E. Prabawa & Muhammad Azinar / Unnes Journal of Public Health 6 (3) (2017)

PENDAHULUAN malang diperoleh informasi bahwa penerapan


standar pemeriksaan pneumonia balita sulit di-
Angka Kematian Balita di Indonesia ma- laksanakan secara optimal mengingat waktu pe-
sih tinggi yaitu sebesar 40/1000 Kelahiran Hidup laksanaanya relatif lebih lama sedangkan masih
(setara dengan 23 kematian per jam). Kemenkes ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan. Seba-
RI menetapkan goal penurunan angka kematian gian bidan mengatakan, masih sulit untuk mem-
balita sebesar 20/1000 Kelahiran Hidup. Pneu- berikan resep tanpa antibiotik untuk anak dengan
monia dan diare menyebabkan hampir separuh batuk pilek apalagi jika disertai demam, ditemu-
kematian balita di Indonesia, di Provinsi Jawa kan pula beberapa bidan menyatakan masih su-
Tengah pneumonia adalah penyumbang kemati- lit membedakan tarikan dinding dada ke dalam
an balita tertinggi (20,57%). khususnya pada bayi.
Cakupan penemuan pneumonia di Jawa Dari permasalahan diatas, maka penulis
Tengah pada tahun 2015 adalah 29,89%. Ang- tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang fak-
ka ini masih di bawah target yaitu target yaitu tor-faktor yang berhubungan dengan praktik pe-
80%. Cakupan balita dengan pneumonia di Ka- nemuan pneumonia oleh bidan baik yang men-
bupaten Pemalang pada tahun 2014 baru sebesar dorong, mempermudah, maupun memperkuat
18,19%, tahun 2015 meningkat namun masih di perilaku bidan dalam melaksanakan praktik di
bawah target yaitu sebesar 36%. puskesmas wilayah kerja Kabupaten Pemalang.
Menurut Kemenkes RI, rendahnya angka
cakupan penemuan pneumonia balita dapat dise- METODE
babkan antara lain karena sistem pelaporan be-
lum maksimal, deteksi kasus di puskesmas masih Jenis penelitian ini adalah explanatory rese-
rendah dan kelengkapan pelaporan terutama dari arch, dengan pendekatan cross sectional. Populasi
kabupaten/ kota ke provinsi masih rendah (Dit- penelitian adalah bidan di Kabupaten Pemalang
jen PP&PL Kemenkes RI, 2012). yang bertugas melakukan pemeriksaan pada bali-
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ta di ruang rawat jalan KIA (Kesehatan Ibu dan
merupakan salah satu penyebab utama kun- Anak) yang berjumlah 242 orang. Teknik peng-
jungan berobat pasien di Puskesmas (40% - 60%), ambilan sampel menggunakan purposive sampling,
khususnya pada balita, ISPA merupakan penya- didapat 44 sampel yang memenuhi kriteria in-
kit yang sering terjadi dengan episode penyakit klusi dan ekslusi (Sudah mendapatkan pelatihan
batuk-pilek di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per Manajemen Terpadu Balita Sakit dan mendapat
tahun. Kunjungan kasus ISPA yang tinggi me- tugas menjadi pemegang program pneumonia
rupakan peluang bagi petugas kesehatan untuk balita).
menemukan pneumonia pada balita yang datang Variabel bebas dalam penelitian ini meli-
dengan keluhan batuk/ kesukaran bernafas. puti predispossing factor (variabel umur, pengeta-
Pemeriksaan pada kunjumgan balita di huan dan sikap terhadap penemuan pneumonia
Puskesmas dilakukan oleh bidan di ruang Kese- balita), enabling factor (variabel ketersediaan fasili-
hatan Ibu dan Anak (poli KIA). Bidan mempu- tas, tugas rangkap dan lama memegang program
nyai peran yang sangat penting dalam penemuan dan reinforcing factor (variabel dukungan kepala
kasus penderita pneumonia balita. Namun keny- puskemas dan dukungan mitra kerja). Variabel
ataannya, praktik bidan dalam penemuan kasus terikat dalam penelitian ini adalah praktik pene-
pneumonia masih belum optimal. Kemenkes RI muan pneumonia balita oleh bidan
(2012) menyatakan bahwa bidan yang sudah di- Teknik pengambilan data dengan observa-
latih Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) si, wawancara dan studi dokumentasi mengguna-
masih belum sepenuhnya mempraktekan ilmu kan kuesioner dan cheklist. Analisis data seca-
dan ketrampilan di tempat kerja. Hal ini dibuk- ra univariat dan bivariat dengan uji chi square
tikan dengan hasil penelitian Puspadewi Y.A (α=0,05).
(2013) yang menyebutkan bahwa belum semua
bidan puskesmas dapat mencapai hasil cakupan HASIL DAN PEMBAHASAN
pelayanan MTBS sesuai target yang ditetapkan,
karena bidan puskesmas mempunyai banyak ke- Hasil analisis univariat didapatkan data
giatan lainnya dalam waktu bersamaan, dan apa- bahwa sebagian besar responden berumur ≥ 40
bila standar diterapkan mengakibatkan pasien tahun, lebih dari separuh responden memiliki
menunggu terlalu lama. pengetahuan baik tentang pneumonia balita,
Hasil survey pendahuluan kepada 5 orang sebagian besar responden memiliki sikap lebih
bidan puskesmas di wilayah Kabupaten Pe- mendukung terhadap penemuan pneumonia bali-

149
Hendra E. Prabawa & Muhammad Azinar / Unnes Journal of Public Health 6 (3) (2017)

Tabel 1. Hasil Analisis Univariat Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Bidan
Distribusi Frekuensi Total
No. Variabel
n % n %
Umur
1). < 40 tahun 7 15,9 44 100
≥ 40 tahun 37 84,1
Pengetahuan
2). Kurang Baik 20 46,5 44 100
Baik 24 54,5
Sikap Responden
3). Kurang mendukung 21 47,7 44 100
Lebih mendukung 23 52,3
Ketersediaan Fasilitas
4). Tidak lengkap 11 25 44 100
Lengkap 33 75
Tugas Rangkap
5). Tidak memiliki tugas rangkap 36 81,8
44 100
Memiliki tugas rangkap 8 18,2
Lama memegang Program
6) ≤ 3 tahun 19 43,2
44 100
> 3 tahun 25 56,8
Dukungan Kepala Puskesmas
7). Kurang Mendukung 17 38,6
44 100
Lebih Mendukung 27 61,4
Dukungan Mitra Kerja
8). Kurang Mendukung 17 38,6
44 100
Lebih Mendukung 27 61,4
Praktik Penemuan Pneumonia
9). Tidak sesuai standar 21 47,7 44 100
Sesuai standar 23 52,3

ta, sebagian besar responden memiliki ketersedi- petugas pengelola program ISPA) terhadap pene-
aan fasilitas lengkap, sebagian besar responden muan pneumonia balita. Adapun hasil analisis
tidak memiliki tugas rangkap, lebih dari separuh bivariat selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2
responden telah memegang program pneumonia berikut ini :
balita > 3 tahun, sebagian besar responden me-
miliki kepala puskesmas dan mitra kerja (rekan Umur Bidan
satu ruangan dan petugas pengelola program Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
ISPA puskesmas) yang lebih mendukung terhdap hubungan antara umur responden dengan praktik
penemuan pneumonia balita dan sebagian res- penemuan pneumonia balita oleh bidan. Praktik
ponden melaksanakan praktik penemuan pneu- responden dalam penelitian ini lebih disebabkan
monia balita sesuai standar. Hasil analisis seleng- oleh faktor lain seperti lama memegang program
kapnya dapat dilihat pada Tabel 1. dan dukungan atasan. Hasil penelitian ini men-
Hasil analisis bivariat didapatkan bahwa dukung hasil penelitian Widjanarko (2006) me-
faktor yang berhubungan dengan praktik pene- nyebutkan tidak terdapat hubungan antara umur
muan pneumonia balita oleh bidan adalah pen- petugas dengan praktik penemuan suspek TB
getahuan bidan tentang pneumonia balita, tugas Paru.
rangkap, lama memegang program dan dukun- Keadaan ini disebabkan karena petugas
gan kepala puskesmas terhadap penemuan pneu- pemegang program pneumonia balita Puskesmas
monia balita. Faktor yang tidak berhubungan di Kabupaten Pemalang rata- rata sudah berumur
dengan praktik penemuan pneumonia balita oleh lebih dari 40 tahun dan pada kelompok umur ini,
bidan adalah umur bidan, sikap bidan tehadap tidak ada kecenderungan responden yang me-
penemuan pneumonia, ketersediaan fasilitas un- laksanakan praktik penemuan pneumonia sesu-
tuk tatalaksana pneumonia dan dukungan mitra ai standar, karena sebagian responden melaksa-
kerja di puskesmas (rekan satu ruangan kerja dan nakan praktik sesuai standar dan sebagian lagi

150
Hendra E. Prabawa & Muhammad Azinar / Unnes Journal of Public Health 6 (3) (2017)

Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Bidan
Praktik Bidan
Tidak sesuai Sesuai Total
No Variabel p value
standar standar
n % n % n %
Umur
1 < 40 tahun 3 42,9 4 57,1 7 100 1,000
> 40 tahun 18 48,6 19 51,4 37 100
Pengetahuan
2 Kurang 18 90,0 2 10,0 20 100 0,000
Baik 3 12,5 21 87,5 24 100
Sikap Responden
3 Kurang mendukung 11 52,4 10 47,6 21 100 0,773
Lebih mendukung 10 43,5 13 56,5 23 100
Ketersediaan Fasilitas
4 Tidak lengkap 8 72,7 3 27,3 11 100 0,117
Lengkap 13 39,4 20 60,6 33 100
Tugas Rangkap
5 Tidak memiliki tugas rangkap 14 38,9 22 61,1 36 100
0,019
Memiliki tugas rangkap 7 87,5 1 12,5 8 100
Lama Memegang Program
6 ≤ 3 tahun 14 73,7 5 26,3 19 100
0,007
> 3 tahun 7 28,0 18 72,0 25 100
Dukungan Kepala Puskesmas
7 Kurang mendukung 15 88,2 2 11,8 17 100
0,000
Lebih mendukung 6 22,2 21 77,8 27 100
Dukungan Mitra Kerja
8 Kurang mendukung 8 47,1 9 52,9 17 100
1,000
Lebih mendukung 13 48,1 14 51,9 27 100

melaksanakan praktik tidak sesuai standar. Pada tarikan dinding dada ke dalam, wheezing dan
umur > 40 tahun secara fisiologis terjadi penu- stridor. Penilaian dan pemeriksaan yang tidak
runan kemampuan fisik dan mental, selain itu tepat tersebut berdampak pada penentuan klasi-
bertambah umur berarti bertambahnya tanggung fikasi untuk balita dengan batuk baru dilakukan
jawab keluarga karena kebutuhan ekonomi yang secara benar oleh 56,8% responden, menentukan
semakin meningkat. tindakan/ pengobatan benar baru dilakukan oleh
54,5% responden.
Pengetahuan tentang Pneumonia Balita Hasil penelitian ini tidak mendukung pen-
Hasil penelitian menunjukkan ada hubun- elitian Awusi (2009) yang menyatakan tidak ada
gan antara pengetahuan tentang pneumonia ba- hubungan antara pengetahuan dengan praktik
lita dengan praktik penemuan pneumonia ballita penemuan penderita TB Paru. Hal ini karena
oleh bidan. Responden yang memiliki pengeta- banyak faktor lain yang mempengaruhi perilaku
huan baik, cenderung melaksanakan praktik se- petugas seperti pelatihan, sarana informasi, ke-
suai standar dan responden dengan pengetahuan tersediaan fasilitas atau faktor pendukung lain-
kurang baik cenderung melaksanakan praktik nya.
tidak sesuai standar. Hasil penelitian ini mendu-
kung penelitian Duhri (2013) yang menyebutkan Sikap Responden terhadap Pneumonia Balita
bahwa pengetahuan memiliki kontribusi dalam Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
peningkatan kinerja petugas P2TB. hubungan antara sikap responden dengan praktik
Pengetahuan yang kurang tentang pneu- penemuan pneumonia balita. Hasil ini mendu-
monia balita akan berdampak pada pelaksanaan kung penelitian Husna (2009) yang menyatakan
praktik penemuan pneumonia yang tidak sesuai tidak ada hubungan antara sikap bidan dengan
standar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku dan kinerja bidan.
hanya sebagian responden yang melakukan pe- Sikap adalah respon tertutup, belum meru-
nilaian neonatus dengan tanda bahaya umum, pakan suatu tindakan atau aktivitas yang untuk

151
Hendra E. Prabawa & Muhammad Azinar / Unnes Journal of Public Health 6 (3) (2017)

itu memerlukan komponen lain agar terbentuk Sarana dan fasilitas yang lengkap tidak
suatu perilaku. Azwar (2013) menyatakan seba- akan berarti apa-apa jika tidak digunakan atau
gian penelitian memang menunjukkan lemahnya tidak tahu cara menggunakannya. Alat memang
hubungan sikap dengan perilaku bahkan negatif. merupakan sarana yang dapat membantu ma-
kontradiktif ini bisa dijelaskan bahwa sikap cu- nusia melakukan pekerjaan dengan lebih profe-
kup akurat untuk memprediksi perilaku jika di- sional, efisien atau efektif namun jika seorang
hadapkan pada obyek sikap tertentu atau sikap manusia tidak mampu mengendalikannya, maka
yang ekstrim. sarana kerja dapat mempengaruhi pelaksanaan
Responden pada penelitian ini terbiasa pekerjaan.
menangani balita dengan keluhan batuk pilek Responden pada penelitian ini sebagian
non pneumonia pada praktik pelayanan yang besar memiliki ketersediaan fasilitas lengkap
menjadi tugas dan tanggung jawabnya, sehingga untuk pemeriksaan pneumonia pada balita se-
ketika berhadapan dengan balita dengan keluhan perti alat untuk menghitung nafas, obat – obatan
batuk responden akan cenderung melakukan ta- spesifik, alat KIE dan form pencatatan, namun
talaksana yang sudah biasa dan rutin dilakukan dalam pelaksanaan praktik, tidak semua alat ter-
pada kasus batuk dan pilek. Responden men- sebut digunakan. Pada praktik menghitung nafas
ganggap batuk pilek adalah masalah biasa yang bayi, baru 84% responden yang melaksanakan
wajar terjadi pada balita, bukan masalah ekstrim prosedur dengan benar menggunakan ari timer.
yang perlu penanganan khusus seperti pada ka- Praktik ini ditunjang oleh sikap responden yang
sus kejang, aspiksia, kelainan kongenital maupun berpendapat bahwa pemeriksaan nafas balita
masalah gawat lainnya. Hal ini juga terlihat pada menggunakan stetoskop jauh lebih valid hasilnya
jawaban pada kuesioner sikap oleh responden daripada hanya dengan mata telanjang.
yang sebagian besar menganggap bahwa rendah- Praktik pemberian pengobatan hanya dila-
nya penemuan pneumonia balita merupakan hal kukan dengan benar oleh 54,5% responden. Hal
yang wajar karena kasusnya memang jarang dan ini berkaitan dengan kebiasaan pemberian anti-
responden baru akan memeriksa kemungkinan biotika tidak rasional yang seringkali diberikan
pneumonia atau tidak jika bayi tampak sakit be- pada semua pasien dengan keluhan batuk pilek.
rat. Hal inilah yang berkontribusi terhadap hasil Keadaan ini tidak berbeda pula pada langkah
penelitian tidak adanya hubungan antara sikap konseling, karena baru 85% responden yang su-
dengan praktik penemuan pneumonia. dah melaksanakan konseling menggunakan alat
Hasil penelitian ini tidak mendukung pen- KIE yang tersedia meskipun 98% responden me-
elitian Widjanarko (2006) yang menyatakan ada miliki alat KIE yang lengkap. Responden masih
hubungan antara sikap dengan praktik penemu- terbiasa hanya memberikan penyuluhan singkat
an suspek TB Paru. Sikap mempengarui perilaku secara lesan tanpa alat peraga. Keadaan ini seba-
lewat suatu proses pengambilan keputusan yang gian besar dipicu oleh banyaknya pasien dengan
teliti dan beralasan (intention) untuk melakukan keterbatasan jumlah petugas dan tuntutan peker-
perilaku. jaan lain yang harus diselesaikan bidan sehingga
petugas lebih sering mempercepat waktu pembe-
Ketersediaan Fasilitas rian konseling tanpa alat KIE yang tersedia.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
hubungan antara ketersediaan fasilitas dengan Tugas Rangkap dengan Praktik Penemuan
praktik penemuan pneumonia balita oleh bidan. Pneumonia Balita oleh Bidan
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Hasil penelitian menunjukkan ada hubun-
Hidayati (2011), yang menyatakan bahwa sarana gan antara tugas rangkap dengan praktik pene-
pendukung MTBS berhubungan dengan pene- muan pneumonia balita oleh bidan. Hal ini berar-
muan kejadian pneumonia balita. Fakta ini juga ti responden yang tidak memiliki tugas rangkap
tidak mendukung penelitian Choiriyah (2015), akan lebih menampilkan perilaku praktik yang
yang menyatakan ketersediaan sarana-prasarana sesuai standar sedangkan responden yang me-
(material-machine) akan mendukung kegiatan sur- miliki tugas rangkap lebih menampilkan perila-
veilans penemuan penderita Pneumonia Balita di ku praktik tidak sesuai standar. Hasil ini sejalan
Puskesmas. dengan penelitian Made (2005) yang menyatakan
Hasil penelitian ini mendukung Lysmi- bahwa tugas rangkap berhubungan bermakna
nar (2012) yang menyatakan tidak ada hubungan dengan penemuan penderita TB paru.
antara ketersediaan fasilitas penunjang dengan Kegiatan puskesmas yang banyak dengan
praktik manajemen kesehatan ibu dan anak oleh keterbatasan petugas menyebabkan responden
bidan di desa. mendapat tugas lain dari atasan. Keadaan ini me-

152
Hendra E. Prabawa & Muhammad Azinar / Unnes Journal of Public Health 6 (3) (2017)

nyebabkan bidan harus membagi waktu dengan rilaku, jika terjadi dalam situasi yang melibatkan
baik agar semua pekerjaan dapat diselesaikan faktor emosional sehingga pengalaman akan le-
tepat waktu sesuai target yang telah ditetapkan, bih mendalam dan lebih lama berbekas dan akan
akibatnya perhatian terhadap kualitas pekerjaan membentuk perilaku seseorang (Azwar, 2013).
menjadi berkurang apalagi jika frekuensi peker-
jaan dalam sehari cukup banyak sehingga me- Dukungan Kepala Puskesmas dengan Praktik
lelahkan petugas, maka kualitas pekerjaanpun Penemuan Pneumonia oleh Bidan
akan menurun. Hal ini tampak pada praktik res- Hasil penelitian menunjukkan ada hubun-
ponden yang kurang seksama dalam melakukan gan antara dukungan kepala puskesmas dengan
penilaian terhadap kemungkinan pneumonia praktik penemuan pneumonia balita oleh bidan.
pada balita dengan batuk, demikian pula berdam- Hasil ini mendukung penelitian Ivantika (2001)
pak pada kurangnya kualitas konseling sehingga yang menyebutkan bahwa kepemimpinan kepala
hanya diberikan penjelasan singkat dan tanpa puskesmas mempunyai hubungan yang bermak-
alat KIE yang tersedia. na dengan cakupan penemuan penderita pneu-
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan monia balita.
hasil penelitian Awusi (2009) yang menyatakan Wujud dukungan kepala puskesmas yang
bahwa tugas rangkap tidak berhubungan dengan diberikan pada penelitian ini adalah koordinasi
angka penemuan penderita TB Paru oleh petugas staf, pemberian araham, penguatan melalui advo-
di Kota Palu karena kontribusi responden yang kasi dan jejaring kemitraan, memenuhi permin-
memiliki tugas rangkap terhadap penemuan TB taan obat, pemberian kesempatan berinisiatif,
paru yang tinggi lebih kecil dibanding kontribusi menanyakan masalah/ kendala, memberikan so-
terhadap penemuan yang rendah. lusi dan menghargai hasil kerja karyawan.
Dukungan yang baik dari kepala puskes-
Lama Memegang Program Pneumonia Balita mas baik dalam hal koordinasi, arahan, pengua-
Hasil penelitian menunjukkan ada hubun- tan jejaring maupun dalam pemenuhan logistik
gan antara lama memegang program dengan serta penghargaan akan semakin meningkatkan
praktik penemuan pneumonia oleh bidan. Hal semangat bidan dalam melaksanakan praktik pe-
ini berarti bidan yang lebih lama memegang pro- nemuan pneumonia balita. Kepemimpinan yang
gram pneumonia akan menunjukkan perilaku ditetapkan oleh seorang pemimpin dalam orga-
praktik yang sesuai standar dibanding bidan yang nisasi dapat menciptakaan integrasi yang serasi
belum lama memegang program pneumonia. dan mendorong semangat kerja karyawan untuk
Semakin lama bidan memegang suatu program, mencapai sasaran yang maksimal.
maka akan semakin mudah untuk memahami Dukungan yang kurang baik dari kepala
tugas dan tanggung jawabnya. Pengetahuan dan puskesmas dapat menurunkan semangat kerja
ketrampilan praktis bidan akan bertambah. Ket- bidan dalam melakukan praktik penemuan pneu-
rampilan ini tidak di pelajari melalui sesi pelati- monia balita. Dukungan kepala puskesmas yang
han manual, namun melalui pengalaman meng- masih kurang dari hasil penelitian ini adalah ku-
hadapi ratusan persoalan ketika menghadapi rangnya perhatian atasan terhadap pelaksanaan
pasien, keluarga dan masyarakat. praktik pneumonia yang berupa pemberian ara-
Bidan dengan masa kerja yang lebih lama han (baru diterima oleh 34% responden), me-
akan lebih terampil melakukan penilaian tanda nanyakan keluhan/masalah (50%) dan menghar-
bahaya umum yang sulit di deteksi jika pengala- gai hasil kerja karyawan (34%). Karyawan yang
man praktik petugas masih kurang, bidan akan merasa tidak diperhatikan akan mengakibatkan
lebih mudah membedakan tarikan dinding dada semangat kerja menurun dan berdampak pada
ke dalam yang merupakan tanda pneumonia penampilan praktik yang tidak sesuai standar.
pada bayi dan balita dengan tarikan dinding dada
fisiologis/ normal yang biasa tampak terlihat bayi Dukungan Mitra Kerja
ketika sedang bernafas serta bidan akan semakin Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
mahir memberikan konseling seiring dengan se- hubungan antara dukungan mitra kerja dengan
makin seringnya bidan menghadapi pasien yang praktik penemuan pneumonia balita oleh bidan.
berbeda karakter dan permasalahannya. Hal ini berarti bahwa responden yang mitra ker-
Hasil penelitian ini tidak mendukung ha- janya lebih mendukung maupun yang kurang
sil penelitian Hendra (2011) yang mendapatkan mendukung tidak menunjukkan perbedaan da-
bahwa variabel lama kerja tidak berhubungan se- lam menampilkan praktik penemuan pneumonia
cara bermakna dengan kinerja dan praktik bidan. balita. Hasil penelitian ini sejalan hasil penelitian
Pengalaman akan menjadi faktor pendorong pe- Darmasaputra (2013) yang menyatakan tidak ada

153
Hendra E. Prabawa & Muhammad Azinar / Unnes Journal of Public Health 6 (3) (2017)

hubngan antara dukungan rekan kerja dengan ki- kungan Sosial Teman Kerja dengan Kinerja
nerja pegawai. Pegawai di Kantor Kecamatan Jombang. Jurnal
Mitra kerja dalam penelitian ini adalah re- Penelitian Psikologi. Vol 1 (2).
kan kerja responden dalam satu ruangan dan pe-
Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Ling-
tugas P2 ISPA Puskesmas. Dukungan rekan ker-
kungan. 2012. Modul Tatalaksana Standar Pneu-
ja tidak berhubungan dengan praktik responden monia. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan karena
dukungan dari rekan kerja berupa informasi, Duhri. 2013. Kinerja Petugas Puskesmas dalam Pen-
bantuan pelayanan saat pasien banyak dan pem- emuan Penderia TB Paru di Puskesmas Kabu-
berian solusi hanya mendorong/ meningkatkan paen Wajo. Makassar : Jurnal FKM Universi-
moral pekerja pada waktu yang relatif singkat, tas Hasanuddin.
tapi setelah itu responden mulai kehilangan lagi
minat/ ketertarikannya terhadap pekerjaannya Puspadewi, Y.A. 2013. Kinerja Bidan Puskesmas
dan menjauh dari komitmen terhadap peker- Dalam Pelayanan MTBS di Wilayah Puskes-
mas Kota Malang. Jurnal Penelitian Kesehatan
jaan/ profesinya.
Suara Forikes. Vol IV (4) : 175-179.

SIMPULAN Hendra, Yuli. 2011. Beberapa Faktor yang Berhubun-


gan dengan Praktik Pemakaian Alat Pelindung
Faktor yang berhubungan dengan praktik Diri (APD) pada Radiografer di Instalasi Ra-
penemuan pneumonia balita oleh bidan adalah diologi di Kota Semarang, Jurnal Kesehatan Ma-
pengetahan, tugas rangkap, lama memegang pro- syarakat Indonesia.Vol 7 (1).
gram dan dukungan atasan. Faktor yang tidak
berhubungan dengan praktik penemuan pneu- Hidayati, A.N. 2011. Pelayanan puskesmas berbasis
monia balita oleh bidan adalah umur, sikap, ke- manajemen terpadu balita sakit (MTBS) den-
gan kejadian pneumonia balita di Kabupaten
tersediaan fasilitas dan dukungan mitra kerja di
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (KE-
puskesmas MAS). Vol 7 (1) : 35-40.

UCAPAN TERIMA KASIH Husna, Arfah. 2009. Kinerja Bidan di Desa dalam Pro-
gram jaminan Pemeliharaan Kesehatan Ma-
Ucapan terima kasih ditujukan kepada syarakat Miskin. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang yang te- Nasional. Vol 4 (1).
lah memberi ijin melakukan penelitian di wila-
yah kerja Kabupaten Pemalang, Badan PPSDM Ivantika, Elvira. 2001. Faktor – fakor yang Berhubun-
Kementrian Kesehatan RI selaku penyelenggara gan Dengan Cakupan Penemuan Penderita
Pneumonia Pada Puskesmas di Kabupaten Ba-
program tugas belajar yang memfasilitasi pem-
dung tahun 2000. Tesis FKM UI . Jakarta.
berian dana bea pendidikan dan penelitian serta
seluruh responden atas kesediaan berpartisipasi Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Pengen-
dalam penelitian ini. dalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Ja-
karta : Kementerian Kesehatan RI.
DAFTAR PUSTAKA
Lysminiar Avil Norista. 2012. Analisis Faktor yang
Azwar S. 2013. Sikap Manusia, Teori dan Pengukuran- Berhubungan dengan Praktik Manajemen
nya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Data PWS-KIA (Indikator Kesehatan Ibu)
Oleh Bidan Di Desa di Kabupaten Lamongan.
Awusi, RYE. 2009. Faktor – faktor yang mempenga- Jurnal Keseatan Masyarakat. Vol 1 (1).
ruhi penemuan penderita TB Paru di kota Palu
Provinsi Sulawesi Tengah. Berita Kedokteran Made Puja Arianta. 2005. Kajian Penemuan Penderita
Masyarakat. Vol 25 (2). TB Paru di Kabupaten Buleleng, Tesis Program
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yog-
Choiriyah, Safaatul; Ningrum, Dina Nur Anggraeni. yakarta.
2015. Evaluasi Input Sistem Surveilans Pen-
emuan Penderita Pneumonia Balita di Puskes- Widjanarko, Bagoes. 2006. Pengaruh Karakteristik,
mas. Unnes Journal of Public Health. Vol 4 (4). Pengetahuan dan Sikap Petugas Pemegang
Program TB terhadap Penemuan Suspek TB.
Darmasaputra, Alan. 2013. Hubungan antara Du- Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. Vol 1 (1).

154

Anda mungkin juga menyukai