Anda di halaman 1dari 9

TUGAS SOSIOLOGI DAN BUDAYA

ASPEK-ASPEK PERUBAHAN SOSIAL DALAM SISTEM SOSIAL BUDAYA

DISUSUN OLEH
Cahyo Farizadhi R (11010116130325)
Eka Padmahantara Antonius (11010116130432)
Febry Gunawan (11010116130399)
Mauval Novarahman Satria (11010116130392)
Naufal Nur Maulana (11010116130264)
Nada Harlin Pratama (11010116130305)

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
ASPEK-ASPEK PERUBAHAN SOSIAL DALAM SISTEM SOSIAL BUDAYA

Pendahuluan
Sistem sosial dalam suatu kehidupan masyarakat ialah suatu hubungan yang lahir dari
komponen masyarakat yang terstruktur dan mengandung nilai-nilai tertentu sebagai pedoman
bagi masyarakat tersebut dalam melakukan hubungan sosial. Secara etimologis “Sistem
berasal dari bahasa Yunani yang berarti :

1. Suatu hubungan yang tersusun atas sebagian bagian


2. Hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen-komponen
secara teratur

Sosial berarti segala sesuatu yang beralian dengan sistem hidup bersama atau hidup
bermasyaakat dari orang atau sekelompok orang yang didalamnya sudah tercakup struktur,
organisasi, nila-nilai sosial, dan aspirasi hidup serta cara mencapainya. Budaya berarti cara
atau sikap hidup manusia dalam hubungannya secara timbale balik dengan alam dan
lingkungan hidupnya yang didalamnya tercakup pula segala hasil dari cipta, rasa, karsa, dan
karya, baik yang fisik materiil maupun yang psikologis, idiil, dan spiritual.

Berdasarkan aspek pendekatan soisologis, suatu kelompok sosial cenderung untuk


tidak menjadi kelompok yang statis, tetapi selalu berkembang serta mengalami perubahan
perubahan baik aktivitas maupun bentuknya. Sedangkan aspek kebudayaan, Kebudayaan
yang dipraktikkan masyarakat, selain terbagi menjadi materi dan immateri, juga terbagi ke
dalam sakral dan profan atau sekuler. Ritual keagamaan yang dipraktikkan oleh komunitas
religius merupakan budaya yang sakral. Rutinitas olah raga, belajar, latihan balet, kursus
memasak, dan semacamnya juga dapat disebut budaya yang sifatnya profan.

Selain itu aspek sosial institusi. Sistem sosial adalah proses berpola yang
menunjukkan hubungan-hubungan sosial baik individu atau kelompok di dalam sistem
lingkungannya yang lebih luas. Secara sederhana kita bisa mengartikan sistem sosial sebagai
pola interaksi masyarakat yang khas, dalam arti memiliki keunikan sendiri dibanding
lingkungannya. Sistem sosial bekerja sebagaimana yang ditunjukkan oleh interaksi antara
individu atau kelompok yang berada di dalamnya. Misalnya, seseorang yang menempati
posisi sosial sebagai sekretaris desa akan dihormati oleh warga sekitarnya. Kita dapat
mengatakan begitulah sistem sosial yang ada di masyarakat desa bekerja.
Dalam praktiknya, suatu sistem sosial yang hidup dalam masyarakat dapat mengalami
perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Maka dari itu, melalui tulisan ini, akan
membahas mengenai aspek-aspek yang mempengaruhi dalam terjadinya suatu perubahan
dalam sistem sosial masyarakat.

Pembahasan

Teknik Berbicara Dasar


Dalam suatu sistem sosial, maka akan dipengaruhi oleh bagaimana interaksi sosial
yang ada dalam masyarakat tersebut. Interaksi sosial yang lahir dalam suatu kehidupan
masyarakat ditentukan dengan bagaimana komunikasi dan kontak sosial yang digunakan oleh
masyarakatnya. Dimana untuk mengetahui bagaimana idealnya suatu interaksi sosial atau
untuk menjadi ahli dalam melakukan komunikasi dalam interaksi sosial, maka perlu untuk
mengetahui pondasi dasar mengenai Public Speaking atau teknik berbicara dasar. Bagaimana
untuk memulai dan mengakhiri suatu komunikasi melalui sebuah Public Speaking yang tepat.

Untuk menjadi ahli, mutlak perlu menguasai ilmu, tentu dimulai dari pondasi dasar.
Berikut ini merupakan teknik public speaking atau teknik berbicara dasar: bagaimana
memulai dan mengakhiri sebuah Public Speaking yang tepat. Adapun teknik dasar Public
Speaking dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

1. Start of Fire

Bagian ini merupakan kemampuan untuk membuka, menggedor perhatian, dan


memecah suasana pribadi ataupun audiens untuk memulai berbicara. Arti harfiahnya
adalah bagaimana kita menyulut api agar para pendengar memfokuskan perhatiannya
pada pembicaraan kita. Seperti yang sebelumnya kita bahas, agar Masuk, Mengena dan
Melekat. Hal pokok yang terpenting di sini adalah mengambil perhatian pendengar, bisa
dengan cerita humoris atau cerita inspirasi.

2. Build a bridge

Sebelum masuk pada materi pokok, kita perlu mengantarkan pendengar pada
perumpamaan, cerita aktual yang sedang hangat di masyarakat, agar mampu menarik
perhatian lebih jauh. Ini kita upayakan sebagai bahan perantara masuk pada materi pokok
yang akan kita bicarakan. Arti harfiahnya adalah bagaimana kita membuat jembatan
pembicaraan dari pembukaan dengan gebrakan menuju kepada materi pokok yang akan
disampaikan.
3. For instance

Sebagai pembicara, kita menguraikan dan membahas materi pokok, pada tahapan
ini. Penyampaian isi materi juga akan lebih bagus jika Anda sampaikan dengan contoh-
contoh nyata. Karenanya bagian ini disebut dengan for instance, artinya contoh-contoh
yang konkret. Kemampuan menguasai materi, luasnya ilmu pengetahuan, dan
kemampuan berempati akan sangat menentukan pada bagian ini.

4. So What

Biasanya, untuk mengakhiri pembicaraan seorang pembicara menutup dengan


langkah-langkah tindak lanjut, follow up. Ada beberapa pilihan: bisa melalui sebuah
pesan, sebuah harapan, point-point penting ataupun kesimpulan. Dengan mudah kita
sepakati, pembicaraan akan berakhir dengan sempurna. Yaitu, ada pembukaan dan ada
juga penutupan.

Berdasarkan keempat teknik dasar public speaking tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa bahwa teknik publik speaking mempunyai alur. Pertama, ambil perhatian, kemudian
buka dengan info teraktual kemudian sampaikan isi dengan contoh konkret dan sajikan inti
pesan. Satu lagi, hal yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan berbicara di depan
umum adalah melakukan persiapan, baik poin-poin yang akan Anda sampaikan, materi,
ataupun persiapan mental.

Pola Pendeketan dalam Proses Perubahan Sosial


a. Pola konsensus atau model konsensus
Konsensus bisa berawal hanya dari sebuah pendapat atau gagasan yang kemudian
diadopsi oleh sebuah kelompok kepada kelompok yang lebih besar karena bedasarkan
kepentingan (seringkali dengan melalui sebuah fasilitasi) hingga dapat mencapai pada
tingkat konvergen keputusan yang akan dikembangkan.
Teori Konsensus berpendapat bahwa aturan kebudayaan suatu masyarakat, atau
struktur, menentukan perilaku anggotanya, menyalurkan tindakan-tindakan mereka
dengan cara-cara tertentu yang mungkin berbeda dari masyarakat yang lain. Hal ini
seperti tata tertib yang diterapkan diberbagai bidang salah satunya setiap sekolah yang
mempunyai batasanbatasan tertentu yang tidak boleh dilanggar. Begitupun Individu akan
berperilaku yang sama dalam latar sosial karena mereka dibatasi oleh aturan-aturan oleh
kebudayaan yang sama. Meskipun hal ini tidak nampak dalam hal struktur fisiknya,
orang yang disosialisasikan dalam aturan ini menemukan hal yang menentukan dan
kepastian.
Menurut teori sosiologi, sosialisasi menjadi norma dan nilai menghasilkan
kesepakatan, atau konsensus. Salah satunya mengenai perilaku dan keyakinan orang-
orang yang sesuai, tanpa kedua hal ini masyarakat tidak dapat hidup. Itulah sebabnya
cara pandang ini disebut teori konsensus. Melalui sosialisasi, aturan-aturan kebudayaan
menstrukturkan perilaku, menjamin konsensus dalam hal perilku yang di harapkan,dan
oleh karena itu menjamin keteraturan sosial.
Emil Durkheim membangun sebuah kesimpulan bahwa eksistensi masyarakat
tergantung pada konsensus moral. Ide bahwa konsensus moral adalah kondisi yang
diperlukan bagi mewujudkan keteraturan sosial adalah salah satu postulat teori sosial
fungsional. Konsensus terkandung dalam konsepnya yang terkenal yaitu kesadaran
kolektif yang artinya sumber solidaritas yang mendorong mereka untuk mau bekerja
sama.
b. Pola pendekatan konflik atau model konflik
Menurut Dahrendrof kemunculan teori konflik pada awalnya merupakan reaksi
atas munculnya teori struktural fungsional yang sangat mengedepankan keteraturan
dalam masyarakat. Teori konflik melihat bahwa di dalam masyarakat tidak mungkin
akan selamanya berada pada titik keteraturan. Hal tersebut terlihat di dalam masyarakat
manapun yang pasti pernah mengalami konflik atau ketegangan-ketegangan. Kemudian
teori konflik juga melihat adanya dominasi, paksaan, dan kekuasaan dalam masyarakat.
Konflik berlatarbelakang dengan perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam
suatu interaksi masyarakat. Perbedaan-perbedaan yang sering terjadi salah satunya
adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, kekayaan, pengetahuan, adat istiadat daerah,
keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan adanya perbedaan setiap individu tersebut yang
menjadikan situasi yang wajar dalam masyarakat. Karena, tidak satu masyarakat pun
yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainnya. Seperti yang dikatakan Ralf Dahrendorf bahwa proses konflik sosial
merupakan kunci bagi struktur sosial.
Dahrendorf memandang bahwa konflik hanya muncul melalui relasi-relasi sosial
dalam sistem. Setiap individu atau kelompok yang tidak terhubung dalam sistem tidak
akan mungkin terlibat konflik. Maka dari itu, unit analisis konflik adalah keterpaksaan
yang menciptakan organisasi-organisasi sosial bisa bersama sebagai sistem sosial.
Dahrendorf menyimpulkan bahwa konflik timbul karena ketidakseimbangan
antara hubungan-hubungan masyarakat. Seperti, kesenjangan status sosial, kurang
meratanya kemakmuran dan akses yang tidak seimbang terhadap sumber daya serta
kekuasaan yang tidak seimbang yang kemudian menimbulkan masalah-masalah seperti
diskriminasi, pengangguran, kemiskinan, penindasan dan kejahatan. Masing-masing
tingkat tersebut saling berkaitan membentuk sebuah rantai yang memiliki potensi
kekuatan untuk menghadirkan perubahan, baik yang konstruktif maupun yang destruktif.
Dinamika konflik menurut Dahrendorf akan muncul karena adanya suatu isu
tertentu yang belum terbukti benar serta memunculkan antar kelompok untuk berkonflik.
Dasar pembentukan kelompok adalah otoritas yang dimiliki oleh setiap kelompok yakni
kelompok yang berkuasa dan kelompok yang dikuasai. Kelompok yang berkuasa akan
mempertahankan kekuasaanya sedangkan kelompok yang dikuasai akan menentang
legitimasi otoritas yang ada.
c. Pola interaksionisme simbolik
Teori interaksionisme simbolik menganalisis masyarakat berdasarkan makna
subjektif yang diciptakan individu sebagai basis perilaku dan tindakan sosialnya.
Individu diasumsikan bertindak lebih berdasarkan apa yang diyakininya, bukan berdasar
pada apa yang secara objektif benar. Apa yang diyakini benar merupakan produk
konstruksi sosial yang telah diinterpretasikan dalam konteks atau situasi yang spesifik.
Hasil interpretasi ini disebut sebagai definisi situasi.
Sebagai contoh, tindakan orang yang merokok. Fakta objektif yang ditunjukkan
ilmu medis menyatakan bahwa merokok berakibat buruk bagi organ tubuh. Namun
sekelompok anak muda memilih untuk merokok bukan karena mereka tidak tahu
kebenaran objektif yang menjadi resiko merokok, tetapi karena mereka meyakini bahwa
merokok itu meningkatkan image positif tentang dirinya setidaknya dilingkungan
pergaulannya.
Masalah-Masalah Pokok dalam Studi Perubahan Sosial
Masyarakat senantiasa mengalami perkembangan dan perubahan sosial. Perubahan
sosial adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat
yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap dan pola-pola
perikelakuan diantara kelompok-kelompok masyarakat dalam masyarakat. Perubahan sosial
dilihat dari waktu yang diperlukan, yaitu Evolusi yaitu perubahan secara lambat dan
memerlukan waktu yang lama, Revolusi perubahan secara cepat dan mendalam, serta
involusi yaitu suatu bentuk perubahan yang mirip dengan "jalan di tempat" (maju tidak,
mundurpun tidak).

Perubahan sosial dapat disebabkan oleh bertambahnya ilmu, pengetahuan, tekhnologi,


peristiwa perang atau bencana alam. Sebagai contoh, bangsa Jepang yang mengalami
perubahan cepat setelah melakukan pembaharuan (restorasi) dibidang ilmu pengetahuan.
Bangsa Irak mengalami kemunduran disegala bidang kehidupan setelah mengalami banyak
peperangan. Sedangkan perubahan sosial dalam hubungan sosial dapat dibedakan menjadi :

1. Perubahan relasi sosial formal, yaitu perubahan interaksi individu didalam kelompok
formal antara individu dengan individu diluar kelompoknya ataupun hubungan-
hubungan lainnya secara resmi. Contoh aktivitas dalam kegiatan organisasi.
2. Perubahan relasi sosial informal, yaitu perubahan interelasi di dalam kegiatan-
kegiatan informal. Contoh jika zaman dahulu orang membantu orang lain karena
gotong royong, sekarang karena ingin mendapat upah.
3. Perubahan relasi sosial dalam rumah tangga, yaitu perubahan yang terjadi dalam
anggota keluarga seperti berkumpul dengan keluarga setiap hari.

Perubahan sosial akan menimbulkan dampak sosial, dampak sosial ini ada yang
bersifat negatif ada yang bersifat positif. Dampak sosial yang bersifat negatif maka akan
menimbulkan masalah-masalah sosial. Berikut akan diuraikan penerapan pengetahuan
sosiologi dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

1. Masalah Ekonomi
Kegiatan ekonomi manusia ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan hidup
manusia. Sosiologi memandang aktivitas ekonomi manusia sebagai aktivitas manusia
dalam mempertahankan hidup. Aktivitas ini akan mendorong terjadinya perubahan-
perubahan sosial, dan perubahan sosial ini akan menyentuh perubahan tata nilai,
norma, pola interaksi dan relasi sosial. Terdapat empat faktor penting didalam
interaksi sosial ekonomi yang memiliki pengaruh cukup dominan pada perubahan
sosial ekonomi, yaitu tanah, tenaga kerja, kapital dan managemen.

Kajian masalah-masalah sosial yang terjadi akibat perubahan sosial yang


diakibatkan oleh kehidupan ekonomi manusia contohnya adalah:

 perubahan pengusaan dan pemanfataan tanah


 industrialisasi dan pengaruh yang ditimbulkannya
 perubahan profesi dan perubahan peranannya

Contoh : Stratifikasi dari sudut pandang Ekonomi adanya golongan pengusaha, buruh,
pemegang modal dan pekerja.

Dalam pandangan ilmu sosiologi, manusia adalah mahluk sosial yang


senantiasa berinteraksi. Sangatlah mustahil jika ada seorang manusia yang tidak
melakukan interaksi dengan manusia yang lainnya. Kenapa demikian ? karena
manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya seorang diri tanpa bantuan dari
orang lain.

Masalah ekonomi seringkali berimbas pada masalah sosial. Namun dalam


pandangan sosiologis, aktivitas manusia dalam kegiatan ekonomi, ditujukan hanyalah
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sekarang, mari perhatikan kegiatan di Pasar
tradisional. Setiap orang yang datang ke pasar tersebut, memiliki kepentingan yang
berbeda dan kebutuhan yang berbeda-beda pula.

Status sosial individu seringpula ditentukan aktivitas individu tersebut dalam


ekonomi. Sebagai contoh para pengusaha, pemegang modal, dan tuan tanah misalnya,
menduduki status sosial golongan kelas atas. Para pegawai kantor, tenaga kerja
profesional dan guru, masuk kedalam golongan kelas menengah. Buruh dan para
tenaga non profersional, masuk kedalam golongan kelas bawah. Sosiologi
memandang pengkotakan status sosial tersebut, dikarenakan peranan dan fungsinya.
Perbedaan peranan ini artinya masing-masing kelompok harus saling bersandar, saling
mengisi dan saling membutuhkan.Namun demikian, masalah ekonomi ini tetap
menimbulkan potensi masalah-masalah sosial, seperti adanya masyarakat urban,
masyarakat kumuh, masyarakat metropolis dan masyarakat tertinggal.

2. Masalah Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA)


Masalah SARA ini merupakan masalah yang paling banyak muncul di
Indonesia, hal ini dikarenakan kemajemukan masyarakat Indonesia. Perbedaan suku,
agama, ras dan antar golongan di masyrakat Indonesia, bukan menunjuk pada
perbedaan fisik semata tetapi berkembang pada perbedaan ideologi sebagai identitas
masing – masing kelompok tersebut. Sejarah umat manusia mencatat SARA ini
memainkan peranan penting sekaligus dramatis dalam percaturan masyarakat
Indonesia.Dalam pandangan sosiologi perbedaan SARA ini dianggap sebagai
pembedaan yang menunjukan keanekaragaman kelompok sosial, yang terbentuk
karena faktor keturunan atau latar belakang sejarah dan geografis.

Dalam kenyataannya masalah SARA ini banyak dijadikan untuk kepentingan


politik atau kekuasaan sekolompok orang. Padahal pembedaan SARA tidak
menunjukan pembedaan tinggi rendahnya sebuah kelompok sosial. SARA ini adalah
kekuatan bagi bangsa Indonesia untuk saling mengisi dan menguatkan, walaupun
perbedaan SARA ini memiliki potensi konflik.Sebagai sebuah ilmu pengetahuan,
maka sosiologi memiliki peranan dalam membantu memecahkan masalah-masalah
sosial yang terjadi masyarakat. Melalui kajian-kajian dan penelitianpenelitian
sosiologi akan mendapatkan gambaran mengenai mengenai realitas masyarakat yang
sesungguhnya dari sudut keilmuan. Setelah mendapatkan kebenaran tersebut, kajian
sosiologis akan berusaha menemukan hubungan kausalitas antara gejala sosial,
perubahan sosial dan dampak sosial.Penelitian sosial bertujuan untuk menemukan
peristiwa dan makna peristiwa tersebut bagi para pelakunya, bukan untuk menguji
gagasan hipotesis yang sebelumnya telah dirumuskan (seperti dalam penelitian
objektif). Generalisasi dari kasus-kasus individual akan menghasilkan ciri-ciri esensial
yang sama dengan pengalaman-pengalaman atau tindakan-tindakan individu. Karena
untuk memahami mengapa seseorang berprilaku kita harus memahami bagaimana ia
menafsirkan perilaku tersebut dan alternatif apa yang terbuka baginya, artinya kita
menggunakan sudut pandang individu pelaku tersebut.

Studi kasus sering digunakan, dalam penelitian sosial. Sebagai suatu metode
penelitian kualitatif studi kasus memiliki banyak keuntungan. Yaitu diantaranya
sebagai berikut :

• Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan
pandangan sunjek yang diteliti.
• Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukan hubungan antara
peneliti dengan respoden. (Lincoln dan Guba, hal 359 – 360, 1985)

Peranan sosiologi secara garis besar dapat disimpulkan bahwa sosiologi dapat
membantu masyarakat untuk menciptakan kondisi masyarakat yang harmonis.
Keharmonisan inilah yang akan mendukung masyarakat untuk mencapai tujuan-
tujuannya

Anda mungkin juga menyukai